LAPORAN Biokimia Total Protein

28
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEDOKTERAN BLOK DIGESTIVE PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN (Metode Biuret) Disusun oleh : KELOMPOK 1 : Dera Fakhrunnisa G1A009020 Ayu Astrini N.P.S G1A009037 Purindri Maharani G1A009050 Noviana G1A009083 Maulana Rizqi Y G1A009089 Pramasanti Hera K G1A009102 Nurtika G1A009105 Aris Wibowo G1A009108 Hafidh Riza P G1A009127 Anggia Puspitasari G1A008058 Affan Sodiq G1A007033 Asisten : Yuditya Dwi Cahya L KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

description

biokimia

Transcript of LAPORAN Biokimia Total Protein

Page 1: LAPORAN Biokimia Total Protein

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEDOKTERAN BLOK DIGESTIVE

PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN(Metode Biuret)

Disusun oleh :

KELOMPOK 1 :

Dera Fakhrunnisa G1A009020

Ayu Astrini N.P.S G1A009037

Purindri Maharani G1A009050

Noviana G1A009083

Maulana Rizqi Y G1A009089

Pramasanti Hera K G1A009102

Nurtika G1A009105

Aris Wibowo G1A009108

Hafidh Riza P G1A009127

Anggia Puspitasari G1A008058

Affan Sodiq G1A007033

Asisten : Yuditya Dwi Cahya L

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2011

Page 2: LAPORAN Biokimia Total Protein

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN

Oleh :

Kelompok I :

Dera Fakhrunnisa G1A009020

Ayu Astrini N.P.S G1A009037

Purindri Maharani G1A009050

Noviana G1A009083

Maulana Rizqi Y G1A009089

Pramasanti Hera K G1A009102

Nurtika G1A009105

Aris Wibowo G1A009108

Hafidh Riza P G1A009127

Anggia Puspitasari G1A008058

Affan Sodiq G1A007033

Disusun untuk memenuhi tugas

Praktikum Biokimia Blok Digestive

Jurusan Kedokteran

Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto

Diterima dan disahkan

Purwokerto, Juni 2011

Asisten,

Yuditya Dwi Cahya LNIM. G1A008024

Page 3: LAPORAN Biokimia Total Protein

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum

Pemeriksaan Total Protein (Metode Biuret)

B. Tanggal Praktikum

Jum’at, 24 Juni 2011

C. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan total protein dalam darah dengan

metode biuret.

2. Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan total protein pada saat

praktikum setelah membandingkannya dengan nilai normal.

3. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi/penyakit apa saja yang berkaitan dengan

kadar total protein abnormal dalam darah.

Page 4: LAPORAN Biokimia Total Protein

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Struktur Protein

Protein merupakan polimer L-α-amino. Suatu asam amino

adalah senyawa yang mengandung gugus amino dan gugus

karboksil. Pada asam amino α-amino, kedua gugus ini terikat pada

atom karbon yang sama, yang dinamakan sebagai karbon-α.

karbon-α setiap asam amino juga berikatan dengan atom H dan

berbagai pengganti, dinamakan gugus R atau rantai samping

(Murray, 2003).

Terdapat 20 asam amino yang lazim didapat dan

membentuk protein. Sembilan belas asam amino hanya berbeda

pada rantai samping R atau karboksil yang terikat pada karbon-α.

Yang kedua puluh, yaitu prolin berbeda pada rantai sampingnya

yang merupakan struktur cincin yang mengandung nitrogen amino.

Berikut ini adalah 20 asam amino yang membentuk protein

(Murray, 2003).

Page 5: LAPORAN Biokimia Total Protein

Gambar 1. Tabel asam amino (sumber: biokimia harper,

Murray, 2003)

Page 6: LAPORAN Biokimia Total Protein

Ikatan peptide merupakan polimer tak bercabang. Selama

polimerisasi gugus α- bereaksi dengan α- karboksil dari asam

amino lainnya membentuk ikatan amida yang dikenal sebagai

ikatan peptide. Karena alasan ini protein juga dinamakan

polipeptida (Murray, 2003).

Rantai polipeptida dapat dianggap memiliki 2 komponen,

yaitu rangka monoton berulang, dimana karbon-α dan ikatan

peptide saling bergantian; dan berbagai rantai samping yang

berupa asam amino yang terikat pada karbon-α. Semua gugus α-

amino, kecuali α-amino yang terdapat pada asam amino pertama

dan semua gugus α-karboksil, kecuali yang terletak pada asam

amino terakhir berperanan dalam ikatan peptide. Jadi setiap rantai

protein hanya mempunyai satu gugus α-amino bebas dan satu

gugus α-karboksil bebas, masing-masing pada N dan C terminal

(Murray, 2003).

Meskipun adanya pembatasan rotasi yang ditimbulkan oleh

polaritas ikatan peptide, rantai polipeptida mempunyai fleksibelitas

yang besar. Karena karbon-α dari setiap residu asam amino yang

berdekatan dihubungkan ke atom yang berdekatan dalam rantai

oleh ikatan tunggal. Rantai bebas memutar sekitar dua pertiga

ikatan yang membentuk tulang punggungnya. Karena konformasi

bebas ini rantai polipeptida mampu melipat menjadi berbagai

bentuk. Dalam lingkungan alamiahnya, setiap protein cenderung

hanya mengambil satu konformasi, dan dinamakan konformasi asli.

Bentuk lipatan protein ditentukan oleh pembatasan dan tarik

Page 7: LAPORAN Biokimia Total Protein

menarik. Rigiditas ikatan peptide dan rintangan antara rantai

smaping mencegah rantai polipeptida mengambil bentuk

konformasi tertentu. Konformasi yang diambil adalah bentuk

dimana jumlah ikatan nonkovalen maksimal yang dibentuk oleh

protein dan pelarut dimana protein ditemukan (Murray, 2003).

Terdapat 4 tingkat struktur protein, yaitu primer, sekunder,

tersier, dan kuartener. Struktur primer protein adalah urutan linear

asam amino dan terminal N sampai terminal C. struktur primer

protein menentukan identitas. Tubuh manusia mengandung

beribu-ribu spesies protein, seperti hemoglobin, pembawa oksigen

dalam darah, dan tripsin, suatu ezim pencernaan yang dihasilkan

oleh pancreas. Masing-masing spesies protein berbeda berbeda

dari protein lainnya dalam struktur primernya. Sebaliknya semua

molekul spesies protein tertentu mempunyai struktur primerb yang

sama. Struktur primer juga menentukan pelipatan polipeptida. Jadi

struktur primer menentukan struktur sekunder, tersier, dan

kuartener protein (Murray, 2003).

Struktur sekunder terdiri atas gambaran lipatan lokal dalam

suatu bagian rantai polipeptida. Struktur sekunder terutama

distabilkan oleh ikatan H yang terdapat antara gugus NH dan CO

dari rantai peptide. Suatu polipeptida cenderung membentuk

struktur sekunder karena regularitas rangka rantai dan karena

struktur sekunder membuat maksimal jumlah ikatan H yang dapat

dibentuk. Pada protein tertentu, lebih dari 60 % residu asam amino

berperanan dalam 2 jenis struktur sekunder, heliks, pleated sheets,

Page 8: LAPORAN Biokimia Total Protein

dan reverse turn. Struktur tersier adalah pelipatan secara

keseluruhan suatu rantai polipeptida. Sedangkan struktur

kuartener adalah susunan polipeptida bersama-sama dalam

kompleks ranai multiple (Murray, 2003).

B. Pembentukan Protein

Sebagian besar protein plasma darah kecuali faktor Von Willebrand dan

immunoglobulin di metabolisme di hati. Selain membentuk protein dari asam-asam

amino yang tersedia, hepatosit mengatur perubahan asam amino, menguraikan

protein endogen dan eksogen dan mengubah metabolit-metabolit protein yang sudah

‘aus’ seperti ammonia menjadi urea yang diekskresikan (Sacher, 2004).

Asam-asam amino diperlukan untuk membentuk protein. Sebagian harus

dipasok dari makanan (asam amino essensial) karena tidak dapat dibentuk ditubuh.

Sisanya adalah asam amino non essensial yang berasal dari makanan. Asam amino

yang berasal dari pencernaan protein makanan dan glukosa yang berasal dari

pencernaan karbohidrat diserap melalui vena porta hepatica. Hati memiliki peran

mengatur konsentrasi berbagai metabolit larut air dalam darah (Murray,2009).

Kadar asam amino didalam darah merupakan hasil langsung dari masukan

diet, katabolisme protein jaringan dan sintesis asam amino. Ada 2 sumber energy

utama katabolisme asam amino, yaitu deaminasi oksidatif dan transaminasi

(Sabiston,1994).

Pencernaan protein dimulai di lambung. Di lambung HCL akan

menguraikan protein (denaturasi protein) dan akan mengaktifkan enzim pepsinogen

menjadi pepsin. Pepsin lalu menguraikan protein menjadi polipeptida kecil dan

beberapa asam amino bebas. Di usus halus polipeptida akan diuraikan menjadi asam

amino dengan enzim pancreas dan intestinal. Setelah itu, asam amino akan diserap

Page 9: LAPORAN Biokimia Total Protein

oleh dinding usus, lalu diangkut ke sel dimana asam amino tersebut dilepaskan ke

dalam darah (Wang et al, 2007).

Kelebihan protein tidak akan disimpan dalam tubuh melainkan akan

dirombak dalam hati (protein akan mencapai hati dalam bentuk yang paling

sederhana yaitu asam amino) menjadi senyawa yang mengandung unsur N, seperti

NH3 dan NH4OH serta senyawa yang tidak mengandung unsur N, proses ini

dinamakan deaminasi. Senyawa-senyawa tersebut merupakan substansi beracun

yang akan disintesis menjadi urea di hati, karena hati mempunyai enzim arginase.

Urea diangkut dengan zat-zat sisa lainnya ke ginjal untuk dikeluarkan bersama

dengan urin. Senyawa yang tidak mengandung unsur N akan disintesis kembali

(Wang et al, 2007).

Selain itu hati juga memproses asam amino sehingga bisa diubah dan

dipakai sebagai sumber energy. Hati juga mensintesis protein plasma seperti alpha

dan betha globulin, albumin, fibrinogen dan protrombin (Wang et al, 2007).

C. Fungsi Protein

1. Pengikatan

Banyak protein tubuh yang berikatan dengan molekul lain dank

arena itu berperanan sebagai molekul karier. 2 protein sejenis,

yaitu hemoglobin dan mioglobin berikatan dengan oksigen dan

memerantari penyimpanan dan transport energy (Murray,

2003).

2. Katalisis.

Pada kebanyakan reaksi secara in vivo dikatalisis oleh golongan

protein yang dinamakan enzim. Model keadaan bagaimana

Page 10: LAPORAN Biokimia Total Protein

reaksi ini berlangnsung disebut sebagai keadaan transisi.

Selama reaksi kimia, molekul yang bereaksi bertabrakan dan

masuk ke keadaan transisi, yaitu gabungan molekul-molekul

perantara yang mengadaka reaksi antara reaktan dan produk.

Keadaan transisi berlangsung singkat dan dengan cepat pecah

menjadi produk atau rekatan (Murray, 2003).

D. Jenis Protein Endogen

Protein endogen adalah protein yang bisa dihasilkan oleh tubuh, protein

endogen memiliki beberapa sifat produksi yaitu :

1. Protein yang diproduksi secara konstitutif (diproduksi pada kondisi normal)

Antara lain enzim, hormone, dan albumin.

2. Protein yang diproduksi secara induktif (diproduksi jika ada stimulus)

Antara lain antibodi, sitokin, faktor pertumbuhan dan enzim

3. Protein yang diproduksi kontitutif dan induktif

Antara lain hormone, enzim, dan albumin (Chen et al, 2005).

E. Hiperalbumin dan Hipoalbumin

Albumin (69 kDa) adalah protein utama yang terdapat

dalam plasma manusia dan membentuk sekitar 60% protein

plasma total. 40% albumin terdapat dalam plasma, dan 60%

lainnya terdapat di ekstrasel. Hepar menghasilkan sekitar 12 gram

albumin per hari, yang berarti bahwa sekitar 25% dari seluruh

sintesis protein terjadi di hepar. Karena massa molekul albumin

yang realtif rendah yaitu 69 kDa, dan konsentrasinya yang tinggi,

Page 11: LAPORAN Biokimia Total Protein

albumin diperkirakan menentukan sekitar 75-80% tekanan osmotic

plasma pada manusia. (Murray,2009).

Banyak keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya

penurunan ataupun peningkatan kadar albumin dalam darah.

Beberapa mekanisme yang berbeda dapat menyebabkan

terjadinya penurunan kadar albumin atau hipoalbuminemia.

Mungkin penyebab tersering hipoalbuminemia ini adalah

berkurangnya produksi albumin oleh hati (Ronald, 2000).

Pada gangguan hati yang parah, seperti pada sirosis, yang

bisa disebabkan oleh konsumsi alcohol, penyakit hati yang berupa

hepatitis kronis, ataupun gangguan penimbunan besi dapat

menyebabkan terganggunya fungsi sel-sel parenkim hati yang

mensistesi protein, sehingga terjadi penurunan sintesis protein

yaitu albumin (Ronald, 2000).

Page 12: LAPORAN Biokimia Total Protein

.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

a. 1 buah rak tabung

b. 1 buah spuit ukuran 3 cc

c. 1 buah tourniquet

d. 1 buah eppendorf

e. Sentrifugator

f. 2 buah tabung reaksi

g. 1 buah kuvet

h. 1 buah mikropipet ukuran 10-100µl

i. 1 buah makropipet ukuran 100-1000µl

j. 1 buah blue tip

k. 1 buah yellow tip

l. Spektrofotometer (λ = 546 nm, nilai faktor 19)

2. Bahan

a. 20 µl serum darah

b. Reagen Biuret

Page 13: LAPORAN Biokimia Total Protein

B. Cara Kerja

1. Persiapan sampel :

a. Diambil darah probandus sebanyak 3cc dengan menggunakan spuit.

b. Darah di masukkan kedalam eppendorf dan disentrifuge dengan kecepatan

4000 rpm selama 10 menit kemudian diambil plasmanya untuk sampel.

2. Sampel (serum) sebanyak 20 µl kemudian dicampur dengan reagen biuret

sebanyak 1000 µl.

3. Campuran diinkubasi selama 10 menit dalam suhu ruangan, kemudian diukur

dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm dan nilai faktor 19.

C. Nilai Normal

Bayi : 4,6-7,0 gr/dl

3 tahun s.d dewasa : 6,6-8,7 gr/dl

Page 14: LAPORAN Biokimia Total Protein

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Nama Probandus : Affan Sodiq

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 21 tahun

Darah 3 cc Disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 4000 rpm

Plasma 10 µl Reagen biuret 1000 µl Campuran

Setelah plasma dicampur dengan Reagen biuret maka campuran harus

diinkubasi selama 10 menit dengan suhu 250C dan kemudian langsung diukur

dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm nilai faktor 19,0.

Setelah dilakukan pengukuran hasil total protein plasma probandus adalah

8,1 gr/dl.

Dimasukkan

Page 15: LAPORAN Biokimia Total Protein

B. Pembahasan

Praktikum diawali dengan pengambilan sampel darah sebanyak 3 cc pada

probandus di vena mediana cubiti. Darah yang diperoleh dimasukkan ke dalam

vacum med yang telah diisi EDTA dengan cara memasukkan jarum spuit ke dalam

vacum med, darah akan otomatis terhisap ke dalam vacuum med. EDTA berfungsi

sebagai anti koagulan. Darah dalam vacum med lalu disentrifugasi selama 10 menit

dengan kecepatan 4000 rpm sehingga dapat diperoleh plasma pada bagian

supernatan.

Supernatan

Natan

Working reagen yang digunakan adalah reagen biuret. Working reagen

diambil 1000 µl untuk dicampur dengan 20 µl plasma kemudian diinkubasi selama

10 menit dan diperiksa menggunakan spektrofotometer. Panjang gelombang yang

digunakan adalah 546 nm. Metode spektrofotometer yang digunakan adalah metode

kinetik, hal ini dikarenakan reaksi yang diperiksa merupakan reaksi enzimatis.

Pemeriksaan dengan metode ini dilakukan untuk mengetahui kadar total

protein di dalam darah, berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan bahwa kadar total

prorein darah probandus 8,1 mg/dl. Berdasarkan hasil ini dapat diketahui bahwa

kadar total protein probandus masih dalam batas normal, yaitu 6,6 – 8,7 untuk anak

usia 3 tahun dan untuk dewasa. Namun dalam melakukan praktikum mungkin ada

beberapa kesalahan-kesalahan diantaranya disebabkan oleh beberapa faktor di

bawah ini :

Page 16: LAPORAN Biokimia Total Protein

1. Faktor Praktikan

Faktor praktikan merupakan kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan

praktikan selama pengukuran. Misalnya, dalam pengambilan reagen serta plama

darah serta kesalahan pengukuran bahan-bahan praktikum lain, dan lain

sebagainya.

2. Faktor Alat-alat yang Digunakan

Dari segi alat-alat praktikum, tidak menutup kemungkinan adanya alat-alat

yang sudah mengalami kerusakan. Selain itu, dapat pula terjadi bahwa alat sudah

tidak akurat dalam menunjukkan hasil. Misalnya kondisi spektrofotometer yang

sudah rusak, sehingga mempengaruhi hasil pengukuran kadar total protein.

Namun secara umum, apabila semua prosedur sudah dijalankan dengan

benar dan alat sudah teruji dalam keadaan baik, maka hasil pengukuran tersebut

merupakan hasil pengukuran yang benar.

C. Aplikasi Klinis

1. Hepatitis akut

Hepatitis viral akut disebabkan oleh berbagai penyebab misalnya virus

A,B,C,D, dan E mungkin juga F, disamping juga disebabkan oleh virus lainnya

seperti virus mononucleosis infeksiosua, demam kuning, cacar air, sitomegali,

herpes zoster, morbili dan demam berdarah. Pada keadaan hepatitis akut tanpa

komplikasi, derajat kerusakan sel parenkimnya relative ringan akan tetapi

peradangan sel yang terjadi berat. Pada keadaan akut transaminasi bias meningkat

sampai 2000 unit/L sedangkan fosfatase alkali dan γ-GT hanya sedikit meningkat.

Page 17: LAPORAN Biokimia Total Protein

Kolinesterase akan menurun sedikit pada minggu ke-2 dan ke-4 untuk kemudian

akan meningkat kembali pada masa penyembuhan (Sanityoso, 2006).

Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap

individu yang sistem imunologinya matur sehingga berakhir dengan hilangnya

virus hepatitis B dari tubuh kropes. Hepatitis B akut terdiri atas 3 yaitu :

a. Hepatitis B akut yang khas

b. Hepatitis Fulminan

c. Hepatitis Subklinik

2. Diare osmotik

Diare osmotik terjadi jika cairan yang dicerna tidak seluruhnya absorbsi

oleh usus halus akibat tekanan osmotik yang mendesak cairan kedalam lumen

intestinal. Peningkatan volume cairan lumen tersebut meliputi kapasitas kolon

untuk reabsorbsi, nutrien dan obat sebagai cairan yang aggal dicerna dan

diabsorbsi. Pada umumnya penyebab diare osmotic adalah malabsorbsi lemak atau

karbohidrat. Malabsorbsi protein secara klinik sulit diketahui namun dapat

menyebabkan malnutrisi atau berakibat kepada defisiensi spesifik asam amino.

Variasi kelainan ini dihubungkan dengan malabsorbsi dan maldigesti (Sutadi,

2003).

Maldigesti intraluminal terjadi oleh karena insufisiensi eksoktrin pancreas

jika kapasitas sekresi berkurang sampai 90%. Keadaan ini terjadi pada pankreatitis

kronik, obstruksi duktus pancreas, somastostaninoma, kolestasis dan bacterial

overgrowth. Diare osmotik dapat terjadi akibat gangguan pencernaan kronik

terhadap makanan tertentu seperti buah, gula/manisan, permen karet, makanan diet

dan pemanis obat berupa karbohidrat yang tidak diabsorbsi seperti sorbitol atau

fruktosa. Kelainan congenital spesifik seperti tidak adanya hidrolase karbohidrat

Page 18: LAPORAN Biokimia Total Protein

atau defisiensi lactase pada laktosa intolerans dapat juga menyebabkan diare

kronik. Malabsorbsi mukosa terjadi pada celiac sprue atau enteropati

sensitiveglutein. Pasien dengan celiac sprue memiliki presentasi atipik yaitu

gangguan pertumbuhan, otot kecil, distensi abdomen, defisiensi besi, retardasi dan

anoreksia. Pada tropical sprue ditandai dengan malabsorbsi dan perubahan

histologik usushalus berupa atrofi villus, hiperplasia kripta, kerusakan epitel

permukaan dan infiltrasi mononuclear ke lamina propria (Sutadi, 2003).

Malabsorbsi Intestinal (Whipp;e’s Disease) disebabkan tropehyma

whippeli, umumnya terjadi pada usia dewasa. Manisfestasi berupa artralgia,

demam, menggigil, hipotensi, limfadenopati dan keterlibatan system saraf.A

betalipoproteinemia disebabkan karena tidak adanya Apo B akibat defekformassi

kilomikron. Pada anak-anak dengan kelainan ini ditandai dengan steatore, sel darah

merah akantositik, ataksia, pigmentosa retinitis. Steatore disebabkan juga oleh

Giardia, Isospora, Strogyloides dan kompleks mycobacterium avium. Steatore yang

disebabkan oleh obet terjadi kerusakan pada enterosit misalnya kolkisine, neomisin

dan paraaminosalisilic acid. Limpangiektasia menyebabkan protein

losingenterophaty dengan steatorea, tetapi absorbsi karbohidrat tetap baik misalnya

pada post mukosal obstruction of lymphatic channels. Penyakit ini dapat congenital

atau didapat misalnya trauma, limfoma, karsinoma atau penyakit whipple. Reseksi

intestinal yang luas dapat menyebabkan short bowel syndrome berupa steatore

akibat tidak adekuatnya absorbsi, menurunnya transit time, dan menurunnya pool

garam empedu. Faktor lain yang mungkin mendukung diare dan short bowel

syndrome adalah efek osmotic cairan non absorbsi, hipersekresi gasterdan

beberapa penyebab dari pertumbuhan bakteri (Sutadi, 2003).

Page 19: LAPORAN Biokimia Total Protein

BAB V

KESIMPULAN

1) Protein merupakan polimer L-α-amino yang dibentuk oleh sekitar 20

asam amino yang berikatan satu sama lain melalui ikatan peptide.

2) Asam amino yang merupakan pembentuk protein diproses di dalam hati agar bisa

diubah dan dipakai sebagai sumber energi, selain itu hati juga mensintesis protein

plasma seperti alpha dan betha globulin, albumin, fibrinogen dan protrombin.

3) Fungsi protein adalah untuk pengikatan dan katalisis.

4) Jenis – jenis protein endogen diantaranya adalah protein yang diproduksi secara

konstitutif, protein yang diproduksi secara induktif dan protein yang diproduksi

kontitutif dan induktif.

5) Hasil pemeriksaan total protein probandus dengan menggunakan spektrofotometer

dengan nilai faktor 19,0 dan panjang gelombang 546 nm adalah berada dalam kisaran

normal.

6) Aplikasi klinis yang berhubungan dengan total protein dalam darah yaitu diantaranya

hepatitis akut dan diare osmotik

Page 20: LAPORAN Biokimia Total Protein

DAFTAR PUSTAKA

Ascalbiass. 2010. Buku Panduan Praktikum Biokimia Kedokteran Blok Digestive.

Purwokerto: Laboratorim Biokimia Kedokteran FKIK Unsoed: 13 - 15.

Chen, Xei et al. 2005. Endogenous Protein Kinase Inhibitor Terminates Immediate-early

Gene Expression Induced by cAMP-dependent Protein Kinase. (PKA) Signaling. The

Journal of Biochemical Chemistry. vol 28 ; 2700 – 2707.

Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 895-

905.

Murray, Robert K.,Granner, Darly K., Mayes, Peter A., Rodwell, Victor W.

2003. Harper’s Ilustrated Biochemistry. London: Lange Medical

Books/ McGraw-Hill.

Murray,K Robert . 2009 . Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson. 2000. Tinjauan Klinis Hasil

Pemeriksaan, Laboratorium edisi 11. Jakarta: EGC. 311-313

Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal

73.

Sanityoso, Andri. 2006. Hepatitis Virus Akut, Hepatobilier dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Jakarta : FK-UI.

Sutadi, S.M. 2003. Diare Osmotik : Diare Kronik. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Sumatera Utara.

Wang, wei et al. 2007. Excess Capacity of the Iron Regulatory Protein System. The Journal

of Biochemical Chemistry. vol 282 ; 24650 – 24659

Page 21: LAPORAN Biokimia Total Protein