Laporan Biookimia Darah (Repaired)

83
LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI PEMERIKSAAN BIOKIMIA DARAH NAMA : HARNA NIM : K21109 309 KELOMPOK : VI (ENAM) TGL. PERCOBAAN : 10 DESEMBER 2011 ASISTEN : BOHARI, S.G.z

Transcript of Laporan Biookimia Darah (Repaired)

Page 1: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

LAPORAN PRAKTIKUMPENILAIAN STATUS GIZI

PEMERIKSAAN BIOKIMIA DARAH

NAMA : HARNA

NIM : K21109 309

KELOMPOK : VI (ENAM)

TGL. PERCOBAAN : 10 DESEMBER 2011

ASISTEN : BOHARI, S.G.z

LABORATORIUM TERPADU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2010

Page 2: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kolesterol sebenarnya merupakan salah satu komponen lemak. Seperti kita

ketahui, lemak merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh

kita disamping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.

Lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling

tinggi. Disamping sebagai salah satu sumber energi, sebenarnya lemak atau

khususnya kolesterol memang merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh

kita terutama untuk membentuk dinding sel-sel dalam tubuh (Almatsier, 2009).

Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks, yang 80% dihasilkan dari dalam

tubuh (organ hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh (zat makanan) untuk

bermacam-macam fungsi di dalam tubuh, antara lain membentuk dinding sel.

Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan dapat meningkatkan

kadar kolesterol dalam darah. Tetapi, sejauh pemasukan ini seimbang dengan

kebutuhan, tubuh kita akan tetap sehat. Kolesterol tidak larut dalam cairan darah,

untuk itu agar dapat dikirim ke seluruh tubuh perlu dikemas bersama protein

menjadi partikel yang disebut lipoprotein, yang dapat dianggap sebagai

‘pembawa’ (carier) kolesterol dalam darah (Almatsier, 2009).

Kolesterol dan ergosterol merupakan prekursor vitamin D. Di dalam mukosa

usus halus kolesterol diubah menjadi 7-dehidrokolesterol, provitamin

kolekalsiferol (vitamin D3) dan disimpan di lapisan lemak bawah kulit. Perubahan

menjadi aktif terjadi bila kulit terkena ultra violet dari matahari (Murray, dkk.,

2003).

Kolesterol dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai penyakit. Kolesterol yang

tinggi tidak hanya dialami oleh orang yang bertubuh gemuk, tapi orang yang

kurus tidak berarti kolesterolnya rendah. Ini juga dapat menimpa orang-orang

yang masih muda. Berbagai kalangan umur, harus berusaha menjalani pola hidup

yang sehat agar dapat menjaga kolesterol dalam darahnya tetap normal

(Tirtawinata, 2006).

Page 3: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

Dari hati, kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang bernama LDL (Low

Density Lipoprotein) untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan, termasuk

ke sel otot jantung, otak dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL

(High Density Lipoprotein) untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan

diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu.

LDL mengandung lebih banyak lemak daripada HDL sehingga ia akan

mengambang di dalam darah. Protein utama yang membentuk LDL adalah Apo-B

(apolipoprotein-B). LDL dianggap sebagai lemak yang "jahat" karena dapat

menyebabkan penempelan kolesterol di dinding pembuluh darah. Sebaliknya,

HDL disebut sebagai lemak yang "baik" karena dalam operasinya ia

membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan

mengangkutnya kembali ke hati. Protein utama yang membentuk HDL adalah

Apo-A (apolipoprotein). HDL ini mempunyai kandungan lemak lebih sedikit dan

mempunyai kepadatan tinggi sehingga lebih berat (Nuraini, 2007).

Pengangkutan lipida/lipoprotein dapat dibedakan antara jalur eksogen

dan endogen. Pada jalur eksogen mula-mula dibentuk kilomikron di sel epitel

usus dari trigliserida dan kolesterol makanan. Melalui saluran limfe kilomikron

masuk ke sirkulasi amum dan sampai ke kapiler jaringan adiposa dan otot rangka

dimana enzim lipase lipoprotein (LL) memecah trigli- serida dan melepaskan

monogliserida dan asam lemak bebas (free fatty acid = FFA). Partikel sisa

kembali ke sirkulasi umum. Setelah mengalami perubahan lalu diambil oleh

hati. Hal ini berarti bahwa dengan cara tersebut trigliserida makanan

diangkut ke jaringan adiposa sedangkan kolesterol makanan ke hati. Sebagian

kolesterol ini akan diubah menjadi asam em- pedu, sebagian lagi diekskresi ke

empedu tanpa diubah lagi dan sebagian lagi disebarkan ke jaringan lain (Barasi,

2007).

HDL merupakan lipoprotein yang berfungsi untuk mengangkut kolesterol

yang berlebih yang terdeposit di dalam pembuluh darah maupun jaringan

tubuh lainnya menuju ke hepar untuk di eliminasi melalui traktus

gastrointestinal. Semakin tinggi kadar HDL, maka akan semakin besar

pula kapasitas untuk memindahkan koleserol dan mencegah sumbatan berbahaya

Page 4: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

(arterosklerosis) yang berkembang di pembuluh darah. HDL juga

membantu pembuluh darah agar tetap berdilatasi, sehingga menimbulkan aliran

darah yang lebih lancar. Selain itu, HDL juga dapat mengurangi cedera

pada pembuluh darah melalui efek antioksidan dan anti inflamasi (Barasi,

2007).

Albumin merupakan jenis protein terbanyak di dalam plasma yang mencapai

kadar 60 persen. Protein yang larut dalam air dan mengendap pada pemanasan itu

merupakan salah satu konstituen utama tubuh. Ia dibuat oleh hati. Karena itu

albumin juga dipakai sebagai tes pembantu dalam penilaian fungsi ginjal dan

saluran cerna.Kalau Anda sulit membayangkan rupa albumin, bayangkanlah putih

telur. Berat molekulnya bervariasi tergantung spesiesnya—terdiri dari 584 asam

amino. Golongan protein ini paling banyak dijumpai pada telur (albumin telur),

darah (albumin serum), dalam susu (laktalbumin). Berat molekul albumin plasma

manusia 69.000, albumin telur 44.000, dalam daging mamalia 63.000 (Nuraini,

2007).

Albumin merupakan koloid alamiah pertama yang digunakan sebagai

volume expander sehubungan dengan fungsinya dalam meningkatkan tekanan

ankotik intravaskular sehingga mampu memperbesar volume intravaskular dan

memperbaiki perfusi jaringan. Albumin juga berfungsi sebagai alat transport

beberapa zat penting seperti lemak, toksin, obat-obatan (Hartono,2006).

Albumin bermanfaat dalam pembentukan jaringan sel baru. Karena itu di dalam

ilmu kedokteran, albumin dimanfaatkan untuk mempercepat pemulihan jaringan

sel tubuh yang terbelah, misalnya karena operasi, pembedahan, atau luka bakar.

Faedah lainnya albumin bisa menghindari timbulnya sembab paru-paru dan gagal

ginjal serta sebagai carrier faktor pembekuan darah.Pendeknya, albumin memiliki

aplikasi dan kegunaan yang luas dalam makanan atau pangan serta produk

farmasi. Dalam produk industri pangan albumin, antara lain, berguna dalam

pembuatan es krim, bubur manula, permen, roti, dan podeng bubuk (Nuraini,

2007)

Jika protein plasma khususnya albumin tidak dapat lagi menjaga tekanan

osmotic koloid akan terjadi ketidakseimbangan tekanan hidrostatik yang akan

menyebabkan terjadinya edema. Albumin berfungsi sebagai transport berbagai

Page 5: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

macam substasi termasuk bilirubin, asam lemak, logam, ion, hormon, dan obat-

obatan. Salah satu konsekuensi dari hipoalbumin adalah obat yang seharusnya

berikatan dengan protein akan berkurang, di lain pihak obat yang tidak berikatan

akan meningkat, hal ini akan meningkatkan kadar obat dalam darah (Almatsier,

2009).

Ukuran tingkat protein total sendiri kemungkinan tidak diketahui, tetapi dapat

dinormalkan dengan adanya perubahan nilai unsur pokok protein. Contohnya

menurunnya albumin distabilkan dengan naiknya tingkat immnoglobin ini

merupakan kombinasi yang sudah lazim. Hiperalbuminae kemungkinan tidak

terjadi, dan naiknya konsentrasi albumin hanya dialami pada keadaan dehidrasi

yaitu untuk mereduksi kadar cairan plasma, sebagai akibat dari statis vena.

Hipoalbuminaemia terjadi sebagai akibat dari overdehidrasi, kelebihan protein,

pengurangan sintesis pada defisiensi makanan, penyakit hati, serta meningkatnya

katabolisme (Almatsier, 2009).

Salah satu fungsi utama hati adalah menyimpan dan mengeluarkan glukosa

sesuai kebutuhan tubuh. Kelebihan glukosa akan disimpan di dalam hati dalam

bentuk glikogen. Bila persediaan glukosa darah menurun, hati akan mengubah

sebagian dari glikogen menjadi glukosa dan mengeluarkannya ke dalam aliran

darah. Glukosa ini akan dibawa oleh darah ke seluruh bagian tubuh yang

memerlukan, seperti otak, sistem saraf, jantung, dan organ tubuh lain. Sel-sel otot

dan sel-sel lain di samping glukosa menggunakan lemak sebagai sumber energi.

Sel-sel otot juga menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen (sebanyak 2/3

bagian). Glikogen ini hanya digunakan sebagai energi untuk keperluan otot saja

dan tidak dapat dikembalikan sebagai glukosa ke dalam aliran darah. Tubuh hanya

dapat menyimpan glikogen dalam jumlah terbatas, yaitu untuk keperluan energi

beberapa jam (Almatsier, 2009).

Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi

sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan

sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh

energi dari karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan

sistem saraf (Almatsier, 2009).

Page 6: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

Glukosa darah dapat dibaca dengan bermacam-macam cara mulai dari cara

titrasi yang klasik, o-Toiludin, sampai dengan cara enzimatik. Cara yang paling

banyak dipakai di Indonesia sampai saat beberapa tahun yang lalu adalah cara o-

Toluidine yang kurang spesifik, ini karena reagensianya dapat dicampur sendiri.

Tetapi reagensia tersebut sangat korosif dan berbau asam karena pelarutnya adalah

asam asetat glacial. Cara yang paling spesifik yaitu cara enzimatik karenha tidak

mengganggu kesehatan (Sirajuddin, 2011).

Bila glukosa memasuki sel, enzim-enzim akan memecahnya menjadi bagian-

bagian kecil yang pada akhirnya akan menghasilkan energi, karbondioksida, dan

air. Bagian-bagian kecil ini dapat pula disusun kembali menjadi lemak. Agar

tubuh selalu memperoleh glukosa untuk keperluan energi, hendaknya seseorang

tiap hari memakan sumber karbohidrat pada selang waktu tertentu, karena

persediaan glikogen hanya bertahan untuk keperluan beberapa jam (Almatsier,

2009).

Serum transaminase merupakan sekelompok enzim dalam darah dan bekerja

sebagai katalisator dalam proses pemindahan gugusan amino antara asam alfa

amino dan asam alfa keto. Transaminase yang sering digunakan dalam

menilai penyakit hati adalah Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

(SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT). SGOT merupakan

enzim mitokondrial yang diproduksi oleh hepar, otot, jantung, dan ginjal,

sehingga kenaikan SGOT saja yang tinggi mungkin berasal dari organ lain.

SGPT merpakan enzim sitolitik dan terutama diproduksi oleh hepatosit pada

daerah peri- portal asinus hepar. Kenaikan SGPT lebih spesifik untuk kerusakan

parenkim hepar. Kenaikan kadar transaminase dalam darah disebabkan oleh sel-

sel yang kaya akan transaminase mengalami nekrosis atau hancur. Enzim-

enzim tersebt masuk dalam peredaran darah. Nilai normal SGOT adalah 10-40

SI/dL, sedangkan SGPT adalah 5-35 SI/dL (Syafiq, 2007).

Hepar merupakan organ yang penting untuk mempertahankan hidup dan

berperan pada hampir setiap fungsi metabolisme tubuh. Hepar mempunyai

kemampuan regenerasi yang tinggi. Pembuangan hepar sebagian, pada

kebanyakan kasus sel hati yang mati atau sakit akan diganti dengan jaringan

Page 7: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

hati yang baru. Pemeriksaan fungsi hati merupakan tes skrining yang secara

rutin dikerjakan untuk melacak penyakit hati. Pemeriksaan yang sering

dikerjakan antara lain jumlah SGOT, SGPT, Gamma Glutamil Transpeptidase

(GGT), alkali fosfatase, laktat dehidrogenase (LDH), dan lainnya (Syafiq, 2007).

Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks

intraseluler dan sebagainya adalah protein. Protein adalah bagian terbesar dari

semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima

bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada di dalam otot, seperlima di dalam

tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam

jaringan lain dan cairan tubuh. Disamping itu asam amino yang membentuk

protein bertindak sebagai prekursor sebagian besar koenzim, hormon, asam

nukleat, dan mpolekul-molekul yang esensial untuk kehidupan (Almatsier, 2009).

Protein merupakan komponen utama sel hewan dan manusia. Protein yang

ada dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pertumbuhan dan

pembentukan tubuh. Proses kimia dalam tubuh kita dapat berlangsung dengan

baik karena adanya enzim. Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai

biokatalis. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat

gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Di

samping itu hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang

berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh,

adalah salah satu jenis protein (Poedjiadi, 2007).

Protein total adalah kadar semua jenis protein yang terdapat dalam

serum/plasma terdiri atas albumin, globulin dan lain fraksi (protein yang kadarnya

sangat rendah). Pemeriksaan protein total berguna untuk memonitor perubahan

kadar protein yang disebabkan oleh berbagai penyakit. Biasanya diperiksa

bersama-sama dengan pemeriksaan lain, misalnya kadar albumin, faal hati atau

pemeriksaan elektroforesiss protein. Rasio albumin/globulin diperoleh dengan

perhitungan dan dapat memberika keterangan tambahan. Kadar protein total

meningkat pada keadaan dehidrasi, multiple myeloma dan penyakit hati menahun,

merendah pada penyakit ginjal dan stadium akhir gagal hati (Sirajuddin, 2010).

Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia

dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein

Page 8: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

yang berfungsi sebagai biokatalis. Demikian pula zat-zat yang berperan untuk

melawan bakteri penyakit atau yang disebut antigen, juga suatu protein. Peranan

protein dalam tubuh akan dibahas dalam bab-bab yang berhubungan dengan hal

tersebut (Ibnu, 2002).

Asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya tidak

boleh berlebih. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada

setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Sedangkan pemicunya adalah

makanan dan senyawa lain yang banyak mengandung purin. Sebetulnya, tubuh

menyediakan 85 persen senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari. Ini berarti

bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15 persen (Almatsier, 2009).

Untuk itulah jika ingin mengetahui kadar kolesterol, HDL, glukosa, SPGT,

SGOT, asam urat, albumin, dan protein total dalam tubuh manusia maka salah

satu caranya adalah dengan melakukan pemeriksaan biokimia darah. Oleh karena

itu, dilakukanlan percobaan kolesterol, HDL, albumin, protein total, SGOT,

SPGT.

I.2 Prinsip Percobaan

1.2.1 Pemeriksaan Kolesterol

Adapun prinsip percobaan pemeriksaan kolesterol adalah:

Cholesterol ester cholesterol + fatty acid

Cholesterol + O2 4 Cholesterol + H2O2

H2O2 + 4-Aminopenazom + Phenol 4-(p-benzokinon-

monoamino) Phenazon + 4 H2O

I.2.2 Pemeriksaan Hight Density Lipoprotein (HDL)

Dengan pemberian polythylene glyco (PEG) kedalam sampel,

chylomicron, VLDL dan LDL akan mengendap. Setelah disentrifungasi

yang tertinggal dalam supernatan hanya HDL (High Density Lipoprotein)

yang kadar cholesterolnya ditentukan dengan metode enzimatik

.2.3 Pemeriksaan Albumin

Cholesterol esterase

Cholesterol oksidase

Peroksidase

Page 9: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

Prinsip percobaan ini didasarkan pada metode Doumas et al dimana

albumin mengikat BCG sehingga menyebabkan perubahan dalam

penyerapan spectrum pencelupan. Pencelupan pembentukan albumin

kompleks mempunyai puncak penyerapan pada 625 nm yang sangat

proporsional pada konsentrasi albumin dalam sampel.

I.2.4 Pemeriksaan Glukosa

Prinsip dari percobaan ini adalah glukosa ST kit menggunakan dasar

metode tinder yang klasik dengan enzim [G]lukose, [O]xi[D]ase,

[P]eroksidase, 4-[A]minophenazone dan [P]henol (GOD-PAP), dengan

reaksi sebagai berikut:

GOD

Cholesterol + O2 + H2O Gluconic Acid + H2O Peroksidase

H2O2 + Phenol + 4-Aminophenazone H2O2 + Zat warna

quinone berwarna merah.

I.1.5 Pemeriksaan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT)

Metode ini berdasarkan rekomendasi dari IFFC yang dikemukakan

oleh Kurmen dkk (1955) dan dimodifikasi oleh Henry, dkk.

L Aspartat + 2-Oxoglutarate Oxaloacetat + Glutamat

Oxaloacetat + NADH Malate + NAD

Sampel Pyruvate + NADH L-Lactate +

NAD

I.2.6 Pemeriksaan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT)

Reagensia ini berdasarkan metode yang dianjurkan oleh IFCC dari

metode yang dikemukakan oleh Wroblewski & Ladue.

L Alamine + 2-Oxoglutarate Oxaloacetat + Glutamat

Oxaloacetat + NADH Lactate + NAD

GOT

LDH

MDH

ALT

LDH

LDH

Page 10: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

Sampel Pyruvate + NADH L-Lactate +

NAD

I.2.7 Pemeriksaan Protein Total

Protein dalam serum bereaksi dengan larutan alkalis copper-tartrat dan

memberikan warna ungu (violet) yaitu reaksi biuret.

I.1.8 Pemeriksaan Asam Urat

Uric Acid + O2 + H 2 O Allation + CO2 + H2 O2

2 H2 O2 + AAP + DHBS Quinoneimine + H2 O

I.3 Tujuan Percobaan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pemeriksaan biokimia

dalam plasma darah manusia.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kadar kolesterol dalam plasma darah manusia.

2. Untuk mengetahui kadar HDL dalam plasma darah manusia.

3. Untuk mengetahui kadar albumin dalam plasma darah manusia.

4. Untuk mengetahui kadar glukosa dalam plasma darah manusia.

5. Untuk mengetahui kadar SGOT dalam plasma darah manusia.

6. Untuk mengetahui kadar SPGT dalam plasma darah manusia.

7. Untuk mengetahui kadar protein total dalam plasma darah manusia.

8. Untuk mengetahui kadar asam urat dalam plasma darah manusia.

I.4 Manfaat Percobaan

I.4.1 Pemeriksaan Kolesterol

Manfaat dari percobaan ini adalah, agar kita dapat mengetahui cara

menentukan kadar kolesterol dalam plasma darah manusia dan dapat

mengetahui tinggi rendahnya kadar kolesterol seseorang.

I.1.2 Pemeriksaan Hight Density Lipoprotein (HDL)

Uricase

Peroksidase

Page 11: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

Manfaat dari percobaan ini agar kita dapat menentukan banyaknya

jumlah HDL (High Density Lipoprotein) dalam plasma darah sehingga dapat

mengetahui banyak atau tidaknya kolesterol baik pada seseorang.

I.1.3 Pemeriksaan Albumin

Manfaat dari percobaan ini agar kita dapat menentukan banyaknya

jumlah albumin dalam serum manusia dan plasma pada kedua sistem baik

manual maupun otomatis.

I.1.4 Pemeriksaan Glukosa

Manfaat percobaan ini adalah kita dapat mengetahui cara mengukur

glukosa darah sehingga dapat mengetahui kadar glukosa dan dapat

menetukan langkah-langkah pencegahan dalam mengontrol naik turunnya

kadar glukosa dalam darah.

I.1.5 Pemeriksaan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT)

Manfaat percobaan ini adalah agar kita dapat mengetahui cara

menentukan kadar SGOT dalam plasma darah manusia. Sehingga kita dapat

mengetahui kadar SGOT setiap individu.

I.1.6 Pemeriksaan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT)

Agar kita dapat mengetahui aktivitas SGPT dalam plasma darah

manusia. Sehingga kita dapat menentukan apakah fungsi hati manusia itu

berfungsi dengan baik atau tidak.

I.1.7 Pemeriksaan Protein Total

Manfaat dari percobaan ini adalah agar kita dapat mengetahui dan

menentukan kadar protein total dalam plasma darah manusia berikut dengan

bagaimana cara pengukurannya sehingga kita dapat melakukan langkah-

langkah pencegahan atau pengobatan bila kadar protein total kita tinggi atau

rendah.

I.1.8 Pemeriksaan Asam Urat

Manfaat dari percobaan ini adalah agar kita dapat mengetahui kadar

asam urat dalam plasma darah setiap manusia. Sehingga kita dapat

menetukan apakah orang tersebut mempunyai kadar asam urat normal atau

berlebihan.

Page 12: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeriksaan Kolesterol

Status gizi adalah Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu,

contoh gondok endemik merupakan keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan

pengeluaran yodium dalam tubuh. Terdapat beberapa jenis teknik penilaian status

gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian status gizi secara

langsung terbagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan

biofisik (Sandjaja, dkk., 2007).

Kolesterol adalah sterol yang paling dikenal oleh masyarakat.kolesterol

didalam tubuh mempunyai fungsi ganda, yaitu di satu sisi lain dapat

membahayakan tergantung berapa banyaknya terdapat didalam tubuh dan di

bagian mana (Almatsier, 2009).

Kolesterol merupakan komponen esensial membran struktural semua sel dan

merupakan komponen utama sel otak dan saraf. Kolesterol terdapat dalam

konsentrasi tinggi dalam jaringan kelenjar dan di dalam hati di mana kolesterol

disintesis dan disimpan. Kolesterol merupakan bahan antara pembentukan

sejumlah steroid penting, seperti asam empedu, asam folat, hormone-hormon

drenal korteks, estrogen, androgen, dan progesteron (Almatsier, 2009).

Adapun penilaian status gizi yang digunakan pada praktek berikut ini adalah

secara biokimia yaitu Penilaian status gizi secara biokimia dilakukan dengan

melakukan pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan

pada berbagai macam jaringan tubuh, seperti darah, urine, tinja, jaringan otot, hati.

Penggunaan metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan

akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang

Page 13: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk

menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Ibnu, 2002).

Kolesterol darah yang meningkat berpengaruh tidak baik utnuk jantung dan

pembuluh darah telah diketahui luas oleh masyarakat. Namun, ada salah

pengertian, seolah-olah yang paling berpengaruh terhadap kenaikan kolesterol

darah ini adalah kadar kolesterol makanan. Sehingga banyak prodeuk makanan,

bahkan minyak goring diiklankan sebagai nonkolesterol.Jika kadar kolesterol

dalam darah terlalu tinggi, maka akan mengendap membentuk Kristal. Endapan

kolesterol dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah (arteriosclerosis)

karena dindingnya menjadi tebal. Akibatnya, elestisitas pembuluh darah menjadi

berkurang, sehingga aliran darah terganggu (Murray,dkk., 2003).

Kolesterol dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai penyakit. Kolesterol

yang tinggi tidak hanya dialami oleh orang yang bertubuh gemuk, tapi orang yang

kurus tidak berarti kolesterolnya rendah. Ini juga dapat menimpa orang-orang

yang masih muda. Berbagai kalangan umur, harus berusaha menjalani pola hidup

yang sehat agar dapat menjaga kolesterol dalam darahnya tetap normal. Tidak

banyak yang mengetahui bahwa hiperkolesterol merupakan faktor risiko penyebab

kematian di usia muda. Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia pada tahun

2002, tercatat sebanyak 4,4 juta kematian akibat hiperkolesterol atau sebesar 7,9%

dari jumlah total kematian di usia muda (Murray, dkk., 2003).

Kolesterol dapat membahayakan tubuh bila terdapat dalam jumlah terlalu

banyak di dalam darah dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah

sehingga menyebabkan penyempitan yang dinamakan aterokklerosis. Bila

penyempitan terjadi pada pembuluh darah jantung dapat menyebabkan penyakit

jantung koroner dan bila pada pembuluh darah otak penyakit serebrovaskular

(Hadju, 2005).

Sebaliknya, hormon kolesterol dapat membahayakan tubuh. Kolesterol bila

terdapat dalam jumlah terlalu banyak dalam darah dapat membentuk endapan

pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan yang

dinamakan aterosklerosis. Bila penyempitan terjadi pada pembuluih darah jantung

dapat menyebabkan penyakit jantung koroner dan bila pada pembuluh otak

menyebabkan penyakit serebrovaskular (Almatsier, 2009).

Page 14: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel dibagi menjadi LDL,

HDL, total kolesterol dan trigliserida. Kolesterol sebenarnya merupakan salah satu

komponen lemak. Seperti kita ketahui, lemak merupakan salah satu zat gizi yang

sangat diperlukan oleh tubuh kita disamping zat gizi lain seperti karbohidrat,

protein, vitamin dan mineral. Lemak merupakan salah satu sumber energi yang

memberikan kalori paling tinggi. Disamping sebagai salah satu sumber energi,

sebenarnya lemak atau khususnya kolesterol memang merupakan zat yang sangat

dibutuhkan oleh tubuh kita terutama untuk membentuk dinding sel-sel dalam

tubuh. Kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon-hormon

steroid. Kolesterol yang kita butuhkan tersebut, secara normal diproduksi sendiri

oleh tubuh dalam jumlah yang tepat. Tetapi ia bisa meningkat jumlahnya karena

asupan makanan yang berasal dari lemak hewani, telur dan yang disebut sebagai

makanan sampah (junkfood). Kolesterol dalam tubuh yang berlebihan akan

tertimbun di dalam dinding pembuluh darah dan menimbulkan suatu kondisi yang

disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah.

Kondisi ini merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung dan stroke

(Nuraini, 2007).

Dalam mengatur makan, hindari makanan yang mengandung kolesterol

yaitu minyak dan lemak hewan, antara lain daging sapi/kambing/babi, kulit ayam,

jerohan, otak, hati ayam, cumi, udang, kerang, kepiting, kuning telur. Kolesterol

bebeda dengan TGA. Sumber TGA antara lain gorengan, santan, asam lemak

trans, margarine, butter (Schlenker dan Long, 2007).

Kandungan kolesterol yang tertera pada makanan, hanyalah salah satu

sumber peningkatan jumlah kolesterol. Tapi, penyumbang yang paling besar

adalah diet yang tinggi lemak. Kandungan kolesterol dalam makanan dianggap

tidak terlalu berpengaruh terhadap kadar kolesterol dalam tubuh. Lemak jenuh

(yang ditemukan pada makanan dari hewan dan produk-produk susu) dan lemak

trans (yang biasa ditemukan pada makanan kemasan) merupakan faktor

penyumbang utama meningkatnya kadar kolesterol jahat LDL, penyebab

aterosklerosis (Sediaoetama, 2006).

Dalam mengatur makan, hindari makanan yang mengandung kolesterol

yaitu minyak dan lemak hewan, antara lain daging sapi/kambing/babi, kulit ayam,

Page 15: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

jerohan, otak, hati ayam, cumi, udang, kerang, kepiting, kuning telur. Kolesterol

bebeda dengan TGA. Sumber TGA antara lain gorengan, santan, asam lemak

trans, margarine, butter (Sediaoetama, 2006).

Berikut ini beberapa tips yang bisa Anda lakukan untuk mengendalikan

kolesterol Anda (Schlenker dan long, 2007) :

1. Diet

Konsumsi makanan yang rendah lemak dan kolesterol. Misalnya dengan

mengkonsumsi susu tanpa lemak dan mengurangi konsumsi daging. Pilihlah

makanan dengan kandungan lemak tak jenuh daripada kandungan lemak

jenuh. Minyak yang digunakan untuk menggoreng secara berulang-ulang

dapat meningkatkan kadar kolesterol, maka ada baiknya Anda mengurangi

konsumsi makanan yang digoreng.

2. Konsumsi makanan berserat.

Lebih banyak mengkonsumsi makanan berserat seperti gandum, kacang-

kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Jenis makanan ini dapat menyerap

kolesterol yang ada dalam darah dan mengeluarkannya dari tubuh.

3. Konsumsi antioksidan

Antioksidan banyak terdapat dalam buah-buahan seperti jeruk, strawbery,

pepaya, wortel, atau labu. Mengkonsumsi bawang putih secara teratur juga

dapat menurunkan kadar kolesterol.

4. Hindari alkohol dan merokok

Dengan merokok atau mengkonsumsi alkohol, kolesterol akan mudah

menumpuk dalam aliran darah.

5. Olahraga

Berolahraga secara teratur sesuai dengan umur dan kemampuan. Jaga agar

berat tubuh Anda tetap ideal.

B. Pemeriksaan Hight Density Lipoprotein (HDL)

Kolesterol adalah suatu zat esensial, yakni sejenis zat yang terpenting di

dalam tubuh. Lemak atau lipid yaitu salah satu kelompok senyawa yang terdapat

dalam tumbuhan, hewan atau manusia yang sangat berguna bagi kehidupan

manusia. Sifat umum lemak adalah hidrofobic artinya tidak dapat larut dalam air

Page 16: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

tetapi larut dalam satu atau lebih zat pelarut organik Lipid tidak larut dalam air

oleh sebab itu harus terikat pada protein (dalam bentuk lipoprotein) agar dapat

diangkut dalam peredaran darah. Lipoprotein yaitu protein larut air yang

berfungsi untuk mengikat kolesterol dan trigliserid secara internal. Ada 4

kelompok lipoprotein yang telah diidentifikasi, yaitu chylomicron, lipoprotein

dengan densitas yang sangat rendah atau VLDL (very low density lipoprotein),

lipoprotein densitas rendah atau LDL (low density lipoprotein), dan lipoprotein

densitas tinggi atau HDL( high density lipoprotein) (Hartono, 2007).

Kolesterol ini tidak berbahaya. Kolesterol HDL mengangkut kolesterol lebih

sedikit dari LDL dan sering disebut kolesterol baik karena dapat membuang

kelebihan kolesterol jahat di pembuluh darah arteri kembali ke hati, untuk

diproses dan dibuang. HDL mencegah kolesterol mengendap di arteri dan

melindungi pembuluh darah dari proses Aterosklerosis (terbentuknya plak pada

dinding pembuluh darah) (Murray, dkk., 2003).

Telah lama dikenal ada 3 jenis lipida yaitu kolesterol,trig- liserida dan

fosfolipida. Untuk dapat diangkut dengan sirkulasi darah maka lipida, yang

bersifat tidak larut di dalam air, berikatan dahulu dengan protein khusus,

apoprotein, sede- mikian rupa sehingga bentuk ikatan tersebut yang dikenal se-

bagai lipoprotein dapat larut di dalam air. Berdasarkan beberapa cara pemeriksaan

dapat dibedakan beberapa jenis lipoprotein (LP) yaitu kilomikron, VLDL (very

low density lipoprotein), LDL (low density lipoprotein) dan HDL (high density

lipoprotein) dengan ciri-ciri seperti dapat dilihat pada tabel l (Barasi, 2007).

Uji atau pengukuran nilai LDL perlu dilakukan untuk mengetahui risiko

terkena penyakit jantung. Uji LDL umumnya dilakukan sebagai bagian dari

pengukuran kolesterol total, lipoprotein densitas tinggi (HDL), dan trigliserida.

Hasil pengukuran LDL yang sehat umumnya berkisar antara angka optimal dan

kisaran mendekati optimal.Berikut adalah salah satu patokan kisaran angka yang

digunakan dalam pengukuran lab (Laboratorium yang berbeda memiliki kisaran

nilai yang sedikit berbeda-beda) (Syafiq, 2007).

1. Optimal: kurang dari 100 mg/dL (kurang dari 70 mg/dL untuk individu yang

memiliki riwayat penyakit jantung atau memiliki risiko sangat tinggi terkena

penyakit aterosklerosis.)

Page 17: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

2. Mendekati Optimal: 100 - 129 mg/dL,

3. Batas Tinggi: 130 - 159 mg/dL,

4. Tinggi: 160 - 189 mg/dL,

5. Sangat Tinggi: 190 mg/dL dan lebih tinggi.

Sebelum melakukan pemeriksaan LDL, penggunaan obat apapun harus

dihentikan sementara dan tidak diperbolehkan makan-minum selama 9-12

jam.Darah akan diambil dari vena (pembuluh balik), umumnya pada bagian siku

atau bagian belakang tangan. Untuk bayi dan anak kecil, dapat digunakan pisau

bedah untuk membuat luka di kulit (Syafiq, 2007).

Pada jalur endogen trigliserida disintesa di hati bila diit mengandung

asam lemak yang dengan gliserol membentuk tri- gliserida yang disekresi ke

sirkulasi sebagai inti dari VLDL. Di kapiler jaringan terjadi penguraian

trigliserida oleh LL dan penggantian trigliserida oleh ester kolesterol

sehingga VLDL berubah menjadi LDL melalui IDL(intermediate- density-li-

poprotein). LDL berfungsi untuk mengirimkan kolesterol ke jaringan ekstra

—hepatik seperti sel-sel korteks adrenal, ginjal, otot dan limfosit. Sel-sel

tersebut mempunyai reseptor-LDL di permukaannya. Di dalam. sel LDL

melepaskan kolesterol untuk pembentukan hormon steroid dan sintesa dinding

sel (Murray, dkk., 2003).

Selain itu ada pula sel-sel fagosit dari sistem retikuloendotel yang

menangkap dan memecah LDL. Bila sel-sel mati maka kolesterol

terlepas lagi dan diikat oleh HDL. Dengan bantuan enzim Lesitin kolesterol

asiltranferase (LCAT) kolesterol ber- ikatan dengan asam lemak dan

dikembalikan ke VLDL dan LDL. Sebagian lagi diangkut ke hati untuk

diekskresi ke em- pedu. Gambar 1 memperlihatkan bagan metabolisme LP

sedangkan pada gambar 2 terlihat interaksi antara LDL dengan sel perifer (Barasi,

2007).

Ada 2 teori yang menerangkan peranan LDL dan HDL dalam mengatur

kadar kolesterol di dalam sel perifer. Yang pertama mengemukakan mekanisme

kebalikan dari pengangkutan kolesterol dimana HDL bekerja mengangkut

kolesterol dari sel perifer ke hati berlawanan dengan kerja L.DL. Yang kedua

menyebutkan adanya hambatan bersaing antara HDL dan LDL pada reseptor dari

Page 18: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

sel perifer (Silman, 2009).

Kolesterol dan turunan esternya, dengan lemak berantai panjang

adalah komponen penting dari lipoprotein plasma dan membran sel.

Kolesterol diperlukan tubuh untuk membentuk hormon seks, vitamin D, dan

garam empedu. kolesterol diangkut oleh darah dalam bentuk terikat dalam

lipoprotein plasma. Lipoprotein plasma meliputi (Gibson, 2007) :

1. Kilomikron

Pada jenis lipoprotein ini kandungan lemaknya tinggi, densitas rendah

komposisi trigliserida tinggi, dan membawa sedikit protein (Krisnatuti

dan Rina, 1999). Kilomikron dibentuk dari triasilgliserol, kolesterol, protein dan

berbagai lipid yang berasal dari makanan yang masuk usus halus. Pada

peredaran kilomikron, triasilgliserol dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase

menghasilkan residu yang kaya kolesterol disebut sisa kilomikron dan dibawa ke

hati.

2. Very low desity lipoprotein (VLDL)

VLDL merupakan senyawa lipoprotein yang berat jenisnya sangat rendah.

Jenis lipoprotein ini memiliki kandungan lipid tinggi. Kira-kira 20%

kolesterol terbuat dari lemak endogenus di hati. Di dalam tubuh senyawa ini

difungsikan sebagai pengangkut trigliserida dari hati ke seluruh jaringan

tubuh. Wirahadikusumah (1985), menjelaskan bahwa sisa kolesterol yang tidak

diekskresikan dalam empedu akan bersatu dengan VLDL sehingga menjadi

LDL . Dengan bantuan enzim lipoprotein lipase, VLDL diubah menjadi IDL dan

selanjutnya menjadi LDL.

3. Low density lipoprotein (LDL)

LDL merupakan senyawa lipoprotein yang berat jenisnya rendah.

Lipoprotein ini membawa lemak dan mengandung kolesterol yang sangat tinggi,

dibuat dari lemak endogenus di hati. LDL ini diperlukan tubuh untuk

mengangkut kolesterol dari hati ke seluruh jaringan tubuh. LDL berinteraksi

dengan reseptor pada membran sel membentuk kompleks LDL-reseptor.

Kompleks LDL-reseptor masuk ke dalam sel malalui proses yang khas,

yaitu dengan pengangkutan aktif atau dengan endositosis. LDL merupakan

kolesterol jahat karena memiliki sifat aterogenik (mudah melekat pada dinding

Page 19: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

sebelah dalam pembuluh darah dan mengurangi pembentukan reseptor LDL).

Hal ini akan menyebabkan terjadinya kenaikan kadar kolesterol-LDL.

Kelebihan kolesterol dalam

4. High density lipoprotein (HDL)

HDL merupakan senyawa lipoprotein yang berat jenisnya tinggi. Membawa

lemak total rendah, protein tinggi, dan dibuat dari lemak endogenus di hati. Oleh

karena kandungan kolesterol yang lebih rendah dari LDL dan fungsinya

sebagai pembuangan kolesterol maka HDL ini sering disebut kolesterol baik.

HDL ini digunakan untuk mengangkut kolesterol berlebihan dari seluruh

jaringan tubuh untuk dibawa ke hati. Dengan demikian, HDL merupakan

lipoprotein pembersih kelebihan kolesterol dalam jaringan. Kalau kadar HDL

dalam darah cukup tinggi, terjadinya proses pengendapan lemak pada dinding

pembuluh darah pun dapat dicegah. Kolesterol yang diangkut ke hati

terutama berupa kolesterol yang akan dimanfaatkan sebagai bahan baku

pembuatan empedu dan hormon. Kandungan HDL dikatakan rendah jika

kurang dan 35 mg% pada pria dan kurang dari 42 mg% pada wanita (Gibson,

2005).

HDL dalam plasma darah akan mengikat kolesterol bebas maupun ester

kolesterol dan mengangkutnya kembali ke hati. Selanjutnya, kolesterol

yang terikat akan mengalami perombakan menjadi cadangan kolesterol untuk

sintesis VLDL. Tingginya kadar HDL dalam darah akan mempercepat proses

pengangkutan kolesterol kehati, sehingga mengurang kemungkinan terjadinya

penimbunan kolesterol dalam pembuluh darah (Gibson, 2005).

C. Pemeriksaan Albumin

Albumin adalah kontributor mayor pada protein total plasma yang mempunyai

fungsi (Sirajuddin, 2011):

1. Sebagian kelompok asam amino, mengatur distribusi cairan ekstra selular

2. Bertindak sebagai alat transportasi bagi bermacam-macam substansi seperti

hormone, lipid, vitamin, kalsium dan sisa-sisa logam.

3. Membentuk

Page 20: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

Albumin merupakan jenis protein terbanyak di dalam plasma yang

mencapai kadar 60 persen. Manfaatnya untuk pembentukan jaringan sel baru. Di

dalam ilmu kedokteran, albumin ini dimanfaatkan untuk mempercepat pemulihan

jaringan sel tubuh yang terbelah, misalnya karena operasi atau pembedahan. Pada

masa krisis saat ini, impor serum albumin yang dimanfaatkan sering membebani

biaya pasien. Untuk satu kali pembedahan, penggunaan serum ini bisa mencapai

tiga kali 10 mililiter itu (Poedjiadi, 2007).

Albumin memiliki sejumlah fungsi. Pertama, mengangkut molekul-molekul

kecil melewati plasma dan cairan sel. Fungsi ini erat kaitannya dengan bahan

metabolisme—asam lemak bebas dan bilirubuin—dan berbagai macam obat yang

kurang larut dalam air tetapi harus diangkat melalui darah dari satu organ ke organ

lainnya agar dapat dimetabolisme atau diekskresi. Fungsi kedua yakni memberi

tekanan osmotik di dalam kapiler. (Hartono, 2006)

Albumin bermanfaat dalam pembentukan jaringan sel baru. Karena itu di

dalam ilmu kedokteran, albumin dimanfaatkan untuk mempercepat pemulihan

jaringan sel tubuh yang terbelah, misalnya karena operasi, pembedahan, atau luka

bakar. Faedah lainnya albumin bisa menghindari timbulnya sembab paru-paru dan

gagal ginjal serta sebagai carrier faktor pembekuan darah ( Schlenker dan Long,

2007)

Albumin memiliki aplikasi dan kegunaan yang luas dalam makanan atau

pangan serta produk farmasi. Dalam produk industri pangan albumin, antara lain,

berguna dalam pembuatan es krim, bubur manula, permen, roti, dan podeng

bubuk.Sedangkan dalam produk farmasi, antara lain, dimanfaatkan untuk

pengocokan (whipping), ketegangan, atau penenang dan sebagai emulsifier. Kadar

albumin yang rendah dapat dijumpai pada orang yang menderita: penyakit hati

kronik, ginjal, saluran cerna kronik, infeksi tertentu. ( Schlenker dan Long, 2007)

Albumin merupakan jenis protein terbanyak di dalam plasma yang

mencapai kadar 60 persen. Protein yang larut dalam air dan mengendap pada

pemanasan itu merupakan salah satu konstituen utama tubuh. Ia dibuat oleh hati.

Karena itu albumin juga dipakai sebagai tes pembantu dalam penilaian fungsi

ginjal dan saluran cerna.Kalau Anda sulit membayangkan rupa albumin,

bayangkanlah putih telur. (Hartono, 2006)

Page 21: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

Berat molekulnya bervariasi tergantung spesiesnya—terdiri dari 584 asam

amino. Golongan protein ini paling banyak dijumpai pada telur (albumin telur),

darah (albumin serum), dalam susu (laktalbumin). Berat molekul albumin plasma

manusia 69.000, albumin telur 44.000, dalam daging mamalia 63.000. (Hartono,

2006)

Sejak beberapa dekade yang lalu infus albumin merupakan bagian dari

penatalaksanaan pasien sirosis hepatis dengan asites, bertujuan untuk mengurangi

perbentukan asites dan/atau memperbaiki sirkulasi dan fungsi ginjal.Sebuah studi

menunnjukkan bahwa pada pasien sirosis hati dengan asites permagna yang

menjalani parasistesis disertai pemberian albumin, tidak terjadi gangguan

elektrolit, peningkatan serum kreatinin maupun peningkatan plasma renin.

Sementara itu Compean dkk (2002) telah membandingkan pemakaian dextran-40

dengan albumin pada 48 pasien sirosis yang menjalani parasistesis. Disfungsi

sirkulasii detemukan sebanyak 42% pada kelompok dextran-40 dan 20% pada

kelompok albumin dengan peningkatan aktivitas plasma renin pada kelompok

dextran-40 sebesar 51% dan pada kelompok albumin sebesar 15%. Dengan

demikian terjadi perbedaan yang bermakna (Corwin, 2000).

Albumin memiliki sejumlah fungsi. Pertama, mengangkut molekul-molekul

kecil melewati plasma dan cairan sel. Fungsi ini erat kaitannya dengan bahan

metabolisme—asam lemak bebas dan bilirubuin—dan berbagai macam obat yang

kurang larut dalam air tetapi harus diangkat melalui darah dari satu organ ke organ

lainnya agar dapat dimetabolisme atau diekskresi. Fungsi kedua yakni memberi

tekanan osmotik di dalam kapiler. (Hartono, 2006)

Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2 rantai berat (H-chain) yang

identik dan 2 rantai rinngan (L-chain) yang juga identik. Setiap rantai ringan

terikat pada rantai berat melalui ikatan disulfida (S-S), demikian pula rantai berat

satu dengan yang lain diikat dengan ikatan S-S. Molekul ini oleh enzim proteolitik

papain dapat dipecah menjadi tiga fragmen, yaitu 2 fragmen yang mempunyai

susunan sama terdiri atas H-chain dan L-chain, disebut fragmen Fab yang

dibentuk oleh domain terminal-N, dan 1 fragmen yang hanya terdiri atas H-chain

saja disebut fragmen Fc yang dibentuk oleh domain terminal-C (Hartono, 2006).

Page 22: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

Fragmen Fab dengan antigen binding site, berfungsi mengikat antigen

karena itu susunan asam amino di bagian ini berbeda antara molekul

imunoglobulin yang satu dengan yang lain dan sangat variabel sesuai dengan

variabilitas antigen yang merangsang pembentukannya. Sebaliknya fragmen Fc

merupakan fragmen yang konstan. Fragmen ini tidak mempunyai kemampuan

mengikat antigen tetapi dapat bersifat sebagai antigen (determinan antigen).

Fragmen ini pulalah yang mempunyai fungsi efektor sekunder dan menentukan

sifat biologik imunoglobulin bersangkutan, misalnya kemampuan imunoglobulin

untuk melekat pada sel, fiksasi komplemen, kemampuan imunoglobulin

menembus plasenta, distribusi imunoglobulin dalam tubuh dan lain-lain. Papain

memecah imunoglobulin pada terminal asam amino di tempat iakatan S-S yang

mengikat kedua rantai H satu dengan yang lain. (Hartono, 2006)

Enzim proteolitik lain yaitu pepsin dapat memecah molekul imunoglobulin

dibelakang ikatan S-S. Pemecahan ini mengakibatkan terbentuknya satu fragmen

besar yang disebut F(ab’)2 yang mampu mengikat dan menggumpalkan antigen

karena ia bersifat bivalen dan dapat membentuk lattice. Pepsin selanjutnya dapat

memecah fragmen Fc menjadi beberapa bagian kecil. Bagian molekul

imunoglobulin yang peka terhadap pemecahan oleh kedua enzim diatas disebut

bagian engsel (hinge region). Kedua bentuk imunoglobulin, yaitu sIg dan Ig yang

disekresikan hanya berbeda pada domain terminal-C: sIg memiliki bagian

transmembran dan bagian intrasitoplasmik yang pendek. (Hartono, 2006)

Polimerisasi imunoglobulin terjadi pada IgM (pentamer atau heksamer) dan

IgA (umumnya dimer). Polimerisasi kelas imunoglobulin ini bergantung pada

rantai J (joining) dan banyaknya rantai J menentukan proporsi molekul IgM

pentamer dibanding IgM heksamer. Rantai J membantu polimerisasi IgM dan IgA

dengan cara ikat-silang disulfida pada sesidu cysteine yang terdapat pada domain

C-terminal molekul IgM dan IgA yang disekresi (Hartono, 2006 )

D. Pemeriksaan Glukosa

Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting

yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa

merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk

Page 23: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan (Ibnu,

2002).

Glukosa diperoleh dari pencernaan karbohidrat atau dari perubahan

monosakarida, galaktosa, dan sakarida dalam hati atau dari pemecahan glikogen di

dalam hati dan otot. Glikosa ini dibawa oleh system peredaran darah ke sel-sel

yang membutuhkan (Ibnu, 2002).

Glukosa ialah sejenis gula ringkas. Tumbuh-tumbuhan menyimpan glukosa

sebagai karbohidrat yang dinamai kanji dalam bijirin seperti beras, jagung, barli

dan sebagainya. Glukosa dalam larutan memutarkan cahaya terkutub-satah ke

sebelah kanan, maka ia dikenali sebagai gula dekstrosa. Jumlah glukosa yang

diperlukan oleh tubuh setiap hari ialah 160g. 120g daripadanya diperlukan oleh

otak setiap hari bagi orang dewasa. Jumlah glukosa yang terdapat dalam cecair

tubuh ialah 20g dan yang sedia ada daripada degradasi glikogen simpanan ialah

190g. Justru, glikogen simpanan dapat membekalkan glukosa kepada tubuh

dengan mencukupi untuk tempoh satu hari saja. Dalam keadaan kebuluran yang

berpanjangan, glukosa mesti dibentukkan daripada sumber bukan

karbohidrat .Dalam alam, glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida

dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini disebut

fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus digunakan untuk pembentukan

amilum dan selulosa. Amilum yang terbentuk dari glukosa dengan jalan

penggabungan molekul-molekul glukosa yang membentuk rantai lurus maupun

bercabang dengan melepaskan molekul air. Dalam dunia perdagangan dikenal

dengan siup glukosa, yaitu suatu larutan glukosa yang sangat pekat, sehingga

mempunyai viskositas atau kekentalan yang tinggi. Sirup glukosa ini diperoleh

dari amilum melalui proses hidrolisis dengan asam (Poedjiadi, 2007).

Dalam alam, glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air

dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini disebut

fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus digunakan untuk pembentukan

amilum dan selulosa. Amilum yang terbentuk dari glukosa dengan jalan

penggabungan molekul-molekul glukosa yang membentuk rantai lurus maupun

bercabang dengan melepaskan molekul air. Dalam dunia perdagangan dikenal

dengan sirup glukosa, yaitu suatu larutan glukosa yang sangat pekat, sehingga

Page 24: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

mempunyai viskositas atau kekentalan yang tinggi. Sirup glukosa ini diperoleh

dari amilum melalui proses hidrolisis dengan asam (Almatsier, 2009).

Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan.

Sebagian glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan

yang lainnya menuju hati dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen ("pati

hewan") dan sel lemak, yang menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan

sumber energi cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat

dibutuhkan lebih banyak energi. Meskipun lemak simpanan dapat juga menjadi

sumber energi cadangan, lemak tak pernak secara langsung dikonversi menjadi

glukosa.Glukosa bila diperlukan dapat dibentuk kembali dari piruvat (Almatsier,

2009).

Jika hanya sedikit oksigen tersedia, piruvat akan menjadi asam laktat. Ini

terutama terjadi pada jaringan otot yang tiba-tiba harus berkontraksi kuat, bila

latihan/ pekerjaan melebihi kemampuan jantung dan paru-paru untuk

mengeluarkan CO2 dari otot-otot. Dengan persediaan oksigen terbatas dan

pengeluaraan karbondioksida yang terbatas pula, asam laktat akan menumpuk, ini

akan menimbulkan rasa lelah dan sakit. Untuk mengatasi ini hendaknya kegiatan

otot diturunkan sehingga darah yang beredar dapat mengangkut asam laktat ke

hati. Didalam hati asam laktat akan diubah kembali menjadi glukosa melalui

siklus cori. Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk

mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah

dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi

untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon

yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen

menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam

aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah (Murray, dkk., 2003).

Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk

mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah

dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi

untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon

yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen

Page 25: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam

aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah (Murray, dkk., 2003).

Apabila level gula dara meningkat, entah karena perubahan glikoen, atau

karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel

yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan

hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut

gliogenosis, yang mengurangi level gula darah. Diabetes mellitus tipe 1

disebabkan oleh tidak cukup atau tidak dihasilkannya insulin, sementara tipe 2

disebabkan oleh respon yang tidak memadai terhadap insulin yang dilepaskan

("resistensi insulin"). Kedua jenis diabetes ini mengakibatkan terlalu banyaknya

glukosa yang terdapat di dalam darah (Murray, dkk., 2003).

Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya

berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-

140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula

maupun karbohidrat lainnya. Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat

secara ringan tetapi progresif (bertahap) setelah usia 50 tahun, terutama pada

orang-orang yang tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar gula darah setelah

makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga

mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar

gula darah menurun secara perlahan (Murray, dkk., 2003).

E. Pemeriksaan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT)

AST adalah enzim hati, yang juga dikenal sebagai SGOT. Tingkat enzim

inilah yang diukur pada tes fungsi hati, yang menunjukkan tingkat kerusakan pasa

hati (Sirajuddin, 2009).

AST (SGOT) normalnya ditemukan dalam suatu keanekaragaman dari

jaringan termasuk hati, jantung, otot, ginjal, dan otak. Ia dilepaskan kedalam serum

ketika satu saja dari jaringan-jaringan ini rusak. Contohnya, tingkatnya didalam

serum naik dengan serangan-serangan jantung dan dengan kelainan-kelainan otot.

Ia oleh karenanya bukan suatu indikator yang sangat spesifik dari luka hati

(Sirajuddin, 2009).

Page 26: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

Rusaknya sel-sel otot bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya aktivitas

fisik yang berat, luka, trauma, atau bahkan kerokan. Ketika kita mendapat injeksi

intra muskular (suntik lewat jaringan otot), sel-sel otot pun bisa mengalami sedikit

kerusakan dan meningkatkan kadar enzim transaminase ini. Pendek kata, ada

banyak faktor yang bisa menyebabkan kenaikan SGOT-SGPT. Dibandingkan

dengan SGOT, SGPT lebih spesifik menunjukkan ketidakberesan sel hati, karena

SGPT hanya sedikit saja diproduksi oleh sel nonliver. Biasanya, faktor nonliver

tidak menaikkan SGOT-SGPT secara drastis. Umumnya, tidak sampai 100% di

atas BAN (Murray, dkk., 2003).

AST adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam jantung, ginjal

dan otak. Jadi tes ini kurang spesifik untuk penyakit hati. Dalam beberapa kasus

peradangan hati, peningkatan ALT dan AST akan serupa. Akalin fosfatase

meningkat pada berbagai jenis penyakit hati, tetapi peningkatan ini juga dapat

terjadi berhubungan dengan penyakit tidak terkait dengan hati. Alkalin fosfatase

sebetulnya adalah suatu kumpulan enzim yang serupa, yang dibuat dalam saluran

cairan empedu dan selaput dalam hati, tetapi juga ditemukan dalam banyak

jaringan lain. Peningkatan alkalin fosfatase dapat terjadi bila saluran cairan empedu

dihambat karena alasan apa pun. Di antara yang lain, peningkatan pada alkalin

fosfatase dapat terjadi terkait dengan sirosis dan kanker hati (Murray, dkk., 2003).

Gangguan hati sendiri bentuknya berjenis-jenis, dengan jumlah penderita tak

sedikit. Jumlah pengidap hepatitis C saja sekitar 3% dari populasi. Belum lagi

hepatitis A dan B yang jumlahnya jauh lebih banyak. Apalagi jika ditambah

dengan perlemakan hati, sirosis, intoksikasi obat, fibrosis hati, dan penyakit lain

yang nama-nya jarang kita dengar. Penyakit-penyakit tadi umumnya ditandai

dengan peningkatan angka SGOT-SGPT. Namun, kedua enzim itu tidak 100%

dihasilkan oleh liver. Sebagian kecil juga diproduksi oleh sel otot, jantung,

pankreas, dan ginjal. Itu sebabnya, jika sel-sel otot mengalami kerusakan, kadar

kedua enzim ini pun meningkat (Murray, dkk., 2003).

Enzim AST adalah enzim intraseluler yang bekerja sebagai katalisator dalam

proses pemindahan gugus amino, yang melibatkan asam aspartat dan asam

ketoglutarat. asam l-aspartat + asam ketoglutarat <=> asam oksaloasetat + asam

glutamate. Kadar yang tinggi dari enzim AST dapat kita jumpai pada berbagai

Page 27: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

organ seperti sel otot jantung, hati, otot rangka, ginjal, pankreas, sel darah merah,

otak dan jaringan lainnya. Peningkatan kadar AST serum dapat terlihat pada

berbagai keadaan dimana terjadi nekrosis dari sel hati, sel jantung, sel darah merah,

atau sel otot rangka (Sandjaja, dkk., 2007).

Uji Faal Hati atau fungsi Hati, biasanya diidentikkan dengan pemeriksaan

Aspartate Aminotransferase (AST) yang di Indonesia sering disebut SGOT.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah AST seseorang meningkat

atau tidak. AST itu sendiri adalah salah satu enzim di hati. Tapi bisa juga keluar

dari sel otot, sel darah merah atau dari lokasi lainnya. Namun dari penelitian, level

AST akan meningkat 10 sampai 20 kali dari batasan normal pada penyakit hepatitis

(radang hati) atau hepatotoxicity (keracunan hati). Peningkatan ini, terjadi secara

cepat (akut) yakni 1 - 2 hari setelah virus atau toksin masuk. Dan akan normal

kembali pada hari ke-3 sampai hari ke-6 itupun jika kita berhasil mengatasi virus

atau toksinnya. Contoh penyakit hati yang akut adalah Hepatitis A dan Hepatitis B

(Sandjaja, dkk., 2007).

Enzim ini lebih spesifik dibandingkan AST. Enzim ini dikeluarkan di hati,

ginjal dan otot. Enzim ini perlu juga diperiksa sebagai konfirmasi dari pemeriksaan

AST. Bila ALT dan AST meningkat keduanya berarti memang sel hatilah yang

rusak. Hal ini ditunjukkan dengan adanya rasio AST/ALT, di mana bila nilainya

kurang dari atau sama dengan 1, maka kemungkinan penyakitnya adalah akut.

Namun bila nilainya lebih dari 1, kemungkinan penyakitnya adalah kronis (Barasi,

2007).

F. Pemeriksaan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT)

AST adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam jantung, ginjal

dan otak. Jadi tes ini kurang spesifik untuk penyakit hati. Dalam beberapa kasus

peradangan hati, peningkatan ALT dan AST akan serupa. Akalin fosfatase

meningkat pada berbagai jenis penyakit hati, tetapi peningkatan ini juga dapat

terjadi berhubungan dengan penyakit tidak terkait dengan hati. Alkalin fosfatase

sebetulnya adalah suatu kumpulan enzim yang serupa, yang dibuat dalam saluran

cairan empedu dan selaput dalam hati, tetapi juga ditemukan dalam banyak

jaringan lain. Peningkatan alkalin fosfatase dapat terjadi bila saluran cairan empedu

Page 28: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

dihambat karena alasan apa pun. Di antara yang lain, peningkatan pada alkalin

fosfatase dapat terjadi terkait dengan sirosis dan kanker (Poedjiadi, 2005).

Kerusakan hati yang jelas yang ditimbulkan oleh racun-racun seperti dari

suatu overdosis (kelebihan dosis) dari acetaminophen (nama merk Tylenol), dan

runtuhnya sistim peredaran yang lama (shock) ketika hati dirampas/dicabut dari

darah segar yang membawa oksigen dan nutrisi-nutrisi. Tingkat-tingkat serum AST

dan ALT pada situasi-situasi ini dapat mencakup dimana saja dari sepuluh kali

batasan-batasan normal atas sampai ke ribuan unit/liter Rusaknya sel-sel otot bisa

disebabkan oleh banyak hal, misalnya aktivitas fisik yang berat, luka, trauma, atau

bahkan kerokan. Ketika kita mendapat injeksi intra muskular (suntik lewat jaringan

otot), sel-sel otot pun bisa mengalami sedikit kerusakan dan meningkatkan kadar

enzim transaminase ini. Pendek kata, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan

kenaikan SGOT-SGPT. Dibandingkan dengan SGOT, SGPT lebih spesifik

menunjukkan ketidakberesan sel hati, karena SGPT hanya sedikit saja diproduksi

oleh sel nonliver. Biasanya, faktor nonliver tidak menaikkan SGOT-SGPT secara

drastis. Umumnya, tidak sampai 100% di atas BAN (Murray, dkk., 2003).

Mereka seringkali secara tak terduga ditemukan pada tes-tes screening darah

rutin pada individu-individu yang jika tidak adalah sehat. Tingkat-tingkat AST dan

ALT pada kasus-kasus semacam ini biasanya ada diantara dua kali batas-batas

normal atas dan beberapa ratus unit/liter. Penyebab yang paling umum dari

kenaikan-kenaikan yang ringan sampai sedang dari enzim-enzim hati ini adalah

fatty liver (hati berlemak). Di Amerika, penyebab hati berlemak yang paling sering

adalah penyalahgunaan alkohol. Penyebab-penyebab lain dari fatty liver termasuk

diabetes mellitus dan kegemukan (obesity). Hepatitis C kronis juga sedang menjadi

suatu penyebab yang penting dari kenaikan-kenaikan enzim hati yang ringan

sampai sedang Rusaknya sel-sel otot bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya

aktivitas fisik yang berat, luka, trauma, atau bahkan kerokan. Ketika kita mendapat

injeksi intra muskular (suntik lewat jaringan otot), sel-sel otot pun bisa mengalami

sedikit kerusakan dan meningkatkan kadar enzim transaminase ini. Pendek kata,

ada banyak faktor yang bisa menyebabkan kenaikan SGOT-SGPT. Dibandingkan

dengan SGOT, SGPT lebih spesifik menunjukkan ketidakberesan sel hati, karena

SGPT hanya sedikit saja diproduksi oleh sel nonliver. Biasanya, faktor nonliver

Page 29: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

tidak menaikkan SGOT-SGPT secara drastis. Umumnya, tidak sampai 100% di

atas BAN (Murray, dkk., 2003).

Faal hati yang terjadi pada infeksi bakterial maupun virus yang sistemik

yang bukan virus hepatitis. Penderita semacam ini, biasanya ditandai dengan

demam tinggi, myalgia, nausea, asthenia dan sebagainya. Disini faal hati terlihat

akan terjadinya peningkatan SGOT, SGPT serta ∂-GT antara 3-5X nilai normal.

Tes faal hati pada hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis.. SGOT, SGPT

meningkat lebih dari 5 sampai 20 kali nilai normal. ∂-GT dan alkalifosfatase

meningkat 2 sampai 4 kali nilai normal, kecuali pada hepatitis kolestatik dapat

lebih tinggi (Murray, dkk., 2003).

Adapun kadar enzim plasma non-fungsional meliputi (Murray, dkk., 2003):

1. Aspartate aminotransferase (AST;SGOT) 0-41 IU/L 

2. Alanine aminotransferase (ALT;SGPT) 0-45 IU/L 

3. Fosfatase asam  1-5 unit 

4. Fosfatase alkali  5-13 unit 

5. Laktat dehidrogenase (LDH) 55-140 IU/L 

6. Kreatin kinase (CK) 10-50 IU/L 

7. BB 0 %, MB 0-3 %, MM 97-100 %

SGOT-SGPT merupakan dua enzim transaminase yang dihasilkan terutama

oleh sel-sel hati. Bila sel-sel liver rusak, misalnya pada kasus hepatitis atau sirosis,

biasanya kadar kedua enzim ini meningkat. Makanya, lewat hasil tes laboratorium,

keduanya dianggap memberi gambaran adanya gangguan pada hati (Sirajuddin,

2009).

ALT adalah lebih spesifik untuk kerusakan hati. ALT adalah enzim yang

dibuat dalam sel hati (hepatosit), jadi lebih spesifik untuk penyakit hati

dibandingkan dengan enzim lain. Biasanya peningkatan ALT terjadi bila ada

kerusakan pada selaput sel hati. Setiap jenis peradangan hati dapat menyebabkan

peningkatan pada ALT. Peradangan pada hati dapat disebabkan oleh hepatitis

virus, beberapa obat, penggunaan alkohol, dan penyakit pada saluran cairan

empedu (Sirajuddin, 2009).

Reagensia ini gunakan untuk menentukan aktivitas ALT (L – Alanin : 2

Oxoglutarate Aminotransferase EC 2.6.1.2) atau SGPT dalam seru manusi secara

Page 30: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

kuantitatif in vitro. SGPT banyak terdapat dalam sel hati dan ditemukan juga

dalam jumlah yang tidak begitu banyak dalam ginjal, otot jantung dan skeletal,

pankreas, limpa dan paru (Sirajuddin, 2009).

Adapun parameter yang digunakan adalah nilai SGPT dan SGOT. SGPT

merupakan  enzim yang diproduksi oleh hepatocytes, jenis sel yang banyak

terdapat di liver. Kadar SGPT dalam darah akan meningkat seiring dengan

kerusakan pada sel hepatocytes yang bisa terjadi karena infeksi virus hepatitis,

alkohol, obat-obat yang menginduksi terjadinya kerusakan hepatocytes, dan sebab

lain seperti adanya shok atau keracunan obat (Supariasa, 2002).

Batas atas normal tergantung pada reagen dan alat yang digunakan. Di

rumah sakit tertentu, BAN kadar SGPT bisa 40 u/l, tapi di klinik lain bisa 65 u/l.

Ini hanya masalah teknis pemeriksaan. Itu sebabnya, kita tak bisa menyatakan

tinggi rendahnya SGOT-SGPT dari angka absolut, tetapi dari nilai relatif

(dibandingkan dengan BAN) (Supariasa, 2002).

G. Pemeriksaan Protein Total

Protein adalah bagian terbesar dari semua sel hidup dan merupakan bagian

terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada

di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam

kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Protein mempunyai

fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta

memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2009).

Protein adalah suatu makromolekul yang tersusun atas molekul-molekul asam

amino yang berhubungan satu dengan yang lain melalui suatu ikatan yang

dinamakan ikatan peptida. Sejumlah besar asam amino dapat membentuk suatu

senyawa protein yang memiliki banyak ikatan peptida, karena itu dinamakan

polipeptida. Secara umum protein berfungsi dalam sistem komplemen, sumber

nutrisi, bagian sistem buffer plasma, dan mempertahankan keseimbangan cairan

intra dan ekstraseluler. Berbagai protein plasma terdapat sebagai antibodi, hormon,

enzim, faktor koagulasi, dan transport substansi khusus.Protein-protein kebanyakan

disintesis di hati. Hepatosit-hepatosit mensintesis fibrinogen, albumin, dan 60 – 80

% dari bermacam-macam protein yang memiliki ciri globulin. Globulin-globulin

Page 31: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

yang tersisa adalah imunoglobulin (antibodi) yang dibuat oleh sistem limforetikuler

(Barasi, 2007).

Penetapan kadar protein dalam serum biasanya mengukur protein total, dan

albumin atau globulin. Ada satu cara mudah untuk menetapkan kadar protein total,

yaitu berdasarkan pembiasan cahaya oleh protein yang larut dalam serum.

Penetapan ini sebenarnya mengukur nitrogen karena protein berisi asam amino dan

asam amino berisi nitrogen. Total protein terdiri atas albumin (60%) dan globulin

(40%). Bahan pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan total protein adalah

serum. Bila menggunakan bahan pemeriksaan plasma, kadar total protein akan

menjadi lebih tinggi 3 – 5 % karena pengaruh fibrinogen dalam plasma (Barasi,

2007).

Cara yang paling sederhana dalam penetapan protein adalah dengan

refraktometer (dipegang dengan tangan) yang menghitung protein dalam larutan

berdasarkan perubahan indeks refraksi yang disebabkan oleh molekul-molekul

protein dalam larutan. Indeks refraksi mudah dilakukan dan tidak memerlukan

reagen lain, tetapi dapat terganggu oleh adanya hiperlipidemia, peningkatan

bilirubin, atau hemolisis. Saat ini, pengukuran protein telah banyak menggunakan

analyzer kimiawi otomatis. Pengukuran kadar menggunakan prinsip penyerapan

(absorbance) molekul zat warna. Protein total biasanya diukur dengan reagen

Biuret dan tembaga sulfat basa. Penyerapan dipantau secara spektrofotometri pada

λ 545 nm. Albumin sering dikuantifikasi sendiri. Sedangkan globulin dihitung dari

selisih kadar antara protein total dan albumin yang diukur (Barasi, 2007).

Albumin dapat meningkatkan tekanan osmotik yang penting untuk

mempertahankan cairan vaskular. Penurunan albumin serum dapat menyebabkan

cairan berpindah dari dalam pembuluh darah menuju jaringan sehingga terjadi

edema. Rasio A/g merupakan perhitungan terhadap distribusi fraksi dua protein

yang penting, yaitu albumin dan globulin. Nilai rujukan A/G adalah > 1.0. Nilai

rasio yang tinggi dinyatakan tidak signifikan, sedangkan rasio yang rendah

ditemukan pada penyakit hati dan ginjal. Perhitungan elektroforesis merupakan

perhitungan yang lebih akurat dan sudah menggantikan cara perhitungan rasio A/G

(Barasi, 2007).

Page 32: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

Berdasarkan struktur molekulnya, protein dapat dibagi menjadi dua golongan

utama, yaitu (Sirajuddin, 2011) :

1. Protein Globuler; yaitu protein berbentuk bulat atau elips dengan rantai

polipeptida yang berlipat. Umumnya, protein globuler larut dalam air, asam,

basa, atau etanol. Contoh : albumin, globulin, protamin, semua enzim dan

antibodi.

2. Protein Fiber; yaitu protein berbentuk serat atau serabut dengan rantai

polipeptida memanjang pada satu sumbu. Hampir semua protein fiber

memberikan peran struktural atau pelindung. Protein fiber pada rambut,

kalogen pada tulang rawan, dan fibroin pada sutera.

Protein membentuk tubuh kita. Protein bertindak sebagai unit structural yang

membangun tubuh kita. Enzim protein mendorong makanan menjadi nutrisi yang

dapat digunakan oleh sel. Sebagai antibody, protein melindungi kita dari penyakit.

Protein juga melakukan banyak hal: mereka berperan besar pada pertumbuhan

semasa kecil kita dan memperkuat tubuh kita sampai dewasa. Protein juga berperan

dalam membentuk individu unik seperti kita (Almatsier, 2009).

Sifat-sifat protein (Sirajuddin, 2011) :

1. Berat molekul protein sangat besar, ribuan sampai jutaan, sehingga merupakan

suatu makromolekul. Seperti senyawa polimer lain (misalnya : pati), protein

dapat pula dihidrolisis oleh asam, basa, atau enzim tertentu dan menghasilkan

campuran asam-asam amino.

2. Sifat fisikokimia protein berbeda satu sama lain, tergantung pada komposisi

dan jenis asam amino penyusunnya. Sebagian besar protein bila dilarutkan

dalam air akan membentuk disperse koloid dan tidak dapat berdifusi bila

dilewatkan melalui membran semipermiabel. Beberapa protein mudah larut

dalam air, tetapi ada pula yang sukar larut. Namun, semua protein tidak dapat

larut dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, atau benzene.

3. Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan zat

kimia, sehingga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau

modifikasi pada struktur molekul protein disebut denaturasi. Hal-hal yang

dapat menyebabkan terjadinya denaturasi adalah : panas, pH, tekanan, aliran

listrik, dan adanya bahan kimia seperti urea, alkohol, atau sabun. Proses

Page 33: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

denaturasi kadang berlangsung secara reversible, tetapi ada pula yang

irreversible, tergantung pada penyebabnya. Protein yang mengalami denaturasi

akan menurunkan aktivitas biologis dan berkurang kelarutannya, sehingga

mudah menguap.

4. Molekul protein mempunyai gugus amino (-NH2) dan gugus karboksilat (-

COOH) pada ujung-ujung rantainya. Hal ini menyebabkan protein mempunyai

banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi

dengan asam dan basa.

5. Setiap jenis protein dalam larutan mempunyai pH tertentu yang disebut titik

isoelektrik (TI). Pada titik isoelektrik, protein mengalami pengendapan

(koagulasi) paling cepat dan prinsip dapat digunakan untuk pemisahan atau

pemurnian suatu protein. .

Protein total adalah kadar semua jenis protein yang terdapat dalam

serum/plasma, terdiri atas albumin, globulin dan lain fraksi (protein yang kadarnya

sangat rendah). Pemeriksaan protein total berguna untuk memonitor perubahan

kadar protein yang disebabkan oleh berbagai macam penyakit. Biasanya diperiksa

bersama-sama dengan pemeriksaan lain, misalnya kadar albumin, faal hati atau

pemeriksaan elektroforesis protein. Rasio albumin/globulin diperoleh dengan

perhitungan dan dapat memberikan keterangan tambahan. Kadar protein total

meningkat pada keadaan dehidrasi, multipel mieloma dan penyakit hati menahun,

merendah pada penyakit ginjal dan stadium akhir gagal hati (Supariasa, 2002).

Protein dalam darah mempunyai peranan fisiologis yang penting bagi tubuh

antara lain (Supariasa, 2002):

1. Untuk mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmosis dari plasma

protein.

2. Sebagai cadangan protein tubuh.

3. Untuk mengontrol perdarahan (terutama dari fibrinogen)

4. Sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu.

5. Sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari gamma globulin

6. Untuk mengatur aliran darah, dalam membentuk bekerjanya jantung.

Dari makanan kita memperoleh Protein. Di sistem pencernaan protein akan

diuraikan menjadi peptid peptid yang strukturnya lebih sederhana terdiri dari asam

Page 34: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

amino. Hal ini dilakukan dengan bantuan enzim. Tubuh manusia memerlukan 9

asam amino. Artinya kesembilan asam amino ini tidak dapat disintesa sendiri oleh

tubuh esensial, sedangkan sebagian asam amino dapat disintesa sendiri atau tidak

esensial oleh tubuh. Keseluruhan berjumlah 21 asam amino. Setelah penyerapan di

usus maka akan diberikan ke darah. Darah membawa asam amino itu ke setiap sel

tubuh. Kode untuk asam amino tidak esensiil dapat disintesa oleh DNA. Ini disebut

dengan DNAtranskripsi. Kemudian mRNA hasil transkripsi di proses lebih lanjut

di ribosom atau retikulum endoplasma, disebut sebagai translasi (Supariasa, 2002).

H. Pemeriksaan Asam Urat

Penelitian di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa penderita penyakit

asam urat menyerang 10% penduduk laki- laki dan 4% penduduk perempuan.

Prevalensi gout di Amerika Serikat 10% terjadi pada hiperurisemia sekunder dan

diperkirakan 15 dari setiap 100 pria Amerika Serikat beresiko menderita gout.

Adapun 90% pasien gout primer adalah laki-laki berusia 30 tahun. Kadar

asam urat yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal, batu

ginjal, jantung koroner dan diabetes mellitus. Sebuah penelitian yang

dilakukan para ahli di Amerika Serikat menyebutkan bahwa tingginya kadar

asam urat pada orang tua berhubungan dengan adanya gangguan pada fungsi

kognitif (Supariasa 2002).

Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan

hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk nukleoprotein). Penyebab radang sendi

akibat peningkatan kadar asam urat darah disebut gastritis gout atau atritis pirai

(Sandjaja, 2007).

Gout adalah penyakit yang terjadi akibat penumpukan asam urat di dalam

tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangannya

melalui ginjal yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin.

Gout terjadi ketika cairan tubuh sangat jenuh akan asam urat karena kadarnya

yang tinggi (hiperurisemia). Kondisi yang terkait dengan hiperurisemia adalah diet

kaya purin, obesitas, serta sering minum alkohol (Sandjaja, 2007).

Allopurinol merupakan obat yang paling banyak digunakan untuk produksi

asam urat yang berlebih, pasien yang tidak mempunyai respon terhadap obat

Page 35: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

urikosurik dan pasien gout disertai batu ginjal (Sandjaja, 2007).

Gout ditandai dengan serangan berulang dari arthritis (peradangan sendi)

yang akut, kadang-kadang disertai dengan pembentukan kristal sodium urat yang

besar (yang dinamakan tophus), deformitas (kerusakan) sendi secara kronik, dan

adanya cedera pada ginjal.Gout secara tradisional dibagi menjadi bentuk primer

(90 persen) dan sekunder (10 persen). Gout primer adalah kasus gout di mana

penyebabnya tidak diketahui atau akibat kelainan proses metabolisme dalam tubuh.

Gout sekunder adalah kasus di mana penyebabnya dapat diketahui. Sekitar 90%

pasien gout primer adalah laki-laki yang umumnya berusia lebih dari 30 tahun,

sementara gout pada wanita umumnya terjadi setelah menopause. Diperkirakan

bahwa gout terjadi pada 840 orang setiap 100.000 orang. Gout sangat terkait

dengan obesitas, hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes mellitus (Soekirman,

2005).

Penyakit radang sendi akibat peningkatan kadar asam urat darah disebut

dengan artritis gout atau artritis pirai. Artritis gout yang akut disebabkan oleh

reaksi radang jaringan terhadap pembentukan kristal urat. Pada sebagian besar

kasus gout riwayat penyakit dan gambaran klinis bersifat khusus, sehingga kadang-

kadang diagnosis dapat langsung ditegakkan. Asam urat atau gout artritis lebih

sering menyerang laki-laki terutama yang berumur di atas usia 30 tahun, karena

umumnya laki-laki sudah mempunyai kadar asam urat yang tinggi dalam darahnya.

Sedangkan kadar asam urat pada wanita umumnya rendah dan baru meningkat

setelah menopause. Penyebab gout adalah peningkatan kadar asam urat dalam

darah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah

(Soekirman, 2005):

1. Adanya produksi asam urat berlebihan karena meningkatnya pembentukan zat

purin dalam tubuh. Peningkatan tersebut berasal dari asupan makanan yang

mengandung purin tinggi.

2. Gangguan pada ginjal. Produk buangan termasuk asam urat dan garam-garam

anorganik dibuang melalui saluran ginjal, kandung kemih dan saluran kemih

dalam bentuk urin. Kegagalan ginjal dalam proses pembuangan asam urat

dalam jumlah yang cukup banyak dapat meningkatkan kadar asam urat dalam

darah. Hal tersebut juga dapat menimbulkan komplikasi lain yaitu pengendapan

Page 36: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

asam urat dalam ginjal yang akhirnya terjadi pembentukan batu ginjal dari

kristal asam urat.

Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit

sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker, vitamin B12).

Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar

trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik

biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak)

yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat

juga ikut meninggi. Penderita asam urat setelah menjalani pengobatan yang tepat

dapat diobati sehingga kadar asam urat dalam tubuhnya kembali normal. Tapi

karena dalam tubuhnya ada potensi penumpukan asam urat, maka disarankan agar

mengontrol makanan yang dikonsumsi sehingga dapat menghindari makanan yang

banyak mengandung purin (Soekirman, 2005).

Daun dewa merupakan tanaman yang mudah diperoleh, dapat tumbuh di

segala musim, dan mempunyai banyak khasiat. Tanaman ini berkhasiat sebagai

antiradang, lever, analgetik, pembersih darah, antikoagulan, penghilang nyeri di

persendian akibat rematik, pengobatan luka terpukul, tidak datang haid,

bengkak payudara, kejang pada anak, masuk angin, digigit binatang berbisa, asam

urat, kutil, tumor, kanker, mencegah serangan jantung, stroke dan jerawat.

Kandungan kimia daun dewa adalah saponin, flavonoid, dan minyak atsiri.

Flavonoid yang bersifat antioksidan dapat menghambat kerja enzim xantin

oksidase sehingga pembentukan asam urat terhambat (Fitria, 2008).

Pada penelitian Silaban (2005) menunjukkan bahwa ekstrak etanol 95%

daun dewa dengan metode soxhletasi dapat menurunkan kadar asam urat ayam

jantan leghorn yang diinduksi jus hati. Penelitian ini menggunakan metode

maserasi yang lebih sederhana, waktu yang singkat, tanpa pemanasan,

menggunakan hewan uji mencit yang lebih mudah penanganannya, sert etanol

70% yang efektif menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal (Fitria, 2008).

Page 37: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Alat Pemeriksaan Biokimia Darah

Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah centifuge

tabung reaksi, rak tabung, pipet 0,50 ml, 0.1 ml, makro pipet/dispenser 1.0 ml,

mikropipet 10µl, 20 μl, 50 µl, 100 µl, 200 µl penangas 30-37 oC, photometer

analyzer dengan panjang gelombang, 340, 334, 365, 492-546, 530-570, 570-620

nm.

III.2 Bahan Pemeriksaan Biokimia Darah

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah serum darah,

serum jernih, NAF atau serum/plasma EDTA, heparin dan Urine 24 jam

(diencerkan 10x) serta masing-masing reagen pada tiap pemeriksaan.

Reagen Kolesterol:

Cat. No Enzim Pelarut Standard

014-0243 A 6x50 ml 1x300 ml 1x5 mL

014-0248 B 3x50 ml 1x150 ml 1x5 mL

Reagen HDL:

Cat. No Reag. Prepitasi Pelarut CholesterolS1

028-0249 A 4 botol 4 x 10 mL Cat No. 014-1248 A

Page 38: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

028-0249 B 1 botol 1 x 10 mL Cat No. 014-1248 B

.

Reagen Albumin:

Cat.No Reagensi warna Standard

007-0946 3 x 100 ml 1 x 2 ml

Reagen Glukosa:

Cat. No Enzime Pelarut Standard TCA 8% (*)

013-0248 A 5 x 200

mL5 x 200 mL lx 5 mL 006-0746 A

013-0248 B 3 x 100

mL3 x 100 mL 1 x 5 mL 06-746

Reagen SGOT:

Cat.no Substrate Pelarut

070-0950 4 botol x 50 ml 1 botol x 200 ml

070-0950 4 botol x 20 ml 1 botol x 80 ml

Reagen SGPT

Cat.no Substrate Pelarut

070-0950-A 4 botol x 50 ml 1 botol x 200 ml

070-0950-B 4 botol x 20 ml 1 botol x 80 ml

Reagen Protein Total:

Cat.No Reagensia Warna Standar (8 g/dl)

008-1046 3 x 100 ml 1 x 2 ml

Reagen Asam Urat:

Cat. No Enzime Pelarut Standard

023-0248 4 x 20 mL 1 x 80 mL lx 3 mL

Page 39: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

023-0248 3 x 50 mL 1 x 150 mL 1 x 5 mL

III.3 Prosedur Kerja

A. Pemeriksaan Kolesterol

1. Diambil 3 buah tabung reaksi dan diberi tanda :

Tabung I untuk blank

Tabung II untuk standard

Tabung III untuk test

2. Diambil standar kolesterol dengan menggunakan mikro pipet 10 μl,

masukkan dalam tabung II. Ganti pipet.

3. Diambil serum/plasma 10 μl dengan menggunakan pipet 10 μl, secara

perlahan-lahan agar darah yang menggumpal dibawahnya tidak ikut

terambil, kemudian masukkan dalam tabung III.

4. Tabung I tidak diisi apa-apa hanya berisi larutan kerja.

5. Diambil larutan kerja kolesterol 500 μl dengan menggunakan Pipet 1000 μl

dan diisi dalam Tabung I. Ganti pipet.

6. Diambil larutan kerja kolesterol 500 μl dengan menggunakan Pipet 1000 μl

dan diisi dalam Tabung II.

7. Diambil larutan kerja kolesterol 500 μl dengan menggunakan Pipet 1000 μl

dan diisi dalam Tabung III. Ganti pipet.

8. Campur sampai merata biarkan pada suhu kamar selama 20 menit atau pada

suhu 37oC selama 10 menit

9. Baca absorbance test dan standard terhadap blank pada gelombang 492-546

nm dengan menggunakan photometer analyzer.

B. Pemeriksaan Hight Density Lipoprotein (HDL)

1. Diambil 4 buah tabung reaksi dan diberi tanda :

Tabung I untuk blank

Tabung II untuk standard

Tabung III untuk total Cho

Tabung IV untuk HDL Cho

Page 40: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

2. Diambil standar HDL dengan menggunakan mikro pipet 10 μl, masukkan

dalam tabung I. Ganti pipet.

3. Diambil serum 10 μl dengan menggunakan pipet 10 μl, kemudian masukkan

dalam tabung II dan III.

4. Diambil supernatan 50 μl dengan menggunakan mikropipet 50 μl kemudian

masukkan pada tabung IV.

5. Masukkan masing-masing 1000 μl reagensia warna dengan menggunakan

Pipet 1 ml dan kemudian masukkan kedalam Tabung I, II, III, dan IV.

6. Dicampur sampai merata biarkan pada suhu kamar selama 20 menit atau

pada suhu 37oC selama 10 menit.

7. DiBaca absorbance test dan standar terhadap blank pada gelombang 429-546

nm dengan menggunakan photometer analyzer.

C. Pemeriksaan Albumin

1. Diambil 3 buah tabung reaksi dan diberi tanda :

Tabung I untuk blank

Tabung II untuk standard

Tabung III untuk test

2. Diambil standar albumin dengan menggunakan mikro pipet 10 μl, masukkan

dalam tabung II. Ganti pipet.

3. Diambil serum/plasma 10 μl dengan menggunakan pipet 10 μl, secara

perlahan-lahan agar darah yang menggumpal dibawahnya tidak ikut

terambil, kemudian masukkan dalam tabung III.

8. Tabung I di isi dengan aquades 10 μl

9. Diambil reagensia warna 1 ml dengan menggunakan Pipet 2 ml dan diisi

dalam Tabung I. Ganti pipet.

10. Diambil reagensia warna 1 ml dengan menggunakan Pipet 2 ml dan diisi

dalam Tabung II.

11. Diambil reagensia warna 1 ml dengan menggunakan Pipet 2 ml dan diisi

dalam Tabung III. Ganti pipet.

12. Dicampur sampai merata biarkan pada suhu kamar selama 20 menit atau

pada suhu 37oC selama 10 menit.

Page 41: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

13. Dibaca absorban test dan standar terhadap blank pada gelombang 570-620

nm dengan menggunakan photometer analyzer.

D. Pemeriksaan Glukosa

1. Diambil 3 buah tabung reaksi dan diberi tanda :

Tabung I untuk blank

Tabung II untuk standard

Tabung III untuk test

2. Diambil standar glukosa dengan menggunakan mikro pipet 5 μl, masukkan

dalam tabung II. Ganti pipet.

3. Diambil serum/plasma 5 μl dengan menggunakan pipet, secara perlahan-

lahan agar darah yang menggumpal dibawahnya tidak ikut terambil,

kemudian masukkan dalam tabung III.

4. Diambil aquadest 5 μl menggunakan pipet 10 µl dan dimasukkan kedalam

tabung I

5. Diambil reagensia warna 500 μl dengan menggunakan Pipet 1 ml dan diisi

dalam Tabung I. Ganti pipet.

6. Diambil reagensia warna 500 μl dengan menggunakan Pipet 1 ml dan diisi

dalam Tabung II.

7. Diambil reagensia warna 500 μl dengan menggunakan Pipet 1 ml dan diisi

dalam Tabung III. Ganti pipet.

8. Campur sampai merata kemudian biarkan pada suhu kamar selama 20 menit

atau pada suhu 37oC selama 10 menit.

9. Baca absorbance test dan standar terhadap blank pada gelombang 492-546

nm dengan menggunakan photometer analyzer.

E. Pemeriksaan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT)

Adapun prosedur kerja dari percobaan ini adalah:

1. Diambil 1 buah tabung reaksi.:

2. Diambil serum/plasma 100 μl dengan menggunakan pipet 100 μl, secara

perlahan-lahan agar darah yang menggumpal dibawahnya tidak ikut terambil,

kemudian masukkan dalam tabung.

Page 42: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

3. Diambil larutan pereaksi sebanyak 1000 μl dengan menggunakan Pipet 1000

ml dan tambahkan kedalam tabung yang sudah diisi serum tadi.

4. Dicampurkan dengan baik, setelah 1 menit ukurlah kenaikan absorbance setiap

menit selama 3 menit di dalam photometer analyzer dan hitunglah nilai rata-

rata permenit.

F. Pemeriksaan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT)

Adapun prosedur kerja dari percobaan ini adalah:

1. Diambil 1 buah tabung reaksi.:

2. Diambil serum/plasma 50 μl dengan menggunakan pipet 100 μl, secara

perlahan-lahan agar darah yang menggumpal dibawahnya tidak ikut terambil,

kemudian masukkan dalam tabung.

3. Dimbil larutan pereaksi sebanyak 500 μl dengan menggunakan Pipet 1 ml dan

tambahkan kedalam tabung yang sudah diisi serum tadi.

4. Dicampurkan dengan baik, setelah 1 menit ukurlah kenaikan absorbance setiap

menit selama 3 menit di dalam photometer analyzer dan hitunglah nilai rata-

rata permenit.

G. Pemeriksaan Protein Total

1. Diambil 3 buah tabung reaksi dan diberi tanda :

Tabung I untuk blank

Tabung II untuk standard

Tabung III untuk test

2. Diambil 10 µl standar protein dengan menggunakan mikro pipet 20 μl,

masukkan dalam tabung II. Ganti pipet.

3. Diambil serum jernih 10 μl dengan menggunakan mikro pipet 20 μl, secara

perlahan-lahan agar darah yang menggumpal dibawahnya tidak ikut terambil,

kemudian masukkan dalam tabung III.

4. Diambil aquadest 10 μl menggunakan pipet 20 µl dan dimasukkan kedalam

tabung I

Page 43: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

5. Diambil reagensia warna 500 μl dengan menggunakan Pipet 1 ml dan diisi

dalam Tabung I. Ganti pipet.

6. Diambil reagensia warna 500 μl dengan menggunakan Pipet 1 ml dan diisi

dalam Tabung II.

7. Diambil reagensia warna 500 μl dengan menggunakan Pipet 1 ml dan diisi

dalam Tabung III. Ganti pipet.

8. Dibiarkan pada suhu kamar selama 30 menit atau pada suhu 37oC selama 10

menit.

9. Dibaca absorbance test dan standar terhadap blank pada pada panjang

gelombang 550 nm (530-570).

H. Pemeriksaan Asam Urat

1. Diambil 3 buah tabung reaksi dan diberi tanda :

Tabung I untuk blank

Tabung II untuk standard

Tabung III untuk test

2. Diambil 10 μl standar asam urat dengan menggunakan mikro pipet 20 μl,

masukkan dalam tabung II. Ganti pipet.

3. Diambil serum/plasma 10 μl dengan menggunakan pipet 20 μl, secara perlahan-

lahan agar darah yang menggumpal dibawahnya tidak ikut terambil, kemudian

masukkan dalam tabung III.

4. Diambil reagensia asam urat 500 μl dengan menggunakan Pipet 1 ml dan diisi

dalam Tabung I. Ganti pipet.

5. Diambil reagensia asam urat 500 μl dengan menggunakan Pipet 1 ml dan diisi

dalam Tabung II

6. Diambil reagensia asam urat 500 μl dengan menggunakan Pipet 1 ml dan diisi

dalam Tabung III. Ganti pipet.

7. Campur sampai rata biarkan pada suhu kamar selama 20 menit atau pada suhu

37oC selama 10 menit.

8. Baca absorbance test dan standar terhadap blank pada gelombang 520-546 nm

dengan menggunakan photometer analyzer.

Page 44: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.I Hasil

A. Kolesterol

Nama Kada Kolesterol Standar

Munzia 307, 55 mg/dl 140-250 mg/dl

B. Pemeriksaan HDL

Nama Kadar HDL Nilai Normal

Pria Wanita

Munzia 27,8 mg/dl >39 mg/dl >49 mg/dl

C. Pemeriksaan Albumin

Nama Kadar Albumin Nilai Normal

Pria wanita

Munzia 8,5 mg/dl 3,5 – 4,8 mg/dl 3,3 – 4, 5 mg/dl

D. Pemeriksaan Glukosa

Nama Kadar Glokosa

Nilai Glukosa Normal

Glukosa

puasa

Glukosa 2

jam PP

Glukosa

sewaktu

Page 45: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

Munzia 238,68 mg/dl70-110 mg/dl < 140

mg/dl

< 180 mg/dl

E. Pemeriksaan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT)

Nama Kadar SOGTNilai SGOT Normal

Pria Wanita

Munzia 17 u/l6-25 u/l (30oC)

8-37 m u/l (37oC)

6-21 u/l (30oC)

8-31 u/l (37oC)

F. Pemerikasaan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT)

Nama Kadar SPGTNilai SGPT Normal

Pria Wanita

Munzia 20 u/l 4-30 u/l (30oC)

6-40 u/l (37oC)

4-20 u/l (30oC)

6-31 u/l (37oC)

G. Pemeriksaan Protein Total

Nama Kadar Protein TotalNilai Protein Total

Normal

Munzia 8,35 mg/dl 6-8,3 g/dl

H. Pmeriksaan Asam Urat

NamaKadar Asam

Urat

Nilai Asam Urat Normal

Pria Wanita

Munzia 4,76 mg/dl 3,5 – 7,2 mg/dl 2,5 – 6,2 mg/dl

IV.2 Pembahasan

A. Kolesterol

Page 46: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

Bagi mereka yang ingin mengetahui kadar kolesterol dalam tubuhnya

maka mereka dapat melakukan tes pemeriksaan kadar kolesterol darah.

Pemeriksaan ini akan menghasilkan data perkiraan kadar kolesterol yang

beredar dalam sirkulasi darah. Selain untuk mengobati keingintahuan, tes ini

rutin dilakukan seorang dokter guna memantau pengobatan kolesterol pasien.

Kolesterol merupakan bahan yang tidak seharusnya beredar dalam sirkulasi

darah. Kolesterol masuk ke dalam tubuh sebagian besar melalui makanan yang

kita makan. Kolesterol banyak ditemukan dalam daging, telur, dan makanan

berlemak lainnya. Jika anda mengkonsumsi makanan ini secara berlebihan

maka kadar kolesterol dalam darah juga akan meningkat secara drastis.

Disinilah peranan pengaturan gaya hidup guna menekan konsumsi makanan

yang banyak mengandung kolesterol.

Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan diperoleh kadar kolesterol

307, 55 mg/dl. Jika dibandingkan dengan standarnya 140-250 mg/dl maka

subjek memiliki kolesterol yang tinggi. Hal ini, disebabkan karena gaya hidup

dan pola makan yang buruk. Untuk menurunkan kadar kolesterol yang

pertama harus melakukan diet rendah lemak dan kolesterol, misalnya dengan

mengkonsumsi susu tanpa lemak dan mengurangi konsumsi daging. Pilihlah

makanan dengan kandungan lemak tak jenuh daripada kandungan lemak

jenuh. Minyak yang digunakan untuk menggoreng secara berulang-ulang

dapat meningkatkan kadar kolesterol, maka ada baiknya Anda mengurangi

konsumsi makanan yang digoreng. Konsumsi makanan berserat , konsumsi

antioksidan dan berolahraga.

Jika kadar kolesterol di dalam darah melebihi dari nilai normal, maka

risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke akan lebih besar.

Kelebihan kolesterol dapat menyebabkan mengendapnya kolesterol pada

dinding pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan

pembuluh darah yang dikenal sebagai aterosklerosis (proses pembentukan plak

pada pembuluh darah). Jika penyempitan dan pengerasan ini cukup berat,

sehingga menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak memadai, maka

timbul sakit atau nyeri dada yang disebut sebagai angina. Dan bila berlanjut

Page 47: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

akan menyebabkan matinya jaringan otot jantung yang disebut infark miokard.

Jika infark miokard meluas, maka akan timbullah gagal jantung.

B. Pemeriksaan HDL

HDL merupakan senyawa lipoprotein yang berat jenisnya tinggi.

Membawa lemak total rendah, protein tinggi, dan dibuat dari lemak

endogenus di hati. Oleh karena kandungan kolesterol yang lebih rendah

dari LDL dan fungsinya sebagai pembuangan kolesterol maka HDL ini

sering disebut kolesterol baik. Kalau kadar HDL dalam darah cukup tinggi,

terjadinya proses pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah pun

dapat dicegah. Kolesterol yang diangkut ke hati terutama berupa

kolesterol yang akan dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan

empedu dan hormon. Tapi, pada pemeriksaan ini, subjek memiliki kadat HDL

27,8 mg/dl, jika dibandingkan dengan nilai normal untuk cewek yaitu > 46

mg/dl, berarti kadar HDLnya rendah. Jika kadar HDL rendah maka akan

memacu resiko jantung. Cara untuk menaikkan kadar HDL yaitu selalu

mengkonsumsi makanan kaya serat, memilih susu susu rendah lemak,

meningkatkan aktifitas fisik, memilih lemak yang baik dan mempertahankan

BB ideal, dan memilih ikan daripada daging.

C. Pmeriksaan Albumin

Albumin adalah protein yang ada dalah darah yang diperlukan oleh tubuh

untuk memelihara dan memperbaiki jaringan. Selama proses dialisis, albumin

dalam darah membantu pembuangan cairan dengan cara menarik cairan yang

berlebih dalam jaringan kembali ke dalam darah untuk kemudian disaring oleh

ginjal buatan. Semakin tinggi kadar albumin semakin bagus. Berdasrkan

pemeriksaan yang dilakukan diperoleh nilai kadar kolesterol 8,5 mm/hg. Jika

dibandingkan dengan nilai normalnya yaitu 3,3 – 4, 5 mg/dl bagi wanita,maka

tergolong tinggi. Naiknya konsentrasi albumin hanya dialami pada keadaan

dehidrasi yaitu untuk mereduksi kadar cairan plasma, sebagai akibat dari statis

vena selama veni pungtur. hal ini berindikasi pada kesehatan subjek yang

diperiksa. Namun yang sering terjadi adalah hipoalbumin, bukan

Page 48: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

hiperalbumin. Hipoalbumin dapat menjadi petunjuk bagi beberapa penyakit,

seperti sindroma nefrotik ataupun sirosis hati. Namun untuk hiperalbumin,

belum diketahui dampaknya.

D. Pemeriksaan Glukosa

Glukosa adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai

sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil

utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut

juga dekstrosa, terutama pada industri pangan. Berdasarkan pemeriksaan yang

dilakukan diperoleh kadar glukosa 238,68 mm/hg. Jika dibandingkan dengan

nilai normal bagi wanita yaitu < 180 mg/dl maka tergolong tinggi. Hal ini

disebabkan, pada saat pemeriksaan pasien diukur setelah makan atau minum,

pada saat itu terjadi peningkatan kadar gula darah yang merangsang pankreas

menghasilkan insulin untuk mencegah kenaikan kadar gula darah lebih lanjut.

Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi

atau disimpan sebagai cadangan energi. Adanya kelainan sekresi insulin, kerja

insulin, atau kombinasi keduanya, akan berpengaruh terhadap konsentrasi

glukosa dalam darah.

Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) terjadi jika insulin yang

beredar tidak mencukupi atau tidak dapat berfungsi dengan baik; keadaan ini

disebut diabetes mellitus. Apabila kadar glukosa plasma atau serum sewaktu

(kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan terakhir) sebesar ≥ 200 mg/dl,

kadar glukosa plasma/serum puasa yang mencapai > 126 mg/dl, dan glukosa

plasma/serum 2 jam setelah makan (post prandial) ≥ 200 mg/dl biasanya

menjadi indikasi terjadinya diabetes mellitus.

E. Pemeriksaan SGOT

SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat aminotransferase) merupakan

enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi

sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan pankreas. Konsentrasi rendah

dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam

jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi.

Page 49: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

Pada pemeriksaan diperoleh kadar SOGT 17 u/l dalam keadaan normal

karena berada diantara 6-21 u/l. Tingkat darah SGOT ini adalah demikian

tinggi dengan kerusakan hati (misalnya,dari hepatitis virus ) atau dengan

penghinaan terhadap jantung (misalnya, dari serangan jantung).Beberapa obat

juga dapat meningkatkan kadar SGOT. SGOT juga disebut

aspartateaminotransferase (AST). Menjaga Tapi pada paisen yang diperiksa

tidak mengalami resiko dengan kerusakan hati. Untuk mempertahankan

keadaan ini pasien harus mengatur pola dietnya.

F. Pemeriksaan SGPT

SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamic Piruvic Transaminase,

SGPTatau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim

yang banyak ditemukanpada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi

hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlahyang kecil dijumpai pada otot jantung,

ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada

SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkanpada proses kronis

didapat sebaliknya. Pada pemeriksaan diperoleh kadar SPGT 20 u/l, tergolong

normal karena berada diantara 4-20 u/l (30oC)

Peningkatan nilai SGPT menunjukkan adanya kerusakan pada hati,

Kerusakan yang biasanya terjadi pada hati adalah Hepatitis dan Sirosis hati. Diet

untuk kedua penyakit ini adalah diet hati, tetapi untuk diet hati karena hepatitis

yang tidak terlalu berat tidak dibatasi secara spesifik makanan yang harus

dikonsumsi atau makan seperti biasa, tetapi pembatasan lemak harus tetap

diperhatikan. Untuk hepatitis akut dan serosis hapatis perlu penanganan serius

terutama diet. Pembatasan makanan harus betul-betul diperhatikan, terutama

bahan makanan dari sumber lemak, yaitu semua makanan dan daging yang

banyak mengandung lemak dan santan serta bahan makanan yang banyak

menimbulkan gas seperti ubi, kol, kacang merah, sawi, lobak, ketimun, durian

dan nangka.

G. Pemeriksaan Protein Total

Page 50: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan diperoleh kadar protein total

8,35 mg/dl. Jika dibandingkan dengan nilai normalnya yaitu 6-8,3 g/dl maka

tergolong tinggi, namun masih termasuk tingkat ringan. Hal ini mengakibatkan

dehidrasi (hemokonsentrasi), muntah, diare, mieloma multipel, sindrom gawat

pernapasan, dan sarkoidosis. Oleh sebab itu, kadar protein totalnya harus

diturunkan dengan cara mengurangi sumber protein dari makanan.

H. Pemeriksaan Asam Urat

Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan

hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk nukleoprotein). Penyebab radang

sendi akibat peningkatan kadar asam urat darah disebut gastritis gout atau

atritis pirai. Pada pemeriksaan, diperoleh kadar asam urat yaitu 4,76 mg/dl,

yang berarti normal. Untuk mempertahankan kondisi ini, pasien harus

membatasu purin, kalori sesuai kebutuhan, tinggi karbohidrat dan rendah

protein.

Pada penderita asam urat pengaturan dietnya sebagai berikut: selain

jeroan, makanan kaya protein dan lemak merupakan sumber purin. Padahal

walau tinggi kolesterol dan purin, makanan tersebut sangat berguna bagi tubuh,

terutama bagi anak-anak pada usia pertumbuhan. Kolesterol penting bagi

prekusor vitamin D, bahan pembentuk otak, jaringan saraf, hormon steroid,

garam-garaman empedu dan membran sel.

Page 51: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

BAB V

PENUTUP

V.I Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada percobaan ini yaitu :

1. Pemeriksaan kolesterol pada responden diperoleh 307,55 mg/dl. Kadar

kolestrolnya tinggi dibanding nilai normal.

2. Pemeriksaan HDL pada responden diperoleh 27,8 mg/dl. Kadar HDL rendah

dibanding nilai normal.

3. Pemeriksaan albumin pada responden diperoleh 8,5 g/dl. Kadar Albumin tinggi

dibanding nilai normal.

4. Pemeriksaan glukosa pada responden diperoleh 238,68 mg/dl. Kadar glukosa

tinggi.

5. Pemeriksaan SGOT pada responden diperoleh 17 mg/dl. Kadar SGOT normal.

6. Pemeriksaan kolesterol pada responden diperoleh 307,55 mg/dl. Kadar SPGT

tinggi.

7. Pemeriksaan protein total pada responden diperoleh 8,3 mg/dl. Kadar protein

total tinggi.

8. Pemeriksaan Asam urat pada responden diperoleh 4,76 mg/dl. Kadar asam

urat normal.

Page 52: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

V.2 Saran

1. Sebaiknya peralatan lebih diperbanyak lagi karena dibandingkan dengan

jumlah praktikum, alat yang disediakan sangat minim.

2. Sebaiknya asisten lebih menjelaskan secara rinci tentang mekanisme

pengukuran antropometri agar praktikan tidak kewalahan dalam melakukan

pengukuran.

3. Dosen Penilaian Status Gizi sudah bagus tapi kiranya kehadiran dalam

mengajar lebih ditingkatkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Barasi, Mary E. 2007. At A Glance Imu Gizi. Jakarta: Erlangga

Corwin, E. J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Fajar, Ibnu, dkk.2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Fitria, Adinda Titis. 2008. Efek Ekstrak Etanol Daun Dewa (Gynura Pseudochina) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Mencit Putih Jantan Galur balb-C Hiperuresemia. Kesehatan Masyarakat. XI: 23-25.

Frances K, dkk. 1992. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC.

Gibson, Rosalind S. 2005. Principles Nutritional Assesment. Oxford: University Press

Hadju, Veni. 2005. Diktat Ilmu Gizi Dasar. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Hartono, Andry. 2007. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC

Murray, K Robert, dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 53: Laporan Biookimia Darah (Repaired)

Nuraini, Heny.2007. Memilih dan Membuat jajanan Anak yang sehat dan Halal. Jakarta: Qultum Media.

Poedjiadi, dkk. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia.

Sandjaja, dkk. 2010. Kamus Gizi. Jakarta: Kompas

Schlenker, E dan D. Long S. 2007. Essentials Of Nutrition & Diet Therapy. Canada: Mosby Elsevier.

Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2006. Ilmu gizi jilid 1. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Soekirman. 2005. Kecenderungan Masalah dan Program Gizi dalam PJP. Semarang: Kongres Nasional Persagi IX dan KPIG.

Silman, Erwin. 2009. Diagnosa Laboratorium Kelainan Lemak Darah. Jakarta:

Bagian patologi klinik fakultas kedokteran universitas indonesia/RSCM.

Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Syafiq, Ahmad. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: FKM UI

Tirtawinata, Tien Ch. 2006. Makanan dalam perspektif Al-Quran dan Ilmu Gizi. Jakarta: FK UI.