LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

32
LAPORAN PRAKTIKUM PENGARUH SUHU LINGKUNGAN TERHADAP DENYUT JANTUNG Daphnia sp. KELOMPOK I Oleh: 1. Mega Tri Asih 13030204031 2. Gilang Noval Abdillah 13030204041 3. Indrie Dwi Andarwati 13030204073 4.Sriana 13030204044

Transcript of LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

Page 1: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGARUH SUHU LINGKUNGAN TERHADAP DENYUT

JANTUNG Daphnia sp.

KELOMPOK I

Oleh:

1. Mega Tri Asih 13030204031

2. Gilang Noval Abdillah 13030204041

3. Indrie Dwi Andarwati 13030204073

4. Sriana 13030204044

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2015

Page 2: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Daphnia sp. dapat dijumpai pada kolam atau danau. Daphnia merupakan salah

satu spesies dari Crustacea berupa plankton yang hidup di air tawar Tubuhnya

transparan dan tidak berwarna. Alat gerak utamanya adalah antena yang mengatur

gerakan ke atas dan bawah. Daphnia selalu ditemukan di tempat hidupnya dalam posisi

kepala di atas. Kepala terbentuk sebagai persatuan segmen-segmen, kadang-kadang

bersatu dengan dada membentuk cephalotoraks. Beberapa faktor ekologi memberikan

pengaruh terhadap kehidupan Daphnia diantaranya yaitu suhu lingkungan. Serta

lingkungan ph yang netral berkisar pada Ph 1-8 merupakan habitat yang sesuai untuk

pertumbuhan daphnia secara optimum (Susanto, 1989).

Jantung Daphnia sp. meruapakan struktur globular kecil dibagian anterodorsal

tubuh. Kecepatan denyut jantungnya dipengaruhi beberapa faktor antara lain aktivitas,

ukuran dan umur, cahaya, temperatur (suhu), Obat-obat (senyawa kimia). Perubahan

suhu lingkungan dapat mempengaruhi denyut jantung Daphnia sp. Daphnia merupakan

salah satu hewan poikiloterm. Perubahan suhu memberikan pengaruh terhadap

konformasi protein dan aktivitas enzim sehingga suhu tubuh yang konstan sangat

dibutuhkan hewan. Reaksi dalam sel terganggu seiring dengan aktivitas enzim.

Pengamatan yang dilakukan di bawah mikroskop dapat secara jelas melihat kerja denyut

jantung Daphnia, karena dinding tubuh Daphnia sp. transparan sehingga organ-organ

internalnya akan tampak jelas (Susanto, 1989).

Oleh karena itu, untuk mengetahui cara mengukur frekuensi denyut jantung dan

mengidentifikasi frekuensi denyut jantung dan pengaruh suhu terhadap denyut jantung

Daphnis sp. maka dilakukan percobaan pengaruh suhu lingkungan terhadap denyut

jantung Daphnia sp.

Page 3: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah praktikum ini, yaitu :

1. Bagaimana cara mengukur frekuensi denyut jantung Daphnia sp. ?

2. Bagaimana frekuensi denyut jantung dan pengaruh suhu terhadap denyut jantung

Daphnia sp.

C. Tujuan

Dari rumusan masalah tersebut maka tujuan dari praktikum ini, yaitu :

1. Mengetahui cara mengukur frekuensi denyut jantung Daphnia sp.

2. Mengidentifikasi frekuensi denyut jantung dan pengaruh suhu terhadap denyut

jantung Daphnia sp.

Page 4: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Termoregulasi Pada Hewan Poikiloterm (Eksoterm)

Eksoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap

panas lingkungan). Suhu tubuh hewan eksoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada

suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan,

amphibia, dan reptilia.

Suhu tubuh hewan poikiloterm atau eksoterm ditentukan oleh keseimbangan

kondisi suhu lingkungan dan berubah-ubah seperti berubah-ubahnya kondisi

suhulingkungan. Pada hewan poikiloterm air, suhu tubuhnya sangat ditentukan oleh

keseimbangan konduktif dan konfektif dengan air mediumnya dan suhu tubuhnya mirip

dengan suhu air. Hewan memproduksi panas internal secara metabolik, dan ini mungkin

meningkatkan suhu tubuh di atas memiliki insulasi sehingga perbedaan suhu hewan

dengan air sangat kecil (Goenarso, 2005).

Ada beberapa cara untuk mencapai keseimbangan ini. Salah satu cara dengan

lingkungan adalah memperluas permukaan tubuh sehingga dapat meningkatkan panas

yang masuk dari radiasi matahari. Hal ini dilakukan dengan mengarahkan permukaan

kulitnya tegak lurus dengan sinar matahari. Dengan cara ini dapat menyerap panas jauh

lebih tinggi daripada suhu udara lingkungannya. Bila suhu tubuh yang cocok telah

tercapai, biasanya hewan air ini akan berpindah ketempat yang lebih teduh. Hal ini

berarti dapat dipahami bahwa hewan poikiloterm yang biasanya didefinisikan sebagai

hewan yang menyesuaikan suhu tubuhnya dengan fluktuasi suhu lingkungannya dan

dianggap tidak melakukan usaha untuk mempertahankan suhu tubuhnya ternyata kurang

tepat, sebab banyak usaha yang dilakukan oleh poikiloterm untuk mempertahankan suhu

tubuhnya.

Hewan poikioterm yang hidup di air suhu tubuhnya sangat ditentukan oleh

keseimbangan konduksi dan konveksi dengan kondisi air sekelilingnya kenaikan suhu

akan mempengaruhi laju metaboisme dan meningkatkan aju respirasi, hewan poikioterm

yang hidup diakuatik adalah Daphniasp. merupakan hewan yang sangat sensitif terhadap

Page 5: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

perubahan lingkungan sehingga sangat mudah untuk diamati dan digunakan sebagai

hewan uji hayati.

Daphnia sp adalah sejenis zooplankton yang hidup di air tawar mendiami kolam-

kolam atau danau-danau. Daphnia sp dapat hidup di air tawar dan hidup didaerah tropis

dan sub tropis kehidupan Daphnia sp dipengaruhi oleh beberapa faktor ekologi perairan

antara lain: suhu,oksigen, terlarut dan Daphniasp. hidup pada kisran ph cukup besar

tetapi nilai yang optimal untuk kehidupannya sukar ditentukan, lingkungan ph yang

netral dan relatif basah yaitu pada ph 1-8 baik untuk Daphnia sp.

B. Mekanisme Pengeluaran panas

Termoregulasi adalah pemeliharaan suhu tubuh yang membuat sel-sel mampu

berfungsi secara efisien. Mekanisme pengeluaran panas terdapat empat proses fisik yang

bertanggung jawab atas perolehan panas dan kehilangan panas yaitu:

1. Konduksi yaitu perpindahan langsung gerakan termal (panas) antara molekul-molekul

lingkungan dengan molekul-molekul permukaan tubuh misalnya seekor hewan duduk

dalam koam air dingin atau diatas batu yang panas akan selalu dihantarkan dari benda

bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah.

2. Konveksi yaitu perpindahn panas melalui pergerakan udara atau cairan melewati

permukaan tubuh seperti ketika tiupan angin turut menghilangkan panas dari

permukaan tubuh hewan yang berkuit kering.

3. Radiasi yaitu pancaran gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh semua benda

yang lebih hangat dari suhu yang absolute nol termasuk tubuh hewan dan matahari

contohnya hewan menyerap panas radiasi dari matahari.

4. Evaporasi atau penguapan adalah kehilangan panas dari permukaan cairan yang

hilang berupa molekulnya yang berubah menjadi gas evaporasi air dari seekor hewan

memberi efek pendinginan yang signifikan pada permukaan hewan itu. Konveksi dan

evaporasi merupakan penyebab kehilangan panas yang paling bervariasi. (Campbell,

2004).

Page 6: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

Menurut Goenarso (2005) faktor yang mempengaruhi suhu tubuh adalah:

1. Kecepatan metabolisme basal

Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi

dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana

disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.

2. Rangsangan saraf simpatis

Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme

menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah

lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh

metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf

simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi

epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.

3. Hormone pertumbuhan

Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan

kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga

meningkat.

a. Hormone tiroid

Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam

tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme

menjadi 50-100% diatas normal.

b. Hormone kelamin

Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-

kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada

perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena

pengeluaranhormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh

sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.

4. Demam ( peradangan )

Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme

sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.

Page 7: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

5. Status gizi

Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%.

Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk

mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi

mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan

lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak

merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan

kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.

6. Aktivitas

Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan

gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan

(aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.

7. Gangguan organ

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat

menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat

pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan

suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat

menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.

8. Lingkungan

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh

dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga

sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu

antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.

Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan

melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui

anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran

dalamfleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah

jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat

efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk

keseimbangan suhu tubuh (Goenarso, 2005).

Page 8: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

D. Pengaruh Perubahan Suhu

Perubahan suhu memiliki pengaruh besar terhadap berbagai proses fisiologis. Dalam

batas tertentu, peningkatan suhu akan mempercepat banyak proses fisiologis. Misalnya

pengaruh suhu terhadap kecepatan denyut jantung atau konsumsi oksigen. Dalam batas-

batas toleransi hewan, kecepatan denyut jantung atau konsumsi oksigen akan

meningkatkan suhu lingkungan. Suatu metode untuk menghitung pengaruh suhu

terhadap kecepatan reaksi adalah perkiraan Q10 yaitu peningkatan kecepatan proses yang

disebabkan oleh peningkatan suhu 100 C. Secara umum peningkatan suhu tubuh hewan

100 C, menyebabkan kecepatan denyut jantung atau konsumsi oksigen antara harga 1

dan 2, dan sebaliknya bila suhu tubuh diturunkan 100 C, maka kecepatan denyut jantung

atau konsumsi oksigen akan turun menjadi setengahnya. Bila kecepatan 2 kali, maka

Q10= 2, bila kecepatannya 3 kali, maka Q10=3 dan seterusnya. Istilah ini bukan hanya

konsumsi oksigen saja, tetapi untuk semua proses yang dipengaruhi oleh suhu.

Pada suhu sekitar 10ºC di bawah atau di atas suhu normal suatu jasad hidup dapat

mengakibatkan penurunan atau kenaikan aktivitas jasad hidup tersebut menjadi kurang

lebihdua kali pada suhu normalnya. Sedangkan perubahan suhu yang tiba-tiba akan

mengakibatkan terjadinya kejutan atau shock biasanya dikaitkan dengan koefisien

aktivitas [ Q ], perbandingan suatu aktivitas yang disebabkan oleh kenaikan suhu 10ºC,

atau dinyatakan dengan rumus:

Q10 = A ( t + 10)oC

A ( t0)oC

Page 9: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

E. Daphnia sp

Gambar 1. Anatomi Daphnia sp. Gambar 2. Mikroskopik Daphnia sp.

(sumber : Image-Google) (sumber : Image-Google)

Pada hewan poikiloterm yang hidup di air suhu tubuhnya sangat ditentukan oleh

keseimbangan konduksi dan konveksi dengan kondisi air di sekelilingnya, kenaikan

suhu akan mempengaruhi laju metabolisme dan meningkatkan laju respirasi. Hewan

poikiloterm yang hidup di akuatik adalah Daphnia sp. merupakan hewan yang sangat

sensitif terhadap perubahan lingkungan sehingga sangat mudah untuk diamati dan

digunakan sebagai hewan uji hayati. Hewan ini adalah sejenis zooplankton yang hidup

di air tawar yang mendiami kolam-kolam atau danau-danau. Daphnia sp. merupakan

jenis udang-udangan dan termasuk ke dalam sub filum Crustasea golongan

Branchiopoda. Hewan ini disebut dengan kutu air karena cara bergeraknya menyerupai

seekor kutu, yakni meloncat-loncat. Daphnia sp.hidup pada selang suhu 18-24°C.

Selang suhu ini merupakan selang suhu optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan

Daphnia sp. Diluar selang tersebut, Daphnia spakan cenderung dorman. Daphnia

spmembutuhkan pH sedikit alkalin yaitu antara 6,7 sampai 9,2. Seperti halnya makhluk

Page 10: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

akuatik lainnya, pH tinggi dan kandungan amonia yang tinggi dapat bersifat mematikan

bagi Daphnia sp(Mukoginta, 2003). Oleh karena itu tingkat amonia perlu dijaga dengan

baik dalam suatu sistem budidaya spesies ini.

Seluruh spesies Daphnia spdiketahui sangat sensitif terhadap ion-ion logam

seperti Mn, Zn, dan CU, dan bahan racun terlarut lain seperti pestisida, bahan pemutih,

dan deterjen. Daphnia spmerupakan filter feeder, artinya mereka "memfilter" air untuk

medapatkan pakannya berupa mahluk-mahluk bersel tunggal seperti alga dan jenis

protozoa lain serta detritus organic (Mukoginta, 2003). Selain itu, mereka juga

membutuhkan vitamin dan mineral dari dalam air. Mineral yang harus ada dalam air

adalah kalsium. Unsur ini sangat dibutuhkan dalam pembentukan cangkangnya.

Olehkarena itu, dalam wadah pembiakan akan lebih baik apabila di tambahkan potongan

batu kapur, karang (koral) batu apung dan sejenisnya. Selain dapat meningkatkan pH

bahan tersebut akan memberikan suplai kalsium yang cukup bagi Daphnia sp. Beberapa

jenis kotoran hewan yang sering dijadikan media tumbuh Daphnia spseringkali telah

mengandung kalsium dalam jumlah cukup sehingga dalam kondisi demikian kalsium

tidak perlu lagi ditambahkan.

F. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Denyut Jantung Daphnia sp.

Menurut Pangkey (2009) beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan

denyut jantung Daphnia sp.adalah:

1. Aktivitas.

Dalam keadaan tenang dan tidak banyak bergerak akan mempengaruhi denyut

jantung pada Daphnia sp.yaitu menjadi semakin lambat.

Ukuran dan umur. Daphnia sp. yang memiliki ukuran tubuh lebih besar cenderung

mempunyai denyut jantung yang lebih lambat.

2. Cahaya.

Pada keadaan gelap denyut jantung Daphnia sp. akan mengalami penurunan

sedangkan pada daerah yang cukup cahaya denyut jantung Daphnia sp. akan mengalami

peningkatan.

Page 11: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

3. Temperatur.

Denyut jantung Daphnia sp.akan bertambah tinggi apabila suhu meningkat.

4. Obat-obat (senyawa kimia).

Zat kimia akan menyebabkan aktivitas denyut jantung Daphnia sp.menjadi tinggi

atau meningkat.

G. Pusat Termoregulasi

Pusat termoregulasi terdapat di hipotalamus yaitu:

1. Hipotalamus anterior yang berfungsi sebagai regulator terhadap suhu panas,

stiulasi pada hipotalamus anterior akan menyebab kan hipotermia, penurunan

termogenesis:anoreksia, apati,peningkatan TSH, peningkatan termolisi

yaitu:vasodilatasi perifer, berkeringat, peningkatan respirasi.

2. Hipotalamus posterior yang berfungsi sebagai regulator terhadap suhu dingin

stimulasi pada hipotalamus postteriaor akan menyebabkan hipertermia ,

peningkatan termogenesis seperti menggigil, rasa lapar, peningkatan TSH,

penurunan termolisis yaitu : vasokontriksi perifer, curling up, memakai baju tebal

(Ernawati, 2009).

Page 12: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada praktikum yang telah dilakulan merupakan jenis penelitian

eksperimental, karena menggunakan beberapa variabel, antara lain variabel kontrol,

variabel respon dan variabel manipulasi.

B. Variabel

1. Variabel kontrol : jenis Daphnia sp. , waktu

perhitungan denyut jantung Daphnia sp.

2. Variabel manipulasi : suhu lingkungan (air) yaitu 10oC,

15oC, 20oC dan 25oC

3. Variabel respon : Frekuensi denyut jantung

Daphnia sp.

Koefisien kecepatan denyut jantung Daphnia sp.

C. Alat dan Bahan

Page 13: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

1. Alat

Mikroskop

Gelas obyek

Gelas beker

Gelas arloji

Pipet tetes

Termometer

Statif

Termos

Stopwatch

2. Bahan

Daphnia sp.

Es batu

Air biasa

Air hangat

Page 14: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

B. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan 4 gelas beker yang berisi air biasa

2. Memasukkan 4 gelas gelas beker yang berisi air biasa dan Daphnia sp ke

dalam tiap-tiap gelas beker besar.

3. Merancang sedemikian rupa thermometer pada statif untuk memantau

perubahan suhu pada gelas beker besar yang diletakan diatas statif

4. Mengkondisikan air pada gelas beker dengna suhu awal masing-masing 10oC,

15oC, 20oC dan 25oC

5. mengambil seekor Daphnia sp dari masing-masing gelas beker dengna suhu

berbeda dan meletakkna pada gelas arloji sambil mengamatinya dibawah

mikroskop.

6. Mengusahakan Daphnia sp tidak mengalami kekeringna dengan

menambahkan sedikit air dan tidak terlalu banyak air agar Daphnia sp tidak

mudah bergerak.

7. Mengatur posisi tubuh Daphnia sp miring hingga jantungnya tampak jelas dan

mudah mengikuti detak jantungnya.

8. Menghitung jumlah denyut jantung setiap 15 detik menggunakan stopwatch.

9. Membuat 3 kali pengulangan denyut jantung dan merata-rata hasilnya. Pada

setiap kali pengukuran suhu tetap dan pada suhu yang dikehendaki.

10. Mengembalikan Daphnia sp pada suhu yang dikehendaki.

11. Menaikan suhu menjadi 10oC leih tinggi dari suhu awal (suhu menjadi 20oC,

25oC, 30oC dan 35oC)

12. Mengambil Daphnia sp pada suhu baru tersebut dan meletakkanya pada gelas

arloji serta mengamatinya dibawah mikroskop.

13. Melakukan langkah 6-9 pada masing-masing suhu akhir.

C. Rancangan Percobaan

Mengkultur Dapnia sp pada suhu awal (100C, 150C, 200C, 250C).

Memindahkan seekor Daphnia dari suhu 100C ke gelas arloji dengan menggunakan

pipet tetes

Meletakan seekor Daphnia pada gelas benda, mengamati dibawah mikroskop

Menghitung denyut jantung setiap 15 menit sebanyak 3

kali ulangan

Page 15: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

Memindahkan Daphnia ke tempat 100C lebih tinggi

Mengukur denyut jantung Daphnia dengan cara yang sama. Mengulangi langkah ini

semua untuk Daphnia yang berada di suhu 150C, 200C, 250C.

Page 16: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Berdasarkan praktikum pengamatan detak jantung Daphnia sp di atas, diperoleh

data yang dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Suhu Terhadap Frekuensi Denyut Jantung Daphnia Sp.

Suhu

awal

Frerkuensi denyut ( kali/ 15

detik

Frerkuensi denyut ( kali/

15 detik) Q10

1 2 3 Rata-rata 1 2 3 x

10 35 34 34 34.3 20 42 45 43 43.3 2.59

15 46 42 43 43.6 25 50 46 46 47.3 3.03

20 45 46 43 44.6 30 46 46 45 45.6 3.01

25 42 45 45 44 35 45 47 46 46 4.46

Grafik 1. Pengaruh suhu lingkungan terhadap Frekuensi Denyut Jantung Daphnia

sp.

Page 17: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

Grafik 2. Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Koefisien Kecepatan Denyut Jantung

Daphnia sp.

B. Analisis

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum Daphnia sp.

dapat dilihat bahwa Daphnia sp. yang diberi suhu awal 10°C mempunyai jumlah

denyut rata-rata 34,3. Kemudian Daphnia sp. tersebut diberi kejutan dengan kenaikan

suhu menjadi 20°C, diperoleh hasil jumlah denyut rata-rata menjadi lebih tinggi yaitu

43,3. Pada Daphnia sp. sp. yang diberi suhu awal 15°C mempunyai jumlah denyut

rata-rata 43.6. Kemudian Daphnia sp. sp. tersebut diberi kejutan dengan kenaikan

suhu menjadi 25°C, jumlah denyut rata-rata menjadi lebih tinggi yaitu 47,3. Pada

Daphnia sp. sp. yang diberi suhu awal 20°C mempunyai jumlah denyut rata-rata 44.6.

Kemudian Daphnia sp. sp tersebut diberi kejutan dengan kenaikan suhu menjadi

30°C, ternyata jumlah denyut rata-rata menjadi lebih tinggi yaitu 45.6. Pada Daphnia

sp. yang diberi suhu awal 25°C mempunyai jumlah denyut rata-rata 44. Kemudian

Daphnia sp. tersebut diberi kejutan dengan kenaikan suhu menjadi 35°C, jumlah

denyut rata-rata menjadi lebih tinggi yaitu 46.

Setelah diperoleh rata-rata denyut jantung pada suhu awal dan suhu akhir

kemudian melakukan perhitungan akhir untuk menentukan koefisien kecepatan

denyut jantung pada (Q10) yaitu dengan membagi suhu akhir dengan suhu awal. Dari

perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil pada suhu 10oC - 20 oC; suhu 15oC -

Page 18: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

25oC; suhu 20oC - 30oC; dan suhu 25oC - 35oC masing-masing sebesar 2.59 ; 3.03;

3.01; 4.46. hasil tersebut menunjukkan bahwa pada suhu dingin atau rendah kecepatan

denyut jantung Daphnia sp lebih lambat dari pada saat suhu tinggi.

C. Pembahasan

Dari analisis data tabel dan grafik di atas, ternyata dapat dilihat bahwa respon

frekuensi denyut jantung Daphnia sp. sebagian besar mengalami peningkatan dari

suhu lingkungan rendah menuju ke suhu lingkungan tinggi. Respon denyut jantung

Daphnia sp. tersebut terjadi karena Daphnia sp. merupakan hewan poikiloterm atau

dapat juga disebut ektoterm karena suhu tubuhnya ditentukan dan dipengaruhi oleh

suhu lingkungan eksternal yaitu apabila suhu lingkungan berubah maka suhu tubuh

pada Daphnia sp. juga berubah seiring dengan suhu lingkungan, Hal ini digunakan

Daphnia sp. untuk menyesuaikan diri agar metabolisme dalam tubuh tetap berjalan

dan dapat bertahan hidup. Selain itu, sebagai hewan poikiloterm, suhu tubuhnya

dipengaruhi oleh keseimbangan konduksi dan konveksi dengan kondisi suhu air di

lingkungannya. Sehubungan bahwa Daphnia sp. merupakan hewan poikiloterm atau

ektoterm, maka pada suhu lingkungan yang semakin meningkat, Daphnia sp. juga

akan melakukan adaptasi morfologis yang serupa dengan hewan ektoterm umumnya

yaitu dengan mempertinggi konduktan dan mempercepat aliran darah agar panas

mudah terlepas dari tubuh, karena afinitas hemoglobin dalam mengikat oksigen turun.

Mekanisme adaptasi fisiologi ini juga mempengaruhi peningkatan frekuensi denyut

jantung pada Daphnia sp.. Hewan ini dapat memperoleh energi panas dari

lingkungan. Dan energi tersebut digunakan untuk proses metabolisme.

Daphnia sp. mempunyai jantung dibagian anterodorsal dengan struktur

globular kecil yang kecepatan denyut jantungnya dipengaruhi oleh suhu. Sehingga

suhu tubuh yang semakin tinggi akan mengakibatkan molekul-molekul memiliki

energi kinetik yang semakin tinggi. Oleh sebab itu, energi kinetik semakin besar dan

kemungkinan terjadi tumbukan antara molekul yang satu dengan yang lain semakin

besar, Hal tersebut akan berakibat pada proses meningkatnya frekuensi denyut

jantung. Selain itu kenaikan suhu juga berpengaruh pada metabolisme Daphnia sp.

yakni semakin tinggi suhu maka metabolisme akan semakin meningkat, sehingga

dapat meningkatkan frekuensi detak jantung. Sebenarnya hal tersebut terjadi pada

batas tertentu saja dan terkait dengan enzim yan merupakan pengatur metabolisme

dalam tubuh, yang mempunyai suhu optimum dalam kerjanya. Apabila suhu

Page 19: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

lingkungan atau suhu tubuh meningkat sampai diatas batas optimum enzim bekerja

( di atas 40˚C), maka enzim-enzim yang bekerja mengalami denaturalisasi sehingga

tidak dapat mengerjakan fungsinya, begitu juga ketika suhu lingkungan menurun

drastis maka enzim-enzim tidak dapat bekerja dengan baik atau mengalami inaktif.

Daphnia sp. sendiri dapat hidup secara optimal pada selang suhu 18 – 24 ˚C dan

membutuhkan pH sedikit alkali, yaitu antara pH 6,7 – 9,2. Apabila diluar suhu dan pH

tersebut, Daphnia sp. mengalami dorman dan mati (Mukoginta,2003) Pada

praktikum yang telah dilakukan praktikan, suhu yang diberikan masih di atas suhu

minimum dan belum melewati suhu maksimum sehingga denyut jantung tetap

meningkat dan tidak mengganggu kerja metabolisme. Ketika Daphnia sp. dikejutkan

(shocking) dengan penambahan suhu 10˚C lebih tinggi dari suhu awal, maka secara

fisiologis Daphnia sp. akan berusaha beradaptasi dengan lingkungan bersuhu tinggi

tersebut melalui peningkatan metabolisme tubuh, sehingga dapat meningkatkan

denyut jantung Daphnia sp. Oleh karena itu, hasil pengamatan ditunjukan dengan

bentuk grafik yang meningkat. Frekuensi denyut jantung Daphnia sp. diukur dengan

cara meletakkan Daphnia sp. pada gelas arloji dengan suhu yang telah ditentukan

(100C, 150C, 200C, 250C). Kemudian mengamati denyut jantung dibawah mikroskop

dan menghitung jumlah denyut jantung Daphnia sp. setiap 15 detik dengan 3 kali

pengulangan, sehingga didapatkan hasil rata- rata.

. Sebenarnya selain suhu, kecepatan denyut jantung Daphnia sp. juga

dipengaruhi oleh umur dan ukuran tubuh Daphnia sp. itu sendiri. Menurut Waterman

(1960) mengemukakan bahwa hewan kecil memiliki frekuensi denyut jantung yang

lebih cepat dari pada hewan dewasa, baik itu pada suhu atau temperatur panas,

sedang, dingin, maupun alkoholik. Hal ini disebabkan adanya kecepatan metabolik

yang dimiliki hewan kecil tersebut. Menurut Bekker, J.M., and Krijgsman, B.J. (1951)

mekanisme kerja jantung Daphnia sp. berbanding, langsung dengan kebutuhan

oksigen per unit berat badannya Dilihat dari struktur Daphnia sp. memiliki ukuran

tubuh yang amat kecil, sehingga pada Daphnia sp. memiliki luas permukaan yang

luas sehingga dalam pelepasan panas dia lebih tidak efisien, sedang pada dasarnya

denyut jantung juga dipengaruhi oleh suhu dan suhu dapat diserap dan dilepas oleh

tubuh, maka jika terjadi perubahan suhu pada lingkungan mengakibatkan dapnia

beradaptasi yang membuat aktivitas denyut jantung semakin cepat. Apabila suhu

semakin meningkat metabolisme dalam tubuh akan terpicu dikarenakan pula oleh

Page 20: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

kerja enzim dalam metabolisme. Pada praktikum yang telah dilakukan oleh praktikan

sesuai dengan teori yaitu apabila suhu lingkungan bertambah atau meningkat maka

berpengaruh terhadap peningkatan frekuensi denyut jantung Daphnia sp.

Page 21: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kecepatan denyut jantung Daphnia sp. dipengaruhi oleh suhu lingkungan.

Frekuensi denyut jantung Daphnia sp. diukur dengan cara meletakkan Daphnia

sp. pada gelas arloji dengan suhu yang telah ditentukan (100C, 150C, 200C,

250C) kemudian mengamati denyut jantung yang sudah nampak dibawah

mikroskop dan menghitung jumlah denyut setiap 15 detik dengan tiga kali

pengulangan, sehingga didapatkan hasil rata-rata.

Semakin bertambah suhu lingkungan frekuensi denyut jantung Daphnia

sp. semakin cepat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh suhu

lingkungan terhadap denyut jantung Daphnia sp .

B. Saran

Saran yang diberikan untuk pengamatan pengaruh suhu lingkungan

terhadap denyut jantung Daphnia sp. yaitu menggunakan Daphnia sp. dengan

ukuran yang besar sehingga memudahkan praktikan untuk melihat denyut

jantung. Konsentrasi dan kecermatan praktikan juga diperlukan agar dapat

menghitung frekuensi denyut jantung tiap 15 detik pada perlakuan suhu yang

berbeda, sehingga didapatkan data yang valid.

Page 22: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

DAFTAR PUSTAKA

Bekker, J.M., and Krijgsman, B.J. 1951. Physiological Investigations into thr Heart Function of Daphnia. J.Physiol. Vol115; 249-257

Campbell, Reece, Micchell. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.Ernawati, D. 2009. Hubungan Rasio Induk Jantan dan Betina Daphnia sp.Terhadap

Efisiensi Goenarso, Darmaji. 2005. Fisiologi Hewan. Jakarta: Universitas Terbuka. Pangkey, Henneke. 2009. “Daphnia dan Penggunaannya.” Jurnal Perikanan dan

Kelautan. Volume 5. Halaman 33-36. Mokoginta, Ing. 2003. Budidaya Pakan Alami Air Tawar, Modul: Budidaya Daphnia.

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan-Dikdasmen Depdiknas. Soegiri,N. 1988.Zoologi Umum. Erlangga: JakartaWatterman, T.H. 1960. The Physiology of Crustacea Volume I. New York: Academic

Press.

Page 23: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

LAMPIRAN

1. Q10 = X1 + X2

2

15

= 31,3 + 43,3

2

15 = 2,59

2. Q10 = X1 + X2

2

15

= 43,6 + 47,3

2

15 = 3,03

3. Q10 = X1 + X2

2

15

= 44,6 + 45,6

2

15 = 3,01

4. Q10 = X1 + X2

2

15

= 44 + 46

2

15 = 4,46

Page 24: LAPORAN DAPHNIA FIX.doc

Gambar 1. Foto Mikroskopis Daphnia sp. (Dok. Pribadi)

Gambar 2. Foto Mikroskopis Daphnia sp. (Dok. Pribadi)