LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

22
BLOK IX. KONSEP PATOLOGI 2 (MAC 203) Laporan PBL 1 : Siklus Sel oleh kelompok PBL 3 : Jessica Benedick / 2012 – 060 – 010 Yunnita Gunawan / 2012 – 060 – 025 Stefani Stascia / 2012 – 060 – 044 Devita Surya Indah / 2012 – 060 – 045 Claudia Marsella / 2012 – 060 – 046 Wolter Prakarsa Jaya / 2012 – 060 – 053 Carmelia Anggraini / 2012 – 060 – 062 Chintya / 2012 – 060 – 064 Steven Philip Surya / 2012 – 060 – 141 Judy Ranita Angkasa / 2012 – 060 – 142 Ivan Kunardi / 2012 – 060 – 156 Sardono Widinugroho / 2012 – 060 – 157 Vincentius Henry Sundah / 2012 – 060 – 265 Dosen Tutor : dr. Edhyana Kusumastuti S, Ph.D.

description

LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx1

Transcript of LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

Page 1: LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

BLOK IX. KONSEP PATOLOGI 2 (MAC 203)

Laporan PBL 1 : Siklus Sel

oleh kelompok PBL 3 :

Jessica Benedick / 2012 – 060 – 010

Yunnita Gunawan / 2012 – 060 – 025

Stefani Stascia / 2012 – 060 – 044

Devita Surya Indah / 2012 – 060 – 045

Claudia Marsella / 2012 – 060 – 046

Wolter Prakarsa Jaya / 2012 – 060 – 053

Carmelia Anggraini / 2012 – 060 – 062

Chintya / 2012 – 060 – 064

Steven Philip Surya / 2012 – 060 – 141

Judy Ranita Angkasa / 2012 – 060 – 142

Ivan Kunardi / 2012 – 060 – 156

Sardono Widinugroho / 2012 – 060 – 157

Vincentius Henry Sundah / 2012 – 060 – 265

Dosen Tutor :

dr. Edhyana Kusumastuti S, Ph.D.

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

JAKARTA

2013

Page 2: LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sel yang sedang berproliferasi berkembang melalui serangkaian tempat dan fase

yang sudah ditentukan yang disebut siklus sel. Siklus sel tersebut terdiri atas (secara

berurutan) empat fase yaitu fase G1 (gap 1), fase S (sintesis), fase G2 (gap 2), dan fase M

(mitosis). Sel istirahat berada dalam keadaan fisiologis yang disebut fase G0. Siklus sel

penting untuk dipelajari karena siklus sel bertujuan untuk untuk menduplikasi dengan akurat

sejumlah besar DNA dalam kromosom, kemudian memisahkan salinannya menjadi dua sel

anak yang identik secara genetik.

Masuk dan berkembangnya sel melalui siklus sel dikendalikan melalui perubahan

pada kadar dan aktivitas suatu kelompok protein yang disebut siklin. Siklin menjalankan

fungsi regulasinya melalui pembentukan kompleks dengan (sehingga akan mengaktivasi)

protein yang disintesis secara konstitutif yang disebut kinase yang bergantung pada siklin

(CDK, cyclin-dependent kinase). Kompleks siklin-CDK sagat penting untuk mengatur

tahapan siklus sel, yaitu tahapan saat sel memeriksa bahwa DNA telah direplikasi dengan

cukup atau semua kesalahan telah dipulihkan sebelum bergerak lebih lanjut. Kegagalan

pemantauan secara memadai terhadap keakuratan replikasi DNA akan menyebabkan

akumulasi mutasi dan transformasi ganas yang mungkin terjadi. Jika kerusakan DNA terlalu

luas, protein supresor tumor TP53 (dulu p53; yaitu suatu protein fosforilasi dengan berat

molekul 53 kD) akan memulai suatu kaskade peristiwa untuk meyakinkan sel agar

melakukan bunuh diri (apoptosis).

1.2. Skenario

Siklus Sel

Jika masing-masing fase pada siklus sel tersebut di bawah ini mengalami gangguan,

apa saja yang akan terjadi pada sel/jaringan tubuh kita?

Halaman 2 dari 16

Page 3: LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

Halaman 3 dari 16

Page 4: LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

BAB II

HASIL DISKUSI

2.1. Clarifying Unfamilliar Terms

1. Quiescent = tidak bergerak, diam, tidak aktif, pasif.

2. Restriction point = dikenal juga sebagai start point.

2.2. Define the Problems

1. Siklus sel normal

a. Apa fungsi siklus sel?

b. Apa fase pada setiap siklus dan jelaskan!

c. Apakah siklus sel terjadi pada semua sel?

d. Apa faktor yang berperan dalam siklus sel?

e. Berapa lama fase-fase itu berlangsung?

f. Apa saja organel sel yang terlibat dalam siklus sel?

g. Apa yang dihasilkan dari siklus sel?

2. Gangguan pada siklus sel

a. Apa penyebab dari gangguan siklus sel?

b. Apa efek gangguan dari siklus sel?

c. Apa saja organel sel yang bermasalah pada gangguan siklus sel?

d. Apa mekanisme dalam mengatasi gangguan silus sel?

2.3. Brainstorming

1. Siklus sel normal

a. Apa fungsi siklus sel?

Fungsi dari siklus sel adalah untuk replikasi, memperbaharui sel, dan

menjaga homeostasis di tubuh kita.

b. Apa fase pada setiap siklus dan jelaskan!

Siklus sel memiliki 4 fase. Fase G0 adalah fase istirahat. Fase G1 adalah

proses pembesaran ukuran sel dan terdapat proses replikasi DNA. Pada fase S

terdapat sintesis organel dan merupakan fase terlama. Fase G2 cenderung untuk

check point. Fase M merupakan fase mitosis.

c. Apakah siklus sel terjadi pada semua sel?

Siklus sel terjadi di semua sel baik sel yang matur dan sel yang immatur.

Halaman 4 dari 16

Page 5: LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

d. Apa faktor yang berperan dalam siklus sel?

Faktor yang berperan dalam siklus sel adalah inflamasi dan hormon seperti

growth hormone.

e. Berapa lama fase-fase itu berlangsung?

Siklus sel paling cepat terjadi di saluran pencernaan sekitar 9 – 10 jam.

f. Apa saja organel sel yang terlibat dalam siklus sel?

Inti sel, sentriol, dan kromosom terlibat dalam siklus sel ini.

g. Apa yang dihasilkan dari siklus sel?

Siklus sel ini menghasilkan sel baru.

2. Gangguan pada siklus sel

a. Apa penyebab dari gangguan siklus sel?

Penyebab gangguan siklus sel adalah genetik (bisa dari mitokondria atau

nukleus), kesalahan pembelahan, radikal bebas, kesalahan pada protein-protein,

zat kimia/radiasi, infeksi, virus, check point bermasalah, dan rusaknya gen tumor

supressor.

b. Apa efek gangguan dari siklus sel?

Gangguan ini menyebabkan tumor dan kanker bila telomernya terus

membelah dan sel menjadi cepat tua pada sel telomer yang membelah lebih

cepat.

c. Apa saja organel sel yang bermasalah pada gangguan siklus sel?

Nukleus dan kromosom merupakan organel sel yang mengalami gangguan

dari siklus sel ini.

d. Apa mekanisme dalam mengatasi gangguan silus sel?

Gangguan menyebabkan siklus sel berhenti di check point, sel mengalami

apoptosis intrinsik, DNA repair sehingga memperbaiki siklus sel yang

mengalami gangguan tadi.

Halaman 5 dari 16

Page 6: LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

2.4. Analysing the Problems

2.5. Learning Objectives

1. Memahami dan menganalisis fase-fase dalam siklus sel normal.

2. Memahami dan menganalisis etiologi yang menyebabkan gangguan dari fase-fase di

siklus sel.

3. Memahami konsep kelainan/patogenesis akibat gangguan terhadap timbulnya penyakit

genetik, degenerasi, dan neoplasma.

4. Memahami perubahan morfologi sel/jaringan baik secara makro maupun mikro terhadap

penyakit genetik, degenerasi, dan neoplasma.

2.6. Self-Study

Pelaksanaan self-study dilakukan selama 2 hari setelah pertemuan pertama. Sumber –

sumber yang digunakan berasal dari buku dan internet. Masing – masing dari kami

membaca sumber – sumber tersebut, kemudian kami melakukan pertemuan dengan seluruh

anggota untuk membicarakan informasi atau pengetahuan baru dari sumber yang kami baca

itu.

2.7. Report

1. Memahami dan menganalisis fase-fase dalam siklus sel normal.

Siklus sel merupakan serangkaian kejadian dengan urutan tertentu berupa duplikasi

kromosom sel dan organel di dalamnya yang mengarah ke pembelahan sel. Dalam

keadaan normal, sel lazimnya berada di fase atau masa G0 (zero growth = tidak ada

pertumbuhan). Stabilitas G0 dipertahankan secara konsisten melalui empat fase yaitu:

1. Fase G1

Gap phase 1 yaitu fase di mana terjadinya pertumbuhan sel sebagai persiapan

sintesis DNA. Ada checkpoint dan restriction point dari fase G1 menuju S.

Halaman 6 dari 16

Siklus Sel

Definisi Fase-fase Faktor Gangguan

Page 7: LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

2. Fase S

Fase S merupakan fase sintesis yaitu terjadinya replikasi DNA.

3. Fase G2

Gap phase 2, yaitu fase persiapan menuju fase mitosis.

4. Fase M

Fase mitosis terdiri atas Profase, Metafase, Anafase, Telofase, dan Sitokinesis.

Selain kedua checkpoint di atas, terdapat pula checkpoint ketiga, yaitu transisi

metafase ke anafase. Checkpoint ini berfungsi untuk mengecek apakah kromosom sudah

sejajar oleh benang-benang spindel. Checkpoint ini juga berfungsi untuk melengkapi

fase mitosis dan sitokinesis.

Pada fase G0, apabila lingkungan sudah tidak memadai untuk terjadinya siklus sel,

sel akan memasuki keadaan dorman temporer. Apabila lingkungan mendukung untuk

terjadinya siklus sel (misalnya sekresi hormon pertumbuhan), maka G0 akan berlanjut

ke G1 dan masuk ke fase S.

Halaman 7 dari 16

Page 8: LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

Gen supresor seperti p53 adalah pengawas di setiap fase siklus. Sel dengan DNA

normal diizinkannya menuju fase berikutnya sedangkan yang abnormal dimasukkan

dalam program kematian sel. p53 baru bisa dilewati oleh sel kanker bila terjadi mutasi

atau perubahan menjadi permanen.

Masuk dan berkembangnya sel melalui siklus sel dikendalikan melalui perubahan

pada kadar dan aktivitas suatu kelompok protein yang disebut siklin. Siklin

menjalankan fungsi regulasinya melalui pembentukan kompleks dengan (sehingga akan

mengaktivasi) protein yang disintesis secara konstitutif yang disebut kinase yang

bergantung pada siklin (CDK, cyclin-dependent kinase). Setiap fase dimulai dengan

adanya ikatan antara siklin dan CDK yang memfosforilasi protein Rb. Protein Rb

normalnya berikatan dengan E2F (faktor transkripsi), tetapi bila tidak terjadi kerusakan

Rb akan berikatan dengan CDK hingga E2F terlepas dan melakukan transkripsi. Dengan

demikian fase dapat berlangsung.

Pada mamalia setiap jenis sel yang berbeda memiliki kecepatan membelah yang

berbeda. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, waktu siklus sel berkisar 8 jam

(pada epitel usus) sampai 100 hari atau lebih (pada hepatosit dewasa normal).

Prinsipnya adalah perbedaan terletak pada fase G1 (beberapa hari sampai tahun, hal ini

berbeda pada setiap sel), sedangkan fase S, G2, dan M memiliki waktu yang konstan

tidak berdasarkan kecepatan pembelahan sel.

Halaman 8 dari 16

Page 9: LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

Sel labil adalah sel yang terus-menerus membelah dan proliferasi pada kehidupan

post-natal. Biasanya mempunyai waktu hidup yang pendek dan waktu pengembalian

yang cepat. Contoh sel labil adalah sel hemopoietik sumsum tulang dan sel limfoid, sel

epitel (kulit, rongga mulut, faring, oesophagus, usus, duktus kelenjar eksokrin, serviks,

vagina, endometrium, traktus urinarius, dan sebagainya).

Sel stabil dalam kondisi normal jarang membelah tetapi akan terangsang untuk

membelah dengan cepat apabila sel-sel tersebut hilang/rusak. Contoh sel stabil adalah

sel-sel hati, kelenjar endokrin, tulang, jaringan fibrosa, dan tubulus ginjal.

Sel permanen hanya membelah pada kehidupan fetal dan tidak dapat diganti apabila

rusak/hilang. Contoh sel permanen adalah neuron dan sel-sel otot jantung.

2. Memahami dan menganalisis etiologi yang menyebabkan gangguan dari fase-fase di

siklus sel.

Pada dasarnya, tubuh kita memiliki berbagai macam sistem untuk mencegah

terjadinya pertumbuhan sel yang tidak terkontrol (pRB, P53, P21, dsb). Namun berbagai

macam mutasi bisa mengakibatkan sistem ini menjadi tidak berguna, sehingga

memungkinkan terjadinya pertumbuhan yang tidak terkendali (tumor). Di sini mutasi

dapat terjadi karena lingkungan, bawaan (genetik), maupun keduanya. Beberapa hal

yang bisa menyebabkan mutasi secara lingkungan adalah:

Virus

Virus mampu memasukan struktur DNA atau RNA mereka ke dalam struktur

DNA kita, yang terkadan mengakibatkan adanya aktivasi onkogen, contoh:

HHV8, HPV, SV40, dan keluarga Retrovirus. Beberapa virus ini menyebabkan

Halaman 9 dari 16

Page 10: LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

terjadinya tumor oleh karena sel menjadi tidak peka terhadap sinyal apoptosis

(immortal).

Bakteri

Walaupun mekanisme bakteri dalam mengubah DNA sehingga menyebabkan

pertumbuhan tumor belum diketahui, tetapi adanya infeksi bakteri Helicobacter

pylori meningkatkan kemungkinan menderita kanker lambung non-cardiac,

namun berhubungan terbalik dengan kanker lambung bagian cardia.

3. Memahami konsep kelainan/patogenesis akibat gangguan terhadap timbulnya penyakit

genetik, degenerasi, dan neoplasma.

Tumor supressor genes: RB dan p53

RB

Terletak pada kromosom lokus 13q14. Berperan sebagai tumor supresor gen. Bila

kedua alelnya mengalami mutasi maka dapat menimbulkan retinablastoma. Retina

blastoma dapat terjadi secara sporadis dan keturunan. Pada retinablastoma sporadik,

kedua alel dari gen RB berada keadaan normal dan harus mengalami mutasi somatik di

kedua alel sebelum akhirnya akan terjadi retinablastoma. Sementara untuk

retinablastoma yang diturunkan, satu alel sudah mengalami mutasi, sehingga hanya

dibutuhkan satu mutasi somatik lagi pada alelnya sebelum menjadi retinablastoma.

DNA replikasi dimulai dengan terbentuknya kompleks siklin E dan CDK 2. Pada

awal fase G1, RB protein berada pada keadaan hipofosforilasi dan berikatan dengan

faktor transkripsi E2F yang menghambat transkripsi siklin E. Dibutuhkan kompleks

siklin D-CDK4/6 untuk memfosforilasi RB protein. Setelah RB protein terfosforilasi dan

E2F terlepas, terjadi transkripsi siklin E. Ekspresi dari siklin E akan menstimulasi DNA

replikasi. Sel kemudian memasuki fase S. Pada fase M, fosfat dilepaskan dari Rb protein

sehingga Rb protein kembali masuk ke fase hipofosforilasi. Jika Rb mengalami mutasi,

maka tidak ada yang mengerem siklus sel, akibatnya sel akan terus berproliferasi.

p53

Bertindak sebagai polisi atau satpam pada siklus sel. Terletak pada kromosom 17p13.1.

p53 mencegah pembelahan sel yang mengalami kerusakan melalui 3 mekanisme:

aktivasi penahanan sel sementara (quiscence), induksi penahanan sel secara permanen

(senescence), atau memacu kematian sel yang terprogram (apoptosis). Pada sel dengan

p53 yang normal, saat DNA sel mengalami kerusakan, maka p53 akan meninduksi DNA

repair, hingga sel tersebut normal kembali, atau jika kerusakan terlalu parah akan

Halaman 10 dari 16

Page 11: LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

dilakukan apoptosis. Akan tetapi dengan gen p53 yang mengalami mutasi, saat DNA sel

rusak, maka sel akan terus berproliferasi dan tidak memasuki fase DNA repair atau

apoptosis.

Gen supressor tumor:

Lintasan gen APC / β-catenin

APC normalnya berikatan dengan β-catenin dan mengatur penguraiannya pada

sitoplasma, jika tidak ada APC maka β-catenin meningkat menyebabkan

translokasi ke nukleus. Mutasi ini menyebabkan polip adenomatosa dalam kolon.

Lintasan TGF- β

Lintasan ini meningkatkan gen penghambat pertumbuhan, termasuk dalam

inhibitor CDK dengan berikatan pada reseptor TGF- β. Gen yang mengkode

reseptor TGF- β tipe II dibuat tidak aktif pada > 70% kasus kanker kolon yang

diderita oleh pasien HNPCC. TGF- β1mencegah fosforilasi RB pada pertengahan

hingga akhir fase G1.

Sebagian besar sel kanker memperoleh berbagai kemampuan selama perkembangannya,

biasanya melalui mutasi di gen relevan. Kemampuannya antara lain:

Self-sufficiency (menghasilkan sendiri) sinyal pertumbuhan

Insensitivitas terhadap sinyal penghambat pertumbuhan

Menghindari apoptosis

Potensi replikasi tanpa batas (yaitu mengalahkan penuaan sel)

Angiogenesis berkelanjutan

Kemampuan menginvasi dan beranaksebar

Pada banyak jaringan somatik manusia, penurunan pada kapasitas pembelahan sel

terhadap penuaan tampak berhubungan dengan telomer – yang mana berguna dalam

melindungi ujung akhir kromosom – secara progresif memendek ketika sel membelah.

Hal ini dikarenakan kurang atau tidak adanya enzim telomerase pada manusia yang

secara normal hanya dihasilkan di sel germinal (testis dan ovarium) dan stem cells

dewasa tertentu. Saat sel somatik membelah, telomer bekerja sebagai penghitung

banyaknya pembelahan intrinsik, yang berguna supaya tidak terjadi pembelahan berlebih

seperti kanker. Pemendekan panjang telomer di bawah batas kritis panjangnya, dapat

memicu siklus sel masuk fase checkpoints terutama pada sistem p53/p21/pRb seperti

pengaktivasian p53-dependent cell-cycle arrest yang mengakibatkan pertahanan secara

Halaman 11 dari 16

Page 12: LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

permanen kapasitas pembelahan sel. Fenomena berhentinya suatu sel untuk membelah

dan bereplikasi dinamakan replicative cell senescence.

4. Memahami perubahan morfologi sel/jaringan baik secara makro maupun mikro terhadap

penyakit genetik, degenerasi, dan neoplasma.

Kelainan genetik terjadi akibat kromosom dan DNA mengalami perubahan yang

menimbulkan fenotip klinis. Hal ini menyebabkan kelainan pada gen yang mengkode

protein-protein yang dibutuhkan suatu sel. Setiap penyakit kelainan genetik memiliki

morfologi sel yang berbeda-beda tergantung dari gen yang mengalami mutasi.

Perubahan perubahan yang terjadi pada penyakit kelainan genetik adalah:

a. Defek pada enzim

Kegagalan pembentukan dan penurunan sintesis enzim mengakibatkan akumulasi

dari substrat (fenilketonuria) dan tidak adanya komponen protein regulasi penting

dalam tubuh.

b. Defek pada reseptor dan sistem transportasi sel

Hal ini menyebabkan akumulasi prekursor penting dalam tubuh (contohnya

akumulasi LDL pada hiperkolesterolemia) dan penurunan ekspor metabolit

(contohnya ekspor Cl pada sistik fibrostik)

c. Perubahan struktur, fungsi, dan kuantitas non enzim

Contohnya pada penyakit anemia sickle cell yang menyebabkan struktur abnormal

pada hemoglobin

d. Reaksi merugikan bagi tubuh

Mutasi silent pada kromosom dapat menghasilkan senyawa toksik yang tidak dapat

dimetabolisme tubuh.

Kelainan genetik merupakan kerusakan yang bersifat ireversibel. Kelainan genetik bisa

memicu terjadinya hipoksia yang menyebabkan kerusakan dan kematian jaringan

tertentu.

Perubahan degeneratif pada sel adalah perubahan secara subletal atau reversibel, di

mana sel ini masih memiliki kesempatan untuk berubah kembali menjadi normal.

Perubahan ini melibatkan sitoplasma sel beserta komponennya kecuali nukleus. Bentuk

dari perubahan degeneratif adalah antara lain sebagai berikut:

Pembengkakan sel

Pada pembengkakan sel, influx air meningkat, konsentrasi Na meningkat, sehingga

menyebabkan hancurnya membran sel dan gagalnya pembentukan energi.

Penimbunan lipid intrasel

Halaman 12 dari 16

Page 13: LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

Cirinya adalah sitoplasma tampak bervakuola yang pada kenyataannya berisi lipid

Membran sel menggelembung

Penumpukan kromatin initi

Autofagi oleh lisosom

Penggumpalan partikel intramembran

Pembengkakan ER

Kebocoran ribosom

Pembengkakan mitokondria

Pada cedera sel ireversibel, dapat terjadi hal-hal sebagai berikut:

Defek pada membran sel

Myelin ada pada membran sel

Inti terjadi piknosis/kariolisis/karioreksi

Lisosom pecah

Nukleus pada sel neoplastik mengalami perubahan utama karena tumor

ganas, antara lain pada permukaan, volume, rasio nukleus dengan sitoplasma,

bentuk, densitas, struktur, dan homogenitas. Karakteristik dari sel ganas adalah

mitosis. Mitosis terus bertambah secara atipikal, menyebabkan struktur disimetrik

dan bentuk kromosom yang atipikal. Sitoplasma juga mengalami perubahan, struktur

baru muncul atau struktur normal hilang. Akumulasi ribosomal dan m-RNA pada

sitoplasma menjadi basofilik.

Pada fase inisiasi, RE agranular mengalami hyperplasia tanpa adanya korelasi

dengan fungsi hiperaktivitas. Badan golgi pada sel ganas tidak berkembang,

menyebabkan kurangnya diferensiasi pada sel tumor. Mitokondria mengalami

perbesaran volume seiring dengan perkembangan tumor. Mitokondria memiliki

variabilitas yang tinggi untuk bentuk dan volume, kadang dapat diamati mitokondria

yang besar. Peroksisom hanya muncul pada sel tumor yang mengandung organel ini,

misalnya hepatosit. Jumlah glikogen yang tinggi adalah karakteristik keganasan,

terutama pada hati dan ginjal.

Membran sel memainkan peran penting pada proses keganasan. Molekul

permukaan abnormal mampu berperan sebagai antigen dan dikenali oleh mekanisme

pertahanan humoral dan seluler. Sel tumor dilapisi oleh kompleks imun yang

membuat komplemen dapat menghancurkan sel itu dengan cara melapisinya dengan

antibody dan menyuruh fagosit untuk menyerah sel yang telah diopsonisasi. Sel

Halaman 13 dari 16

Page 14: LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

ganas mengubah isi enzimnya, dengan mereduksi fosfat asam atau basanya. Sel

tumor memiliki metabolisme otonomi, sehingga proliferasi dan pergerakannya dapat

berjalan.

Halaman 14 dari 16

Page 15: LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Siklus sel merupakan serangkaian kejadian dengan urutan tertentu berupa duplikasi

kromosom sel dan organel di dalamnya yang mengarah ke pembelahan sel. Siklus sel terdiri

atas empat fase yaitu fase G1 (Gap 1), fase S (sintesis), fase G2 (Gap 2), dan fase M

(mitosis). Sel istirahat berada dalam keadaan fisiologis yang disebut fase G0. Siklus sel

bertujuan untuk untuk menduplikasi dengan akurat sejumlah besar DNA dalam kromosom,

kemudian memisahkan salinannya menjadi dua sel anak yang identik secara genetik. Pada

siklus sel tersebut terdapat 3 checkpoint yaitu pada start point/restriction point, checkpoint

G2/M, dan checkpoint pada transisi dari metafase ke anafase. Jika terjadi kesalahan, sel akan

memulihkan sebelum bergerak ke tahap siklus sel selanjutnya. Jika gangguan tidak dapat

diperbaiki, sel akan masuk ke dalam tahapan kematian yag terprogram (apoptosis). Dalam

kondisi normal, apoptosis dan proliferasi sel harus berada dalam keadaan seimbang.

Terganggunya sistem pengontrolan siklus sel dapat menyebabkan sel tidak keluar dari siklus

sel dan tidak berdiferensiasi, dan terjadi proliferasi sel terus menerus sehingga terbentuk

kanker.

3.2 Saran

Kanker dapat dicegah dari faktor lingkungan, misalnya dengan menghindari radiasi

dan bahan kimia karsinogenik. Selain itu, dengan menjalani pemeriksaan kesehatan berkala

(general check up) setiap tahun, tumor/kanker yang ada pada tubuh dapat dideteksi lebih

dini sehingga terapi dan pengobatan dapat dilaksanakan sebelum sel tumor/kanker

berkembang lebih jauh.

Halaman 15 dari 16

Page 16: LAPORAN BLOK IX PBL 1.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.medpath.info/MainContent/Neoplasia/Neoplasia_04.html.

2. https://dcb.nci.nih.gov/branches/ceb/Pages/Home.aspx.

3. http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/Risk/h-pylori-cancer.

4. http://www.suaradokter.com/2008/11/pembentukan-sel-kanker/.

5. http://books.google.co.id/books?

id=DvpWu09QmfcC&pg=PA86&lpg=PA86&dq=tahapan+siklus+sel&source=bl&ots=bmP

QmEBXFZ&sig=r-

SBB1rfBdnY5p8L0VL9hw4IHNY&hl=id&sa=X&ei=77dCUtn6O8ePrQet_oC4Dg&redir_e

sc=y#v=onepage&q=tahapan%20siklus%20sel&f=false.

6. http://books.google.co.id/books?

id=cv46oAFyQNgC&pg=PA186&lpg=PA181&ots=iqHHvBIZgs&dq=tahap+siklus+sel+pa

tologis&hl=id&output=html_text.

7. Bruce Alberts, Alexander Johnson, Julian Lewis, Martin Raff, Keith Roberts, and Peter

Walter.Molecular Biology of the Cell, 4th ed. New York: Garland Science; 2002.

8. Robbins and Cotran. Tissue renewal and repair: regeneration, healing, and fibrosis. In:

Kumar V, Abbas AK, Fausto N, editors. Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease.

7th ed. Elsevier, 2005. p. 90.

9. Robbins and Cotran. Neoplasia. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N, editors. Robbins and

Cotran Pathologic Basic of Disease. 7th ed. Elsevier, 2005. p. 289-93;302.

10. Robbins and Cotran. Cellular adaptation, cell injurym and cell death. In: Kumar V, Abbas

AK, Fausto N, editors. Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease. 7th ed. Elsevier,

2005. p. 19-22.

11. Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP, Asthana S, editor. Hazzard’s

geriatric medicine and gerontology. 6th ed. United States of America: The McGraw-Hill;

2009.

12. Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P. Molecular biology of the cell.

5th ed. United States of America: Garland Science; 2008/

Halaman 16 dari 16