laporan biokimia

17
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II (KLINIK) PENETAPAN KADAR GULA DARAH OLEH: Nama : Della Novie Roseta NIM : 08121006037 Dosen Pembimbing : 1. Dra. Budi Untari, MSi, Apt 2. Dr. rer.nat. Mardiyanto, MSi, Apt Asisten Pembimbing : Tri Wahyuningsih

description

zz

Transcript of laporan biokimia

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II (KLINIK)PENETAPAN KADAR GULA DARAH

OLEH:Nama: Della Novie RosetaNIM: 08121006037Dosen Pembimbing : 1. Dra. Budi Untari, MSi, Apt 2. Dr. rer.nat. Mardiyanto, MSi, AptAsisten Pembimbing : Tri Wahyuningsih

LABORATORIUM ANALISA FARMASIPROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS SRIWIJAYA2014-2015PRAKTIKUM IVPENETAPAN KADAR GULA DARAH

I. TUJUAN PERCOBAANMahasiswa mampu memahami prinsip penetapan kadar gula dan protein darah sebagai salah satu kompetensi dalam bidang keahlian biokimia klinik.

II. PRINSIP KERJAPenetapan kadar gula dalam sampel darah menggunakan metode titrasi dan spektrofotometri UV-Vis.

III. TINJAUAN PUSTAKADarah adalah suatu cairan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Darah berfungsi sebagai alat pengangkut yaitu mengambil oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh, mengangkut karbondioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru, mengambil zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh, mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal, sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit, menyebarkan panas ke seluruh tubuh (Syaifuddin, 2006).Tingkat glukosa dalam darah dikenal dengan istilah gula darah, kadar gula darah ini diatur oleh tubuh. Glukosa digunakan sebagai sumber energy untuk melakukan metabolisme sel di dalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari, yaitu 4-8 mmol/L (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari. Kadar glukosa dalam tubuh makhluk hidup dapat digunakan untuk memprediksi metabolismeme yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang tersedia. Jika kandungan 1 glukosa dalam tubuh sangat berlebih maka glukosa tersebut akan mengalami reaksi katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan energi. Namun, jika kandungan glukosa tersebut dibawah batas minimum, maka asam piruvat yang dihasilkan dari proses katabolisme bisa mengalami proses enzimatik secara anabolisme melalui glukoneogenesis untuk mensintesis glukosa (Poedjiadji, 1994).Kadar glukosa darah yang diketahui dapat membantu memprediksi metabolismeme yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang tersedia. Jika kandungan glukosa dalam tubuh sangat berlebih maka glukosa tersebut akan mengalami reaksi katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan energi. Namun jika kandungan glukosa tersebut dibawah batas minimum,maka asam piruvat yang dihasilkan dari proses katabolisme bisa mengalami proses enzimatik secara anabolisme melalui glukoneogenesis untuk mensintesis glukosa dan memenuhi kadar normal glukosa dalam darah (dalam serum atau plasma darah ) yaitu 65-110 mg/dL (3,6-6,1 mmol/L) (Murray, 2003).Spektrofotometri adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam penentuan kadar glukosa dalam darah. Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada absorpsi radiasi elektromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi terhadap gelombang dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan sedangkan campuran cahaya yang berbeda panjang gelombangnya ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi seluruh spektrum nampak 400-760 mm. Spektrofotometri terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ketingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikutioleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet. Besar penyerapan cahaya (absorbansi) dari suatu kumpulan atom/molekul dinyatakan oleh Hukum Beer-Lambert. Hukum Lambert menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang yang diserap oleh suatu bahan/medium tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya yang datang. Hukum Lambert ini tentunya hanya berlaku jika di dalam bahan/medium tersebut tidak ada reaksi kimia ataupun proses fisis yang dapat dipicu atau diimbas oleh berkas cahaya datang tersebut (Keenan, 1992).

IV. ALAT DAN BAHANAlat: 1. Tabung Reaksi 9. Gelas Ukur 2. Rak tabung reaksi 10. Beaker Glass 3. Penangas air 11. Buret 4. Pipet gondok 12. Statif 5. Pipet tetes 13. Penjepit tabung 6. Sentrifugasi 14. Disposible cuvette 7. Spektrofotometer UV-Vis 15. Labu erlemeyer 8. Kertas saringBahan: 1. ZnSO4 7. Fehling A & B 2. Darah kapiler 8. Glukosa 3. NaOH 9. Na2S2O3 4. K3Fe(CN)6 10. Asam asetat 5. Aquadest 11. Indikator amilum 6. Kalium iodida (KI)V. PROSEDUR KERJA1. Metode TitrasiSiapkan 4 tabung reaksi (3 sampel dan 1 blanko)

Dimasukkan

1 ml NaOH dan 5 ml ZnSO4 pada masing-masing tabung

Ditambahkan

3 tetes darah kapiler pada 3 tabung reaksi (uji sampel)

Direbus

Masing-masing tabung selama 4 menit hingga terbentuk endapan hijau zaitun pada sampel dan bening pada blanko

Disaring

Dan cuci dengan aquadest dan ambil filtrat

Ditambahkan

2 ml K3Fe(CN)6 dan rebus selama 15 menit

Didinginkan

Lalu tambahkan 3 ml KI, 2 ml asam asetat dan 3 tetes amilum

Dititrasi

Dengan Na2S2O3 hingga berwarna tepat biru

Dicatat

Volume titrasi dan hitung konsentrasi gula darah dan bandingkan hasil sampel dengan blanko

2. Metode Spektrofotometri UV-VisDibuat serial konsentrasi glukosa 0, 1, 0,5, 0,25, 0,2, dan 0,15

Dihitung

Absorbansi pada panjang gelombang 540 nm dengan spektrofotometer UV-Vis dan buat kurva kalibrasi

Dimasukkan

0,5 ml darah dan 2 ml aquadest dalam tabung reaksi

Disentrifugasi

Selama 10 detik hingga terbentuk 2 lapisan

Diambil

Lapisan atas dan tambahkan Fehling A dan Fehling B masing-masing 1 ml

Diambil

4 tetes dan tambahkan 2 ml aquadest lalu masukkan dalam cuvette

Diukur

Absorbansi darah dan aquadest pada panjang gelombang 540 nm dengan spektrofotometer UV-Vis

Dihitung

Kadar gula darah menggunakan kurva kalibrasi dan bandingkan dengan blanko

VI. DATA HASIL PENGAMATAN1. Metode TitrasiPercobaanHasil

Sampel5 ml ZnSO4 + 1 ml NaOH 0,1 N + darah 2 tetes lalu dipanaskan 4 menit

Disaring + 20 tetes aquadest, filtrat diambil + 2 ml K3Fe(CN)6 0,005 N lalu dipanaskan 15 menit

+ 2 ml Asam asetat + 150 mg asam askorbat + 6 ml KI + 3 tetes amilum dan dititrasi dengan Na2S2O3

Blanko5 ml ZnSO4 + 1 ml NaOH 0,1 N lalu dipanaskan 4 menit

Disaring + 20 tetes aquadest, filtrat diambil + 2 ml K3Fe(CN)6 0,005 N lalu dipanaskan 15 menit

+ 2 ml Asam asetat + 150 mg asam askorbat + 6 ml KI + 3 tetes amilum dan dititrasi dengan Na2S2O3Terbentuk endapan hijau zaitun

Larutan bening

Tidak ada perubahan warna (titrasi gagal)

Larutan bening

Larutan bening

Tidak ada perubahan warna (titrasi gagal)

2. Metode Spektrofotometri UV-VisPercobaanHasil

0,5 ml darah + 2 ml aquadest

Disentrifugasi

Lapisan atas + 1 ml Fehling A dan Fehling B

Dipanaskan

Diambil 4 tetes + 2 ml aquadest, diukur Absorbansi darah dan aquadest pada panjang gelombang 540 nm dengan spektrofotometer UV-Vis

Larutan berwarna coklat-kemerahan

Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas bening, lapisan bawah endapan

Larutan berwarna biru

Larutan biru pekat mirip blanko 0,1 mg/mL

A air = -0,12A darah = 0,13Rentang = 0,25

Kurva KalibrasiKonsentrasi Glukosa (mg/mL)Absorbansi

00

10,09

0,50,049

0,250,02

0,20,022

0,150,012

Perhitungan Kadar Gula DarahY = 0,0909 X + 0,0004X = 0,13 0,0004 / 0,0909X = 1,426 mg/mL (sampel)

VII. PEMBAHASANPada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar gula darah menggunakan dua metode yaitu metode titrasi dan metode spektofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 540 nm.Pada metode titrasi digunakan prinsip titrasi iodometri dimana zat yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida (KI) berlebihan dan akan menghasilkan iodium (I2) yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium thiosulfat (Na2S2O3). Banyaknya volume Natrium Tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan banyaknya sampel. Sebelum dititrasi sampel dihilangkan terlebih dahulu protein yang bersifat kontaminan. Fungsi penambahan NaOH ini adalah sebagai pemberi suasana basa dan juga mengendapkan ion ion besi dalam darah. Salah satu ion besi yang diendapkan adalah ion besi pada haemoglobin. Ion besi ini diubah menjadi molekul Fe(OH)2 berupa endapan merah. Pada pemberian ZnSO4 maka endapan merah dari sampel makin banyak dan terkoagulasi menjadi makin pucat. Penambahan ZnSO4 ini berfungsi untuk mengendapkan dan juga mendenaturasi protein secara sempurna. Glukosa merupakan gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Glukosa dalam darah tersebut akan mereduksikan ion ferrisianida Fe(CN)63- menjadi ion ferrosianida Fe(CN)64-. Kelebihan Fe(CN)64- akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3 dengan indikator iodium yang pada titik akhir titrasi berwarna biru. Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis iodium bereaksi dengan hidroksida membentuk iodida dan hipoiodit dan selanjutnya terurai menjadi iodida dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, sehingga reaksi berjalan tidak kuantitatif. Adanya konsentrasi asam yang kuat dapat menaikkan oksidasi potensial anion yang mempunyai oksidasi potensial yang lemah sehingga direduksi sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan pH yang tepat dari larutan maka dapat diatur jalannya reaksi dalam oksidasi atau reduksi dari senyawa. Titrasi yang dilakukan gagal, tidak terjadi perubahan warna saat titrasi, hal ini disebabkan mungkin asam yang digunakan (asam asetat) tidak terlalu kuat sehingga tidak dihasilkannya iodium (I2). Iodometri biasanya menggunakan H2SO4 sebagai pembuat suasana asam. Kemungkinan lain, bahan yang diguanakan dalam titrasi tidak murni.Uji glukosa darah yang kedua dengan metode spektofotometri UV-Vis. Spektrofotometri adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam penentuan kadar glukosa dalam darah. Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada absorpsi radiasi elektromagnet. Cahaya terdiri dari radias gelombang dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan sedangkan campuran cahaya dengan panjang-panjangini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi seluruh spektrum nampak 400-760 mm. Spektrofotometri terjadi bila perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ket ingkat energi yanglebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikutioleh perubahan arah spin, hal inidikenal dengan sebutantereksitasi singlet. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan Hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik melalui suatu media, maka sebagian cahaya disebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian dipancarkan. Dalam penentuan kadar glukosa darah dengan metode ini, protein yang juga terkandung dalam darah harus diendapkan atau didenaturasi terlebih dahulu. Karena berat jenis protein yang leih besar dari berat jenis glukosa yang akan dianalisis maka pemisahan selanjutnya dilakukan dengan sentrifugasi. Pada proses ini terbentuk supernatan berwarna merah yang lebih bening dan endapan protein yang berwarna kecoklatan. Pengendapan ini ditujukan untuk memisakhan protein dari glukosa karena akan menggangu pengukuran. Setelah proses tersebut barulah darah mengalami proses pemanasan dan penambahan reagen Fehling A dan Fehling B. Persamaan yang didapat dari kurva regresi yaitu Y = 0,0909 X + 0,0004. Dari persamaan ini dimasukkan nilai absorbansi sampel glukosa dari plasma darah sebesar 0,13 diperoleh konsentrasi glukosa dalam sampel darah sebesar 1,426 mg/mL. Kadar gula darah ini tidak termasuk kadar normal karena lebih tinggi dari kadar gula normal sebesar 60-120 mg/100 mL. Bila level gula darah menurun terlalu rendah disebut hipoglisemia. Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglisemia. Hiperglisemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf.

VIII. KESIMPULANDari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:1. Glukosa dalam darah tersebut akan mereduksikan ion ferrisianida Fe(CN)63- menjadi ion ferrosianida Fe(CN)64-. Kelebihan Fe(CN)64- akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3 dengan indikator iodium yang pada titik akhir titrasi berwarna biru.2. Titrasi yang dilakukan gagal, tidak terjadi perubahan warna saat titrasi, hal ini disebabkan mungkin asam yang digunakan (asam asetat) tidak terlalu kuat sehingga tidak dihasilkannya iodium (I2). Kemungkinan lain, bahan yang diguanakan dalam titrasi tidak murni.3. Dalam penentuan kadar glukosa darah, protein yang juga terkandung dalam darah harus diendapkan atau didenaturasi terlebih dahulu. Pengendapan ini ditujukan untuk memisakhan protein dari glukosa karena akan menggangu pengukuran.4. Persamaan yang didapat dari kurva regresi yaitu Y = 0,0909 X + 0,0004. Diperoleh konsentrasi glukosa dalam sampel darah sebesar 1,426 mg/mL. Kadar gula darah ini tidak termasuk kadar normal karena lebih tinggi dari kadar gula normal sebesar 60-120 mg/100 mL.DAFTAR PUSTAKA

Keenan, Charles W, Donald C. Kleinfelter dan Jesse H. Wood. 1992. Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.Murray, R.K. dkk. 2003. Biokimia Klinik Edisi 4. Jakarta: EGC.Poedjiadji, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.Syaifuddin. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.LAMPIRAN

Sampel darah yang telah ditambah NaOH dan ZnSO4

Sampel darah yang telah dipanaskan 4 menit

Proses pemanasan sampel darah

Sampel darah yang digunakan

Proses penyaringan

Sampel dan blanko setelah pemanasan

Sampel setelah penyaringan + K3Fe(CN)6