Laporan Bradford

8
Laporan Praktikum Hari/tanggal : Senin/10 Maret 2014 Struktur Fungsi Subseluler Waktu : 08.00-11.00 WIB PJP : Syaefudin, SSi, MSi Asisten : Dwi Ayu S Nazula Rahma S M. Maftuchin S. PENENTUAN PROTEIN METODE BRADFORD Kelompok 26 Navia Belladina G84120059 Khairika Helyuputri G84120093 Saepul Rahmat G84120029 DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

description

sfs

Transcript of Laporan Bradford

  • Laporan Praktikum Hari/tanggal : Senin/10 Maret 2014

    Struktur Fungsi Subseluler Waktu : 08.00-11.00 WIB

    PJP : Syaefudin, SSi, MSi

    Asisten : Dwi Ayu S

    Nazula Rahma S

    M. Maftuchin S.

    PENENTUAN PROTEIN METODE BRADFORD

    Kelompok 26

    Navia Belladina G84120059

    Khairika Helyuputri G84120093

    Saepul Rahmat G84120029

    DEPARTEMEN BIOKIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2014

  • PENDAHULUAN

    Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau

    manusia. Protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam

    pembentukkan dan pertumbuhan tubuh. Protein merupakan polipeptida yang

    mempunyai bobot molekul dari 5000 hingga satu juta (Poedjiadi dan Supriyanti

    2007).

    Metode analisis protein dapat dilakukan dengan uji kualitatif. Untuk

    mengetahui keberadaan atau jenis protein dalam suatu bahan, sedangkan uji

    kuantitatif dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan proteindalam

    suatu bahan. Beberapa jenis uji yang dilakukan pada protein diantaranya uji

    ninhidrin, uji biuret,xantoprotein, Uji Hopkins-Cole, Uji Heller, Uji Koagulasi

    Panas, Uji Asam Sulfosalisilat, Uji Orto-Tolidin, Uji Benzidin, Uji Guaiac, Uji

    Bradford (Bintang 2010). Uji protein yang digunakan dalam praktikum ialah

    penggunaan metode uji Bradford.

    Metode Bradford ialah suatu metode yang dapat digunakan untuk

    menganalisis kandungan protein di dalam suatu larutan dengan menggunakan zat

    warna Coomassie Blue G-250 sebagai pengikat protein (Bradford 1976). Zat warna

    tersebut akan mengikat protein dan mengubah warna pada larutan yang

    mengandung protein tersebut dari warna kemerahan menjadi warna kebiruan.

    Panjang gelombang yang digunakan 595 nm. Hal itu dikarenakan zat warna yang

    diikat oleh bagian hidrofobik protein ialah bentuk anionnya yang nilai absorbansi

    maksimumnya berada pada panjang gelombang terebut (Bradford 1976). Metode

    ini hanya digunakan untuk mendeteksi protein yang memiliki konsentrasi hingga 20

    L.

    Praktikum bertujuan menentukan kadar protein dalam suatu sampel dengan

    metode spektrofotometri dengan menggunakan kurva standar. Praktikum juga dapat

    mempraktikan prinsip metode Bradford dalam analisis protein.

  • METODE PRAKTIKUM

    Waktu dan Tempat Praktikum

    Praktikum dilakukan pada hari Senin, 10 Maret 2014 pukul 08.00-11.00 WIB

    di Laboratorium Pendidikan-1 Biokimia, Departemen Biokimia Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Dramaga,

    Bogor.

    Alat dan Bahan

    Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah spektrofotometer 20,

    neraca analitik, gelas piala, dan pipet. Bahan-bahan yang digunakan pada

    praktikum ini antara lain reagen Bradford, BSA,NaCl, dan sampel protein.

    Prosedur Percobaan

    Pembuatan kurva standar. Dua belas tabung reaksi yang bersih dan

    kering di siapkan. Kemudian pada tabung 1, dicampurkan larutan BSA 0L dan

    NACL 100L. Tabung 2 dicampurkan larutan BSA 10L dan NaCl 90L. Tabung

    3 dicampurkan larutan BSA 20L dan NaCl 80L. Tabung 4 dicampurkan larutan

    BSA 30L dan NaCl 70L. Tabung 5 dicampurkan larutan BSA 50L dan NaCl

    50L. Tabung 6 dicampurkan larutan BSA 100L dan NaCl 0L. kemudian,

    tambahkan 5 ml reagen Bradford pada setiap tabung, lalu dikocok dan dibiarkan

    selama selang waktu lima menit hingga satu jam. Pada tabung 1, digunakan sebagai

    larutan blanko. Kemudian, baca pada absorbans 595nm untuk setiap tabung.

    Terakhir, kurva standar dibuat antara absorbans 595nm dan rata-rata konsentrasi

    protein.

    Penentuan konsentrasi protein sampel. Praktikum ini dilakukan dengan

    mengencerkan terlebih dahulu 0,5 ml suatu sampel protein dengan 4,5 ml aquades.

    Lalu, dipipet kedalam dua tabung reaksi masing-masing sebanyak 0,05 ml dan

    2,5ml reagen Bradford. Kemudian kedua tabung larutan diukur nilai absorbannya

    dengan menggunakan spektrofotometer.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Berikut adalah hasil percobaan yang dilakukan terhadap pembuatan kurva

    standar dan analisis kadar protein.

  • Tabel 1 Absorbansi kurva standar BSA

    Tabung Absorbansi Terukur Absorbansi Terkoreksi

    [BSA] mg/ml

    1 0,694 0 0,0000

    2 0,816 0,122 0,1000

    3 0,864 0,170 0,2000

    4 0,925 0,231 0,3000

    5 1,059 0,365 0,5000

    6 2,230 1,536 1,0000

    Contoh Perhitungan :

    Konsentrasi BSA tabung 2

    V1 X M1=V2 X M2

    0,01 ml x 1 mg/ml = 0,1 ml x M2

    M2= 0,1 mg/ml

    Gambar 1 Hubungan konsentrasi BSA dengan Absorbansi

    Tabel 2 Analisis kadar protein

    Sampel Absorbansi

    terukur

    Absorbansi

    terkoreksi

    [Protein] (mg/ml)

    1 0,883 0,189 2, 071

    2 0,984 0,290 2,743

  • Contoh Percobaan

    Faktor Pengenceran (FP)=

    Kadar protein sampel

    Y= a + bx

    Y = 1.5047x - 0.1227

    0,189 = 1.5047x- 0.1227

    0,3117 = 1.5047x

    x = 0,2071 x FP

    x = 0,2071 x 10

    x = 2,071 mg/ml

    Metode Bradford ialah suatu metode yang dapat digunakan untuk

    menganalisis kandungan protein di dalam suatu larutan dengan menggunakan zat

    warna Coomassie Blue G-250 sebagai pengikat protein. (Bradford 1976). Prinsip

    metode Bradford adalah pengikatan zat warna oleh protein. Zat warna tersebut

    akan mengikat protein dan mengubah warna pada larutan yang mengandung protein

    tersebut dari warna kemerahan menjadi warna kebiruan. Ikatan yang terjadi antara

    zat warna Coomassie Blue G-250 dan protein dapat terjadi dikarenakan adanya

    gaya van der walls antara keduanya. Gaya van der walls dapat terjadi karena adanya

    bagian protein yang bersifat hidrofobik mengikat bagian dari zat warna Coomassie

    Blue G-250( penyusun reagen Bradford) yang bersifat non polar sehingga

    mengakibatkan zat warna tersebut melepaskan elektronnya ke bagian hidrofobik

    protein. Selain itu, antara zat warna dan protein juga terdapat kekuatan ionik yang

    memperkuat ikatan antara keduanya dan membuat zat warna tersebut menjadi

    stabil. Hal ini lah yang digunakan pada metode Bradford untuk menentukan kadar

    protein di dalam suatu larutan (Bradford 1976).

    Reagen Bradford yang digunakan pada percobaan ini dibuat dengan cara

    melarutkan 100 mg Coomassie Brilliant Blue G-250 dalam 50 ml etanol 95% dan

    100 ml 85% (w / v) asam fosfat. Kemudian diencerkan sampai 1 L dengan akuades.

    Reagen harus disaring melalui Whatman no. 1 filter kertas dan kemudian disimpan

  • dalam botol kuning pada suhu kamar. Reagen yang disimpan harus disaring terlebih

    dahulu sebelum digunakan. (Rosenberg 2004)

    Penggunaan NaCl digunakan sebagai tamabahan pada larutan Bovine Serum

    Albumin (BSA) yang berfungsi sebagai pelarut protein yang akan diukur. Jika NaCl

    yang ditambahkan ke dalam larutan Bovine Serum Albumin (BSA) semakin banyak

    maka protein yang larut akan semakin banyak pula. Hal ini mengakibatkan

    pengompleksanantara protein dan zat warna Coomassie Brilliant Blue G-250dalam

    reagen Bradford akan semakin sedikit terjadi. Jadi, jika penambahan NaCl semakin

    banyak maka nilai absorbansi larutan tersebut semakin kecil(Khopkar 2007). Pada

    tabel 1, dapat terlihat seiring berkurangnya volume NaCl pada tabung satu hingga

    tabung enam, nilai absorbansi yang terukur semakin besar. Hal ini sesuai dengan

    pernyataan Khopkar. Kesalahan yang terjadi dapat diakibatkan dari pengocokkan

    yang belum homogen.

    Persamaan garis yang diperoleh dari kurva standar yang menghubungkan

    antara nilai absorbansi dengan konsentrasi larutan Bovine Serum Albumin (BSA)

    adalah Y= 1,5047x 0,1227dengan r2 sebesar 0,9209. Ketepatan data dapat dilihat

    dari nilai r2 yang diperoleh. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya kesalahan

    selama percobaan. Nilai absorbansi sampel ulangan pertama adalah sebesar 0,189

    dengan nilai konsentrasi sampel sebesar 2,071 mg/mL. Nilai absorban sampel

    ulangan kedua adalah sebesar 0,290 dengan nilai konsetrasi sampel sebesar 2,743

    mg/mL. Penentuan kadar protein terlebih dahulu praktikan melakukan pengenceran

    larutan. Hal ini disebabkan karena sebelum pengenceran nilai absorbansi semakin

    besar. Faktor pengenceran yang didapat adalah 10. Kemudian dikali dengan nilai x

    pada persamaan regresi, lalu didapat kosentrasi protein mg/ml.

    Selain menggunakan metode Bradford, terdapat berbagai cara dalam

    penentuan kadar protein. Refraktori (menyelupkan refraktomer menurut Pulrich)

    dengan standar kadar protein n = 0,002/ 1% protein, sangat cepat pelaksanaannya

    dan hanya memerlukan sedikit bahan, namun tidak spesifik jadi hanya baik untuk

    pengenalan protein. Uji biuret, metode ini untuk penentuan konsentrasi dengan cara

    meneteskan protein ke dalam larutan CuSO4 dari berbagai macam konsentrasi.

  • Penentuan kekeruhan dengan Nephelometer yaitu penentuan intensitas kekeruhan

    dengan memberikan standar sulfosalsilat pada larutan protein, namun metode ini

    jarang digunakan. Fotometri (reaksi warna), yaitu dengan meneteskan biuret atau

    fenol ke dalm larutan protein, reaksi warna akan menjadi biru dari reagenisa biuret

    dan reduksi asam heteropoli. Penyisaan basah menurut Kjeldahl merupakan metode

    analitik klasik sehingga perlu persiapan lama dan N dari non protein ikut dalam

    perhitungan. Selain itu, penentuan kadar protein yang menggunakan dengan metode

    Lowry akan memberikan warna biru yang intensitasnya bergantung pada

    konsentrasi protein yang ditera. Dalam percobaan kali ini akan digunakan metode

    Bradford yang menggunakan suatu pereaksi pewarna yang mampu mengikat

    protein di dalam sampel (Kusnawidjaja, 2007).

    Keuntungan dari metode ini adalah pereaksi yang digunakan sangat

    sederhana serta mudah disiapkan. Selain itu kompleks warna biru pada larutan yang

    diberi reagen Bradford sangat cepat terbentuk dan bersifat stabil. Kestabilan warna

    biru coomassie ini karena adanya inteaksi antara lapisan hidrofobik dari protein

    dengan bentuk anion dari zat warna Coomassie Brilliant Blue G-250 yang

    menstabilkan bentuk anion tersebut (adanya gaya van der walls) (Bradford 1976).

    Selain itu, uji Bradford juga sangat menguntungkan karena nilai akurasi dan presisi

    data yang didapatkan cukup tinggi serta untuk menjamin keakuratan data sampel

    yang berada di luar jangkauan dapat dilakukan uji ulang yang hanya membutuhkan

    beberapa menit saja. Hal itu membuat keefektifan kerja sangat cepat.

    Kelemahan utama metode Bradford adalah reagen khususnya dapat

    mengakibatkan perbedaan respon tes untuk jenisprotein yang berbeda. Hal itu

    membuat kita harus teliti dalam memilih protein yang akan di ujikan. Sebaiknya

    protein yang akan diuji ialah protein yang memberikan nilai absorbansi mendekati

    konsentrasi sampel protein yang diujikan. uji ini kurang akurat untuk asam protein

    dasar.Selain itu kelemahan lainnya ialah kurangnya sensitivitasterhadap sampel

    yang hanya memiliki sedikit kandungan protein.(Bradford 1976)

  • SIMPULAN

    Kadar protein yang didapat adalah pada ulangan pertama 2,071 mg/ml, pada

    ulangan kedua 2,743 mg/ml .praktikan menggunakan kurva standar yang digunakan

    untuk menentukan konsentrasi sampel yang nilai absorbansinya telah diketahui.

    Prinsip metode Bradford ialah pengikatan zat warna Coomassie Blue G-250 dengan

    protein.

    DAFTAR PUSTAKA

    Bintang Maria.2010.Biokimia teknik Penelitian. Jakarta(ID) : Erlangga.

    Bradford MM .1976. A rapid and sensitive method for the quantitation of

    microgram quantities of protein utilizing the principle of protein-dye

    binding. Analitical Biochemistry72 , 248-254.

    Khop Rosenberg I.M. 2004. Protein Analysis and Purification: Benchtop

    techniques. Massachusetts General Hospital: Bostonkar, S. 2007. Konsep

    Dasar Biokimia. Jakarta(ID) : UI Press.

    Kusnawidjaja K. 2007. Petunjuk Praktikum Biokimia. Universitas Negeri

    Yogyakarta(ID): Yograkarta.

    Poedjiadi A dan Supriyanti FMT. 2007.Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi.

    Jakarta(ID): UI Press.