Laporan DKK Sragen

34
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk tercapainya visipembangunan kesehatan melaluiPoliklinik Kesehatan Desa (PKD) adalah merupakan suatu Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh, untuk, dan bersama masyarakat setempat atas dasar musyawarah Desa/ Kelurahan yang di dukun oleh tenaga Kesehatan profesional untuk melakukan upaya kesehatan promo preventif dan kuratif, sesuai dengan kewenangannya dibawah pembinaan teknis Puskesmas. Pengembangan desa menuju desa siaga, perlu upaya fasilitasi mendorong masyarakat sadar, mau dan mampu serta peduli dalam mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan, seperti: kura penyakit menular dan tidak menular; kejadian bencana; kecelakaan; dan deteksi dini masalah kesehatan termasuk kejadian luar biasa. Pe kepedulian dan kesiapsiagaan masyarakat, dengan memanfaatkan potensi setempat, serta mendorong kebersamaan masyarakat dalam mengatasi masala kesehatan secara dini, menuju desa sehat secara mandiri. Dalam teori H.L.Blum dijelaskan bahwa derajat kesehatan dipen beberapa faktor dari yang terbesar yaitu faktor lingkungan, fak faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik. Berdasarkan perkembangan da dunia kesehatan secara keilmuanaplikasi teori dibuktikan bahwa faktor lingkungan dan faktor perilaku mempunyai pengaruh yang besar terh derajat kesehatan. Dalam penyelenggaraan kesehatan harus dilakukan berbagai upaya menyeluruh, terpadu, merata dan dapat diterima serta dijangkau oleh sel lapisan masyarakat yang dilaksanakan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Masalah kesehatan merupakan masalah nasional tidak dapat terlepas dari berbagai sektor diluar kesehatan. Seh pemecahannya harus melibatkan sektor terkait. Upaya dalam mencapai tuju

description

Laporan DKK Sragen; Stase IKM UNS

Transcript of Laporan DKK Sragen

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangUntuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) adalah merupakan suatu Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh, untuk, dan bersama masyarakat setempat atas dasar musyawarah Desa/ Kelurahan yang di dukung oleh tenaga Kesehatan profesional untuk melakukan upaya kesehatan promotif, preventif dan kuratif, sesuai dengan kewenangannya dibawah pembinaan teknis Puskesmas. Pengembangan desa menuju desa siaga, perlu upaya fasilitasi untuk mendorong masyarakat sadar, mau dan mampu serta peduli dalam mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan, seperti: kurang gizi; penyakit menular dan tidak menular; kejadian bencana; kecelakaan; dan deteksi dini masalah kesehatan termasuk kejadian luar biasa. Peningkatan kepedulian dan kesiapsiagaan masyarakat, dengan memanfaatkan potensi setempat, serta mendorong kebersamaan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan secara dini, menuju desa sehat secara mandiri.Dalam teori H.L.Blum dijelaskan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi beberapa faktor dari yang terbesar yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik. Berdasarkan perkembangan dalam dunia kesehatan secara keilmuan aplikasi teori dibuktikan bahwa faktor lingkungan dan faktor perilaku mempunyai pengaruh yang besar terhadap derajat kesehatan.Dalam penyelenggaraan kesehatan harus dilakukan berbagai upaya menyeluruh, terpadu, merata dan dapat diterima serta dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat yang dilaksanakan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Masalah kesehatan merupakan masalah nasional yang tidak dapat terlepas dari berbagai sektor diluar kesehatan. Sehingga upaya pemecahannya harus melibatkan sektor terkait. Upaya dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan harus disesuaikan dengan masalah kesehatan yang ada di masyarakat, sehingga program maupun proyek yang akan dilaksanakan betul-betul dapat mengatasi masalah kesehatan yang dirasakan oleh masyarakat.

B. Perumusan Masalah1. Bagaimana pelaksanaan program desa siaga di Desa Kedungupit Kecamatan Sragen?2. Apakah masalah kesehatan yang terdapat di Desa Kedungupit?3. Bagaimana rencana intervensi untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut?

C. Tujuan Penulisan1. Untuk mengetahui pelaksanaan program desa siaga di Desa Kedungupit Kecamatan Sragen.2. Untuk mengetahui masalah kesehatan yang terdapat di Desa Kedungupit.3. Untuk mengetahui rencana intervensi dalam mengatasi masalah kesehatan tesebut.

D. Manfaat Penulisan1. Memberikan pengalaman bagi para dokter muda tentang program kesehatan yang telah dilakukan DKK Sragen dalam pelaksanaan Desa Siaga.2. Sebagai bahan pertimbangan bagi bidang pelayanan kesehatan khususnya Bidang Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen dalam pelaksanaan program Desa Siaga.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Desa SiagaDesa/kelurahan siaga merupakan salah satu upaya terobosan atau strategi yang memiliki daya ungkit untuk menggerakkan dan memberdayakan masyarakat sebagai tahapan menuju desa sehat. Dengan desa/kelurahan siaga diharapkan masyarakat memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Inti kegiatan desa/kelurahan siaga adalah memberdayakan masyarakat. Pemberdayaan sebagai upaya fasilitasi yang bersifat persuasif dan tidak memerintah (non instruktif) melalui proses pembelajaran yang terorganisasi untuk menumbuhkan respon yang terkoordinasi dengan baik. Berdasarkan buku pedoman pelaksanaan Desa Siaga di Jawa Tengah yang disusun pada bulan Desember tahun 2006, pengembangan Desa Siaga terdapat pentahapan strata yaitu strata I, strata II, dan strata III, dimana semakin tinggi strata yang telah dicapai menunjukkan keaktifan desa siaga. Namun dalam Kepmenkes RI No. 1529/Menkes/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa/kelurahan Siaga Aktif, menyebutkan bahwa dalam pengembangan Desa Siaga terdapat pentahapan strata sebanyak 4 (empat) tahap, yaitu strata pratama, madya, purnama dan mandiri.

B. Tujuan Desa Siaga1. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama masyarakat pedesaan. 2. Meningkatkan keberdayaan masyarakat / keluarga mendapatkan hak untuk hidup sehat dan meningkatkan kemandirian masyarakat/ keluarga dalam hidup sehat. 3. Mengembangkan desa menjadi arus utama (main stream) dalam pembangunan kesehatan. C. Dasar Hukum 1. UU No.25 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah 2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah 3. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintah Daerah 4. UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan 5. Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2005 tentang Desa 6. Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 2005 tentang Kelurahan 7. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota 8. Peratuan Gubernur jawa Tengah no.90 tahun 2005 tentang Pelaksnaan PKD kabupaten/Kota di Jawa Tengah 9. Pergub No.47 Tahun 2006 tentang Sistim Kesehatan Prov. Jawa Tengah. 10. Kepmenkes RI No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan dasar Puskesmas 11. Kepmenkes Ri No. 131 tahun 2004 tentang SKN 12. Kepmenkes RI No 564/Menkes/SK/VIII/2006, tahun 2006 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa Siaga13. Kepmenkes RI No 828/Menkes/SK/IX/2008, tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Standart Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota 14. Kepmenkes RI No 1529/Menkes/SK/X/2010, tahun 2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa Siaga dan Kelurahan Siaga Aktif

D. Konsep Desa Siaga (DKP Jawa tengah, 2006)Desa siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi pelayanan kesehatan dari sebelumnya bersifat sentralistik dan top down menjadi lebih partisipatif dan bottom up. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa siaga, desa siaga merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa siaga adalah suatu konsep peran serta dan pemberdayaan masyarakat desa, disertai dengan pengembangan kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara kesehatannya secara mandiri. Desa yang dimaksud di sini dapat berarti kelurahan atau nagari atau istilah-istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem di suatu desa yang bertanggung jawab memelihara kesehatan masyarakat sendiri.

E. Prinsip Pengembangan Desa Siaga 1. Desa siaga adalah titik temu antara pelayanan kesehatan dan program kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dengan upaya masyarakat yang terorganisir. 2. Desa siaga mengandung makna kesiapan dan kesiagaan Kesiagaan masyarakat dapat didorong dengan memberi informasi yang akurat dan cepat tentang situasi dan masalah-masalah yang mereka hadapi. 3. Prinsip respons segera. Begitu masyarakat mengetahui adanya suatu masalah, mereka melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang perlu dan apabila langkah tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan memberikan bantuan (termasuk pustu, puskesmas, Dinkes, dan RSUD). 4. Desa siaga adalah wadah bagi masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan berbagai program kesehatan. Secara organisasi, koordinasi dan kontrol proses pengembangan desa siaga dilakukan oleh sebuah organisasi desa siaga yang disebut sebagai Forum Kesehatan Desa (FKD). Organisasi desa siaga ini berada di tingkat desa/kelurahan dengan penanggung jawab umum kepala desa atau lurah. Sedangkan pengelola kegiatan harian desa siaga atau ketua FKD bertugas melaksanakan kegiatan secara langsung yang berkaitan dengan masalah kesehatan mulai dari pemetaan masalah melalui SMD sampai dengan penyusunan rencana kegiatan bersama dengan anggota FKD dengan bimbingan secara teknis dari Bidan Desa.

F. Komponen Desa / Kelurahan Siaga Aktif 1. PKD (Poliklinik Kesehatan Desa) atau Sarana Kesehatan lainnya. Kriteria suatu desa dikatakan sebagai desa siaga adalah telah memiliki PKD sebagai rujukan pertama pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan kegawat daruratan kesehatan dan Forum Kesehatan Desa / Kelurahan (FKD/FKK). Wilayah desa atau kelurahan yang tidak memiliki PKD bisa dengan sarana kesehatan lainnya seperti Puskesmas Pembantu atau Puskesmas, klinik, dokter/bidan praktek swasta yang siap melaksanakan pemberdayaan masyarakat dan mendorong pembangunan berwawasan kesehatan di desa serta mempunyai kesepakatan dengan pemerintah desa / FKD untuk mengembangkan desa siaga. Sarana/Tenaga kesehatan diharapkan berada di desa tersebut agar dapat memberikan pelayanan kesehatan dasar meliputi KIA, deteksi dini, konseling dan kegawat daruratan serta merujuk pasien setiap dibutuhkan. 2. FKD/FKK (Forum Kesehatan Desa / Forum Kesehatan Kelurahan) FKD/FKK adalah Forum kesehatan di desa/kelurahan yang merupakan wadah partisipasi bagi masyarakat dalam mengembangkan pembangunan kesehatan di tingkat desa atau kelurahan untuk merencanakan, menetapkan, koordinasi dan penggerak kegiatan serta monitoring evaluasi pembangunan kesehatan di desa. Kegiatan Desa Siaga sangat ditentukan oleh keaktifan dari FKD/FKK ini. FKD/FKK memotori pelaksanaan Survey Mawas Diri (SMD), Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) maupun memfasilitasi terbentuknya Kebijakan Kesehatan Desa. FKD/FKK diharapkan dapat melakukan pertemuan koordinasi secara rutin bagi semua anggota pengurus FKD/FKK untuk membahas permasalahan kesehatan di desa/kelurahan.3. Gotong RoyongKomponen gotong royong merupakan kegiatan kegotong-royongan yang berkembang dari, oleh dan untuk masyarakat secara mandiri sesuai potensi wilayah masing-masing. Bentuk-bentuk kegiatan gotong royong yang selama ini banyak berkembang di masyarakat, merupakan potensi yang harus selalu dikembangkan dan diintegrasikan dalam kegiatan Desa Siaga. Contoh kegiatan gotong royong misalnya: Pembangunan sarana air bersih, Jumat bersih, PSN atau gerakan 3M, Pembuatan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), Jambanisasi, Perbaikan rumah sehat, Ambulan desa, Penggalangan donor darah, dll.4. Upaya Kesehatan Upaya kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan dengan menitik beratkan pada upaya promotif dan preventif dan didukung oleh upaya kuratif dan rahabilitatif. Upaya kesehatan tersebut dilakukan oleh kader dan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat (UKBM) merupakan upaya kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat seperti : posyandu balita/lansia, BKB, BKL, BKR, poskestren, UKS, UKK, SBH, batra, UKM, POD dan lain-lain. Bentuk-bentuk kegiatan upaya kesehatan di desa siaga diharapkan dapat terorganisir dalam sistem kesehatan desa.5. Surveilans Surveilans adalah kegiatan pengamatan dan pemantauan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi terjadinya penyakit atau masalah kesehatan tersebut (faktor risiko/faktor penyebab). Tujuan pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat agar tercipta sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya penyakit dan masalah kesehatan, bencana, kegawat daruratan kesehatan yang akan mengancam dan merugikan masyarakat sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan.Surveilans dilaksanakan oleh masyarakat dengan menggunakan alat bantu/ectorita terlampir. Apabila ditemukan adanya faktor risiko terjadinya masalah kesehatan atau gejala dini dan kasus penyakit maka kader harus segera melaporkan kepada FKD dan petugas kesehatan untuk segera dilakukan tindak lanjut (respon cepat). Kegiatan surveilans dibuktikan adanya catatan hasil surveilans seperti ABJ, catatan kasus, pelacakan kasus, Buku KIA, SIP Posyandu, Catatan kegiatan.6. Pembiayaan KesehatanPembiayaan kesehatan dalam Desa Siaga selain dengan mengembangkan dana swadaya masyarakat juga diharapkan adanya dukungan pendanaan secara resmi atau dana tetap yang dianggarkan oleh pemerintah desa melalui ADD atau APBDes yang ditentukan dalam musrenbangdes. Dukungan pendanaan melalui anggaran desa ini merupakan bentuk komitmen dari pemerintah desa terhadap pengembangan Desa Siaga sehingga dana ini akan dijamin keberlanjutannya. Bentuk-bentuk pembiayaan kesehatan yang dapat dikembangkan dimasyarakat dalam bentuk swadaya misalnya : a. Tabulin, Dasolin b. Arisan jamban c. Dana posyandu untuk PMT d. Jimpitan melalui RT/RW, dawis, PKK e. Dana pengembangan lingkungan sebagai kompensasi industri dunia usaha (CSR), dan lain-lain.

G. Stratifikasi Desa Siaga Aktif Penentuan strata desa/kelurahan siaga aktif ditetapkan berdasarkan beberapa kriteria dimana untuk mencapai strata tertentu maka semua kriteria pada strata tersebut harus terpenuhi. Kriteria untuk semua strata meliputi : 1. Keberadaan tenaga kesehatan profesional2. Akses Pelayanan kesehatan dasar 3. Kebaradaan Forum Kesehatan Desa/kelurahan 4. Keberadaan kader 5. Adanya partisipasi /peran aktif masyarakat di bidang kesehatan 6. Keberadaan UKBM 7. Pencapaian PHBS 8. Pendanaan. Penentuan strata desa/kelurahan siaga ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut :1. Desa/Kelurahan Siaga Pratama, yaitu desa/kelurahan yang memenuhi ketentuan a. Sudah memiliki tenaga kesehatan profesional (dokter/ perawat/bidan) yang dapat memberikan pelayanan kesehatan dasar, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan sesuai kewenangan. b. Sudah ada pelayanan kesehatan dasar, tetapi belum setiap hari. c. Sudah memiliki FKD/FKK, tetapi belum berjalan. d. Sudah memiliki kader kesehatan minimal 2 (dua) orang. e. Sudah ada partisipasi/peran aktif masyarakat di bidang kesehatan minimal 1 (satu) kegiatan. f. Sudah memiliki kegiatan UKBM minimal Posyandu g. Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna) kurang dari 20 % h. Sudah ada penyediaan dana untuk mengatasi masalah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan dan faktor risiko yang bersumber dari ADD. 2. Desa/Kelurahan Siaga Madya, yaitu desa/kelurahan yang memenuhi ketentuan : a. Sudah memiliki tenaga kesehatan profesional (dokter/ perawat/bidan) yang dapat memberikan pelayanan kesehatan dasar, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan sesuai kewenangan serta memfasilitasi kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui FKD/FKK untuk kegiatan ( SMD, MMD). b. Sudah ada PKD/sarana kesehatan lain/tenaga kesehatan profesional yang memberikan pelayanan kesehatan dasar setiap hari. c. Sudah memiliki FKD/FKK yang sudah melakukan kegiatan SMD, MMD dan mempunyai rencana kerja bidang kesehatan. d. FKD/FKK sudah melakukan rapat koordinasi minimal 6 bulan sekali. e. Sudah memiliki kader kesehatan 3 5 orang. f. Sudah memiliki peraturan di tingkat desa/kelurahan tentang kesehatan. g. Sudah ada partisipasi/peran aktif masyarakat di bidang kesehatan minimal 2 (dua) kegiatan. h. Sudah ada peran aktif dari minimal 1 (satu) organisasi masyarakat (ormas). i. Sudah memiliki kegiatan UKBM Posyandu, dan 2 (dua) jenis UKBM lainnya aktif. j. Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna) 20 % s/d 30 %. k. Sudah melaksanakan 1 (satu) jenis kegiatan surveilans l. Sudah ada penyediaan dana untuk mengatasi masalah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan dan faktor risiko yang bersumber dari ADD, dan dari swadaya masyarakat atau dunia usaha. 3. Desa/Kelurahan Siaga Purnama, yaitu desa/kelurahan yang memenuhi ketentuan : a. Sudah memiliki tenaga kesehatan profesional (dokter/ perawat/bidan) yang dapat memberikan pelayanan kesehatan dasar, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan sesuai kewenangan serta memfasilitasi kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui FKD/FKK untuk kegiatan SMD, MMD dan UKBM. b. Sudah ada PKD/sarana kesehatan lain/tenaga kesehatan profesional yang memberikan pelayanan kesehatan dasar setiap hari. c. Sudah memiliki FKD/FKK yang sudah melakukan kegiatan SMD, MMD dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana kerja bidang kesehatan. d. Sudah melaksanakan kegiatan SMD dan MMD minimal 1 (satu) tahun sekali. e. FKD/FKK sudah melakukakan rapat koordinasi 3 (tiga) bulan sekali. f. Sudah memiliki kader kesehatan 6 8 orang. g. Sudah memiliki peraturan di tingkat desa/kelurahan tentang kesehatan dan terealisasi. h. Sudah ada partisipasi/ peran aktif masyarakat di bidang kesehatan minimal 3 (tiga) kegiatan. i. Sudah ada peran aktif dari 2 (dua) organisasi masyarakat (ormas). j. Sudah memiliki kegiatan UKBM Posyandu, dan 3 (tiga) jenis UKBM lainnya aktif. k. Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna) lebih dari 30 % s/d 40 %. l. Sudah melaksanakan 2 (dua) jenis kegiatan surveilans m. Sudah ada penyediaan dana untuk mengatasi masalah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan dan faktor risiko yang bersumber dari ADD, dari swadaya masyarakat dan dari dunia usaha. 4. Desa/Kelurahan Siaga Mandiri, yaitu desa/kelurahan yang memenuhi ketentuan : a. Sudah memiliki tenaga kesehatan profesional (dokter/ perawat/ bidan) yang dapat memberikan pelayanan kesehatan dasar, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan sesuai kewenangan serta memfasilitasi kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui FKD/FKK untuk kegiatan SMD, MMD,UKBM dan surveilans. b. Sudah ada PKD/sarana kesehatan lain/tenaga kesehatan profesional yang memberikan pelayanan kesehatan dasar setiap hari. c. Sudah memiliki Forum Kesehatan Desa/Kelurahan (FKD/FKK) yang sudah melakukan kegiatan SMD, MMD dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana kerja bidang kesehatan. d. Sudah melaksanakan kegiatan SMD dan MMD 1 (satu) tahun sekali dan jika ada masalah kesehatan. e. FKD/FKK sudah melakukakan rapat koordinasi 1 (satu) bulan sekali. f. Sudah memiliki kader kesehatan 9 orang atau lebih. g. Sudah memiliki peraturan di tingkat desa/kelurahan tentang kesehatan dan terealisasi. h. Sudah ada partisipasi/peran aktif masyarakat di bidang kesehatan lebih dari 3 (tiga) kegiatan. i. Sudah ada peran aktif lebih dari 2 (dua) organisasi masyarakat. j. Sudah memiliki kegiatan UKBM minimal Posyandu, dan lebih dari 3 (tiga) jenis UKBM lainnya aktif. k. Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna) lebih dari 40 %. l. Sudah melaksanakan lebih dari 2 (dua) jenis kegiatan surveilans m. Sudah ada penyediaan dana untuk mengatasi masalah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan dan faktor risiko yang bersumber dari ADD, dari swadaya masyarakat, dari dunia usaha dan sumber lainnya.

BAB IIIGAMBARAN UMUM DESA KEDUNGUPIT KECAMATAN SRAGEN

A. Profil Desa KedungupitDesa Kedungupit merupakan 1 (satu) dari 208 (dua ratus delapan) Desa/Kelurahan berada di wilayah Kabupaten Sragen dan merupakan salah satu dari 8 (delapan) Desa/Kelurahan di Wilayah Kecamatan Sragen, Desa Kedungupit Kecamatan Sragen berbatasan dengan sebelah Timur Desa Gabus Kecamatan Ngrampal, sebelah Selatan Desa Bandung Kecamatan Ngrampal, Sebelah Barat Desa Tanggan Kecamatan Gesi dan Sebelah Utara Desa Karangudi Kecamatan Ngrampal.Desa Kedungupit Kecamatan Sragen terbagi dalam 5 Dusun (Dusun Tanjung, Kedungupit, Pondok, Prayunan dan Dusun Dalungan), terbagi menjadi 32 RT, dengan Luas Wilayah + 588,27 Km2, dengan jumlah penduduk 6155 jiwa (Laki-laki =3.169 jiwa; perempuan = 2.986 jiwa), jumlah KK= 1672 KK. Jumlah Keluarga Miskin ( Jamkesmas = 1054 jiwa; Saraswati = 1051 jiwa; Raskin = 385 jiwa, terdapat 3 SD, 3 TK, 1 Pos PAUD.

B. Data Dasar Kesehatan1. Jumlah Balita: 472 jiwa2. Jumlah Bayi : 157 jiwa3. Jumlah Ibu Hamil: 137 orang4. Jumlah Pustu: 1 unit5. Jumlah PKD: 1 unit6. Jumlah BPS: 2 unit7. Jumlah Tenaga Kesehatan: 8 orang Bidan: 4 orang Perawat: 4 orang8. Jumlah Posyandu:11 posyandu Strata Purnama :9 posyandu Strata Mandiri: 2 posyandu9. Jumlah Pos Lansia: 1 posyandu10. Jumlah Kader Posyandu: 105 kader11. Jumlah Rumah Sehat:1.129 rumah12. Jumlah rumah yg menggunakan Jamban Sehat:1.321 rumah13. Desa Siaga termasuk strata: Madya(Data Primer, Februari 2014)C. Derajat Kesehatan1. Angka kematian Ibu, Bayi dan Balitaa. Jumlah Lahir Hidup: 157 Jiwab. Jumlah Lahir Mati: 0 Jiwac. Jumlah Kematian Bayi: 2 Jiwa=12,7%(SPM 23%)d. Jumlah Kematian Balita: 1 Jiwa=2,1%(SPM