LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat...

37
LAPORAN EVALUASI Kemajuan Capaian Reforma Kebijakan Penguasaan Tanah Dan Kawasan Hutan di Indonesia Evaluator: Asep Yunan Firdaus Emila Widawati

Transcript of LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat...

Page 1: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

LAPORAN EVALUASIKemajuan Capaian

Reforma Kebijakan Penguasaan TanahDan Kawasan Hutan di Indonesia

Evaluator:Asep Yunan FirdausEmila Widawati

Page 2: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

Ringkasan Eksekutif

Forest Tenure Reform merupakan suatu dokumen yang disusun oleh civil societyorganization Indonesia yang bertujuan untuk memberi arah perubahan kebijakanpenguasaan tanah dan kawasan hutan untuk mencapai kepastian dan keadilan tenurial diIndonesia. Dokumen Forest Tenure Reform disusun dengan kerangka logis yang dimulaidari landasan hutan, prinsip-prinsip, alat ukur perubahan, tiga ranah perubahan dan rencanakegiatan.

Ada tiga ranah perubahan yang menjadi agenda utama dari Forest Tenure Reformyaitu 1) Perbaikan kebijakan dan percepatan proses pengukuhan kawasan hutan; 2)Penyelesaian konflik kehutanan; 3) Perluasan wilayah kelola rakyat dan peningkatankesejahteraan masyarakat adat dan masyarakat lokal lainnya. Ketiganya dirinci kedalamsejumlah kegiatan yang hasilnya akan diukur oleh sejumlah indicator keberhasilan.

Setelah 3 (tiga) tahun berjalan, evaluasi dilakukan untuk menilai kemajuan dancapaiannya. Menggunakan metode evaluasi formatif, diharapkan ada gambaran mengenaihasil-hasil yang telah dicapai, hambatan-hambatan dan saran-saran perbaikan ke depan.Sejumlah narasumber diwawancari, dokumen-dokumen dianalisa, laporan evaluasidiklarifikasi melalui Focused Group Discussion (FGD) yang melibatkan anggota koalisi.Proses evaluasi memakan waktu kurang lebih 1 bulan mulai 18 September sampai dengan19 Oktober 2014.

Capaian utama dari Forest Tenure Reform adalah masuknya agenda dan kegiatan-kegiatan Forest Tenure Reform ke dalam agenda kerja sejumlah kementerian dan lembagayaitu di Kementerian Kehutanan, Badan Pertanahan Nasional, Komisi PemberantasanKorupsi, Komnas HAM, Dewan Kehutanan Nasional, Unit Kerja Presiden BidangPengawasan dan Pengendalian Pembangunan, Kementerian Dalam Negeri danKementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Derajat capaian pada masing-masingkementerian dan lembaga berbeda-beda, ada yang terus menanjak, namun ada juga yangmenurun, bahkan bisa dibilang macet.

Dalam pelaksanaan sejumlah kegiatan pada 3 (tiga) ranah perubahan,menghasilkan capaian baik dari sisi kebijakan khususnya dalam hal pengukuhan kawasanhutan dan pengakuan hak-hak masyarakat adat/lokal atas hutan, meluasnya upaya untukmenyelesaikan konflik tenurial kehutanan, serta perbaikan pada tata izin untuk wilayahkelola masyarakat melalui skema pemberdayaan.

Optimalisasi pencapaian hasil terkendala oleh sejumlah hambatan baik yangbersumber dari faktor internal seperti belum jelasnya struktur organisasi, mekanisme kerjadan supporting system koalisi CSO, serta belum optimalnya pengelolaan ekspertiseanggota koalisi CSO. Sementara hambatan dari sisi eksternal dipengaruhi oleh kondisiinternal Kementerian yang memiliki group/klik dengan kepentingan masing-masing,Tumpang tindih program/kegiatan antara lembaga pemerintah/Negara, dan adanyapergantian jabatan di kabinet yang berdampak pada pelaksanaan Forest Tenure Reform diKementerian tertentu.

Page 3: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

ii

Saran dan rekomendasi untuk perbaikan ke depan adalah dengan cara memperkuatstrategi yang cukup berhasil sebelumnya seperti diaspora anggota koalisi, merawat“champion” dan menjadikan semua kementerian adalah arena pertarungan. Strategi yangperlu dikembangkan adalah kemampuan adaptif terhadap perubahan yang mempengaruhiagenda Forest Tenure Reform. Selain itu, melakukan pembenahan terhadap pengelolaanorganisasi koalisi, mengembangkan sistem monitoring hasil-hasil Forest Tenure Reform.Koalisi CSO agar konsisten untuk mengawal perubahan di kementerian dan lembaga yangmenjadi target ditingkat nasional, serta mulai masuk ke pemerintah daerah. Revisi roadmapForest Tenure Reform dengan mempertajam focus kerja serta memperhatikan strukturkabinet baru pada pemerintahan Jokowi – JK. Untuk mendapat dukungan publik sekaligusmelakukan edukasi, perlu menyusun strategi pendekatan media dan dialog-dialog antarpemangku kepentingan. Terakhir, perlu mengkonsolidasikan sumber-sumber pendanaansebagai pendukung pelaksanaan agenda-agenda Forest Tenure Reform.

Page 4: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

iii

Daftar Isi

halamanRingkasan Eksekutif iDaftar Tabel ivDaftar Gambar vDaftar Singkatan vi

BAB I Pendahuluan 11. Latar Belakang 12. Tujuan dan Lingkup Evaluasi 33. Metodologi Evaluasi 34. Kerangka Waktu Evaluasi 55. Pelaporan 56. Pelaksana Evaluasi 6

BAB II Perkembangan Pelaksanaan Forest Tenure Reform 7A. Di Kementerian Kehutanan 9B. Di Badan Pertanahan Nasional 11C. Di Komisi Pemberantasan Korupsi 12D. Di beberapa lembaga lainnya 12

BAB III Capaian, Cara Kerja dan Hambatan Pelaksanaan ForestTenure Reform

14

A. Capaian Hasil Forest Tenure Reform 14B. Cara Kerja Koalisi CSO 21C. Hambatan-Hambatan 23

BAB IV Penutup: Saran dan Rekomendasi 26

Page 5: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

iv

Daftar Tabel:

Tabel-1 Daftar Narasumber Evaluasi

Tabel-2 Jadual Kegiatan Evaluasi

Tabel-3 Kriteria dan Desa Model

Tabel-4 Capaian Pada Ranah Perubahan 1

Tabel-5 Capaian Pada Ranah Perubahan 2

Tabel-6 Capaian Pada Ranah Perubahan 3

Page 6: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

v

Daftar Gambar

Gambar-1 Kerangka Konsolidasi Kerja Advokasi FTR

Gambar-2 Kerangka Logis Dokumen Forest Tenure Reform

Gambar-3 Tiga Ranah Perubahan Kebijakan Tenurial Kehutanan

Gambar-4 Ranah Perubahan 1

Gambar-5 Ranah Perubahan 2

Gambar-6 Ranah Perubahan 3

Page 7: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

vi

Daftar Singkatan

AMAN Aliansi Masyarakat Adat NusantaraAPHI Asosiasi Pengusaha Hutan IndonesiaBappenas Badan Perencanaan Pembangunan NasionalBIG Badan Informasi GeospasialBioma Biosfer ManusiaBPN Badan Pertanahan NasionalBP-REDD+ Badan Pengelola Reduction Emission from Deforestation and Forest

Degradation PlusCSO Civil Society OrganizationDKN Dewan Kehutanan NasionalFIP Forest Investment ProgramFKKM Forum Komunikasi Kehutanan MasyarakatFPP Forest Peoples ProgrammeFTR Forest Tenure ReformHD Hutan DesaHKm Hutan KemasyarakatanHTR Hutan Tanaman RakyatHuMa Perkumpulan Untuk Pembaharuan Hukum berbasis Masyarakat dan

EkologisICRAF-SEA International Centre for Research in Agroforestry ‐ Southeast Asia

regional programIMH Indonesia Memantau HutanITTO International Tropical Timber OrganizationJavlec Java Learning CenterJKPP Jaringan Kerja Pemetaan PartisipatifK/L Kementerian / LembagaKarsa Lingkar Pembaruan Pedesaan dan AgrariaKemenhut Kementerian KehutananKemenkokersa Kementerian Koordinator Kesejahteraan RakyatKlaver Klaim dan VerifikasiKomnas HAM Komisi Nasional Hak Asasi ManusiaKPA Konsorsium Pembaruan AgrariaKPH Kesatuan Pengelolaan HutanKPK Komisi Pemberantarasan KorupsiKPSHK Konsorsium Pendukung Sistem Hutan KerakyatanMA Mahkamah AgungMFP Multistakeholder Forest ProgramMK Mahkamah KonstitusiNKB Nota Kesepahaman BersamaPME Planning Monitoring EvaluationPP Peraturan PemerintahPusdalreg Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan RegionalRaTA Rapid Tenure AssessmentRRI Rights and Resources InitiativeSains Sajogjo InstituteSAM Staf Ahli MenteriScale up Sustainable Social Development Partnership

Page 8: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

vii

SDA Sumber Daya AlamSK Surat KeputusanUK-CCU United Kingdom Climate Change UnitUKP4 Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian

PembangunanUU Undang-UndangWG-Pemberdayaan

Working Group Pemberdayaan

WG-Tenure Working Group on Forest-land Tenure

Page 9: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

viii

Laporan Evaluasi

Kemajuan dan Capaian Reforma Kebijakan Penguasaan Tanahdan Kawasan Hutan di Indonesia

Page 10: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

1

IPENDAHULUAN

1. Latar BelakangPaska Konferensi Internasional tentang tenurial dan tata kelola hutan serta usahakehutanan di Lombok, 11‐15 Juli 2011 yang diselenggarakan oleh KementerianKehutanan, The Rights and Resources Initiative (RRI) dan International TropicalTimber Organization (ITTO), mendorong sejumlah Civil Society Organization (CSO)dan individual untuk menyusun dokumen tentang prinsip, prasyarat dan langkahmengubah kebijakan penguasaan tanah dan kawasan hutan di Indonesia (selanjutnyadisebut dokumen “Reforma Tenurial Kehutanan atau Forest Tenure Reform”).

Dokumen yang dimaksud diwujudkan dalam bentuk Buku dengan judul“Menuju Kepastian dan Keadilan Tenurial: Pandangan kelompok masyarakat sipilIndonesia tentang prinsip, prasyarat dan langkah mereformasi kebijakan penguasaantanah dan kawasan hutan di Indonesia”1

Keperluan menyusun dan menerbitkan dokumen Forest Tenure Reform adalahuntuk memberi arah perubahan kebijakan penguasaan tanah dan kawasan hutan untukmencapai kepastian dan keadilan tenurial2. Selain itu dokumen Forest Tenure Reformdimaksudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban dari masyarakat sipil untuk ikutmemikirkan penyelesaian konkrit dan terukur terhadap perubahan kebijakanpenguasaan tanah dan kawasan hutan, yang berkepastian hukum dan berkeadilansecara sosial dan lingkungan.

Sejak dokumen Forest Tenure Reform disusun untuk pertama kali tanggal 3Oktober 2011 dan direvisi 7 November 2011, sampai saat ini sudah hampir 3 tahunberjalan, dipandang perlu untuk dilakukan evaluasi terhadap kemajuan dan capaiannya.Keperluan untuk adanya evaluasi sudah pula dicantumkan dalam dokumen ForestTenure Reform dengan tujuan untuk memperkuat jalannya program3.

Sejauh ini, dari informasi yang berhasil dihimpun sudah ada kebijakan-kebijakan, peraturan-peraturan dan kegiatan-kegiatan yang merupakan pengaruhkonkret dari pelaksanaan dokumen Forest Tenure Reform antara lain Peraturan MenteriKehutanan No.33 Tahun 2012 mengenai Organisasi dan Tata Kerja KementerianKehutanan yang mengubah nama dan menambah tupoksi Direktorat Pengukuhan danPenatagunaan Kawasan Hutan menjadi Direktorat Pengukuhan, Penatagunaan danTenurial Kawasan Hutan. Penambahan Tupoksi juga dilakukan terhadap PusatPengendalian Pembangunan Kehutanan Regional (Pusdalreg) Kementerian Kehutanan.Pada tataran operasional, terbit Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 199/Menhut-

1 Buku dapat di download di http://epistema.or.id/download/Menuju_kepastian_dan_keadilan_tenurial-(edisi_revisi).pdf2 Safitri, Myrna, dkk, “Menuju Kepastian dan Keadilan Tenurial, 2011, Epistema, Huma DKK, Jakarta, hal vii3 Opcit. hal 55

Page 11: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

2

II/2012 tentang Pembentukan Tim Kerja Penyusunan Rencana Makro TenurialKehutanan.

Penggunaan dokumen Forest Tenure Reform juga menginspirasi lembaga-lembaga kenegaraan lain seperti Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan KomisiPemberantarasan Korupsi (KPK). Dari data yang diperoleh sejauh ini sudah terbitsejumlah kebijakan di lembaga-lembaga negara tersebut di atas. KPK dalammenindaklanjuti Nota Kesepahaman Bersama (NKB) 12 Kementerian/Lembaga sudahmemiliki kemajuan-kemajuan khususnya dalam rangka percepatan pengukuhankawasan hutan. KPK, diakui oleh sejumlah narasumber yang diwawancarai,menggunakan substansi dari dokumen Forest Tenure Reform dalam penyusunanrencana aksinya. Sementara di BPN, pada masa sebelum adanya pergantian KepalaBPN sudah memiliki pemahaman terhadap dokumen Forest Tenure Reform danmemberikan dukungannya, namun setelah ada pergantian Kepala BPN pertengahantahun 2012, tidak lagi diperoleh informasi mengenai apakah BPN mau menggunakandokumen Forest Tenure Reform atau tidak.

Di lingkaran CSO pendukung gerakan Forest Tenure Reform perlu jugadiperiksa sejauh mana masing-masing CSO telah menggunakan dokumen ForestTenure Reform dalam rencana kerja organisasinya masing-masing. Diasumsikan bahwapenggunaan dokumen Forest Tenure Reform oleh CSO pendukung tidak seragam baikdalam cara mengintegasikannya maupun pelaksanaannya. Misalnya, 1) menggunakanlangsung rencana kegiatan dari dokumen Forest Tenure Reform ke dalam rencana kerjaCSO dan melaksanakannya; 2) tidak menggunakan langsung rencana kegiatan daridokumen Forest Tenure Reform ke dalam rencana kerja CSO, tetapi pelaksanaan kerja-kerja CSO berkontribusi terhadap 3 arena advokasi Forest Tenure Reform; 3)menggunakan langsung rencana kegiatan dari dokumen Forest Tenure Reform kedalam rencana kerja CSO, namun tidak melaksanakannya dengan berbagai alasanseperti tidak adanya support pendanaan.

Bagaimana juga keterlibatan aktor masyarakat adat/lokal dan kalanganusahawan yang mau tidak mau menjadi aktor penting selain pemerintah dalammencapai target-target hasil yang ditetapkan dalam dokumen Forest Tenure Reform.Sejauh ini, keterlibatan mereka belum teridentifikasi secara jelas dan tegas, namunniscaya mereka adalah aktor yang seharusnya terlibat aktif dalam pelaksanaan rencanakegiatan Forest Tenure Reform. Apakah sejauh ini, keterlibatannya langsung atau tidaklangsung?

Dalam perjalanannya ada pendapat bahwa dokumen Forest Tenure Reformadalah dokumen intervensi kepada para pengambil kebijakan yang menuntut rumusan-rumusan dengan “Gaya Bahasa” birokratis agar mudah mengintegrasikannya denganrencana kerja pemerintah. Oleh karenanya diakui dokumen ini cukup elitis. Dan untukkeperluan diseminasi dan pelibatan masyarakat adat/lokal, harus ada metode lain yangmembuka kesempatan mereka untuk terlibat.

Bagaimana hal-hal yang menjadi pertanyaan diatas dan pencapaian daripelaksanaan rencana kegiatan dokumen Forest Tenure Reform dapat dijawab dandiukur, dicarikan jawabannya melalui evaluasi ini.

Page 12: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

3

2. Tujuan dan Lingkup EvaluasiTujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengevaluasi kemajuan dan capaian daripelaksanaan rencana kegiatan Forest Tenure Reform sampai dengan saat ini. Lingkupevaluasi akan meliputi:- Kemajuan dan capaian dari implementasi rencana kegiatan (1) Perbaikan kebijakan

dan percepatan proses pengukuhan kawasan hutan; (2) Penyelesaian konflikkehutanan; (3) Perluasan wilayah kelola rakyat dan peningkatan kesejahteraanmasyarakat adat dan masyarakat lokal lainnya.

- Identifikasi hambatan-hambatan yang terjadi dalam implementasi rencanakegiatan.

- Identifikasi area intervensi untuk masa ke depan antara lain: bentuk organisasipengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalammendorong program Forest Tenure Reform.

3. Metodologi Evaluasia. PendekatanEvaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4 untuk mengevaluasi programdan kegiatan yang masih berjalan. Metode ini digunakan untuk mengetahuiseberapa jauh program dan kegiatan yang dirancang telah dijalankan, dansekaligus untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan yang terjadi secara dinisehingga dapat melakukan perbaikan-perbaikan guna mendukung kelancaranpelaksanaan program dan kegiatan.

b. Sumber data/informasi dan Jadual WawancaraNarasumber yang telah diwawancarai dalam evaluasi ini antara lain:

Tabel-1: Daftar Narasumber EvaluasiOrganisasi Asal

NarasumberNarasumber Tanggal Wawancara

Kementerian Kehutanan - Staf Khusus Menhut Bidang PeraturanPerundang-undangan / Mantan Ketua TimKerja Penyusunan Rencana MakroTenurial Kehutanan / Mantan SAM BidangHubungan Antar Lembaga Kemhut (Bp.Made S. Gelgel)

- Anggota Tim Kerja Penyusunan RencanaMakro Tenurial Kehutanan (Bpk. TimbulBatubara, Sekretaris Tim Kerja, MantanKasubdit Hutan Tanaman, sekarangposisinya sebagai Kepala TN. BukitBarisan Selatan)

25 September 2014(wawancara langsung)

26 September 2014(wawancara by phone)

4 Model evaluasi formatif dikembangkan oleh M. Scriven tahun 1967 (The Methodology of Evaluation),dalam Dr. Amat Jaedun, M.Pd. “Metode Penelitian Evaluasi Program”, Makalah Disampaikan Pada KegiatanPelatihan Metode Penelitian Evaluasi Kebijakan dan Evaluasi Program Pendidikan Diselenggarakan PusatPenelitian Kebijakan Pendidikan, dan Pusat Penelitian Pendidikan Dasar dan Menengah, LembagaPenelitian Universitas Negeri Yogyakarta, Tanggal 23 – 24 Agustus 2010.

Page 13: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

4

Badan Pertanahan Nasional - Mantan Staf Khusus Ka. BPN Bidang (Dr.Suryo Adiwibowo)

30 September 2014(wawancara langsung)

KPK - Anggota Tim Pakar KPK untuk percepatanpengukuhan kawasan hutan Indonesia(Martua T. Sirait)

27 September 2014(Wawancara tertulis)

DKN - Ketua Presidium Dewan KehutananNasional, dan Anggota Koalisi CSO, Prof.Dr. Hariadi Kartodihardjo

20 September 2014(wawancara langsung)

APHI - Anggota Tim Kerja Penyusunan RencanaMakro Tenurial Kehutanan (Bpk.Bambang Widintoro, saat ini sebagai DirutInhutani 3 dan Dewan Pengurus APHI)

30 September 2014(wawancara by phone)

CSO Pendukung - Myrna Safitri (Epistema) 25 September 2014(wawancara langsung)dan FGD 6 Oktober 2014

- Andiko (HuMa) 29 September 2014(wawancara langsung)

- Idham Arsyad (Mantan Sekjen KPA) 26 September 2014(wawancara langsung) danFGD 6 Oktober 2014

- Dewi Kartika (Wakil Sekjen KPA) FGD 6 Oktober 2014- Muhamad Jauhari (KPSHK) FGD 6 Oktober 2014- Andri Santosa (FKKM) FGD 6 Oktober 2014- Erasmus Cahyadi (AMAN) FGD 6 Oktober 2014

Donor - Kemitraan (Suwito) 2 Oktober 2014Wawancara langsung dantertulis

- Samdhana (Nonette) 30 Oktober 2014(wawancara langsung)

FGD Draft Laporan Final - Seluruh anggota Koalisi CSO 13 Oktober 2014 (FGD)

c. Metode pengumpulan data/informasiPengumpulan data/informasi dalam evaluasi ini dilakukan dengan dua cara yaitustudi dokumen dan wawancara. Data dokumen akan diperoleh dengan mengajukanpermintaan dokumen kepada pihak-pihak yang telah ditetapkan sebagai sumberdata/informasi. Dokumen tersebut berupa peraturan perundang-undangan,kebijakan-kebijakan dari instansi pemerintahan terkait, tulisan-tulisan terkait ForestTenure Reform, maupun dokumen-dokumen lain yang relevan. Sementarawawacara dilakukan terhadap pihak-pihak yang telah ditetapkan sebagai sumberdata/informasi sesuai dengan jadual yang disebutkan di atas. Proses wawancaradipandu oleh poin-poin penting di dalam dokumen Forest Tenure Reform(wawancara tertutup) dan dikombinasi dengan wawancara pendalaman terhadappoin-poin yang dianggap perlu untuk didalami. Selain wawancara secaraindividual, dilakukan wawancara berkelompok dalam bentuk FGD (Focused GroupDiscussion).

Page 14: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

5

d. Analisis data/informasiData/informasi yang telah diperoleh dianalisa pertama-tama dengan caramembandingkannya dengan indikator hasil yang telah ditetapkan dalam dokumenForest Tenure Reform. Kemudian terhadap pencapaian indicator hasil, dilakukanidentifikasi terhadap hambatan-hambatan pencapaian hasil. Dan akhirnya dilakukananalisis data untuk mendapatkan saran dan usulan perbaikan terhadap dokumenForest Tenure Reform, yang difokuskan untuk menentukan area intervensi danbentuk organisasi pelaksana program Forest Tenure Reform ke depan.

4. Kerangka Waktu EvaluasiEvaluasi akan dilakukan dalam waktu 15 hari kerja dalam rentang waktu Minggu IISeptember – Minggu II Oktober 2014. (Jadual terlampir)

Tabel-2: Jadual Kegiatan Evaluasi

Hari/Tanggal Aktivitas Ketarangan

Selasa, 16 Sept ‘14 - Penyusunan surat-suratpermohonan wawancara dandokumen-dokumen

- Penyusunan daftar panduanwawancara untuk masing-masingnarasumber

Surat-surat diajukankepada setiap pihakyang akandiwawancarai

Rabu, 17 Sept ‘14 Pengiriman surat-surat permohonandisertai dengan upaya komunikasi viatelp kepada masing-masing pihak.

Diupayakan untukmendapatkat waktupasti wawancara

20 Sept – 2 Okt ‘14 Wawancara dan penyusunan draftlaporan

Waktu disesuaikandengan janji denganmasing-masingnarasumber

5 Okt ‘14 Draft 1 laporan evaluasi6 Okt ‘14 FGD dengan para narasumber evaluasi Sekaligus untuk

mendapatkanfeedback terhadapdraft laporan

8 Okt ‘14 Penyusunan perbaikan draft pertamahasil evaluasi untuk menjadi draft 2)

13 Okt ‘14 FGD Presentasi Draft Final LaporanEvaluasi bersama seluruh anggotaKoalisi CSO

Untuk mendapatkanmasukan terhadapdraft final LaporanEvaluasi.

18 Okt ‘14 Laporan Final

5. PelaporanDraft laporan evaluasi pertama selesai pada tanggal 5 Oktober 2014. Draft laporanevaluasi kedua selesai pada tanggal 8 Oktober setelah mendapat masukan dari FGDdengan CSO Pendukung. Selanjutnya Draft Final selesai pada tanggal 10 Oktober 2014

Page 15: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

6

dan didiskusikan dengan seluruh anggota CSO Pendukung yang diselenggrakan padatanggal 13 Oktober 2014. Laporan final diserahkan pada tangga 18 Oktober 2014kepada Tim Penyusun Forest Tenure Reform yang bertugas untuk menyusun perbaikandokumen Forest Tenure Reform.

6. Pelaksana EvaluasiEvaluasi ini dilakukan oleh Asep Yunan Firdaus (evaluator) dan Emila Widawati (co-evaluator).

Page 16: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

7

IIPERKEMBANGAN PELAKSANAAN

FOREST TENURE REFORM

Penyusunan dokumen Forest Tenure Reform tidak dapat dilepaskan dari pelaksanaankegiatan Konferensi Internasional tentang tenurial dan tata kelola hutan serta usahakehutanan di Lombok, 11‐15 Juli 2011. Sejumlah individu dan organisasi yang terlibataktif dalam persiapan, pelaksanaan dan tindaklanjut konferensi, duduk bersamamerumuskan dokumen Forest Tenure Reform paska konferensi. Kolaborator penyusundokumen Forest Tenure Reform merupakan gabungan dari wakil-wakil organisasi danindividu antara lain Epistema Institute, Perkumpulan untuk Pembaharuan Hukum berbasisMasyarakat dan Ekologis (HuMa), Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat (FKKM),Working Group on Forest-Land Tenure (WG‐Tenure), Konsorsium Pembaruan Agraria(KPA), Konsorsium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan (KPSHK), Aliansi MasyarakatAdat Nusantara (AMAN), Yayasan Pusaka, Kemitraan, Jaringan Kerja PemetaanPartisipatif (JKPP), Sajogjo Institute (Sains), Lingkar Pembaruan Pedesaan dan Agraria(Karsa), KKI‐Warsi, Java Learning Center (Javlec), Sustainable Social DevelopmentPartnership (Scale Up), Kamar Masyarakat Dewan Kehutanan Nasional (DKN), TheSamdhana Institute Indonesia dan Yayasan Biosfer‐Manusia (Bioma). Individu-individuyang aktif terlibat antara lain Sandra Moniaga, Mubariq Ahmad, Hariadi Kartodihardjo,Christine Wulandari, Martua T. Sirait, Gamma Galudra, Satyawan Sunito dan GrahatNagara. Diakui juga bahwa dukungan dari lembaga-lembaga berikut adalah sangat besar,yaitu Samdhana Institute, the Ford Foundation Jakarta, Forest Peoples Programme (FPP)dan ICRAF‐SEA serta UK-CCU, Rights and Resources Initiative (RRI). Dalam laporanini, kelompok masyarakat sipil ini disebut koalisi CSO.

Sebagai dokumen “lobby” dari masyarakat sipil, dokumen Forest Tenure Reformjuga didiskusikan dengan Kementerian Kehutanan sebagai lembaga pemerintah yangmenjadi target utama. Karenanya, setelah dokumen Forest Tenure Reform dirilis pertamakali pada 3 Oktober 2011, didiskusikan dengan Kementerian Kehutanan pada 10-11Oktober 2011. Hasil dari diskusi tersebut, menghasilkan revisi dokumen Forest TenureReform yang terbit 7 November 2011. Mengingat pentingnya keterlibatan lembagapemerintah lain dalam pelaksanaan rencana kegiatan Forest Tenure Reform, seperti BadanPertanahan Nasional (BPN), Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah, Bappenas,Komnas HAM, KPK, UKP4, BIG (d/h Bakosurtanal), Kementerian Sektoral yang terkaittanah dan SDA, maka dokumen Forest Tenure Reform perlu mendapat dukungan mereka.Sejauh ini, dari informasi yang diperoleh, lembaga pemerintah pernah didekati adalahBadan Pertanahan Nasional (BPN), Komnas HAM, UKP4, dan Kementerian DalamNegeri.

Bagi koalisi CSO, dokumen Forest Tenure Reform ditempatkan sebagai hasilkonsolidasi ide/gagasan atas kerja-kerja seluruh jaringan CSO yang memiliki perhatian

Page 17: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

8

terhadap isu tenure di kawasan hutan. Oleh karena itu, keberadaan dokumen Forest TenureReform bukanlah rencana kegiatan baru bagi koalisi CSO. Yang membedakan, denganadanya dokumen Forest Tenure Reform, kerja-kerja individual organisasi/peroranganmenjadi lebih terkonsolidasi untuk mengubah “kondisi/situasi” yang dirumuskan bersama.

Gambar-1: Kerangka Konsolidasi Kerja Advokasi FTR

Untuk menstrukturkan kerja pencapaian tujuan dan program, Dokumen ForestTenure Reform disusun dengan struktur logical framework sebagai berikut:

Gambar-2: Kerangka Logis Dokumen Forest Tenure Reform

Landasan Hukum

Prinsip-Prinsip

Alat Ukur Perubahan

Tiga Ranah Perubahan

Rencana Kegiatan Pada TigaRanah Perubahan

CSO

Kerja AdvokasiForest Tenure Reform

CSOCSO

CSO

CSO

CSOIndividu

IndividuIndividu

Individu

Individu

Individu

Kerja AdvokasiForest Tenure Reform

CSOCSO

CSO

CSO

CSOCSO

Individu

IndividuIndividu Individu

Individu

Individu

Sebelum terkonsolidasi Setelah terkonsolidasi

Page 18: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

9

Rupa dari susunan rencana program dan kegiatan-kegiatan yang dimuat di dalamdokumen Forest Tenure Reform disusun sedemikian rupa mendekati model susunanprogram dan kegiatan-kegiatan Pemerintah, sehingga memudahkan untuk diintegrasikandengan rencana kerja pemerintah.

Dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak dirilis oleh koalisi CSO dan di-lobby-kankepada berbagai instansi pemerintah, berikut perkembangan hasil lobby untuk mendorongagar program dan kegiatan-kegiatan dan sejumlah hasil yang diperoleh:

A. Di Kementerian Kehutanan (Kemenhut)Paska Konferensi Internasional tentang tenurial dan tata kelola hutan serta usahakehutanan, Kementerian Kehutanan merespon positif inisiatif koalisi CSO yangmenyusun dokumen Forest Tenure Reform. Koalisi CSO bersama dengan jajaraneselon 1 Kementerian Kehutanan guna membahas dokumen Forest Tenure Reformpada 10-11 Oktober 2011, yang akhirnya menjadi mendasari publikasi edisi revisidokumen Forest Tenure Reform pada 7 November 2011.

Pada 6 Januari 2012, diadakan pertemuan resmi di Kementerian Kehutananatas undangan Menteri Kehutanan (Zulkifli Hasan) yang dihadiri oleh jajaranKementerian Kehutanan dari Eselon 1 – 3, dan wakil-wakil dari Koalisi CSO. Dalampertemuan tersebut dipresentasikan dokumen Forest Tenure Reform.

Selang 3 bulan kemudian, tepatnya pada 30April 2012, Menteri Kehutanan menerbitkanSurat Keputusan No. SK.199/Menhut-II/2012tentang Pembentukan Tim Kerja PenyusunanRencana Makro Tenurial Kehutanan(selanjutnya disebut Tim Kerja Tenure). Timini terdiri dari Menhut sebagai Penanggungjawab, seluruh Dirjen di Kemenhut, Sekjendan Irjen menjadi pengarah. Duduk sebagaiKetua merangkap anggota adalah Ir. MadeSubadia Gelgel, M.Sc. yang saat itu menjabatStaf Ahli Menteri (SAM) Bidang HubunganAntar Lembaga. 2 (dua) orang wakil dariDewan Kehutanan Nasional (DKN) duduksebagai anggota yaitu Prof. Hariadi K, Ir,

Martua T. Sirait. Sementara wakil dari koalisi CSO yang duduk sebagai anggota antaralain Myrna Safitri, Siti Rakhma, Muayat Ali Muhshi, Idham Arsyad dan HasbiBerliani. Tugas dari Tim Kerja Tenure adalah 1) menyusun rencana makro tenurialkehutanan, 2) melakukan pertemuan dan konsultasi dengan para pihak dala rangkamenyusun rencana makro tenurial kehutanan, 3) mengidentifikasi dan memetakanpermasalahan tenurial kehutanan, 4) mengkaji penanganan permasalahan tenurialkehutanan, dan 5) merumuskan alternatif pemecahan permasalahan tenurial kehutanan.

Page 19: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

10

Salah satu fokus kerja dari Tim Kerja Tenure adalah melakukan pemetaanpermasalahan tenurial di kawasan hutan. Site yang menjadi objek perhatian adalahdesa-desa yang berada sebagian atau seluruhnya di kawasan hutan. Denganmenggunakan kriteria penentuan desa mana yang akan dijadikan model, makaditetapkan 10 desa model untuk dikaji permasalahan tenurenya. (lihat Tabel-3)

Tabel-3, Kriteria dan Desa Model

Kriteria Penentuan Desa Model Keputusan Desa Model

Terdapat RTRWK/P dan SKPenunjukan Kawasan Hutan;

Representasi tipologi fungsi hutan Kesediaan Pemda bekerja sama; Masyarakat terorganisir; Kesadaran masyarakat terhadap hak

tenurial tinggi; Lokasi dimana perusahaan mulai

menjalankan SE Menhut tentang kewajiban

penataan batas areal kerja sekaliguspenyelesaian hak-hak masyarakatyang ada di dalamnya. Atau lokasidimana pengelola kawasankonservasi telah melakukan inisiatifpenyelesaian konflik.

Wilayah penataan batas (kabupaten)(2012);

Lokasi REDD; Ketersediaan data spasial dari

berbagai sumber: Tim Terpadu, dll.

1. Sukapura, Kec. Sumber Jaya,Lampung Barat ( HL)

2. Ngrimpak, Kec. Bejen, Temanggung(Perhutani)

3. Kalijaya,Kec. Banjar, Ciamis(Perhutani)

4. Senyerang , Kec. Senyerang,TanjungJabung Barat(HP)

5. Register 47,Kec. Bandar Mataram,Lampung Tengah(HP)

6. Battang Barat, Kec. Wara Barat,Kota Palopo (TWA)

7. Aur Cino & Senamat Hulu, Kec.Bathin III Ulu, Muaro Bungo(HP)

8. Nanga Siyai & Belaban Ela, Kec.Menukung, Melawi (TNB BBBR)

9. Samangki & Labuaja, Kec. Cenrana,Maros(TN Babul)

10. Kesepuhan Citorek, Kec. Cibeber,Lebak (TN GHS)

Paralel dengan proses verifikasi desa model, Tim Kerja Tenure jugamengusulkan perubahan kebijakan khususnya menyangkut tupoksi pada 2 (dua) bidangkerja di Kementerian Kehutanan yaitu Direktorat Pengukuhan dan PenatagunaanKawasan Hutan dan Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional(Pusdalreg). Usulan tersebut diterima dan dituangkan dalam Peraturan MenteriKehutanan No.P.33/Menhut-II/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan MenteriKehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 Tentang Organisasi dan Tata KerjaKementerian Kehutanan (Permenhut 33/2012, terbit 26 Juli 2012). Dengan Permenhut33/2012, terjadi perubahan menjadi Direktorat Pengukuhan, Penatagunaan danTenurial Kawasan Hutan disertai perubahan pada tugas pokok dan fungsi (Tupoksi).Sementara untuk Pusdalreg, perubahan terjadi pada tupoksinya dengan menambahkantupoksi Fasilitasi dan mediasi penyelesaian masalah tenurial kawasan hutan.

Perkembangan paska bulan juli 2012, Tim Kerja Tenure menjadi kurang efektifbekerja karena posisi ketua Tim Kerja Tenure yang dipegang oleh Ir. Made SubadiaGelgel dalam kedudukannya sebagai SAM Hubungan Antar Lembaga, tidak lagi

Page 20: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

11

berlaku karena pensiun. Setelah pensiun, yang bersangkutan duduk sebagai StafKhusus Menteri Kehutanan bidang peraturan perundang-undangan. Perubahan tersebutmenyebabkan yang bersangkutan tidak lagi memiliki otoritas dalam jabatannya untukmenjadi ketua Tim Kerja Tenure.

Untuk menjawab situasi tidak efektifnya Tim Kerja Tenure, diusulkan adaperubahan terhadap Keputusan Menteri No.SK.199/Menhut-II/2012 tentangPembentukan Tim Kerja Penyusunan Rencana Makro Tenurial Kehutanan, sekaligusmenggabungkannya dengan Tim Task Force Penyelesaian Konflik Kawasan Hutanyang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menhut No.SK.90/Menhut-II/2011 (terbit10 Maret 2011). Alasan penggabungan dua tim tersebut agar tidak terjadi tumpangtindih pekerjaan masing-masing tim. Namun, sampai saat evaluasi ini dilakukan,usulan tersebut belum terealisir meski draft rancangan Keputusannya sudah diajukan.Praktis, akibat ketidakjelasan ini, kinerja Tim Kerja Tenure terhenti untuk waktu yangtidak jelas.

B. Di Badan Pertanahan Nasional (BPN)Badan Pertanahan Nasional (BPN) merupakan salah satu aktor penting di lingkunganpemerintah dalam rangka mensukseskan program Forest Tenure Reform. Oleh karenaitu, di dalam dokumen Forest Tenure Reform, BPN diberi peran strategis dalamsejumlah rencana kegiatan Forest Tenure Reform. Untuk mensukseskan strategitersebut, terhadap BPN dilakukan pendekatan agar menyepakati dan menerimadokumen Forest Tenure Reform.

Menggunakan pendekatan personal (melalui Staf Khusus di era Kepala BPNdijabat oleh Joyo Winoto), dokumen Forest Tenure Reform diajukan ke BPN.Terhadap gagasan, program dan kegiatan yang tertuang dalam Forest Tenure Reform,BPN merespon secara positif. Secara official kemudian diadakan pertemuan yangdiinisiasi oleh BPN yang menghadirkan seluruh Kepala Kanwil Pertanahan, PejabatEselon Satu Kementerian Kehutanan dan perwakilan koalisi CSO, pada akhir tahun2011. Salah satu agenda dalam pertemuan itu adalah penjelasan mengenai ForestTenure Reform.

Kepala BPN Joyo Winoto merespon secara positif dan menganggap ada titiksinggung antara program reforma agraria di BPN dengan Forest Tenure Reform.Kemudian, secara internal Kepala BPN menempatkan personal-personal dibawahnyasesuai dengan kapasitasnya untuk mendorong dilaksanakannya reforma agraria dikawasan hutan. Saat itu inisiatif pendaftaran wilayah adat yang diusung oleh CSOsudah masuk dan diterima oleh BPN meskipun belum ada payung hukum yangmengaturnya.

Akibat situasi perpolitikan nasional berubah, terutama terkait kegaduhanreshuffle Kabinet SBY pada tahun 2012, sejumlah menteri SBY diganti, salah satunyaadalah Kepala BPN. Kepala BPN yang baru yaitu Hendarman Supandji, meski padaawalnya masih menerima dialog-dialog dengan CSO antara lain KPA dan AMAN,namun komitmen untuk reforma agraria dan penyelesaian konflik semakin kabur dantidak jelas.

Page 21: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

12

C. Di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)Ditandatanganinya Nota Kesepakatan Rencana Aksi Bersama tentang PercepatanPengukuhan Kawasan Hutan Indonesiaoleh 12 Kementerian dan Lembaga (NKB12 K/L) pada tanggal 11 Maret 2013,disambut positif oleh berbagai pihaktermasuk oleh CSO.

Ditengah kemacetan proses danpelaksanaan Tim Kerja Tenure akibatsituasi internal di KementerianKehutanan, NKB 12 K/L menjadimomentum positif sebagai alternatifuntuk mendorong perubahan kebijakan diKementerian Kehutanan.

Masuknya rencana kegiatanForest Tenure Reform ke dalam agendakerja KPK dalam konteks NKB 12 K/Lbaik dalam harmonisasi kebijakan,harmonisasi teknis dan prosedur, sertapenyelesaian konflik, memberi ruang baru bagi advokasi Forest Tenure Reform. Hal inimenjadi lebih konkret ketika sejumlah proponen Forest Tenure Reform yangsebelumnya aktif terlibat di Kementerian Kehutanan, ikut andil di dalam merealisasiagenda NKB 12 K/L melalui tim narasumber/expert yang diangkat melalui KeputusanPimpinan KPK No.Kep-451/01-30/06/2013 tanggal 26 Juni 2013.

Meminjam tangan KPK, sejumlah isu kebijakan kehutanan mulai dibahanantara lain revisi Peraturan Pemerintah No.44 Tahun 2004 tentang PerencanaanKehutanan, dimana isinya sudah mengakomodir konsep kawasan hutan dalam putusanMK-35/2012 dan MK-45/2011. Selain itu, program percepatan pengukuhan kawasanhutan dijadikan perhatian oleh KPK untuk menjamin kepastian hukum kawasan hutan.

D. Di beberapa lembaga lainnyaDokumen Forest Tenure Reform sudah disampaikan ke Komnas HAM, DewanKehutanan Nasional (DKN), UKP4, Kementerian Dalam Negeri dan KementerianKoordinator Kesejahteraan Rakyat. Dari informasi yang diperoleh, sejumlahperkembangan dapat dikemukakan sebagai berikut:a) Di DKN, dokumen Forest Tenure Reform diadopsi secara lengkap dalam GBHK

DKN 2011-2016. Masuknya substansi dokumen Forest Tenure Reform tidak lepasdari anggota koalisi CSO yang aktif di DKN baik yang berada di kamar Akademisi,maupun kamar masyarakat dan kamar LSM. DKN juga aktif memainkan perannyadalam mendorong penyelesaian sengketa kehutanan yang dilaporkan oleh berbagaipihak.

Page 22: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

13

b) Di UKP4, dokumen Forest Tenure Reform masuk ke dalam berbagai rencana aksidi UKP4 yang dapat dilihat di dalam dokumen rencana aksi yang dituangkan dalamlampiran Instruksi Presiden No.2 Tahun 2013 (Inpres 2/2013). Khususnya terkaitdengan penyelesian konflik, bermula dari momentum kejadian kekerasan di kasusMesuji, Pemerintah SBY meminta konsep konsep kelembagaan penyelesaiankonflik agraria. Melalui UKP4, konsep penyelesaian konflik itu di ajukan, dandisampaikan ke Pemerintah. Hal tersebut ditindaklanjuti dengan terbitnya Inpres2/2013. Meski Inpres-nya bernuansa represif dengan judul “Penanganan gangguankeamanan dalam negeri”, namun isi dari rencana aksinya cukup baik, khususnyaterkait dengan penyelesaian konflik dan masyarakat hukum adat yang relevandengan dokumen Forest Tenure Reform. Melalui UKP4, terbit Inpres 6/2013 terkaitdengan diperpanjangny masa Penundaan Pemberian Izin Baru dan PenyempurnaanTata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut. Selain itu, UKP4 jugamendorong adanya kajian mengenai pengakuan keberadaan dan hak masyarakathukum adat dan mengembangkan panduan penyusunan Peraturan Daerah mengenaipengakuan keberadaan dan hak masyarakat hukum adat, serta mengembangkanmekanisme klaim dan verifikasi (Klaver) dari pihak ketiga (termasuk masyarakathukum adat) terhadap kawasan hutan.

c) Di Komnas HAM, setelah dilakukan pertemuan dengan Ketua Komnas HAM padaera Ifdal Kasim, dukungan terhadap dokumen Forest Tenure Reform sudahdiberikan, dan ada titik singgung antara tugas dari Komnas dalam penyelesaiankonflik berbasis sumber daya alam. Belakangan, Komnas HAM periode saat iniyang merupakan salah satu dari 12 K/L yang turut tanda tangan NKB 12 K/Lmemiliki aksi Inquiri Nasional terkait penyelesaian konflik tanah-tanah ulayat/adat.Komnas HAM telah dan sedang melakukan studi atas 41 kasus terkait konflik tanahdari perspektif HAM dan ethnografik bersama dengan Sayogyo Institure. Saat iniKomnas HAM tengah mendorong pembentukan Unit Khusus dibawah Presidenyang bertugas untuk menangani permasalahan Masyarakat Hukum Adat.

d) Di Kementerian Dalam Negeri, melalui peran dari para anggota koalisi yangterlibat di dalam pembahasan Undang-Undang (UU) Desa (No.6/2014) berhasilmeyakinkan Pemerintah bahwa Putusan MK-35/2012 perlu menjadi rujukan dalammengkonstruksikan keberadaan desa adat di dalam UU Desa. Kementerian DalamNegeri, telah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.52/2014 mengenaiPedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat, yang saat ini jadipeluang bagi percepatan pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat.

e) Di Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemenkokesra), bekerja samadengan BP REDD+ dan UKP4, melakukan pengkajian untuk implementasi MK-35/2012 dam rangka pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat. Sejumlahanggota koalisi baik secara kelembagaan maupun individu terlibat dalampembahasan inisiatif ini. Salah satu yang didorong dari hasil diskusi diKemenkokesra adalah Instruksi Presiden terkait pelaksanaan substasi dari putusanMK-35/2012.

Page 23: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

14

IIICAPAIAN, CARA KERJA DAN HAMBATAN

PELAKSANAAN FOREST TENURE REFORM

Dokumen Forest Tenure Reform sudah berada di berbagai lembaga pemerintah yangdiharapkan mampu menjalankan berbagai program dan kegiatan-kegiatan yang tercakupdalam Forest Tenure Reform. Ada tiga ranah perubahan yang menjadi target dari ForestTenure Reform yaitu 1) Perbaikan kebijakan dan percepatan proses pengukuhan kawasanhutan; 2) Penyelesaian konflik kehutanan; 3) Perluasan wilayah kelola rakyat danpeningkatan kesejahteraan masyarakat adat dan masyarakat lokal lainnya. Ketiganyadiharapkan mampu membawa kebijakan tenurial penguasaan tanah dan kawasan hutanyang berkepastian dan berkeadilan.

Gambar-3: Tiga Ranah Perubahan Kebijakan Tenurial Kehutanan

A. Capaian Hasil Forest Tenure ReformDari ketiga arena perubahan tersebut masing-masing memiliki langkah-langkah perubahanyang harus dilakukan agar mampu mencapai tujuan, yaitu:

Ranah Perubahan 1:Perbaikan kebijakan dan percepatan proses pengukuhan kawasan hutan1. Merumuskan pengertian kawasan hutan, hutan negara, dan hutan adat yang tepat2. Mendorong perbaikan kebijakan dan percepatan proses pengukuhan kawasan hutan

Page 24: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

15

3. Membangun sistem pemetaan yang akuntabel, terbuka dan terintegrasi4. Menyelesaikan tumpang tinding perizinan di kawasan hutan dan melakukan penegakan

hukum terhadap pemberian izin-izin yang menyimpang dari fungsi kawasan hutan5. Menyelesaikan status hukum desa-desa dalam (berinteraksi dengan) kawasan hutan6. Menetapkan hak pengelolaan sebagai alas hak yang sah bagi untuk menguasai kawasan

hutan negara.

Gambar-4: Ranah Perubahan 1

Untuk melihat sejauhmana capaian atas hasil dari advokasi ranah perubahan 1,tidak hanya dilihat dari ukuran-ukuran yang telah ditetapkan di dalam dokumen ForestTenure Reform, tetapi juga dari perubahan yang sudah terjadi akibat dari perubahan situasinasional yang terkait. Misalnya terkait perubahan definisi kawasan hutan, hutan negara danhutan adat, harus melihat 2 (dua) putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yaitu Putusan MK-45/2011 yang diucapkan tanggal 21 Februari 2012 dan Putusan MK-35/2012 yangdiucapan tanggal 16 Mei 2013. Dari kedua putusan MK tersebut definisi kawasan hutan,hutan negara dan hutan adat sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh perubahan 1. Lihatselengkapnya dalam matriks capaian hasil dibawah ini.

Tabel-4: Capaian Pada Ranah Perubahan 1

Langkah Perubahan Capaian Keterangan

1. Merumuskan pengertiankawasan hutan, hutan negara,dan hutan adat yang tepat

Definisi kawasan hutan, hutannegara dan hutan adat telahberubah dengan keluarnyaPutusan MK-45/2011 (21 Feb2012) dan Putusan MK-35/2012(16 Mei 2013)

Dalam putusan MK-45/2011 CSOterlibat sebagai pihak terkait (ledby HuMa); dan MK-35/2012diajukan oleh AMAN, CSO lainterlibat menjadi kuasa hukummelalui lawyer yang dimilikinya.

Page 25: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

16

Saat ini, Kementerian Kehutanansedang merevisi PP 44/2004Tentang Perencanaan Kehutananyang substansinya sudah mulaimengakomodir konsepsi kawasanhutan sesuai putusan MK-45/2011dan MK-35/2012. Anggota koalisiCSO banyak terlibat dalammembahas revisi PP 44/2004.

2. Mendorong perbaikankebijakan dan percepatanproses pngukuhan kawasanhutan

- Terbitnya SK.199/Menhut-II/2012 tentang PembentukanTim Kerja Penyusunan RencanaMakro Tenurial Kehutanan

- Terbitnya PermenhutP.33/Menhut-II/2012 tentangPerubahan Atas PermenhutP.40/Menhut-II/2010 TentangOrganisasi dan Tata KerjaKementerian Kehutanan

- Masuknya substansi ForestTenure Reform ke dalamlampiran NKB 12 K/L danrencana aksi NKB 12 K/L,berhasil mendorong percepatanpengukuhan kawasan hutan,meski masih kontroversialhasilnya karena dilakukandengan cara yang tidakpartisipatif dan transparan.

SK Menhut199/2012 danPermenhut 33/2012 merupakanhasil kerja permulaan dari koalisiCSO melalui kementeriankehutanan. Sementaraperkembangan melalui KPK(NKB 12 K/L) merupakan upayamengatasi kemacetan proses diKemenhut.

Saat ini Kemenhut sudahmenerbitkan revisi terhadapPermenhut 44/2012 yaituPermenhut 62/2013 tentangPengukuhan kawasan hutan.Namun koalisi CSO menganggapisinya revisinya tidak dengansesuai dengan rencana aksi NKB12 K/L.

3. Membangun sistem pemetaanyang akuntabel, terbuka danterintegrasi

AMAN sudah mencobamembangun komunikasi denganpihak BIG dalam rangkamengintegrasikan peta partisipatifwilayah adat, meski diterima olehBIG, namun tidak bisadiintegrasikan karena perbedaansistem/teknologi pemetaannya.

Selain AMAN yang memilikiinisiatif, urusan perpetaan inimerupakan bagian dari kerja-kerjaCSO yang aktif di masalahpemetaan.

JKPP dan AMAN terlibatmemberikan masukan terhadapSOP Pemetaan Partisipatif yangdisiapkan oleh BIG. Dimana SOPpemetaan partisipatif merupakanbagian dari KNKB 12 K/L.

4. Menyelesaikan tumpangtinding perizinan di kawasanhutan dan melakukanpenegakan hukum terhadappemberian izin-izin yangmenyimpang dari fungsikawasan hutan

Upaya melakukan kajian tumpangtindih perizinan dilakukanmasing-masing oleh UKP4.

KPK melalui rencana aksi NKB12 K/L melakukan kajianmengenai perizinan sektorKehutanan

5. Menyelesaikan status hukumdesa-desa dalam (berinteraksidengan) kawasan hutan

- Sudah ditentukan 10 desa modeldengan kriteria sebagaimanadimaksud pada Tabel-3.

- Sudah dilakukan verifikasiterhadap 4 desa model, namunberhenti karena ketidakjelasan

Kegiatan ini merupakan bagiandari Tim Kerja Tenure (SK.199/2012). Kerja belum tuntasakibat ketidakjelasan proses diInternal Kemenhut.

Page 26: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

17

proses di internal Kemenhut. Inisiatif ini dilanjutkan melaluiKemitraan yang menindaklanjutihasil verifikasi melaluipenyelesaian mediasi.

Perkembangan dari sisipenunjukkan kawasan hutan, dataKemenhut menyatakan bahwasebagian daerah permukiman telahdikeluarkan dari data penunjukkankawasan hutan, sehingga desa-desa yang ada di kawasan hutan,jumlahnya tinggal 18.000 desa.

Saat ini sedang dirancang SuratKeputusan Bersama antara BPN,Kemenhut dan Kemendagritentang penyelesaian hak-hakpihak 3 (masyarakat) di kawasanhutan. Inisiatif ini merupakanbagian dari NKB 12 K/L.

6. Menetapkan hak pegelolaansebagai alas hak yang sahbagi untuk menguasaikawasan hutan negara

Belum ada informasi Belum ada kemajuan

Ranah Perubahan 2:Penyelesaian konflik kehutanan1. Membangun strategi terpadu untuk penyelesaian konflik tenurial kehutanan2. Mempercepat proses penyelesaian konflik dan mencegah terjadinya konflik baru3. Pelembagaan penyelesaian konflik

Gambar-5: Ranah Perubahan 2

Page 27: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

18

Tabel-5: Capaian Pada Ranah Perubahan 2

Langkah Perubahan Capaian Keterangan

1. Membangun strategi terpaduuntuk penyelesaian konfliktenurial kehutanan

Upaya untuk mengembangkanmodel penyelesaian konfliktenurial kehutanan dilakukanmelalui pembelajaran dari 10 desamodel, meski akhirnya belumberhasil dituntaskan karenamasalah internal di Kemenhut.

DKN dan WG-Tenure mambantudalam metodologi (RaTA)memiliki peran penting dalammengawal rencana kegiatan ini,namun belum ada informasimengenai hal ini.

WG-Tenure melakukanpeningkatan kapasitas para pihakyang bersengketa utamanyamasyarakat lokal/adat, staf Pemda,Staf Dinas Kehutanan, KepalaKPH, Staf KPH, dan aktivis NGOmelalui pelatihan pemetaankonflik tenurial, dimanakurikulum yang dibangun olehWG-Tenure, ICRAF, Samdhana,HuMa, sudah diadopsi oleh PusatDiklat Kehutanan.

WG-Tenure mendorong prosesassessment yang melibatkan parapihak untuk terlibat secarapartisipatif dalam prosesassessment di beberapa wilayahKPH antara lain KPH KapuasHulu, KPH Banjar, KPH RinjaniBarat, KPH Berau Barat, KPHRegister 47 Way Terusan.

Setelah 4 desa diverifikasi, prosesberhenti. Padahal, harapannyasetelah verifikasi 10 desa,diharapkan ada pembelajaranmengenai tipe konflik dan carapenyelesaiannya.

Setidaknya ada beberapa kasusyang sudah selesai, menuju selesaidan masih dalam proses antaralain, kasus PT. WKS denganmasyarakat desa senyerang Jambiyang selesai dengan suatukesepakatan kemitraan, kasusKPH Register 47 Way Terusan,Lampung Tengah, dimanamasyarakatnya sedangmembangun kesepakatankemitraan KPH dan DinasKehutanan, dan kasus PandumaanSipituhuta di Kab. HumbangHasundutan yang masih dalamproses meski cenderung berhenti.

Salah satu materi training adalahanalisis gender dalam konfliktenurial kehutanan.

2. Mempercepat prosespenyelesaian konflik danmencegah terjadinya konflikbaru

Tim Kerja Tenure yang jugabekerja untuk melakukanpengkajian, pemetaan masalahtenurial kehutanan, dan sudahmenetapkan 10 desa model untukmembangun pembelajaranmengenai cara menyelesaikankonflik tenure, sudah berjalan,namun berhenti karena masalahinternal di Kemenhut.

Dari sisi DKN, upayapenyelesaian konflik tenurialkehutanan yangdifasilitasi/dimedisi DKN, seringberbenturan dengan kerja dari TimTask Force Penyelesaian KonflikKawasan Hutan yang dibentukoleh Menhut. Oleh karenaya,dalam beberapa kasus DKNmengembalikan mandatnyakepada Menhut.

3. Pelembagaan penyelesaiankonflik

Pelembagaan penyelesain konflikyang diharapkan menjadi salahsatu hasil kerja dari Tim KerjaTenure melalui proses verikasi 10desa model, tidak berlanjut karenamasalah internal di Kemenhut.

Perlu informasi perkembanganinisitif ini dibawah kendali NKB12 K/L dimana KPA ikutmembantu dalam rangkamenyusun model-modelpenyelesaian konflik.

Page 28: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

19

Sudah ada tupoksi di Pusdalregdalam rangka penyelesaiankonflik secara mediasi melaluiperubahan P.33/2012.

Disisi lain, AMAN, KPA,HUMA, EPISTEMA, DKN, WG-Tenure memiliki kerja-kerjadalam penyelesaian konflik tenureatas kawasan hutan yangberkontribusi terhadap upayamendorong hadirnya lembagapenyelesaian konflik.

Secara khusus Komnas HAMsedang mendorong pembentukanunit khusus di bawah presidenuntuk menangani konflik terkaitmasyarakat hukum adat, dansedang menjalankan programNational Inquiry MasyarakatHukum Adat.

Sementara inisiatif Komnas HAMterkait National InquiryMasyarakat hukum adatmerupakan bagian dari rencanaaksi NKB 12 K/L.

Ranah Perubahan 3:Perluasan wilayah kelola rakyat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat adatdan masyarakat lokal lainnya.1. Pengakuan hak-hak masyarakat adat atas wilayahnya2. Percepatan dan perluasan wilayah kelola masyarakat lokal di sekitar hutan dengan

skema HKm, Hutan Desadan HTR3. Pemberdayaan masyarakat di kawasan konservasi4. Pemberdayaan asyarakat melalui skema kemitraan5. Peningkatan kesejahteraan masyarakat

Gambar-6: Ranah Perubahan 3

Page 29: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

20

Tabel-6: Capaian Pada Ranah Perubahan 3

Langkah Perubahan Capaian Keterangan

1. Pengakuan hak-hakmasyarakat adat ataswilayahnya

- Keluarnya putusan MK-35/2012menjadi bagian penting dariupaya pengakuan hak-hakmasyarakat adat ataswilayahnya, meski respon diKementerian Kehutanan masihbelum selaras dengan putusanMK itu sendiri.

- Terbitnya perda-perda yangmendukung pengakuan hakmasyarakat adat yang diadvokasioleh koalisi CSO. Dan draft-draft perda masih diadvokasisampai sekarang

- Ada Inquiri Nasional di KomnasHAM dimana prosesnyadidukung oleh koalisi CSO

- Inisiatif dari UKP4 dalammendorong adanya mekanismeklaim dan verifikasi / Pengakuandan pembuktian Hak sertamendorong pengakuanmasyarakat hukum adat melaluiperda dengan menyusunpedoman penyusunan perdapengaturan dan pengakuan.

AMAN, HUMA, EPISTEMA,BRWA, JKPP banyak terlibatdalam proses advokasi perdapengakuan hak masyarakat adat.

Di dalam kegiatan yang dilakukanoleh UKP4, anggota koalisi CSOEpistema banyak terlibat didalamnya.

Kemenkokersa berinisiatif untukmendorong implementasi MK-35/2012, dan usulan yangmengemuka adalah penerbitanInpres mengenai pelaksanaanMK-35/2012, dalam hal iniAMAN banyak terlibatdidalamnya.

2. Percepatan dan perluasanwilayah kelola masyarakatlokal di sekitar hutan denganskema HKm, Hutan Desa danHTR

- Sudah ada draft-draft revisiskema pembedayaan (HD, HKm,HTR).

- Sudah ada Permenhut KemitraanNo.39/2013

- Berbagai inisiatif koalisi CSOseperti FKKM, KPSHK, WG-Tenure dalam rangka mendorongperluasan wilayah kelolamasyarakat atas kawasan hutan.

Dari sisi kuantitas luas wilayahkelola masyarakat masih belumoptimal, bahkan cenderungrendah. Dengan adanya putusanMK-35/2012, ada keinginan kuatuntuk memperoleh hutan adanyakembali.

Menurut Koalisi CSO, Kemenhutbelum membuka diri untukmempercepat terwujudnya HutanAdat, hal ini terlihat program FIPdan MFP mengecualikan HutanAdat dalam target percepatanpengelolaan hutan berbasismasyarakat. Sedangkan untukHKM dan Hutan desa perluperubahan kebijakan denganmemberikan izin HKM dan HutanDesa sebelum hutan adat selesaiprosesnya (hal ini disebut aturannon weaver clause) pada SKHKM dan Hutan desa. Hal inimerupakan salah satu agendaNKB 12 K/L yang masih berjalan.

3. Pemberdayaan masyarakat dikawasan konservasi

- Proses revisi UU 5/1990 sudahmasuk lagi dalam pembahasan diDPR, namun masih

FKKM aktif dalam prosesadvokasi perubahan kebijakan ini.

Page 30: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

21

mengabaikan isu sosial

4. Pemberdayaan masyarakatmelalui skema kemitraan

- Terbit Permenhut P.39/2013tentang Kemitraan, dan sudahdilakukan upaya-upayamembangun pilot.

Kemitraan, WG-Pemberdayaan,FKKM aktif dalam advokasi ini,baik melalui internal Kemenhutmaupun atas inisiatif masing-masing.

5. Peningkatan kesejahteraanmasyarakat

Belum ada informasi

B. Cara Kerja Koalisi CSOUntuk melihat cara kerja koalisi CSO dalam mendorong implementasi dokumen ForestTenure Reform harus melihat dari pengalaman yang ada dari masing-masing pelakupendukung Forest Tenure Reform. Hal ini terjadi karena koalisi CSO tidak pernahmerumuskan secara tegas atau tertulis bagaimana mekanisme kerjanya. Banyak haldiputuskan melalui proses komunikasi antar anggota koalisi tanpa rapat-rapat formal,demi respon cepat atas perkembangan situasi, inisiatif mengambil peluang untuk suatuperubahan yang telah dituangkan dalam dokumen Forest Tenure Reform.

Meskipun tidak mudah untuk mengidentifikasi berbagai pengalaman cara kerjakoalisi selama ini, sejumlah aspek dapat diidentifikasi sebagai pola kerja yangberkembang dalam koalisi yaitu:

1) Konsolidasi gagasan dan strategi, saling berhubungan dan berbagi peranDokumen Forest Tenure Reform disadari sebagai hasil dari konsolidasi gagasandan kerja-kerja yang selama ini sudah dilakukan oleh para anggota koalisi CSO.Oleh karenanya, kehadiran dokumen Forest Tenure Reform tidak mengambil alihkerja-kerja yang sedang dilakukan oleh para anggota koalisi CSO. Diakui puladokumen Forest Tenure Reform justru membantu untuk menghubungkan kerja-kerja yang selama ini dilakukan oleh para anggota CSO satu sama lain, sehinggabisa saling mengetahui siapa sedang melakukan apa dan saling mendukung satusama lain.

2) Koalisi tidak mengikatDengan latar belakang berfikir demikian, platform kerja CSO pendukung ForestTenure Reform dibentuk tidak mengikat atau cair. Tidak mengikat dalam arti paraanggota CSO penyusun dokumen Forest Tenure Reform secara moral dimintaterlibat aktif dalam kerja bersama Koalisi CSO ketika berhubungan denganlembaga pemerintah, dan memasukan agenda-agenda kerja Forest Tenure Reformke dalam rencana kerja masing-masing organisasi anggota koalisi CSO. Meskidisatu sisi platform kerja koalisi yang tidak mengikat memberikan kenyamanan dankeleluasaan bergerak untuk para anggota koalisi, namun disisi lain, dalam beberapasituasi aspek konsolidasi, komunikasi, diseminasi informasi terbilang kurang tertib.

Page 31: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

22

Stretegi diaspora bisa dilihat dariketerlibatan sejumlah anggota koalisidalam berbagai sektor, misalnya Prof.

Hariadi, Myrna Safitri, Martua Sirait,Noer Fauzi di dalam Tim Expert dalam

Implementasi rencana aksi NKB 12K/L. disisi lain AMAN, JKPP aktif

dilingkaran BIG dan memperjuangkanpengakuan Peta Partisipatif. HUMA,

KPA aktif mendukung “NationalInquiry Masyarakat Adat” bersama

Komnas HAM. Epistema banyakterlibat dalam kegiatan UKP4 untukinisiatif pengakuan dan pembuktianhak masyarakat di kawasan hutan.

Implikasinya hasil-hasil kerja koalisi yang tersebar dimana-mana masih belumdiketahui oleh sebagian anggota koalisi, meski koalisi telah berjalan 3 (tiga tahun).

3) Tidak terstrukturPola kerja dengan basis tanpa ikatan (cair) mengarahkan pilihan pembagianperan/kerja yang tidak terstruktur, karena tidak ada bangunan struktur organisasikoalisi. Dengan begitu, pola pengambilan keputusan menjadi tidak terpusat, tetapidiputuskan melalui kesepakatan dan tidak formal, dalam arti dapat saja keputusandiambil melalui komunikasi antar individu sesama anggota koalisi. Selain itu, polamonitoring dan evaluasi periodik terhadap strategi, rencana-rencana kegiatan danhasil kegiatan dalam siklus aksi – refleksi tidak menjadi perhatian.

4) Strategi diasporaCara kerja para anggota koalisi baik organisasi maupun individu terbilang unik.Semua lini yang berpotensi mendorong perubahan sebagaimana diharapkan olehdokumen Forest Tenure Reformdimasuki, dengan tujuan agar perubahansegera terjadi. Dengan modal kumpulanorganisasi-organisasi dan orang-orangyang kompeten dalam berbagai aspek(Kebijakan, Pendampingan, Kajian, dll.)memungkinkan koalisi CSO ini berperandiberbagai ruang, baik di lembagapemerintahan (Kementerian-kementerian,UKP4) dan lembaga negara lainnyaseperti KPK, Komnas HAM. Strategidiaspora ini terbukti cukup ampuh untukmerealisasikan tujuan-tujuan di dalamdokumen Forest Tenure Reform.

5) Semua tempat adalah arena “pertarungan”Berbasis pengalaman di Kementerian Kehutanan dimana upayamengimplementasikan Forest Tenure Reform berjalan melambat cenderung macet,akibat ketidakpastian Tim Kerja Forest Tenure, koalisi mengalihkan energy untuk“membantu” KPK dalam merealisasikan program dalam NKB 12 K/L. strategi initerbukti ampuh mendorong perubahan-perubahan khususnya dalam kebijakankehutanan terkait percepatan pengukuhan kawasan hutan. Sejumlah anggota koalisibaik individu maupun organisasi terlibat dalam proses implementasi NKB 12 K/L.

Page 32: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

23

Peran Ketua Tim Kerja Tenure yangdijabat oleh Pak Made S. Gelgel, disaatyang sama juga duduk sebagai StafAhli Menteri, memberi kontribusidalam merealisasikan perubahantupoksi pusdalreg dan direktoratpengukuhan kawasan hutan. Dengankemampuan dan relasinya baik diinternal kementerian kehutanan dan dikementerian lain, khususnyakementerian Pendayagunaan AparaturNegara (PAN) bisa meloloskan usulanperubahan tersebut.

6) Merawat “champions” diKementerianTidak dipungkiri bahwa peran para“champions” di Kementerianmemberi kontribusi yang nyatadalam merealisasikan agenda-agendaForest Tenure Reform. Misalnya, diKementerian Kehutanan dimana TimKerja Tenure berhasil mengubahtupoksi pusdalreg dan direktoratpengukuhan kawasan hutan, tidaklepas dari sosok ketua Tim Kerjayang masih aktif sebagai pegawaidan punya kedudukan diKementerian Kehutanan. Kerja“gerilya” di internal kementeriandalam beberapa aspek lebih efektifmerubah sesuatu dibanding advokasiterbuka.

C. Hambatan-HambatanCara kerja yang dijelaskan diatas selain terbukti cukup ampuh dalam menghasilkanperubahan-perubahan di tiga ranah yang telah ditetapkan, diakui pula menjadipenghambat proses dan optimalisasi pencapaian hasil dari agenda kerja Forest TenureReform. Hambatan-hambatan yang dijelaskan disini, selain yang bersumber dari faktorinternal yang merupakan ekses dari cara kerja yang disebutkan diatas, ada juga yangbersumber dari faktor eksternal.

1) Hambatan internala. Belum jelasnya struktur organisasi koalisi CSO

Apapun pilihan platform kerja koalisi CSO, apakah cair atau mengikat, tetapharus memiliki struktur organisasi yang tertata. Dengan kata lain, adapembagian peran/kerja yang jelas mengenai siapa yang menjadi pemimpin ataukoordinator, penangggung jawab pada masing-masing program/kegiatan-kegiatan, PME (planning, monitoring and evalution). Ketidakjelasan, bisadilihat dari proses yang berlangsung selama tiga tahun (2011-2014) dimanasetelah disepakati koordinator koalisi CSO yaitu Epistema, tidak adakesepakatan siapa yang “mengawal” (penangungjawab) pelaksanaan kegiatanpada setiap ranah perubahan yang telah ditetapkan dalam dokumen ForestTenure Reform, termasuk bagaimana menghubungkan agenda di tingkatnasional dengan di daerah. Hal ini menyebabkan tidak optimalnya pencapaianhasil dan beban kerja tidak berimbang pada sebagian anggota koalisi. Hal yang

Page 33: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

24

sama, terjadi pada proses monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan Forest Tenure Reform belum dilakukan secara periodik. Sebagaimisal, siapa yang memonitor perkembangan di setiap Kementerian/Lembaga(K/L) yang menjadi target dari Forest Tenure Reform? Sampai sejauh ini, K/Lyang relatif termonitor adalah di KPK (NKB 12 K/L), Kehutanan, KomnasHAM, UKP4. Selebihnya belum termonitor dengan baik.

b. Belum jelasnya mekanisme kerja koalisi CSOTitik tekan dari ketidakjelasan ini utamanya terkait distribusi informasi kepadaanggota koalisi, pengambilan keputusan/kesepakatan dan koordinasi koalisiCSO. Masalah ini muncul sebagai konsekuensi dari cara kerja “cair/tidakmengikat” dari koalisi CSO. Meskipun cara kerja ini merupakan kesepakatanplatform kerja koalisi, namun jika tidak diantisipasi dengan kedisplinan untukmengkonsolidasikan anggota koalisi CSO, intensitas komunikasi danpemerataan informasi berakibat pada beban kerja yang tidak terbagi rata padaanggota koalisi CSO dan tidak meratanya informasi. Terkait pemerataaninformasi misalnya, ada anggota koalisi tahu banyak, namun ada anggotakoalisi yang tahu sedikit. Ketidakmerataan informasi ini, sedikit banyakmelemahkan ikatan kerja bersama dalam koalisi CSO untuk mendorong ForestTenure Reform.

c. Tidak optimalnya “supporting system”Terkait supporting system, tekanannya ada pada keberadaan sekretariat yangmenjadi simpul koordinasi koalisi. Epistema yang telah disepakati sebagaisimpul koordinasi koalisi, namun pada saat yang sama juga harus menjalankanroda organisasinya sendiri mengalami tingkat beban manajerial yang tinggi,sehingga pada titik tertentu tidak memiliki waktu dan energy yang cukup untukmengurus koordinasi koalisi. Aspek lainnya ada pada support pendanaan koalisiCSO yang mana pada periode 2011-2014 belum rencana pendanaan khusus,termasuk bagaimana mengelolanya misalnya: 1) apakah dikelola secara terpusatatau terdistribusi pada anggota-anggota koalisi; 2) apakah kontrak dukunganpendanaan ditandatangani oleh simpul koalisi atau ditandatangani oleh masing-masing anggota koalisi yang mendapat dukungan pendanaan tertentu darilembaga donor.

d. Belum optimalnya pengelolaan expertise anggota koalisiDisadari bahwa anggota koalisi memiliki sumber daya manusia dengankualifikasi ahli baik yang berhubungan dengan pengetahuan substantivemaupun praktik. Namun keahlian mereka belum optimal dimanfaatkan. Sebagaimisal, jika keahlian anggota bisa dioptimalkan pada seluruh K/L yang menjaditarget Forest Tenure Reform, maka pelaksanaan dan monitoring forest tenurereform pada K/L yang bersangkutan akan lebih maksimal.

Page 34: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

25

2) Hambatan Ekternala. Kondisi internal Kementerian yang memiliki group/klik dengan kepentingan

masing-masing. Hal seperti ini lumrah hampir di semua K/L. Namun sebagaicontoh yang nyata ada di Kementerian Kehutanan terkait dengan Tim KerjaTenurial, yang pada akhirnya macet akibat “persaingan” pengaruh daneksistensi antar elit pejabat. Dengan berhentinya agenda-agenda kerja TimKerja Tenurial menyebabkan pelaksanaan Forest Tenure Reform diKementerian Kehutanan yang didorong koalisi CSO juga berhenti.

b. Adanya Tumpang tindih program/kegiatan antara lembaga pemerintah/Negarayang terkesan menjadi persaingan antar lembaga pemerintah/Negara, misalnyaantara KPK melalui NKB 12 K/L dengan program UKP4 yang berhubungandengan percepatan pengukuhan kawasan hutan. Persaingan ini, secara nyataberakibat pada tidak berjalannya koordinasi antara KPK dengan UKP4khususnya dalam hal kegiatan “Indonesia memantau hutan (IMH)” yangmerupakan kegiatan untuk menginformasikan proses, kemajuan kemundurandari 568 rencana aksi NKB 12 K/L.

c. Kondisi pergantian jabatan di kabinet yang berdampak pada pelaksanaan ForestTenure Reform di Kementerian tertentu, misalnya di BPN. Saat ada pergantianKepala BPN pada pertengahan 2012, menyebabkan berhentinya agenda ForestTenure Reform di BPN, karena Kepala BPN yang baru tidak memilikikomitmen terhadap agenda Forest Tenure Reform.

Page 35: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

26

IVPENUTUP

Saran dan Rekomendasi

Pada bagian penutup ini, akan disajikan saran dan rekomendasi yang didasarkan padacapaian-capaian yang telah diperoleh dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Berikutadalah saran dan rekomendasinya:

1) Memperkuat strategi yang sudah cukup efektif berjalan selama 3 tahun terakhir sepertistrategi diaspora anggota koalisi di berbagai Kementerian/Lembaga (K/L) yangmenjadi target; merawat “champions” di internal K/L yang bisa menjadi counterpartsubstansi dan membantu menjembatani komunikasi ke dalam Internal kementerianyang bersangkutan; strategi menjadi semua tempat (K/L) adalah arena pertarunganyang harus dimasuki, hal ini juga untuk mengantisipasi kemungkinan kemacetan prosesdan progress forest tenure reform pada satu kementerian.

2) Mengembangkan strategi adaptif terhadap perubahan cepat yang terjadi di tingkatnasional maupun daerah misalnya keluarnya putusan MK-45/2011 dan MK-35/2012,Putusan Mahkamah Agung (MA) yang membatalkan Surat Keputusan Menhut tentangPenunjukkan kawasan hutan di Sumatera Utara, keluarnya SK Menhut sebanyak 733buah yang menetapkan 58,2 Juta Ha kawasan hutan, terbitnya UU Desa No.6/2014 danperaturan pelaksananya, dan inisiatif Pemda-Pemda yang berniat mengakui keberadaanmasyarakat hukum adat. Untuk itu, perlu dilakukan kajian sosio-legal sebagai bahanpendukung bagi pengembangan strategi adaptif tersebut.

3) Memperbaiki organisasi dan tata kerja koalisi, dengan focus kepada:a. Membangun struktur organisasi koalisi, baik untuk model koalisi cair maupun

permanen. Fungsi yang harus ada dalam koalisi adalah substansi, lobby dansecretariat.

b. Menentukan model kepemimpinan yang tepat. Pilihan untuk mengembangkankepemimpinan kolektif yang dapat bekerja secara efektif bisa menjadi prioritas.

c. Memilikis secretariat yang berfungsi sebagai simpul informasi dan koordinasiyang dilengkapi dengan infrastruktur memadai.

d. Membangun tanggung jawab kolektif antar lembaga pendukung koalisi melaluiikatan nota kesepahaman dengan lingkup kerja dan tanggung jawab yang jelas.

4) Membangun Sistem Monitoring dengan cara mengembangkan index tenure reformsebagai alat bantu pemantauan.

5) Memperbaiki roadmap forest tenure reform dengan mempertimbangkan berbagaiperubahan yang telah dicapai, terbitnya berbagai putusan peradilan (MK/MA),berbagai peraturan perundang-undangan yang baru terbit dan inisiatif-inisiatif K/Ldalam rangka Forest Tenure Reform. Perlu dipertimbangkan untuk tetap focus kepada

Page 36: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

27

isu tenure di kawasan hutan dengan ruang intervensi di tingkat nasional maupundaerah.

6) Melanjutkan pengawalan secara konsisten di K/L sebagai berikut:o Kementerian Kehutanan, untuk mengawal revisi PP No.44/2004 mengenai

Perencanaan Kehutanan, Permenhut No.44/2012 tentang Pengukuhan Kawasanhutan, mengawal implementasi Peraturan Bersama Menteri terkait penyelesaiansengketa/konflik di kawasan hutan, revisi UU Konservasi No.5/1990,mendorong terbitnya peraturan mengenai pengakuan hutan adat sebagaiimplementasi dari MK-35/2012, penyederhanaan skema HKm, Hutan Desa danHutan Tanaman Rakyat.

o Badan Pertanahan Nasional atau Kementerian Agraria, untuk kembalimeneruskan agenda reforma agraria, termasuk di dalamnya penyelesaiankonflik tanah baik yang berada di kawasan hutan maupun diluar kawasan hutan,mereview peraturan mengenai pengakuan hak ulayat dan pendaftaran tanahulayat, sejalan dengan UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah.

o Kemendagri, mengawal implementasi UU Desa khususnya yang terkaitpenetapan desa adat dan pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat sertapenyelesaian konflik yang berbasis sumber daya alam.

o Di Komnas HAM, melanjutkan pengawalan terhadap tindaklanjut pelaksanaannational inquiry masyarakat hukum adat dan penyelesaian konflik tanah.

o Di BIG, mengawal proses pemetaan tanah adat untuk memastikan diadopsinyapeta-peta partisipatif yang sudah banyak dilakukan oleh anggota koalisi.

o Di Kemenkokersa, mengawal agenda implementasi putusan MK-35/2012 dalamrangka pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat.

7) Melakukan intervensi bersama di beberapa kabupaten, yang dimulai denganpendampingan masyarakat, pendampingan Pemerintah Daerah dan DPRD sertapengutaan CSO di kabupaten.

8) Menyusun strategi kerja yang adaptif sehubungan dengan akan dibentuknya kabinetbaru dalam pemerintahan Jokowi-JK 2014-2019. Sangat dimungkinkan adanyaperubahan nama-nama dan tupoksi kementerian yang ada di kabinet Jokowi – JK, olehkarenanya perlu secara cepat dan tepat meresponnya dengan menyiapkan roadmapforest tenure yang disesuaikan.

9) Dalam rangka penyusunan revisi roadmap forest tenure reform, perlu dilakukanterlebih dahulu identifikasi siapa melakukan apa dari seluruh anggota koalisi foresttenure reform baik yang pada level nasional maupun daerah. Tujuannya adalah untukmenghindari pengulangan aktivitas dan mengarahkan dukungan secara tepat. Untuk ituperlu dibentuk sebuah tim kecil yang menyiapkan dokumen awal.

10) Mengkonsolidasikan sumber-sumber pendanaan dan membangun komunikasi terbukaantara koalisi dengan donor dan antar anggota koalisi terkait dengan tugas yang akandikerjakan dalam kaitan dengan pelaksanaan roadmap.

11) Menyusun strategi untuk memperkuat dukungan publik yang lebih luas termasuk dariMedia, dan mengembangkan model-model pengemasan informasi untuk berbagai

Page 37: LAPORAN EVALUASI - cifor.org Evaluasi Forest... · pengelola program dan model / cara tepat mendukung masyarakat sipil dalam ... Evaluasi ini menggunakan model evaluasi formatif4

28

segmen agar agenda-agenda dan hasil-hasil yang sudah diperoleh bisa dikonsumsi olehpublik dan menjadi bagian dari proses edukasi publik.

12) Menginisiasi dialog nasional yang melibatkan seluruh kelompok kepentingan,pemerintah, lembaga negara, peradilan, masyarakat adat/lokal untuk mendialogkanperubahan-perubahan terkait agenda forest tenure reform, lesson learned, danmembangun komitmen bersama antar berbagai komponen.