Laporan Analisa Protein Metode Lowry

download Laporan Analisa Protein Metode Lowry

of 10

Transcript of Laporan Analisa Protein Metode Lowry

  • 7/24/2019 Laporan Analisa Protein Metode Lowry

    1/10

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang

    Protein merupakan senyawa makromolekul kompleks yang terdiri dari

    unsur C, H, O, N, S, dan dalam bentuk kompleks mengandung unsur P.Dalam

    berbagai studi mengenai bahan makanan penting untukmengetahui persentasi

    kadar protein pada pangan yang diujikan sehingga nilai proteinpada bahan lain

    dapat dikonversi menjadi nilai gizi pangan.

    Protein merupakan suatu polipeptida yang memiliki struktur primer,

    sekunder, tersier dan kuartener. Penentuan konsentrasi protein merupakan proses

    yang rutin digunakan dalam kerja Biokimia. Ada beberapa metode yang biasa

    digunakan dalam rangka penentuan konsentrasi preotein, yaitu metode Biuret,

    Lowry, dan lain sebagainya. Masing-masing metode mempunyai kekurangan dan

    kelebihan. Pemilihan metode yang terbaik dan tepat untuk suatu pengukuran

    bergantung pada beberapa faktor seperti misalnya, banyaknya material atau

    sampel yang tersedia, waktu yang tersedia untuk melakukan pengukuran, alat

    spektrofotometri yang tersedia (VIS atau UV).

    Oleh karena itu dilakukan praktikum analsis kadar protein ini agar

    mahasiswa mengetahui cara analsis kadar protein dengan metode kjehdahl pada

    bahan pangan dan hasil pertanain.

    1.2Tujuan

    1. Untuk mengetahui cara analisis kadar protein metode Kjeldahl dan lowry

    pada bahan pangan dan hasil pertanian

    2.

    Untuk menetapkan kadar protein dengan metode lowry

  • 7/24/2019 Laporan Analisa Protein Metode Lowry

    2/10

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Protein

    Protein merupakan zat makanan yang penting bagi tubuh, karena sebagai

    bahan bakar, zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber protein yang

    mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki lemak dan karbohidrat.

    Molekul protein mengandung fosfor, belerang dan ada jenis protein yang

    mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Budianto, 2009).

    Protein merupakan bagian yang sangat penting pada setiap makhluk hidup.

    Proses untuk mendapatkan protein dinamakan dengan translasi. Setiap makhluk

    hidup memiliki kode genetik yaitu DNA (deoxyribonucleic acid) yang tersusun

    dari basa nitrogen adenin (A), guanin (G), thymine (T) dan cytosine (C). Melalui

    proses transkripsi, DNA tersebut ditranskripsikan menjadi RNA (ribonucleic

    acid). RNA mengalami proses translasi untuk kemudian menghasilkan

    protein(Jones dan Pevzner 2004). Terdapat 20 asam amino dengan struktur kimia

    yang berbeda (Polanski dan Kimmel, 2007).

    Sumber protein di dalam makanan dapat dibedakan atas dua sumber yaitu

    protein hewani dan nabati. Oleh karena struktur fisik dan kimia protein hewani

    sama dengan yang dijumpai pada tubuh manusia, maka protein yang berasal dari

    hewan mengandung semua asam amino dalam jumlah yang cukup membentuk

    dan memperbaiki jaringan tubuh manusia. Kecuali pada kedelai, semua pangan

    nabati mempunyai protein dengan mutu yang lebih rendah dibandingkan hewani

    (Budianto, 2009).

    2.2 Bahan Baku

    2.2.1 Kecap Manis

    Menurut Suprapti (2005), kecap manis merupakan produk olahan yang

    mempunyai tekstur kental, berwarna coklat kehitaman, dan digunakan tambahan

    makanan yaitu sebagai penyedap makanan. Kecap manis memiliki kadar gula

    yang tinggi karena ada penambahan gula pada proses pengolahannya. Sebagian

    besar dari kecap di Indonesia menunjukkan adanya perbedaankandungan gula,

  • 7/24/2019 Laporan Analisa Protein Metode Lowry

    3/10

    kandungan asam, dan konsentrasi asam amino yang berhubungan dengan

    perlakuan fermentasi.

    Tabel 1. Mutu kecap berdasarkan kadar protein

    Mutu Kecap Kadar Protein

    Mutu Pertama Minimal 6%

    Mutu Kedua 4% - 6%

    Mutu Ketiga 2% - 4%

    Sumber : Rukmana (2001)

    2.2.2 Daging Ayam

    Daging ayam banyak dikonsumsi masyarakat global karena tidak ada

    faktor pembatas dengan kultur budaya dan kepercayaan tertentu, sehat, bergizi,

    kandungan lemaknya sedikit dengan asam lemak tidak jenuh yang lebih rendah

    dibanding daging lainnya (Mead, 2004).

    Protein dari jenis daging ini mengandung asam amino essensial yang

    dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu, daging

    unggas juga merupakan sumber beberapa mineral seperti fosfor, zat besi, kobalt

    dan seng serta vitamin B12 dan B6 (Parker, 2003).

    2.2.3 Telur

    Telur merupakan salah satu produk unggas yang mengandung protein

    cukup tinggi sebesar 12%. Telur terutama kaya akan asam amino esensial seperti

    lisin, triptofan, dan khususnya metionin yang merupakan asam-asam amino

    esensial terbatas (Yuwanta, 2010).

    Kuning telur merupakan emulsi lemak dalam air dengan berat kering

    sebesar 50% yang terdiri atas 65% lipid, 31% protein, dan 4% karbohidrat,

    vitamin, dan Mineral, Jenis protein yang terdapat pada granula kuning telur yaitu

    lipovitelin (disusun oleh HDL) dan fosvitin, sedangkan yang terdapat dalam

    plasma yaitu lipovitelenin (disusun oleh LDL) dan livetin (Belitz dan Grosch,

    2009).

  • 7/24/2019 Laporan Analisa Protein Metode Lowry

    4/10

    2.2.4 Ikan Lemuru

    Ikan lemuru (Sardinella longiceps) memiliki gigi pada langit-langit mulut

    sambungan tulangrahang bawah dan lidah. Sisik-sisiknya lembut dan bertumpuk

    tidak teratur, jumlah sisik didepan sirip punggung 13-15. Sisik duri terdapat pada

    lambung, 18 di depan sirip perut dan 14 lainnya di belakang sirip perut.

    Tabel 2. Komposisi kimia ikan lemuru (Sardinella longiceps)

    Komposisi Jumlah (%)

    Kadar air 64.55-69.89

    Kadar protein 20.36-23.01

    Kadar lemak 4.48-11.8

    Kadar abu 2.07-3.03

    Kadar garam (NaCl) 0.11-0.17

    Sumber : Hanafiah dan Murdinah (1982)

    2.3 Faktor Penyebab Kerusakan Protein

    Faktor yang mempengaruhi rusaknya protein adalah,

    a. pH

    Denaturasi karena pH bersifat reversible. Pada titik isoelektrik kelarutan

    protein akan berkurang sehingga protein akan menggumpal dan mengendap.

    b. Pelarut organik

    pada konsentrasi rendah pelarut organik akan menstabilkan protein. Pada

    konsentrasi tinggi pelarut organik akan mendenaturasi protein.

    c.

    Suhu

    Semakin tinggi suhu yang digunakan, protein akan rusak dan menggumpal

    d.

    Mekanik

    Kerusakan mekanik karena adanya gaya mekanik terhadap protein,

    contohnya pengocokan, pengadukan dan pengepressan.

    2.4 Macam-Macam Analisa Protein

    1.

    Metode Biuret

  • 7/24/2019 Laporan Analisa Protein Metode Lowry

    5/10

    Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan

    larutan CuSO4 encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa senyawa

    yang mengandung gugus amida asam. Dalam larutan basa Cu++membentuk

    kompleks dengan ikatan peptide (-CU-NH-) dan menghasilkan warna ungu

    dengan absorben maksimum pada 540 nm.

    2. Metode Lowry

    Reaksi Cu dengan ikatan peptida oleh tirosin dan tripotan yang

    membentuk fosfotungstat-fosfomolibdat pada suasana alkalis akan

    memberikan warna biru yang intensitasnya bergantung pada konsentrasi yang

    ditera. Kosentrasi protein diukur berdasarkan optik density pada panjang

    gelombang 600 nm.

    3. Metode Spektrofotometer UV

    Kebanyakan protein mengabsorpsi sinar ultraviolet maximum pada 280

    nm. Hal ini terutama oleh adanya asam amino tirosin triptofan dan fenilalanin

    yang ada pada protein tersebut.

    4.

    Metode Turbidimeter

    Kekeruhan akan terbentuk dalam larutan yang mengandung protein

    apabila ditambahkan bahan pengendap protein misalnya TCA, K4Fe(CN)6

    atau asam sulfosalisilat. Tingkat kekeruhan diukur dengan alat turbidimeter.

    5. Penentuan Protein dengan Titrasi Formol

    Larutan protein dinetralkan dengan basa NaOH, kemudian ditambahkan

    formalin akan membentuk dimethilol. Pembentukan dimethilol ini

    menunjukkan gugus amino sudah terikat dan tidak akan mempengaruhi reaksi

    antara asam (gugus karboksil asam amino) dengan basa NaOH sehingga akhir

    titrasi dapat diakhiri dengan tepat.Indikator yang digunakan adalah PP, akhir

    titrasi bila tepat terjadi perrubahan warna menjadi merah muda yang tidak

    hilang dalam 30 detik.

    6. Metode Kjeldahl

    Prinsip metode Kjeldahl adalah mula mula bahan didekstruksi dengan

    asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn.

    Ammonia yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator.

  • 7/24/2019 Laporan Analisa Protein Metode Lowry

    6/10

    Metode Kjeldahl pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara

    makro dan semimikro. Cara makro Kjeldahl digunakan untuk sampel yang

    sukar dihomogenisasi dan besarnya 1 3 gram, sedangkan semimikro

    Kjeldahl dirancang untuk sampel yang berukuran kecil, yaitu kurang dari 300

    mg dari bahan yang homogen (Maria Bintang, 2010).

    a. Tahap Dekstruksi

    Pada tahap ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat

    sehingga unsu-unsur C dan H mengalami oksidasi menjadi CO, CO2, dan

    H2O. sedangkan N akan berubah menjadi (NH4)2SO4 (Abdul Rohman,

    dkk. 2007)

    b. Tahap Destilasi

    Pada tahap ini ammonium hydrogen sulfat dipecah menjadi ammonium

    (NH3) dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan agar

    selama destilasi tidak terjadi superheating dan ditambahkan logam Zink

    (Zn). Amonium yang dibebaskan akan diterima oleh asam klorida atau

    asam borat 2% berlebih

    c.

    Tahap Titrasi

    Sisa asam klorida yang tidak bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan

    NaOH 0,1 N. titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan

    menjadi merah da tidak hilang selama 30 detik menggunakan indicator PP.

    2.5 Prinsip Analisa

    Pada praktikum menggunakan metode Lowry. Protein yang terkstrak pada

    air direaksikan dengan larutan lowry menghasilkan kompleks Cu2+, dan di

    reaksikan dengan larutan folin menghasilkan fosfotungstat-fosfomolibdat yang

    membentuk warna biru, dan diukur absorbansinya.

  • 7/24/2019 Laporan Analisa Protein Metode Lowry

    7/10

    BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

    3.1Alat dan Bahan

    3.1.1 Alat

    Alat yang digunakan pada analisa protein yaitu, labu takar 10 ml, labu

    takar 100 ml, pipet tetes, neraca analitik, pipet volume, sentrifuge,

    spektrofotometer, spatula, beaker glass, mortar, penumbuk, tabung reaksi, corong,

    pisau dan telenan.

    3.1.2 Bahan

    Bahan yang digunakan pada analisa protein yaitu, BSA, larutan Lowry,

    larutan Folin, aquades, ayam rebus, kecap, telur, dan ikan lemuru.

    3.2 Prosedur Analisa

    Langkah pertama adalah pembuatan kurva standart dari BSA, konsentrasi

    0%, 0,5%, 1%, 1,5 %, 2%, 2,5%, 3%. Ditambah larutan Lowry dan didiamkan

    selama 10 menit setelah itu ditambahkan 2 ml folin dan diabsorbansi setelah satu

    jam kemudian dan menghasilkan persamaan y = ax + b.

    Selanjutnya adalah bahan (kecap, kuning telur, daging ayam, dan ikan

    lemuru) ditimbang sebesar 15 atau 7,5 g kemudian dihaluskan dan dilarutkan

    dalam air 50 ml dan ditera sampai 100 ml untuk menurunkan konsentrasi larutan.

    Selanjutnya disentrifuge untuk memisahkan padatan dan cairannya. Setelah itu

    disaring dan dimasukkan ke labu takar 100 ml dan ditera sampai tanda batas.

    Kemudian diambil sampel sebanyak 0,5 ml dan ditambahkan larutan Lowry dan

    didiamkan 10 menit untuk mengoptimalkan reasksi reduksi protein oleh larutan

    Lowry. Setelah itu ditambahkan larutan folin yang bersifat reaktif dan bereaksi

    kompleks dengan Cu yang dihasilkan pada reduksi protein, sehingga membentuk

    warna biru dan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer.

  • 7/24/2019 Laporan Analisa Protein Metode Lowry

    8/10

    BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada analisa kadar protein metode Lowry ini dilakukan pembuatan kurva

    standart dan dilanjutkan menghitung konsentrasi protein pada setiap bahan.

    Tabel 3. Pembuatan kurva standart

    Konsentrasi (ml) Nilai Asorbansi (=750)

    0 0.093

    0.5 0.263

    1 0.531

    1.5 0.686

    2 0.982

    2.5 1.167

    3 1.293

    BAB 5. PENUTUP

    Gambar 1. Kurva standar kelarutan protein

    0

    0,2

    0,4

    0,6

    0,8

    1

    1,2

    1,4

    0 2 4 6 8 10 12 14 16

    Absorbansi

    Konsentrasi

    Kurva Standart

  • 7/24/2019 Laporan Analisa Protein Metode Lowry

    9/10

    Tabel 4. Pengamatan kadar protein

    No. Sampel Ulangan Rata-rata SD RSD

    1 Daging ayam

    0,122

    0,1357 0,19 140,1253

    0,1317

    0,1638

    2 Kuning Telur

    0,7454

    0,8583 0,0971 110,9333

    0,8819

    3 Ikal Lemuru

    0,6040

    0,4690 0,1494 320,4947

    0,3084

    4 Kecap BG

    1,804

    1,7670 0,061 31,8008

    1,6963

    5 Kecap sedaap

    1,3975

    1,4773 0,1580 111,3751

    1,6594

    0,135743

    0,8538

    0,46976

    1,76706

    1,47737

    0

    0,2

    0,4

    0,6

    0,8

    1

    1,2

    1,4

    1,6

    1,8

    2

    Ayam Telur Ikan kecap KECAP SEDAP

    KandunganProtein(%)

    Kandungan Protein pada Bahan

  • 7/24/2019 Laporan Analisa Protein Metode Lowry

    10/10

    Berdasarkan hasil percobaan praktikum analsis kadar protein,

    menghasilkan kurva standart yang semakin tinggi konsentrasi, maka semakin

    tinggi juga absorbansinya, karena mengindikasikan protein yang terlarut dalam

    larutan semakin banyak. Dan menghasilkan persamaan y = 0.0837x + 0.0887

    dengan nilai R = 0.9923.

    Dari hasil perhitungan menghasilkan rata-rata kadar protein pada masing-

    masing bahan pangan yaitu daging ayam sebesar 0.135743, telur 0.8535, ikan

    lemuru 0.46976, kecap black gold 1.76706, kecap sedaap 1.47737. kadar protein

    rata-rata tertinggi yaitu pada kecap black gold yaitu 1.7670, hal ini disebabkan

    protein dari kecap menggunakan kedelai, sehingga memiliki asam amino yang

    tinggi.

    Kemudian untuk kadar protein rata-rata yang terendah yaitu pada ayam

    sebesar 0.135743. Menurut literatur kandungan protein pada daging ayam sebesar

    4,7%. Hal ini karena daging ayam telah mendapatkan proses pendahuluan yaitu

    pemanasa atau perebusan, sehingga banyak protein yang hilang atau larut dalam

    air perebusan. Dan sebagian protein telah rusak atau mengalami denaturasi.

    Relative Standard Deviation (RSD) untuk melihat ketelitian dari bahan

    yang digunakan dengan syarat penerimaan %RSD sesuai standar AOAC (2002)

    adalah sebagai berikut (1) sangat teliti: %RSD 5.

    Perhitungan RSD didapatkan pada ayam 14%, telur 11%, ikan lemuru

    32%, kecap sedap sebesar 11%, dan kecap black gold 3%.