Laporan Biokimia GastroIntestinal System

24
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA BLOK GIS Kelompok Lab: A1 Disusun oleh : Tira Kurniati 1310211025 Mutiara Nova Pratiwi 1310211027 Iin Intansari 1310211030 Rizky Harsya Maulana 1310211032 Faiza Supraini 1310211044 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA T.A 2015/2016

description

PENCERNAAN DAN PENYERAPAN PROTEIN., ppt

Transcript of Laporan Biokimia GastroIntestinal System

Page 1: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

BLOK GIS

Kelompok Lab: A1

Disusun oleh :

Tira Kurniati 1310211025

Mutiara Nova Pratiwi 1310211027

Iin Intansari 1310211030

Rizky Harsya Maulana 1310211032

Faiza Supraini 1310211044

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

“VETERAN” JAKARTA

T.A 2015/2016

Page 2: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.,

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,

karena atas rahmat dan izin-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah

Praktikum Biokimia Blok GIS dengan tepat waktu. Makalah ini kami buat

untuk memenuhi tugas yang telah diberikan kepada kami. Selain itu,

makalah ini juga dibuat agar pembaca dapat memahami bagaimana cara

kerja dan kandungan dari air liur (saliva) dan juga empedu.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

kekurangan. Untuk itu, kami sangat menerima saran dan kritik dari

pembaca sekalian demi perbaikan dalam pembuatan makalah

selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat

menjadi bahan pembelajaran kita semua yang membacanya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 11 Oktober 2015

Page 3: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LANDASAN TEORI

A. SALIVA

Merupakan cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, elektrolit

(sodium, potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat)

dan terdiri dari protein yang berperan sebagai enzim,

immunoglobulin, antimikroba, glikoprotein mukosa, albumin,

polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan

rongga mulut.

Komposisi Saliva

Terdiri dari 99,5% air dan 0,5% subtansi yang larut. Komposisi

saliva antara lain :

1. Protein

Beberapa jenis protein yang terdapat didalam saliva adalah :

a) Mucoid

Merupakan sekelompok protein yang sering disebut dengan

mucin dan memberikan konsistensi mukus pada saliva.

Mucin juga berperan sebagai glikoprotein karena terdiri dari

rangkaian protein yang panjang dengan ikatan rantai

karbohidrat yang lebih pendek.

b) Enzim

Enzim yang ada pada saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva

dan beberapa diantaranya merupakan produk dari bakteri

dan leukosit yang ada pada rongga mulut.

Beberapa enzim yang terdapat dalam saliva adalah amylase

dan lysozyme yang berperan dalam mengontrol

pertumbuhan bakteri di rongga mulut.

Page 4: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

c) Protein Serum

Saliva dibentuk dari serum maka sejumlah serum protein

yang kecil ditemukan didalam saliva. Albumin dan globulin

termasuk kedalam serum saliva

d) Waste Products

Pada saliva juga ditemukan sebagian kecil dari waste

product pada serum, urea dan uric acid.

2. Ion-ion Inorganik

Ion-ion utama yang ditemukan dalam saliva adalah kalsium dan

fosfat yang berperan penting dalam pembentukan kalkulus. Ion-ion

lain yang memiliki jumlah yang lebih kecil terdiri dari sodium,

potasium, klorida, sulfat dan ion-ion lainnya.

3. Gas

Pada saat pertama sekali saliva dibentuk, saliva mengandung gas

oksigen yang larut, nitrogen dan karbon dioksida dengan jumlah

yang sama dengan serum. Ini memperlihatkan bahwa konsentrasi

karbon dioksida cukup tinggi dan hanya dapat dipertahankan pada

larutan yang memiliki tekanan didalam kelenjar duktus, tetapi pada

saat saliva mencapai rongga mulut banyak karbon dioksida yang

lepas.

4. Zat-zat Aditif di Rongga Mulut

Merupakan berbagai substansi yang tidak ada didalam saliva pada

saat saliva mengalir dari dalam duktus, akan tetapi menjadi

bercampur dengan saliva didalam rongga mulut. Yang termasuk

kedalam zat-zat aditif yaitu mikroorganisme, leukosit dan dietary

substance.

Page 5: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

Volume rata-rata saliva yang dihasilkan perhari berkisar 1-1,5 liter.

Pada orang dewasa laju aliran saliva normal yang distimulasi

mencapai 1-3 ml/menit, rata-rata terendah mencapai 0,7-1 ml/menit

dimana pada keadaan hiposalivasi ditandai dengan laju aliran

saliva yang lebih rendah dari 0,7 ml/menit. Laju aliran saliva normal

tanpa adanya stimulasi berkisar 0,25-0,35 ml/menit, dengan rata-

rata terendah 0,1-0,25 ml/menit dan pada keadaan hiposalivasi laju

aliran saliva kurang dari 0,1 ml/menit.

Nilai pH saliva normal berkisar 6 – 7. Konsumsi karbohidrat padat

maupun cair dapat menyebabkan terjadinya perubahan pH saliva

dimana karbohidrat akan difermentasi oleh bakteri dan akan

melekat ke permukaan gigi. Dengan adanya sistem buffer pada

saliva, pH akan kembali netral setelah 20 menit terpapar

karbohidrat yang berkonsistensi cair dan 40-60 menit pada

karbohidrat yang berkonsistensi padat.

Fungsi Saliva

a) Sensasi Rasa

Aliran saliva yang terbentuk didalam acini bersifat isotonik, saliva

mengalir melalui duktus dan mengalami perubahan menjadi

hipotonik. Kandungan hipotonik saliva terdiri dari glukosa,

sodium, klorida, urea dan memiliki kapasitas untuk memberikan

kelarutan substansi yang memungkinkan gustatory buds

merasakan aroma yang berbeda.

b) Perlindungan Mukosa dan Lubrikasi

Saliva membentuk lapisan seromukos yang berperan sebagai

pelumas dan melindungi jaringan rongga mulut dari agen-agen

yang dapat mengiritasi. Mucinsebagai protein dalam saliva

memiliki peranan sebagai pelumas, perlindungan terhadap

Page 6: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

dehidrasi, dan dalam proses pemeliharaan viskoelastisitas

saliva.

c) Kapasitas Buffering

Buffer adalah suatu substansi yang dapat membantu untuk

mempertahankan agar pH tetap netral. Buffer dapat

menetralisasikan asam dan basa. Saliva memiliki kemampuan

untuk mengatur keseimbangan buffer pada rongga mulut.

d) Integritas Enamel Gigi

Saliva juga memiliki peranan penting dalam mempertahankan

integritas kimia fisik dari enamel gigi dengan cara mengatur

proses remineralisasi dan demineralisasi. Faktor utama untuk

mengontrol stabilitas enamel adalah hidroksiapatit sebagai

Universitas Sumatera Utarakonsentrasi aktif yang dapat

membebaskan kalsium, fosfat, dan fluor didalam larutan dan

didalam pH saliva.

e) Menjaga Oral Hygiene

Saliva berfungsi sebagai self cleansing terutama pada saat tidur

dimana produksi saliva berkurang. Saliva mengandung enzim

lysozyme yang berperan penting dalam mengontrol pertumbuhan

bakteri di rongga mulut.

f) Membantu Proses Pencernaan

Saliva bertanggung jawab untuk membantu proses pencernaan

awal dalam proses pembentukan bolus-bolus makanan. Enzim

α-amylase atau enzim ptyalin merupakan salah satu komposisi

dari saliva yang berfungsi untuk memecah karbohidrat menjadi

maltose, maltotriose dan dekstrin.

Page 7: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

g) Perbaikan Jaringan

Saliva memiliki peranan dalam membantu proses pembekuan

darah pada jaringan rongga mulut, dimana dapat dilihat secara

klinis waktu pendarahan menjadi lebih singkat dengan adanya

bantuan saliva.

h) Membantu Proses Bicara

Lidah memerlukan saliva sebagai pelumas selama bicara, tanpa

adanya saliva maka proses bicara akan menjadi lebih sulit.

i) Menjaga Keseimbangan Cairan

Penurunan aliran saliva akan menghasilkan adanya suatu

sensasi haus yang dapat meningkatkan intake cairan tubuh.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pH Saliva

Derajat keasaman (pH) dan kapasitas buffer saliva dipengaruhi oleh

perubahan-perubahan yang disebabkan oleh irama cyrcadian, diet

dan rangsangan terhadap kecepatan sekresi saliva.

a) Irama cyrcadian

Irama cyrcadian mempengaruhi pH dan kapasitas buffer saliva.

Pada keadaan istirahat atau segera setelah bangun, pH saliva

meningkat dan kemudian turun kembali dengan cepat. Pada

seperempat jam setelah makan (stimulasi mekanik), pH saliva

juga tinggi dan turun kembali dalam waktu 30-60 menit

kemudian. pH saliva agak meningkat sampai malam, dan setelah

itu turun kembali.

b) Diet

Diet juga mempengaruhi kapasitas buffer saliva. Diet kaya

karbohidrat dapat menurunkan kapasitas buffer saliva,

Page 8: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

sedangkan diet kaya serat dan diet kaya protein mempunyai efek

meningkatkan buffer saliva. Diet kaya karbohidrat meningkatkan

metabolisme produksi asam oleh bakteri-bakteri mulut,

sedangkan protein sebagai sumber makanan bakteri,

meningkatkan sekresi zat-zat basa seperti amonia.

B. EMPEDU

Secara fisiologi, empedu dihasilkan oleh hepatosit dan sel-sel

duktus sebanyak 500-1500 mL/ hari. Sekresi aktif garam empedu

ke dalam canaliculus bilier dipengaruhi oleh volume empedu. Na+

dan air mengalir secara pasif untuk meningkatkan isoosmolaritas.

Lechitin dan kolesterol memasuki canaliculus pada laju tertentu

yang berhubungan dengan output garam empedu. Bilirubin dan

sejumlah anion organik lainnya (esterogen, sulfobromopthalen, dll)

secara aktif disekresikan oleh hepatosit melalui sistem transport

yang berbeda dengan garam empedu. Diantara makan, empedu

disimpan di vesica biliaris, dimana empedu terkonsentrasi pada

hingga 20%/ jam. Na+ dan HCO3- atau Cl- secara aktif ditransport

dari lumennya selama absorpsi.

Ada tiga faktor yang meregulasi aliran empedu yaitu : sekresi

hepatik, kontraksi vesica biliaris, dan tahanan spincter choledochal.

Dalam keadaan puasa, tekanan di ductus choledocus adalah 5-10

cm H2O dan empedu yang dihasilkan di hati disimpan di dalam

vesica biliaris. Setelah makan, vesica biliaris berkontraksi, spincter

relaksasi dan empedu di alirkan ke dalam duodenum dengan

adanya tekanan di dalam duktus yang terjadi secara intermiten

yang melebihi tahanan spincter. Saat berkontraksi, tekanan di

dalam vesica biliaris mencapai 25 cm H2O dan di dalam ductus

choledocus mencapai 15-20 cm H2O. Cholecystokonin (CCK)

Page 9: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

adalah stimulus utama untuk berkontraksinya vesica biliaris dan

relaksasi spincter. CCK dilepaskan ke dalam aliran darah dari

mukosa usus halus.

Gambar 3. Fisiologi Pengeluaran Empedu

Page 10: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

Komposisi Empedu

Tabel 1. Komposisi empedu2

Komponen Dari Hati Dari Kandung

Empedu

Air 97,5 gm % 95 gm %

Garam Empedu 1,1 gm % 6 gm %

Bilirubin 0,04 gm % 0,3 gm %

Kolesterol 0,1 gm % 0,3 – 0,9 gm %

Asam Lemak 0,12 gm % 0,3 – 1,2 gm %

Lecithin 0,04 gm % 0,3 gm %

Elektrolit - -

1. Garam Empedu

Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati

ada dua macam yaitu : Asam Deoxycholat dan Asam Cholat.

Fungsi garam empedu adalah

a. Menurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang

terdapat dalam makanan, sehingga partikel lemak yang

besar dapat dipecah menjadi partikel-partikel kecil untuk

dapat dicerna lebih lanjut.

b. Membantu absorbsi asam lemak, monoglycerid, kolesterol

dan vitamin yang larut dalam lemak.

Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja

kuman-kuman usus dirubah menjadi deoxycholat dan lithocholat.

Sebagian besar (90 %) garam empedu dalam lumen usus akan

Page 11: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

diabsorbsi kembali oleh mukosa usus sedangkan sisanya akan

dikeluarkan bersama feses dalam bentuk lithocholat. Absorbsi

garam empedu tersebut terjadi disegmen distal dari ilium. Sehingga

bila ada gangguan pada daerah tersebut misalnya oleh karena

radang atau reseksi maka absorbsi garam empedu akan terganggu.

2. Bilirubin

Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi

heme dan globin. Heme bersatu membentuk rantai dengan

empat inti pyrole menjadi bilverdin yang segera berubah menjadi

bilirubin bebas. Zat ini di dalam plasma terikat erat oleh albumin.

Sebagian bilirubin bebas diikat oleh zat lain (konjugasi) yaitu 80

% oleh glukuronide. Bila terjadi pemecahan sel darah merah

berlebihan misalnya pada malaria maka bilirubin yang terbentuk

sangat banyak.

Metabolisme bilirubin:

Page 12: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui kadar pH dan ion ion yang terkandung dalam saliva (

air liur ) dan kandungan cairan empedu dengan menggunakan

reaksi biokima

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Mengetahui pH saliva ( air liur )

1.2.2.2 Mengetahui adanya sulfat dalam saliva (air liur)

1.2.2.3 Mengetahui adanya fosfat dalam saliva (air liur)

1.2.2.4 Mengetahui ada tidaknya klorida dalam saliva (air liur)

1.2.2.5 Mengetahui adanya pigmen empedu

1.2.2.6 Mengetahui adanya asam empedu

Page 13: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

BAB II

CARA KERJA

2.1 LIUR

2.1.1 PENETAPAN PH LIUR

Tujuan : untuk mengetahui pH liur

Dasar : pada kisaran pH tertentu suatu indikator akan memberikan

perubahan warna sesuai dengan H+ dalam larutan yg diperiksa

Bahan :

1. Air liur

2. pH indikator

Cara kerja : siapkan 3 ml air liur dalam tabung reaksi. Kemudian

ambil satu pH test dan masukan ke dalam tabung reaksi yang

berisi liur. Tunggu sampai ada perubahan warna. Setelah itu

bandingkan perubahan warna yang muncul dengan indikator pH.

pH liur : 8

2.1.2 UJI SULFAT

Tujuan : Untuk mengetahui adanya sulfat dalam liur

Dasar : Ion sulfat dalam suasana asam dapat diendapkan oleh

barium

Ba2+ + SO2-4 ------- BaSO4 (endapan putih) ---- (+)

Bahan :

Air liur

HCL encer / HCL 10%

BaCl2 2%

Page 14: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

Cara kerja :

2.1.3 UJI FOSFAT

Tujuan : Untuk mengetahui adanya fosfat dalam liur

Dasar : Fosfat bereaksi dengan asam molibdat membentuk asam

fosfomolibdat, yang dapat direduksi memberikan warna biru tua

(ortofosfat)

Bahan :

Air liur

Larutan urea 10%

Pereaksi molibdat special

Larutan FeSO4 spesial

Cara kerja :

Bahan Tabung

Liur 0,5 mL

Urea 10% 0,5 mL

Molibdat special 5 mL

FeSO4 0,5 mL

Hasil Biru tua

Bahan Tabung

Liur 1 Ml

HCl 3-5 tetes

BaCl2 5-10 tetes

Hasil pengamatan Terdapat endapan

putih

Page 15: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

2.1.4 UJI KLORIDA

Tujuan : Mengetahui ada tidaknya klorida dalam liur

Dasar : Ion klorida dalam suasana asam dapat diendapkan oleh Ag

(perak). Endapan AgCl (endapan putih) menunjukan adanya klorida

Bahan :

Liur

Asam nitrat 10%

Perak nitrat 1 %

Cara kerja :

2.2 CAIRAN EMPEDU

2.2.1 TES GMELIN

Tujuan : Untuk mengetahui adanya pigmen empedu

Dasar : Penambahan asam nitrat pada pigmen empedu akan

menghasilkan senyawa oksidasi yang berwarna.

Bahan :

1. Larutan asam empedu encer (1:5)

Bahan Tabung

Liur 1 mL

Asam nitrat 3-5 tetes

Perak nitrat 5-10 tetes

Hasil Terdapat endapan putih

Page 16: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

2. Larutan asam nitrat pekat

Cara Kerja :

Tabung Tabung 1 Tabung 2

Cairan empedu encer 3 ml -

Aquades - 3 ml

Larutan sukrosa 5% 5 tetes 5 tetes

Asam nitrat pekat

(melalui dinding

tabung)

3 ml 3 ml

HASIL PENGAMATAN

Warna larutan

Cairan empedu

yang berwarna

hijau setelah

diteteskan asam

nitrat pekat

berubah menjadi

warna ungu tua.

Pertama-tama

hanya pada

bagian dasar,

lama kelamaan

warna ungu naik

yang

menyebabkan

warna hijaunya

semakin sedikit.

Lalu warna ungu

yg didasar

memudar,

menjadi warna

ungu muda.

Sekarang

Tidak ada perubahan

warna. Hanya bening

dan jernih.

Page 17: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

terdapat 3 lapisan

warna (dr atas ke

bawah): hijau,

ungu, orange

muda kecoklatan.

Lalu berubah

menjadi 2 lapisan

lagi, yaitu biru dan

orange muda

kecoklatan. Lalu

terkahir sekali

berubah menjadi

1 warna yaitu,

orange muda

kecoklatan.

2.2.2 TES PETTENKOFER

Tujuan : Untuk mengetahui adanya asam empedu

Dasar : Asam-asam empedu yang terdapat dalam empedu

terutama sebagai garam empedu, yang merupakan senyawa

aromatik kompleks. Asam empedu bereaksi dengan furfural

(yang terbentuk pada penambahan asam pekat dan karbohidrat)

membentuk turunan yang berwarna.

Bahan :

1. Larutan asam empedu encer (1:5) dan akuades

2. Larutan sukrosa 5%

3. Asam sulfat pekat

Page 18: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

Cara Kerja :

Tabung Tabung 1 Tabung 2

Cairan empedu encer 5 ml -

Aquades - 5 ml

Larutan sukrosa 5% 5 tetes 5 tetes

H2SO4 pekat (melalui

dinding tabung) 3 ml 3 ml

HASIL PENGAMATAN Terdapat perubahan

warna menjadi warna

ungu yg membentuk

cincin.

Tidak ada perubahan

warna. Hanya bening

dan jernih.

Sampel Cairan empedu Aquades

Hasil : Terdapat 4 lapisan warna (dr atas

ke bawah), yaitu hijau, ungu,

kuning dan bening. Warna ungu

tersebut membentuk suatu cincin

antara 2 lapisan warna.

Tidak ada perubahan

warna. Hanya bening

dan jernih.

Page 19: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 SALIVA ( AIR LIUR )

3.1.1 Penetapan pH saliva ( air liur )

Hasil dari percobaan yaitu dengan pH 8. Dari hasil percobaan

menunjukan terdapat kenaikan pH liur melebih nilai normalnya (pH

normal saliva 6,0-7,4). Kenaikan pH tersebuh akan

mempengaruhi kerja enzim amilase, sehingga kerjanya tidak

optimal. Karena pada hakikatnya enzim amilase ini bekerja secara

optimal pada pH 6,6 (Guytondkk, 1997).

3.1.2 Uji Sulfat

Hasil : Terdapat endapan putih pada tabung

Kesimpulan : Hasil percobaan terdapat endapan putih, itu

membuktikan bahwa air liur positif mengandung sulfat. Dari hasil

pengamatan dapat dilihat bahwa pada saat air liur ditambahkan HCl

tidak terjadi perubahan (air liur tetap keruh). Warna keruh tersebut

disebabkan karena Cl berkatan dengan amilum. Sedangkan pada

saat ditambahkan dengan BaCl2 terbentuk gumpalan.

3.1.3 Uji Fosfat

Hasil : Terjadi perubahan warna menjadi biru tua

Kesimpulan : Warna larutan yang biru tua tersebut menunjukkan

bahwa air liur mengandung fosfat dalam bentuk ortofosfat.

3.1.4 Uji Klorida

Hasil : Terdapat endapan putih pada tabung

Kesimpulan : Endapan putih (AgCl) yang terbentuk pada tabung

menunjukkan bahwa klorida (Cl) yang terdapat dalam air liur dalam

Page 20: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

suasana asam (karena penambahan asam nitrat) merupakan hasil

pengendapan yang dilakukan oleh perak ( Ag ). Hal ini sesuai

dengan teori dasarnya yaitu ion klorida dalam suasana asam dapat

diendapkan oleh Ag (perak).

3.2 CAIRAN EMPEDU

3.2.1 Test Gmelin

Hasil :

Cairan empedu Akuades

Cairan empedu yang berwarna hijau

setelah diteteskan asam nitrat pekat

berubah menjadi warna ungu tua.

Pertama-tama hanya pada bagian

dasar, lama kelamaan warna ungu

naik yang menyebabkan warna

hijaunya semakin sedikit. Lalu warna

ungu yg didasar memudar, menjadi

warna ungu muda. Sekarang terdapat

3 lapisan warna (dr atas ke bawah):

hijau, ungu, orange muda kecoklatan.

Lalu berubah menjadi 2 lapisan lagi,

yaitu biru dan orange muda

kecoklatan. Lalu terkahir sekali

berubah menjadi 1 warna yaitu,

orange muda kecoklatan.

Tidak ada perubahan

warna. Hanya bening

dan jernih.

Kesimpulan : dari hasil percobaan, terbukti bahwa cairan empedu

pada tabung I tersebut mengandung pigmen empedu, karena

didapatkan hasil positif yaitu terbentuk senyawa berwarna pada

Page 21: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

cairan empedu yang direaksikan. Dan terdapat beberapa

perubahan warna pada reaksi tersebut.

3.2.2 Test Pettenkofer

Hasil :

Cairan empedu Akuades

Terdapat 4 lapisan warna (dr atas

ke bawah), yaitu hijau, ungu,

kuning dan bening. Warna ungu

tersebut membentuk suatu cincin

antara 2 lapisan warna.

Tidak ada perubahan

warna. Hanya bening

dan jernih.

Kesimpulan : dari hasil percobaan, terbukti bahwa cairan empedu

pada tabung I tersebut mengandung asam empedu, karena hasilter

positif yaitu dengan terjadi perubahan warna pada cairan empedu.

Perubahan warna berupa terbentuknya cincin berwarna ungu pada

cairan empedu

Page 22: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

Edisi 11. Jakarta: EGC

http://repository.usu.ac.id

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2.

Jakarta;EGC

Page 23: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

LAMPIRAN

PENETAPAN PH LIUR

UJI SULFAT

UJI FOSFAT

Page 24: Laporan Biokimia GastroIntestinal System

UJI KLORIDA

TES GMELIN TES PETTENKOFER