LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

18
____________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________ Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |1 LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI SEKITAR IZIN PERUSAHAAN HTI DALAM LANSEKAP KUBU-KETAPANG Oleh: Eko Nurcahyo I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat mendapatkan perhatian serius dari seluruh elemen masyarakat karena dampaknya terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut. Potensi bencana kebakaran hutan dan lahan pada dasarnya tidak lebih dari sekedar refleksi fenomena alam yang secara geografis sangat rentan untuk wilayah Kalimantan Barat. Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (42,32%), padang/semak belukar/alang-alang (34,11%) dan areal perkebunan mencapai 1.574.855,50 atau 10,73 %. Hal tersebut menjadikan Kalimantan Barat menjadi salah satu wilayah yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan data hotspot tahun 2015-2017 dari satelit NOAA 12, propinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi dengan jumlah hotspot terbanyak, selain propinsi Kalimantan Tengah, Riau dan Sumatera Selatan. Jumlah hotspot terbanyak umumnya terjadi pada bulan Juli, Agustus, September dan Oktober. Faktor aktifitas masyarakat sekitar hutan yang berpengaruh nyata terhadap kejadian kebakaran hutan dan lahan dengan korelasi positif adalah kegiatan masyarakat di dalam kawasan hutan (Soewarso, 2003). Booyanuphap (2001) menyatakan faktor pemukiman, jaringan jalan, jaringan sungai dan penggunaan lahan juga berpengaruh untuk menentukan resiko kebakaran hutan dan lahan. Lebih lanjut Arianti (2006) menyatakan bahwa dalam kejadian kebakaran hutan dan lahan faktor manusia lebih dominan dibandingkan dengan faktor biofisik Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor yang menjadi faktor utama pendukung terjadinya kebakaran hutan dan lahan, serta membuat peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan. Potensi kebakaran hutan dan lahan yang mungkin timbul sudah sebaiknya harus kita kenal agar dapat cepat tanggap dalam penanggulangan bencana tersebut dan dapat kita minimalkan dampaknya. Infrastrutur penanggulangan dan pencegahan bencana kebakaran hutan dan lahan menjadi komponen penting. Dengan adanya peralatan dan personil yang berkompeten, bencana dapat dicegah dan ditangani sejak dini.

Transcript of LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

Page 1: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |1

LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN

KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI SEKITAR IZIN

PERUSAHAAN HTI DALAM LANSEKAP KUBU-KETAPANG

Oleh: Eko Nurcahyo

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat mendapatkan perhatian serius dari

seluruh elemen masyarakat karena dampaknya terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi

yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut. Potensi bencana kebakaran hutan dan lahan

pada dasarnya tidak lebih dari sekedar refleksi fenomena alam yang secara geografis

sangat rentan untuk wilayah Kalimantan Barat. Sebagian besar luas tanah di Kalimantan

Barat adalah hutan (42,32%), padang/semak belukar/alang-alang (34,11%) dan areal

perkebunan mencapai 1.574.855,50 atau 10,73 %. Hal tersebut menjadikan Kalimantan

Barat menjadi salah satu wilayah yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan.

Berdasarkan data hotspot tahun 2015-2017 dari satelit NOAA 12, propinsi Kalimantan

Barat merupakan salah satu propinsi dengan jumlah hotspot terbanyak, selain propinsi

Kalimantan Tengah, Riau dan Sumatera Selatan. Jumlah hotspot terbanyak umumnya

terjadi pada bulan Juli, Agustus, September dan Oktober.

Faktor aktifitas masyarakat sekitar hutan yang berpengaruh nyata terhadap kejadian

kebakaran hutan dan lahan dengan korelasi positif adalah kegiatan masyarakat di dalam

kawasan hutan (Soewarso, 2003). Booyanuphap (2001) menyatakan faktor pemukiman,

jaringan jalan, jaringan sungai dan penggunaan lahan juga berpengaruh untuk menentukan

resiko kebakaran hutan dan lahan. Lebih lanjut Arianti (2006) menyatakan bahwa dalam

kejadian kebakaran hutan dan lahan faktor manusia lebih dominan dibandingkan dengan

faktor biofisik Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor yang menjadi

faktor utama pendukung terjadinya kebakaran hutan dan lahan, serta membuat peta

kerawanan kebakaran hutan dan lahan. Potensi kebakaran hutan dan lahan yang mungkin

timbul sudah sebaiknya harus kita kenal agar dapat cepat tanggap dalam penanggulangan

bencana tersebut dan dapat kita minimalkan dampaknya.

Infrastrutur penanggulangan dan pencegahan bencana kebakaran hutan dan lahan menjadi

komponen penting. Dengan adanya peralatan dan personil yang berkompeten, bencana

dapat dicegah dan ditangani sejak dini.

Page 2: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |2

Bencana (disaster) merupakan fenomena sosial akibat kolektif atas komponen bahaya

(hazard) yang berupa fenomena alam/buatan di satu pihak, dengan kerentanan

(vulnerability) komunitas di pihak lain. Bencana terjadi apabila komunitas mempunyai

tingkat kapasitas/kemampuan yang lebih rendah dibanding dengan tingkat bahaya yang

mungkin terjadi padanya. Misalnya, letusan G. Merapi dan bahaya lainnya gempa bumi,

banjir, gerakan tanah, dan lainnya tidak akan sertamerta menjadi bencana apabila

komunitas memiliki kapasitas mengelola bahaya.

Bencana cenderung terjadi pada komunitas yang rentan, dan akan membuat komunitas

semakin rentan. Kerentanan komunitas diawali oleh kondisi lingkungan fisik, sosial, dan

ekonomi yang tidak aman (unsave conditions) yang melekat padanya. Kondisi tidak aman

tersebut terjadi oleh tekanan dinamis internal maupun eksternal (dynamic pressures),

misalnya di komunitas institusi lokal tidak berkembang dan ketrampilan tepat guna tidak

dimiliki. Tekanan dinamis terjadi karena terdapat akar permasalahan (root causes) yang

menyertainya. Akar permasalahan internal umumnya karena komunitas tidak mempunyai

akses sumberdaya, struktur dan kekuasaan, sedang secara eksternal karena sistem politik

dan ekonomi yang tidak tepat. Oleh karenanya penanganan bencana perlu dilakukan

secara menyeluruh dengan meningkatkan kapasitas dan menangani akar permasalahan

untuk mereduksi resiko secara total.

2. Rationale-Peralatan Pemadam Kebakaran dalam Penanggulangan Karhutla

Kebakaran hutan dan lahan sangat dipengaruhi jenis tanah. Untuk daerah tanah gambut

resiko terjadinya kebakaran menjadi lebih tinggi ketimbang jenis tanah yang lainnya.

Namun jika kebakaran hutan dapat diprediksi sejak dini, pencegahan dan

penanggulangannya akan jauh lebih cepat dan efisien. Pencegahan kebakaran hutan

merupakan semua usaha, tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk mencegah atau

mengurangi kemungkinan – kemungkinan terjadinya kebakaran hutan. Salah satu kegiatan

yang dilakukan dalam pencegahan kebakaran hutan yaitu pembuatan peta rawan

kebakaran. Informasi mengenai daerah rawan kebakaran merupakan informasi yang

sangat penting dan diperlukan oleh fire manager dalam kegiatan pengendalian kebakaran

hutan dan lahan. Menurut penelitian Solichin, dkk (2007) penyajian secara spasial akan

lebih membantu memberikan gambaran yang jelas dan akurat mengenai lokasi, jarak serta

aksesibilitas antara lokasi daerah rawan kebakaran dengan sumberdaya pemadaman yang

ada di lapangan. Oleh karena itu, pembuatan peta daerah rawan kebakaran hutan dan

lahan sangat diperlukan karena berperan penting dalam membantu fire manager

mengambil keputusan tersebut dan digunakan sebagai informasi peringatan dini untuk

mencegah dan mengendalikan kebakaran hutan dan lahan.

Page 3: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |3

Dalam kaitannya dengan pekerjaan ini, jenis peta yang akan dianalisis adalah rawannya

daerah kebakaran hutan dan lahan di sekitar konsesi 5 perusahaan Hutan Tanaman

Industri (HTI) dalam lansekap Kubu – Ketapang. Tentunya 5 perusahaan HTI tersebut

telah memiliki peta kerawanan kebakaran dan dokumentasi riwayat terjadinya kebakaran

dalan konsesi masing-masing. Mengingat kelima perusahaan ini berada dalam satu

hamparan bentang alam yang sama, menjadi penting membuat sebuah peta yang

terintegrasi lintas perusahaan. Dengan demikian kerentanan atau kerawanan bencana

kebakaran dapat dilihat secara komprehensif dalam rangka mitigasi risiko bencana secara

bersama antar perusahaan yang ada dalam lansekap Kubu-Ketapang. Untuk mengetahui

potensi bencana tersebut, pendekatan yang digunakan haruslah berdasarkan sifat dan

karakteristiknya. Kebakaran hutan dan lahan pastinya mempunyai pemicu terjadinya,

untuk itu dalam melakukan analisis potensi haruslah berdasarkan variabel-variabel yang

memiliki pengaruh terhadap bencana tersebut.

3. Tujuan

Tujuan dibuatnya Peta Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan ini adalah

sebagai berikut :

1. Memberikan informasi zona rawan bencana kebakaran hutan dan lahan di kawasan

konsesi HTI dalam Lansekap Kubu – Ketapang.

2. Memberikan informasi geografis mengenai ketersediaan infrastruktur pencegahan

dan penanggulangan Karhutla (menara api, menara CCTV, pos pantau, jalur patroli,

sebaran peralatan pemadam kebakaran, jalur patroli, embung, danau, dll).

3. Memberikan informasi titik-titik hotspot secara menyeluruh di lahan sekitar izin

perusahaan HTI dalam Lansekap Kubu-Ketapang dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.

4. Memberikan analisa informasi keadaan iklim yang berpengaruh terhadap kerawanan

kebakaran hutan dan lahan dalam Lansekap Kubu-Ketapang.

5. Melengkapi datadalam perencanaan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan

dan lahan dalam kawasan Lansekap Kubu-Ketapang.

4. Metodologi

Lingkup wilayah kegiatan Pembuatan Peta Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahandi

Sekitarizin Perusahaan HTI dalam Lansekap Kubu-Ketapang adalah seluruh lahan izin di 5

Perusahaan HTI dan sekitarnya dalam Lasnsekap Kubu-Ketapang, yaitu PT. Asia Tani Persada

(ATP), PT. Daya Tani Kalbar (DTK), PT. Mayangkara Tanaman Industri (MTI), PT. Wana

Subur Lestari (WSL), dan PT. Mayawana Persada (MP).

Kegiatan pembuatan Pembuatan Peta Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahandi Sekitarizin

Perusahaan HTI dalam Lansekap Kubu-Ketapang meliputi:

Page 4: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |4

1. Pengumpulan data sekunder berupa peta titik hotspot (data perusahaan dan data satelit),

peta tutupan lahan, peta jenis tanah, peta sebaran iklim/elevasi, peta curah hujan dan peta

pemukiman, serta informasi-informasi yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan lahan

di lahan sekitar izin Perusahan HTI dalam Lansekap Kubu-Ketapang.

2. Pemetaan infrastruktur pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan pada

5 Perusahan HTI (menara api, menara CCTV, pos pantau, jalur patroli, sebaran peralatan

pemadam kebakaran, Kanal, dll).

3. Pemetaan titik pemukiman dan aksesibilitas masyarakat (jalan dan sungai) di sekitar izin 5

perusahaan HTI dalam Lansekap Kubu-Ketapang.

Alat utama yang digunakan dalam pengumpulan data dengan peralatan Global Positioning

System (GPS). Penggunaan GPS dilakukan dalam hal perusahaan belum memiliki data seperti

yang dibutuhkan pada poin 6.1 bagian 2 dan 3. Data yang dibutuhkan tersebut akan langsung

diambil titik koordinatnya di lapangan. Sementara untuk data-data pada poin 6.1 bagian 1

akan dikumpulkan dengan cara meminta langsung ke para pihak terkait atau melalui data yang

diunduh(download) dari publikasi resmi pihak terkait di media internet.

II. PROSES KEGIATAN

Pembuatan Peta Kerawanan Kebakaran

Analisis data dengan metode tumpang susun (overlay) peta-peta penyusun analisis kerawanan

kebakaran. Peta penyusun ini digunakan untuk menghasilkan peta zona-zona (daerah) bahaya

kebakaran hutan dan lahan. Formula yang dipakai adalah kombinasi dari peta tutupan lahan,

peta jenis tanah, peta curah hujan, peta elevasi, dan jarak pemukiman.

Rawan Kebakaran = (40% * Penutupan Lahan) + (10% * Zona Iklim/elevasi) + (10% * Jenis

tanah) + (20% * Aksesibilitas) + (20% * Jarak dari permukiman)

Hasil analisa spasial dari peta kerawanan di Lansekap Kubu-Ketapang ini akan menghasilkan

5 (lima) kelas zonasi berdasarkan hasil perhitungan dengan formula diatas. Kelima zona kelas

rawan itu adalah:

Pembobotan Kelas Rawan Kebakaran

No Kelas Rawan

1 Tidak Rawan

2 Rendah

3 Sedang

4 Tinggi

5 Sangat Rawan Sumber: Data primer hasil perhitungan

Page 5: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |5

Peta Titik Hotspot

Peta Titik Hotspot adalah peta yang dihasilkan dari inventarisasi peta-peta hotspot dan

informasi kejadian kebakaran hutan dan lahan yang dimiliki masing-masing Perusahaan HTI

dan data satelit selama 3 tahun terakhir. Peta-peta tersebut kemudian disatukan menjadi Peta

Titik Hotspot menyeluruh yang meliputi semua kawasan izin Perusahaan HTI dan sekitarnya.

Data diolah menggunakan Sofware pengolah data GIS yaitu ArcGIS 10.5. Peta yang dihasilkan

nantinya akan menjadi gambaran umum sebaran titik hotspot di kawasan Perusahaan HTI

dan sekitarnya dalam lansekap Kubu-Ketapang. Untuk melengkapi data, dilakukan juga

pengumpulan informasi kejadian yang telah ataupun yang sedang terjadi.

Peta Infrastruktur Penanggulangan dan Pencegahan Bencana Kebakaran

Peta Infrastruktur yang dibuat untuk menginventarisasi sarana dan prasarana serta tenaga

pendukung dalam upaya penanggulangan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

Pengambilan data akan langsung dilakukan dilapangan dengan menggunakan identifikasi letak

dan informasi terkait personil, sarana dan prasarana yang tersedia. Data diolah menggunakan

Sofware pengolah data GIS yaitu ArcGIS 10.5.Dalam kegiatan pemetaan ini, peta penyusun

yang digunakan adalah Peta Perusahan HTI di Lansekap Kubu-Ketapang, informasi sarana dan

prasarana penengulangan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan serta jumlah personil

masing-masing tim di setiap perusahaan.

Korelasi antara Kondisi Iklim dengan Jumlah Titik Hospot

Analisi Kondisi Iklim mempengaruhi jumlah Titik Hotspot di wilayah yang rawan akan

kebakaran hutan dan lahan mengunakan PetaTitikHotspot dan Peta Iklim/Curah Hujan. Peta

Hotspot diperoleh dari Peta Titik Hotspot yang telah disusun. Sedangkan Peta Iklim/Curah

Hujan dapat diperoleh dari BMKG.

Dari peta-peta yang telah dihasilkan di atas (Potensi Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan,Peta

Titik Hotspot dan Peta Infrastruktur penanggulangan dan Pencegahan Bencana) maka dapat

dibuat sebuah korelasi antara rawannya kebakaran dengan faktor yang berpengaruh lainnya.

Dapat dilakukan pula analisis tumpang susun pada setiap peta yang telah tersedia. Seperti

menggunakan Peta Titik Hotspot dan Peta Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan untuk

melihat hotspot berdasarkan potensi bencana. Kemudian dengan terinvetarisasinya personil,

sarana dan prasarana yang tersedia, dapat kita lihat pengaruhnya dalam mengurangi potensi

kebakaran. Selain itu, dampak kondisi iklim/cuaca dapat kita lihat pengaruhnya terhadap

sebaran hotspot.

Page 6: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |6

III. HASIL KEGIATAN

Peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan di wilayah izin Perusahaan HTI

dan sekitarnya dalam wilayah Lansekap Kubu-Ketapang.

Peta kerawanan kebakaran hutan merupakan salah satu instrument yang dapat membantu

upaya pencegahan atau mengurangi kemungkinan – kemungkinan terjadinya kebakaran

hutan. Informasi yang dihasilkan dari peta, menjadi infomasi yang perlukan oleh tim

pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Menurut penelitian Solichin, dkk (2007)

penyajian secara spasial akan lebih membantu memberikan gambaran yang jelas dan

akurat mengenai lokasi, jarak serta aksesibilitas antara lokasi daerah rawan kebakaran

dengan sumberdaya pemadaman yang ada di lapangan. Oleh karena itu, pembuatan peta

daerah rawan kebakaran hutan dan lahan sangat diperlukan karena berperan penting

dalam membantu tim pengendali kebakaran hutan dan lahan mengambil keputusan

tersebut dan digunakan sebagai informasi peringatan dini untuk mencegah dan

mengendalikan kebakaran hutan dan lahan.

Bahan penyusun peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan adalah sebagai berikut:

a. Peta tutupan lahan

Peta tutupan lahan menggunakan peta yang dibuat oleh BPKH Kalimantan Barat pada

tahun 2013. Kelas klasifikasi tutupan lahan masih menggunakan panduan dari kementerian

kehutanan dan lingkungan hidup (KLHK).

b. Peta jenis tanah

Tematik kedua yang juga penting untuk menyusun peta rawan kebakaran ini adalah jenis

tanah. Peta Jenis tanah didapatkan dari hasil pengolahan peta sebaran gambut yang dibuat

oleh Kemeterian Pertanian pada tahun 2012. Komposisi dari peta jenis tanah ini akan

diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan analisa dengan membedakan antara jenis tanah

mineral dan gambut. Komponen peta gambut menjadi kunci informasi dalam menyusun

peta kebakaran karena gambut menjadi materi yang mudah terbakar pada musim

kemarau.

c. Peta Elevasi

Peta elevasi diambil dari data NASA terbaru melalui Shuttle Radar Thopography Mission

(SRTM) dengan resolusi 30 meter.

d. Sebaran Pemukiman

Sebaran pemukiman menjadi salah satu faktor penting dalam penyusunan peta. Dengan

menggunakan data sebaran pemukiman, kita dapat melakukan klasifikasi daerah rawan

kebakaran. Sehingga data kelas yang dihasilkan dapat dijadikan variabel penting dalam

penyusunan peta kebakaran hutan dan lahan.

e. Aksesibilitas

Data aksesibilitas yang dipakai dalam penyusunan peta adalah data jalan dan aliran sungai.

Seperti yang kita ketahui, akses memegang peranan penting dalam upaya pemadaman

kebakaran atau kegiatan pengawasan hutan dan lahan. selain itu, akses tersebut juga bisa

menjadi faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan. Bisa menjadi penyebab kebaran

Page 7: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |7

hutan dan lahan apabila kebakaran yang diakibatkan merupakan faktor dari luar atau

bukan faktor alam.

Dalam menyusun peta kerawanan kebakaran ini menggunakan metoda dengan

mengkombinasikan peta tutupan lahan, peta jenis tanah, sebaran pemukumin, aksesibilitas

dan peta elevasi sebagai pendekatan terhadap iklim. Alat yang digunakan dalam

penyusunan peta kerawanan kebakaran ini yaitu berupa perangkat lunak ArcGIS 10.5.

Formula yang dipakai adalah kombinasi dari peta tutupan lahan, peta jenis tanah dan peta

zona iklim adalah sebagai berkut:

Rawan Kebakaran = (40% * Penutupan Lahan) + (10% * Zona iklim/elevasi) + (10% * Jenis tanah)

+ (20% * (Jarak Pemukiman) + (20% * Jarak dari pemukiman)

Hasil analisa spasial dari peta kerawanan di Lansekap Kubu-Ketapang ini akan

menghasilkan 5 (lima) kelas zonasi berdasarkan hasil perhitungan dengan formula diatas.

Kelima zona kelas rawan itu adalah:

Pembobotan Kelas Rawan Kebakaran

No Kelas Rawan Nilai Legenda

1 Tidak Rawan 1 Biru

2 Rendah 2 Hijau

3 Sedang 3 Kuning

4 Tinggi 4 Oranye

5 Sangat Rawan 5 Merah

Sumber: Data primer hasil perhitungan

Peta Sebaran Hotspot keseluruhan di lahan izin Perusahaan HTI dan

sekitarnya dalam Lansekap Kubu-Ketapang dalam kurun 3 tahun terakhir.

Peta Sebaran Hotspot merpakan peta yang menggambarkan jumlah dan letak hotspot

dalam kurun waktu tertentu. Peta ini digunakan sebagai petunjuk bahwa ada hotspot di

dalam suatu area, sehingga dapat dilakukan identifikasi dan analisis berdasarkan informasi

tersebut. Dalam menyusun peta sebaran hotspot, data yang dipegunakan adalah data

sebaran hotspot yang di unduh dari satelit Terra-Aqua Modis dan data yang didapat dari

Sipongi, data batas wilayah izin perusahaan HTI yang digunakan untuk menentukan luasan

area yang akan dijadikan peta. Alat yang digunakan dalam penyusunan peta kerawanan

Page 8: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |8

kebakaran ini yaitu berupa perangkat lunak ArcGIS 10.5. Metoda yang digunakan dalam

pembuatan peta yaitu, dengan metoda

Peta infrastruktur pencegahan dan penanggulangan karhutla dalam lansekap

Kubu-Ketapang.

Peta ini menggambarkan infrastruktur yang dibangun dalam upaya pencegahan dan

penanggulangan karhutla. Peta dibuat untuk memberikan informasi dan gambaran

tentang cakupan wilayah yang dapat terpantau. Data yang digunakan dalam penyusunan

peta ini adalah data dan informasi infrastruktur yang ada. Data tersebut antara lain

meliputi:

Jumlah, letak dan jangkauan pos pantau dan menara pantau, letak dan jangkauaan menara

radio RIG, jalur patroli dan batas wilayah masing-masing perusahaan HTI. Data yang

dibutuhkan tersebut didapat melalui diskusi dan bantuan dari fire management di

perusahaan. Alat yang digunakan dalam penyusunan peta kerawanan kebakaran ini yaitu

berupa perangkat lunak ArcGIS 10.5. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan

analisis buffer untuk menentukan jangkauan dan wilayah cakupan. Dari hasil analisis buffer

kita dapat melihat wilayah mana yang masih belum terjangkau dan membutuhkan

perhatian lebih.

Peta perbandingan antara Peta Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan

dengan Peta titik Hotspot.

Pembuatan peta ini bertujuan memberkan gambaran dan korelasi antara peta kerawanan

kebakaran dan peta sebaran titik hotspot. Dari kedua peta tersebut, dapat dijelaskan

letak titik hotspot yang berada di areal yang tergambar pada peta kerawanan kebakaran.

Peta rawan kebakaran merupakan peta yang dibuat untuk melakukan langkah pencegahan

berdasarkan variabel dan komponen pemicu karhutla terjadi. Sedangkan peta hotspot,

digunakan sebagai tolak ukur atau verifikasi data peta rawan kebakaran yang telah disusun

sebelumnya. Banyak aspek dan faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan. Tidak hanya

faktor objeknya itu sendiri, faktor dari luar juga memegang peranan.

Peta kerawanan karhutla, mencoba menggambarkan kondisi utama penyebab terjadinya

kejadian tersebut. Sehingga ketika terjadi perbedaan data informasi dan korelasi antara

kedua peta tersebut, bisa dikatakan bahwa faktor diluar penyusun peta kerawanan

tersebut memberikan pengaruh yang signifikan. Pengaruh yang dimaksudkan bisa saja

berupa keadaan iklim dan kebiasaan masyarakat dalam melakukan aktifitas di areal

tersebut.

Data penyusun peta ini adalah peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan dan peta

sebaran hotspot. Alat yang digunakan dalam penyusunan peta kerawanan kebakaran ini

yaitu berupa perangkat lunak ArcGIS 10.5.

Page 9: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |9

Metode yang digunakan adalah dengan melakukan tumpang susun antara Peta Rawan

Kebakaran dan Peta Titik Hotspot. Dari hasil tumpang susun dapat kita lakukan analisis

seberapa akurat Peta Rawan Kebakaran dengan titik hotspot yang terjadi. Terlihat bahwa,

titik hotspot terletak didaerah atau zona yang berwarna merah, oranye dan kuning. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan

variabel yang tersedia sesuai dengan titik hotspot yang terjadi. Akan tetapi, ada bagian

tertentu dari titik hotspot berada di zona biru, yang sebenarnya merupakan indikasi

wilayah yang tidak rawan untuk terjadinya kebakaran. Hal tersebut terjadi dikarenakan

data yang tersedia atau variabel yang ada di zona tersebut belum tersedia, sehingga

terkesan bahwa titik hotspot terletak di area yang tidak semestinya. Variable atau data

yang belum tersedia di zona tersebut antara lain adalah data sebaran pemukiman dan

data kasesibilitas meliputi jalan dan sungai.

Peta yang menggambarkan keterkaitan antara kebakaran hutan dan lahan

dengan keadaan iklim dalam lansekap Kubu-Ketapang.

Kebakaran hutan dan lahan memiliki keterkaitan yang erat dengan keadaan iklim. Keadaan

iklim yang paling berpengaruh besar dalam karhutla adalah hujan. Secara alamiah

kebakaran tidak akan terjadi jika intensitas hujan memadai untuk menjaga kelembapan

tanah. Berdasarkan peta titik hotspot, kejadian kebakaran biasanya terjadi di areal

produktif dan terjadi menjelang musim penghujan. Data penyusun peta keterkaitan antara

karhutla dan keadaan iklim adalah Peta sebaran titik hotspot dan data curah hujan yang

diunduh dari BMKG.

Alat yang digunakan dalam penyusunan peta kerawanan kebakaran ini yaitu berupa

perangkat lunak ArcGIS 10.5. Metode yang digunakan adalah

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembuatan peta pembuatan peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan

di sekitar izin perusahaan HTI dalam lansekap kubu-ketapang, dapat ditarik kesimpulan

bahwa:

Keterbukaan informasi dan data terkait Karhutla di setiap perusahaan berbeda-beda.

Perusahaan dibawah APP grup dan PT. Mayawana Persada sangat antusias

memberikan data dan relatif mudah ditemui atau dikunjungi. Sementara untuk

perusahaan dibawah Sumitomo Grup, prosedur adminsitrasi untuk mendapatkan

data dan berkunjung lansgsung ke perusahaan di lapangan masih cukup rumit. Segala

sesuatu harus mendapatkan izin dari HO termasuk berkunjung untuk diskusi dengan

manajemen di lapangan secara langsung.

Page 10: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |10

Ketersediaan data dan informasi terkait pencegahan dan penanggulangan Karhutla

juga berbeda-beda. Perusahaan dibawah APP grup sudah memiliki data serta

metodologi yang cukup detail dalam membuat peta kerawanan kebakaran hutan dan

lahan di dalam konsesinya. Sementara untuk PT. Mayawana Persada sama sekali

belum memiliki data serta metodologi yang komprehensif untuk membuat peta

kerawanan kebakaran dalam konsesinya.

Belum ada kerjasama antar perusahaan dalam pembuatan peta kerawanan kebakaran.

V. Rekomendasi

Diskusi lanjutan dengan perusahaan yang belum bisa dikunjungi perlu dilakukan agar

mendapatkan data yang utuh.

Perlunya mendorong 5 perusahaan HTI dalam Lanskap Kubu Ketapang untuk

bekerjasama salam melakukan analisis dan pemetaan area rawan kebakaran hutan dan

lahan secara bersama-sama.

VI. PENUTUP

Demikianlah laporan kegiatan pembuatan peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan di

sekitar izin perusahaan hti dalam lansekap kubu-ketapang ini di buat agar dapat

dipergunakan sebaik – baiknya.

VII. Lampiran

(lampiran di lembaran berikutnya)

Page 11: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |11

Peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan di wilayah izin Perusahaan HTI

dan sekitarnya dalam wilayah Lansekap Kubu-Ketapang.

Peta Kerawanan Kebakaran di Lansekap Kubu kita mendapatkan gambaran area mana

saja yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya kebaran. Hal tersebut terlihat jelas

berdasarkan pembobotan kelas rentan kebakaran.

Pembobotan Kelas Rawan Kebakaran

No Kelas Rawan Nilai Legenda

1 Tidak Rawan 1 Biru

2 Rendah 2 Hijau

3 Sedang 3 Kuning

4 Tinggi 4 Oranye

5 Sangat Rawan 5 Merah

Sumber: Data primer hasil perhitungan

Kita lihat daerah yang memiliki kelas rentan kebakaran, sangat rawan digambarkan dengan

warna merah menyala. Warna oranye untuk tingkat resikonya tinggi, Kuning untuk

tingkat kerawanan sedang. Sedangkan Hijau menggambarkan resiko kerawanan

kebakarannya rendah serta Biru menggambarkan wilayah dengan resiko kebakaran paling

rendah atau tidak rawan.

Page 12: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |12

Komponen utama pembentuk Peta Kerawanan Kebakaran ini adalah Peta Tutupan Lahan,

Peta Zona Iklim/elevasi, Peta Jenis Tanah, Peta Aksesibilitas dan Peta Jarak Pemukiman.

Dari semua peta dasar tadi diolah dan dianalisis berdasarkan kelas dan fungsinya,

didapatkanlah peta rawan kebakaran ini.

Peta Kerawanan ini bisa menjadi salah satu instrumen yang dapat membantun upaya

pencegahan dan mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran hutan. Peta ini juga

menggambarkan dengan jelas dan akurat mengenai lokasi, jarak serta aksesibilitas lokasi

daerah rawan kebakaran dengan sumber pemadaman yang ada di lapangan.

Selain sebagai gambaran umum, Peta ini juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk

melakukan langkah antisipatif dalam rangka penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.

Sehingga dapat meminimalisir dampak dan kerugian akibat bencana kebakaran hutan dan

lahan.

Peta Sebaran Hotspot keseluruhan di lahan izin Perusahaan HTI dan

sekitarnya dalam Lansekap Kubu-Ketapang dalam kurun 3 tahun terakhir.

Peta Sebaran Hotspot ini menggambarkan jumlah dan letak hotspot dalam kurun waktu

tiga tahun terakhir disekitar izin HTI Lansekap Kubu. Berdasarkan peta ini, kita bisa

melihat sebaran hotspot yang ada di dalam kawasan HTI dan diluar kawasan izin.

Page 13: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |13

Peta infrastruktur pencegahan dan penanggulangan karhutla dalam lansekap

Kubu-Ketapang.

Peta ini menggambarkan infrastruktur yang sudah dibangun dalam upaya pencegahan dan

penanggulangan karhutla. Didalam peta dapat kita temukan infrastruktur seperti Menara

CCTV, Menara Pantau, Pos Pantau dan Radio RIG. Selain itu, kita bisa lihat dimana saja

infrastruktur tersebut dibangun. Dengan adanya peta ini, kita bisa melakukan analisis dan

perkiraan apakah infrastruktur yang tersedia sudah dapat menjangkau keseluruhan

wilayah atau masih dibutuhkan beberapa lagi infrastruktur yang harus dibangun. Sehingga

kedepannya bisa menjadi bahan evaluasi dalam usaha pencegahan kebakaran hutan dan

lahan sejak dini.

Page 14: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |14

Peta perbandingan antara Peta Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan

dengan Peta titik Hotspot.

Berdasarkan peta perbandingan ini dapat kita lihat dengan gamblang letak hotspot berada

diwilayah yang memiliki tingkat kerawanan sangat tinggi dan tinggi. Tingkat kerawan tinggi

digambarkan warna merah dan tinggi digambarkan warna oranye. Peta Kerawanan

Kebakaran hutan yang dibuat sebelumnya, kemudian dibandingkandengan Peta titik

Hotspot kita menemukan kesamaan dan kecocokan. Dimana wilayah yang sangat rawan

pada peta rawan kebakaran, disana terdapat banyak titik hotspot ditemukan. Namun

adapula titik hotspot berada diwilayah yang digambarkan pada peta rawan kebakaran

berada diwilayah sedang dan rendah. Tapi jumlahnya relatif lebih sedikit dan bisa jadi hal

tersebut bukan diakibatkan kebakaran hutan secara alami, akan tetapi diakibatkan

aktivitas perladangan dan lainnya. Hal tersebut bisa kita lihat dari status tutupan lahan

wilayah tersebut.

Page 15: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |15

Peta yang menggambarkan keterkaitan antara kebakaran hutan dan lahan

dengan keadaan iklim dalam lansekap Kubu-Ketapang.

Curah hujan merupakan keadaan iklim yang paling berpengaruh besar dalam kebakaran

hutan dan lahan. Secara alamiah kebakaran tidak akan terjadi jika intensitas hujan

memadai untuk menjaga kelembapan tanah. Berdasarkan peta titik hotspot, kejadian

kebakaran biasanya terjadi di areal produktif dan terjadi menjelang musim penghujan

Seperti peta perbandingan hotspot dengan curah hujan sebagai berikut:

Pada bulan juli, curah hujan cukup memadai untuk menjaga kelembaban tanah. Sehingga

presentase terdapatnya hotspot kecil terjadi. Hal tersebut dibuktikan dengan hanya

terdapat satu titik hotspot di dalam wilayah izin HTI. Perbandingan yang dilakukan

berbanding lurus dengan hasil yang didapatkan. Dimana curah hujan menjadi faktor yang

signifikan untuk tidak terjadinya hotspot.

Page 16: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |16

Berbanding terbalik dengan bulan juli, bulan september curah hujan cenderung dibawah

normal di wilayh izin HTI. Hal tersebut mengakibatkan adanya titik hotspot di beberapa

area. Sekali lagi, perbandingan yang dilakukan berbanding lurus, curah hujan yang redah

menjadi faktor terjadinya hotspot.

Page 17: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |17

Pada bulan agustus terjadi distribusi hujan yan tidak merata di dalam wilayah izin HTI.

Sebagian besar area mendapat curah hujan yang tinggi namun ada sebagian kecil wilayah

mendapat curah hujan dibawah normal. Dapat kita lihat wilayah yang curah hujannya

normal dan dibawah normal, terdapat titik-titik hotspot disana. Sedangkan diwilayah yang

curah hujannya tinggi hanya terdapat dua titik hotspot. Namun dibandingkan dengan area

diluar kawasan, rata-rata semua titik hotspt berada di area yang curah hujannya dibawah

normal atau rendah.

Page 18: LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …

____________________________________________________________________________________

____________________________________________________________________________________

Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |18

Pada bulan ini, tidak ditemukan titik hotspot di wilayah izin HTI. Walaupun curah hujan

normal dan bawah normal disebagian area namun curah hujan yang tinggi pada bulan

agustus sangat membantu untuk menjaga kelembapan tanah. Kelembapan tanah yang terjaga inilah yang mengakibatkan titik hotspot tidak terjadi.

--ooOoo--