Laporan BAKTERIOLOGI 2

35
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI “Penghitungan Angka Kuman Pada Urine” Oleh : Kadek Susi Wiandari P07134011028 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN DIII ANALIS KESEHATAN

description

laporan bakteri

Transcript of Laporan BAKTERIOLOGI 2

Page 1: Laporan BAKTERIOLOGI 2

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

“Penghitungan Angka Kuman Pada Urine”

Oleh :

Kadek Susi Wiandari

P07134011028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN DIII ANALIS KESEHATAN

2012

Page 2: Laporan BAKTERIOLOGI 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal.

Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan terbentuk filtrat 120

ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh

tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk satu mili liter urin per menit. (R. Wirawan,

S. Immanuel, R. Dharma, 2008).

Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk

mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui

kelainan-kelainan diberbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas,

korteks adrenal, uterus dan lain-lain. Selama ini dikenal pemeriksaan urin rutin

dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan

makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan

glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah

pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton,

bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit. Pemeriksaan makroskopik meliputi

pemeriksaan volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Bau urin

normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan

dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, pate, obat-obatan seperti mentol,

bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan

ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet.

Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan

protein dalam saluran kemih. Pemeriksaan mikroskopik yaitu pemeriksaan

sedimen urin. Sedangkan pemeriksaan kimia urine meliputi pemeriksaan pH,

protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit. Penyakit infeksi

akibat kuman pathogen sendiri merupakan penyakit yang sering dijumpai di

seluruh dunia. Infeksi dalam tubuh manusia sendiri beragam jenisnya, diantaranya

infeksi saluran nafas, infeksi saluran kemih, dan infeksi saluran cerna. Infeksi

Page 3: Laporan BAKTERIOLOGI 2

saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi saluran

nafas atas yang terjadi pada populasi dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

tahun dan 2.5-11% pada pria di atas 65 tahun. Infeksi saluran kemih merupakan

infeksi nosokomial tersering yang mencapai kira-kira 40-60% (Schaeferr, 2002).

 Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan bakteri dalam urin.

Bakteriuria yang disertai dengan gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria

simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis.

Dikatakan bakteriuria positif pada pasien asimptomatis bila terdapat lebih dari 105

koloni bakteri dalam sampel urin midstream, sedangkan pada pasien simptomatis

bisa terdapat jumlah koloni lebih rendah. Pemeriksaan Angka Kuman, dengan

menggunakan metode pour plate. Tujuan dari pemeriksaan angka kuman adalah

untuk mengetahui jumlah bakteri per ml sampel dan untuk mengetahui

kemungkinan adanya ISK (infeksi saluran kemih)

Sebagian besar ISK merupakan infeksi yang bersifat asenden/menjalar ke

atas. Wanita terutama sangat rentan terhadap ISK, oleh karena saluran kencingnya

lebih pendek daripada pria. Pada wanita, biasanya kuman-kuman penyebab ISK

yang berasal dari anus berpindah ke kemaluan dan membentuk koloni. Yang

kemudian masuk ke dalam kandung kemih melalui saluran kencing yang pendek

dengan spontan maupun mekanik pada saat hubungan seksual. Pada pria, pasien

penderita Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) umumnya lebih beresiko terkena ISK

karena adanya hambatan dalam pengeluaran air seni. Pada pasangan homoseksual

juga beresiko terkena ISK yang dihubungkan dengan frekuensi anal seks

(hubungan seksual melalui anus). Pada bayi baru lahir dan juga pada laki-laki usia

muda terdapat bukti bahwa sirkumsisi (sunat) memperkecil angka kejadian ISK

secara bermakna.

Penyebab terbanyak adalah Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya

menghuni usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari Gram-negatif

ternyata E.Coli menduduki tempat teratas, yang kemudian diikuti oleh Proteus,

Klebsiela, Enterobacter, dan Pseudomonas.

Jenis kokus Gram-positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan

entercoccus dan Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu

saluran kemih, lelaki usia lanjut dengan hipertrofi prostat atau pada pasien yang

Page 4: Laporan BAKTERIOLOGI 2

menggunakan kateter. Bila ditemukan Staphylococcus aureus dalam urin harus

dicurigai adanya infeksi hematogen melalui ginjal. Demikian juga Pseudomonas

aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih melalui jalur hematogen dan pada

kira-kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi Salmonella pada urin. Bakteri

lain yang dapat menyebabkan ISK melalui jalur hematogen ialah Brusella,

Nokardia, Actinomyces dan Mycobacterium tuberculosae

Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah dan

pemeriksaan urin. Pada pemeriksaan darah dicari apakah ada tanda-tanda infeksi.

Pemeriksaan urin merupakan standar baku emas atas diagnosis ISK. Urin yang

diperiksa ditanam di atas media biakan untuk kuman dan dilihat apakah ada

kuman yang tumbuh. Infeksi saluran kemih pada manusia biasanya diidentifikasi

melalui perhitungan angka kuman dalam urine, pada urine normal urine tidak

mengandung mikroorganisme (steril). Sedangkan indikasi adanya infeksi saluran

kemih apabila jumlah kuman dalam urine lebih besar 100.000/ml urine. Namun,

dalam proses perhitungan angka kuman sendiri, tidak bisa apabila langsung

dilakukan perhitungan angka kuman,terlebih dahulu perlu dilakukan tahap

pengenceran sampel dan penanaman.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan laporan ini adalah :

1.2.1 Bagaimanakah teknik penghitungan angka kuman pada urine?

1.2.2 Bagaimanakah cara untuk mengetahui jumlah kuman pada urine

pasien dan ada atau tidak infeksi saluran kemih pada pasien?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah :

1.3.1 Untuk mengetahui teknik penghitungan angka kuman pada urine.

1.3.2 Untuk mengetahui jumlah kuman pada urine pasien dan ada atau tidak

infeksi saluran kemih pada pasien.

Page 5: Laporan BAKTERIOLOGI 2

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah :

1.4.1 Agar mengetahui teknik teknik penghitungan angka kuman pada urine

1.4.2 Agar mengetahui jumlah kuman pada urine pasien dan ada atau tidak

infeksi saluran kemih pada pasien.

Page 6: Laporan BAKTERIOLOGI 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menghitung atau menentukan banyaknya mikroba dalam suatu bahan

(makanan, minuman, dan lain-lain) dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa

jauh bahan itu tercemar oleh mikroba. Dengan mengetahui jumlah mikroba, maka

dapat diketahui kualitas mikrobiologi dari bahan tersebut. Bahan yang dapat

dikatakan baik jika jumlah mikroba yang terkandung dalam bahan tersebut masih

di bawah jumlah standar yang ditentukan oleh suatu lambaga. Kandungan

mikroba pada suatu bahan juga sangat menentukan tingkat kerusakannya, serta

dapat ditentukan oleh tingkat kelayakan untuk dikonsumsi.

Secara kebetulan seorang peneliti Jerman melihat bahwa koloni yang

tumbuh pada kentang yang telah direbus pada akhirnya dapat menemukan jalan

untuk memisah menjadi individu-individu. Caranya; mereka mengembangkan

media spesifik untuk menumbuhkan mikroorganisme. Media adalah substansi

yang memenuhi kebutuhan nutrisi mikroorganisme. Koch dan koleganyanya juga

menunjukkan bahwa senyawa dari alga yang disebut agar dapat membuat media

menjadi padat. Richard J.Petri (1852 – 1921) membuat piringan kaca bertutup

untuk menempatkan media agar alat tersebut selanjutnya disebut Petri dish yang

masih digunakan sampai sekarang. Pada tahun 1892, dengan menggunakan teknik

biakan murni Koch dan anggotanya menemukan agen-agen penyebab typus,

dipteri,tetanus, pneumonia dan lain sebagainya. Koch mengenalkan penggunaan

binatang model untuk penyakit manusia dengan cara menginjeksikan bakteri ke

dalam mencit,kelinci, babi atau domba. Ia bahkan menempelkan kamera pada

mikroskopnya untuk mengambil gambar dan menggunakannya sebagai bukti

untuk menghilangkan keraguan. 

Membiakkan bakteri dapat dilakukan dengan berbagi cara, salah satunya

pengembangbiakan dalam media cawan petri. Pengembangbiakan dalam cawan

ini ada beberapa metode, yaitu :

Metode cawan gores (streak plate)

Page 7: Laporan BAKTERIOLOGI 2

Metode cawan gores cukup sulit bagi pemula, terutama mahasiswa semester

awal yang baru mengambil mata praktikum mikrobiologi. Kesulitan dari metode

ini, yaitu proses penggoresan yang cukup lama dan sulit, sehingga memudahkan

terjadinya kontaminasi dan kegagalan. Prinsip metode ini, yaitu mendapatkan

koloni yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain, sehingga mempermudah

proses isolasi.

Cara ini dilakukan dengan membagi cawan petri menjadi 3-4 bagian. Ose

steril yang telah disiapkan dilekatkan pada sumber isolat, kemudian

menggoreskan ose tersebut pada cawan berisi media steril. Goresan dapat

dilakukan 3-4 kali membentuk garis horisontal di satu sisi cawan. Ose disterilkan

lagi dengan api bunsen, setelah kering ose tersebut digunakAn untuk menggores

goresan sebelumnya pada sisi cawan kedua. Langkah ini dilanjutkan hingga

keempat sisi cawan tergores.

Pada metode ini, goresan di sisi pertama diharapkan koloni tumbuh padat

dan berhimpitan, sedangkan pada goresan sisi kedua, koloni mulai tampak jarang

dan begitu pula selanjutnya, sehingga didapatkan koloni yang tampak tumbuh

terpisah dengan koloni lain. Seluruh tahap hendaknya dilakukan secara aseptik

agar tak terjadi kontaminasi.

Metode cawan tuang (pour plate)

Metode cawan tuang sangat mudah dilakukan karena tidak membutuhkan

keterampilan khusus dengan hasil biakan yang cukup baik. Metode ini dilakukan

dengan mengencerkan sumber isolat yang telah diketahui beratnya ke dalam 9 ml

garam fisiologis (NaCl 0.85%) atau larutan buffer fosfat. Larutan ini berperan

sebagi penyangga pH agar sel bakteri tidak rusak akibat menurunnya pH

lingkungan. Pengenceran dapat dilakukan beberapa kali agar biakan yang

didapatkan tidak terlalu padat atau memenuhu cawan (biakan terlalu padat akan

mengganggu pengamatan).

Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji seperti

uji kualitatif koliform yang secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga

(uji kuantitatif, bisa dengan metode MPN), uji penguat dan uji pelengkap. Waktu,

mutu sampel, biaya, tujuan analisis merupakan beberapa faktor penentu dalam uji

kualitatif koliform. Bakteri koliform dapat dihitung dengan menggunakan metode

Page 8: Laporan BAKTERIOLOGI 2

cawan petri (metode perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan pada

anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu

koloni yang merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup

yang terdapat pada sampel) seperti yang dilakukan pada percobaan ini (Penn,

1991).

Pengukuran kuantitatif populasi mikroorganisme sangat diperlukan untuk

berbagai macam penelaahan mikrobiologis. Berbagai macam cara dapat dilakukan

untuk menghitung jumlah mikroorganisme, akan tetapi secara mendasar, ada dua

cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Ada beberapa cara

perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat dari

austu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan

ruang hitung (counting chamber). Sedangkan perhitungan cara tidak langsung

hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih

hidup saja (viabel count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu :

perhitungan pada cawan petri (total plate count / TPC), perhitungan melalui

pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode), dan

kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri) (Sutedjo, 1991).

Jumlah mikroba dalam suatu  bahan dapat dihitung menggunakan beberapa

cara. Namun secara garis besar dibedakan menjadi :

Perhitungan Bakteri secara langsung

Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan

membuat preparat dari austu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak

diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber) (Sutedjo, 1991).

Enumerasi mikroba dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan

menghitung jumlahnya tanpa ditumbuhkan terlebih dahulu dalam suatu medium,

dalam teknik ini semua sel mikroba baik yang idup maupun yang mati akan

terhitung. Untuk melakukan enumerasi mikroba dalam suatu bahan seringkali

diperlukan pengenceran bertingkat(Rukmi, MG.I., A.T. Lunggani, A. Suprihadi,

2008).

Perhitungan Bakteri Secara Tidak Langsung

Sedangkan perhitungan cara tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah

mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viabel count). Dalam

Page 9: Laporan BAKTERIOLOGI 2

pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu : perhitungan pada cawan petri (total

plate count / TPC), perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil

atau terdekat (MPN methode), dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri)

(Sutedjo, 1991).

Berdasarkan kekeruhan

Mikroba dalam suatu bahan cair dapat dideteksi berdasarkan kekeruhannya.

Pertumbuhan sel bakteri didalam suatu medium cair akan meningkatkan

kekeruhan media, yang akan mempengaruhi jumlah sinar yang dapat

ditransmisikan menembus medium(Rukmi, MG.I., A.T. Lunggani, A. Suprihadi,

2008).

Berdasarkan jumlah lempeng total (plate count)

Cara ini adalah cara yang paling umum digunakan untuk menentukan

jumlah mikroba yang masih hidup, berdasarkan jumlah koloni yang tumbuh.

Teknik ini diawali dengan pengenceran sampel secara seri, dengan kelipatan 1 :

10. Masing-masing suspensi pengenceran ditanam dengan metode tuang (pour

plate) atau sebar (spread plate). Bakteri akan bereproduksi pada medium agar dan

membentuk koloni setelah 18-24 jam inkubasi. Untuk menghitung jumlah koloni

dalam cawan petri dapat digunakan alat ’colony counter’ yang biasanya

dilengkapi dengan pencatat elektronik. (Rukmi, MG.I., A.T. Lunggani, A.

Suprihadi, 2008).

Dimaksud dengan total count  yaitu kalau perhitungan jumlah tidak

berdasarkan kepada jenis, tetapi secara kasar terhadap golongan atau kelompok

besar mikroorganisme umum seperti bakteri, fungi mikroalge ataupun terhadap

kelompok bakteri tertentu.

Total count bacteria misalnya ditentukan berdasarkan penanaman bahan

dalam jumlah dan pengenceran tertentu ke dalam media yang umum untuk

bacteria. Setelah melalui masa inkubasi pada temperature kamar selama waktu

maksimal 4 x 24 jam, perhitungan koloni dilakukan. Dianggap bahwa tiap koloni

berasal dari sebuah sel, maka jumlah koloni dapat diperhitungkan sebagai jumlah

sel mewakili dan terdapat di dalam bahan yang dianalisis.

Juga terdapat total count fungi dilakukan metoda yang sama, kecuali

temperature inkubasi 28   10 C. Di dalam pelaksanaan agar selama pertumbuhan

Page 10: Laporan BAKTERIOLOGI 2

tidak diganggu oleh koloni bakteri maka kepada permukaan media sebelum diberi

bahan yang akan dianalisis, ditambahkan terlebih dahulu larutan asam laktat 3%.

Terhadap mikroalge, media yang digunakan harus bersifat semisolid atau

cair, yaitu dengan penambahantepung agar 50% dari yang diperlukan. Karena

kalau penggunaan tepung agar sesuai untuk bacteria ataupun fungi, pertumbuhan

mikroalge akan lambat atau terhambat sama sekali. Berbeda dengan biakan

bakteri ataupun fungi, maka biakan mikroalge harus ditempatkan pada tempat

yang terang atau dikenai oleh cahaya matahari, selama 5- 15 hari.

Jenis media yang digunakan untuk perhitungan total count kelompok lain,

pada dasarnya berbentuk media selektif atau pengaya. Karena sifat selektifitas dari

media, pada akhirnya kalaupun ada bacteria yang tidak diharapkan dapat tumbuh

dan berkembang didalamnya, selain memerlukan waktu yang cukup lama (diatas

10 x 24 jam) juga koloni yang kemudian terbentuk tidak dapat menjadi besra dan

mudah hilang dari pengamatan dengan menggunakan mata biasa. Pada umumnya

karena kelompok bacteria tertentu memerlukan masa adaptasi/ aklimatisasi

terlebih dahulu, inkubasi di dalam temperature kamar memerlukan waktu antara

4-6 x 24 jam baru koloni akan tampak jelas pertumbuhannya.

Misal, total count bakteri-pereduksi-sulfat, bakteri belerang dan bakteri-besi,

dsb. Dari hasil perhitungan ini akan diketahui sampai berapa jauh kandungan

bakteri yang mempunyai kemampuan untuk melakukan deteriosasi, korosi, dan

degradasi terhadap benda (khususnya benda-benda logam) di dalam perairan.

Dapat juga ditentukan hubungan nilai antara kehadiran kelompok bakteri di atas

dengan nilai korosi pada benda-benda logam yang berhubungan langsung dengan

perairan.

Total count terhadap bakteri pathogen, khususnya untuk penyebab penyakit

perut, seperti tifus, paratifus, kolera, disentri, dsb, yang disebabkan

oleh Salmonella, shigella danVibrio, juga memerlukan media pengaya dan media

selektif.

Total count terhadap bakteri penghasil racun, khususnya yang menyebar

melalui air dan mengenai bahan makanan dan disebabkan oleh bakteri aerobic

(Pseudomonas,Staphylococcus) dan anaerob (Clostridium) serta total count dan

identifikasi jenis-jenis fungi penghasil mikotoksin khususnya yang termasuk

Page 11: Laporan BAKTERIOLOGI 2

kelompok Aspergillus, Penicillium, dan fusarium, juga sama seperti untuk

golongan pathogen.

Dari hasil/data sementara ternyata bahwa pada lingkungan yang jelek

populasi dan jumlah jenis mikroorganisme tersebut sangat tinggi, sehinga kasus

atau gejala penyakit dan keracunan  juga sangat tinggi. Khusus untuk fungi

penghasil mikotoksin sangat ditakuti pertumbuhannya pada bahan makanan,

karena akan menghasilkan racun jamur (mikotoksin) yang bersifat karsinogenik

(dapat merangsang terjadinya kanker, terutama pada kanker hati).

Keberhasilan analisic terhadap kelompok pathogen dan penghasil toksin,

baru dapat berhasil kalau menggunakan media pengaya dan selektif. Hal ini

mengingat pula bahwa kemungkinan besar kehadiran kelompok tersebut di dalam

substrat sagat sedikit atau jarang jumlahnya.

Page 12: Laporan BAKTERIOLOGI 2

BAB III

METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum I (Praktikum pembuatan media NA) dilaksanakan pada hari

Kamis, 1 Maret 2012, pukul 12.00 – 16.00 WITA dan bertempat di

Laboratorium Bakteriologi, Jurusan Analis Kesehatan, Politeknik

Kesehatan Denpasar.

Praktikum II (penanaman sampel urine pada media NA) dilaksanakan

pada hari Jumat, 9 Maret 2012, pukul 08.00 – 12.00 WITA dan bertempat

di Laboratorium Bakteriologi, Jurusan Analis Kesehatan, Politeknik

Kesehatan Denpasar.

Praktikum II (penghitungan angka kuman) dilaksanakan pada hari Senin,

12 Maret 2012, pukul 11.00 – 14.00 WITA dan bertempat di Laboratorium

Bakteriologi, Jurusan Analis Kesehatan, Politeknik Kesehatan Denpasar.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Tabung reaksi

Rak tabung

Kapas lemak

Api bunsen

Gelas beaker

Botol semprot

Erlenmeyer

Batang pengaduk

Neraca analitik

Aluminium foil

Plate

Page 13: Laporan BAKTERIOLOGI 2

Colony counter

Inkubator

Pipet ukur

Bola hisap

Tisue

Label

3.2.2 Bahan

Media Nutrient Agar (28 g/L)

Aquadest steril

Sampel urine

3.3 Langkah Kerja

3.3.1 Pembuatan media NA ( Nutrient Agar 28 g/L )

1. Ditimbang 7 gram bubuk media NA

2. Dilarutkan dengan 250 mL aquadest

3. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditutup dengan aluminium foil

4. Dipanaskan hingga larut sempurna di atas kompor listrik

5. Disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121° C selama 15 menit

6. Media siap digunakan

3.2.2 Pembuatan aquadest steril

1. 250 mL aquadest dimasukkan ke dalam erlenmeyer

2. Erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil

3. Disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121° C selama 15 menit

4. Aquadest siap digunakan

3.2.3 Pengenceran sampel

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Masing – masing tabung reaksi diberi label

3. Masing-masing tabung tersebut kemudian diisi 9 mL aquadest steril.

Page 14: Laporan BAKTERIOLOGI 2

4. Pada tabung I ditambahkan 1 ml urine.(10-1)

5. Dari tabung I dipipet 1 mL dan dimasukan ke tabung II (10-2)

6. Dari tabung II dipipet mL dan dimasukan ke tabung III (10-3)

3.2.4 Pembuatan kontrol

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Petridish diberi label kontrol

3. Petridish diisi dengan 10 mL aquadest

4. Dalam keadaan panas media Nutrient Agar (NA) dituang ke plate tersebut

dan didiamkan hingga padat.

3.2.5 Penanaman kuman

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Masing – masing petridish diberi label pengenceran ( 10-1, 10-2, 10-3)

3. Dari tabung reaksi I, II, dan III, dipipet masing-masing 10 ml larutan ke

dalam masing-masing plate steril sesuai dengan pengencerannya.

4. Dalam keadaan panas media Nutrient Agar (NA) dituang ke dalam 

masing-masing plate tersebut dan didiamkan hingga padat.

3.2.6 Inkubasi

Inkubasi dilakukan pada incubator pada suhu 370 C selama 18-24 jam

3.2.7 Penghitungan angka kuman

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Alat Colony Counter duhubungkan dengan sumber listrik dan dinyalakan.

3. Plate yang berisi control diletakkan pada Colony Counter.

4. Dihitung jumlah koloni kuman yang ada

5. Setelah itu baru dihitung jumlah koloni kuman pada masing-masing

plate yang telah ditanami sampel urine.

Page 15: Laporan BAKTERIOLOGI 2

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Tabel hasil pengamatan jumlah koloni kuman pada sampel urine Mr. AD (19

tahun) :

Penghitungan angka kuman pada sampel dapat menggunakan rumus sebagai

berikut :

No Plate Pengenceran Jumlah Koloni (n)

1

1Kontrol - 4

2

2I 10-1 56

3

3II 10-2 44

4

4III 10-3 5

Page 16: Laporan BAKTERIOLOGI 2

Keterangan :

nk = Jumlah koloni pada control

n1 = Jumlah koloni pada plate I

n2 = Jumlah koloni pada plate II

n3 = Jumlah koloni pada plate III

∑n = Jumlah plate yang dihitung jumlah koloninya

Penghitungan jumlah kuman pada sampel urine Mr. AD (19 tahun)

* Karena dalam plate pada pengenceran 10-3 hanya terdapat 5 koloni kuman

( kurang dari 30 koloni ) maka tidak dimasukkan dalam perhitungan.

Page 17: Laporan BAKTERIOLOGI 2

Dalam penghitungan koloni kuman juga perlu diperhatikan ketentuan sebagai

berikut :

Jumlah koloni pada masing-masing plate yang dapat dihitung hanya koloni

yang berjumlah antara 30-300 koloni/plate. Jika ada dalam 1 plate media

terdapat koloni kurang dari 30 atau lebih dari 300 koloni maka tidak

dimasukkan dalam perhitungan.

Jika hasil penghitungan koloni kuman (Colony Count) < 10.000/ml urine

menandakan tidak terjadi infeksi. Adanya kuman pada urine pasien

kemungkinan karena infeksi suprapubik atau kateter.

Jika hasil penghitungan koloni kuman (Colony Count) antara 10.000/ml

s/d 100.000/ml urine, menandakan pasien mengalami infeksi saluran

kemih.

Jika hasil penghitungan koloni kuman (Colony Count) > 100.000/ml urine,

menunjukkan bahwa pasien mengalami infeksi saluran kantung kemih.

4.2 Pembahasan

Percobaan penentuan angka kuman pada urine sangat penting dilakukan

untuk mengetahui banyaknya jumlah bakteri atau kuman yang terdapat pada urine

tersebut. Jumlah kuman yang terdapat dalam urine tersebut akan menentukan

apakah pasien tersebut mengalami infeksi saluran kemih atau tidak. Percobaan

kali ini mengambil sampel urine dari Mr. AD. Percobaaan dilakukan dengan

prinsip dan prosedur kerja yang sudah ditentukan untuk mendapatkan hasil yang

memenuhi persyaratan hitung jumlah koloni sehingga mencapai tujuan yang

diharapkan.

Pemeriksaan angka kuman pada sampel urine merupakan salah satu cara

yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi adanya suatu infeksi pada saluran

kemih. Pada orang sehat, urine semestinya steril. Apabila di dalam urine

ditemukan adanya mikroorganisme(kuman) yang jumlahnya ≥ 100000/mL,

merupakan suatu indikasi bahwa orang tersebut mengalami infeksi. Untuk

mengetahui jumlah kuman per mL urine, dapat dilakukan dengan pemeriksaan

angka kuman / colony count dengan specimen urin.

Page 18: Laporan BAKTERIOLOGI 2

Pada penghitungan angka kuman pada urine ini memerlukan beberapa

tahapan yang dilakukan. Tahapan – tahapan tersebut meliputi :

1. Pembuatan media Nutrient Agar ( NA)

Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk lainnya. NA

juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak

selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media

sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. NA merupakan salah

satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa

dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan

sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.

Untuk komposisi nutrien adar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air

desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Dalam praktikum ini media dibuat sebanyak

250 mL dimana media ini mempunyai standar pembuatan 28 gram / liter, jadi

untuk membuat media sebanyak 250 ml digunakan 7 gram bubuk media NA.

Media dilarutkan dengan aquadest dan disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C

selama 15 menit. Kemudian media siap digunakan.

2. Pembuatan aquadest steril

Dalam praktikum ini menggunakan aquadest yang telah disterilisasi

dimana pembuatan aquadest steril hampir sama dengan pembuatan media NA

yaitu aquadest dimasukkan ke dalam wadah erlenmeyer kemudian ditutup dengan

aluminium foil dan disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit.

Aquadest steril ini nantinya akan digunakan untuk pengenceran sampel urine dan

digunakan untuk pembuatan media kontrol. Penggunaan aquadest steril ini apada

dasarnya adalah untuk menekan adanya kontaminasi pada sampel yang akan

ditanam. Karena jika adanya kontaminasi maka akan mempengaruhi hasil dari

penghitungan koloni kuman pada media nantinya.

3. Pengenceran sampel

Sampel urine yang digunakan dalam praktikum ini adalah urine yang telah

diencerkan dengan aquadest steril. Dimana perbandingan sampel urine dan

aquades adalah 1 : 9, yang artinya dalam 10 mL larutan terdapat 1 mL sampel.

Page 19: Laporan BAKTERIOLOGI 2

Pengenceran bertingkat yang dilakukan adalah pengenceran 10-1, 10-2, 10-3.

Dimana ini berarti pengenceran bertingkat pada dasarnya adalah penurunan

volume pengambilan sampel dari tabung pertama ke tabung kedua sebanyak 1/10

bagian atau sesuai dengan ketetapan tertentu yang telah dibuat. Tujuan dari

pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang

tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat

pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel.

Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan

selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel

mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya.

4. Pembuatan kontrol

Media control dalam praktikum ini adalah media yang digunakan sebagai

pembanding seberapa jauh kontaminasi terjadi pada media tersebut. Dimana

media ini dibuat dengan menggunakan aquadest steril tanpa campuran sampel

urine dan kemudian ditanam pada media NA. Jumlah koloni yang diperbolehkan

ada dalam media control adalah < 10 koloni. Jika terdapat lebih dari sepuluh

koloni, maka diperkirakan adanya kontaminasi pada media ini dan sebaiknya

pembuatannya diulang untuk mendapat hasil yang lebih akurat.

Page 20: Laporan BAKTERIOLOGI 2

5. Penanaman kuman

Pada tahap penanaman kuman ini sampel urine yang telah diencerkan

masing – masing dituangkan sebanyak 10 ml ke dalam plate yang telah disediakan

dan diberi label pengenceran. Kemudian media NA dituangkan ke dalam plate

yang telah berisi sampel urine. Perlu diperhatikan bahwa pada saat penuangan

sampel urine maupun media ke dalam plate kebersihan dan sterilisasi alat harus

tetap dijaga oleh karena itu pada saat penuangan alat harus tetap difiksasi dengan

api bunsen untuk menekan kontaminasi pada media dan sampel yang ditanam.

media yang telah berisi sampel didiamkan hingga padat unttuk selanjutnya

diinkubasi.

6. Inkubasi

Setelah sampel yang telah ditanam pada media selanjutnya diinkubasi pada

inkubator dengan suhu 37° C selama 18 – 24 jam. Dimana inkubasi ini merupakan

suatu teknik perlakuan bagi mikroorganismepada media, kemudian disimpan pada

suhu tertentu untuk dapat melihat pertumbuhannya. Apabila suhu inkubasi tidak

sesuai dengan yang diperlukan maka mikroorganisme tidak akan dapat tumbuh

dengan baik. Untuk mikroorganisme seperti pembiakan bakteri suhu yang tepat

adalah antara 35° - 37° C.

7. Penghitungan angka kuman

Setelah diinkubasi maka media yang telah ditanami sampel urine siap

dihitung jumlah koloninya Pada praktikum kali ini, cara penghitungan kuman

yang dipakai adalah cara penghitungan tidak langsung karena sampel urine harus

mendapat perlakukan terlebih dahulu. Alat yang dipakai untuk melakukan

perhitungan adalah Colony Counter. Adapun syarat penghitungan koloni tersebut

antara lain:

a. Satu koloni dihitung 1 koloni

b. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni

c. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni

d. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni

Page 21: Laporan BAKTERIOLOGI 2

e. Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidak

dihitung

f. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.

Setelah dilakukan penghitungan koloni kuman pada media yang telah

ditanami sampel urine Mr. AD (19 tahun) maka didapatkan hasil sebagai berikut :

Plate I ( pengenceran 10-1) = 56 koloni

Plate II ( pengenceran 10-2) = 44 koloni

Plate III ( pengenceran 10-3 ) = 5 koloni.

Hasil ini kemudian dihitung dengan menggunakan rumus pengenceran

seperti yang telah dijelaskan pada hasil pengamatan. Berdasarkan hasil

perhitungan maka diperoleh jumlah kuman yang terdapat dalam 1 mL urine

Mr.AD adalah 2260. dari hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa

Mr.AD diduga tidak mengalami infeksi saluran kemih karena jumlah kuman yang

terdapat dalam 1 mL sampel urine Mr.AD < 10.000 kuman/mL.

Dalam praktikum ini, setelah media diinkubasi ditemukan adanya

kontaminasi berupa jamur yang tumbuh pada media yang telah ditanami sampel.

Hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan pada pengambilan sampel atau

prosedur kerja, dan mungkin juga karena kurangnya tingkat sterilisasi dari alat

atau bahan yang digunakan.

Page 22: Laporan BAKTERIOLOGI 2

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

5.1.1 Dalam penghitungan angka kuman dalam urine memerlukan beberapa

tahap yaitu : pembuatan media NA, pembuatan aquades steril,

pengenceran sampel, pembuatan kontrol, penanaman sampel, inkubasi,

dan penghitungan angka kuman pada sampel.

5.1.2 Dari hasil penghitungan yang diperoleh maka pasien Mr. AD dinyatakan

tidak mengalami infeksi saluran kemih karena jumlah kuman yang

ditemukan pada 1 ml urine pasien hanya 2260 (< 10.000 kuman /mL).

5.2 Saran

Sebaiknya pada saat praktikum benar-benar diperhatikan prosedur

pewarnaan terutama pada kebersihan alat dan bahan yang digunakan untuk

menghindari adanya kontaminasi pada media dan sampel yang ditanam, sehingga

tidak mempengaruhi hasil pemeriksaan.

Page 23: Laporan BAKTERIOLOGI 2

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. “Perhitungan Jumlah Mikroba”. Tersedia pada

http://journal.discoveryindonesia.com/PDFInterstitial,perhitungan+jumla

h+mikroba.id (diakses tanggal 16 Maret 2012)

Anonim. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar. Universites Jendral

Soedirman Purwokerto : Purwokerto

Anonim. 2010. “Modul Bakteriologi I edisi II”. Tersedia pada http//:www.stikes-

gunabangsa.ac.id (diakses tanggal 15 Maret 2012)

Anonim. 2009. “Infeksi Saluran Kemih”. Tersedia pada

http//:www.iaui.or.id/ast/file/infeksi_saluran_kemih.doc (diakses tanggal

16 Maret 2012)

Page 24: Laporan BAKTERIOLOGI 2

LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 20 Maret 2012

Pembimbing Praktikan

( ....................................) ( Kadek Susi Wiandari )

PJ Mata Kuliah

( Made Birnawan, S.Si. )