Laporan Bahan Pakan dan Formulasi Ransum
-
Upload
risdaameliaputrinasution -
Category
Documents
-
view
1.005 -
download
25
Transcript of Laporan Bahan Pakan dan Formulasi Ransum
BAB I
PENDAHULUAN
Ternak memerlukan makanan yang mengandung nutrisi untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokoknya. Nutrisi merupakan faktor yang penting dalam suatu
bahan pakan. Kandungan yang ada dalam bahan pakan ternak sangat berpengaruh
terhadap laju metabolisme, produksi, dan reproduksi ternak. Bahan pakan
merupakan segala sesuatu yang diperlukan oleh ternak untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis untuk bertahan hidup dan tumbuh, bahan pakan yang
dimakan dapat berupa bahan organik dan anorganik supaya ternak mudah
mencerna makanan sesuai kemampuan ternak. Bahan pakan dibagi menjadi dua
yaitu bahan pakan konvensional dan pakan non konvensional yang artinya bahan
pakan yang tidak lazim digunakan sebagai pakan ternak pakan ternak contohnya
isi rumen sapi. Analisis proksimat digunakan untuk mengetahui kandungan zat
pakan yaitu yang terkandung pada bahan pakan serta membagi bahan pakan
menjadi beberapa bagian antara lain kadar air, protein kasar, lemak kasar, serat
kasar, kadar abu dan BETN.
Tujuan dari praktikum bahan pakan dan formulasi ransum yaitu untuk
mengetahui kandungan nutrisi dari sampel yang dianalisis dengan menggunakan
anilisis proksimat. Manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini adalah mampu
melakukan analisis proksimat sehingga mempermudah dalam menyusun ransum
bagi ternak. Berfungsi untuk meneliti sampel yang digunakan untuk penyusunan
ransum apakah layak digunakan atau tidak.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisis Proksimat
Analisis proksimat merupakan suatu metode analisis yang berfungsi untuk
menggolongkan komponen bahan pakan penyusun ransum. Analisis ini
berdasarkan komposisi, susunan kimia dan kegunaannya (Tillman et al.,1998).
Analisis proksimat menggolongkan komponen yang ada pada bahan pakan
berdasarkan komposisi kimia dan fungsinya, yaitu: air, abu, protein kasar, serat
kasar dan BETN (Suparjo, 2010).
2.1.1. Kadar Air
Air merupakan zat makanan paling sederhana dan paling sederhana dan
paling sukar penentuannya dalam analisis proksimat. Air merupakan komponen
utama dalam penyusun makhluk hidup karena 70% penyusun tubuhnya berupa air
dan 30% jaringan lainnya. Air merupakan zat dasar dari darah dan merupakan
cairan interseluler dan intraseluler yang berfungsi sebagai alat pengangkut zat-zat
makanan metabolisme dan zat sisa dari seluruh tubuh (Anggorodi, 1991).
Penentuan kadar air dilakukan dengan pemanasan suhu 105o terus menerus sampai
sampel beratnya konstan atau tidak berubah lagi (Tillman et al., 1998).
2
2.1.2. Abu
Abu merupakan suatu zat mineral yang terkandung didalam bahan pakan
atau jaringan hewan yang ditentukan dengan membakar zat organik kemudian
menimbang sisanya (Anggorodi, 1991). Proses yang dilakukan untuk melakukan
pengabuan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) Pengabuan basah dengan
menggunakan oksidator kuat dan 2) Pengabuan kering dengan cara menggunakan
tanur dengan suhu 400o-600o, menyebabkan kurangnya volatile pada suhu tinggi
(Tillman et al., 1998).
2.1.3.Serat Kasar
Serat kasar adalah semua zat-zat organik yang tidak larut dalam H2SO4 0,3N
dan 1,5 N yang berturut-turut dimasak hingga mendidih (Anggordi, 1991). Bahan
pakan juga mengandung lemak, protein, karbohidrat, vitamin dan mineral
disampel bahan pakan juga terdapat serat kasar yang artinya mempunyai serat
yang tinggi yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Serat kasar
terdiri dari selulosa, hemiselulosa, pentosa dan lignin. Selulosa merupakan
polisakarida yang paling banyak dijumpai pada tanaman, tersusun atas rangkaian
glukosa (Tillman et al., 1998).
3
2.1.4.Lemak Kasar
Istilah lemak kasar menggambarkan bahwa zat dimaksud bukan hanya
mengandung senyawa yang tergolong ke dalam tetapi termasuk senyawa lain.
Hasil dari praktikum lemak kasar diperoleh hasil 7,5%. Beberapa sumber
menggunakan kata lipid atau ekstrak eter. Ekstrak eter adalah yang paling tepat,
karena dalam analisis proksimat senyawa tersebut didapat setelah dilakukan
ekstraksi menggunakan pelarut lemak, yang biasanya pelarutnya disebut eter.
Ekstrak eter adalah zat yang mengandung senyawa yang larut dalam eter,
termasuk lipid dan zat yang tidak mengandung asam lemak. Kandungan lemak
suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan cara metode soxhlet, yaitu proses
ekstraksi suatu bahan yang ada didalam tabung soxhlet dengan menggunakan
pelarut lemak seperti eter, kloroform atau benzena (Suparjo, 2010). Kadar lemak
dapat dilihat dari tabel komposisi pakan yaitu 4,0% (Hartadi et al., 1997).
2.1.5.Protein Kasar
Protein adalah zat yang terdiri dari bahan organik yang mengandung karbon,
hidrogen, nitrogen, oksigen, sulfur dan phospor. Hasil yang didapat pada
praktikum protein kasar adalah Zat-zat ini merupakan bahan pakan yang
mengandung nitrogen. Kadar protein bahan pakan dapat diketahui dengan
menentukan kadar N secara kimiawi. Angka yang sudah diperoleh dikalikan
dengan faktor 6,25. Faktor tersebut digunakan karena zat N mewakili kira-kira
16% dari protein (Anggorodi, 1991). Protein kasar terdiri dari dua substansi yang
mengandung unsur nitrogen (Tillman et al., 1998).
4
2.1.6. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)
Bahan ekstrak tanpa nitrogen terdiri dari zat-zat monosakarida, disakarida
dan polisakarida yang semuanya mudah larut dalam larutan asam dan basa dalam
analisa serat kasar yang mempunyai daya cerna yang tinggi (Tillman et al., 1998).
Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya
seperti abu, serat kasar, protein kasar, dan lemak kasar. Hal ini disebabkan oleh
kandungan BETN hanya berdasarkan perhitungan dari zat-zat yang tersedia. Bias
yang ditemukan pada perhitungan tergantung pada keragaman hasil yang
diperoleh (Suparjo, 2010). BETN didapatkan dengan 100 dikurangkan hasil
pertambahan seluruh hasil analisis proksimat kecuali kadar air (Sutisna dan
Suparmanto, 1995).
2.2. Isi Rumen Sapi
Limbah isi rumen sapi potong dari Rumah Potong Hewan (RPH) merupakan
suatu alternatif yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Isi rumen sapi di
RPH limbahnya sangat berlimpah, selain itu kandungan nutrisi yang ada didalam
isi rumen sapi tidaklah jelek dibanding dengan pakan lain, karena didalam isi
rumen sapi terdapat bakteri yang melimpah kandungan proteinnya dari pada
pakan yang sudah diolah. Isi Rumen Sapi (IRS) merupakan bahan pakan yang
terdapat dalam rumen sebelum menjadi feses dan dikeluarkan dari dalam rumen
setelah hewan dipotong. Kandungan nutrisi isi rumen sapi cukup tinggi, hal ini
disebabkan karena zat makanan terkandung belum terserap sehingga kandungan
nutrisi tidak jauh berbeda dengan zat pakan yang berasal dari bahan bakunya
5
(Hungate, 1971). Kadar protein isi rumen sapi adalah 9,13% dengan kadar serat
kasarnya 34,68% (Soepranianondo, 2002). Kandungan BETN 38% dan abu 8-
15%, akan tetapi kondisi ini dapat berubah karena isi rumen sapi dipengaruhi oleh
macam makanan, mikroba rumen dan lamanya makanan da dalam rumen
(Abdullah, 2005).
6
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum bahan pakan dan formulasi ransum yang di laksanakan pada hari
Rabu tanggal 23 November 2011 pukul 05.30-21.00 WIB dan hari Kamis tanggal
24 November 2011 05.30-22.00 WIB. Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi
Ransum di Laksanakan di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Nutrisi
dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.
3.1. Materi
Materi yang di gunakan pada praktikum ini adalah tepung isi rumen sebagai
sampel untuk di analisis, H₂SO₄ 0,3 N 50 ml NaOH 1,5 N 50 ml, aseton 25 ml, air
panas 100 ml, N Heksana, selenium , H₂SO₄ pekat, NaOH 45%, H₃BO₃ 4%,
Indikator campuran MR+MB, HCL 0,1 N dan aquades. Alat yang di gunakan
dalam praktikum yaitu botol timbang sebagai tempat penimbangan sampel,
timbangan analitis untuk menimbang sampel, oven untuk memanaskan dan
menghilangkan kadar air, eksikator sebagai pendingin, crusible porselin sebagai
alat pemijar, gelas erlemeyer, gelas beker untuk menempatkan sampel dan
larutan, corong bucher untuk menyaring sampel, labu penyaring di gunakan untuk
mencari lemak dalam bahan pakan, soxhlet sebagai tempat N-Heksana, pendingin
tegak untuk mendinginkan dalam proses penyaringan lemak, labu destruksi untuk
mendestruksi protein, gelas ukur 50 ml untuk tempat larutan, gelas ukur 100 ml
untuk mengukur banyaknya larutan yang di butuhkan, labu destilasi 1000 ml
7
untuk mendestilasi pata analisis protein, kompor listrik untuk memanaskan
larutan, buret makro 50 ml untuk proses titrasi pada analisis protein dan corong
gelas untuk membantu dalam proses penuangan larutan.
3.2. Metode
3.2.1. Kadar Air
Metode yang digunakan dalam analisis kadar air yaitu mencuci botol
timbang kemudian mengeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105 -⁰
110 C, kemudian dikeringkan dalam eksikator selama 15 menit. Menimbang⁰
sampel misal beratnya Y gram, kemudian memasukkan sampel dalam botol
timbang dan mengeringkan dalam oven selama 4-6 jam pada suhu 105 -110 C,⁰ ⁰
mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit. Menimbang beratnya 2 gram.
Mengulangi pengeringan 3 x 1 jam, sampai berat sampel konstan (selisih
menimbang maksimal 0,0002). Menghitung kadar air dngan rumus :
Kadar Air = x 100 %
Keterangan x = berat botol timbang (gr)
y = berat sampel (gr)
z = berat botol timbang + sampel setelah di oven (gr)
3.2.2. Kadar Abu
8
x + y - z
y
Metode yang digunakan dalam analisis kadar abu yaitu dengan
mengeringkan crusible porselin dalam oven selama 1 jam dengan suhu 105 - 110⁰
C kemudian mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan menimbang
crusible porselin dengan berat misal X gram. Memasukkan sampel sebanyak Y
gram ke dalam crusible porselin dan memasukkan dalam tanur listrik selama 4 – 6
jam pada suhu 400 – 600 C hingga sampel berwarna putih. Langkah selanjutnya⁰
yaitu menunggu suhu tanur turun sampai sekitar 120 C dan mengangkat crusible⁰
porselin dan memasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit, kemudian
menimbang sampel dengan berat misal Z gram. Menghitung kadar abu sampel isi
rumen dengan menggunakan rumus :
Kadar Abu = x 100 %
Keterangan z = berat crusible setelah tanur (gr)
x = berat crusible setelah dioven(gr)
y = berat sampel sebelum oven
3.2.3. Kadar Serat Kasar
Metode yang di gunakan dalam analisis serat kasar yaitu pertama dengan
mencuci semua alat yang akan digunakan dalam analisis. Memasukkan labu
erlenyemer dalam oven selama 1 jam pada suhu 105 - 110 C kemudian⁰
mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan menimbang. Memasukkan
sampel atau bahan pakan ke dalam tabung erlenyemer dan menimbangnya misal
9
z - x
y
beratnya x gram. Memasukkan H2SO4 0,3 N sebanyak 50 ml kemudian
memasaknya sampai mendidih sekitar 30 menit. Memasukkan NaOH 1,5 N dan
memasak hingga mendidih selama 30 menit. Mengeringkan kertas saring dalam
oven 105 – 110 C selama 1 jam kemudian keringkan dalam eksikator selam 15⁰
menit kemudian menimbang beratnya misal a gram. Menyaring cairan tersebut
dengan menggunakan kertas saring yang telah terpasang dalam corong buchner.
Menyaring dengan labu penghisap, mencuci berturut-turut dengan 50 ml H₂SO₄
0,3 N, 50 ml air panas, 25 ml aseton. Memasukkan kertas saring dan isinya dalam
crussible porselin lalu mengeringkan dalam oven pada oven 105 - 110 C selama⁰
1 jam. Mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan menimbang berat
misal y gram. Memijarkan crusible porselin dan isinya dalam tanur listrik pada
suhu 400-600 C selama 4 – 6 jam (sampai menjadi abu putih). Mendinginkan⁰
dalam eksikator selama 15 menit dan menimbang misal berat z garam.
Menghitung serat kasar dengan rumus :
Kadar Serat Kasar = x 100 %
Keterangan x = berat sampel (gr)
y = berat sampel +kertas saring + cawan setelah di oven (gr)
z = berat sampel + berat kertas saring+ cawan setelah tanur (gr)
a = berat kertas saring whatman (gr)
3.2.4. Kadar Lemak
10
y – z - a
x
Metode yang digunakan pada analisis kadar lemak yaitu menimbang
sampel, misal x gram pada kertas saring. Membungkus sampel menggunakan
kertas saring tersebut. Mengoven sampai pada suhu 110 C selama 6 jam.⁰
Mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit, kemudian menimbang misal
beratnya a gram, kemudian memasukkan sampel dalam soxhlet yang telah di
pasang pada water bath. Menuangkan N Heksana , pasang alat pendingin tegak
yang di aliri dengan air dingin. Lakukan penyaringan dengan N Heksana dalam
soxhlet selama 4-5 jam (atau lakukan sirkulasi N Heksana sebanyak 8-10 kali).
Mengeluarkan dari alat soxhlet, kemudian Mengangin-anginkan hingga tidak
berbau N-Heksana. Mengeringkan sampel yang terbungkus kertas saring pada
suhu 110 C selama 2 jam, mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit,⁰
kemudian menimbangnya misal b gram. Menghitung kadar lemak dengan rumus:
Kadar lemak = x 100 %
Keterangan a = berat sampel - kertas saring sebelum di oven (gr)
b = berat sampel + kertas saring setelah di ekstraksi (gr)
3.1.1. Analisis Kadar Protein Kasar
Metode yang digunakan dalam praktikum kadar protein kasar yaitu
menimbang sampel 1 gram dan selenium kemudian memasukkan ke dalam labu
destruksi. Menambahkan 15 ml H2SO4 digojog hingga berwarna hitam.
Mendestruksi (memanaskan) di dalam lemari asam sampai menjadi berwarna
11
a - b
a – kertas saring
hijau jernih, kemudian mendinginkan. Menyiapkan larutan penangkap H3BO3 4%
sebanyak 20 ml lalu memasukkan dalam Erlenmeyer 250 ml dan menambah 2
tetes indikator campuran MR + MB. Memasang larutan penangkap pada
kondensor dan mengencangkan dengan klem. Memasang Erlenmeyer 1000 ml di
atas kaki tiga beralas asbes dan mengencangkan dengan klem. Setelah
mendestruksi sampel lalu memasukkan 50 ml aquades dan 40 ml NaOH 45%
dalam labu destilasi atau Erlenmeyer 1000 ml. Memasukkan sampel ke dalam
labu destilasi atau Erlenmeyer 1000 ml kemudian menambahkan 50 ml aquadest
dan 40 ml NaOH 45 %. Menutup dengan pipa U atau selang yang dilengkapi karet
yang menghubungkan antara kondensor dengan labu destilasi atau Erlenmeyer
1000 ml kemudian mengencangkan dengan klem. Melakukan proses destilasi
sampai larutan penangkap berubah warna dari ungu menjadi hijau. Melakukan
titrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari hijau
menjadi ungu. Menghitung kadar protein kasar dengan rumus :
Kadar Protein = x 100%
12
(titran sampel-blanko) x N HCl x 0,014 x 6,25
X gram sampel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Isi Rumen Sapi
Sampel yang digunakan untuk praktikum adalah isi rumen sapi, isi rumen
sapi merupakan bahan pakan yang terdapat dalam rumen sebelum menjadi feses
yang dikeluarkan dari dalam rumen setelah hewan dipotong. Kandungan nutrisi isi
rumen sapi cukup tinggi, hal ini disebabkan karena zat makanan terkandung
belum terserap sehingga kandungan nutrisi tidak jauh berbeda dengan zat pakan
yang berasal dari bahan bakunya. Kadar protein IRS adalah 9,13% dengan kadar
serat kasarnya 34,68%. Kandungan BETN 38% dan abu 8-15%, akan tetapi
kondisi ini dapat berubah karena isi rumen sapi dipengaruhi oleh macam
makanan, mikroba rumen dan lamanya makanan da dalam rumen (Abdullah,
2005). Pemberian isi rumen sapi kepada ternak disesuaikan dengan kebutuhan dan
fase pertumbuhan ternak tersebut. Isi rumen sapi merupakan bahan pakan sumber
protein yang terjangkau karena merupakan bagian dari limbah RPH.
Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Isi Rumen SapiAnalisis Hasil Praktikum(%BK) Kadungan Umum(%BK)
Kadar Air 14,5 10,92Kadar Serat Kasar 20,47 17,20-38Kadar Abu 12,38 8-15Kadar Protein Kasar 12,75 8,42-25Kadar Lemak Kasar 8,77 2-8,91BETN 45,62 30,2-63,17
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2011
13
4.2. Kadar Air
Berdasarkan praktikum analisis kadar air isi rumen sapi diperoleh hasil
sebesar 14,5%. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Widodo (2003), yang
menyatakan kadar air pada isi rumen sebesar 10,92%. Kadar air yang diperoleh
termasuk tinggi, hal ini disebabkan karena bahan yang digunakan mungkin tidak
kering sempurna dan menyebabkan kadar air yang diperoleh cukup tinggi. Kadar
air yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh pakan yang di konsumsi ternak dan
lamanya makanan yang berada didalam rumen, akan tetapi semua itu tidak
berpengaruh terhadap kualitas isi rumen sapi yang tidak begitu bervariasi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Abdullah (2005), yang menyatakan kondisi kandungan
zat makanan pada isi rumen sapi dapat berubah karena isi rumen sapi dipengaruhi
oleh berbagai macam makanan, mikroba rumen dan lamanya makanan didalam
rumen. Lamanya rumen yang dipotong selama 24 jam tidak mempengaruhi
kualitas yang diperoleh, jadi waktu yang lama tidak bisa mempengaruhi kualitas
dari isi rumen.
4.2. Serat Kasar
Berdasarkan hasil praktikum bahan pakan formulasi ransum didapatkan
kandungan serat kasar pada isi rumen sapi sebesar 20,47% BK. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Hartadi dan Reksohadiprojo (1997), yang menyatakan
bahwa hasil praktikum isi rumen sapi terdapat kandungan serat kasar sebesar
17,20-38%. Tinggi atau rendahnya kadar serat kasar di dalam isi rumen sapi
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis pakan yang dikonsumsi sapi,
14
kecernaan sapi, dan umur sapi. Manfaat serat kasar sendiri sebagai pemberi rasa
kenyang pada ternak, karena serat kasar menekan dinding-dinding lambung
sehingga syaraf pada dinding lambung mengirimkan impuls ke otak mengirimkan
signal bahwa lambung penuh.
4.3. Kadar Abu
Berdasarkan hasil praktikum bahan pakan pakan formulasi ransum,
didapatkan kadar abu isi rumen sapi sebesar 12,38% BK. Hasil yang didapatkan
sesuai dengan interval kadar abu isi rumen sapi pada umumnya yaitu 8-15 %. Hal
ini sesuai dengan pendapat Abdullah (2005), yang menyatakan kandungan zat abu
makanan isi rumen sapi yaitu 8-15 %. Faktor yang mempengaruhi kadar abu
sendiri diantaranya adalah jenis sampel yang digunakan dan waktu penanuran
sampel tersebut.
4.4. Protein Kasar
Berdasarkan hasil praktikum bahan pakan formulasi ransum, didapatkan
protein kasar isi rumen sapi sebesar 12,75% BK. Hasil ini sesuai dengan interval
kadar protein kasar pada umumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparjo
(2010), yang menyatakan hasil dari analisis proksimat isi rumen sapi potong
kandungan protein kasarnya adalah 8,42-25%. Faktor yang mempengaruhi kadar
protein isi rumen sapi adalah jenis bahan pakan yang dikonsumsi, kecernaan
ternak, dan keakuratan analisis. Fungsi protein antara lain sebagai biokatalisator,
protein cadangan, pentransfer bahan struktural dan protektif protein untuk
15
mengganti protein dalam jaringan yang akan mengalami proses penguraian dan
untuk mengganti nitrogen yang telah dikeluarkan dalam bentuk urea. Selain itu,
protein berfungsi untuk memindahkan berbagai senyawa melalui aliran darah dan
melintasi membran.
4.5. Lemak Kasar
Berdasarkan hasil praktikum bahan pakan formulasi ransum, didapatkan hasil
dari lemak kasar isi rumen sapi sebsar 8,77 % BK. Hasil analisis tersebut sesuai
dengan pendapat Suparjo (2010), yang berpendapat bahwa hasil analisis
proksimat isi rumen sapi potong, terdapat kandungan lemak kasar sebesar 2-
8,91%. Fungsi lemak pada umumnya sebagai sumber energi bagi organisme untuk
melakukan suatu aktivitas, sebagai bahan makanan yaitu kadungan kalori sangat
tinggi, lemak juga dapat melarutkan berbagai vitamin A, D, E, dan K. Lemak
adalah cadangan makanan yang ada didalam tubuh untuk melindungi berbagai
organ penting seperti ginjal, hati, dll. Lemak merupakan pelumas dan membantu
mengeluarkan sisa pencernaan.
4.6. BETN ( Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen )
Berdasarkan hasil paraktikum bahan pakan formulasi ransum, didapatkan
BETN pada isi rumen sapi sebesar 45,62%. Hasil perhitungan sesuai dengan
pendapat Tilman et al. (1998), yang menyatakan bahwa hasil analisis proksimat
isi rumen sapi terkandung BETN sebesar 30,2-63,17%.
16
BAB V
KESIMPULAN
Analisis proksimat dapat digunakan menganalisis komponen-komponen
utama bahan pakan, yaitu air, protein, lemak, serat kasar, dan abu (mineral).
Kelemahan dari analisis proksimat adalah hasilnya yang masih kasar, masih ada
zat lain selain komponen utama yang ikut terhitung sebagai komponen utama.
Analisis proximat tidak bisa digunakan untuk mengetahui mineral apa saja yang
terdapat dalam suatu bahan pakan dan bayak vitamin yang ikut terhitung karena
analisis proximat tidak bisa digunakan untuk menganalisa vitamin. Kadar zat gizi
pada bahan pakan yang diperoleh dari analisis ini bukan kadar zat pakan yang
murni, karena termasuk di dalamnya zat-zat lain yang dianggap atau terhitung
sebagai suatu zat pakan. Isi rumen sapi merupakan bahan pakan sumber protein
yang baik bagi ternak. Isi rumen sapi bermanfaat sebagai bahan pakan berprotein
tinggi dengan harga terjangkau karena merupakan bagian dari limbah RPH.
Faktor yang mempengaruhi kandungan isi rumen sapi adalah jenis bahan pakan
yang dikonsumsi, usia sapi, dan tingkat kecernaannya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S. 2005. Pengaruh Berebagai Tingkat Isi Rumen dalam Konsentrat Terhadap Bobot Komponen karkas Kambing Peranakan Etawah (PE), Jurnal Ilmiah Santina Vol. 2 No. 3 Juli 2005;257-264.
Anggorodi, R. 1991. Ilmu Makanan ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.
Hartadi, H.S. Reksohadiprojo, A.D. dan Tillman. 1997. Tabel Komposisi Bahan Pakan Untuk Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Hungate, R.E. 1971. The Rumen and Its Microbes. Academic Press, New York.
Rarumangkay, J. 2002. Pengaruh Fermentasi Isi Rumen Sapi oleh Trichodermaviridae Terhadap Kandungan Serat Kasar dan Energi Metabolis Pada Ayam Broiler. Program pasca sarjana, Universitas Padjajaran, Bandung.
Soepranianondo, K. 2002.Teknologi Manipulasi Nutrisi Isi Rumen Sapi Menjadi Pakan Ternak Ruminansia. Disertasi, Pascasarjana Universitas Airlangga.
Suparjo. 2002. Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Jambi.
Sutisna, H.D. Dan Sutarmanto, R. 1995. Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius, Yogyakarta.
Tilman, A. D, H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S, Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Widodo, Wahyu. 2003. Nutrisi Dan Pakan Unggas Kontekstual. PT. Gramedia , Jakarta.
18
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Kadar Air
No Berat kertas
Berat sampel
Berat kertas sisa
Berat botol timbang
Berat setelah oven
1 0,2331 1,0035 0,2570 11,3935 12,23922 0,2491 1,0018 0,2466 13,5052 14,3497
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2011
BS (Berat Segar) BU (Berat Kering Udara) BK (Berat Kering)750 gr 585 gr 452 gr
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2011
Sampel masuk :
1. (berat kertas + berat sampel) – berat kertas sisa
= (0,2331 + 1,0035) – 0,2570
= 1,2366 – 0,2570
= 0,9796
2. (berat kertas + berat sampel) – berat kertas sisa
= (0,2431 + 1,0018) – 0,2466
= 1,2449 – 0,2466
= 0,9983
KA 1 = (botol timbang + sampel) – berat setelah oven x 100%
sampel masuk
= (11, 3935 + 1,0035) – 12, 2392 x 100%
0,9796
= 0,1339 x100 %
0,9796
= 14%
KA 2 = (botol timbang + sampel) – berat setelah oven x 100%
sampel masuk
19
= (13,5052 + 0,9983) – 14, 3497 x 100%
0,9983
= 0,1538 x 100%
0,9983
= 15%
Rata-rata = 14+15 = 14,5% 2
BK rata-rata = (100 – rata-rata kadar air)
= 100 – 14,5
= 85,5 %
20
Lampiran 2. Perhitungan Kadar Serat Kasar
No B, kertas
B. sampel
K. saring
B. Crusible
K. sisa Setelah oven
Setelah tanur
1 0,2407 1,0048 1,0526 10,8989 0,2406 19, 7721 18,57212 0,2452 1,0037 1,0411 16,6537 0,2455 17,9028 16,6561
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2011
Sampel masuk
1. (berat kertas + berat sampel) – berat kertas sisa
= (0,2407 + 1,0048) – 0,2406
= 1,0049
2. (berat kertas + berat sampel) – berat kertas sisa
= (0,2452 + 1,0037) – 0,245
= 1,0034
SK 1 = (berat setelah oven – berat setelah tanur) – kertas saring x 100%
Sampel masuk
= (19,7721 – 18,5721) – 1,0526 x 100%
1,0049
= 14,6 %
= 85,4%
SK 2 = (berat setelah oven – berat setelah tanur) – kertas saring x 100%
Sampel masuk
= ( 17,9028 – 16,6561) – 1,0411 x 100%
1,0034
= 20,4%
Rata rata = 14,6 + 20,4
2
= 17,5%
21
BK rata-rata = x Rata-rata serat kasar
= x 17,5%
= 20,47 %
22
100
BK Air
100
85,5
Lampiran 3. Perhitungan Kadar Abu
No B. kertas B. sampel B. kertas sisa
Setelah oven Setelah tanur
1 0.2492 1,0013 0,2539 12,4542 12,54672 0,2441 1,0009 0,2493 12,4541 12,5736
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2011
Sampel masuk
1. (berat kertas + berat sampel) – berat kertas sisa
=(0,2492 + 1,0013) – 0,2539
= 0,9966
2. (berat kertas + berat sampel) – berat kertas sisa
=(0,2441 + 1,0009) – 0,2493
= 0,9957
Kadar Abu = x 100 %
Kadar Abu 1 = x 100%
= x 100%
= 9,2 %
Kadar Abu 2 = x 100%
= x 100%
= 12 %
23
berat sampel setelah tanur-berat sampel
Sampel masuk
12,5467-12,4542
0,9966
0,0925
0,9966
12,5736-12,4541
0,9947
0,1195
0,9947
Rata-rata = = 10,6%
BK rata-rata = x Rata-rata Abu
= x 10,6%
= 12,38 %
24
BK Air
100
85,5
100
9,2% + 12%
2
Lampiran 4. Perhitungan Kadar Protein Kasar
No B. kertas I B. kertas II B. sampel Titran sampel
Titran blanko
1 0,2576 0,2579 1,0008 12,33 ml 0,6 ml2 0,2417 0,2480 1,0012 11,8 ml 3,2 ml
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2011
Sampel masuk
1. (berat kertas + berat sampel) – berat kertas sisa
= (0,2576 + 1,0008) – 0,2579
=1,0005
2. (berat kertas + berat sampel) – berat kertas sisa
= ( 0,2417 + 1,0012) – 0,2480
= 0,9949
PK 1 = (titran –blanko) x NHCl x 0,014 x 6,25 x 100%
Sampel masuk
= (12,33 – 0,6) x 0,1234 x 0,014 x 6,25 x 100%
1,0005
= 0,1266 x 100%
1,0005= 12,65%
PK 2 = (titran –blanko) x NHCl x 0,014 x 6,25 x 100%
Sampel masuk
= (11,8 – 3,2) x 0,1234 x 0,014 x 6,25 x 100%
0,9949
= 8,6 x 0,1234 x 0,014 x 6,25 x 100%
0,9949
= 0,0928 x 100%
0,9949
= 9,33%
25
Rata-rata =
= 10,9%
BK rata-rata = x Rata-rata protein kasar
= x 10,9%
= 12,75%
26
100
Kadar air
10
85,5
12,65+9,33
2
Lampiran 4. Perhitungan Kadar Lemak Kasar
No B. kertas
B. sampel
B. kertas sisa
B.K saring
Sebelum ekstraksi
Setelah ekstraksi
1 0,1933 1,0063 0,2430 0,9471 1,7989 1,71622 0,2520 1,0085 0,2553 0,9202 1,7270 1,7113
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2011
LK 1 = (berat sampel sebeleum ekstraksi – sampel setelah ekstraksi) x 100%
Sebelum ekstraksi – kertas saring
= 1,7989 – 1,7162 x 100%
1,7989 – 0,9471= 0,0827 x 100%
0,8518
= 9,7%
LK 2 = (berat sampel sebeleum ekstraksi – sampel setelah ekstraksi) x 100%
Sebelum ekstraksi – kertas saring
=1,7570 – 1,7113 x 100%
1,7570 – 0,9202
= 0,4570 x 100%
0,8368
= 5,4%
Rata- rata = 9,7 + 5,4
2
= 7,5
BK Rata-rata = x Rata-rata lemak
= x 7,5%
= 8,77%
27
100
Kadar air
100
85,
28
Lampiran 5. Perhitungan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)
BETN = 100 – (Kadar protein kasar+kadar lemak kasar+kadar serat kasar+kadar abu)
= 100 – (12,75+8,77+20,47+12,39) %= 45,62 %
29