LAPORAN EKOPER TEGUH

39
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan bahagian yang essensial dari protoplasma dan dapat dikatakan bahwa semua jenis kehidupan bersifat akuatik.dalam prakteknya suatu habitat dikatakan akuatik apabila mediumnya baik eksternalnya maupun internal adalah air. Ekologi adalah ilmu tentang interaksi antara organisme-organisme dengan lingkunganya.lingkungan ini punya arti yang luas, mencakup semua hal yang diluar organisme yang bersangkutan. Ekologi perairan habitatnya di bagi tiga antara lain: fresh water aquatic, marine water aquatic dan brackhis water aquatic. Di dalam mempelajari ilmu ekologi khususnya ekologi pada perairan itu kita harus membuat atau melakukan serangkaian percobaan yang biasanya dilakukan

Transcript of LAPORAN EKOPER TEGUH

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Air merupakan bahagian yang essensial dari protoplasma dan dapat dikatakan bahwa semua jenis kehidupan bersifat akuatik.dalam

prakteknya suatu habitat dikatakan akuatik apabila mediumnya baik eksternalnya maupun internal adalah air. Ekologi adalah ilmu tentang interaksi antara organisme-organisme dengan lingkunganya.lingkungan ini punya arti yang luas, mencakup semua hal yang diluar organisme yang bersangkutan. Ekologi perairan habitatnya di bagi tiga antara lain: fresh water aquatic, marine water aquatic dan brackhis water aquatic. Di dalam mempelajari ilmu ekologi khususnya ekologi pada

perairan itu kita harus membuat atau melakukan serangkaian percobaan yang biasanya dilakukan dengan bantuan parameter dan sample itu sendiri. Sampel yang dimaksud disini adalah objek yang akan kita amati. Sample diambil dangan cara yang berbeda-beda tergantung dengan apa yang akan di amati. Salah satu cara pengambilan sampel adalah dengan teknik sampling. Teknik sampling ini sangat membantu kita dalam pengambilan sampel objek yang akan kita amati.

2

1.2. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah peserta praktikum langsung terjun ke lapangan dan melakukan pengambilan sampel untuk diteliti atau diamati dengan bantuan asisten. 1.3. Manfaat Praktikum Manfaat dari prakikum ini diharapkan dapat memberikan pelajaran dalam penambilan atau teknik penyamplingan,dan maha siswa lebih mengetahui sedikit banyaknya mengenal suatu gambaran tentang suatu kondisi perairan di lokasi praktikum.

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tipe Perairan Menurut wetzel (2001) bahwa ketergantungan perairan waduk terhadap kedalaman dan musim mengakibatkan perairan waduk memiliki stratifikasi vertikal kualitas air. Ekosisrem waduk adalah salah satu dari habitat air tawar yang punya perairan yang tenang yang disebabkan oleh arus yang sangat lambat sekitar 0,1-1 cm/detik. Satari (2001) waduk adalah badan air yang selalau di genangi air setiap tahun dan memiliki kualitas air yang berbeda antara waduk satu dengan waduk yang lain. Tetapi sekarang bayak peraian yang tecemar oleh sisa makanan, eksresi, dejen, bahan pengawet, minyak dan lain-lain,(Haryadi, 2003).

2.2. SUHU Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengaturan seluruh proses kehidupan dan penyebaran organisme, dan proses metabolisme tejadi hanya dalam kisaran tertentu. Di laut suhu

berpengaruh secara langsung pada laju proses fotosintesis dan proses fisiologi hewan (derajat metabolisme dan siklus reproduksi) yang selanjutnya berpengaruh terhadap cara makan dan

pertumbuhannya.Perbedaan penerimaan radiasi matahari setiap wilayah menyebabkan perbedaan suhu, terkait dengan perbedaan letak geografis

4

lintang. Selain panas matahari, faktor lain yang mempengaruhi suhu permukaan laut adalah arus permukaan, keadaan awan, upwelling, divergensi dan konvergensi terutama sekitar estuaria sepanjang garis pantai (Handri dan Siregar, 1995). Hardjojo dan Djokosetiyanto (2005) menyatakan bahwa suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembangbiak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di air, karena bersama-sama dengan zat/unsure yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air, dan bersama-sama dengan tekanan dapat digunakan untuk menentukan densitas air. Selanjutnya, densitas air dapat digunakan untuk menentukan kejenuhan air. Suhu air sangat bergantung pada tempat dimana air tersebut berada. Kenaikan suhu air di badan air penerima, saluran air, sungai, danau dan lain sebagainya akan menimbulkan akibat sebagai berikut: 1) Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun; 2) Kecepatan reaksi kimia meningkat; 3) Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, maka akan menyebabkan ikan dan hewan air lainnya mati. Suhu dapat

mempengaruhi fotosintesa di laut baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu berperan untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesa.

5

Tinggi

suhu

dapat

menaikkan

laju

maksimum

fotosintesa,

sedangkan pengaruh secara tidak langsung yakni dalam merubah struktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplankton (Tomascik et al., 1997).

2.3 KECERAHAN Cahaya matahari merupakan sumber energi yang utama bagi kehidupan jasad termasuk kehidupan di perairan karena ikut menentukan produktivitas perairan. Intensitas cahaya matahari merupakan faktor abiotik utama yang sangat menentukan laju produktivitas primer perairan, sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis (Sulaiman, 1991). Umumnya fotosintesis bertambah sejalan dengan bertambahnya intensitas cahaya sampai pada suatu nilai optimum tertentu (cahaya saturasi), diatas nilai tersebut cahaya merupakan penghambat bagi fotosintesis (cahaya inhibisi).Sedangkan semakin ke dalam perairan intensitas cahaya akan semakin berkurang dan merupakan faktor pembatas sampai pada suatu kedalaman dimana fotosintesis sama dengan respirasi (Candra, 1994). Kedalaman perairan dimana proses fotosintesis sama dengan proses respirasi disebut kedalaman kompensasi. Kedalaman kompensasi biasanya terjadi pada saat cahaya di dalam kolom air hanya tinggal 1 % dari seluruh intensitas cahaya yang mengalami penetrasi dipermukaan

6

air.Kedalaman kompensasi sangat dipengaruhi oleh kekeruhan dan keberadaan awan sehingga berfluktuasi secara harian dan musiman (Effendi, 2003). (Jeffries dan Mills, 1996 dalam Effendi, 2003) antara lain adalah: 1. Memanasi air sehingga terjadi perubahan suhu dan berat jenis (densits) dan selanjutnya menyebabkan terjadinya percampuran massa dan kimia air. Perubahan suhu juga mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan sebagai habitat suatu organisme akuatik, karena setiap organisme akuatik memiliki kisaran suhu minimum dan maksimum bagi kehidupannya. 2. Merupakan sumber energi bagi proses fotosintesis algae dan tumbuhan air. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditemukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan

dinyatakan dalam satuan meter, nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi serta ketelitian seseorang yang melakukan pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah (Effendi, 2003).

2.4 OKSIGEN TERLARUT ( Dissolved Oxigen DO ) Oksigen terlarut merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme.Perubahan konsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan efek langsung yang berakibat pada kematian organisme perairan. Sedangkan pengaruh yang tidak langsung adalah meningkatkan toksisitas

7

bahan pencemar yang pada akhirnya dapat membahayakan organisme itu sendiri. Hal ini disebabkan oksigen terlarut digunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh dan berkembang biak (Rahayu, 1991). Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan makhluk hidup didalam air maupun hewan teristrial. Penyebab utama berkurangnya oksigen terlarut di dalam air adalah adanya bahan-bahan buangan organik yang banyak mengkonsumsi oksigen sewaktu

penguraian berlangsung (Hadic dan Jatna, 1992). Konsentrasi oksigen erlarut yang aman bagi kehidupan diperairan sebaiknya harus diatas titik kritis dan tidak terdapat bahan lain yang bersifat racun, konsentrasi oksigen minimum sebesar 2 mg/l cukup memadai untuk menunjang secara normal komunitas akuatik di periaran (Purwanto, 1990). . Selanjutnya Goldman dan Horne (1983), menyatakan bahwa oksigen terlarut dalam ekosistem organisme perairan dan sangat penting yang untuk terjadi

mendukung

eksistensi

proses-proses

didalamnya. Respirasi di perairan memerlukan oksigen dari dalam air dan menghilangkan limbah karbon dioksida. Insang adalah tempat pertukaran gas terjadi pada sebagian besar jenis ikan, meskipun ada juga beberapa jenis ikan yang bernafas melalui kulit. Biasanya laju konsumsi oksigen dapat digunakan untuk mengukur intensitas metabolismenya. 1993). (Reddy,

8

Oksigen dapat merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup di dalam air. Penentuan oksigen terlarut harus dilakukan berkali-kali di berbagai lokasi dengan tingkat kedalaman yang berbeda pada waktu yang tidak sama (Sastrawijaya,2000)

Oksigen terlarut merupakan parameter penting bagi sistem kimia air laut maupun proses biologi perairan laut. Hal ini karena oksigen diperlukan dalam proses mineralisasi/dekomposisi bakteri dalam

menguraikan bahan organik. Penurunan oksigen terlarut juga akan mempengaruhi kehidupan organisme melalui proses respirasi, dan reaksi oksidasi reduksi terhadap senyawa-senyawa kimia dalam air laut.

2.5 PENGUKURAN pH pH merupakan suatu pernyataan dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air, besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Besaran pH berkisar antara 0 14, nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa, untuk pH =7 disebut sebagai netral (Hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005). Perairan dengan pH < 4 merupakan perairan yang sangat asam dan dapat menyebabkan kematian makhluk hidup, sedangkan pH > 9,5 merupakan perairan yang sangat basa yang dapat menyebabkan kematian

9

dan mengurangi produktivitas perairan. Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif lebih stabil dan berada dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,7 8,4. pH dipengaruhi oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya (Boyd, 1982; Nybakken, 1992) Pescod (1973) menyatakan bahwa toleransi untuk kehidupan akuatik terhadap pH bergantung kepada banyak faktor meliputi suhu, konsentrasi oksigen terlarut, adanya variasi bermcam-macam anion dan kation, jenis dan daur hidup biota. Perairan basa (7 9) merupakan perairan yang produktif dan berperan mendorong proses perubahan bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diassimilasi oleh fotoplankton (Suseno, 1974). pH air yang tidak optimal berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan, menyebabkan tidak efektifnya pemupukan air di kolam dan meningkatkan daya racun hasil metabolisme seperti NH3 dan H2S. pH air berfluktuasi mengikuti kadar CO2 terlarut dan memiliki pola hubungan terbalik, semakin tinggi kandungan CO2 perairan, maka pH akan menurun dan demikian pula sebaliknya. Fluktuasi ini akan berkurang apabila air mengandung garam CaCO3 (Cholik et al., 2005).

2.6 KARBONDIOKSIDA BEBAS ( CO2) Karbondioksida bebas yang dianalisis adalah karbondioksida yang berada dalam bentuk gas yang terkandung dalam air. Kandungan CO2

10

bebas diudara adalah sekitar 0.03%. kandungan CO2 dalam air murni pada tekanan 1 atm dan temperatur 25 oC adalah sekitar 0.4 ppm (Alaert dan Santika, 1984). Karbondioksida merupakan hasil buangan dari semua makluk hidup melalui proses pernapasan, sedangkan pemanfaatan karbondioksida berkaitan langsung dengan proses fotosintesis. Karbondioksida yang dihasilkan oleh hewan-hewan akan diperlukan untuk fotosintesis oleh tumbuh-tumbuhan.( Lesmana, 2001). Kandungan karbondioksida bebas dalam air tidak boleh dari 25 ppm. Kelarutan karbondioksida dalam air dapat berasal dari respirasi, proses dekomposisi bahan organik dari air, tanah, garam-garam

bikarbonat, serta dari atmosfer ( Odum, 1993). 2.2 Parameter Fisika 2.2.1 Warna Perairan Warna perairan adalah warna yang secara visual yang dapat kita lihat dari sebuah perairan. Warna perairan dibagi menjadi dua yaitu warna tampak dan warna asli. Warna tampak adalah warna dari sebuah perairan yang disebabkan oleh partikel-partikel terlarut dan tersuspensi. Sedangkan warna asli merupakan warna yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut dari danau atau kondisi sekitar danau. Warna perairan dipengaruhi oleh kedalaman. Biasanya, jenis substrat juga mempengaruhi warna perairan, dipinggir biasanya

11

berwarna gelap atau keruh, sedangkan didaerah tengah lebih terang. Semakin dalam suatu perairan maka semakin pekat warna perairan (E. P. Odum, 1971) 2.3 Parameter Kimia 2.3.1Derajat Keasaman (pH) Derajat keasaman (pH) merupakan parameter kimia yang menunjukan salinitas atau drajat keasaman dari suatu perairan dimana biota air dapat hidup didalamnya, pH yang ideal berkisar antar 6,5-8,5. Dimana setiap organisme air memiliki toleransi pH yang berbeda. Larutan atau air dikatakan asam jika pH-nya < 7, dikatan basa jika pHnya > 7, sedangkan jika pH-nya = 7 maka larutan tersebut dikatakan seimbang (Purba,Michael.1994 Dasar-dasar Kimia .Erlangga.Jakarta).

12

III. BAHAN DAN METODE 3.1. Alat dan Bahan Alat yang dipakai pada praktikum ini adalah: 1. Rol kayu sepanjang 1 meter 2. Secchi disk 3. Bola kasti 4. Stopwatch 5. Gelas erlemeyer 6. Pipet tetes 7. Kertas pH 8. Plangtonnet 9. botol aqua 3 buah 10. Eckman grab Bahan yang digunakan adalah: 1. Air waduk 2. Cairan pnopthealin 3. Cairan Na2CO3 0,0454 N 4. Larutan amilum

3.2. Metoda Praktikum Metoda yang dipakai adalah pengambilan langsung ke lapangan yaitu waduk, sebagian langsung diukur, sebagian lagi dibawa ke labolatorium untuk diamati pada praktikum berikutnya. 3.3. Prosedur Praktikum Ada beberapa prosedur yang digunakan dalam praktikum ini yang harus di ikuti oleh praktikan.

13

3.3.1. Pengambilan sampel benthos Pengambilan sampel Bantos dilakukan dengan cara

memasukan eckman grab kedalam air sampai dasar lalu eckman grab ditutup dan diangkat ke permukaan dan dimasukkan kedalam plastik, setelah itu dibawa ke lab untuk diawetkan dan diamati pada praktikum selanjutnya

3.3.2. Pengambilan sampel plankton Sampel plangton diambil dengan cara memasukkan air sebanyak 100 liter air waduk kedalam plangtonnet.

3.3.3. Kecerahan, kedalaman dan suhu Pengukuran kecerahan dilakukan dengan cara: 1. Pinggan secchi dimasukkan kedalam perairan sampai tidak kelihatan, dicatat berapa jarak dari permukaan perairan sampai pinggan secchi tidak terlihat dikurangi jarak mata peneliti dengan perairan (jarak hilang) 2. kemudian pinggan secchi ditarik keatas sampai kelihatan dan ukur jaraknya (jarak tampak). Kemudian nilai jarak tampak ditambah pengukuran nilai jarak tampak jarak dibagi dua. Rata-rata nilai kedua tersebut merupakan

kecerahan, dinyatakan dalam satuan centimeter.

14

Untuk lebih jelasnya rumus menghitung kecerahan adalah: Kecerahan air(cm)= jarak hilang (cm) + jarak tampak (cm) 2 Mengukur kedalaman sangatlah mudah hanya dengan cara memasukkan alatukur atau rol kayu kedalam perairan, lalu liat barapa angka yang ada pada rol tersebut. Suhu diperairan dapat kita ketahui menggunakan

terrmometer. Pertama termometer dimasukkan kedalam peraian lalu tunggu hingga termometer menunjukan sebuah satuan

3.3.4. CO2 bebas Pengukuran CO2 atau karbondioksida bebas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. pengambilan air contoh harus diusahakan sedemikian rupa sehingga terhindar dari kontak antara air sampel dengan udara. Analisis harus dilakukan dengan segara, yaitu dalam waktu 2-3 jam setelah pengambilan. 2. pipet 25 ml air sampel kemudian masukkan kedalam elemeyar dengan hat-hati, sebisa mungkin kurangi pengaruh aerasi. 3. Tambahkan 3-4 tetes indikator pnopthealin, jikaberwarna pink berarti tidak mengandung CO2, jika tak berwarna berarti ada CO2 dan lanjutkan prosedur berikutnya. 4. Titrasi dengan Na2CO3 0,0454 N sampai warna pink stabil.

15

3.3.5. Pengambilan sampel DO, BOD5 dan TSS Sampel DO, BOD dan TSS dapat dilakukan dengan cara memasukkan botol aqua kedalam perairan. Tetapi jangan sampai terjadi bubling. Apa bila terjadi babling sebaiknya diulang lagi. Bila sudah penuh botol-botol tesebut ditutup rapat dan dibawa ke lab.

3.3.6 Tingkat derajat keasaman(pH) Pengukuran pH perairan dapat dilakukan dengan

menggunakan kertas pH. Pengukuran dilakukan mencelupkan kertas pH kedalam perairan tersebut dan dilihat perubahan warna yang terjadi kemudian bandingkan dengan papan standar nilai.

3.4 ANALISIS DATA Setelah melakukan pratikum maka akan diperoleh data-data dari parameter-parameter fisika dan kimia. Data-data tersebut dimasukkan kedalam tabel-tabel yang kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus-rumus yang ditentukan.

16

3.4 Analisis Data Praktikum No. Parameter A. 1. 2. 3. 4. 5. B. 6. FISIKA : Kecepatan Arus Suhu Kedalaman Kekeruhan Kecerahan KIMIA : Karbondioksida Bebas 7. 8. Oksigen Terlarut Derajat Keasaman (Ph) Mg / L 0,8 6 Mg / L 1,98 Mg / L C CM NTU Cm 30 C 62 CM 6 NTU 41,5 Satuan Hasil Analisis Keterangan

DO = A x N x 8 x 1000 V

CO2 = A x N x 22 x 1000 V

17

Ket: DO A = milimeter lerutan thiosulfat N = normalisasi larutan thiosulfat V = volume air yang dipakai CO2 A = banyaknya Na2CO3 N = normalisasi V = velome air yang dipakai

8

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Tabel 2. Data hasil pengamatan No Parameter Metoda Alat Botol aqua termometer dimasukkan secchi disk Hasil m/s 30 0C 30m 61,5 cm

1 Kecepatan Arus 2 Suhu 3 Kedalaman 4 Kecerahan Karbondioksida 5 bebas 6 Derajat keasaman

Titrasi kertas pH dimasukan dalam

4,9mg/L mg/L

7 Sampel BOD5

botol dimasukkan dalam

mg/L

8 Sampel DO

botol dimasukkan dalam

10 mg/L

9 Sampel TSS

botol

mg/L

19

4.2. Pembahasan Data-data diatas didapat dari pengukuran yang dilakukan, inilah pembahasan dari data-data diatas: 1. Kecepatan arus Kecepatan arus pada peraian waduk sangatlah lemah Watzler.2001). Dan biasanya di daerah waduk ini biasanya dipakai sebagai tempat penmbudidayaan ikan dengan metode keramba-keramba. Pada waduk yang kami telah ukur menggunakan metoda bola pimpong yaitu 0,14 meter/detik. 2. Suhu Suhu di waduk yang kami amati adalah sekitar 300C. Sangat penting kita untuk mengukur dan mengetahui berapa suhu pada sebuah perairan, mengingat bahwa suhu adalah parameter penting (Rusliadi, 2000) dalam perairan.

20

3. Kedalaman Kita tahu bahwa tak semua waduk memiliki kedalaman yang dalam, karena waduk yang kami ukur kedalamannya lebih dari 2 meter yaitu sekitar 30 meter. 4. Kecerahan Kecerahan merupakan transparansi sebuah perairan yang diamati menggunakan juga salah pinggan satu secchi atau dari secara visual.

Kecerahan

perameter

berproduktifitas

perairan(Fadjar,2004) Setelah diukur ternyata kecerahan pada waduk Univesitas Riau adalah 61,25 cm.

5. Karbon dioksida bebas Karbondioksida pada perairan waduk yang diamati adalah 2,497 mg/L. Didalam air kadar CO2 bebas sekitar 0.03 %. Disiang hari dan malam hari CO2 pada perairan sangat berbeda (Edi, 2001).

21

6. Derajat keasaman (pH) Dari hasil dari pengukuran kami tentang derajat keasaman pada waduk tenyata mendapatkanhasil pH 6, berarti waduk ini termasuk waduk yang sangat mendukung dari kehidupan

organisme didalamnya (Hikam.2001).

22

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Melalui praktikum ini diketahui bahwa waduk Universitas Riau yang berada di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan ( FAPERIKA ) masih

tergolong kedalam perairan yang stabil, hal ini dapat disimpulkan berdasarkan data yang telah didapat.dan sangat bagus untuk budidaya perikanan. Parameter yang kami gunakan ternyata sangat mempengaruhi kehidupan mikroorganisme maupun organisme di perairan tersebut. 5.2. Saran Meskipun waduk ini termasuk perairan yang stabil tetapi kita tetap harus menjaganya agar tetap terjaga dan organisme dan mikroorganisme yang ada didalamnya agar dapat kita wariskan kepada generasi penerus kita di masa yang akan datang. dan juga pihak universitas membuat program untuk merenovasi waduk dan memberikan perhatian khusus terhadap kelestarian waduk tersebut.

23

DAFTAR PUSTAKA

Alawi, H.M. Ahmad, K.P. Pulungan, dan Rusliadi. 2000.Beberapa Aspek Perairan. Pusat Penelitian Universitas Riau Pekanbaru.36 hal. Edoi, Sarwoetal. 2001. Pengembangan dan Penelitian Kualitas Air. Jakarta.:Elex Media Komputindo. Fadjar, Purwanto. 2004. Materi Pokok Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 76 hal. Haryadi. 2003. Pencemaran Perairan. Yogyakarta. Hikam. M. Etal. 2001. Perairan Indonesia. Yogyakarta. Rusliadi. 2000. Fakto-Faktor Perikanan Universitas Riau. Pusat Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru.29 hal. Satari. 2001. Pengertian Perairan. Jakarta. Wazler. 2001. Perairan Waduk. Jakarta.

24

LAMPIRAN

25

DAFTAR GAMBAR

26

27

28