LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx
-
Upload
odiliajessicanpvia -
Category
Documents
-
view
303 -
download
2
description
Transcript of LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx
BLOK IX. KONSEP PATOLOGI 2 (MAC 203)
Laporan PBL 1 : Siklus Sel
oleh kelompok PBL 3 :
Jessica Benedick / 2012 – 060 – 010
Yunnita Gunawan / 2012 – 060 – 025
Stefani Stascia / 2012 – 060 – 044
Devita Surya Indah / 2012 – 060 – 045
Claudia Marsella / 2012 – 060 – 046
Wolter Prakarsa Jaya / 2012 – 060 – 053
Carmelia Anggraini / 2012 – 060 – 062
Chintya / 2012 – 060 – 064
Steven Philip Surya / 2012 – 060 – 141
Judy Ranita Angkasa / 2012 – 060 – 142
Ivan Kunardi / 2012 – 060 – 156
Sardono Widinugroho / 2012 – 060 – 157
Vincentius Henry Sundah / 2012 – 060 – 265
Dosen Tutor :
dr. Edhyana Kusumastuti S, Ph.D.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sel yang sedang berproliferasi berkembang melalui serangkaian tempat dan fase
yang sudah ditentukan yang disebut siklus sel. Siklus sel tersebut terdiri atas (secara
berurutan) empat fase yaitu fase G1 (gap 1), fase S (sintesis), fase G2 (gap 2), dan fase M
(mitosis). Sel istirahat berada dalam keadaan fisiologis yang disebut fase G0. Siklus sel
penting untuk dipelajari karena siklus sel bertujuan untuk untuk menduplikasi dengan akurat
sejumlah besar DNA dalam kromosom, kemudian memisahkan salinannya menjadi dua sel
anak yang identik secara genetik.
Masuk dan berkembangnya sel melalui siklus sel dikendalikan melalui perubahan
pada kadar dan aktivitas suatu kelompok protein yang disebut siklin. Siklin menjalankan
fungsi regulasinya melalui pembentukan kompleks dengan (sehingga akan mengaktivasi)
protein yang disintesis secara konstitutif yang disebut kinase yang bergantung pada siklin
(CDK, cyclin-dependent kinase). Kompleks siklin-CDK sagat penting untuk mengatur
tahapan siklus sel, yaitu tahapan saat sel memeriksa bahwa DNA telah direplikasi dengan
cukup atau semua kesalahan telah dipulihkan sebelum bergerak lebih lanjut. Kegagalan
pemantauan secara memadai terhadap keakuratan replikasi DNA akan menyebabkan
akumulasi mutasi dan transformasi ganas yang mungkin terjadi. Jika kerusakan DNA terlalu
luas, protein supresor tumor TP53 (dulu p53; yaitu suatu protein fosforilasi dengan berat
molekul 53 kD) akan memulai suatu kaskade peristiwa untuk meyakinkan sel agar
melakukan bunuh diri (apoptosis).
1.2. Skenario
Siklus Sel
Jika masing-masing fase pada siklus sel tersebut di bawah ini mengalami gangguan,
apa saja yang akan terjadi pada sel/jaringan tubuh kita?
Halaman 2 dari 16
Halaman 3 dari 16
BAB II
HASIL DISKUSI
2.1. Clarifying Unfamilliar Terms
1. Quiescent = tidak bergerak, diam, tidak aktif, pasif.
2. Restriction point = dikenal juga sebagai start point.
2.2. Define the Problems
1. Siklus sel normal
a. Apa fungsi siklus sel?
b. Apa fase pada setiap siklus dan jelaskan!
c. Apakah siklus sel terjadi pada semua sel?
d. Apa faktor yang berperan dalam siklus sel?
e. Berapa lama fase-fase itu berlangsung?
f. Apa saja organel sel yang terlibat dalam siklus sel?
g. Apa yang dihasilkan dari siklus sel?
2. Gangguan pada siklus sel
a. Apa penyebab dari gangguan siklus sel?
b. Apa efek gangguan dari siklus sel?
c. Apa saja organel sel yang bermasalah pada gangguan siklus sel?
d. Apa mekanisme dalam mengatasi gangguan silus sel?
2.3. Brainstorming
1. Siklus sel normal
a. Apa fungsi siklus sel?
Fungsi dari siklus sel adalah untuk replikasi, memperbaharui sel, dan
menjaga homeostasis di tubuh kita.
b. Apa fase pada setiap siklus dan jelaskan!
Siklus sel memiliki 4 fase. Fase G0 adalah fase istirahat. Fase G1 adalah
proses pembesaran ukuran sel dan terdapat proses replikasi DNA. Pada fase S
terdapat sintesis organel dan merupakan fase terlama. Fase G2 cenderung untuk
check point. Fase M merupakan fase mitosis.
c. Apakah siklus sel terjadi pada semua sel?
Siklus sel terjadi di semua sel baik sel yang matur dan sel yang immatur.
Halaman 4 dari 16
d. Apa faktor yang berperan dalam siklus sel?
Faktor yang berperan dalam siklus sel adalah inflamasi dan hormon seperti
growth hormone.
e. Berapa lama fase-fase itu berlangsung?
Siklus sel paling cepat terjadi di saluran pencernaan sekitar 9 – 10 jam.
f. Apa saja organel sel yang terlibat dalam siklus sel?
Inti sel, sentriol, dan kromosom terlibat dalam siklus sel ini.
g. Apa yang dihasilkan dari siklus sel?
Siklus sel ini menghasilkan sel baru.
2. Gangguan pada siklus sel
a. Apa penyebab dari gangguan siklus sel?
Penyebab gangguan siklus sel adalah genetik (bisa dari mitokondria atau
nukleus), kesalahan pembelahan, radikal bebas, kesalahan pada protein-protein,
zat kimia/radiasi, infeksi, virus, check point bermasalah, dan rusaknya gen tumor
supressor.
b. Apa efek gangguan dari siklus sel?
Gangguan ini menyebabkan tumor dan kanker bila telomernya terus
membelah dan sel menjadi cepat tua pada sel telomer yang membelah lebih
cepat.
c. Apa saja organel sel yang bermasalah pada gangguan siklus sel?
Nukleus dan kromosom merupakan organel sel yang mengalami gangguan
dari siklus sel ini.
d. Apa mekanisme dalam mengatasi gangguan silus sel?
Gangguan menyebabkan siklus sel berhenti di check point, sel mengalami
apoptosis intrinsik, DNA repair sehingga memperbaiki siklus sel yang
mengalami gangguan tadi.
Halaman 5 dari 16
2.4. Analysing the Problems
2.5. Learning Objectives
1. Memahami dan menganalisis fase-fase dalam siklus sel normal.
2. Memahami dan menganalisis etiologi yang menyebabkan gangguan dari fase-fase di
siklus sel.
3. Memahami konsep kelainan/patogenesis akibat gangguan terhadap timbulnya penyakit
genetik, degenerasi, dan neoplasma.
4. Memahami perubahan morfologi sel/jaringan baik secara makro maupun mikro terhadap
penyakit genetik, degenerasi, dan neoplasma.
2.6. Self-Study
Pelaksanaan self-study dilakukan selama 2 hari setelah pertemuan pertama. Sumber –
sumber yang digunakan berasal dari buku dan internet. Masing – masing dari kami
membaca sumber – sumber tersebut, kemudian kami melakukan pertemuan dengan seluruh
anggota untuk membicarakan informasi atau pengetahuan baru dari sumber yang kami baca
itu.
2.7. Report
1. Memahami dan menganalisis fase-fase dalam siklus sel normal.
Siklus sel merupakan serangkaian kejadian dengan urutan tertentu berupa duplikasi
kromosom sel dan organel di dalamnya yang mengarah ke pembelahan sel. Dalam
keadaan normal, sel lazimnya berada di fase atau masa G0 (zero growth = tidak ada
pertumbuhan). Stabilitas G0 dipertahankan secara konsisten melalui empat fase yaitu:
1. Fase G1
Gap phase 1 yaitu fase di mana terjadinya pertumbuhan sel sebagai persiapan
sintesis DNA. Ada checkpoint dan restriction point dari fase G1 menuju S.
Halaman 6 dari 16
Siklus Sel
Definisi Fase-fase Faktor Gangguan
2. Fase S
Fase S merupakan fase sintesis yaitu terjadinya replikasi DNA.
3. Fase G2
Gap phase 2, yaitu fase persiapan menuju fase mitosis.
4. Fase M
Fase mitosis terdiri atas Profase, Metafase, Anafase, Telofase, dan Sitokinesis.
Selain kedua checkpoint di atas, terdapat pula checkpoint ketiga, yaitu transisi
metafase ke anafase. Checkpoint ini berfungsi untuk mengecek apakah kromosom sudah
sejajar oleh benang-benang spindel. Checkpoint ini juga berfungsi untuk melengkapi
fase mitosis dan sitokinesis.
Pada fase G0, apabila lingkungan sudah tidak memadai untuk terjadinya siklus sel,
sel akan memasuki keadaan dorman temporer. Apabila lingkungan mendukung untuk
terjadinya siklus sel (misalnya sekresi hormon pertumbuhan), maka G0 akan berlanjut
ke G1 dan masuk ke fase S.
Halaman 7 dari 16
Gen supresor seperti p53 adalah pengawas di setiap fase siklus. Sel dengan DNA
normal diizinkannya menuju fase berikutnya sedangkan yang abnormal dimasukkan
dalam program kematian sel. p53 baru bisa dilewati oleh sel kanker bila terjadi mutasi
atau perubahan menjadi permanen.
Masuk dan berkembangnya sel melalui siklus sel dikendalikan melalui perubahan
pada kadar dan aktivitas suatu kelompok protein yang disebut siklin. Siklin
menjalankan fungsi regulasinya melalui pembentukan kompleks dengan (sehingga akan
mengaktivasi) protein yang disintesis secara konstitutif yang disebut kinase yang
bergantung pada siklin (CDK, cyclin-dependent kinase). Setiap fase dimulai dengan
adanya ikatan antara siklin dan CDK yang memfosforilasi protein Rb. Protein Rb
normalnya berikatan dengan E2F (faktor transkripsi), tetapi bila tidak terjadi kerusakan
Rb akan berikatan dengan CDK hingga E2F terlepas dan melakukan transkripsi. Dengan
demikian fase dapat berlangsung.
Pada mamalia setiap jenis sel yang berbeda memiliki kecepatan membelah yang
berbeda. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, waktu siklus sel berkisar 8 jam
(pada epitel usus) sampai 100 hari atau lebih (pada hepatosit dewasa normal).
Prinsipnya adalah perbedaan terletak pada fase G1 (beberapa hari sampai tahun, hal ini
berbeda pada setiap sel), sedangkan fase S, G2, dan M memiliki waktu yang konstan
tidak berdasarkan kecepatan pembelahan sel.
Halaman 8 dari 16
Sel labil adalah sel yang terus-menerus membelah dan proliferasi pada kehidupan
post-natal. Biasanya mempunyai waktu hidup yang pendek dan waktu pengembalian
yang cepat. Contoh sel labil adalah sel hemopoietik sumsum tulang dan sel limfoid, sel
epitel (kulit, rongga mulut, faring, oesophagus, usus, duktus kelenjar eksokrin, serviks,
vagina, endometrium, traktus urinarius, dan sebagainya).
Sel stabil dalam kondisi normal jarang membelah tetapi akan terangsang untuk
membelah dengan cepat apabila sel-sel tersebut hilang/rusak. Contoh sel stabil adalah
sel-sel hati, kelenjar endokrin, tulang, jaringan fibrosa, dan tubulus ginjal.
Sel permanen hanya membelah pada kehidupan fetal dan tidak dapat diganti apabila
rusak/hilang. Contoh sel permanen adalah neuron dan sel-sel otot jantung.
2. Memahami dan menganalisis etiologi yang menyebabkan gangguan dari fase-fase di
siklus sel.
Pada dasarnya, tubuh kita memiliki berbagai macam sistem untuk mencegah
terjadinya pertumbuhan sel yang tidak terkontrol (pRB, P53, P21, dsb). Namun berbagai
macam mutasi bisa mengakibatkan sistem ini menjadi tidak berguna, sehingga
memungkinkan terjadinya pertumbuhan yang tidak terkendali (tumor). Di sini mutasi
dapat terjadi karena lingkungan, bawaan (genetik), maupun keduanya. Beberapa hal
yang bisa menyebabkan mutasi secara lingkungan adalah:
Virus
Virus mampu memasukan struktur DNA atau RNA mereka ke dalam struktur
DNA kita, yang terkadan mengakibatkan adanya aktivasi onkogen, contoh:
HHV8, HPV, SV40, dan keluarga Retrovirus. Beberapa virus ini menyebabkan
Halaman 9 dari 16
terjadinya tumor oleh karena sel menjadi tidak peka terhadap sinyal apoptosis
(immortal).
Bakteri
Walaupun mekanisme bakteri dalam mengubah DNA sehingga menyebabkan
pertumbuhan tumor belum diketahui, tetapi adanya infeksi bakteri Helicobacter
pylori meningkatkan kemungkinan menderita kanker lambung non-cardiac,
namun berhubungan terbalik dengan kanker lambung bagian cardia.
3. Memahami konsep kelainan/patogenesis akibat gangguan terhadap timbulnya penyakit
genetik, degenerasi, dan neoplasma.
Tumor supressor genes: RB dan p53
RB
Terletak pada kromosom lokus 13q14. Berperan sebagai tumor supresor gen. Bila
kedua alelnya mengalami mutasi maka dapat menimbulkan retinablastoma. Retina
blastoma dapat terjadi secara sporadis dan keturunan. Pada retinablastoma sporadik,
kedua alel dari gen RB berada keadaan normal dan harus mengalami mutasi somatik di
kedua alel sebelum akhirnya akan terjadi retinablastoma. Sementara untuk
retinablastoma yang diturunkan, satu alel sudah mengalami mutasi, sehingga hanya
dibutuhkan satu mutasi somatik lagi pada alelnya sebelum menjadi retinablastoma.
DNA replikasi dimulai dengan terbentuknya kompleks siklin E dan CDK 2. Pada
awal fase G1, RB protein berada pada keadaan hipofosforilasi dan berikatan dengan
faktor transkripsi E2F yang menghambat transkripsi siklin E. Dibutuhkan kompleks
siklin D-CDK4/6 untuk memfosforilasi RB protein. Setelah RB protein terfosforilasi dan
E2F terlepas, terjadi transkripsi siklin E. Ekspresi dari siklin E akan menstimulasi DNA
replikasi. Sel kemudian memasuki fase S. Pada fase M, fosfat dilepaskan dari Rb protein
sehingga Rb protein kembali masuk ke fase hipofosforilasi. Jika Rb mengalami mutasi,
maka tidak ada yang mengerem siklus sel, akibatnya sel akan terus berproliferasi.
p53
Bertindak sebagai polisi atau satpam pada siklus sel. Terletak pada kromosom 17p13.1.
p53 mencegah pembelahan sel yang mengalami kerusakan melalui 3 mekanisme:
aktivasi penahanan sel sementara (quiscence), induksi penahanan sel secara permanen
(senescence), atau memacu kematian sel yang terprogram (apoptosis). Pada sel dengan
p53 yang normal, saat DNA sel mengalami kerusakan, maka p53 akan meninduksi DNA
repair, hingga sel tersebut normal kembali, atau jika kerusakan terlalu parah akan
Halaman 10 dari 16
dilakukan apoptosis. Akan tetapi dengan gen p53 yang mengalami mutasi, saat DNA sel
rusak, maka sel akan terus berproliferasi dan tidak memasuki fase DNA repair atau
apoptosis.
Gen supressor tumor:
Lintasan gen APC / β-catenin
APC normalnya berikatan dengan β-catenin dan mengatur penguraiannya pada
sitoplasma, jika tidak ada APC maka β-catenin meningkat menyebabkan
translokasi ke nukleus. Mutasi ini menyebabkan polip adenomatosa dalam kolon.
Lintasan TGF- β
Lintasan ini meningkatkan gen penghambat pertumbuhan, termasuk dalam
inhibitor CDK dengan berikatan pada reseptor TGF- β. Gen yang mengkode
reseptor TGF- β tipe II dibuat tidak aktif pada > 70% kasus kanker kolon yang
diderita oleh pasien HNPCC. TGF- β1mencegah fosforilasi RB pada pertengahan
hingga akhir fase G1.
Sebagian besar sel kanker memperoleh berbagai kemampuan selama perkembangannya,
biasanya melalui mutasi di gen relevan. Kemampuannya antara lain:
Self-sufficiency (menghasilkan sendiri) sinyal pertumbuhan
Insensitivitas terhadap sinyal penghambat pertumbuhan
Menghindari apoptosis
Potensi replikasi tanpa batas (yaitu mengalahkan penuaan sel)
Angiogenesis berkelanjutan
Kemampuan menginvasi dan beranaksebar
Pada banyak jaringan somatik manusia, penurunan pada kapasitas pembelahan sel
terhadap penuaan tampak berhubungan dengan telomer – yang mana berguna dalam
melindungi ujung akhir kromosom – secara progresif memendek ketika sel membelah.
Hal ini dikarenakan kurang atau tidak adanya enzim telomerase pada manusia yang
secara normal hanya dihasilkan di sel germinal (testis dan ovarium) dan stem cells
dewasa tertentu. Saat sel somatik membelah, telomer bekerja sebagai penghitung
banyaknya pembelahan intrinsik, yang berguna supaya tidak terjadi pembelahan berlebih
seperti kanker. Pemendekan panjang telomer di bawah batas kritis panjangnya, dapat
memicu siklus sel masuk fase checkpoints terutama pada sistem p53/p21/pRb seperti
pengaktivasian p53-dependent cell-cycle arrest yang mengakibatkan pertahanan secara
Halaman 11 dari 16
permanen kapasitas pembelahan sel. Fenomena berhentinya suatu sel untuk membelah
dan bereplikasi dinamakan replicative cell senescence.
4. Memahami perubahan morfologi sel/jaringan baik secara makro maupun mikro terhadap
penyakit genetik, degenerasi, dan neoplasma.
Kelainan genetik terjadi akibat kromosom dan DNA mengalami perubahan yang
menimbulkan fenotip klinis. Hal ini menyebabkan kelainan pada gen yang mengkode
protein-protein yang dibutuhkan suatu sel. Setiap penyakit kelainan genetik memiliki
morfologi sel yang berbeda-beda tergantung dari gen yang mengalami mutasi.
Perubahan perubahan yang terjadi pada penyakit kelainan genetik adalah:
a. Defek pada enzim
Kegagalan pembentukan dan penurunan sintesis enzim mengakibatkan akumulasi
dari substrat (fenilketonuria) dan tidak adanya komponen protein regulasi penting
dalam tubuh.
b. Defek pada reseptor dan sistem transportasi sel
Hal ini menyebabkan akumulasi prekursor penting dalam tubuh (contohnya
akumulasi LDL pada hiperkolesterolemia) dan penurunan ekspor metabolit
(contohnya ekspor Cl pada sistik fibrostik)
c. Perubahan struktur, fungsi, dan kuantitas non enzim
Contohnya pada penyakit anemia sickle cell yang menyebabkan struktur abnormal
pada hemoglobin
d. Reaksi merugikan bagi tubuh
Mutasi silent pada kromosom dapat menghasilkan senyawa toksik yang tidak dapat
dimetabolisme tubuh.
Kelainan genetik merupakan kerusakan yang bersifat ireversibel. Kelainan genetik bisa
memicu terjadinya hipoksia yang menyebabkan kerusakan dan kematian jaringan
tertentu.
Perubahan degeneratif pada sel adalah perubahan secara subletal atau reversibel, di
mana sel ini masih memiliki kesempatan untuk berubah kembali menjadi normal.
Perubahan ini melibatkan sitoplasma sel beserta komponennya kecuali nukleus. Bentuk
dari perubahan degeneratif adalah antara lain sebagai berikut:
Pembengkakan sel
Pada pembengkakan sel, influx air meningkat, konsentrasi Na meningkat, sehingga
menyebabkan hancurnya membran sel dan gagalnya pembentukan energi.
Penimbunan lipid intrasel
Halaman 12 dari 16
Cirinya adalah sitoplasma tampak bervakuola yang pada kenyataannya berisi lipid
Membran sel menggelembung
Penumpukan kromatin initi
Autofagi oleh lisosom
Penggumpalan partikel intramembran
Pembengkakan ER
Kebocoran ribosom
Pembengkakan mitokondria
Pada cedera sel ireversibel, dapat terjadi hal-hal sebagai berikut:
Defek pada membran sel
Myelin ada pada membran sel
Inti terjadi piknosis/kariolisis/karioreksi
Lisosom pecah
Nukleus pada sel neoplastik mengalami perubahan utama karena tumor
ganas, antara lain pada permukaan, volume, rasio nukleus dengan sitoplasma,
bentuk, densitas, struktur, dan homogenitas. Karakteristik dari sel ganas adalah
mitosis. Mitosis terus bertambah secara atipikal, menyebabkan struktur disimetrik
dan bentuk kromosom yang atipikal. Sitoplasma juga mengalami perubahan, struktur
baru muncul atau struktur normal hilang. Akumulasi ribosomal dan m-RNA pada
sitoplasma menjadi basofilik.
Pada fase inisiasi, RE agranular mengalami hyperplasia tanpa adanya korelasi
dengan fungsi hiperaktivitas. Badan golgi pada sel ganas tidak berkembang,
menyebabkan kurangnya diferensiasi pada sel tumor. Mitokondria mengalami
perbesaran volume seiring dengan perkembangan tumor. Mitokondria memiliki
variabilitas yang tinggi untuk bentuk dan volume, kadang dapat diamati mitokondria
yang besar. Peroksisom hanya muncul pada sel tumor yang mengandung organel ini,
misalnya hepatosit. Jumlah glikogen yang tinggi adalah karakteristik keganasan,
terutama pada hati dan ginjal.
Membran sel memainkan peran penting pada proses keganasan. Molekul
permukaan abnormal mampu berperan sebagai antigen dan dikenali oleh mekanisme
pertahanan humoral dan seluler. Sel tumor dilapisi oleh kompleks imun yang
membuat komplemen dapat menghancurkan sel itu dengan cara melapisinya dengan
antibody dan menyuruh fagosit untuk menyerah sel yang telah diopsonisasi. Sel
Halaman 13 dari 16
ganas mengubah isi enzimnya, dengan mereduksi fosfat asam atau basanya. Sel
tumor memiliki metabolisme otonomi, sehingga proliferasi dan pergerakannya dapat
berjalan.
Halaman 14 dari 16
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Siklus sel merupakan serangkaian kejadian dengan urutan tertentu berupa duplikasi
kromosom sel dan organel di dalamnya yang mengarah ke pembelahan sel. Siklus sel terdiri
atas empat fase yaitu fase G1 (Gap 1), fase S (sintesis), fase G2 (Gap 2), dan fase M
(mitosis). Sel istirahat berada dalam keadaan fisiologis yang disebut fase G0. Siklus sel
bertujuan untuk untuk menduplikasi dengan akurat sejumlah besar DNA dalam kromosom,
kemudian memisahkan salinannya menjadi dua sel anak yang identik secara genetik. Pada
siklus sel tersebut terdapat 3 checkpoint yaitu pada start point/restriction point, checkpoint
G2/M, dan checkpoint pada transisi dari metafase ke anafase. Jika terjadi kesalahan, sel akan
memulihkan sebelum bergerak ke tahap siklus sel selanjutnya. Jika gangguan tidak dapat
diperbaiki, sel akan masuk ke dalam tahapan kematian yag terprogram (apoptosis). Dalam
kondisi normal, apoptosis dan proliferasi sel harus berada dalam keadaan seimbang.
Terganggunya sistem pengontrolan siklus sel dapat menyebabkan sel tidak keluar dari siklus
sel dan tidak berdiferensiasi, dan terjadi proliferasi sel terus menerus sehingga terbentuk
kanker.
3.2 Saran
Kanker dapat dicegah dari faktor lingkungan, misalnya dengan menghindari radiasi
dan bahan kimia karsinogenik. Selain itu, dengan menjalani pemeriksaan kesehatan berkala
(general check up) setiap tahun, tumor/kanker yang ada pada tubuh dapat dideteksi lebih
dini sehingga terapi dan pengobatan dapat dilaksanakan sebelum sel tumor/kanker
berkembang lebih jauh.
Halaman 15 dari 16
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.medpath.info/MainContent/Neoplasia/Neoplasia_04.html.
2. https://dcb.nci.nih.gov/branches/ceb/Pages/Home.aspx.
3. http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/Risk/h-pylori-cancer.
4. http://www.suaradokter.com/2008/11/pembentukan-sel-kanker/.
5. http://books.google.co.id/books?
id=DvpWu09QmfcC&pg=PA86&lpg=PA86&dq=tahapan+siklus+sel&source=bl&ots=bmP
QmEBXFZ&sig=r-
SBB1rfBdnY5p8L0VL9hw4IHNY&hl=id&sa=X&ei=77dCUtn6O8ePrQet_oC4Dg&redir_e
sc=y#v=onepage&q=tahapan%20siklus%20sel&f=false.
6. http://books.google.co.id/books?
id=cv46oAFyQNgC&pg=PA186&lpg=PA181&ots=iqHHvBIZgs&dq=tahap+siklus+sel+pa
tologis&hl=id&output=html_text.
7. Bruce Alberts, Alexander Johnson, Julian Lewis, Martin Raff, Keith Roberts, and Peter
Walter.Molecular Biology of the Cell, 4th ed. New York: Garland Science; 2002.
8. Robbins and Cotran. Tissue renewal and repair: regeneration, healing, and fibrosis. In:
Kumar V, Abbas AK, Fausto N, editors. Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease.
7th ed. Elsevier, 2005. p. 90.
9. Robbins and Cotran. Neoplasia. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N, editors. Robbins and
Cotran Pathologic Basic of Disease. 7th ed. Elsevier, 2005. p. 289-93;302.
10. Robbins and Cotran. Cellular adaptation, cell injurym and cell death. In: Kumar V, Abbas
AK, Fausto N, editors. Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease. 7th ed. Elsevier,
2005. p. 19-22.
11. Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP, Asthana S, editor. Hazzard’s
geriatric medicine and gerontology. 6th ed. United States of America: The McGraw-Hill;
2009.
12. Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P. Molecular biology of the cell.
5th ed. United States of America: Garland Science; 2008/
Halaman 16 dari 16