Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi...

28
i Summary Laporan Analisis Pengelolaan Portofolio Dan Risiko Utang Pemerintah Tahun 2010 Perkembangan perekonomian Indonesia semakin membaik dengan adanya akselerasi pertumbuhan pada Q4 sebesar 6,9% sehingga pertumbuhan PDB tahun 2010 mencapai 6,1%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut didukung oleh tingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup tinggi membantu tercapainya angka pertumbuhan yang lebih tinggi dari asumsi APBN yang sebesar 5,8 %. Kondisi perekonomian domestik yang baik serta mulai pulihnya ekonomi dunia telah menyebabkan mengalirnya dana dari negara maju ke emerging market. Hal tersebut disebabkan rendahnya tingkat suku bunga di negara maju dan menurunnya risk aversion investor menyebabkan terus mengalirnya dana asing ke pasar keuangan Indonesia. Sebagai dampak mengalirnya dana asing tersebut adalah turunnya tingkat yield SBN yang diminta investor ke tingkat terendah sejak awal penerbitan SBN. Kondisi pasar yang membaik tersebut menyebabkan terdapat keleluasaan dalam melaksanakan strategi penerbitan dan pengelolaan risiko portofolio utang. Salah satu indikator membaiknya kondisi ekonomi dan pengelolaan utang dapat dilihat dari rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang terus menurun. Apabila pada akhir 2009 rasio utang Indonesia tersebut masih berada pada tingkat 28,32 %, maka pada akhir tahun 2010 dengan tingginya angka pertumbuhan PDB dan terkendalinya pertumbuhan outstanding utang telah menghasilkan rasio utang terhadap PDB sebesar 26,10% Pengelolaan portofolio dan risko utang pada tahun 2010 semakin membaik. Kondisi risiko portofolio utang telah mengalami perubahan dibandingkan kondisi pada akhir 2009 sebagaimana terlihat pada tabel berikut: No Jenis Risiko Indikator Risiko Des 2010 D es 20 09 Perubahan Keterangan 1 Risiko Tingkat Bunga Refixing rate 26.08% 28.16% -2.08% Penurunan tingkat risiko 2 Risiko Nilai Tukar Porsi Utang valas terhadap Total Utang 46.18% 47.39% -1.22% Penurunan tingkat risiko 3 Risiko Refinancing Average T ime to Maturity 8,42 tahun 8,44 tahun 0.02 tahun Kenaikan tingkat risiko Perkembangan kondisi risiko dapat dijelaskan sebagai berikut : Perkembangan risiko tingkat bunga pada tahun 2010 menurun dilihat dari penurunan rasio refixing rate dari portofolio utang sebesar 2.08% yaitu dari 28,16% di tahun akhir tahun 2009 menjadi 26.08% di akhir tahun 2010. Kondisi ini disebabkan oleh penambahan outstanding utang tidak diikuti oleh penambahan outstanding utang berbunga variable rate (VR) sehingga rasio VR terhadap total utang ikut menurun. Perkembangan risiko nilai tukar selama 2010 juga mengalami perbaikan. Hal tersebut ditandai dengan turunnya porsi utang valas terhadap total utang dari

Transcript of Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi...

Page 1: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

i

Summary

Laporan Analisis Pengelolaan Portofolio Dan Risiko UtangPemerintah Tahun 2010

Perkembangan perekonomian Indonesia semakin membaik dengan adanyaakselerasi pertumbuhan pada Q4 sebesar 6,9% sehingga pertumbuhan PDB tahun2010 mencapai 6,1%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut didukung olehtingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanjapemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup tinggi membantu tercapainyaangka pertumbuhan yang lebih tinggi dari asumsi APBN yang sebesar 5,8 %.

Kondisi perekonomian domestik yang baik serta mulai pulihnya ekonomi dunia telahmenyebabkan mengalirnya dana dari negara maju ke emerging market. Hal tersebutdisebabkan rendahnya tingkat suku bunga di negara maju dan menurunnya riskaversion investor menyebabkan terus mengalirnya dana asing ke pasar keuanganIndonesia. Sebagai dampak mengalirnya dana asing tersebut adalah turunnyatingkat yield SBN yang diminta investor ke tingkat terendah sejak awal penerbitanSBN.

Kondisi pasar yang membaik tersebut menyebabkan terdapat keleluasaan dalammelaksanakan strategi penerbitan dan pengelolaan risiko portofolio utang. Salah satuindikator membaiknya kondisi ekonomi dan pengelolaan utang dapat dilihat dari rasioutang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang terus menurun. Apabila padaakhir 2009 rasio utang Indonesia tersebut masih berada pada tingkat 28,32 %, makapada akhir tahun 2010 dengan tingginya angka pertumbuhan PDB dan terkendalinyapertumbuhan outstanding utang telah menghasilkan rasio utang terhadap PDBsebesar 26,10%

Pengelolaan portofolio dan risko utang pada tahun 2010 semakin membaik. Kondisirisiko portofolio utang telah mengalami perubahan dibandingkan kondisi pada akhir2009 sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

No Jenis Risiko Indikator Risiko Des 2010 Des 2009 Perubahan Keterangan

1Risiko TingkatBunga Refixing rate 26.08% 28.16% -2.08%

Penurunantingkat risiko

2Risiko NilaiTukar

Porsi Utangvalas terhadapTotal Utang

46.18% 47.39%-1.22%

Penurunantingkat risiko

3RisikoRefinancing

Average Time toMaturity

8,42 tahun 8,44 tahun 0.02 tahun Kenaikantingkat risiko

Perkembangan kondisi risiko dapat dijelaskan sebagai berikut :

Perkembangan risiko tingkat bunga pada tahun 2010 menurun dilihat daripenurunan rasio refixing rate dari portofolio utang sebesar 2.08% yaitu dari28,16% di tahun akhir tahun 2009 menjadi 26.08% di akhir tahun 2010. Kondisiini disebabkan oleh penambahan outstanding utang tidak diikuti olehpenambahan outstanding utang berbunga variable rate (VR) sehingga rasio VRterhadap total utang ikut menurun.

Perkembangan risiko nilai tukar selama 2010 juga mengalami perbaikan. Haltersebut ditandai dengan turunnya porsi utang valas terhadap total utang dari

Page 2: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

ii

47,39% pada tahun 2009 menjadi 46.18% di tahun 2010. Penurunan rasiotersebut disebabkan pelunasan pinjaman luar negeri yang lebih besar daripadapenarikan pinjaman baru, serta porsi valas dalam penerbitan SBN semakin kecil..

Perkembangan refinancing risk selama 2010 cenderung mengalami kenaikanyang ditandai oleh turunnya rata-rata jatuh tempo utang non SRBI dari 8,44 tahunpada 2009 menjadi 8,42 di akhir tahun 2010.

Berdasarkan kondisi tingkat risiko pada tahun 2010 sebagaimana tercantum di atas,dapat disimpulkan bahwa kondisi pengelolaan risiko portofolio utang cenderungmembaik apabila dilihat dari sisi risiko tingkat bunga dan risiko nilai tukar. Namun biladilihat dari risiko refinancing, maka pada tahun 2010 mengalami kenaikan tingkatrisiko.

Page 3: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

iii

DAFTAR ISI

SUMMARY ............................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................... iii

DAFTAR TABEL....................................................................... iv

DAFTAR GRAFIK ..................................................................... v

LAPORAN ANALISIS PENGELOLAAN PORTOFOLIO DAN RISIKO UTANGPEMERINTAH TAHUN 2010

1. UMUM ............................................................................ 1

2. KONDISI PASAR DOMESTIK ..................................................... 2

3. KONDISI PASAR KEUANGAN GLOBAL ......................................... 5

4. PERKEMBANGAN KONDISI PORTOFOLIO UTANG TAHUN 2010 ............. 9

A. Perkembangan Portofolio SBN ........................................... 10

B. Perkembangan Portofolio PINJAMAN .................................. 11

5. PERKEMBANGAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG TAHUN 2010 .............. 14

A. Risiko Tingkat Bunga (interest rate risk) ............................. 14

B. Risiko Nilai Tukar (exchange rate risk) ................................ 16

C. Risiko Refinancing (refinancing risk) ................................... 19

6. PERKEMBANGAN INDIKATOR RISIKO PORTOFOLIO TAHUN 2006 -

TAHUN 2010 ..................................................................... 21

7. KESIMPULAN ................................................................ 22

Page 4: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perkembangan Portofolio Utang Tahun 2006 - 2010...................... 9

Tabel 2 Realisasi Penarikan Pinjaman Program Tahun 2010 ...................... 12

Tabel 3 Realisasi Penarikan Pinjaman Proyek Tahun 2010 ........................ 12

Tabel 4 Perkembangan Indikator Risiko Tingkat Bunga Portofolio

Utang 2010...................................................................... 15

Tabel 5 Sensibilitas Biaya Utang Terhadap Perubahan Suku Bunga

Acuan ............................................................................ 15

Tabel 6 Perbandingan Utang Valas Terhadap Total Utang dan PDB .............. 16

Tabel 7 Outstanding Portofolio Utang Valas ......................................... 16

Tabel 8 Outstanding Utang Valas Dalam Original Currency ....................... 17

Tabel 9 Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap Valas ............................... 17

Tabel 10 Sensibilitas Portofolio Utang Terhadap Perubahan Kurs................. 18

Tabel 11 Rata-rata Jatuh Tempo Pembayaran Utang................................ 20

Tabel 12 Perkembangan Indikator Risiko Portofolio Utang ......................... 21

Page 5: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Perkembangan Debt to GDP .................................................. 1

Grafik 2 Pergerakan BI Rate dan Inflasi ............................................... 2

Grafik 3 Pergerakan USD/IDR dan Index Harga Saham Gabungan (IHSG)......... 3

Grafik 4 Perkembangan Inflasi dan Yield SUN ....................................... 4

Grafik 5 Perkembangan Yield Curve .................................................. 4

Grafik 6 Pergerakan Kurs IDR Terhadap Beberapa Mata Uang Utama ............ 5

Grafik 7 Perbandingan Debt to GDP ratio beberapa negara di Dunia ........... 6

Grafik 8 Pergerakan CDS 10 Yr dan Global Bond 10 Yr to T-Bond

Spread ........................................................................... 6

Grafik 9 Perbandingan CDS 10 Tahun Dengan Beberapa Negara Lainnya......... 7

Grafik 10 Pergerakan SUN Valas Per Tenor ............................................ 7

Grafik 11 Perkembangan Indikator Likuiditas Pasar TED Spread (Libor

over T-bills 3 m) ............................................................... 8

Grafik 12 Perkembangan Rate Bank Sentral beberapa negara di dunia............ 8

Grafik 13 Komposisi Portofolio Utang ................................................... 9

Grafik 14 Penerbitan SBN Bruto ......................................................... 10

Grafik 15 Komposisi Instrumen Penerbitan SBN Tahun 2010 ........................ 10

Grafik 16 Komposisi Portofolio SBN by Instrument (nominal) ...................... 11

Grafik 17 Perkembangan Realisasi Penarikan Pinjaman dan Pembayaran

Cicilan Pokok Pinjaman ..................................................... 13

Grafik 18 Perkembangan Outstanding Pinjaman per jenis kreditor .............. 13

Grafik 19 Outstanding Pinjaman (by purpose) ....................................... 14

Grafik 20 Proporsi Interest Rate Utang Tahun 2009 dan Tahun 2010 ............. 15

Grafik 21 Komposisi Utang Valas (per currency) ..................................... 17

Grafik 22 Komposisi Utang Valas (per instrumen) .................................... 18

Grafik 23 Perbandingan Maturity Profile (Persen) .................................... 19

Grafik 24 Perbandingan Maturity Profile (Nominal) .................................. 20

Page 6: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

1

39.00%35.11%

33.04%

28.32%26.10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

2006 2007 2008 2009 2010

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000(Tr iliun IDR)

Total Debt (rhs) GDP (rhs) Debt to GDP

LAPORAN ANALISIS PENGELOLAAN PORTOFOLIO DAN RISIKOUTANG PEMERINTAH TAHUN 2010

1. UMUM

Perkembangan perekonomian Indonesia semakin membaik dengan adanyaakselerasi pertumbuhan pada Q4 sebesar 6,9% sehingga pertumbuhan PDB tahun2010 mencapai 6,1%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut didukung olehtingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanjapemerintah.Realisasi belanja Pemerintah yang cukup tinggi membantu tercapainyaangka pertumbuhan yang lebih tinggi dari asumsi APBN yang sebesar 5,8 %.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahun 2010 tidak disertai dengan angkarealisasi defisit APBN. Realisasi defisit APBN lebih rendah dari yang diperkirakanakibat realisasi pendapatan pemerintah yang lebih tinggi (102% dari APBN-P 2010)sejalan dengan angka pertumbuhan PDB yang di atas target APBN, sedangkanbelanja hanya mencapai 94% (lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja tahun2009) sehingga realisasi defisit terhadap PDB hanya mencapai 0,68%.

Kondisi perekonomian domestik yang baik serta mulai pulihnya ekonomi dunia telahmenyebabkan mengalirnya dana dari negara maju ke emerging market. Hal tersebutdisebabkan rendahnya tingkat suku bunga di negara maju dan menurunnya riskaversion investor menyebabkan terus mengalirnya dana asing ke pasar keuanganIndonesia. Sebagai dampak mengalirnya dana asing tersebut adalah turunnyatingkat yield SBN yang diminta investor ke tingkat terendah sejak awal penerbitanSBN.

Kondisi perekonomian dunia mulai pulih dari kondisi krisis yang ditandaimembaiknya angka pertumbuhan ekonomi negara negara maju utama dunia yangsebelumnya terkena krisis seperti Amerika Serikat, Jerman dan Jepang, sertasemakin melajunya pertumbuhan negara-negara emerging market khususnyanegara-negara BRIC (Brazil, Russia, India dan China). Namun ditengah pemulihanekonomi dunia terdapat beberapa negara, seperti Portugal, Italy, Ireland, Greecedan Spain (negara PIIGS), yang mengalami krisis utang akibat tingkat utang yangunsustainable. Negara-negara tersebut mengalami kesulitan akibat naiknya yieldyang sangat besar akibat meningkatnya persepsi potensi default sejalan dengantingginya rasio utang terhadap PDB mereka

Kebalikan dari kondisi yang dialami negara-negara PIIGS Indonesia mengalamiperbaikan dilihat dari rasio debt to GDP sehingga persepsi investor asing dandomestik terhadap Indonesia sangat baik. Credit rating Indonesia mengalamipeningkatan secara merata dari semua lembaga rating utama.

Grafik 1Perkembangan Debt to GDP

Page 7: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

2

0

2

4

6

8

10

12

Jan-09 Mar-09 May-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10

(%)

0

2

4

6

8

10

12

(%)

BI rate Inflasi

Dari grafik di atas dapat dilihat rasio utang terhadap Produk Domestik BrutoIndonesia semakin menurun, yang menunjukkan semakin rendah kerentananIndonesia terhadap beban utang secara relatif terhadap perekonomian nasional.Turunnya rasio debt to GDP merupakan salah satu faktor yang menjadipertimbangan bagi investor dan lembaga rating dalam melakukan asesmen kondisirisiko default (credit rating) Indonesia.

2. KONDISI PASAR DOMESTIK

Kondisi pasar keuangan domestik pada tahun 2010 mengalami perbaikan yangsangat signifikan ditandai dengan turunnya yield SBN domestik dan kenaikan indekskomposit di Bursa Efek Indonesia sebesar 48%. Membaiknya perekonomianIndonesia telah menyebabkan pasar keuangan Indonesia dibanjiri oleh arus danadari luar negeri. Masuknya dana asing dari luar negeri memberi dampak yang positif,namun juga diiringi meningkatnya risiko sudden reversal.

Masuknya dana asing ke Indonesia melalui dua jalur, yaitu melalui investasilangsung ke sektor riil (Foreign Direct Investment) maupun melalui investasiportofolio. Salah satu penempatan dana asing yang terbesar adalah melaluipembelian SBN domestik. Akibat masuknya dana asing ke Pasar SBN domestiktelah menyebabkan kepemilikan asing meningkat pesat hingga mencapai lebih dari30% dari tradable SBN Rupiah.

Kondisi likuiditas yang tinggi di Pasar dunia telah meningkatkan demand akankomoditi, baik komoditi energi, mineral dan pangan. Sementara adanya gangguancuaca yang cukup ekstrim telah mengganggu produksi berbagai komoditi pangandan mineral, sehingga meningkatkan angka inflasi dunia, termasuk Indonesia.

Walaupun terjadi trend kenaikan inflasi pada tahun 2010, namun secara uumumkondisi inflasi Indonesia tahun 2010 cukup terkendali hingga menjelang akhir tahun.Terkendalinya angka inflasi menyebabkan Bank Indonesia tetap menahan BI rate dilevel 6,5%. Untuk melihat perkembangan angka inflasi dan BI-rate dapat dilihat padadiagram di bawah ini :

Grafik 2Pergerakan BI rate dan Inflasi

Angka inflasi tahun 2010 cenderung meningkat akibat meningkatnya harga komoditipangan dan lainnya yang diakibatkan oleh turunnya produksi domestik dan globalsementara permintaan dunia meningkat. Namun di sisi lain, Bank Indonesia tetapmenjaga BI Rate agar tetap konstan pada tingkat 6,5% selama tahun 2010

Page 8: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

3

8,000

9,000

10,000

11,000

12,000

13,000

Jan-09

Mar-09

May-09

Jul-09

Sep-09

Nov-09

Jan-10

Mar-10

May-10

Jul-10

Sep-10

Nov-10

(IDR)

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

(IDR)

USD/IDR IHSG -RHS

walaupun angka headline inflation di atas target APBN namun core inflation masihstabil.

Membaiknya kondisi makro ekonomi Indonesia juga dicerminkan oleh membaiknyakondisi financial market diantaranya pasar modal. Kondisi fundamental perusahaanterbuka yang terdaftar pada BEI yang baik telah mengundang datangnya investorasing dan domestik untuk semakin giat berinvestasi di Pasar Modal. Kondisi inimenyebabkan pasar modal Indonesia menjadi salah satu tujuan penempatan danayang favorit di dunia, sehingga menyebabkan naiknya kapitalisasi pasar sangattinggi.

Derasnya arus modal asing masuk ke Indonesia baik melalui FDI maupun melaluiinvestasi portofolio telah menyebabkan nilai tukar Rupiah terapresiasi secarasignifikan. Bank Indonesia selaku otoritas moneter berusaha menjaga agar nilai tukarRupiah tidak menguat terlalu besar melalui intervensi pasar dengan membeli valutaasing di pasar.Perkembangan IHSG dan nilai tukar Rupiah terhadap USD dapatdilihat pada diagram berikut :

Grafik 3Pergerakan USD/IDR dan Index Harga Saham Gabungan (IHSG)

Nilai tukar Rupiah terhadap USD cenderung menguat yang ditunjang oleh besarnyacapital inflow dan surplus current account. IHSG tumbuh sangat signifikan yangdidorong oleh performa emiten sejalan dengan pertumbuhan ekonomi danbanyaknya capital inflow ke pasar modal.

Sebagaimana diketahui inflasi dalam negeri adalah faktor utama yang diperhitungkaninvestor dalam menentukan yield SUN Rupiah disamping faktor-faktor lainnya sepertibesarnya imbal hasil riil, liquidity premium, nilai tukar rupiah, dan faktor lainnya.Sebagai ilustrasi korelasi antara yield SUN dan Inflasi dapat dilihat pada diagram dibawah ini :

Page 9: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

4

0

3

6

9

12

15

Jan-09 Mar-09 May-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10

(%)

0

3

6

9

12

15

(%)

Sun 2 yrSun 10 yrInflasi

8.45 8.51 8.67 8.698.91 8.92 8.98

9.61

10.15 10.25

7.45

7.677.80

5.876.32 6.39

6.83 7.01 7.217.50 7.54 7.61

8.809.27

9.70

5.41

5.0

7.5

10.0

12.5

15.0

1yr

2yr

3yr

4yr

5yr

6yr

7yr

8yr

9yr

10yr

15yr

20yr

30yr

(%)

5.0

7.5

10.0

12.5

15.0(%)

31-Mar-10 31-May-1031-Oct-10 31-Dec-10

Grafik 4Perkembangan Inflasi dan Yield SUN (generic)

Besarnya capital inflow ke pasar keuangan domestik yang ditandai meningkatnyakepemilikan asing menyebabkan yield SBN Rupiah cenderung turun ke tingkatterendah sampai bulan November 2010, namun sejalan dengan mulai naiknya angkainflasi yang menembus angka 6% (yoy) pada bulan Agustus menyebabkan mulainaiknya ekspektasi inflasi sehingga menyebabkan yield SBN mulai meningkat padaakhir tahun 2010

Perkembangan tingkat yield SBN dalam berbagai tenor menunjukkanperkembangan kondisi pasar SBN. Sejalan dengan membaiknya angka inflasi danturunnya angka BI-Rate telah berkibat yield kurve bergeser ke bawah.Perkembangan yield Curve 2010 dapat dilihat pada diagram berikut ini :

Grafik 5Perkembangan Yield Curve

Terkendalinya angka inflasi pada Semester 1 tahun 2010 dan derasnya arus masukmodal asing ke Pasar SBN telah menyebabkan Pergerakan Yield Curve SBN Rupiahselama awal sampai dengan pertengahan tahun 2010 cenderung bergeser turundengan slope yang sedikit mendatar namun sejalan dengan meningkatnyaekspektasi inflasi terutama pada periode akhir tahun 2010 telah menyebabkan slopeyield curve lebih curam (steep).

Page 10: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

5

USD/IDR

8,0009,000

10,00011,000

12,00013,000

14,000

Jan

-09

Mar

-09

May

-09

Jul-

09

Sep

-09

Nov

-09

Jan

-10

Mar

-10

May

-10

Jul-

10

Sep

-10

Nov

-10

-12.0%-8.0%

-4.0%0.0%

4.0%8.0%

12.0%

USD/IDR % Change (rhs)

GBP/IDR

11,000

12,500

14,00015,500

17,000

18,500

20,000

Jan-

09

Mar

-09

May

-09

Jul-0

9

Sep

-09

No

v-09

Jan-

10

Mar

-10

May

-10

Jul-1

0

Sep

-10

No

v-10

-12.0%

-8.0%

-4.0%0.0%

4.0%

8.0%

12.0%

GBP/IDR % Change (rhs)

EUR/IDR

8,000

9,500

11,000

12,500

14,000

15,500

17,000

Jan-

09

Mar

-09

May

-09

Jul

-09

Sep

-09

Nov

-09

Jan-

10

Mar

-10

May

-10

Jul

-10

Sep

-10

Nov

-10

-12.0%

-8.0%

-4.0%

0.0%

4.0%

8.0%

12.0%

EUR/IDR % Change (rhs)

JPY/IDR

80

90

100

110

120

130

140

Jan-

09

Mar

-09

May

-09

Jul

-09

Sep

-09

Nov

-09

Jan-

10

Mar

-10

May

-10

Jul

-10

Sep

-10

Nov

-10

-12.0%

-8.0%

-4.0%

0.0%

4.0%

8.0%

12.0%

JPY/IDR % Change (rhs)

Pergerakan nilai tukar Rupiah sangat dipengaruhi oleh pergerakan arus modal duniayang mengalir dari negara-negara maju menuju negara-negara emerging market.Positifnya neraca pembayaran Indonesia yang didukung oleh surplus neraca lancardan neraca modal telah menyebabkan suply valuta asing di pasar uang meningkat.Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap sejumlah mata uang utama dunia dapatdilihat pada diagram berikut :

Grafik 6

Nilai tukar Rupiah terhadap USD, Euro dan GBP cenderung menguat, sementaraterhadap JPY cenderung melemah. Pergerakan nilai tukar Rupiah tersebutdipengaruhi oleh kondisi ekonomi Indonesia, masuknya arus modal asing,pergerakan antara nilai tukar mata uang kuat dunia, dan adanya kecenderunganbeberapa mata uang berfungsi sebagai safe heaven currency seperti JPY dan CHF.

Volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap USD cenderung menurun akibat berhasilnyapengendalian stabilitas nilai tukar oleh otoritas moneter, sementara terhadap Euro,GBP dan JPY berada pada tingkat yang lebih tinggi, akibat adanya krisis utang eropa(negara PIIIGS) dan adanya kecenderungan JPY sebagai safe heaven currency.

3. KONDISI PASAR KEUANGAN GLOBAL

Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju menunjukkan trend positif, walaupunkondisi perekonomian belum dapat kembali pulih ke tingkat sebelum terjadinya krisis.Untuk menunjang pemulihan ekonomi, banyak bank sentral negara utama dunia(USA, Eurozone country, dan Jepang) mengendurkan kebijakan moneter, bahkanmelakukan ekspansi moneter melalui kebijakan quantitative easing (QE). Akibatkebijakan QE likuiditas pasar keuangan global meningkat sehingga menyebabkantingkat yield menurun drastis

Salah satu akibat dari kebijakan stimulus fiskal yang dilakukan pemerintah beberapanegara telah menyebabkan meningkatnya angka defisit ke tingkat tidak sinambung(unsustainable). Besarnya defisit yang terakumulasi dalam beberapa tahunsebelumnya ditambah besarnya kebutuhan untuk stimulus akibat krisis keuanganglobal telah menyebabkan meningkatnya rasio debt to GDP pada banyak negaradidunia. Tingginya rasio debt to GDP tersebut telah menyebabkan persepsi risiko

Perkembangan Kurs IDR Terhadap Beberapa Mata Uang Utama

Page 11: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

6

0

200

400

600

800

1000

Jan-09

Mar-09

May-09

Jul-09

Sep-09

Nov-09

Jan-10

Mar-10

May-10

Jul-10

Sep-10

Nov-10

bps

0

200

400

600

800

1000bps

GB 10Yr to TBond spreadcds 10 yr

98.5

83.2

76.5

63.4

60.8

58.9

55.9

48.1

41.5

26.4

17.5

144.0

196.4

0 50 100 150 200

Japan

Greece

Ireland

Portugal

United Kingdom

Spain

Brazil

United States

India

Turkey

Mexico

Indonesia

China

(%)

meningkat sehingga menyebabkan melambungnya yield yang diminta investor danberkurangnya demand sehingga menyebabkan krisis utang di beberapa negaraeropa (negara PIIGS). Perbandingan rasio utang terhadap PDB beberapa negara didunia dapat dilihat pada diagaram di bawah ini:

Grafik 7Perbandingan Debt to GDP ratio beberapa negara di Dunia

Data bersumber dari bloomberg

Tingginya likuiditas pasar keuangan dan pemulihan/pertumbuhan ekonomi negaramaju dan emerging market telah meningkatkan permintaan akan komoditi danmendorong harga naik, sementara terdapat penurunan produksi komoditi pangantelah menyebabkan inflasi di negara emerging market meningkat.

Rendahnya tingkat bunga di negara-negara maju dan adanya kebijakan quantitativeeasing telah menyebabkan meningkatnya likuiditas, serta kondisi ekonomi indonesiayang membaik mendorong turun yield Global Bond Indonesia sebagaimanaditunjukkan oleh spread Global Bond Indonesia terhadap US Treasury Bond.Perkembangan besarnya premium risiko Indonesia dapat di lihat pada diagram dibawah ini:

Grafik 8Pergerakan CDS 10 yr dan Global Bond 10 yr to T-Bond Spread

Page 12: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

7

2

4

6

8

10

12

14

Jan-09

Mar-09

May-09

Jul-09

Sep-09

Nov-09

Jan-10

Mar-10

May-10

Jul-10

Sep-10

Nov-10

(%)

2

4

6

8

10

12

14(%)

Global Bond 5 yr

Global Bond 10 yr

Global Bond 20 yr

PenerbitanGMTN-20

0

200

400

600

800

Jan-09 Mar-09 May-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10

bps

0

200

400

600

800bps

Indonesia 10 yr (BB+)Thailand 10 yr (-BBB)Philiphines 10 yr (BB)Turkey 10 yr (BB+)

Tingginya likuiditas pasar keuangan dunia dan membaiknya persepsi risiko indonesiatelah menyebabkan yield spread Global Bond Indonesia dengan US Treasury Bondsemakin mengecil, bahkan apabila sebelumnya spread dimaksud lebih tinggi dariangka CDS Indonesia untuk tenor yang sama maka untuk 2010 spread tersebutcenderung lebih rendah bila dibandingkan CDS spread.

Baiknya kondisi ekonomi Indonesia dibandingkan kondisi negara maju utama, sertamenurunnya persepsi risiko yang ditunjukkan oleh meningkatnya rating Indonesiamenyebabkan angka CDS Indonesia semakin menurun, sebagaimana terlihat padadiagram berikut ini :

Grafik 9Perbandingan CDS 10 Tahun dengan beberapa Negara Lainnya

Besarnya likuiditas di Pasar Keuangan Global dan adanya krisis utang dinegara PIIGS telah menyebabkan turunnya yield surat utang emerging market dipasar global, khususnya untuk surat utang negara yang memiliki prospek ekonomiyang bagus dan tingkat utang yang rendah. Seperti yang dapat dilihat padaperkembangan Yield Global Bond Indonesia di diagram berikut ini:

Grafik 10Pergerakan SUN Valas Per Tenor

Page 13: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

8

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

Jan-09 Mar-09 May-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10

(%)

0

2

4

6

8

10

12

14

Jan-09 Mar-09 May-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10

(%)

0

2

4

6

8

10

12

14

(%)

BI Rate FED Target Rate ECB Base RateBOJ Target rate Brazil Selic Target Rate India Banks Association Benchmark

Ted Spread merupakan salah satu indikator likuiditas pasar yang menunjukkan tetaprendahnya biaya utang akibat besarnya likuiditas. Kondisi likuidi tas pasar uang duniadapat dilihat dari spread antara Libor 3 month (rate pinjaman antar bank) denganTreasury Bill 3 month (rate pinjaman US Government) atau biasa disebut TEDSpread. Spread yang mengecil menunjukkan semakin cairnya kondisi likuiditas pasarutang. Berdasarkan indikator ini sempat terjadi gangguan di pasar pada bulan Mei-Agustus 2010 akibat krisis utang di Eropa seperti dapat dilihat dalam perkembanganspread antara Libor dengan Treasury Bill :

Grafik 11Perkembangan Indikator Likuiditas Pasar

TED Spread (Libor over T-bills 3m)

Bank sentral rate merupakan salah satu indikasi besaran return yang diinginkan dariinvestasi yang dilakukan di suatu negara di samping penambahan premium risk.Berikut adalah gambaran besaran BI rate bila dibandingkan dengan rate bank sentraldi beberapa negara lainnya:

Grafik 12Perkembangan Rate Bank Sentral

di beberapa negara di dunia

Data bersumber dari bloomberg

Page 14: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

9

Outstanding (triliun IDR) 2006 2007 2008 2009 2010

SPN dan ZC 0.0 14.7 21.5 33.4 32.3FR 238.6 294.5 353.6 393.5 440.4VR 180.2 168.6 145.9 143.3 142.8SBN Valas 49.6 65.9 122.6 143.1 162.0IFR 0.0 0.0 4.7 11.5 25.7SDHI 0.0 0.0 0.0 2.7 12.8SU dan SRBI 274.4 259.4 258.2 251.9 248.4

Total SBN 742.73 803.06 906.50 979.46 1,064.41

- Multilateral 169.9 179.5 222.7 202.4 207.95- Bilateral 370.5 386.5 484.9 375.3 376.62- Komersial 18.1 19.6 21.7 32.0 27.14- Supplier 1.0 0.8 1.0 0.6 0.57

Total Loan 559.4 586.4 730.2 610.3 612.3Total Debt (rhs) 1,302.2 1,389.4 1,636.7 1,589.8 1,676.7

SBN

Loan

57.0% 57.8% 55.4% 61.6% 63.5%

43.0% 42.2% 44.6% 38.4% 36.5%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2006 2007 2008 2009 2010

PinjamanSBN

4. PERKEMBANGAN KONDISI PORTOFOLIO UTANG TAHUN 2010

Perkembangan portofolio utang selama tahun 2010 dipengaruhi oleh kegiatan yangdilakukan Pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN 2010,kegiatan pengelolaan portofolio utang, dan dampak perubahan kurs Rupiah terhadapmata uang utama. Perkembangan portofolio utang selama tahun 2010 dapat dilihatpada tabel berikut :

Tabel 1Perkembangan Portofolio Utang Tahun 2006 - 2010

Outstanding utang meningkat sebesar Rp86,9 triliun selama tahun 2010 terutamadisebabkan penambahan outstanding SBN sebesar Rp84,95 triliun dan Pinjamansebesar Rp2 triliun. Outstanding Pinjaman seharusnya menurun sesuai dengan tidakterealisasinya sejumlah penarikan pinjaman, namun akibat peningkatan kurs nilaitukar mata uang JPY, outstanding pinjaman justru meningkat.

Sebagai akibat dari operasi penerbitan SBN dan penarikan pinjaman, pembayaranpokok utang yang jatuh tempo, serta perubahan kurs Rupiah terhadap valas, makaterjadi perubahan dalam komposisi instrumen portofolio. Komposisi instrumenportofolio selama tahun 2010 adalah sebagai berikut :

Grafik 13Komposisi Portofolio Utang

Page 15: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

10

42.6

86.4 86.998.8

136.918.5

13.639.3

46.9

25.0

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

2006 2007 2008 2009 2010

( t rilyunrupiah)

Valas

D o mest ik

-20406080

100120140160180

2005 2006 2007 2008 2009 2010

(triliun IDR) SUN Valas -JPYSUN Valas -USDSBSN Valas- USDSBSN

VR

SPN

ZC

ORI

FR

Berdasarkan diagram tersebut di atas dapat dilihat bahwa komposisi portofolio utangsemakin didominasi oleh Surat Berharga Negara yang porsinya naik menjadi 63,5%portofolio pada 2010 dari sebelumnya 61,6% portofolio pada 2009. Hal ini sejalandengan strategi mengutamakan sumber pembiayaan yang berasal dari dalam negeri.

Kondisi portofolio SBN dan pinjaman selama tahun 2010 dapat dijelaskan sebagaiberikut :

A. Perkembangan Portofolio SBN

Realisasi penerbitan SBN bruto tahun 2010 dalam rangka pemenuhan kebutuhanpembiayaan APBN 2010 adalah sebesar Rp161,9 triliun sedangkan secara netopenerbitan SBN mencapai Rp91,2 tr iliun. Realisasi penerbitan SBN tersebut lebihrendah dari yang ditargetkan pada APBN-P 2011 dikarenakan lebih rendahnyaoutlook realisasi defisit, sehingga Menteri Keuangan memutuskan pengurangantarget penerbitan sebesar Rp15 triliun.

Penerbitan SBN bruto tahun 2010 terdiri dari Rp136,8 triliun penerbitan SBN di pasardomestik dan Rp 26.0 trilliun SBN valas diterbitkan di Pasar Internasional. Secarahistoris, komposisi penerbitan SBN dilihat dari penerbitan SBN Rupiah di pasardomestik dan SBN Valas di pasar internasional dapat di lihat pada diagram di bawahini.

Grafik 14Penerbitan SBN Bruto

Penerbitan SBN di Pasar Domestik semakin besar porsinya terhadap totalpenerbitan SBN Bruto. Hal tersebut seuai dengan strategi pengelolaan utang jangkamenengah, yaitu untuk mengendalikan risiko nilai tukar dan dalam rangkapengembangan pasar domestik.

Apabila dilihat dari komposisi instrumen, maka penerbitan SBN bruto selama tahun2010 dapat dilihat pada diagram berikut :

Grafik 15Komposisi Instrumen Penerbitan SBN Tahun 2010

Page 16: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

11

239294

354394 440

180169

146143

143

5066

123143

162

274259

258252

248

0

200

400

600

800

1,000

1,200

2006 2007 2008 2009 2010

(trilyun IDR)

SDHI

SU dan SRBI

IFR

SBN Valas

VR

FR

ZC

SPN

Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa terjadi perubahan yang cukupsignifikan dalam komposisi instrumen penerbitan 2010 bila dibandingkan tahun-tahunsebelumnya. Selama tahun 2010 Penerbitan SBN bruto didominasi oleh ObligasiFixed Rated Rupiah, SPN, SBN Syariah dan Obligasi Valas dalam USD dan JPY.Sementara Obligasi VR dan SBSN Valas tidak diterbitkan. Penerbitan Obligasi FixedRated yang melonjak tajam, menandakan pulih pasar keuangan domestik dimanainvestor sudah kembali berinvestasi pada sekuritas yang bertenor lebih panjang.

Perkembangan portofolio SBN tahun 2010 sebagai dampak operasi penerbitantersebut di atas, dapat dilihat pada diagram berikut ini :

Grafik 16Komposisi Portofolio SBN by Instrumen (nominal)

Dampak penerbitan obligasi fixed rate yang melonjak tajam adalah meningkatnyaoutstanding obligasi fixed rate sebesar Rp 46 triliyun dari Rp 394 trilyun di tahun2009 menjadi Rp 440 trilyun di tahun 2010. Peningkatan outstanding juga terjadipada SBN valas yang disebabkan penerbitan GMTN 20 (ekuivalen Rp18,5 trilyun)dan Samurai Bond (ekuivalen Rp 6,5 trilyun). Sementara porsi obligasi Variable Ratetetap di posisi Rp 143 triliun dan tidak mengalami perubahan.

B. Perkembangan Portofolio Pinjaman

Pada tahun 2010, target pembiayaan APBN-P melalui Pinjaman adalah sebesarRp71,78 triliun yang terdiri dari Rp29,50 triliun Pinjaman Program dan Rp42,36 triliunPinjaman Proyek termasuk di dalam nya penerusan pinjaman sebesar Rp16,8 triliundan pinjaman dalam negeri sebesar Rp1,0 triliun. Dari target tersebut, realisasipenarikan pinjaman program adalah sebesar Rp29,04 triliun (99% dari target) danpinjaman proyek/kegiatan sebesar Rp24,51 triliun (57,9% dari target).

Adapun realisasi penarikan Pinjaman program selama tahun 2010 dapat dilihat padatabel berikut :

Page 17: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

12

APBN-P Reali sasi% thdpAP BN

A P in jaman L uar N egeri1. Pinjaman proyek Pem erintah P usat 24.56 15.62 63.6%

2. Pe nerusan pinjaman 16.80 8.50 50.6%

Jum lah Pinjam an Luar Ne geri 41.36 24.12 58.3%

B P in jaman D alam Ne ge ri

1. Pinjaman proyek Pem erintah P usat 1.00 0.39 39.4%

Jumlah Pinjam an Dalam Ne geri 1.00 0.39 39.4%

42 .36 24 .51 57.9 %

* A sumsi kurs APBN-P 2010: US D 1 = IDR 9.200

Sumb er & Pe nggunaan

Jumlah

Tabel 2Realisasi Penarikan Pinjaman Program Tahun 2010

Realisasi Pinjaman program hampir mencapai 100 %, kurangnya pencapaian targetdisebabkan oleh penguatan kurs Rupiah dan belum tercapainya target refinancingdari Pinjaman BOS/KITA karena belum semua kegiatan penunjang BOS/KITA dapatdiverifikasi sebagai dasar pencairan pinajamn tunai ini. Sementara untuk pinjamanproyek, realisasi penarikannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3Realisasi Penarikan Pinjaman Proyek Tahun 2010

Selama tahun 2010 Realisasi Pinjaman Proyek mencapai 57,9% dari total target(Rp42,36 triliun). Jumlah penarikan tersebut masih cukup rendah, yang disebabkanoleh rendahnya realisasi penarikan pinjaman proyek antara lain:

o Terlambatnya pengguguran revisi DIPA yang antara lain menunggu persetujuanDPR

o Lambatnya dimulainya proses pelelangan proyek yang biasanya dimulai padabulan Maret tahun yang bersangkutan dan memakan waktu minimum 3 bulan.Pemerintah telah mengantisipasi masalah ini dengan menerbitkan KeppresNo.54/2010 tentang Tatacara Pengandaan Barang dan Jasa Pemerintah sebagairevisi Kepres 80/2003, namun pelaksanaannya baru akan dimulai di tahun 2011

o Lambatnya proses penerbitan No Objection Letter (NOL) dari Lender ataspersetujuan pemenang lelang, draft kontrak, dan persetujuan pembayaran.

o Sebab-sebab lain seperti belum siapnya penyediaan dana pendamping (untukproyek tahun pertama), masalah pengadaan tanah – ganti rugi yang harganyameningkat, perubahan design dan kenaikan harga material karena lamanyaproses perencanaan dan penganggaran

Page 18: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

13

169.9 179.5 222.7 202.4 207.95

370.5 386.5

484.9

375.3 376.62

0.0

100.0

200.0

300.0

400.0

500.0

600.0

700.0

800.0

2006 2007 2008 2009 2010

(trilyun IDR)

- Multilateral - Bilateral - Komersial - Supplier

13.58 19.61 30.10 28.94 29.0412.54

20.12 29.72 24.51

14.46

(52.68) (57.92) (63.44) (68.03) (50.63)

(80.0)

(60.0)

(40.0)

(20.0)

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

2006 2007 2008 2009 2010

(Trilyun IDR)

(80.0)

(60.0)

(40.0)

(20.0)

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0(Trilyun IDR)Pinjaman Proyek

Pinjaman Program

Pembayaran Cicilan Pokok

Net Flow

o Untuk proyek fisik juga disebabkan oleh kondisi cuaca sepanjang tahun 2010sehingga menghambat proses kontruksi

Perkembangan realisasi penarikan dan repayment pinjaman selama lima tahunterakhir dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 17Perkembangan Realisasi Penarikan dan

Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman

Penarikan pinjaman proyek tahun 2010 mengalami penurunan bila dibandingkanpenarikan di tahun 2009. Sedangkan pembayaran cicilan pokok mengalamipenurunan dikarenakan penguatan rupiah.

Jika dilihat dari jenis kreditur, maka perekembangan outstanding pinjaman dapatdilihat pada grafik berikut:

Grafik 18Perkembangan Outstanding Pinjaman per jenis kreditur (nominal)

Outstanding pinjaman multilateral dan bilateral di tahun 2010 mengalami kenaikanbila dibandingkan dengan tahun 2009, hal ini disebabkan terjadinya penguatan nilaitukar yen, meskipun dalam original currency, outstanding pinjaman dalam nilai tukaryen mengalami penurunan.

Dari segi tujuan pembiayaan, selama beberapa tahun terakhir terdapat dominasiPinjaman program dalam outstanding pinjaman secara keseluruhan. DominasiPinjaman Proyek semakin menurun seiring peningkatan porsi Pinjaman Programdalam komposisi outstanding pinjaman Pemerintah. Menurunnya pemanfaatan

Page 19: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

14

11.42 12.78 16.46 17.65 21.93

50.60 49.4750.23 47.37

46.17

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

2006 2007 2008 2009 2010

(miliar USD)

Pinjaman Program Pinjaman Proyek

Pinjaman Proyek karena semakin terbatasnya tawaran kreditur dalam pembiayaankegiatan kepada Pemerintah Indonesia. Selain itu, terdapat alasan karena lebihbanyaknya tawaran Pinjaman Program yang relatif mudah dalam prosespengadaannya. Berikut adalah perkembangan outstanding pinjaman bila dilhat daritujuan pembiayaannya:

Grafik 19Outstanding Pinjaman (by purpose)

5. PENGELOLAAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG TAHUN 2010

Dalam Pengelolaan utang pada umumnya ada beberapa indikator risiko yangmenjadi perhatian utama, antara lain risiko tingkat bunga, risiko nilai tukar dan risikorefinancing. Adapun perubahan indikator risiko portofolio tersebut dapat dilihatsebagaimana berikut :

A. Risiko Tingkat Bunga (Interest rate risk)

Risiko tingkat bunga adalah potensi tambahan beban anggaran akibat perubahantingkat bunga di pasar yang meningkatkan biaya pemenuhan kewajiban utangPemerintah. Risiko tingkat bunga terutama akan berpengaruh pada komponenportofolio utang yang berbunga mengambang dan utang yang akan di-refinancingsegera selama satu tahun anggaran.

Perkembangan indikator risiko tingkat bunga portofolio utang selama tahun 2010memperlihatkan penurunan angka rasio utang VR terhadap total utang dan refixingrate yang menunjukkan turunnya risiko tingkat bunga portofolio utang (lihat tabel dibawah). Penurunan kedua indikator tersebut akan menurunkan volatilitas bebanpembayaran bunga yang ditanggung oleh pemerintah pada tahun berjalan dan masayang akan datang.

Page 20: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

15

Des 2009 Des 20101 SBI 3 m 1 bps 14.33 14.282 Libor 6 m 1 bps 13.35 13.523 Lainnya 1 bps 7.47 6.22

Delta Cost (miliar IDR)PerubahanNo Jenis Bunga

Tabel 4Perkembangan Indikator Risiko Tingkat Bunga Tahun Portofolio 2010

no Uraian Des 2009 (%) Des 2010 (%) Perubahan (%)Rasio VR masing Portofolio terhadap total utangSBN 9.01 8.52 -0.49PLN 13.1 11.77 -1.33Variable rate 22.11 20.29 -1.82Rasio Refixing rate masing portofolio terhadap total utangSBN 12.89 12.40 -0.49PLN 15.27 13.68 -1.59Refixing rate 28.16 26.08 -2.09

1

2

Keterangan : Data bersumber dari Dit EAS yang diolah kembali

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa risiko tingkat bunga portofolio utangapabila dilihat dari indikator rasio VR terhadap total utang mengalami penurunan dari22,11% di tahun 2009 menjadi 20.29% di tahun 2010. Begitu pula dengan rasiorefixing rate, yang menunjukkan perbaikan risiko refinancing yang turun dari 28,16%di 2009 menjadi 26.08% di 2010. Kedua indikator tersebut menggunakan total utangsebagai pembanding sehingga dapat disimpulkan bahwa kontribusi pinjaman yangberbunga mengambang masih lebih dominan bila dibandingkan dengan SBN yangberbunga variabel.

Komposisi Interest rate utangPerkembangan komposisi interest rate selama tahun 2010 menunjukkan perubahansebagaimana ditunjukkan pada diagram berikut:

Grafik 20Proporsi Interest Rate Utang Desember 2009 dan Desember 2010

Berdasarkan dua diagram diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan porsi fixedrate dalam portofolio utang sebesar 1.8% sehingga pada akhir tahun 2010 porsi fixedrate menjadi 79.7%, sementara porsi variabel rate secara keseluruhan menurunmenjadi 20.03%. Dari porsi variabel rate tersebut, yang terbesar adalah SBN denganbunga variabel yaitu 8,5% dan diikuti oleh pinjaman yang memiliki bunga mengacukepada Libor 6 m sebesar 8.1%.

Dengan turunnya porsi variabel rate terhadap portofolio maka sensifitas portofolioterhadap perubahan tingkat bunga acuan adalah sebagai berikut:

Tabel 5Sensitifitas Biaya Utang Terhadap Perubahan Suku Bunga Acuan

Des 2009

9.0%

8.4% 1.7% 3.0%

77.9%

Fixed rate SBN VRLibor 6 m ADB Floating RateFloating rate lainnya

Des 2010

8.5%8.1%

79.7%

2.4%1.4%

Fixed rate SBN VRLibor 6 m ADB Floating RateFloating rate lainnya

Page 21: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

16

Des-2009 Des-2010Outstanding Utang ValasUSD 336,539 356,421 5.91%JPY 276,009 296,629 7.47%EUR 79,804 64,674 -18.96%GBP 7,690 6,365 -17.23%Lainnya 53,430 50,162 -6.12%Total 753,472 774,251 2.76%

CurrencyDalam Rupiah (milliar)

Perubahan

Uraian Des 2009 Des 2010 Perkembangan

Total Utang (Rp tri liun) 1,589.78 1,676.68 86.90Utang valas (FX) (Rp triliun) 753.47 774.25 20.78Porsi Utang Valas thd Total Utang 47.39% 46.18% -1.22%PDB Nominal (Rp Til liun) 5,613.44 6,422.92Rasio Utang valas thd PDB 13.42% 12.05% -1.37%

Dari tabel diatas dapat diketahui kenaikan 1 bps saja dari SBI 3 m akanmenyebabkan penambahan biaya SBN VR sebesar Rp14,28 miliar

B. Risiko Nilai Tukar (Exchange Rate Risk)

Risiko Nilai tukar adalah potensi peningkatan beban kewajiban pemerintah dalammemenuhi kewajiban utang akibat peningkatan kurs nilai tukar valuta asing.

Risiko nilai tukar mempengaruhi portofolio utang yang berdenominasi dalam valutaasing, atau utang yang dikaitkan (indeks) dengan valuta asing. Semakin besar porsiutang dalam portofolio yang berdenominasi valas semakin rentan terhadapperubahan kurs, yang akan meningkatkan risiko penambahan beban utangPemerintah.

Outstanding pinjaman dalam valuta asing terdiri dari SUN (Global Bond) danpinjaman luar negeri. Perbandingan utang valas terhadap total utang dan PDB dapatdilihat pada Tabel 7

Tabel 6Perbandingan Utang Valas Terhadap Total Utang dan PDB

Keterangan:1. Data utang bersumber dari Direktorat EAS DJPU yang telah diolah kembali.2. Nilai PDB berdasarkan data BPS

Rasio utang valas terhadap total utang menurun dari 47,39% pada akhir tahun 2009menjadi 46,18% pada akhir tahun 2010. Rasio utang valas terhadap PDB selamatahun 2010 juga menunjukkan penurunan yaitu sebesar 1,37% atau dari 13,42% ditahun 2009, menjadi 12,05% di akhir tahun 2010. Penurunan rasio ini menunjukkanberkurangnya kerentanan perekonomian terhadap potensial shock yang diakibatkansemakin berkurangnya volatilitas nilai tukar yang mengenai utang valas Pemerintah.

Perubahan yang terjadi pada Portofolio utang valas tahun 2010

Walaupun rasio utang valas terhadap total utang menurun, namun apabila di lihatdari sisi outstanding, maka utang Valuta asing Pemerintah selama tahun 2010mengalami kenaikan. Komposisi mata uang portofolio utang Valas Pemerintah padaakhir tahun 2010 adalah sebagai berikut :

Tabel 7Outstanding Portofolio Utang Valas

Page 22: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

17

Des-2009 Des-2010Outstanding Utang ValasUSD 35.80 39.64 10.73%JPY 2,713.84 2,689.78 -0.89%EUR 5.91 5.41 -8.43%GBP 0.51 0.46 -9.96%

Original Currency (milliar) PerubahanCurrency

Des-2009 Des-2010USD 9400.0 8991.0 -4.35%JPY 101.7 110.3 8.43%EUR 13509.7 11955.8 -11.50%GBP 15114.3 13893.8 -8.07%

Currency Kurs terhadap IDR Perubahan

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat outstanding utang valas dalam equivalenRupiah naik sebesar 2,76% (sekitar Rp 20,78 triliun) yang disumbangkan olehkenaikan outstanding utang dalam mata uang USD dan JPY, dua mata uang yangmemiliki proporsi terbesar dalam utang valas. Sedangkan outstanding utang valasdalam mata uang lainnya mengalami penurunan.

Untuk mengetahui penyebab kenaikan outstanding utang valas, dapat dilihat nilaiutang dalam original currency dan perubahan kurs valuta asing dalam satu tahunsebagaimana pada tabel-tabel berikut :

Tabel 8Outstanding Utang Valas dalam Original Currency

Tabel 9Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Valas

Berdasarkan kedua tabel di atas dapat dilihat penyebab kenaikan outstanding utangvalas adalah penambahan utang dalam mata uang USD dan kenaikan nilai tukarmata uang Yen terhadap Rupiah. Penambahan outstanding dalam USD disebabkanoleh penambahan outstanding utang dalam original currency sebesar 10,73%.Walaupun terjadi pelemahan kurs USD terhadap Rupiah sebesar 4,35%, namunsecara keseluruhan outstanding utang USD dalam Rupiah tetap mengalami kenaikansebesar 5,91%.

Sementara itu outstanding utang dalam valuta JPY mengalami kenaikan sebesar7,47%, dimana dalam kenyataannya meski outstanding utang Yen dalam originalcurrency mengalami penurunan sebesar 0,89%, namun hal ini tidak sebandingdengan penguatan kurs JPY terhadap Rupiah yang sebesar 8,43%.

Efek perubahan outstanding utang dalam original currency dan pengaruh perubahankurs valas terhadap Rupiah telah mengubah komposisi utang valas sebagai berikut :

Grafik 21Komposisi Utang Valas (per currency)

Des 2009

36.63%

10.59% 44.67%1.02%

7.09%

USD JPY EUR GBP Lainnya

Des 2010

38.31%

8.35% 46.03%0.82%

6.48%

USD JPY EUR GBP Lainnya

Page 23: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

18

Des 09 Des 10USD 100 rupiah 3.58 3.96JPY 1 rupiah 2.71 2.69EUR 100 rupiah 0.59 0.54GBP 100 rupiah 0.05 0.05

Delta Outstanding (triliun IDR)PerubahanJenis Valas

Seiring dengan penambahan outstanding-nya dalam rupiah, pada tahun 2010 terjadipeningkatan dominasi valuta USD dan JPY dalam portofolio utang valas. Dimanautang valas dalam USD semakin membesar dari 44,67% di tahun 2009 menjadi46,03% di tahun 2010 dan Utang valas dalam JPY meningkat dari 36.63% di tahun2009 menjadi 38.31% di tahun 2010.

Penambahan porsi USD dalam portofolio utang valas, secara prinsip Asset LiabilityManagement (ALM) menunjukkan bahwa kerentanan pemerintah terhadap volatilitasnilai tukar semakin terlindungi. Hal ini disebabkan karena sebagian besarpenerimaan valas pemerintah adalah dalam valuta USD dan cadangan devisa diBank Indonesia juga didominasi oleh valuta USD. Dengan demikian pergerakan disisi Liability akan dapat diimbangi dari perubahan di sisi aset dan penerimaan.

Komposisi portofolio utang valas dilihat dari instrumennya menunjukkan perpindahan(shifting) peran SBN Valas yang semakin besar dan peranan pinjaman yang terusberkurang. Komposisi portofolio utang valas dilihat dari porsi SBN dan pinjamandapat dilihat sebagai berikut :

Grafik 22Komposisi Utang Valas (per instrumen)

Komposisi portofolio valas berdasarkan instrumennya akan terus berubah di masayang akan datang karena adanya pertumbuhan negatif pada portofolio pinjaman(terutama apabila dilihat berdasarkan outstanding pada original currency).Sedangkan portofolio SBN mengalami pertumbuhan yang cepat sebagai akibatsemakin besarnya penerbitan Global Bond, Samurai Bond dan Sukuk Valas. Hal inisejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan pembiayaan di tahun-tahun yangakan datang. Penambahan porsi SBN juga mendorong penambahan porsi USDdalam komposisi currency.

Penambahan porsi SBN dalam portofolio utang valas membawa konsekuensipengelolaan utang valas yang lebih flexibel dimana karena sifatnya yang dapatdiperdagangkan, akan lebih mudah untuk dilakukan pengelolaan utang berbasispasar. Selain itu, dengan makin besarnya porsi SBN dalam portofolio utang valas,akan lebih memudahkan pengelolaan administrasinya (pembukuan dan settlement).

Sensitifitas Portofolio Tehadap Perubahan Kurs Rupiah

Sensitifitas Portofolio Utang terhadap perubahan kurs Rupiah terhadap valas adalahsebagai berikut:

Tabel 10Sensitifitas Portofolio Utang Terhadap Perubahan Kurs

Des 2009

81.00%

19.00%

SBN Pinjaman

Des 2010

79.08%

20.92%

SBN Pinjaman

Page 24: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

19

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

1yr

2yr

3yr

4yr

5yr

6yr

7yr

8yr

9yr

10yr

11yr

12yr

13yr

14yr

15yr

16yr

17yr

18yr

19yr

20yr

21yr

22yr

23yr

24yr

25yr

26yr

27yr

28yr

29yr

30yr

>30

yr

2009 2010

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa perubahan kurs dapat menyebabkanperubahan outstanding utang yang cukup signifikan. Sebagai contoh, peningkatankurs USD yang merupakan porsi terbesar pada portofolio utang valas sebesarRp100,- akan menyebabkan outstanding utang berubah sebesar Rp3,96 triliun ditahun 2010. Hal ini meningkat bila dibandingkan kondisi akhir tahun 2009 yangbesarnya Rp3,58 triliun.

C. Risiko Refinancing (Refinancing Risk)

Risiko refinancing adalah potensi naiknya tingkat biaya utang pada saat melakukanpembiayaan kembali (refinancing), atau bahkan tidak dapat dilakukan refinancingsama sekali yang akan meningkatkan beban pemerintah dan/atau mengakibatkantidak terpenuhinya kebutuhan pembiayaan pemerintah.

Risiko refinancing terutama disebabkan apabila jumlah utang yang jatuh tempodalam jumlah besar terjadi secara bersamaan, sehingga akan meningkatkan jumlahpenerbitan/penarikan utang dan meningkatkan Yield yang diminta investor/lender.Indikator risiko refinancing yang paling sederhana dan jelas adalah maturity profileportofolio utang, khususnya untuk tenor jangka pendek. Maturity profile yangtersebar merata akan kurang berisiko dibandingkan maturity profile yangterkonsentrasi pada satu periode waktu tertentu. Sebaran maturity profile portofolioutang untuk tahun 2010 dibandingkan dengan kondisi tahun 2009 dapat dilihat padagrafik berikut :

Grafik 23Maturity Profile Total Utang (percentage)

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa dengan terlaksananya strategipenerbitan SBN dan pengadaan pinjaman dari sisi penentuan tenor, serta kegiatanpengelolaan portofolio berupa debt buyback dan switching telah menghasilkandistribusi tenor yang lebih merata dan mengurangi kosentrasi utang pada tenorpendek.

Apabila dilihat perbandingan antara maturity profile SBN dan pinjaman dari sisijumlah, maka dapat dilihat perubahan yang menarik sebagai berikut :

Page 25: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

20

ATM ATM(tahun) (tahun)

SUNZero Coupon 33.39 0.49 32.31 0.44Fixed Rate 393.54 8.72 440.40 9.63

Global Bond 143.15 13.52 142.80 12.03SU non SRBI * 125.18 9.95 161.98 9.21

Islamic Securities 14.22 3.63 38.50 4.24Variabel Rate 143.29 7.49 121.73 6.51

Total SUN 852.76 9.09 937.71 8.98PLN 610.32 7.54 612.28 7.58

Total Utang 1,463.08 8.44 1,549.98 8.42

Per 31 Desember 2010

Outstanding (triliun Rp)Keterangan

Per 31 Desember 2009

Outstanding (tril iun Rp)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1yr

2yr

3yr

4yr

5yr

6yr

7yr

8yr

9yr

10yr

11yr

12yr

13yr

14yr

15yr

16yr

17yr

18yr

19yr

20yr

21yr

22yr

23yr

24yr

25yr

26yr

27yr

28yr

29yr

30yr

>30

yr

Trilyun IDR

SBN'09 Pinjaman'09

SBN'10 Pinjaman'10

Grafik 24Maturity Profile Total Utang (amount)

Akibat adanya kegiatan penerbitan SBN, penarikan pinjaman serta pembayarancicilan pokok utang terjadi perubahan struktur maturity profile untuk tahun 2009 dantahun 2010. Pada tahun 2010 utang yang jatuh tempo dalam jangka waktu pendeksecara jumlah mengalami peningkatan. Hal tersebut disebabkan oleh adanyapenerbitan sekuritas yang memilki tenor pendek dalam jumlah yang besar sepertiSPN dan SDHI. Namun apabila diperhatikan penambahan utang justru lebih tersebarke jangka menengah dan panjang. Hal ini disebabkan oleh adanya penerbitan SBNyang bertenor panjang dan juga berkurangnya pinjaman dengan tenor pendek

Untuk melihat kondisi refinancing risk secara keseluruhan dapat tergambar melaluiangka rata-rata jatuh tempo (average to Maturity/ ’ATM’) portofolio utang. ATMportofolio utang menggambarkan seberapa panjang masa pelunasan dari portofolioutang. ATM portofolio utang per 31 Desember 2009 dan per 31 Desember 2010dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 11Rata-rata Jatuh Tempo Pembayaran Utang

Keterangan:* SRBI tidak diperhitungkan dalam ATM karena repayment tergantung kondisi BI.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat terjadinya peningkatan risiko refinancing biladilihat dari ATM portofolio utang (di luar SRBI), yaitu ATM mengalami pemendekandari 8,44 tahun menjadi 8,42 tahun di akhir 2010. Hal tersebut lebih disebabkan olehsemakin memendeknya jadwal pelunasan untuk Surat Utang Pemerintah non-tradable ke Bank Indonesia.

Page 26: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

21

6. PERKEMBANGAN INDIKATOR RISIKO PORTOFOLIO DARI TAHUN2005 HINGGA 2010

Perkembangan indikator risiko portofolio selama tahun 2006 hingga tahun 2010dapat dilihat melalui tabel berikut ini:

Tabel 12Perkembangan Indikator Risiko Portofolio Utang

Indikator Risiko 2006 2007 2008 2009 2010

Outstanding (Rp milliar) 1,302,166 1,389,411 1,636,741 1,589,781 1,676,682Loan 559,438 586,352 730,246 610,322 612,276SBN 742,728 803,059 906,495 979,458 1,064,406

Debt Interest rate risk (%)Rasio variable rate 28.73% 26.70% 22.89% 22.11% 20.29%Refixing rate 32.40% 30.23% 28.16% 28.15% 26.08%Average time to Refixing 6.60 6.90 7.10 8.01

Exchange rate RiskRasio utang FX terhadap PDB 18.24% 16.48% 17.22% 13.42% 12.05%Rasio utang FX terhadap Total Utang 46.77% 46.95% 52.11% 47.39% 46.18%

Komposisi currecy Utang- IDR 53.23% 53.05% 47.89% 52.61% 53.82%- JPY 17.85% 17.59% 20.89% 17.36% 17.69%- USD 16.74% 18.95% 21.91% 21.93% 21.72%- EUR 7.00% 7.12% 6.36% 5.02% 3.86%- Lainnya 5.19% 3.29% 2.94% 3.09% 2.91%

Refinancing Risk (%)Matured in 1 year 5.65% 6.79% 6.41% 7.53% 7.06%Matured in 3 year 18.48% 19.36% 18.64% 20.25% 20.82%Matured in 5 year 29.95% 30.62% 31.05% 33.13% 34.15%

Average time to maturityLoan 7.63 7.58 7.41 7.56 7.58SBN 12.69 12.44 12.00 9.09 8.98Total 8.44 8.42

Keterangan: ATM SBN tahun 2006-2008 memasukkan SRBI di dalam perhitungannya, sedangkan ATM tahun2009-2010 tidak

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa risiko tingkat bunga cenderungmembaik secara konsisten dari tahun 2005 hingga tahun 2010. Sedangkan risikonilai tukar cenderung membaik meskipun terdapat fluktuasi khususnya pada tahun2008 yang mengalami peningkatan risiko yang cukup signifikan akibat pelemahankurs rupiah yang sangat besar. Sementara untuk risiko refinancing, cenderungmengalami peningkatan risiko bila dilihat dari perkembangannya dari tahun 2009 ketahun 2010.

Page 27: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

22

7. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bagian terdahulu dari laporan ini dapat disimpulkan hal-halsebagai berikut :

a. Perkembangan perekonomian Indonesia pada tahun 2010 semakin membaikdengan angka pertumbuhan PDB sebesar 6,1%, atau telah kembali mencapaitingkat pertumbuhan sebelum terjadinya krisis finansial global di kisaran 6 %.Membaiknya pertumbuhan ekonomi indonesia tersebut dapat digambarkandengan turunnya rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) dari28,32% di akhir 2009 menjadi 26,10% pada akhir tahun 2010.

b. Kondisi perekonomian domestik tahun 2010 yang membaik serta mulaipulihnya ekonomi dunia telah menyebabkan mengalirnya dana dari negaramaju ke emerging market. Hal tersebut disebabkan rendahnya tingkat sukubunga di negara maju dan menurunnya risk aversion investor menyebabkanterus mengalirnya dana asing ke pasar keuangan Indonesia. Sebagaidampak mengalirnya dana asing tersebut adalah turunnya tingkat yield SBNyang diminta investor ke tingkat terendah sejak awal penerbitan SBN.

c. Kondisi perekonomian dunia pada tahun 2010 mulai pulih dari kondisi krisisyang ditandai membaiknya angka pertumbuhan ekonomi negara negara majuutama dunia yang sebelumnya terkena krisis seperti Amerika Serikat, Jermandan Jepang, serta semakin melajunya pertumbuhan negara-negara emergingmarket khususnya negara-negara BRIC (Brazil, Russia, India dan China).Namun ditengah pemulihan ekonomi dunia terdapat beberapa negara,seperti Portugal, Italy, Ireland, Greece dan Spain (negara PIIGS), yangmengalami krisis utang akibat tingkat utang yang unsustainable. Negara-negara tersebut mengalami kesulitan akibat naiknya yield yang sangat besarakibat meningkatnya persepsi potensi default sejalan dengan tingginya rasioutang terhadap PDB mereka.

d. Perkembangan portofolio SBN selama tahun 2010 ditandai dengan dominasipenerbitan SBN domestik bila dibandingkan dengan penerbitan SBN valas.Besarnya penebitan SBN domestik dibandingkan SBN valas untukmemanfaatkan momentum dari kondisi pasar domestik yang baik dan stabilsetelah pulih dari krisis keuangan global. Di tambah lagi dengan terjadinyakrisis utang Eropa sehingga menyebabkan terjadinya pengaliran dana darinegara maju ke emerging market.

e. Perkembangan portofolio pinjaman tahun 2010 mengalami sedikit perbedaandibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Perbedaan tersebut terletak padaadanya sumber pembiayaan APBN melalui pinjaman yang berasal dari dalamnegeri. Pinjaman dalam negeri tersebut merupakan bagian dari targetpenarikan pinjaman proyek/kegiatan yang jumlahnya masih kecil (Rp1,0triliun). Namun demikian, hal ini merupakan langkah awal yang sangat baikdalam menekan risiko portofolio pinjaman khususnya pada risiko nilai tukar.

f. Perkembangan risiko tingkat bunga pada 2010 menurun dilihat daripenurunan rasio refixing rate dari portofolio utang sebesar 2,08% yaitu dari28,16% di akhir tahun 2009 menjadi 26,08% di akhir tahun tahun 2010.Kondisi ini disebabkan oleh meningkatnya outstanding portofolio utang.Namun di sisi lain jumlah outstanding utang yang berbunga VR menurunsehingga rasio refixing rate ikut menurun.

Page 28: Laporan Analisis Portofolio & Risiko Utang-hs1 filetingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup

23

g. Perkembangan risiko nilai tukar selama 2010 juga mengalami perbaikan. Haltersebut ditandai dengan turunnya porsi utang valas terhadap total utangdari 47,39% pada tahun 2009 menjadi 46,18% di akhir tahun 2010.Penurunan rasio tersebut disebabkan kenaikan utang valas tidak sebandingbila dibandingkan dengan kenaikan utang dalam Rupiah. Selain itu appresiasiRupiah terhadap mata uang valas selain Yen menyebabkan turunnya porsiutang valas.

h. Perkembangan refinancing risk selama 2010 cenderung meningkat yangditandai dengan adanya pemendekan rata-rata jatuh tempo utang non SRBIdari 8,44 tahun pada akhir tahun 2009 menjadi 8,42 di akhir tahun 2010.Pemendekan ini terjadi lebih disebabkan karena semakin memendeknyajadwal pelunasan untuk Surat Utang Pemerintah non-tradable ke BankIndonesia.