Laporan Bab 1-5

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan Nasional. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing manusia. ( Noor,Nur Nasry.2007). Lingkungan merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap kesehatan individu dan masyarakat. Keadaan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan perilaku masyarakat dapat merugikan kesehatan baik masyarakat di pedesaan maupun perkotaan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dibidang kesehatan, ekonomi, maupun teknologi. Kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan tersebut adalah penyediaan air bersih, penyediaan jamban keluarga, kondisi rumah dan kondisi lingkungan pemukiman (Depkes RI , 2007) Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Millennium Development Goals (MDGs) yang disepakati seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, menetapkan bahwa pada tahun 2015 1

description

kesehatan

Transcript of Laporan Bab 1-5

Page 1: Laporan Bab 1-5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan Nasional.

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan

kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan

yang optimal. Derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada

kualitas sumber daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya

saing manusia. ( Noor,Nur Nasry.2007).

Lingkungan merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap kesehatan individu

dan masyarakat. Keadaan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan

perilaku masyarakat dapat merugikan kesehatan baik masyarakat di pedesaan maupun

perkotaan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat

dibidang kesehatan, ekonomi, maupun teknologi. Kondisi lingkungan yang berpengaruh

terhadap kesehatan tersebut adalah penyediaan air bersih, penyediaan jamban keluarga,

kondisi rumah dan kondisi lingkungan pemukiman (Depkes RI , 2007)

Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Millennium Development

Goals (MDGs) yang disepakati seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, menetapkan

bahwa pada tahun 2015 separuh dari penduduk dunia yang saat ini belum mendapatkan

akses terhadap sanitasi dasar (jamban) harus mendapatkannya. Sedangkan pada tahun 2025

seluruh penduduk dunia harus mendapatkan akses terhadap sanitasi dasar. Penetapan ini

mendorong pentingnya program untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap

perlunya pemilikan dan penggunaan jamban (Depkes RI , 2007).

Bheramari merupakan salah satu desa dari 28 desa yang terletak di Kecamatan

Nangapanda – Kabupaten Ende, dengan jumlah penduduk sebanyak 965 jiwa dan jumlah

Kepala Keluarga (KK) sebanyak 245 KK, dimana 365 jiwa adalah bertani, 32 jiwa adalah

nelayan, 13 jiwa adalah pegawai swasta, 6 jiwa PNS, 9 jiwa usaha dagang dan 413 adalah

lain-lain. Masyarakat sebagian tinggal di pinggir pantai dan sisanya berada bukit dimana

mempunyai kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di pinggir pantai dan di kali. Berdasarkan

data sanitasi dasar yang diperoleh dari puskesmas setempat bahwa kasus yang paling tinggi

1

Page 2: Laporan Bab 1-5

adalah diare yaitu sebanyak 30% ,Disentri 5%, Tifus 10% dan Kecacingan 15% (Polindes

Bheramari, 2015)

Berdasarkan data pada maret 2015, terdapat 28% penduduk yang menggunakan

jamban keluarga (darurat), 31 % yang menggunakan jamban pribadi (layak) dan 41% yang

tidak memiliki jamban kelurga.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka penulis melakukan penelitian

dengan mengambil judul tentang “ UPAYA MENGATASI MASALAH SANITASI

LINGKUNGAN MELALUI PROGRAM JAMBAN DI DESA BHERAMARI – KEC.

NANGAPANDA MENGGUNAKAN METODE CLTS“

1.2 Profil Desa

1. Sejarah Pembentukan Desa

Pada tahun 1979 terbentuknya desa Bheramari yang diawali dengan

musyawarah oleh para mosalaki, tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat yang

ada di kampung Nangakeo, Pauwawa, Mbotu Ramba dan Nio Maga. Dalam

pertemuan tersebut terjadi perbedaan pendapat tentang pemberian nama, karena mosa

laki dari kampung Nangakeo dan Pauwawa mengusulkan nama desa Bheramari dan

mosalaki dari kampung Mbotu Ramba dan Nio Maga mengusulkan nama desa

Jenggarangga. Mosalaki dari kedua kubu masing-masing mempertahankan kedua

nama tersebut, akhirnya pertemuan diakhiri tanpa ada kata sepakat.

Beberapa minggu kemudian para mosalaki, tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh

masyarakat berkumpulkan kembali untuk melakukan perundingan lagi tentang nama

desa tersebut. Di dalam perundingan tersebut terjadi lagi perdebatan dimana kampung

Nangakeo dan Pauwawa tetap mempertahankan nama desa Bheramari untuk dijadikan

nama desa dengan alasan bahwa keempat kampung tersebut masih memiliki

keturunan dari Bheramari. Akhirnya para mosalaki, tokoh-tokoh agama dan tokoh-

tokoh masyarakat dari kedua kubu tersebut sepakat memberikan nama desa

Bheramari. Desa Bheramri dipimpin oleh beberapa kepala desa yaitu :

pada tahun 1979 - 1984 dipimpin oleh H.Abdullah H.M Jaru.

Pada tahun 1984 - 1989 dipimpin oleh Bapak Petrus Susu.

Pada tahun 1989 - 1994 dipimpin oleh Bapak Andreas Kapo.

Pada tahun 1994 - 1999 dipimpin oleh Bapak Gregorius Gebo.

2

Page 3: Laporan Bab 1-5

Pada tahun 1999 - 2003 dipimpin oleh Bapak Agustinus Tibo. Beliau menjabat

selama 4 tahun. Karena meninggal dunia, akhirnya digantikan oleh Bapak Beni

Abdullah (Sekdes) selama 2 tahun.

Pada tahun 2009 - 2015 dipimpin oleh Bapak Pare Pua Salama. (Geradus, 2015)

2. Struktur Pemerintahan Desa Bheramari

3

Page 4: Laporan Bab 1-5

3. Peta Desa

Gambar 1.1 Gambar Peta Desa Bheramari

4. Letak , Luas dan Batas Wilayah

a. Luas Desa : 8.26 Ha

b. Luas Wilayah :

1. Sebelah Utara : Desa Jegharangga

2. Sebelah Selatan : Laut Sawu

3 .Sebelah Barat : Desa Ndeturea

4. Sebelah Timur : Desa Nggorea

5. Pembagian Wilayah (Dusun,RW dan RT serta Peta Desa)

6. Kondisi GeografisS

Ketinggian dari permukaan laut : 0 s/d 4 m

Banyaknya curah hujan : 3000 mm/ tahun

Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai ) : Pantai

Suhu rata-rata : 25-30 °C

7. Sarana Dan Prasarana Transportasi

Jalan Jembatan Alat transportasi

1. Jalan Dusun

2. Jalan Desa

3. Jalan Kabupaten

4. Jalan Propinsi

5. Jalan Negara

1. Jembatan Nangalala

2. Jembatan Nangakeo

1. Sepeda

2. Sepeda motor

3. Mikrolet

4. Mobil pribadi

5. Truk

6. Perahu Layar

4

Page 5: Laporan Bab 1-5

7. Perahu Dayung

8. Perahu Motor

9. Gerobak

Tabel 1.2 Sarana dan prasarana transportasi

8. Sarana Dan Prasarana Sosial Ekonomi

1. KUD

2. KCK

3. Koperasi Simpan Pinjam

4. USBP

9. Potensi Primadona Desa

1. Kopra

2. Kakao

3. Kemiri

10. Kelemahan / Kekurangan Dominan Di Desa

1. Kurangnya kepemilikan Jamban

2. Kurangnya persediaan air bersih

3. SDM masih minim

4. Masih kurangnya tenaga kesehatan masyarakat (Data Monografi, 2015)

11. Struktur BPD

5

Page 6: Laporan Bab 1-5

BAB II

PERMASALAHAN, TARGET DAN LUARAN

2.1 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, dapat disusun rumusan masalah yaitu

bagaimana peran Community Led Total Sanitation (CLTS) dalam perubahan perilaku

masyarakat sehingga berpengaruh pada kejadian diare, di Desa Bheramari. Rumusan

masalah tersebut dijabarkan melalui beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan CLTS dalam mengubah perilaku masyarakat?

2. Bagaimana pelaksanaan CLTS dalam menurunkan kasus diare?

3. Apakah manfaat yang diperoleh wilayah yang memperoleh CLTS ditinjau dari sisi

lingkungan?

2.2 Target dan Luaran

2.2.1 Target

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka target yang dituju adalah:

2.2.1.1 Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-

individu yang berada dalam kelompok tersebut.

2.2.1.2 Pemerintah Desa

Pemerintah desa dipimpin oleh seorang kepala desa dan dibantu oleh perangkat

desa. Perangkat desa sendiri terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya.

Pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kepala desa dan

perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

2.2.1.3 Pondok Bersalin Desa ( Polindes)

Pondok bersalin desa ( Polindes) adalah salah bentuk partisipasi atau peran serta

masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan

kesehatan ibu dan anak, termasuk KB yang mana tempat dan lokasinya berada di

desa. Polindes hanya dapat dirintis di desa yang telah mempunyai bidan yang tinggal

di desa tersebut.Sebagai bentuk peran serta masyarakat, polindes seperti halnya

posyandu dikelola oleh pamong setempat, dalam hal ini Kepala Desa melalui

LKMDnya.

2.2.2 Luaran atau solusi

6

Page 7: Laporan Bab 1-5

Ada 3 unsur dalam upaya mengatasi masalah sanitasi lingkungan yaitu :

2.2.1.4 Pemerintahan Desa.

Salah satu target prioritas program pemerintahan Desa Bheramari, di bawa

koordinasi dinas kesehatan, pelaksanaan CLTS merupakan upaya menjaga

keberhasilan lingkungan dari tinja manusia. Dengan cara menghimbau masyarakat

membuang air besar dan air kecil di jamban.Upaya tersebut sebagai bentuk

partisipasi masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan, sekaligus menjadi

tindakan preventif pemerintahan agar tidak terjadinya penyebaran berbagai macam

penyakit di masyarakat. Meskipun sebagian masyarakat telah mengetahui bahaya

BAB dan BAK sembarangan terhadap kesehatan lingkungan yang berdampak pada

kesehatan masyarakat ,tetapi besarnya biaya pembangunan jamban menjadi

penghambat masyrakat untuk membuat jamban keluarga.

Mengatasi keterbatasan anggaran peneliti menganjurkan kepada pemerintah

desa dengan menawarkan program arisan jamban keluarga (parisai panjaga). Program

parisai penjaga merupakan upaya pengadaan jamban, pada setiap rumah tangga dalam

bentuk arisan. Tujuanya agar semua rumah tangga mudah memiliki jamban. Program

parisai panjaga di targetan mencakup semua rumah tangga, khususnya bagi mereka

yang belum memiliki jamban keluarga, dalam lingkup Desa Bheramari. Dengan

adanaya program ini diharapkan memberikan keringan bagi mereka yang kurang

mampu untuk memiliki jamban keluarga sehat.

2.2.1.5 Bidang Kesehatan (Polindes Bheramari).

Upaya mengatasi masalah sanitasi lingkunganmelalui program jamban di bidang

kesehatan melalui proram CLTS :

a. Memicu perubahan perilaku buang air besar dan buang air sembarangan

menuju buang air besar dan buang air kecil di tempat terpusat dan tertutup

b. Meningkatkan akses jamban masyrakat sebagai akibat terpicunya masyrakat

untuk open defication free (ODF) kondisi di mana masyrakat tidak membuang air

besar dan air kecil tidak pada tempatnya. Maka peneliti menawarkan beberapa

cara dalam upaya mengatasi masalah sanitasi dasar kepada petugas polindes

bheramari yaitu: Melakukan sosialisasi secara berkala kepada masyarakat tentang

pentingnya memiliki jamban dengan menggunakan metode CLTS atau STBM.

7

Page 8: Laporan Bab 1-5

2.2.1.6 Masyarakat.

Upaya mengatasi masalah sanitasi dasar yang belum memadai yang di alami oleh

masyarakat desa bheramari saat ini, maka peneliti menawarkan solusinya yaitu:

a. Masyarakat menyadari pentingnya memiliki sanitasi dasar (jamban) agar

meminimalisir dari ganguan kesehatan berupa beberapa penyakit misalnya diare,

disenrti, tifus dan lain-lain.

b. Masyarakat memulai dengan membiasakan diri menjaga kesehatan lingkungan

dengan cara membuang air besar pada tempatnya.

8

Page 9: Laporan Bab 1-5

BAB III

METODOLOGI

3.1 Metode Pelaksanaan KKN-PPM

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kali ini yaitu :

a. Observasi

Observasi adalah salah satu teknik atau metode yang biasa dilakukan oleh peneliti

untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dengan melakukan pengamatan

langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan

pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Pada metode

ini peneliti mengamati secara langsung tentang kondisi lingkungan secara umum

dan secara khusus setiap rumah tangga sebagian besar belum memiliki sanitasi

dasar (jamban) yang mengakibatkan perilaku masyarakat BAB sembarang tempat.

b. Wawancara

Wawancara adalah upaya yang dilakukan seseorang atau suatu pihak untuk

mendapatkan keterangan, atau pendapat mengenai sesuatu hal yang diperlukannya

untuk tujuan tertentu, dari seseorang atau pihak lain dengan cara tanya jawab. Pada

metode ini peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan pihak masarakat

dan pemerintahan desa dalam hal ini sekeretaris desa, para kepala dusun dari ketiga

dusun yang terdapat di desa bheramari .

c. Studi Literatur

Studi Literatur adalah mencari referensi teori yang relefan dengan kasus atau

permasalahan yang ditemukan. Pada metode ini peneliti memperoleh data – data

dari berbagai sumber yaitu melalui beberapa buku refrensi dan dari internet tentang

upaya mengatasi masalah sanitasi lingkungan melalui program jamban di desa

bheramari menggunakan metode CLTS.

3.2. Metode Penelitian / Penyelesaian Masalah

3.2.1 Pengertian Community Led Total Sanitation

Community Led Total Sanitation (CLTS) merupakan Pendekatan yang dipakai untuk

merubah perilaku hygiene sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode

pemicuan dikenal dengan Community Led Total Sanitation . CLTS diartikan menjadi

9

Page 10: Laporan Bab 1-5

sanitasi total yang dipimpin oleh masyarakat merupakan pendekatan yang menyeluruh untuk

mencapai dan menjaga kesinambungan status Open Defication Free (ODF) suatu desa.

Pendekatan CLTS memfasilitasi masyarakat dalam menganalisis kondisi sanitasi mereka,

perilaku buang air besar mereka, dan konsekuensi dari hal-hal tersebut, dan pada akhirnya

bertujuan untuk mencapai status ODF atau Stop Buang Air Besar Sembarangan( Annisfaini.

2008)

3.2.2`Prinsip Dasar Metode CLTS

Sebagai suatu metode pendekatan CLTS mempunyai prinsip – prinsip dasar yang

harus dianut dan ditegakan dalam setiap pelaksanaannya. Prinsip dasar CLTS tersebut

yaitu :

1. Tanpa subsidi kepada masyarakat

2. Tidak menggurui, tidak memaksa dan tidak mempromosikan jamban

3. Masyarakat sebagai pemimpin

4. Totalitas; seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan -

perencanaan – pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan Community Led Total

Sanitation tidak hanya dalam sanitasi, tetapi juga dapat di terapkan dalam hal lain

seperti dalam pendidikan, pertanian, dan lain – lain, yang terpenting adalah:

a. Inisiatif masyarakat

b. Total atau keseluruhan, keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara kolektif

adalah kunci utama.

c. Solidaritas masyarakat (laki perempuan, kaya miskin) sangat terlihat dalam

pendekatan ini.

d. Semua dibuat oleh masyarakat, tidak ada ikut campur pihak luar, dan biasanya

akan muncul “natural leader”.

Perubahan dari Sistem Target Driven menjadi Community Lead Proses

Approach

CERITA SYSTEM TARGET DRIVEN CLTS

Input dari luarmasyarakat

Subsidi benda-benda untuk

jamban

Pemberdayaan

masyarakat

Model ditentukan Muncul inovasi lain dari

10

Page 11: Laporan Bab 1-5

masyarakat.

Cakupan Sebagian Menyeluruh

Indikatorkeberhasilan

Menghitung jamban Tidak ada lagi kebiasaan BAB disembarang tempat

Bahan yangdigunakan

Semen, Porslain, batu bata, dan

lain-lain

Dimulai dengan bambu,

kayu, dan lainlain

Pemanfaat Yang punya uang Masyarakat yang sangat

miskin

Waktu yangdibutuhkan

Seperti yang ditargetkan oleh

proyek

Ditentukan oleh

masyarakat

Motivasi utama Subsidi / bantuan Harga diri

Model penyebaran Oleh organisasi luar / formal Oleh masyarakat melalui hubunganpersaudaraan,

perkawanan dan lain-lain

Keberlanjutan Sulit untuk dipastikan Dipastikan oleh

masyarakat

Sangsi bilamelakukan BABsembarangan

Tidak ada Disepakati oleh

masyarakat.

Tipe monitoring Oleh proyek Oleh masyarakat (bisa harian, bulanan,mingguan)

Tabel 3.1 Perubahan dari Sistem Target Driven menjadi CLTS

3.2.3 PRA Dalam CLTS

Untuk menimbulkan dan mewujudkan suatu partisipasi aktif dalam masyarakat

dalam suatu kegiatan atau program, dikenal suatu istilah metode atau pendekatan

partispatif. Dalam CLTS pendekatan partisipatif yang dianut adalah yang dikenal

dengan istilah Partisipatory Rural Appraisel (PRA). Ada 3 (tiga) pilar utama dalam

PRA yang merupakan basis CLTS adalah :

1. Attitude and Behaviour Change (perubahan perilaku dan kebiasaan)

2. Sharing (berbagi)

3. Method (metode)

11

Page 12: Laporan Bab 1-5

Ketiganya merupakan pilar kebiasaan tidak berubah maka kita tidak akan pernah

mencapai tahap “sharing” dan sangat sulit untuk menerapkan metode. Perilaku dan

kebiasaan yang dimaksud dan harus berubah adalah perilaku fasilitator. Perilaku dan

kebiasaan yang harus diubah diantaranya:

• Pandangan bahwa ada kelompok yang berada di tingkat atas (upper) dan kelompok

yang berada di tingkat bawah (lower). Cara pandang upper lower harus dirubah

menjadi “pembelajaran bersama”, bahkan menempatkan masyarakat sebagai “guru”

karena masyarakat sendiri yang paling tahu apa yang terjadi dalam masyarakat itu.

• Cara pikir bahwa kita datang bukan untuk “memberi” sesuatu tetapi “menolong”

masyarakat untuk menemukan sesuatu.

• Bahasa tubuh atau gesture; sangat berkaitan dengan pandangan upper lower. Bahasa

tubuh yang menunjukkan bahwa seorang fasilitator mempunyai pengetahuan atau

ketrampilan yang lebih dibandingkan masyarakat, harus dihindari.

Gambar 3.1 Perubahan perilaku dan kebiasaan

Perubahan perilaku dan kebiasaan tersebut harus total, dimana didalamnya meliputi: perilaku

personal atau individual, perilaku institusional atau kelembagaan dan perilaku profesional atau yang

berkaitan dengan profesi. Ketika perilaku dan kebiasaan (termasuk cara pikir dan bahasa tubuh) dari

fasilitator telah berubah maka “sharing” akan segera dimulai. Masyarakat akan merasa bebas untuk

mengatakan tentang apa yang terjadi di komunitasnya dan mereka mulai merencanakan untuk

melakukan sesuatu. Dalam CLTS fasilitator tidak memberikan solusi. Namun ketika metode telah

diterapkan (proses pemicuan telah dilakukan) dan masyarakat sudah terpicu sehingga diantara

mereka sudah ada keinginan untuk berubah tetapi masih ada kendala yang mereka rasakan

misalnya kendala teknis, ekonomi, budaya, dan lain-lain maka fasilitator mulai memotivasi mereka

untuk mecapai perubahan ke arah yang lebih baik, misalnya dengan cara memberikan alternatif

pemecahan masalah-masalah tersebut. Tentang usaha atau alternatif mana yang akan digunakan,

semuanya harus dikembalikan kepada masyarakat tersebut.

12

Page 13: Laporan Bab 1-5

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL

4.1 Pembahasan

4.1.1 Tinjauan Teoritis Sanitasi Dan Jamban

4.1.1.1 Pengertian Sanitasi

Sanitasi adalah perilaku disengaja dlm pembudayaan hdup bersih dengan maksud

mencegah mc.bersentuhan langsung dgn kotoran dan bahan buangan berbahaya

lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan

manusia. Menurut who :sanitasi adalah perilaku di sengaja dalam pembudayaan hidup

bersih dengan maksud mencegh manusia bersentuhan lansung dengan kotoran dan

bahan buangan berbahaya lainya dengan harpan usaha ini akan menjaga dan

meningkatkan kesehatan manusia.

4.1.1.2 Masalah – Maslah Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi

Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah yang kompleks untuk mengatasinya di butuhkan intergrasi dari berbagai sektor terkait. Masalah kesehatan lingkungan yang terjadi di indonesia antara lain :

1. Air bersih adalah air yang di gunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat di minum apabila telah di masak.air bersih banyak hubunganya denagan persampahan pengolahan samaph yang setiap hari di produksi olah masyarakat serta pembunagan air limbah yang lansung di alirakan pada saluaran sungai. Beberapa penyakit yang di timbulkan oleh sanitasi yang kuarang baik serta pembuangan samaph dan air limbah yang kurang baik di antaranya antara lain : Diare, Demam berdarah, Disentri, Hepatitis, Kolera, Cacingan .

2. Kesehatan pemukiman Sebenarnya penduduk dalam suatu negara merupakan suatu potensi yang dapat di manfatkan untuk pembangunan negra itu sendiri sebagai pelaksana sekaligus objek dari pembangunan.namun apabila jumlahnya terlamapau banyak dan sisi lain SDM itu sendiri tidak memadai untuk menjdi pelaksana pembangunan ,maka hal ini akan menjadi masalah karena penduduk hanya menjadi obyek pembangunanan bukan pelaksana.

3. Sampah Pertumbuhan ekonomi indonesia telah meningkatkan taraf kehidupn penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukan denagn pertumbuhan kegiatan produksi dan konsumsi. Pertumbuhan ini juga membawa pada penggunaan sumber semula jadi yang lebih besar dan pengeksploitasiaan lingkungan untuk keperluan industri ,bisnis dan aktivitas sosial. Pembuangan sampah yang tidak di urus dengan baik akan mengakibatkan masalah besar.

13

Page 14: Laporan Bab 1-5

Karena penumpukan samapah atau membuangnya sembaranagan kekawasan terbuka dan mengakibatkan pencemaran tanah yang juga akan berdamapak ke saluaran air tanah. Masalah sampah sudah satnya dilihat dari konteks nasional.kesukaran untuk mencari lokasi landifil sampah .

4. Serangga dan binatang penggangu Serangga sebagai reservoir ( habitat dan suvival ) bibit penyakit yang kemudian di sebut sebagai vektor misalanya a. Pinjal tikus untuk penyakit samapar b. Nyamuk anopheles untuk penyakit malariac. Nyamuk aides sp untuk demam berdarah

4.1.1.3 Solusi Menangani Masalah Sanitasi Dan Kesehatan Lingkungan

1. fasilitas air sehat air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :a. Syarat fisik

Bening (tak berwarna) Tidak berasa Suhu di bawah suhu udara di luarnya .

b. Syarat Bakteriologis harus bebas dari segaka bakteri terutama bakteri patogen c. Syarat kimia sesuai dengan prinsip teknlogi tepat guna di pedesaan maka air minum

yang berasaldari mata air dan sumur dalam adalah dapat diterima sebagai air yang sehat dan memenuhi ketiga persyaratan tersebut di atas aslakan tidak tercemar oleh kotoran-kotoran terutama kotoran manusia dan binatang.

2. Sumber-sumber air minum pada prinsipnya semua air dapat di proses menjadi air minum. Sumber-sumber air ini sebagai berikut adalah a. Air hujan air hujan dapat di tampung kemudian di jadiakan air minum. Tetapi

air minum ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu dapat di jadiakan air minum yang sehat perlu di tambah klsium di dalamnya.

b. Air sungai dan danau Menurut asalanya sebagai dari air sungai dan air danau ini juga dari air hujan yang mengalir mmelalui saluran –saluaran ke dalam sungai atau danau ini.

c. Mata air yang kelur dari mata air ini berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah.oleh karena itu air dari mata air ini belum tercemar oleh kotoran sudah dapart di jadikan air minum langsung.

d. Air sumber dangkal air ini keluar dari dalam tanah maka juga di sebut air tanah . Air berasl dari lapisan dari dalam tanah yang dangkal .

e. Air sumur dalam air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah .dalamnya dari dalam permukaan tanah biasanya di atas 15 meter .oleh karena itu sebagian besar air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk di jadikan air minum yang langsung tanpa melalui proses pengolahan.

14

Page 15: Laporan Bab 1-5

4.1.2 Tinjauan Teoritis Jamban

4.1.2.1 Pengertian Jamban

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan

mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat

tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan

(Kusnoputranto, 1997)

Jamban adalah suatu tempat pembuangan hajat atau kotoran manusia. Dalam

konteks kebahasaan istilah dan penyebutan kata jamban memliki beberapa pengertian.

Dalam peraturan menteri pekerjaan umum nomor 16 /2008 tentang kebijakaan dan

strategi nasional pengembangan sistem pengolahan air limbah pemukiman tidak

disebutkan adanya istilah jamban. Namun di dalam keputusan menteri pemukiman dan

prasarana wilayah nomor 534 /2001 tentang pedoman standar pelayanaan minimal

disebutkan adanya sarana sanitasi individual dan komunal berupa jamban beserta

MCK nya.

4.1.2.2 Manfaat Dan Fungsi Jamban Keluarga

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban keluarga

sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia, karena

jamban dapat mencegah berkembangnya berbagai penyakit saluran pencernaan yang

disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak dikelola dengan baik. Ditinjau dari

kesehatan lingkungan membuang kotoran ke sembarang tempat menyebabkan

pencemaran tanah, air dan udara yang menimbulkan bau. Dalam peningkatan sanitasi

jamban, kita harus mengetahui persyaratan pembuangan tinja Jamban yang baik dan

memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :

1. Melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit

2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman

3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit

4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan

4.1.2.3 Kriteria Jamban Sehat

Kriteria jamban sehat yaitu :

1. Jamban sebaiknya di bangun bangunan jamban terlindung panas hujan, serangga

dan binatang – binatang lain serta terlindung dari pandangan orang lain.

15

Page 16: Laporan Bab 1-5

2. Tempat duduk kakus : fungsi tempat duduk kakus merupakan tempat

penampungan tinja harus kuat ,mudah di bersihkan berbentuk leher angsa atau

memakai tutup yang mudah di angkat,

3. Kecukupan air bersih: jamban hendaklah di siram minimal 4-5 gayung ,bertujuan

menghindari penyebran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih.

Tidak mengotori permukaan tanah di keliling jamban tersebut.

4. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.

5. Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoak dan binatang-binatang

lainnya .

6. Tidak mengotori tanah di sekitarnya.

7. Tidak menimbulkan bau

8. Mudah digunakan dan dipelihara

9. Sederhana desainnya

10. Murah

11. Dapat diterima oleh pemakainya

12. Tersedia alat pembersih :

Sabun cair untuk cuci tangan sesudah BAB

Sikat lantai untuk membersihkan jamban

Sabun lantai sebagi anti kuman untuk memermudah pembersihan jaman

Menurut (Kumoro, 1998) Adapun beberapa bagian dari sanitasi

pembuangan tinja adalah sebagai berikut:

a. Rumah Kakus fungsi untuk tempat berlindung pemakainya dari pengaruh sekitarnya aman. Baik ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksinya disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga.

b. Lantai Kakus berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga disesuaikan dengan bentuk rumah kakus.

c. Tempat Duduk Kakus fungsi tempat duduk kakus merupakan tempat penampungan tinja yang kuat dan mudah dibersihkan juga bisa mengisolir rumah kakus jaddi tempat pembuangan tinja, serta berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang mudah diangkat (Simanjuntak P, 1999 )

d. Tempat Penampungan Tinja adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang fungsinya sebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksinya dapat berbentuk sederhan berupa lobang tanah saja.

e. Saluran Peresapan Adalah sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang lengkap untuk mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur kotoran/tinja

16

Page 17: Laporan Bab 1-5

4.1.2.4 Jenis – Jenis Jamban

Jenis – jenis jamban antara lain :

1. Jamban cubluk (Pit Privy)adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya

dibangun dibawah tempat injakan atau dibawah bangunan jamban. Fungsi dari

lubang adalah mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidak dimungkinkan

penyebaran dari bakteri secara langsung ke pejamu yang baru. Jenis jamban ini,

kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu dalam karena akan menotori

air tanah, kedalamannya sekitar 1,5-3 meter .

2. Jamban leher angsa adalah jamban leher lubaang closet berbentuk lengkungan,

dengan demikian akan terisi air gunanya sebagai sumbat sehingga dapat mencegah

bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil. Jamban model ini adalah

model yang terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan

3. Jamban Plengsengan perlu air untuk menggelontor kotoran, lubanng jamban ini

perlu juga ditutup.

4.1.2.5 Pemeliharaan Jamban

Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara

pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI 2004 adalah sebagai berikut:

1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering

2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air

3. Tidak ada sampah berserakanan

4. Rumah jamban dalam keadaan baik

5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat

6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada

7. Tersedia alat pembersih

8. Bila ada yang rusak segera diperbaiki

4.1.2.6 Transmisi Penyakit Dari Tinja

Adapu beberapa Penyakit menular yaitu :

1. Polio adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus

2. Kholera adalah penyakit infeksi saluran khusu bersifatakut yang disebabkan oleh

bakhteri fibrio

17

Page 18: Laporan Bab 1-5

3. Hepatitis A dan lainnya

merupakan penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti

penyediaan jamban.Bakteri E.Coli dijadikan sebagai indikator tercemarnya air,

dan seperti kita ketahui bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan

manusia.Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang dikeluarkan manusia

sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara

lain air , tangan, seranggaa, tanah, makanan, susu serta sayuran. Menurut

Anderson dan arnstein (dalam Wagner & Lanoix, 1958) dalam buku M.

Soeparman dan suparmin 2002, terjadinya proses penularan penyakit diperlukan

faktor sebagai berikut :

a. kuman penyebab penyakit;

b. sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab;

c. cara keluar dari sumber;

d. cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru yang potensial

e. cara masuk ke inang yang baru inang yang peka (susceptible)

4.2 Hasil

4.2.1 Kegiatan Lingkungan dan lanjutan

Memberikan energi bagi masyarakat yang sedang dalam masa perubahan di bidang sanitasinya,

yaitu menjaga kesinambungan perubahan perilaku buang air besar agar tidak kembali ke kebiasaan

BAB yang lama di tempat terbuka. Community Led Total Sanitation atau Sanitasi Total Berbasis

masyarakat (CLTS / STBM) yang terpicu dengan baik membangkitkan tindakan kolektif yang cepat

yang mengurangi praktek buang air besar di tempat terbuka dengan amat cepat dan dapat mencapai

status 100% bebas dari buang air besar di tempat terbuka dalam waktu mingguan atau bulanan,

tergantung pada kesadaran masyarakat. Namun demikian, beberapa tindak lanjut adalah penting

dalam CLTS / STBM untuk memastikan bahwa CLTS / STBM dipertahankan dan perbaikan jamban

dilakukan dalam jangka waktu panjang. Identifikasi pemimpin alami dan menyemangati mereka untuk

mengambil alih dalam memastikan bahwa rencana kegiatan terlaksana dan bahwa perubahan perilaku

dapat dipertahankan merupakan kepentingan yang diutamakan.

Setelah Community Led Total Sanitation atau Sanitasi Total Berbasis masyarakat (CLTS /

STBM) tercapai, dorong masyarakat untuk membuat papan atau tanda yang menyatakan demikian. Hal

ini akan meningkatkan harga diri dan juga berguna untuk membangkitkan rasa tertarik di antara orang-

orang yang berkunjung ke desa dan mungkin tertarik untuk melakukan hal yang sama. Untuk

memastikan bahwa para warga tidak kembali ke perilaku lama setelah sanitasi total tercapai,

lingkungan dapat memutuskan untuk memberikan hukuman bagi mereka yang melanjutkan praktek

buang air besar di tempat terbuka. Seiring dengan berjalannya waktu, terdapat perubahan sedikit demi

18

Page 19: Laporan Bab 1-5

sedikit perilaku lingkungan : setelah keluarga mulai menggunakan jamban, masyarakat akan terbiasa

dengan keamanan, kepuasan dan kenyamanan dalam menggunakan jamban, dan cenderung tidak

ingin kembali melakukan buang air besar di tempat terbuka. Perubahan perilaku ini, dan bukan

pembangunan jambannya, adalah kunci dalam daya tahan pendekatan CLTS. Bagaimanapun, jamban

lokal pertama berbiaya rendah mungkin takkan bertahan lama : dalam waktu satu tahun atau lebih

jamban tersebut kemungkinan akan penuh atau bangunannya mungkin akan runtuh. Seringkali

keluarga akan dengan spontan membangun jamban yang lebih baik dan lebih tahan lama saat hal ini

terjadi. Meskipun demikian dalam beberapa kasus, beberapa tindak lanjut akan dibutuhkan untuk

mendorong anggota lingkungan menepati janji yang pernah mereka buat.

4.2.2 Teknik Pemicuan

Ada 2 pemicuan yang mengupayakan menagatsi sanitasi dasar yaitu :

1. Memicu rasa “malu” dan hal-hal yang bersifat “pribadi”

Tanyakan seberapa banyak perempuan yang biasa melakukan BAB di tempat terbuka dan

alasan mengapa mereka melakukannya:

• Bagaimana perasaan kaum perempuan ketika BAB di tempat terbuka yang tidak terlindung dan

kegiatan yang dilakukan dapat dilihat oleh setiap orang?

• Bagaimana perasaan laki-laki ketika istrinya, anaknya atau ibunya melakukan BAB di tempat

terbuka dan dapat dilihat oleh siapapun juga yang kebetulan melihatnya secara sengaja atau tidak

sengaja?

• Apa yang dilakukan perempuan ketika harus BAB (di tempat terbuka) padahal ia sedang

mendapatkan rutinitas bulanan. Apa yang dirasakan?

• Apa yang akan dilakukan besok hari? Apakah tetap akan melakukan kebiasaan yang sama?

Catatan :

Dalam kebiasaan BAB di sembarang tempat, perempuan adalah pihak yang paling terbebani

(kehilangan privacy), jadi perempuan termasuk kelompok yang paling kompeten untuk dipicu.

2. Memicu rasa “jijik” dan “takut sakit”

4.2.3 Mmm

4.2.4 mmm

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

19

Page 20: Laporan Bab 1-5

5.1. Kesimpulan

1. Kurang adanya kepekaan dari pemerintah Desa terhadap upaya mengatasi sanitasi

dasar di Desa Bheramari -Kecamatan Nangapanda -Kabupaten Ende maret 2015

2. Lebih dari separoh kepala keluarga yang tidak memiliki jamban keluarga di Desa

Bheramari -Kecamatan Nangapanda -Kabupaten Ende maret 2015

3. Lebih dari separoh tingkat pendidikan kepala keluarga rendah di Desa Bheramari -

Kecamatan Nangapanda -Kabupaten Ende maret 2015.

4. Lebih dari separoh status ekonomi kepala keluarga berpendapatan rendah di Desa

Bheramari- Kecamatan Nangapanda -Kabupaten Ende maret 2015

5. Kurang adanya peranan petugas kesehatan terhadap pentingnya kepemilikan jamban

keluarga di Desa Bheramari- Kecamatan Nangapanda -Kabupaten Ende maret 2015

.

5.2. Saran

1. Perlu upaya peningkatan pengetahuan masyarakat oleh pihak pemerintahan desa

dalam memberikan penyuluhan tentang CLTS secara langsung kepada masyarakat di

desa bheramari tentang pentingnya memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat

kesehatan dirumah.

2. Perlu upaya peningkatan pengetahuan masyarakat dengan cara mensosialisasi secara

berkala oleh petugas kesehatan (Polindes Bheramari) tentang pentingnya memiliki

jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan dirumah.

3. Perlu upaya peningkatan sikap masyarakat terhadap kepemilikan jamban keluarga

dirumah dengan cara memberikan jamban percontohan yang memenuhi

syaratkesehatan.

4. Disarankan kepada pihak pemerintahan Desa untuk memberikan bantuan kepada

masyarakat yang berada pada ekonomi rendah untuk mendirikan jamban dirumah atau

dengan membuat jamban umum. Jika pemerintah Desa mengalami masalah tentang

dana, maka peneliti menganjurkan kepada pemerintah desa dengan menawarkan

program arisan jamban keluarga (parisai panjaga). Program parisai penjaga

merupakan upaya pengadaan jamban, pada setiap rumah tangga dalam bentuk arisan.

5. Diharapkan kepada seluruh petugas kesehatan untuk lebih menerapkan komunikasi

yang baik tentang pentingnya memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat

kesehatan dirumah.

20

Page 21: Laporan Bab 1-5

DAFTAR PUSTAKA

1. Noor, Nur Nasry. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Rineka

Cipta ; 2007.

2. DepKes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Revisi Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa

(Pedoman Epidemiologi Penyakit). Jakarta : Depkes RI ; 2007.

3. Geradus Gati. Sejarah Terbentuknya Desa Beramari. Ende : Bheramari, 2015

4. Data Monografi. Profil Desa: Ende : Bheramari, 2010

5. Annisfaini. 2008. Perilaku Buang Air Besar Setelah Community Led Total Sanitation

(CLTS): Studi di Dukuh Simbarlor Desa Plosokidul Kecamatan

PlosoklatenKabupaten Kediri. http : //www. [email protected] [18 Maret 2010].

6. Kusnoputronoto. Buku pegangan sanitasi total masyarakat Plan internasional :

jakarata 1997.

7. Kumoro. Rumah Kakus:Jakarta, 1998

8. Simanjuntak. Modul higyene dan sanitasi kesehatan lingkungan: Jakarta, 1999

21