laporan Daya Perkecambahan

26
LAPORAN TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH METODE EKTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH Disusun Oleh : Nama : Muthia Rinjani Willis NIM : 125040201111014 Kelas : Q2 (Kamis, 11.00 – 12.40) Asisten : Putri PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

description

laporan praktikum

Transcript of laporan Daya Perkecambahan

LAPORANTEKNOLOGI PRODUKSI BENIHMETODE EKTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH

Disusun Oleh : Nama : Muthia Rinjani Willis NIM : 125040201111014 Kelas : Q2 (Kamis, 11.00 12.40)Asisten: Putri

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014

4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan 4.1.1.1 UAKParameter PengamatanBenih baruBenih expired

Jumlah benih%Jumlah benih%

Normal (N)189000

Abnormal (AB)21000

Benih Mati (BM)0000

Benih Segar Tidak Tumbuh (BSTT)0000

Benih Keras (BK)0000

4.1.1.2 UDKParameter PengamatanBenih baruBenih expired

Jumlah benih%Jumlah benih%

Normal (N)0000

Abnormal (AB)41300

Benih Mati (BM)268710100

Benih Segar Tidak Tumbuh (BSTT)0000

Benih Keras (BK)0000

Parameter Pengamatan< Masak FisiologisMasak Fisiologis>Masak Fisiologis

Jumlah benih%Jumlah benih%Jumlah benih%

Normal (N)000000

Abnormal (AB)110110220

Benih Mati (BM)990990880

Benih Segar Tidak Tumbuh (BSTT)000000

Benih Keras (BK)000000

4.1.1.3 UKDdpParameter PengamatanBenih baruBenih expired

Jumlah benih%Jumlah benih%

Normal (N)55000

Abnormal (AB)55000

Benih Mati (BM)0000

Benih Segar Tidak Tumbuh (BSTT)0000

Benih Keras (BK)0000

4.1.1.4 VIGORParameter PengamatanKedalaman

2cm3cm4cm5cm

Normal (N)5425

Abnormal (AB)0000

Benih Mati (BM)0000

Benih Segar Tidak Tumbuh (BSTT)0130

Benih Keras (BK)0000

4.1.1.5 UJI TZKategoriJumlah

Benih ViableSebagian besar terjadi kerusakan kecil pada kotiledon1

Sebagian besar terjadi kerusakan kecil pada radikula4

Sebagian besar terjadi kerusakan kecil pada kotiledon dan radikula1

Jumlah Viable6

Presentasi60%

KategoriJumlah

Benih non viableSebagian besar kotiledon tidak berwarna1

Sebagian besar radikula tidak berwarna2

Kotiledon dan radikula tidak berwarna1

Jumlah Benih4

Presentasi40%

4.1.2 Tabel Dokumentasi4.1.2.1 Tabel UAKEkspiredBaru

4.1.2.2 Tabel UDKEkspiredBaru

Belum Masak Fisiologis

Masak Fisiologis

Over Masak Fisiologis

4.1.2.3 Tabel UKDdpEkspiredBaru

Tidak Ada

4.1.2.4 VIGORKEDALAMAN

2 CM

3 CM

4 CM

5 CM

4.1.2.5 UJI TZBenihBenih

4.2 Pembahasan4.2.1 Uji ViabilitasViabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam berbagai fenomena fisiologis maupun biokimiawi (Sadjad, 1994). Pengujian viabilitas benih umumnya dilakukan dengan menggunakan substrat kertas atau pasir. Penelitian Nugraha et al. (2003) juga menunjukkan bahwa kertas merang sebagai substrat pengujian daya berkecambah benih memberikan hasil yang nyata lebih tinggi dibandingkan kertas CD.4.2.1.1 Perbandingan daya berkecambah benih expired dan benih baru4.2.1.1.1 UAK (Uji Antara Kertas)Pada uji ini benih yang digunakan adalah benih Terong expired dan benih Sawi baru. Dari hasi pengamatan diketahui bahwa untuk benih expired tidak tumbuh sama sekali, sedangkan benih baru tumbuh semuanya. Hal ini dapat terjadi karena pada benih expired daya sudah tersimpan terlalu lama tidak segera ditanam, menandakan bahwa masa atau daya simpan benih ini sudah habis sehingga saat ditanam tidak tumbuh dan berkecambah atau dengan kata lain kemampuan hidup (viabilitas) sudah tidak ada. Pada benih Sawi baru tumbuh seluruhnya dari sepuluh biji yang diamati dua diantaranya adalah kecambah abnormal karena ukurannya yang lebih kecil dibanding dengan yang lainnya, namun tumbuhnya kesepuluh benih ini menunjukan bahwa daya simpan dan daya berkecambahnya (viabilitas) masih ada. Menurut Hartono (2004) Perkecambahanmerupakan tahap awalperkembangansuatutumbuhan, khususnyatumbuhan berbiji. Dalam tahap ini,embriodi dalambijiyang semula berada pada kondisidormanmengalami sejumlah perubahanfisiologisyang menyebabkan ia berkembang menjaditumbuhanmuda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagaikecambah. Pada tanaman, pertumbuhan dimulai dari proses perkecambahan biji. Perkecambahan dapat terjadi apabila kandungan air dalam biji semakin tinggi karena masuknya air ke dalam biji melalui proses imbibisi. Apabila proses imbibisi sudah optimal, dimulailah perkecambahan. Perlakuan pengujian di antara kertas ini juga membuat benih menjadi lembab namun tidak kelebihan air karena sifat kertas merang yang memiliki substrat. Sehingga benih lebih mudah berimbibisi dan pertumbuhan kecambah menjadi lebih optimal.4.2.1.1.2 UDK (Uji Di atas Kertas)Pada uji ini benih yang digunakan adalah benih hasil panen Sorgum. Sama halnya dengan UAK pengamatan dilakukan pada benih Sorgum expired dan baru. Untuk benih baru diambil benih yang belum masak fisiologis, masak fisiologi, serta over masak fisiologis. Pada Sorgum expired tidak terjadi perkecambahan dan justru tubuh jamur karena perlakuan Uji Diatas Kertas yang diberikan air secara berkala justru membuat jamur yang tumbuh. Dari hasil pengamatan semua jenis umur Sorgum yang di uji tidak ada yang berkecambah. Hal ini dapat terjadi karena benih Sorgum sudah di panen dari jauh hari dan sudah dikeringkan beberapa hari sebelum di uji. Selain itu karena umur fisiologis yang digunakan adalah belum masak fisiologis sehingga daya viabilitasnya masih belum cukup untuk berkecambah dengan baik, lalu yang umur fisiologisnya telah lewat masa masak fisiologis telah mengalami deteriorasi sehingga daya viabilitasnya juga sudah menurun. Sedangkan untuk benih yang masak fisiologis tidak berkecambah dapat disebabkan oleh factor eksternal seperti suhu, kelembapan, dll. Menurut Pramono (2009) factor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan ialah air, temperatur, cahaya, dan media perkecambahan. Karena menggunakan uji di atas kertas sehingga benih lebih terbuka dan tingkat respirasi meningkat maka kehilangan kadar air yang seharusnya digunakan untuk berimbibisi tidak ada. Selain itu pada masa pengmatan praktikan kurang memerhatikan kondisi kelembapan benih. 4.2.1.1.3 UKDdp (Uji Kertas Digulung di Dirikan+Plastik)Pada uji ini benih yang digunakan adalah benih Buncis. Ukuran benih ini termasuk besar diantara benih lainnya. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa dari kesepuluh benih yang ditanam semuanya berkecambah. Menurut Pramono (2009) Ukuran benih ini sangat berpengaruh karena benih yang besar dan berat mengandung cadangan makanan dibandingkan benih-benih kecil sehingga daya perkecambahannya tinggi dan itu juga dikarenakan bahan baku yang terdapat pada benih besar dan energi bagi embrio sangat banyak. Hanya saja separuh dari benih yang tumbuh merupakan benih abnormal karena ukurannya yang lebih kecil dari benih lainnya. Hal ini dapat terjadi kerena pengaruh perlakuan pengujian yang menggunakan kertas diguling serta ditutup plastic sehingga respirasi menjadi terhambat. Menurut Kartasapoetra (2003) tingginya kadar air yang menyebabkan struktur membran mitokondria tidak teratur sehingga permeabilitas membran meningkat. Banyak metabolit antara lain gula, asam amino dan lemak yang bocor keluar sel disebabkan peningkatan permeabilitas membran. Dengan demikian substrat untuk respirasi berkurang sehingga energi yang dihasilkan untuk berkecambah berkurang. Suhu dan kadar air tinggi merupakan faktor penyebab menurunnya daya berkecambah dan vigor.4.2.1.2 Perbandingan daya berkecamah benih < masak fisiologis, masak fisiologis, > masak fisiologisPada pengujian UDK menggunakan benih hasil panen Sorgum. Ketiga jenis umur Sorgum tersebut tidak ada yang berkecambah. Untuk benih yang belum masak fisiologis umumnya tidak memiliki daya tumbuh atau berkecambah. Menurut Justice, O.L., dan Louis, N.B (1990) Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya belum tercapai maka tidak mempunyai viabilitas yang tinggi. Oleh karena itu benih yang akan dihasilkan tidak akan berkecambah karena benih tersebut belum mempunyai cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrionya belum sempurna. Menurut penelitian yang dilakukan Hasanuddin (2012) pada kommoditas Jarak Pagar bahwa benih yang memiliki daya viabilitas dan vigor tinggi merupakan benih yang dipanen tepat saat masa masak fisologisnya. Karena pada saat tersebut kadar air benih menurun sehingga dapat meningkatkan daya simpan dan viabilitas benih dalam berkecambah. Pemanenan benih pada tingkat kemasakan yang tepat (masak fisiologi) sangatlah penting untuk mendapatkan tingkat mutu benih yang tinggi dan daya simpan yang panjang. Pemanenan yang dianjurkan adalah pada saat vigor maksimum (daya tumbuh maksimum), bobot kering benih maksimum, penurunan kadar air benih (sampai mencapai kadar air keseimbangan) dan peningkatan perkecambahan Copeland dan Mcdonald (2001) menyatakan bahwa beberapa jenis benih dapat berkecambah hanya beberapa hari setelah pembuahan, jauh sebelum masak fisiologinya tercapai. Walaupun benih yang belum masak fisiologi sudah bisa berkecambah, namun vigor benihnya rendah dan kecambahnya lebih lemah dibandingkan dengan benih yang sudah mencapai masak fisiologi.Pada benih yang sudah lewat masa masak fisiologisnya maka tingkat viabilitas dan vigornya akan terus menurun karena pada masa ini mulai terjadi Deteriorasi yaitu penurunan kualitas benih karena kerusakan sel-sel. Delouche (1983) secara umum menggambarkan daya berkecambah dan ukuran benih telah ma ksimum sebelum tercapai masak fisiologi. Berat kering dan vigor benih maksimum pada saat masak fisiologi. Berat kering, ukuran dan vigor benih setelah lewat fase masak fisiologi akan menurun secara perlahan - lahan, tetapi kadar air benih menurun dengan cepa t hingga tercapai keseimbangan dengan kondisi di lingkungan pertanaman.4.2.2 Uji Vigor Pada uji ini benih yang digunakan adalah benih Jagung yang ditanam pada media pasir dengan kedalaman berbeda. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa benih yang ditanam paling dekat dengan kedalaman 2 dan 5 cm tumbuh 100 %, sedangkan yang ditanam kedalaman 3 cm tumbuh 80 % dan kedalaman 4 cm tumbuh 67 %. Berbedaan daya tumbuh ini dipengaruhi oleh asupan oksigen ketika masa perkecambahan. Menurut S. Shah (2002) oksigen juga berperan dalam proses respirasi, pada saat perkecambahan berlangsung proses respirasi akan meningkatdan juga meningkatnyapengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida. Kurang atau terbatasnya oksigen yangdigunakanakan mengakibatkanmenghambatproses perkecambahan benih.Dalam hal initingkat kedalaman penanaman benih juga dapat mempengaruhi perkecambahan benih. Selain itu kelalaian praktikan selama masa perawatan (seperti benih tidak disiram) juga dapat menjadi penyebab perbedaan daya tumbuh pada tiap kedalaman.4.2.3 Uji TZUji ini menggunakan Kedelai sebagai bahan perlakuan dan menggunakan larutan tetrazolium sebagai bahan penguji. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa untuk benih yang Viable memiliki daya viabilitas sebesar 60 %. Namun sebagian besar mengalami kerusakan pada radikula benih Waupun hanya kerusakan keci, sisanya mengalami kerusakan pada kotiledon. Sedangkan untuk benih Non Viable memiliki daya viabilitas 40 %, dimana saat dilakukan pengujian dengan larutan Tz sebagian besar radikula tidak berwarna. Menurut Louis N. Bass (1994) pengujian Tetrazolium merupakan pengujian viabilitas yang cepat bagi semua benih yang hidup, baik dorman maupun tidak dorman dengan pengirisan bagian embrio benih.Menurut Delouche dan Caldwell (1960) Pengujian Tetrazolium merupakan pengujian vigor secara tidak langsung. Pengujian ini memiliki kelebihan dan kelemahannya. Kelebihannya adalah pengujiannya lebih cepat memperoleh informasi, lebih sederhana dan memerlukan perlengkapan yang lebih sedikit disbanding pengujian langsung. Seperti hasil praktikum diatas dapat diketahui secara lebih sederhana informasi mengenai benih yang di uji yaitu memiliki viabilitas yang cukup tinggi 60 %. Sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat menilai semua factor kekuatan tumbuh sekaligus, terutama yang ada hubungannya dengan kerusakan mekanik dan abnormalitas morfologis. Seperti hasil praktikum hanya diketahui daya viabilitasnya saja tanpa diketahui benih mana yang abnormal dan factor-faktor penghambat viabilitas lainnya. Penentuan pola topografi pewarnaan TZ untuk tolok ukur viabilitas benih didasarkan pada perhitungan nilai Root Mean Square(RMS) antara hasil uji DB dan hasil uji TZ. Nilai RMS yang tinggi menunjukkan terdapat selisih yang tinggi antara jumlah benih viable dan jumlah kecambah normal yang menyebakan kesalahan dalam penentuan viablitas benih (Pant et al.,1999)

PENUTUPKesimpulanDaya berkecambah setiap uji berbeda-beda tergantung perlakuan serta bahan yang di uji. Dari hasil praktikum berbagai metode pengujian yang berbeda dapat disimpulkan bahwa benih yang paling baik perkecambahannya (viabilitas) adalah benih yang sudah matang secara fisiologis. Jika terlalu mentah tidak akan maksimal viabilitasnya namun jika terlalu masak telah menurun viabilitasnya. Untuk jenis benih baru dan expired jelas lebih bagus benih baru dalam berkecambah, karena benih expired merupakan benih yang sudah habis masa simpannya sehingga daya berkecambahnya sudah tidak ada. Pada uji vigor benih yang ditanam paling dekat dengan permukaanlah yang berkecambah paling baik karena asupan oksigen yang lancar saat terjadi perkecambahan. Benih yang ditanam paling dalam mengalami kesulitan berespirasi karena asupan oksigen terhambat sehingga perkecambahan tidak terbentuk dengan baik. Pada uji TZ benih viable memiliki daya berkcambah sebesar 60 %, ditandai dengan radikula yang berwarna walaupun terdapat sedikit kerusakan pada kotiledon.SaranPengumpulan laporan sebaiknya setelah Ujian Tengah Semester saja.

DAFTAR PUSTAKACopeland, Lo, Mb Mcdonald. 2001. Principles Of Seed Science And Technology. Fourth Edition. Kluwer Academic Publishers. London. 425 P.Delouche, J. C. 1983. Seed Maturation. References On Seed Operation For Workshop On Secondary Food Crop Seed. Missisippi.Delouche, J.C And C.C Baskin 1960. Seed Vigor Tests. Proc. Assoc. Off. Seed Anal. Hartono dan Purwono R, 2004. Produktivitas Jagung Unggul. Bayumedia Publishing. Malang. Hasanuddin, Et Al. 2012. Perubahan Fisiologi Dan Kandungan Klorofil Selama Pemasakan Serta Hubungannya Dengan Viabilitas Benih Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.). Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda AcehJustice, O. L Dan L. N. Bass. 2002. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Edisi 4. Pt. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 446 HalKartasapoetra G, Ance. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih Dan Tuntunan Praktikum. PT Rineka Cipta. Jakarta.Louis. Bass N.1994. Prinsip Dan Praktek Penympangan Benih. PT Raja Grafirdo Persada. Jakarta.Nugraha, U.S., Rasam, S. Wahyuni. 2003. Evaluasi metoda pengujian daya berkecambah benih padi. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan.Pant, N.C., M. Purohit, R.B. Lal. 1999. Tetrazolium test for the seeds of Dendrocalanus strictus Nees. J. Seed Sci. Tech.Pramono, Eko. 2009. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Bandarlampung. Universitas Lampung.Sadjad, S. 1972. Kertas merang untuk uji viabilitas benih di Indonesia. Disertasi Doktor. Fakultas Pertanian IPB. BogorSadjad, S. 1994. Kualifikasi Metabolisme Benih. Pt Gramedia Widiasarana. JakartaS. Shah, Fawad. E. Watson Clarence. R. Cabrera Edgar. 2002. Seed Vigor Testing of Subtropical Corn Hybrids. Mississippi Agricultural & Forestry Experiment Station. Mississippi.Yaja, Jantana, Elke Pawelzik, Suchada Vearasilp. 2005. Prediction of Soybean Seed Quality in Relation to Seed Moisture Content and Storage Temperature. Georg-August-Universitt Gttingen, Institute for Agricultural Chemistry, Germany.

LAMPIRANPerhitungan1. Perhitungan UAK Sawi (benih baru)% kecambah normal = = x 100 % = 80 %% kecambah abnormal = = x 100 % = 10 %% benih mati = = 0 %% benih segar tidak tumbuh = = 0 %% benih keras = = 0 %% daya tumbuh = = x 100%= 100 %Perhitungan UAK Terong (benih expired)% kecambah normal = = 0% kecambah abnormal = = 0% benih mati = = x 100%= 100 %% benih segar tidak tumbuh = = 0 %% benih keras = = 0 %% daya tumbuh = = x 100%= 0 %2. UDK (Sorgum)a. Baru% kecambah normal = = %% kecambah abnormal = = x 100 % = 13%% benih mati = = x 100 % = 87 %% benih segar tidak tumbuh = = 0%% benih keras = = 0 %% daya tumbuh = = x 100 % = 13%b. Ekspired% kecambah normal = = %% kecambah abnormal = = % benih mati = = x 100 % = 100 %% benih segar tidak tumbuh = = 0%% benih keras = = 0 %% daya tumbuh = = %c. < masak fisiologis% kecambah normal = = %% kecambah abnormal = = %% benih mati = = x 100 % = 90 %% benih segar tidak tumbuh = = 0%% benih keras = = 0 %% daya tumbuh = = %

d. masak fisiologis% kecambah normal = = %% kecambah abnormal = = %% benih mati = = x 100 % = 90 %% benih segar tidak tumbuh = = 0%% benih keras = = 0 %% daya tumbuh = = %e. > masak fisiologis% kecambah normal = = %% kecambah abnormal = = %% benih mati = = x 100 % = 80 %% benih segar tidak tumbuh = = 0%% benih keras = = 0 %% daya tumbuh = = %3. UKDdp (Buncis)% kecambah normal = = x 100 % = 50 %% kecambah abnormal = = x 100 % = 50 %% benih mati = = 0 %% benih segar tidak tumbuh = = 0%% benih keras = = 0 %% daya tumbuh = = x 100 % = 100 %4. Daya Tumbuh Vigor (Jagung) Kedalaman 2 cm% daya tumbuh = = x 100%= 100 % Kedalaman 3 cm% daya tumbuh = = x100%= 80% Kedalaman 4 cm% daya tumbuh = = x100%=40% Kedalaman 5 cm% daya tumbuh = = x 100% = 100%5. Daya Tumbuh Uji Tz (Kedelai)Benih Viable = 60 %Benih Non-Viable = 40 %