LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

23
0 Pengabdian Kepada Masyarakat Skema Pembangunan Masyarakat Perjanjian No: III/LPPM/2019-01/02-PM LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT DI DESA MEKARJAYA MELALUI FILM Disusun Oleh: Dr. Elvy Maria Manurung Sukawarsini Djelantik, Ph. D. Indraswari, MS, Ph. D. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan 2019

Transcript of LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

Page 1: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

0

Pengabdian Kepada Masyarakat Skema Pembangunan Masyarakat

Perjanjian No: III/LPPM/2019-01/02-PM

LAPORAN

EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK

MASYARAKAT DI DESA MEKARJAYA MELALUI FILM

Disusun Oleh:

Dr. Elvy Maria Manurung

Sukawarsini Djelantik, Ph. D.

Indraswari, MS, Ph. D.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Universitas Katolik Parahyangan

2019

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Universitas Katolik Parahyangan

(Tahun)

Page 2: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

1

DAFTAR ISI

Abstrak ………………………………………………………………………….……. Halaman 1

Bab 1. Mitra Kegiatan …………………………………………………………. 3

Bab 2. Persoalan Mitra Kegiatan ………………………………………… 4

Bab 3. Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian …………………………… 6

Bab 4. Seminar PKM CSR Award di Surabaya ……………………….. 18

Bab 5. Hasil dan Kesimpulan …………………………………………………. 20

Page 3: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

2

ABSTRAK

Sungai Citarum dinobatkan sebagai salah satu sungai terkotor di dunia.Sungai yang terletak di Jawa Barat ini memiliki peran yang cukup besar bagi kehidupan penduduknya. Selain sebagai sumber air minum, irigasi pertanian, perikanan, pembangkit tenaga listrik untuk kota Bandung, Jakarta, Purwakarta dan sekitarnya, Citarum juga merupakan pemasok air utama untuk kegiatan industri. Lebih dari 27 juta orang memanfaatkan sungai ini sebagai sumber kehidupan, termasuk sekitar 1.500 pabrik yang ada di sekitarnya serta beberapa waduk PLTA.Sudah banyak pengabdian kepada masyarakat dilakukan untuk wilayah sungai Citarum, namun belum Nampak hasil yang signifikan dan belum ada yang menggunakan film sebagai media pendidikan. Film sebagai media pendidikan diharapkan dapat meningkatkan transfer ilmu pengetahuan, mengubah mindset yang selama ini berlaku tentang polusi sungai Citarum –dari yang semula membiarkan bahkan menerima dengan “pasrah” kehidupan yang terpolusi seperti itu—berubah menjadi kesadaran yang lebih meningkat dari masyarakat di tepi sungai Citarum. Film sebagai kritik sosial juga diharapkan dapat mendorong masyarakat di sekitar wilayah sungai Citarum untuk menciptakan sendiri ide-ide kreatif dan gagasan-gagasan baru untuk mengubah lingkungan yang tidak sehat, sebelumnya, menjadi lingkungan yang sehat dengan air bersih sebagai sumber kehidupan.

Menggunakan Taxonomy Bloom sebagai kerangka dan strategi pengabdian, pelaksanaan pengabdian ini akan memiliki dua tahapan kegiatan, yaitu aktivitas sayembara dan aktivitas penghargaan (awarding) - pemutaran (movie screening). Aktivitas pertama (UNPAR Movie Award 2019) diadakan mulai bulan Februari sampai Juli 2019. Sayembara UNPAR Movie Award ini ditujukan untuk mahasiswa di Perguruan Tinggi di Bandung dan masyarakat umum. Faktor utama yang dinilai dari pembuatan film adalah kreativitas, orisinalitas, dan pesan yang hendak disampaikan. Dari 65 peserta yang mendaftar, 33 materi film pendek telah diterima oleh panitia. Selama proses penjurian, panitia juga telah melakukan movie gathering and film screening, dengan mengundang Jay Subijakto dan Oscar Matulloh sebagai pembicara. Jay merupakan sutradara film dokumenter berjudul “Banda: The Dark Forgotten Trails” yang piawai di bidangnya. Pada acara movie gathering sekaligus technical meeting tersebut, pembicara membagikan tips mengenai cara-cara membuat film pendek (documentary) yang baik. Aktivitas kedua dilaksanakan sesudah pemenang diumumkan, yaitu mulai tanggal 30 September 2019.Pada anugerah Unpar Movie Award ini, para pemenang dan perwakilan mitra kegiatan dari Sektor IX Citarum Harum diundang untuk menyaksikan pemutaran film-film pemenang sebagai permulaan edukasi.Melalui pesan dan nilai-nilai yang disampaikan melalui film-film pemenang ini diharapkan masyarakat penonton, dapat menambah pengetahuannya dan meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya untuk kesadaran tentang kebersihan lingkungan.Tahap berikutnya adalah menyebarkan seluas mungkin edukasi tentang sungai Citarum kepada masyarakat yang lebih luas, melalui sosialisasi film-film pemenang ini, sebagai alat pemberdayaan masyarakat untuk kebersihan lingkungan.

Kata kunci: sungai Citarum, film, media pendidikan, pemberdayaan masyarakat.

Page 4: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

3

Bab 1 Mitra Kegiatan

Sesuai Nota Kesepahaman (MoU) antara Universitas Katolik Parahyangan dengan Sektor IX Citarum

Harum yang pada tahun 2018 dipimpin oleh Bapak Sahal sebagai sungai terpanjang di Jawa Barat,

memiliki makna historis yang tinggi bagi peradaban masyarakat di tanah Sunda. Duapuluh lima juta

jiwa penduduk di Jawa Barat dan DKI memanfaatkan sungai Citarum sebagai sumber air untuk

kehidupan sehari-hari. Selain itu, sungai Citarum juga digunakan untuk pembangkit listrik di daerah

Jawa Barat. Sejak tahun 1980-an sejumlah pabrik mulai didirikan di sepanjang sungai ini, hingga

sekarang jumlahnya telah lebih dari 1.500 pabrik dan yang terbanyak adalah pabrik tekstil. Setiap

harinya ada 280 ton limbah industri dari pabrik dan 20 ton sampah dari rumahtangga masuk dan

maengotori sungai Citarum saat ini (Liputan Net TV di sungai Citarum, tanggal 21 Mei 2018)1.

Sebagai tahap awal, kelompok pengabdian kepada masyarakat ini telah mengunjungi 2 desa di area

Sektor IX Citarum yaitu Desa Mekarjaya di Batujajar, Bandung Barat; dan Desa Cangkorah yang juga

terletak di Bandung Barat.

Berikut ini adalah Nota Kesepahaman dengan Sektor IX Citarum dari Kodam III Siliwangi:

Page 5: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

4

Page 6: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

5

Profil Sosial Ekonomi Desa

Mitra kegiatan abdimas ini cukup menjanjikan untuk berkembang sebagai sebuah wilayah

desa. Perkembangan itu menuntut dilakukannya pembangunan sarana dan prasarana yang

memadai sehingga mendorong perkembangan desa dengan cepat. Berikut adalah gambaran

sarana dan prasarana yang ada di desa:

Gambar 1. Jalanan yang berlubang

Keadaan buruk lainnya adalah saluran irigasi yang tidak stabil. Hal ini dikarenakan jarak yang

cukup jauh dari pusat mata air ke Desa Jelegong sehingga debit air yang masuk ke Desa

Jelegong tidak terlalu banyak, karena sudah dipakai terlebih dahulu oleh desa-desa sepanjang

saluran irigasi sebelum sampai di Desa Jelegong. Sehingga jika pada musim kemarau walaupun

air irigasi ada tetapi volumenya sangat sedikit untuk bisa mengairi lahan-

lahan sawah yang ada di Desa Jelegong. Untuk keperluan rumah tangga kebanyakan

masyarakat menggunakan sumur bor. Jika musim kemarau tiba, airnya berkurang dan tidak

akan sebanyak waktu musim penghujan. Biasanya masyarakat yang berada di dekat

perusahaan, jika air kering akan mengambil air dari perusahaan yang diangkut menggunakan

drum-drum air.

Sungai Citarum yang mengalir di beberapa kampung di wilayah desa ini. Selain Sungai Citarum

yang melintas di desa ini, di Desa Jelegong juga terdapat empat buah gunung yaitu Lalakon,

Badaraksa, Paseban dan Pancir. Salah satu gunung yang sudah mulai terlihat tandus adalah

Page 7: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

6

Gunung Pancir, yang diambil tanahnya sebagai bahan untuk membuat pasir, bahan baku

batako, atau bata. Gunung ini sudah dimiliki oleh sebuah perusahaan dan sudah mulai terkikis

habis. Empat gunung ini sebenarnya lebih tepat disebut sebagai perbukitan karena ketinggian

yang tidak terlalu seperti gunung yang kita bayangkan. Tetapi masyarakat sekitar mengenalnya

dengan sebutan gunung yang sudah turun-temurun.

Desa-desa di sekitar dungai Citarum, memiliki lahan pertanian yang cukup luas tetapi menurut

salah satu informan yang merupakan ketua Gapoktan Desa Jelegong, bahwa luas lahan

pertanian di Jelegong sudah mulai berkurang, salah satu contoh adalah KIP (Kawasan Industrial

Park) yang tadinya merupakan lahan pertanian yang disulap menjadi gudang penyimpanan

untuk industri. Lahan pertanian yang tersisa di desapun pada umumnya kepemilikannya sudah

dimiliki oleh pihak luar desa ataupun pabrik-pabrik. Karena itu jika kita melihat sekilas maka

akan berpikiran bahwa desa ini cukup makmur banyak lahan-lahan yang bisa dijadikan

perkebunan, bahkan kehutanan, tetapi permasalahan kepemilikan tanah tentunya membuat

masyarakat tidak bisa seenaknya dalam menanami lahan-lahantersebut.

Pendidikan di desa, sebagai contoh Desa Jelegong, sudah dimulai dari tingkat paling awal

dengan terdapatnya PAUD dan TK yang jumlahnya sekitar 30 buah. PAUD sendiri cukup

populer di Desa Jelegong, kesibukan orangtua bekerja membuat mereka menjadikan PAUD

tidak hanya sebagai tempat belajar awal bagi anak, tetapi juga sebagai tempat menitipkan dan

menjaga anaknya saat mereka bekerja. Sementara pendidikan formal tingkat dasar sudah

terdapat 5 SD di Desa Jelegong, 1 SD induk dan 4 SD imbas, lima sekolah ini merupakan

sekolah negeri. Kelima sekolah Dasar itu adalah SDN Jelegong 1 (SD induk), SDN Jelegong 2,

SDN Jelegong 3, SDN Gunung Pancir, SDN Ciharuman. Sekolah-sekolah dasar ini tersebar di

beberapa wilayah yang mewakili 4 dusun di Desa Jelegong sehingga cukup mudah diakses oleh

masyarakat. Sementara untuk sekolah lanjutan seperti SMP dan SMA belum terdapat di Desa

Jelegong. Untuk pendidikan informal hanya terdapat satu kursus di Desa Jelegong, yaitu kursus

menjahit sehingga penduduk yang ingin bekerja di pabrik garmen dapat belajar bagaimana

cara menjahit yang merupakan bagian dari program Ibu PKK di Desa Jelegong. Belum ada

tempat-tempat kursus akademis lainnya seperti bahasa Inggris, bimbingan belajar, ataupun

kursus komputer.

Page 8: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

7

Beberapa dokumentasi sekolah di Desa Jelegong, tampak pada Gambar 2.

Gambar 2. Sekolah-sekolah yang ada

Page 9: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

Bab 2 Persoalan Mitra Kegiatan

Telah banyak usaha yang dilakukan untuk merestorasi sungai Citarum, termasuk kegiatan

pembersihan oleh Kodam III Siliwangi bekerjasama dengan pemerintah provinsi Jawa Barat, belum

banyak memberkan hasil yang signifikan. Menurut Letnan Jenderal TNI Bapak Doni Mordano

(sekarang menjabat sebagai Sekjen Wantannas) dana telah dihabiskan lebih dari 20 trilyun rupiah

untuk mencari solusi bagi masalah tercemarnya sungai Citarum, namun hasilnya belum tampak

(Diskusi Panel Citarum Harum di UNPAR, 16 Mei 2018). Penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat untuk pembersihan sungai Citarum, telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah

“Geohumanism 2016” yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi ITB dan kerjasama

dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dengan tema “Studi Hidrogeologi dan Penyediaan Air

Bersih Bagi Masyarakat Desa Tarumajaya”di Kecamatan Kertasari, Gunung Manglayang Kabupaten

Bandung, yang merupakan titik nol dari sungai Citarum (Meriyen, P., Ganeca Pos 2016)2.

Usaha demi usaha terus dilakukan untuk merestorasi sungai Citarum, namun secara fisik sampah

terus menggenangi sungai ini, dan secara non fisik yaitu perilaku keseharian masyarakat di

sekitarnya, masih terus mengotori sungai Citarum tersebut. Sampai saat ini, belum ada perhatian

serius dan perubahan perilaku serta pola pikir –khususnya penduduk setempat dan masyarakat Jawa

Barat—untuk perubahan pola hidup yang lebih baik, bersih dan sehat, secara serius dan

berkesinambungan (diunduh dari https://daerah.sindonews.com/read/ 1318767/21/mahasiswa-

ugm-dan-upi-kkn-di-bantaran-sungai-citarum-1530689693, 14 Juli 2018)3.

Polusi sungai Citarum mendadak viral di media sosial ketika sebuah film/video dokumenter tentang

pencemaran sungai Citarum muncul di bulan Mei 2018.Video ini dibuat oleh seorang Perancis, Gary

A. Nencheghib dan adiknya Sam.Mereka mendokumentasikan perjalanan menyusuri sepanjang

sungai Citarum, menggunakan kayak (perahu) buatannya sendiri yang terbuat dari botol plastik

bekas.Kejorokan sungai legendaris ini akhirnya populer di mata dunia melalui akun facebook

Gary.Dalam dokumentasinya yang berjudul "Make A Change World", Gary menjelaskan bahwa

niatnya baik, ia berkata:

“Saya mengarungi Sungai Citarum menggunakan perahu dari botol plastik. Selama dua minggu saya

menyusuri Sungai Citarum dari Majalaya... banyak faktor yang membuat Sungai Citarum tercemar

salah satunya, sampah rumah tangga...Saya melihat banyak sekali plastik di atasnya, seperti plastik

chips (makanan ringan), kresek, dan botol minum. Selain itu, juga banyak air limbah dan binatang

mati”

Page 10: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

Dokumentasi perjalanan Gary tersebut mendapat perhatian dari dunia internasional, khususnya

aktivis pencinta lingkungan hidup. Presiden Jokowi sendiri akhirnya turun tangan, beliau dari

pemerintah pusat bersama pemerintah provinsi Jawa Barat langsung bertindak cepat dengan

mencanangkan program Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Citarum selama 7 tahun. (Perdana, P.P., 2018, diunduh dari https://regional.kompas.com

/read/2018/02/23/06135171/berkat-video-dokumenter-bule-ini-pemerintah-tergerak-bersihkan-

sungai)4.

Untuk itu, dihipotesiskan bahwa film sebagai media komunikasi dapat digunakan sebagai salah satu

instrumen untuk mengungkit dan mencuri perhatian dan sekaligus menggugah perilaku masyarakat

terhadap lingkungan, khususnya terhadap masalah pencemaran sungai Citarum.

Tak ada karya seni yang sekuat film, efeknya langsung ke dalam, masuk ke ruang-ruang batin

pemirsanya. Penonton bisa menangis atau tertawa, ikut merasakan kegembiraan dan kesedihan

yang ditunjukkan dalam adegan (Rowlands, M., 2005 dalam Manurung, E.M., 2017)5. Film sebagai

tontonan sekaligus media pembelajaran, terbukti dapat meningkatkan serta mempercepat proses

pemahaman konsep yang hendak disampaikan oleh pengajar dengan adanya instrument-instrumen

khusus dalam film, serta menghasilkan performa (outcome) yang lebih baik dari peserta di kelas

(Moskovich, Y., dan Shart, S., 2012)6.Film yang digunakan sebagai media pendidikan juga terbukti

lebih efektif meningkatkan minat dan hasil belajar siswa, serta terdapat perbedaan hasil belajar

pada siswa yang menggunakan media film dengan siswa yang tidak menggunakan media film (Yasri,

H.l., dan Mulyani, S., 2016)7.

Film sebagai media dapat merepresentasikan budaya atau kultur tertentu (media culture), menjadi

tayangan yang menarik, hidup dan enak dinikmati. Film bisa memberikan kesan mendalam kepada

para penontonnya, ada pesan-pesan yang bisa dideliver dari sebuah film.Kekuatan sebuah film

adalah daya cekam dan totalitas ilusi yang diciptakannya.Manfaat paling cepat yang ditawarkan oleh

film tentu saja hiburan.Hiburan ala film memang bisa dialami secara mantap sebab arus-arus emosi

kuat bisa diciptakan dan dikembangkan hingga mencapai puncak.Ketakutan, kesedihan,

kekhawatiran atau kegelian dengan mudah bisa dikembangkan dan akhirnya diledakkan menjadi

katarsis yang melegakan.

Film juga memelopori dan menularkan gaya hidup. Semakin hari bahkan semakin kuat saja peran ini

bersamaan dengan makin kuatnya film digunakan sebagai media iklan. Bila dahulu seni meniru

kehidupan nyata, agaknya kini situasi kian terbalik : kehidupan meniru seni, perilaku dibentuk

Page 11: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

mengikutimode. Menurut Sugiharto, I.B.8, dalam Diskusi Sehari tentang Film di ITB (2007),

masuknya peradaban ke pola audio-visual biasanya membuat orang menduga bahwa kita kembali ke

kerangka budaya lisan. Tapi film sebenarnya bukanlah produk budaya lisan.Film adalah kepanjangan

budaya tulisan.Ia bentuk tiga-dimensi yang bergerak, yang muncul dari tradisi budayabuku.

Bagi beberapa produser (movie-maker) film menjadi sarana bagi aktualisasi diri mereka, sekaligus

menyediakan lapangan kerja untuk orang lain. Seorang Garin Nugroho, mengatakan bahwa bagi

dirinya film adalah sarana bermain, tempat di mana ia “menuangkan” berbagai rasa, dan warna.

Film adalah wadah untuk menuangkan gagasan- gagasannya.Film bukan saja sekedar hiburan atau

peluang bisnis.Film juga bisa bicara tentang kehidupan di dunia nyata. (Wawancara dengan

Nugroho, 2007 dan 2016)9.

Film yang baik menurut Garin, adalah renungan-renungan mendalam mengenai kehidupan manusia,

dari berbagai sisi pengalaman dan kompleksitas kehidupannya.Belajar dari kenyataan hidup tidak

kalah pentingnya dari pelajaran yang abstrak di dunia akademis.Genre filem apa pun bisa sangat

berguna, baik itu dokumenter, drama, laga, komedi, musikal, sejarah, atau pun fiksi ilmiah (Cheah, P.

et al., 1991)10. Film menurut Chand Parwez, pemilik rumah produksi Starvision, memiliki pengaruh

kuat terhadap keseharian masyarakat penonton hingga kepada perkembangan

karakternya.Masyarakat rela untuk terus menyisihkan waktunya menonton film, baik yang diputar di

bioskop maupun yang ditayangkan televisi.Menonton televisi, terutama film telah merupakan

bagian dari kehidupan masyarakat baik yang di perkotaan maupun di pelosok tanah air yang telah

dijangkau oleh siaran televisi. Dapat dikatakan bahwa televisi turut serta mempersatukan wilayah

nusantara, setidaknya melalui tontonan yang sama atau bersamaan. Melalui tontonan film,

masyarakat heterogen dalam demografik yang begitu luas, dipersatukan informasinya juga

perkembangan polasikapnya.(Wawancara dengan Parwez, C., 2007)11.

Film dapat dipahami memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap kebiasaan masyarakat, dan

berinteraksi positif dengan budaya masyarakat.Di era industri 4.0 ini yang mengedepankan

digitalisasi hampir di segala lapis kehidupan bermasyarakat, bahasa dan berkomunikasi melalui film

sudah sangat lazim dan sesuai dengan teknologi informasi terkini.Masyarakat dapat mengkonsumsi

dengan cepat informasi yang disuguhkan. Sulit untuk disanggah bahwa cara bertutur dan

berkomunikasi secara audio dan visual, cukup besar pengaruhnya terhadap kebiasaan, tingkah laku,

dan pada gilirannya terhadap budaya masyarakat. Agar film memiliki pengaruh terhadap

pembangunan budaya bangsa, perlu peran serta semua pihak yang berkepentingan dan interaksi

Page 12: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

positif antara para pembuat film dengan para penikmat film.Perlu peningkatan apresiasi masyarakat

terhadap film, sehingga film-film yang berpengaruh negatif dikurangi sedikit demi sedikit, dan

ditambah dengan film-film yang memberi pengaruh positif. Bila kondisi ideal ini tercapai, maka film

sebgai media pendidikan dapat digunakan untuk “mencuci otak”, mengubah cara pandang dan pola-

pikir, dan pada saatnya diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat penontonnya. Pengabdian

kepada masyarakat dengan judul “UNPAR MOVIE AWARD 2019: Edukasi Kebersihan Lingkungan

Melalui Film” ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pengetahuan dan melakukan

pemberdayaan masyarakat, terhadap perilaku hidup sehat dan kesadaran menjaga kebersihan

lingkungan.

Page 13: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

Bab 3 Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian

Tragedi sungai Citarum menjadi persoalan besar dan krisis bagi negara Indonesia khususnya

pemerintah Jawa Barat.Kondisi lingkungan dan kualitas air di sepanjang sungai Citarum semakin

memburuk selama duapuluh tahun terakhir. Sudah banyak penelitian dan pengabdian terhadap

masyarakat dilakukan untuk menangani polusi sungai Citarum dalam kurun duapuluh tahun terakhir,

namun hasilnya belum tampak secara signifikan. Sampah-sampah tetap menggenangi sungai ini dari

waktu ke waktu.Selama dua dekade terakhir, jumlah pendudukpun semakin bertambah di sepanjang

daerah aliran sungai menyisakan persoalan berupa sampah dan polusi yang tak kunjung selesai, dan

makin parah.

Masyarakat yang bermukim di sepanjang wilayah sungai Citarum semakin terbiasa dengan cara

hidup yang tidak sehat. Mereka mencuci, mengambil air minum atau ikan dari sungai tersebut untuk

dikonsumsi.Sungguh, ini adalah cerminan kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang kesehatan

dan pentingnya kebersihan lingkungan. Air dan ikan yang terpolusi ini pada gilirannya akan

menimbulkan berbagai penyakit dan kekurangan gizi yang diwariskan kepada generasi mendatang,

fenomena yang sudah muncul adalah penyakit kulit dan kondisi “stunting” (pertumbuhan kurang

normal) pada anak-anak.

Kerangka Pemikiran: Taxonomy Bloom

Film sebagai media komunikasi dan pendidikan diyakini dapat memberikan kontribusi berupa

peningkatan pengetahuan, keterampilan dan pelan-pelan mengubah pola-pikir dan perilaku

penontonnya. Melalui film, rekayasa sosial dan budaya dalam bentuk perubahan pola pikir dan

perilaku masyarakat, bisa terjadi.Perubahan perilaku tidak akan terjadi tanpa peningkatan informasi

yang mengandung nilai-nilai kebaruan tentang masalah besar yang dihadapi yaitu polusi sungai

Citarum yang tak kunjung berakhir. Nilai-nilai kebaruan tentang pentingnya hidup sehat dan sumber

air yang bersih, tidak boleh membuang sampah sembarangan, dan harus menjaga lingkungannya

tetap bersih, merupakan output berupa perubahan sikap yang diinginkan.Untuk itu, Teori Taxnomy

Bloom digunakan sebagai strategi sekaligus kerangka berpikir pengabdian kepada masyarakat ini.

Konsep awal taksonomi bloom bermula di tahun 1950-an, ketika Benjamin Bloom mengemukakan

bahwa menghafal ketika belajar sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan

berpikir (thinking behavior). Masih banyak level lain yang lebih tinggiyang harus dicapai agar proses

pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya. Tahun 1956, Bloom,

Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir

Page 14: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

yang dinamakan Taxonomy Bloom,yaitu struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari

tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Konsep ini menjelaskan tiga domain/ranah kemampuan

intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik, seperti tampak di Gambar

3.

Gambar 3. Taksonomi Bloom (Sumber: Heick, T., 2018, diunduh dari https://www.teachthought.com

/learning/what-is-blooms-taxonomy-a-definition-for-teachers/, 19 Oktober 2018)13

Ranah Kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan (knowledge-

comprehension), dan keterampilan berpikir (analysis-synthesis). Sedangkan ranah Psikomotorik

berisi perilaku yang menekankan fungsi manipulatif dan keterampilan motorik / kemampuan fisik

(application). Ranah afektif mencakup perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat,

motivasi, dan sikap (evaluation). Ketiga ranah ini dinamakan Knowledge, Skill and Attitude (KSA).

Kognitif menekankan pada Knowledge, Afektif pada Attitude, dan Psikomotorik pada keterampilan.

Pada tahun 1994, Lorin Anderson Krathwohl dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki

taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan

pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi atas Taksonomi Bloom dan

penjelasannya tampak pada gambar 4.

Page 15: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

Gambar 4. Revisi Bloom Taxonomy (Sumber: Anderson and Krathwohl, 2001)14

Menggunakan revisi Taksonomy Bloom yang memiliki enam tahapan seperti tampak di gambar 2,

proses pengabdian kepada masyarakat akan dibagi ke dalam dua tahapan proses dalam jangka

waktu satu tahun. Pembagian tahapan tersebut adalah: (i) proses memahami polusi sungai Citarum

(remembering-understanding) di semester pertama, dan tahap kedua adalah (ii) proses

mengaplikasikan pengetahuan yang telah didapat dan mulai mengkritisi suasana dan lingkungan

sekitar (applying-analysing). Kedua tahapan tersebut akan menggunakan film sebagai media

pendidikan/edukasi bagi masyarakat yang bermukim di sepanjang tepi sungai Citarum. Kegiatan

abdimas ini belum masuk ke tahap terkahir yaitu “synthesis” and “evaluation” seperti tampak pada

gambar 2, namun dapat berdampak pada pemahaman masyarakat dan bermanfaat untuk

meningkatkan kesadaran serta kepedulian mereka tentang pentingnya hidup bersih dan sehat,

pentingnya menjaga lingkungan.

Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan secara bertahap, mulai dari tahap pertama

sampai tahap yang ketiga. Rincian aktivitas dijelaskan sebagai berikut:

1. Kegiatan Sayembara Film: UNPAR MOVIE AWARD

Pada awal Februari sampai akhir Juni 2019, kegiatan abdimas telah dimulai dengan

publikasi secara online pada website UNPAR. Kegiatan “UNPAR Movie Award 2019”

adalah sayembara membuat film pendek (durasi 5-30 menit) dengan topik polusi

sungai Citarum dan dampaknya terhadap masyarakat dan ekosistem.Sayembara ini

ditujukan kepada mahasiswa/i di berbagai perguruan tinggi dan masyarakat umum

di Bandung.Melalui sayembara ini, kaum mahasiswa dan masyarakat umum

diharapkan turut berperan dalam memikirkan dampak polusi Citarum dan

Page 16: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

kelangsungan ekosistem di sekitar Citarum --khususnya masyarakat yang tinggal di

sekitar daerah ini, sekaligus menerapkan 3 tahap awal Taxonomy yaitu: remember-

understand-apply. Peserta sayembara bebas mengeksplorasi topik ini dan

mengunjungi beberapa lokasi di sekitar sungai CItarum. Kriteria yang ditekankan

adalah kreativitas, orisinalitas, dan pesan-pesan yang tertuang (story-telling)dari

film tersebut. Para juri akan berasal dari pemerhati lingkungan dan kebudayaan,

serta kaum akademisi. Kegiatan sayembara ini dimaksudkan untuk “mencetuskan”

atau membuat “letupan” awal penyebaran informasi dan pengetahuan tentang

tragedi sungai Citarum ini. Film-film yang sarat makna tentang sungai Citarum dan

dapat menyampaikan pesan-pesan terhadap penontonnya dengan apik dan indah,

akan keluar sebagai pemenang.

2. Kegiatan Pemutaran Film (Movie Screening)

Proses penjurian selama bulan Juli akan diakhiri dengan pengumuman pemenang di

minggu kedua atau ketiga bulan Agustus 2019. Tahap berikutnya adalah memutar

film-film pemenang di UNPAR atau lokasi pilihan lain, dengan mengundang

beberapa wakil pemerintah daerah dan masyarakat dari wilayah sungai Citarum dan

sekitarnya. Dalam sesi pemutaran film ini, masyarakat diajak berdiskusi langusng

tentang isi dan pesan dari film yang mereka tonton serta bagaimana sikap mereka

tentang kondisi sungai Citarum saat itu. Melalui kegiatan partisipatif ini, diharapkan

proses “analyse”, “evaluate”, dan “create” dari kerangka Taxonomy Bloom dapat

diwujudkan.

Technical Meeting and Movie Gathering

Jay Subyakto menjelaskan bahwa

membuat beberapa karya kreatif seperti

desain artistik pada beberapa konser

nasional, menjadi sebuah ekspresi

kreativitasnya selepas lulus dari Program

Studi Arsitektur Universitas Indonesia di

tahun 1980-an. Film dokumenter “Banda”

menjadi film dokumenter karya Jay yang

pertama. Film yang awalnya akan diberi

judul “Jalur Rempah” ini sangat kental

Page 17: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

dengan sejarah perbudakan dan penjajahan di Indonesia di abad pertengahan.

Jay yang adalah keponakan langsung dari Bapak Proklamator Indonesia, yaitu Mohammad Hatta, ia

memiliki ketertarikan dan sedikit pengetahuan tentang jaman penjajahan. Ia lalu menghubungi

Oscar Motulah, sahabatnya, untuk memulai riset di pulau Banda Neira yang kini hanya menyisakan

puing-puing reruntuhan dari kedua belas benteng dari penjajahan Belanda dan Inggris di masa itu.

Film yang diproduseri Sheila Timothy ini akhirnya berhasil diselesaikan dalam waktu beberapa bulan,

dan diputar di bioskop tanah air di tahun 2017.

Film Banda sendiri ditolak di Ambon (Maluku) dan di Belanda.Film Banda merupakan film pertama

yang menceritakan tentang sejarah penjajahan yang sangat kejam, biadab, dan genoside pertama di

Indonesia. Sekarang, sangat sulit untuk mencari sisa-sisa penduduk asli Banda Neira.Beberapa yang

hijrah ke Ambon, tidak mau mengakui dirinya adalah penduduk asli Banda (karena takut dibunuh,

seperti peristiwa genoside dulu) sehingga akhirnya mereka menolak peredaran film Banda ini.

Menggabungkan beberapa konsep arsitektur seperti lighting dan mapping, di beberapa drama

musikal yang pernah dibuat Jay sebelumnya dengan Erwin Gutawa, film Banda ini mulai diproduksi.

Jay pernah membuat beberapa documentary untuk koleksi pribadinya, antara lain fenomena alam

tentang erupsi Bromo, Lumpur Lapindo, dampak pemanasan global di Antartika, dan lain-lain. Ini ia

lakukan semata-mata untuk memperdalam pengetahuan, kepuasan dan koleksi pribadinya saja.

Opening Banda menggunakan 6 kamera secara bersamaan, dengan backsound yang sangat keras,

dan menampilkan tampilan gambar dengan tempo, editing dan music yang cepat. Dalam film ini

ditampilkan sajak Chairil Anwar yaitu “Bintang Naira” tentang seorang gadis Maluku yang tinggal di

Banda. Film ini dinarasikan oleh Reza Rahardian (Indonesian Version) dan Aryo Bayu (English

Version). Film “Banda: The Dark Forgotten Trails” merupakan documentary terbaik dan masuk dalam

nominasi FFI 2017.

Jay dan Oscar membagikan kiat-kiat untuk membuat film dokumenter yang baik, yaitu: (i) melakukan

riset dan survey yang cukup mendalam di titik-titik obyek penelitian/ obeservasi, (ii) Melakukan

wawancara singkat dan santai dengan penduduk/ masyarakat yang terdampak langsung tentang

topik yang ingin diangkat (komunikatif), (iii) Harus memiliki data yang riil (tidak boleh ada

kebohongan sedikitpun). Jangan takut diteror oleh pihak asing, (iv) sebaiknya menyampaikan dan

menjelaskan point mengapa sungai ini menjadi sungai terpolusi di dunia, dan (v) dapat memberikan

solusi atas masalah yang dihadapi. Cara mengonsep film sehingga tidak membosankan dengan

Page 18: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

durasi waktu yang telah ditentukan sebelumnya, dengan cara: (i) mencari pokok pikiran yang paling

menarik (terfokus dan tidak bertele-tele) contoh: cerita tentang topeng monyet yang menitik

beratkan pada si monyet sebagai korban. Narator memosisikan diri sebagai si “monyet”, (ii)

menceritakan dengan bahasa sendiri, (iii) orisinal.

Beberapa dokumentasi kegiatan Technical Meeting dan Movie Gathering “UNPAR Movie Award

2019” ditunjukkan pada Gambar 5-8.

Gambar 5-8. Technical Meeting and Movie Gathering, 7 Mei 2019

Anugerah Unpar Movie Awards

Pada tanggal 30 September 2019, bertempat di ruang Audio Visual FISIP, telah dilakukan Anugerah

UNPAR Movie Awards yaitu pengumuman film-film pemenang dan penyerahan hadiah. Universitas

Katolik Parahyangan (Unpar) turut mendukung program restorasi Citarum melalui Unpar Movie

Page 19: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

Awards. Program Magister Ilmu Sosial – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (MIS – FISIP) serta

Centre for Human Development and Social Justice (CHUDS) yang dipimpin oleh Bapak Gandhi

Pawitas, Ph. D dan Bapak Pius Suratman, Ph. D. berkesempatan menjelaskan program restorasi

sungai Citarum ini yang berelasi dengan program-program lain di MIS dan CHUDS. Melalui kompetisi

membuat film pendek berdurasi 10 hingga 30 menit ini, berbagai isu diharapkan dapat ditelaah oleh

para peserta diantaranya aspek lingkungan, gender, kesadaran akan kebersihan dan kesehatan, dan

sebagainya.

Acara dibuka dengan penjelasan mengenai rangkaian kegiatan Unpar Movie Awards yang telah

berlangsung sejak akhir Februari silam melalui video pendek “Visit to Citarum River.” Acara

kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh Rektor Unpar Mangadar Situmorang, Ph.D., serta

perwakilan dari Program Magister Ilmu Sosial (MIS) FISIP Unpar, CHUDS dan Sektor IX

Citarum.Puncak acara ditandai dengan pemberian Anugerah Unpar Movie Awards kepada para

pemenang sayembara.Anugerah ini dipersembahkan oleh Ibu Atalia Praratya Kamil, istri Gubernur

Jawa Barat Ridwan Kamil yang juga alumnus FISIP Unpar.

Film pendek berjudul “Sungai: Masa Lalu & Sekarang” produksi Bumidega dan ITHB berhasil meraih

Juara Pertama dalam sayembara ini, disusul oleh film “Cerita Citarum” karya kelas Metlit Akuntansi

di peringkat kedua dan “Perempuan Penyintas Citarum” dari SAPA Film sebagai Juara Ketiga. Dua

kelompok lain yang berasal dari kelas Metlit Akuntansi juga mendapatkan gelar Juara Harapan, yaitu

“Anak Citarum” dan “Angel’s Diary.” Selain memperoleh anugerah, para finalis juga mendapat

kesempatan untuk berbagi pengalaman mereka memproduksi film dokumenter Citarum. Beberapa

dokumentasi tampak pada Gambar 9-16.

Page 20: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

Gambar 9-16. Anugerah kepada Pemenang UNPAR Movie Awards 2019, 30 September 2019

Karya film dokumenter menjadi bentuk dukungan dari kalangan sineas dan generasi muda dalam

Restorasi Sungai Citarum, dengan meningkatkan kesadaran khalayak akan pentingnya kelestarian

sungai bagi alam dan masyarakat sekitar. Film-film dokumenter hasil karya finalis Unpar Movie

Awards dapat disaksikan melalui Youtube Channel Unpar Official.

Page 21: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

Seminar PKM CSR Award di Surabaya

Page 22: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

Bab 4. Hasil dan Kesimpulan

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Jawa Barat ini, khususnya untuk mereka yang bermukim

di sepanjang wilayah Citarum, sudah selesai. Pemenang sudah diumumkan pada tanggal 30

September 2019, dan sudah diputar dengan mengundang prwakilan masyarakat dari sungai Citarum

beserta para finali dan pemenang.

Sesudah kegiatan abdimas di tahun 2019 ini, pengabdian kepada masyarakat untuk restorasi dan

peningkatan kesadaran tentang kebersihan lingkungan khususnya di wilayah Jawa Barat, akan tetap

dilanjutkan di tahun 2020. Saat ini, tim pengabdi sedang menjajaki kemungkinan berkolaborasi

dengan stasiun televisi lokal dan nasional, untuk memutar film-film pemenang sebagai tandingan

dari FTV atau sinetron yang sudah ada.

Page 23: LAPORAN EDUKASI PERILAKU MEMBUANG SAMPAH UNTUK MASYARAKAT …

DAFTAR PUSTAKA

1. Liputan Net TV di sungai Citarum, tanggal 21 Mei 2018 (https://www.youtube.com/watch?

v=0ikzUPY3PCc dan https://www.youtube.com/watch?v=LzrPCvKQJH8)

2. Meriyen, P., 2016, Geohumanism 2016: Pengabdian Masyarakat di Titik Nol Sungai Citarum,

Ganeca Ps, Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung.

3. Liputan Sindo News tanggal 14 Juli 2018: “Budianto, A., 2018, 2.221 Mahasiswa UPI Gelar KKN

Di Das Citarum” (https://daerah.sindonews.com/read/1318767/21/mahasiswa-ugm-dan-upi-

kkn-di-bantaran-sungai-citarum-1530689693)

4. Perdana, P. P., 2018, Berkat Video Dokumenter Bule Ini, Pemerintah Tergerak Bersihkan Sungai

Citarum, Kompas Regional Jawa Barat (https://regional.kompas.com/read/2018/02/23/

06135171/berkat-video-dokumenter-bule-ini-pemerintah-tergerak-bersihkan-sungai)

5. Rowlands, M., 2004. Menikmati Filsafat Melalui Film Science Fiction, Mizan, Bandung; dalam

Manurung, E., M., 2008. Strategi Aktor di Gelanggang Perfileman Indonesia Pasca Reformasi,

Tesis Program Magister Studi Pembangunan, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan

Pengembangan Kebijakan, ITB Bandung.

6. Moskovich, Y., dan Shart, S., 2012, Using Films as a Tool for Active Learning in Teaching

Sociology, The Journal of Effective Teaching, Vol. 12, No. 1, 2012, 53-63

7. Yasri, H.l., dan Mulyani, S., 2016, Efektivitas Penggunaan Media Film Untuk Meningkatkan

Minat dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X, Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS, p-ISSN:

2356-1807 e-ISSN:2460-7916

8. Wawancara dengan Prof. Ign. Bambang Sugiharto, Ph. D, Diskusi Film Di ITB, tahun 2007

9. Wawancara dengan Bapak Garin Nugroho di ITB tahun 2007, dan di ECF UNPAR tahun 2016

10. Cheah, P., et.al., 2004. “Membaca Film Garin”. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

11. Wawancara dengan Bapak Chand Parwez di ITB tahun 2007, dan di Jakarta tahun 2017

12. Diskusi Panel Citarum Harum di UNPAR, 16 Mei 2018

13. Revisi Taksonomi Bloom (Heick, T., 2018), https://www.teachthought.com/learning/what-is-

blooms-taxonomy-a-definition-for-teachers/

14. Anderson, L. W., and Krathwohl, D. R., A Taxonomy for Learning Teaching and Assesing: A

Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, 2001, Allyn and Bacon, Boston MA,

Pearson Education Group.

15. Hierarki Bloom Taxonomy: https://ainamulyana.blogspot.com/2016/03/taksonomi-bloom-

harus-dijadikan-acuan.html

16. Joyce, B., and Weil, M., 2003, Model Of Teaching, Allyn and Bacon, Massachusetts.