LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …
Transcript of LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN …
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |1
LAPORAN ANALISIS DAN PEMBUATAN PETA KERAWANAN
KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI SEKITAR IZIN
PERUSAHAAN HTI DALAM LANSEKAP KUBU-KETAPANG
Oleh: Eko Nurcahyo
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat mendapatkan perhatian serius dari
seluruh elemen masyarakat karena dampaknya terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi
yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut. Potensi bencana kebakaran hutan dan lahan
pada dasarnya tidak lebih dari sekedar refleksi fenomena alam yang secara geografis
sangat rentan untuk wilayah Kalimantan Barat. Sebagian besar luas tanah di Kalimantan
Barat adalah hutan (42,32%), padang/semak belukar/alang-alang (34,11%) dan areal
perkebunan mencapai 1.574.855,50 atau 10,73 %. Hal tersebut menjadikan Kalimantan
Barat menjadi salah satu wilayah yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan.
Berdasarkan data hotspot tahun 2015-2017 dari satelit NOAA 12, propinsi Kalimantan
Barat merupakan salah satu propinsi dengan jumlah hotspot terbanyak, selain propinsi
Kalimantan Tengah, Riau dan Sumatera Selatan. Jumlah hotspot terbanyak umumnya
terjadi pada bulan Juli, Agustus, September dan Oktober.
Faktor aktifitas masyarakat sekitar hutan yang berpengaruh nyata terhadap kejadian
kebakaran hutan dan lahan dengan korelasi positif adalah kegiatan masyarakat di dalam
kawasan hutan (Soewarso, 2003). Booyanuphap (2001) menyatakan faktor pemukiman,
jaringan jalan, jaringan sungai dan penggunaan lahan juga berpengaruh untuk menentukan
resiko kebakaran hutan dan lahan. Lebih lanjut Arianti (2006) menyatakan bahwa dalam
kejadian kebakaran hutan dan lahan faktor manusia lebih dominan dibandingkan dengan
faktor biofisik Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor yang menjadi
faktor utama pendukung terjadinya kebakaran hutan dan lahan, serta membuat peta
kerawanan kebakaran hutan dan lahan. Potensi kebakaran hutan dan lahan yang mungkin
timbul sudah sebaiknya harus kita kenal agar dapat cepat tanggap dalam penanggulangan
bencana tersebut dan dapat kita minimalkan dampaknya.
Infrastrutur penanggulangan dan pencegahan bencana kebakaran hutan dan lahan menjadi
komponen penting. Dengan adanya peralatan dan personil yang berkompeten, bencana
dapat dicegah dan ditangani sejak dini.
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |2
Bencana (disaster) merupakan fenomena sosial akibat kolektif atas komponen bahaya
(hazard) yang berupa fenomena alam/buatan di satu pihak, dengan kerentanan
(vulnerability) komunitas di pihak lain. Bencana terjadi apabila komunitas mempunyai
tingkat kapasitas/kemampuan yang lebih rendah dibanding dengan tingkat bahaya yang
mungkin terjadi padanya. Misalnya, letusan G. Merapi dan bahaya lainnya gempa bumi,
banjir, gerakan tanah, dan lainnya tidak akan sertamerta menjadi bencana apabila
komunitas memiliki kapasitas mengelola bahaya.
Bencana cenderung terjadi pada komunitas yang rentan, dan akan membuat komunitas
semakin rentan. Kerentanan komunitas diawali oleh kondisi lingkungan fisik, sosial, dan
ekonomi yang tidak aman (unsave conditions) yang melekat padanya. Kondisi tidak aman
tersebut terjadi oleh tekanan dinamis internal maupun eksternal (dynamic pressures),
misalnya di komunitas institusi lokal tidak berkembang dan ketrampilan tepat guna tidak
dimiliki. Tekanan dinamis terjadi karena terdapat akar permasalahan (root causes) yang
menyertainya. Akar permasalahan internal umumnya karena komunitas tidak mempunyai
akses sumberdaya, struktur dan kekuasaan, sedang secara eksternal karena sistem politik
dan ekonomi yang tidak tepat. Oleh karenanya penanganan bencana perlu dilakukan
secara menyeluruh dengan meningkatkan kapasitas dan menangani akar permasalahan
untuk mereduksi resiko secara total.
2. Rationale-Peralatan Pemadam Kebakaran dalam Penanggulangan Karhutla
Kebakaran hutan dan lahan sangat dipengaruhi jenis tanah. Untuk daerah tanah gambut
resiko terjadinya kebakaran menjadi lebih tinggi ketimbang jenis tanah yang lainnya.
Namun jika kebakaran hutan dapat diprediksi sejak dini, pencegahan dan
penanggulangannya akan jauh lebih cepat dan efisien. Pencegahan kebakaran hutan
merupakan semua usaha, tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk mencegah atau
mengurangi kemungkinan – kemungkinan terjadinya kebakaran hutan. Salah satu kegiatan
yang dilakukan dalam pencegahan kebakaran hutan yaitu pembuatan peta rawan
kebakaran. Informasi mengenai daerah rawan kebakaran merupakan informasi yang
sangat penting dan diperlukan oleh fire manager dalam kegiatan pengendalian kebakaran
hutan dan lahan. Menurut penelitian Solichin, dkk (2007) penyajian secara spasial akan
lebih membantu memberikan gambaran yang jelas dan akurat mengenai lokasi, jarak serta
aksesibilitas antara lokasi daerah rawan kebakaran dengan sumberdaya pemadaman yang
ada di lapangan. Oleh karena itu, pembuatan peta daerah rawan kebakaran hutan dan
lahan sangat diperlukan karena berperan penting dalam membantu fire manager
mengambil keputusan tersebut dan digunakan sebagai informasi peringatan dini untuk
mencegah dan mengendalikan kebakaran hutan dan lahan.
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |3
Dalam kaitannya dengan pekerjaan ini, jenis peta yang akan dianalisis adalah rawannya
daerah kebakaran hutan dan lahan di sekitar konsesi 5 perusahaan Hutan Tanaman
Industri (HTI) dalam lansekap Kubu – Ketapang. Tentunya 5 perusahaan HTI tersebut
telah memiliki peta kerawanan kebakaran dan dokumentasi riwayat terjadinya kebakaran
dalan konsesi masing-masing. Mengingat kelima perusahaan ini berada dalam satu
hamparan bentang alam yang sama, menjadi penting membuat sebuah peta yang
terintegrasi lintas perusahaan. Dengan demikian kerentanan atau kerawanan bencana
kebakaran dapat dilihat secara komprehensif dalam rangka mitigasi risiko bencana secara
bersama antar perusahaan yang ada dalam lansekap Kubu-Ketapang. Untuk mengetahui
potensi bencana tersebut, pendekatan yang digunakan haruslah berdasarkan sifat dan
karakteristiknya. Kebakaran hutan dan lahan pastinya mempunyai pemicu terjadinya,
untuk itu dalam melakukan analisis potensi haruslah berdasarkan variabel-variabel yang
memiliki pengaruh terhadap bencana tersebut.
3. Tujuan
Tujuan dibuatnya Peta Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan ini adalah
sebagai berikut :
1. Memberikan informasi zona rawan bencana kebakaran hutan dan lahan di kawasan
konsesi HTI dalam Lansekap Kubu – Ketapang.
2. Memberikan informasi geografis mengenai ketersediaan infrastruktur pencegahan
dan penanggulangan Karhutla (menara api, menara CCTV, pos pantau, jalur patroli,
sebaran peralatan pemadam kebakaran, jalur patroli, embung, danau, dll).
3. Memberikan informasi titik-titik hotspot secara menyeluruh di lahan sekitar izin
perusahaan HTI dalam Lansekap Kubu-Ketapang dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.
4. Memberikan analisa informasi keadaan iklim yang berpengaruh terhadap kerawanan
kebakaran hutan dan lahan dalam Lansekap Kubu-Ketapang.
5. Melengkapi datadalam perencanaan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan
dan lahan dalam kawasan Lansekap Kubu-Ketapang.
4. Metodologi
Lingkup wilayah kegiatan Pembuatan Peta Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahandi
Sekitarizin Perusahaan HTI dalam Lansekap Kubu-Ketapang adalah seluruh lahan izin di 5
Perusahaan HTI dan sekitarnya dalam Lasnsekap Kubu-Ketapang, yaitu PT. Asia Tani Persada
(ATP), PT. Daya Tani Kalbar (DTK), PT. Mayangkara Tanaman Industri (MTI), PT. Wana
Subur Lestari (WSL), dan PT. Mayawana Persada (MP).
Kegiatan pembuatan Pembuatan Peta Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahandi Sekitarizin
Perusahaan HTI dalam Lansekap Kubu-Ketapang meliputi:
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |4
1. Pengumpulan data sekunder berupa peta titik hotspot (data perusahaan dan data satelit),
peta tutupan lahan, peta jenis tanah, peta sebaran iklim/elevasi, peta curah hujan dan peta
pemukiman, serta informasi-informasi yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan lahan
di lahan sekitar izin Perusahan HTI dalam Lansekap Kubu-Ketapang.
2. Pemetaan infrastruktur pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan pada
5 Perusahan HTI (menara api, menara CCTV, pos pantau, jalur patroli, sebaran peralatan
pemadam kebakaran, Kanal, dll).
3. Pemetaan titik pemukiman dan aksesibilitas masyarakat (jalan dan sungai) di sekitar izin 5
perusahaan HTI dalam Lansekap Kubu-Ketapang.
Alat utama yang digunakan dalam pengumpulan data dengan peralatan Global Positioning
System (GPS). Penggunaan GPS dilakukan dalam hal perusahaan belum memiliki data seperti
yang dibutuhkan pada poin 6.1 bagian 2 dan 3. Data yang dibutuhkan tersebut akan langsung
diambil titik koordinatnya di lapangan. Sementara untuk data-data pada poin 6.1 bagian 1
akan dikumpulkan dengan cara meminta langsung ke para pihak terkait atau melalui data yang
diunduh(download) dari publikasi resmi pihak terkait di media internet.
II. PROSES KEGIATAN
Pembuatan Peta Kerawanan Kebakaran
Analisis data dengan metode tumpang susun (overlay) peta-peta penyusun analisis kerawanan
kebakaran. Peta penyusun ini digunakan untuk menghasilkan peta zona-zona (daerah) bahaya
kebakaran hutan dan lahan. Formula yang dipakai adalah kombinasi dari peta tutupan lahan,
peta jenis tanah, peta curah hujan, peta elevasi, dan jarak pemukiman.
Rawan Kebakaran = (40% * Penutupan Lahan) + (10% * Zona Iklim/elevasi) + (10% * Jenis
tanah) + (20% * Aksesibilitas) + (20% * Jarak dari permukiman)
Hasil analisa spasial dari peta kerawanan di Lansekap Kubu-Ketapang ini akan menghasilkan
5 (lima) kelas zonasi berdasarkan hasil perhitungan dengan formula diatas. Kelima zona kelas
rawan itu adalah:
Pembobotan Kelas Rawan Kebakaran
No Kelas Rawan
1 Tidak Rawan
2 Rendah
3 Sedang
4 Tinggi
5 Sangat Rawan Sumber: Data primer hasil perhitungan
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |5
Peta Titik Hotspot
Peta Titik Hotspot adalah peta yang dihasilkan dari inventarisasi peta-peta hotspot dan
informasi kejadian kebakaran hutan dan lahan yang dimiliki masing-masing Perusahaan HTI
dan data satelit selama 3 tahun terakhir. Peta-peta tersebut kemudian disatukan menjadi Peta
Titik Hotspot menyeluruh yang meliputi semua kawasan izin Perusahaan HTI dan sekitarnya.
Data diolah menggunakan Sofware pengolah data GIS yaitu ArcGIS 10.5. Peta yang dihasilkan
nantinya akan menjadi gambaran umum sebaran titik hotspot di kawasan Perusahaan HTI
dan sekitarnya dalam lansekap Kubu-Ketapang. Untuk melengkapi data, dilakukan juga
pengumpulan informasi kejadian yang telah ataupun yang sedang terjadi.
Peta Infrastruktur Penanggulangan dan Pencegahan Bencana Kebakaran
Peta Infrastruktur yang dibuat untuk menginventarisasi sarana dan prasarana serta tenaga
pendukung dalam upaya penanggulangan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan.
Pengambilan data akan langsung dilakukan dilapangan dengan menggunakan identifikasi letak
dan informasi terkait personil, sarana dan prasarana yang tersedia. Data diolah menggunakan
Sofware pengolah data GIS yaitu ArcGIS 10.5.Dalam kegiatan pemetaan ini, peta penyusun
yang digunakan adalah Peta Perusahan HTI di Lansekap Kubu-Ketapang, informasi sarana dan
prasarana penengulangan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan serta jumlah personil
masing-masing tim di setiap perusahaan.
Korelasi antara Kondisi Iklim dengan Jumlah Titik Hospot
Analisi Kondisi Iklim mempengaruhi jumlah Titik Hotspot di wilayah yang rawan akan
kebakaran hutan dan lahan mengunakan PetaTitikHotspot dan Peta Iklim/Curah Hujan. Peta
Hotspot diperoleh dari Peta Titik Hotspot yang telah disusun. Sedangkan Peta Iklim/Curah
Hujan dapat diperoleh dari BMKG.
Dari peta-peta yang telah dihasilkan di atas (Potensi Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan,Peta
Titik Hotspot dan Peta Infrastruktur penanggulangan dan Pencegahan Bencana) maka dapat
dibuat sebuah korelasi antara rawannya kebakaran dengan faktor yang berpengaruh lainnya.
Dapat dilakukan pula analisis tumpang susun pada setiap peta yang telah tersedia. Seperti
menggunakan Peta Titik Hotspot dan Peta Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan untuk
melihat hotspot berdasarkan potensi bencana. Kemudian dengan terinvetarisasinya personil,
sarana dan prasarana yang tersedia, dapat kita lihat pengaruhnya dalam mengurangi potensi
kebakaran. Selain itu, dampak kondisi iklim/cuaca dapat kita lihat pengaruhnya terhadap
sebaran hotspot.
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |6
III. HASIL KEGIATAN
Peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan di wilayah izin Perusahaan HTI
dan sekitarnya dalam wilayah Lansekap Kubu-Ketapang.
Peta kerawanan kebakaran hutan merupakan salah satu instrument yang dapat membantu
upaya pencegahan atau mengurangi kemungkinan – kemungkinan terjadinya kebakaran
hutan. Informasi yang dihasilkan dari peta, menjadi infomasi yang perlukan oleh tim
pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Menurut penelitian Solichin, dkk (2007)
penyajian secara spasial akan lebih membantu memberikan gambaran yang jelas dan
akurat mengenai lokasi, jarak serta aksesibilitas antara lokasi daerah rawan kebakaran
dengan sumberdaya pemadaman yang ada di lapangan. Oleh karena itu, pembuatan peta
daerah rawan kebakaran hutan dan lahan sangat diperlukan karena berperan penting
dalam membantu tim pengendali kebakaran hutan dan lahan mengambil keputusan
tersebut dan digunakan sebagai informasi peringatan dini untuk mencegah dan
mengendalikan kebakaran hutan dan lahan.
Bahan penyusun peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan adalah sebagai berikut:
a. Peta tutupan lahan
Peta tutupan lahan menggunakan peta yang dibuat oleh BPKH Kalimantan Barat pada
tahun 2013. Kelas klasifikasi tutupan lahan masih menggunakan panduan dari kementerian
kehutanan dan lingkungan hidup (KLHK).
b. Peta jenis tanah
Tematik kedua yang juga penting untuk menyusun peta rawan kebakaran ini adalah jenis
tanah. Peta Jenis tanah didapatkan dari hasil pengolahan peta sebaran gambut yang dibuat
oleh Kemeterian Pertanian pada tahun 2012. Komposisi dari peta jenis tanah ini akan
diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan analisa dengan membedakan antara jenis tanah
mineral dan gambut. Komponen peta gambut menjadi kunci informasi dalam menyusun
peta kebakaran karena gambut menjadi materi yang mudah terbakar pada musim
kemarau.
c. Peta Elevasi
Peta elevasi diambil dari data NASA terbaru melalui Shuttle Radar Thopography Mission
(SRTM) dengan resolusi 30 meter.
d. Sebaran Pemukiman
Sebaran pemukiman menjadi salah satu faktor penting dalam penyusunan peta. Dengan
menggunakan data sebaran pemukiman, kita dapat melakukan klasifikasi daerah rawan
kebakaran. Sehingga data kelas yang dihasilkan dapat dijadikan variabel penting dalam
penyusunan peta kebakaran hutan dan lahan.
e. Aksesibilitas
Data aksesibilitas yang dipakai dalam penyusunan peta adalah data jalan dan aliran sungai.
Seperti yang kita ketahui, akses memegang peranan penting dalam upaya pemadaman
kebakaran atau kegiatan pengawasan hutan dan lahan. selain itu, akses tersebut juga bisa
menjadi faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan. Bisa menjadi penyebab kebaran
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |7
hutan dan lahan apabila kebakaran yang diakibatkan merupakan faktor dari luar atau
bukan faktor alam.
Dalam menyusun peta kerawanan kebakaran ini menggunakan metoda dengan
mengkombinasikan peta tutupan lahan, peta jenis tanah, sebaran pemukumin, aksesibilitas
dan peta elevasi sebagai pendekatan terhadap iklim. Alat yang digunakan dalam
penyusunan peta kerawanan kebakaran ini yaitu berupa perangkat lunak ArcGIS 10.5.
Formula yang dipakai adalah kombinasi dari peta tutupan lahan, peta jenis tanah dan peta
zona iklim adalah sebagai berkut:
Rawan Kebakaran = (40% * Penutupan Lahan) + (10% * Zona iklim/elevasi) + (10% * Jenis tanah)
+ (20% * (Jarak Pemukiman) + (20% * Jarak dari pemukiman)
Hasil analisa spasial dari peta kerawanan di Lansekap Kubu-Ketapang ini akan
menghasilkan 5 (lima) kelas zonasi berdasarkan hasil perhitungan dengan formula diatas.
Kelima zona kelas rawan itu adalah:
Pembobotan Kelas Rawan Kebakaran
No Kelas Rawan Nilai Legenda
1 Tidak Rawan 1 Biru
2 Rendah 2 Hijau
3 Sedang 3 Kuning
4 Tinggi 4 Oranye
5 Sangat Rawan 5 Merah
Sumber: Data primer hasil perhitungan
Peta Sebaran Hotspot keseluruhan di lahan izin Perusahaan HTI dan
sekitarnya dalam Lansekap Kubu-Ketapang dalam kurun 3 tahun terakhir.
Peta Sebaran Hotspot merpakan peta yang menggambarkan jumlah dan letak hotspot
dalam kurun waktu tertentu. Peta ini digunakan sebagai petunjuk bahwa ada hotspot di
dalam suatu area, sehingga dapat dilakukan identifikasi dan analisis berdasarkan informasi
tersebut. Dalam menyusun peta sebaran hotspot, data yang dipegunakan adalah data
sebaran hotspot yang di unduh dari satelit Terra-Aqua Modis dan data yang didapat dari
Sipongi, data batas wilayah izin perusahaan HTI yang digunakan untuk menentukan luasan
area yang akan dijadikan peta. Alat yang digunakan dalam penyusunan peta kerawanan
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |8
kebakaran ini yaitu berupa perangkat lunak ArcGIS 10.5. Metoda yang digunakan dalam
pembuatan peta yaitu, dengan metoda
Peta infrastruktur pencegahan dan penanggulangan karhutla dalam lansekap
Kubu-Ketapang.
Peta ini menggambarkan infrastruktur yang dibangun dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan karhutla. Peta dibuat untuk memberikan informasi dan gambaran
tentang cakupan wilayah yang dapat terpantau. Data yang digunakan dalam penyusunan
peta ini adalah data dan informasi infrastruktur yang ada. Data tersebut antara lain
meliputi:
Jumlah, letak dan jangkauan pos pantau dan menara pantau, letak dan jangkauaan menara
radio RIG, jalur patroli dan batas wilayah masing-masing perusahaan HTI. Data yang
dibutuhkan tersebut didapat melalui diskusi dan bantuan dari fire management di
perusahaan. Alat yang digunakan dalam penyusunan peta kerawanan kebakaran ini yaitu
berupa perangkat lunak ArcGIS 10.5. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan
analisis buffer untuk menentukan jangkauan dan wilayah cakupan. Dari hasil analisis buffer
kita dapat melihat wilayah mana yang masih belum terjangkau dan membutuhkan
perhatian lebih.
Peta perbandingan antara Peta Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan
dengan Peta titik Hotspot.
Pembuatan peta ini bertujuan memberkan gambaran dan korelasi antara peta kerawanan
kebakaran dan peta sebaran titik hotspot. Dari kedua peta tersebut, dapat dijelaskan
letak titik hotspot yang berada di areal yang tergambar pada peta kerawanan kebakaran.
Peta rawan kebakaran merupakan peta yang dibuat untuk melakukan langkah pencegahan
berdasarkan variabel dan komponen pemicu karhutla terjadi. Sedangkan peta hotspot,
digunakan sebagai tolak ukur atau verifikasi data peta rawan kebakaran yang telah disusun
sebelumnya. Banyak aspek dan faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan. Tidak hanya
faktor objeknya itu sendiri, faktor dari luar juga memegang peranan.
Peta kerawanan karhutla, mencoba menggambarkan kondisi utama penyebab terjadinya
kejadian tersebut. Sehingga ketika terjadi perbedaan data informasi dan korelasi antara
kedua peta tersebut, bisa dikatakan bahwa faktor diluar penyusun peta kerawanan
tersebut memberikan pengaruh yang signifikan. Pengaruh yang dimaksudkan bisa saja
berupa keadaan iklim dan kebiasaan masyarakat dalam melakukan aktifitas di areal
tersebut.
Data penyusun peta ini adalah peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan dan peta
sebaran hotspot. Alat yang digunakan dalam penyusunan peta kerawanan kebakaran ini
yaitu berupa perangkat lunak ArcGIS 10.5.
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |9
Metode yang digunakan adalah dengan melakukan tumpang susun antara Peta Rawan
Kebakaran dan Peta Titik Hotspot. Dari hasil tumpang susun dapat kita lakukan analisis
seberapa akurat Peta Rawan Kebakaran dengan titik hotspot yang terjadi. Terlihat bahwa,
titik hotspot terletak didaerah atau zona yang berwarna merah, oranye dan kuning. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan
variabel yang tersedia sesuai dengan titik hotspot yang terjadi. Akan tetapi, ada bagian
tertentu dari titik hotspot berada di zona biru, yang sebenarnya merupakan indikasi
wilayah yang tidak rawan untuk terjadinya kebakaran. Hal tersebut terjadi dikarenakan
data yang tersedia atau variabel yang ada di zona tersebut belum tersedia, sehingga
terkesan bahwa titik hotspot terletak di area yang tidak semestinya. Variable atau data
yang belum tersedia di zona tersebut antara lain adalah data sebaran pemukiman dan
data kasesibilitas meliputi jalan dan sungai.
Peta yang menggambarkan keterkaitan antara kebakaran hutan dan lahan
dengan keadaan iklim dalam lansekap Kubu-Ketapang.
Kebakaran hutan dan lahan memiliki keterkaitan yang erat dengan keadaan iklim. Keadaan
iklim yang paling berpengaruh besar dalam karhutla adalah hujan. Secara alamiah
kebakaran tidak akan terjadi jika intensitas hujan memadai untuk menjaga kelembapan
tanah. Berdasarkan peta titik hotspot, kejadian kebakaran biasanya terjadi di areal
produktif dan terjadi menjelang musim penghujan. Data penyusun peta keterkaitan antara
karhutla dan keadaan iklim adalah Peta sebaran titik hotspot dan data curah hujan yang
diunduh dari BMKG.
Alat yang digunakan dalam penyusunan peta kerawanan kebakaran ini yaitu berupa
perangkat lunak ArcGIS 10.5. Metode yang digunakan adalah
IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembuatan peta pembuatan peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan
di sekitar izin perusahaan HTI dalam lansekap kubu-ketapang, dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
Keterbukaan informasi dan data terkait Karhutla di setiap perusahaan berbeda-beda.
Perusahaan dibawah APP grup dan PT. Mayawana Persada sangat antusias
memberikan data dan relatif mudah ditemui atau dikunjungi. Sementara untuk
perusahaan dibawah Sumitomo Grup, prosedur adminsitrasi untuk mendapatkan
data dan berkunjung lansgsung ke perusahaan di lapangan masih cukup rumit. Segala
sesuatu harus mendapatkan izin dari HO termasuk berkunjung untuk diskusi dengan
manajemen di lapangan secara langsung.
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |10
Ketersediaan data dan informasi terkait pencegahan dan penanggulangan Karhutla
juga berbeda-beda. Perusahaan dibawah APP grup sudah memiliki data serta
metodologi yang cukup detail dalam membuat peta kerawanan kebakaran hutan dan
lahan di dalam konsesinya. Sementara untuk PT. Mayawana Persada sama sekali
belum memiliki data serta metodologi yang komprehensif untuk membuat peta
kerawanan kebakaran dalam konsesinya.
Belum ada kerjasama antar perusahaan dalam pembuatan peta kerawanan kebakaran.
V. Rekomendasi
Diskusi lanjutan dengan perusahaan yang belum bisa dikunjungi perlu dilakukan agar
mendapatkan data yang utuh.
Perlunya mendorong 5 perusahaan HTI dalam Lanskap Kubu Ketapang untuk
bekerjasama salam melakukan analisis dan pemetaan area rawan kebakaran hutan dan
lahan secara bersama-sama.
VI. PENUTUP
Demikianlah laporan kegiatan pembuatan peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan di
sekitar izin perusahaan hti dalam lansekap kubu-ketapang ini di buat agar dapat
dipergunakan sebaik – baiknya.
VII. Lampiran
(lampiran di lembaran berikutnya)
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |11
Peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan di wilayah izin Perusahaan HTI
dan sekitarnya dalam wilayah Lansekap Kubu-Ketapang.
Peta Kerawanan Kebakaran di Lansekap Kubu kita mendapatkan gambaran area mana
saja yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya kebaran. Hal tersebut terlihat jelas
berdasarkan pembobotan kelas rentan kebakaran.
Pembobotan Kelas Rawan Kebakaran
No Kelas Rawan Nilai Legenda
1 Tidak Rawan 1 Biru
2 Rendah 2 Hijau
3 Sedang 3 Kuning
4 Tinggi 4 Oranye
5 Sangat Rawan 5 Merah
Sumber: Data primer hasil perhitungan
Kita lihat daerah yang memiliki kelas rentan kebakaran, sangat rawan digambarkan dengan
warna merah menyala. Warna oranye untuk tingkat resikonya tinggi, Kuning untuk
tingkat kerawanan sedang. Sedangkan Hijau menggambarkan resiko kerawanan
kebakarannya rendah serta Biru menggambarkan wilayah dengan resiko kebakaran paling
rendah atau tidak rawan.
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |12
Komponen utama pembentuk Peta Kerawanan Kebakaran ini adalah Peta Tutupan Lahan,
Peta Zona Iklim/elevasi, Peta Jenis Tanah, Peta Aksesibilitas dan Peta Jarak Pemukiman.
Dari semua peta dasar tadi diolah dan dianalisis berdasarkan kelas dan fungsinya,
didapatkanlah peta rawan kebakaran ini.
Peta Kerawanan ini bisa menjadi salah satu instrumen yang dapat membantun upaya
pencegahan dan mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran hutan. Peta ini juga
menggambarkan dengan jelas dan akurat mengenai lokasi, jarak serta aksesibilitas lokasi
daerah rawan kebakaran dengan sumber pemadaman yang ada di lapangan.
Selain sebagai gambaran umum, Peta ini juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk
melakukan langkah antisipatif dalam rangka penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
Sehingga dapat meminimalisir dampak dan kerugian akibat bencana kebakaran hutan dan
lahan.
Peta Sebaran Hotspot keseluruhan di lahan izin Perusahaan HTI dan
sekitarnya dalam Lansekap Kubu-Ketapang dalam kurun 3 tahun terakhir.
Peta Sebaran Hotspot ini menggambarkan jumlah dan letak hotspot dalam kurun waktu
tiga tahun terakhir disekitar izin HTI Lansekap Kubu. Berdasarkan peta ini, kita bisa
melihat sebaran hotspot yang ada di dalam kawasan HTI dan diluar kawasan izin.
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |13
Peta infrastruktur pencegahan dan penanggulangan karhutla dalam lansekap
Kubu-Ketapang.
Peta ini menggambarkan infrastruktur yang sudah dibangun dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan karhutla. Didalam peta dapat kita temukan infrastruktur seperti Menara
CCTV, Menara Pantau, Pos Pantau dan Radio RIG. Selain itu, kita bisa lihat dimana saja
infrastruktur tersebut dibangun. Dengan adanya peta ini, kita bisa melakukan analisis dan
perkiraan apakah infrastruktur yang tersedia sudah dapat menjangkau keseluruhan
wilayah atau masih dibutuhkan beberapa lagi infrastruktur yang harus dibangun. Sehingga
kedepannya bisa menjadi bahan evaluasi dalam usaha pencegahan kebakaran hutan dan
lahan sejak dini.
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |14
Peta perbandingan antara Peta Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan
dengan Peta titik Hotspot.
Berdasarkan peta perbandingan ini dapat kita lihat dengan gamblang letak hotspot berada
diwilayah yang memiliki tingkat kerawanan sangat tinggi dan tinggi. Tingkat kerawan tinggi
digambarkan warna merah dan tinggi digambarkan warna oranye. Peta Kerawanan
Kebakaran hutan yang dibuat sebelumnya, kemudian dibandingkandengan Peta titik
Hotspot kita menemukan kesamaan dan kecocokan. Dimana wilayah yang sangat rawan
pada peta rawan kebakaran, disana terdapat banyak titik hotspot ditemukan. Namun
adapula titik hotspot berada diwilayah yang digambarkan pada peta rawan kebakaran
berada diwilayah sedang dan rendah. Tapi jumlahnya relatif lebih sedikit dan bisa jadi hal
tersebut bukan diakibatkan kebakaran hutan secara alami, akan tetapi diakibatkan
aktivitas perladangan dan lainnya. Hal tersebut bisa kita lihat dari status tutupan lahan
wilayah tersebut.
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |15
Peta yang menggambarkan keterkaitan antara kebakaran hutan dan lahan
dengan keadaan iklim dalam lansekap Kubu-Ketapang.
Curah hujan merupakan keadaan iklim yang paling berpengaruh besar dalam kebakaran
hutan dan lahan. Secara alamiah kebakaran tidak akan terjadi jika intensitas hujan
memadai untuk menjaga kelembapan tanah. Berdasarkan peta titik hotspot, kejadian
kebakaran biasanya terjadi di areal produktif dan terjadi menjelang musim penghujan
Seperti peta perbandingan hotspot dengan curah hujan sebagai berikut:
Pada bulan juli, curah hujan cukup memadai untuk menjaga kelembaban tanah. Sehingga
presentase terdapatnya hotspot kecil terjadi. Hal tersebut dibuktikan dengan hanya
terdapat satu titik hotspot di dalam wilayah izin HTI. Perbandingan yang dilakukan
berbanding lurus dengan hasil yang didapatkan. Dimana curah hujan menjadi faktor yang
signifikan untuk tidak terjadinya hotspot.
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |16
Berbanding terbalik dengan bulan juli, bulan september curah hujan cenderung dibawah
normal di wilayh izin HTI. Hal tersebut mengakibatkan adanya titik hotspot di beberapa
area. Sekali lagi, perbandingan yang dilakukan berbanding lurus, curah hujan yang redah
menjadi faktor terjadinya hotspot.
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |17
Pada bulan agustus terjadi distribusi hujan yan tidak merata di dalam wilayah izin HTI.
Sebagian besar area mendapat curah hujan yang tinggi namun ada sebagian kecil wilayah
mendapat curah hujan dibawah normal. Dapat kita lihat wilayah yang curah hujannya
normal dan dibawah normal, terdapat titik-titik hotspot disana. Sedangkan diwilayah yang
curah hujannya tinggi hanya terdapat dua titik hotspot. Namun dibandingkan dengan area
diluar kawasan, rata-rata semua titik hotspt berada di area yang curah hujannya dibawah
normal atau rendah.
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Laporan Analisis dan Pembuatan Peta Rawan Kebakaran |18
Pada bulan ini, tidak ditemukan titik hotspot di wilayah izin HTI. Walaupun curah hujan
normal dan bawah normal disebagian area namun curah hujan yang tinggi pada bulan
agustus sangat membantu untuk menjaga kelembapan tanah. Kelembapan tanah yang terjaga inilah yang mengakibatkan titik hotspot tidak terjadi.
--ooOoo--