laporan F7 puskesmas mini project

8
LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSHIP PUSKESMAS ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG PERIODE OKTOBER 2014 -JANUARI 2015 MINI PROJECT (F7) UPAYA PENGEMBANGAN PUSKESMAS MELALUI PENINGKATAN KOGNITIF PARAMEDIS, KONSELING PAPSMEAR DAN, EVALUASI INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOAL A. PENDAHULUAN Latar Belakang Puskesmas Anggeraja merupakan salah satu dari 13 Puskesmas yang ada di kabupaten Enrekang. Puskesmas ini melayani 10 desa dan 3 kelurahan dengan cakupan medan dataran tinggi berkisar antara 400-700 meter diatas permukaan laut dengan luas wilayah mencapai 125 km2. Puskesmas ini melayani 23.825 orang jiwa yang sebagian besar merupakan petani. Puskesmas ini melayani pemeriksaan oleh dokter umum dan dokter gigi dan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta pemeriksaan laboratorium sederhana serta pelayanan rawat inap. Usaha sertifikasi telah dilakukan dengan menetapkan standar ISO namun masih ada beberapa hal yang perlu untuk dikembangkan, terutama masalah promosi kesehatan (karena

description

laporan internship

Transcript of laporan F7 puskesmas mini project

LAPORAN KEGIATAN

DOKTER INTERNSHIP PUSKESMAS ANGGERAJA

KABUPATEN ENREKANG

PERIODE OKTOBER 2014 -JANUARI 2015

MINI PROJECT(F7)UPAYA PENGEMBANGAN PUSKESMAS MELALUI PENINGKATAN KOGNITIF PARAMEDIS, KONSELING PAPSMEAR DAN, EVALUASI INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOAL A. PENDAHULUAN

Latar Belakang Puskesmas Anggeraja merupakan salah satu dari 13 Puskesmas yang ada di kabupaten Enrekang. Puskesmas ini melayani 10 desa dan 3 kelurahan dengan cakupan medan dataran tinggi berkisar antara 400-700 meter diatas permukaan laut dengan luas wilayah mencapai 125 km2. Puskesmas ini melayani 23.825 orang jiwa yang sebagian besar merupakan petani. Puskesmas ini melayani pemeriksaan oleh dokter umum dan dokter gigi dan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta pemeriksaan laboratorium sederhana serta pelayanan rawat inap. Usaha sertifikasi telah dilakukan dengan menetapkan standar ISO namun masih ada beberapa hal yang perlu untuk dikembangkan, terutama masalah promosi kesehatan (karena belum standar ISO belum mencakup promosi kesahatan) dan program lain yang dianggap perlu untuk dikembangkan. Pernyataan MasalahPengembangan Puskesmas difokuskan pada tiga aspek yakni sejauh mana kemampuan paramedis dalam menjalankan algoritma pelayanan medis, sejauh mana pelayanan pasien mampu berjalan berdasarkan pada International Patient Safety Goal, dan program mana yang dianggap perlu untuk diinduksi.Kejadian tidak diharapkan sepanjang Mei-Desember 2014 muncul satu kali dimana terjadi penundaan pemberian obat akibat miss comunication yang mengakibatkan pasien melarikan diri dari perawatan dengan masih terpasang akses intravena. Kelalaian ini bertentangan dengan aspek International Patient Safety Goal nomor dua dimana komunikasi efektif belum berjalan baik. Pengelolaan pengobatan pasien tidak berlangsung baik terbukti dengan 3 kasus Near Miss Accident akibat tertukarnya obat yang akan diberikan yang terkait dengan International Patient Safety Goal nomor 3 mengenai pengelolan dan pemberian obat.Kemampuan paramedis dalam menjalankan algoritma/clinical pathway merupakan hal yang penting untuk dinilai terutama pada unit gawat darurat. Penanganan pasien dan asuhan keperawatan berbasis bukti seringkali belum dijalankan maksimal. Pengambilan secara acak 30 rekam medis, semuanya tidak mencantumkan asuhan keperawatan dalam rekam medis serta triage. Padahal menurut standar ISO, berkas rekam medis harus lengkap 100%. Dilakukan assesement sederhana dengan focused group discussion menunjukkan bahwa beberapa aspek seperti manajemen syok dan kegawatdaruratan merupakan materi yang membutuhkan pendalaman lebih lanjut.Upaya promosi kesehatan penyakit penyakit dasar telah dilakukan dan dimaksimalkan dalam rincian program F1. Beberapa kegiatan yang bersifat nasional yang mulai digalakkan pemerintah, mulai didorong untuk dilakukan. Program yang digalakkan oleh OASE Kabinet Kerja dalam rangka menudukung Nawacita Revolusi Mental dari Presiden Jokowi yakni kesadaran mengenai kanker serviks mulai perlu diinduksi dalam pelayanan puskesmas, sehingga perlu kegiatan dasar yang sederhana yang dapat dilakukan agar tetap dalam koridor gerakan nasional.Tujuan dan ManfaatUpaya pengembangan puskesmas dengan berfokus pada 3 aspek ini dilakukan untuk memaksimalkan kinerja puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama. Tujuan khusus yang ingin dicapai tentunya memaksimalkan implementasi International Patient Safety Goal dalam pelayanan di puskesmas, peningkatan kemampuan kognitif paramedis dan program pendukung lainnya.B.TINJAUAN PROGRAM YANG DIINTERVENSI1. Manajemen Kegawat Daruratan Medis

Dalam Focused Group Discussion (FGD) dilakukan penilaian dasar mengenai kemampuan kognitif paramedis dalam melakukan suatu tindakan medis dan prosuder pelayanan lainnya. Secara teori, FGD dapat membantu memetakan masalah dan kelemahan yang muncul dan dapat memberikan solusi dengan dua arah. FGD dapat dilaksanakan dalam bentuk tinjauan kasus dan simulasi.2. Kesehatan Wanita

Kanker serviks merupakan salah satu keganasan yang menyerang wanita dengan jumlah penderita terbanyak setelah kanker payudara dan kebanyakan kesadaran untuk mendeteksi kelainan serviks sangat rendah mengingat metode deteksinya tidak sesederhana kanker payudara dengan teknik SADARI. Deteksi kanker serviks pada umumnya menggunakan metode IVA seperti yang dilakukan tim OASE kabinet Kerja dalam program nasional deteksi kanker serviks atau Papsmear. Konseling pasca skrining juga menjadi hal yang belum rutin dilakukan, malah terkadang menimbulkan tanda tanya mengenai interpretasi hasil pemeriksaan yang tergolong privasi sehingga hasil skrining cenderung tidak dipahami masyarakat. Oleh karena itu paramedis perlu mendapatkan informasi yang tepat mengenai konseling pasca skrining. 3. Implementasi International Patient Safety Goal

International Patient Safety Goal (IPSG) merupakan hal yang mutlak harus dilakukan dalam melakukan pelayanan medis meliputi Identifikasi Pasien, Komunikasi Efektif, Pengobatan yang Aman, Tepat tempat, prosedur dan pasien dalam pembedahan, Pencegahan infeksi, dan pencegahan jatuh. Pelaksanaan IPSG mampu menurunkan kejadian nyaris cedera, terjaminnya pelayanan yang aman, dan infeksi nosokomial.C. METODE

Intervensi terhadap 3 aspek diatas dilakukan dengan pendekatan yang berbeda meliputi :

1. Focused Group Discussion

Diskusi dilakukan dalam kelompok kecil membahas mengenai beberapa kasus atau hal yang dianggap perlu untuk didiskusikan.

2. Individual Training dan Peer-Review

Beberapa tindakan yang dianggap perlu, misalnya cara melakukan pemberian obat dan pencatatan dalam rekam medis, cara melakukan bantuan hidup dasar dan dilakukan dengan supervisi oleh dokter internship untuk dilakukan bersama dengan paramedis.D. HASIL

Dalam pelayanan medis setelah melalui tahap diskusi dan pelatihan dengan simulais maka beberapa tindakan yang telah dilakukan dengan detail antara lain :1. Resusitasi cairan dengan menggunakan pilihan sesuai keadaan

2. Bantuan hidup dasar3. Melakukan uji skin test dan menggunakan antibiotik intravena

Pada program IPSG, kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan pemberian obat sesuai jam dan identifikasi pasien saat pemberian obat. Seluruh obat mulai disimpan dalam kotak penyimpanan khusus agar tidak tercampur dan tertukar dengan pasien lain. Selain itu upaya melengkapi rekam medis dengan catatan pemeriksaan, dan asuhan keperawatan juga dilakukan untuk memenuhi target rekam medis lengkap 100%.

Pelayanan konseling kanker serviks dilakukan terutama untuk masyarakat dan paramedis yang telah melakukan papsmear, terutama mengenai interpetasi hasil papsmear (Kategori 1,2,3) keadaan flora normal vagina dan anjuran pengobatan yang tepat. Sebanyak 18 klien telah melakukan konseling hasil papsmear yang dipaparkan oleh dokter internship dan dilakukan pemberian terapi yang sesuai.E. DISKUSI

Program ini sebenarnya merupakan pelengkap dalam pelayanan puskesmas setelah melalui observasi dan evaluasi. Beberapa kejadian yang berpotensi terjadi KNC (Kejadian Nyaris Cedera) sebenarnya dapat dicegah dengan upaya yang sederhana, seperti pada kasus injeksi antibiotik yang tidak dilakukan skin test, menilai resiko jatuh pada pasien dan mengembangkan komunikasi efektif dengan teknik SBAR (situation, Background, Assesment, Response) dan TBAK.

Sebagian besar paramedis merasa sangat terbantu dengan individual training dan diskusi mengenai beberapa kasus yang dihadapi. Konseling mengenai papsmear menunjukkan bahwa sebagian besar klien tidak mengetahui bagaimana keadaan serviks yang normal. Dan hal ini juga ditemukan pada paramedis dimana mereka tidak mengetahui interpretasi hasil papsmear. Diharapkan dengan konseling khusus bagi paramedis, paramedis dapat memberikan konseling secara langsung bagi masyarakat dan melakukan edukasi yang terkait dengan kondisi hasil pemeriksaan.

F. KESIMPULANImplementasi IPSG walaupun belum paripurna, telah dilaksanakan pada pelayanan puskesmas untuk mencegah terjadinya kejadian nyaris cedera seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Peningkatan pengetahuan paramedis dalam menjalankan algoritma pelayanan kesehatan dapat membantu meningkatkan kemandirian paramedis dalam menghadapi kasus sesuai dengan kewenangannya. Konseling papsmear khusus paramedis secara khusus akan membantu meningkatkan kepercayaan diri paramedis untuk mendorong perempuan melakukan deteksi dini kanker serviks dan pada masyarakat dapat mengetahui status dan kondisi keadaan organ intimnya dengan jelas dan rinci.

Enrekang 31 Januari 2015

Peserta

Pendamping

dr Bumi Zulheri Herman

dr Johan