Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan...

75
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Transcript of Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan...

Page 1: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Page 2: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadlirat

Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya

sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (LAKIP) Puslitbang

Perkebunan tahun anggaran 2014 dapat

diselesaikan sesuai dengan waktunya.

Laporan ini merupakan bentuk

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

dan fungsi serta pengelolaan anggaran

yang didasarkan pada perencanaan

stratejik yang telah ditetapkan oleh

Puslitbang Perkebunan. Dalam laporan ini digambarkan tingkat kinerja Puslitbang

Perkebunan selama periode Renstra 2010-2014 berdasarkan tingkat pencapaian

sasaran yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Ungkapan terima kasih disampaikan Kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan laporan ini. Diharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang memerlukannya terutama dalam perbaikan maupun

peningkatan kinerja di masa yang akan datang.

Bogor, 31 Januari 2015

Kepala Pusat,

Dr. M. Syakir

NIP.19581117 198403 1001

Page 3: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2

DAFTAR ISI

Halaman

Kata pengantar ........................................................................ 1

Daftar Isi ......................................................................... 2

Daftar Tabel ......................................................................... 3

Daftar Gambar ........................................................................ 4

Ikhtisar Eksekutif ......................................................................... 6

Bab I. PENDAHULUAN ................................................................. 9

Bab II. PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA ........................ 15

2.1. Perencanaan Strategis ............................................... 15

2.2. Indikator Kinerja Utama ............................................. 17

2.3. Rencana Kinerja Tahunan TA 2014 ............................. 18

2.4. Penetapan Kinerja TA 2014 ........................................ 19

Bab III. AKUNTABILITAS KINERJA ................................................ 21

3.1. Pengukuran Capaian Kinerja ....................................... 21

3.2. Analisis Capaian Kinerja ............................................. 23

3.3. Akuntabilitas Keuangan ............................................. 63

Bab IV. PENUTUP ........................................................................ 69

Lampiran ........................................................................................ 72

Page 4: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan menurut

pendidikan pada tahun 2014 ...............................................

10

Tabel 2 Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan

jabatannya pada tahun 2014 ............................................

11

Tabel 3 Keragaan Peneliti berdasarkan Kepakaran/bidang ilmu

lingkup Puslitbang Perkebunan 2014 ...................................

11

Tabel 4 Keragaan Anggaran Puslitbang Perkebunan TA 2010-2014

(Dalam Juta Rupiah) ..........................................................

13

Tabel 5 Sub Kegiatan Utama dan Indikator Kinerja Utama Puslitbang

Perkebunan TA 2010-2014 .................................................

18

Tabel 6 RKT Puslitbang Perkebunan Tahun 2014 ............................ 19

Tabel 7 Penetapan Kinerja (PK) Puslitbang Perkebunan Tahun 2014.. 20

Tabel 8 Pengukuran Kinerja Puslitbang Perkebunan TA 2014 ............ 23

Tabel 9 Rekapitulasi Sumberdaya Genetik Tanaman Perkebunan 2014 29

Tabel 10 Capaian benih sumber tanaman perkebunan 2014 ............... 50

Tabel 11 Kerjasama peneitian dengan mitra swasta ........................... 60

Tabel 12 Kerjasama penelitian dengan mitra pemda .......................... 61

Tabel 13 Kerjasama penelitian dengan mitra instansi pemerintah ...... 61

Tabel 14 Realisasi anggaran lingkup puslitbang perkebunan

berdasarkan sasaran output utama TA 2014 ........................

67

Page 5: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 4

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Keragaan Agribun Orsina 1 (A), Agribun Orsina 2 (B) dan

Agribun Orsina 3 (C) .........................................................

24

Gambar 2 Keragaan lempuyang Ziarina 1 Agribun (A) dan Ziarina 2

Agribun (B) .......................................................................

25

Gambar 3 Keragaan Kapas Agri Kanesia 16 – Agri Kanesia 20 .............. 26

Gambar 4 Keragaan Aren Dalam Tomohon ........................................ 26

Gambar 5 Keragaan Sagu Baruk ....................................................... 27

Gambar 6 Capaian Varietas Unggul Baru Tanaman Perkebunan TA

2010-2014 ........................................................................

28

Gambar 7 Tanaman tebu dengan Sistem tanam juring ganda pada tebu

PKP 50/170 .......................................................................

30

Gambar 8 Teknologi bahan pembenah tanah untuk budidaya karet

pada tanah bekas tambang ................................................

36

Gambar 9 Capaian Teknologi Tanaman Perkebunan TA 2010-2014 ...... 46

Gambar 10 Pupuk K berbentuk Granul dan tablet ................................. 47

Gambar 11 a. Bahan baku dan b. Edible film bioselulosa/nata ................ 48

Gambar 12 Capaian teknologi peningkatan nilai tambah dan daya

saing/produk olahan tanaman perkebunan TA 2010-2014 ...

50

Gambar 13 Capaian Benih Sumber Tanaman Perkebunan TA 2010-2014 51

Gambar 14 Capaian Benih Sumber Tebu TA 2010-2014 ....................... 51

Gambar 15 Capaian rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan TA

2010-2014 ........................................................................ 57

Gambar 16 Capaian publikasi hasil litbang tanaman perkebunan TA

2010-2014 ........................................................................ 59

Gambar 17 Capaian kerjasama penelitian perkebunan TA 2010-2014.... 62

Gambar 18 Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan

berdasarkan jenis Belanja TA 2014 ....................................

64

Gambar 19 Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan

berdasarkanSatker TA 2014 ............................................... 64

Gambar 20 Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan

berdasarkan Output TA 2014 .............................................

65

Page 6: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5

Halaman

Gambar 21 Realisasi anggaran Puslibang Perkebunan TA 2010-2014

(dalam juta rupiah) ...........................................................

65

Gambar 22 Realisasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan

berdasarkan Satker TA 2014 (dalam juta rupiah) .................

66

Gambar 23 Realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja TA 2014

(dalam juta rupiah) ..........................................................

66

Gambar 24 Target dan realisasi PNBP fungsional lingkup Puslitbang

Perkebunan TA 2014 (dalam juta rupiah) ............................

68

Page 7: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 6

IKHTISAR EKSEKUTIF

Puslitbang Perkebunan telah menetapkan Renstra 2010 – 2014 dengan

mengemban visi dan misi yang futuristik dan partisipatif. Visi Puslitbang

Perkebunan selaras dengan visi Badan Litbang Pertanian, karena perkebunan

merupakan komponen dari pertanian. Di samping itu, beberapa komoditas

perkebunan telah menjadi anjuran bagi lembaga-lembaga internasonal.

Berdasarkan hal tersebut, maka visi Puslitbang Perkebunan 2014 adalah :

"Menjadi pusat keunggulan inovasi teknologi perkebunan berkelas

dunia". Untuk mewujudkan visi tersebut, Puslibang Perkebunan menyusun misi

sebagai berikut : (1) Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi

unggulan dan kebijakan di bidang perkebunan, (2) Meningkatkan kualitas dan

optimasi pemanfaatan sumberdaya penelitian dan pengembangan perkebunan

dan (3) Mengembangkan jaringan dan meningkatkan kerjasama iptek di tingkat

nasional dan internasional.

Dengan memperhatikan visi dan misi tersebut, tujuan dan sasaran Pusat

Penelitian dan Pengembangan Perkebunan tahun 2010-2014 adalah : (1)

mendukung pemenuhan kebutuhan benih unggul, teknologi budidaya dan

peningkatan nilai tambah tanaman perkebunan, yang sasarannya adalah

tersedianya a) varietas unggul, b) teknologi budidaya, c) produk olahan dan

teknologi peningkatan nilai tambah (diversifikasi), d) benih unggul; (2)

menghasilkan rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan sebagai bahan

kebijakan pertanian di bidang perkebunan, yang sasarannya adalah tersedianya

rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman perkebunan; dan (3)

meningkatkan diseminasi hasil penelitian perkebunan kepada pengguna yang

sasarannya adalah: a) meningkatnya publikasi hasil penelitian, b) meningkatnya

penyebaran hasil penelitian perkebunan kepada pengguna, c) terjalinnya

kerjasama dengan pihak lain.

Arah kebijakan dan strategi Puslitbang Perkebunan mengacu pada Renstra

Litbang Pertanian 2010-2014 dengan mempertimbangkan sasaran pembangunan

pertanian 2010 – 2014 melalui peningkatan penguasaan dan pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang inovatif, efisien dan efektif dengan

mengedepankan kaidah ilmiah dan berkontribusi terhadap perkembangan iptek.

Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui pemanfaatan sumberdaya

penelitian yang ada secara optimal dan meningkatkan jejaring kerjasama dengan

Page 8: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 7

institusi lain baik nasional maupun internasional. Dalam upaya mendukung

pencapaian sasaran pembangunan pertanian, rumusan arah kebijakan Puslitbang

Perkebunan didasarkan pada isu-isu strategis terkait komoditas perkebunan.

Pencapaian kinerja Puslitbang Perkebunan pada TA 2014, secara umum dapat

dikatagorikan sangat berhasil ditinjau dari hasil pencapaian kinerja sasarannya.

Jika dibandingkan antar target dan capaian Indikator utamanya, seluruh 7 target

indikator kinerja sasarannya mencapai bahkan melampau targetnya/diatas

100% (sangat berhasil). Capaian sasaran varietas diatas 140%; sasaran

teknologi produktivitas mencapai 102%, sasaran teknologi diversifikasi dan

peningkatan nilai tambah/produk olahan mencapai 143%, sasaran benih sumber

mencapai 101 %, sasaran galur359 %; sasaran rekomendasi kebijakan

mencapai 100%.

Keberhasilan kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 tercermin dari hasil litbang

perkebunan berupa : (1)Teknologi mendukung Bioindustri; berupa teknologi

Proses Produksi Gula Cair dan Teknologi Produksi Bioavtur dari kemiri Sunan ;

(2) Varietas mendukung bioenergi, berupa varietas kemiri Sunan Kermindo 1 dan

2; (3) Teknologi mendukung bioenergi berupa teknologi kompresi biomethane

cair berbasis limbah tanaman perkebunan (Biomethane), Teknologi gasifikasi

limbah sawit TKS, Bioenergi untuk pengolahan teh putih, pupuk dari limbah

tebu; (4) Formula pestisida nabati yang ramah lingkungan; (5) Teknologi

budidaya pendukung peningkatan produktivitas komoditas perkebunan utama;

(6) Teknologi perbanyakan kuljar beberapa tanaman perkebunan; (7)

Penyediaan benih sumber (tebu kuljar dan tanaman perkebunan lainnya); dan

(8) Pengkayaan plasma nutfah pendukung kegiatan pemuliaan;

Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian kinerja

diantaranya adalah : (1) Dukungan Sumberdaya Penelitian yang memadai, baik

SDM, SD Aset dan SD Keuangan; (2) Perencanaan kegiatan yang realistis;(3)

Pelaksanaan kegiatan dan anggaran yang tepat dan sesuai aturan; dan (4)

Monitoring dan evaluasi yang intensif;

Disamping keberhasilan yang telah dicapai, disadari kinerja Puslitbang

Perkebunan masih memiliki sisi kelemahan karena belum bisa berorientasi pada

hasil (outcome). Dengan kata lain, hasil-hasil litbang perkebunan yang terbaru

pada lima tahun terakhir belum teridentifikasi dimanfaatkan olleh pengguna. Hal

ini kemungkinan disebabkan karena proses adopsi litbang tanaman perkebunan

Page 9: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8

berjalan lambat. Kegiatan diseminasi di Puslitbang Perkebunan bukan kegiatan

prioritas dan jumlahnya terbatas. Disisi lain tanaman perkebunan belum menjadi

program nasional sehingga tidak menjadi prioritas untuk dikaji di BPTP.

Langkah–langkah alternatif yang harus dilakukan dalam menanggulangi

kelemahan tersebut dimasa yang akan datang adalah:(1) Meningkatkan upaya

percepatan adopsi hasil penelitian litbang Perkebunan melalui diseminasi SDMC ;

92) Membuat kegiatan yang mengukur/memantau perkembangan penyebaran

teknologi litbang perkebunan; (3) Meningkatkan upaya pendampingan

penerapan teknologi litbangbun.

Page 10: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9

I. PENDAHULUAN

Tugas dan fungsi Puslitbang Perkebunan berdasarkan Peraturan Menteri

Pertanian No. 61/Permentan/OT.140/10/2010 adalah melaksanakan penyiapan

perumusan kebijakan dan program, serta pelaksanaan penelitian dan

pengembangan perkebunan, sedangkan fungsinya adalah :

a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program serta pemantauan dan

evaluasi penelitian dan pengembangan perkebunan;

b. Pelaksanaan kerja sama dan pendayagunaan hasil penelitian dan

pengembangan perkebunan;

c. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan perkebunan; dan

d. Pengelolaan urusan tata usaha Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perkebunan

Puslitbang Perkebunan termasuk salah satu unit kerja Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi

organisasi, Puslitbang Perkebunan memiliki dua bidang dan satu bagian yaitu

Bidang Program dan Evaluasi, Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil

Penelitian, dan Bagian Tata Usaha, Kelompok Fungsional Peneliti, serta didukung

oleh empat Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang menangani komoditas yang

menjadi mandatnya, yaitu Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro),

Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas), Balai Penelitian Tanaman

Palma (Balit Palma), dan Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar

(Balittri).

Berdasarkan Peraturan Kementerian Pertanian No. 62-65/ Permentan/

OT.140/10/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian Lingkup

Puslitbangbun,tugas dari masing-masing UPT tersebut adalah melaksanakan

penelitian tanaman rempah dan obat; tanaman palma; tanaman pemanis dan

serat, serta tanaman industri dan penyegar. Masing-masing Balai

menyelenggarakan fungsi sesuai komoditas penelitiannya sebagai berikut:

a. Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan, dan pemanfaatan

plasma nutfah;

b. Pelaksanaan penelitian morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi, dan

fitopatologi;

Page 11: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 10

c. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis;

d. Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian;

e. Penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan

pendayagunaan hasil penelitian;

f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, Puslitbang Perkebunan didukung

dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan berkarakter dengan

persyaratan kompetensi tertentu. Kompetensi merupakan persyaratan mutlak

bagi SDM Balitbangtan untuk menjamin terselenggaranya kegiatan penelitian dan

pengembangan yang berkualitas. Puslitbang Perkebunan memberikan prioritas

tinggi terhadap peningkatan kualitas SDM dalam upaya menjamin tersedianya

tenaga handal dalam melaksanakan program penelitian pertanian. Keragaan

sumber daya manusia Puslitbang Perkebunan pada tahun 2014, disajikan pada

Tabel 1 dan Tabel 2.

Sampai dengan TA 2014 Puslitbang Perkebunan didukung oleh 740pegawai yang

terdiri dari 55 orang S3, 80 orang S2 dan 196 orang S1, 28 orang SM/D3, 6

orang D2, 2 orang D1 serta 373 orang SLTA ke bawah.Berdasarkan jabatannya

sumber daya manusia di lingkungan Puslitbang Perkebunan

diklasifikasikanmenjadi6(enam) yaitu: (1) Peneliti, (2) Teknisi Litkayasa, (3)

Pustakawan, (4) Pranata Komputer, (5) Arsiparis, dan (6) Pranata Humas, dan

Fungsional Umum.

Tabel 1. Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan menurut Pendidikan

pada tahun 2014

Unit Kerja S3 S2 S1 SM/D3 D2 D1 < SLTA Jumlah

Kantor Pusat

10 5 18 6 3 1 41 84

Balittro 20 19 62 12 2 0 154 269

Balittas 11 25 63 6 0 0 77 182

Balit Palma 9 16 24 1 1 0 54 105

Balittri 5 15 29 3 0 1 47 100

Jumlah 55 80 196 28 6 2 373 740

Page 12: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 11

Jumlah pegawai berdasarkan jabatannya adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan jabatannya

pada tahun 2014

Unit Kerja

Peneliti

Tek.

Litkayasa

Pustaka-

wan

Pranata komputer

Ar-

siparis

Pranata humas dan fungsional

umum

Jumlah

Kantor Pusat

15 0 4 1 2 62 84

Balittro 61 46 2 0 1 158 269

Balittas 50 26 0 0 1 105 182

Balit Palma 26 10 0 0 0 69 105

Balittri 39 21 1 0 1 38 100

Jumlah 191 103 7 1 5 433 740

Komposisi tenaga fungsional umum berjumlah 433 orang. Jumlah tersebut

cukup besar dibandingkan dengan jumlah tenaga fungsional tertentu lingkup

Puslitbang Perkebunan (peneliti, teknisi, litkayasadan fungsional lainnya).

Seyogyanya tenaga fungsional terutama peneliti sebagai motor penggerak

untukmencapai tujuan organisasi, lebih besar dibandingkan dengantenaga

penunjangnya sehingga perencanaan SDM kedepan akan mempertimbangkan

komposisi tersebut.

Tabel 3. Keragaan Peneliti berdasarkan Kepakaran/bidang ilmu lingkup

Puslitbang Perkebunan 2014

No BidangKeahlian Kantor Pusat

Balittro Balittas Balit Palma

Balittri JML

1 Budidaya Tanaman 3 18 13 5 11 50

2 Ekonomi Pertanian 2 3 2 1 3 11

3 Fisiologi Tanaman 0 3 2 0 4 9

4 Hama dan Penyakit Tanaman

5 20 14 6 8 53

5 Pemuliaan dan Genetika Tanaman

3 13 14 9 9 48

6 Teknologi Pasca Panen 0 4 4 3 3 14

7 Teknologi Pertanian dan Mekanisasi

1 0 1 1 0 3

8 Ekonomi Sumberdaya 0 0 0 0 0 0

9 Kesuburan Tanah dan Biologi Tanah

0 0 0 0 0 0

10 Kimia Analitik Lainnya 1 0 0 0 0 1

11 Bioteknologi Pertanian 0 0 0 0 0 0

12 Sistem Usaha Pertanian 0 0 0 1 1 2

Page 13: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 12

Bidang keahlian yang terbanyak di lingkup Puslitbadalah hama dan penyakit

tanaman (53), disusul oleh budidaya tanaman (50), pemuliaan dan genetika

tanaman (48) serta teknologi pasca panen (14) dan ekonomi pertanian (11).

Bidang kepakaran yang paling sedikit adalah sistem usahatani pertanian (2). Hal

ini karena sistem usahatani petanian lebih banyak dilaksanakan di BPTP karena

sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kedepan dalam pengusulan sekolah (S1

dan S3) hendaknya mengikuti bidang kepakaran yang diperlukan di masing-

masing bali penelitian.

Pada tahun 2014, peneliti yang masih sekolah berjumlah 26 orang dengan

bidang ilmu: manajemen sumberdaya lahan dan lingkungan; entomologi;

microbial biotechnology; phytopathology; pemuliaan tanaman; ilmu tanah;

teknologi hasil penelitian; plant biotechnology; socio environment energy,

teknologi benih; dan agro teknologi, sehingga apabila telah selesai mengikuti

tugas belajar akan dapat memenuhi kebutuhan kepakaran.

Sumberdaya Sarana dan Prasarana. Dalam rangka mendukung pelaksanaan

tugas dan fungsinya, Puslitbang Perkebunan didukung dengan sarana dan

prasarana yang memadai. Sarana yang digunakan untuk melaksanakan tugas

dan fungsinya sebagai lembaga penelitian adalah Kebun Percobaan,

Laboratorium, dan Rumah Kaca.

Laboratorium. Puslitbangbun mempunyai 26 Laboratorium. Dua laboratorium

sudah terakreditasi dan dua laboratorium sedang dalam proses akreditasi

Kebun Percobaan. Kebun percobaan lingkupPuslitbang Perkebunan tersebar di

18 lokasi dengan total luasan 821,72 ha. Dari ke 18 kebun percobaan tersebut,

terdapat satu KP dengan status pinjam pakai dengan Propinsi Sulut yaitu KP

Paniki (Balit Palma) dan tiga kebun pinjam pakai dengan Perhutani, yaitu KP

Cikampek (Balittro) dan KP Kalipare dan KP. Coban Rondo (Balittas). Status

kepemilikan KP lingkup Puslitbangbun sudah sertifikat semua kecuali KP yang

pinjam pakai.

Rumah Kaca. Puslitbangbun mempunyai 23 Rumah Kaca (Masing-masing 4 RK

di Balitro, Balittas dan Balitka, dan 1 RK di Balitri).

Sumber Daya Keuangan. Anggaran pembangunan Badan Litbang Pertanian

terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan adanya dukungan

Page 14: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 13

positif pemerintah terhadap kegiatan litbang yang dituntut untuk menghasilkan

inovasi teknologi yang lebih berorientasi pasar dan berdaya saing. Namun

demikian, masih diperlukan dukungan pendanaan yang lebih besar untuk

peningkatan hasil penelitian berupa inovasi teknologi dan varietas unggul

berdaya saing yang bersifat untuk kepentingan petani. Perkembangan

penganggaran lingkup Puslitbang Perkebunan lima tahun terakhir seperti terlihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Keragaan Anggaran Puslitbang Perkebunan TA 2010-2014 (Dalam Juta

Rupiah)

Tahun Anggaran Jenis Belanja

Total pegawai Barang Modal

2010 36.908 47.271 18.635 102.814

2011 39.830 41.681 38.657 120.168

2012 43.630 48.849 5.209 98.688

2013 48.771 51.242 33.660 135.674

2014 49.891 47.034 14.311 111.236

Tata Kelola. Implementasi reformasi perencanaan dan penganggaran sebagai

manifestasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003

tentang Keuangan Negara mengisyaratkan bahwa penyusunan strategi

pembangunan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang menjamin

konsistensi antara perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan. Penyusunan

kebijakan, rencana program dan kegiatan harus mengedepankan semangat yang

berpijak pada sistem perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi

perspektif jangka menengah dan berbasis kinerja yang mencakup 3 (tiga) aspek

berupa unified budgeting, performance based budgeting, dan medium term

expenditure frame work.

Untuk menjamin tercapainya good governance di UK/UPT lingkup Puslitbang

Perkebunan, pelaksanaan program dan anggaran dikawal dengan penerapan

Sistem Pengendalian Intern (SPI) di setiap UK/UPT. Langkah-langkah

operasional penerapan SPI, yaitu: (1) Pembentukan Satuan Pelaksana (Satlak);

(2) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan SPI;(3)

Pelaksanaan Penilaian Pelaksanaan SPI; dan (4) Penyusunan Laporan

Pelaksanaan SPI.

Page 15: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 14

Untuk menjamin kelancaran dan tercapainya target pelaksanaan program dan

anggaran Puslitbang Perkebunan dilakukan Monitoring dan Evaluasi secara

berkala dan terus menerus. Monitoring ditujukan untuk memantau proses

pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai dari setiap program yang

dituangkan di dalam Renstra beserta turunannya (RKT, PK). Evaluasi

dilaksanakan sebagai upaya perbaikan terhadap perencanaan, penilaian dan

pengawasan terhadap pelaksanan kegiatan agar berjalan sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai dan memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien.

Dokumen pelaksanaan Monev dituangkan dalam LAKIP, SIMMONEV dan Laporan

Pelaksanaan Monev. Langkah-langkah operasional program Monev 2010-2014

mencakup: (1) Menyiapkan Pedoman Umum, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), dan

Petunjuk Teknis (Juknis) Monev yang disusun secara berjenjang sampai tingkat

UPT, (2) Melaksanakan monev secara reguler dan berjenjang, dan (3)

Mengevaluasi capaian sasaran Renstra setiap tahun. Selain itu untuk mengukur

Indikator Kinerja Utama (IKU), Puslitbang Perkebunan mengharuskan setiap

UK/UPT menyusun Laporan Pencapaian IKU yang berisi uraian kegiatan utama

serta target dan realisasi pencapaian sasaran secara reguler pada setiap

triwulan.

Page 16: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 15

BAB II. PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

2. 1. Perencanaan Strategis 2010-2014

Untuk mengantisipasi perubahan paradigma dan dinamika lingkungan strategis

yang dihadapi Puslitbang Perkebunan di masa mendatang, khususnya periode

2010 – 2014, Puslibang Perkebunan membutuhkan strategi khusus agar kiprah

dan eksistensinya sebagai lembaga penelitian di bidang perkebunan dapat

terwujud, terutama dalam mendukung pembangunan pertanian. Dengan

penetapan Rencana Strategis (Renstra) Puslitbang Perkebunan TA 2010-2014

sebagai pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan program dan

kegiatannya, diharapkan kegiatan penelitian perkebunan dapat dilakukan

secara efektif dan efisien,menghasilkan produk-produk teknologi yang inovatif,

sesuai kebutuhan pengguna, dan berkelanjutan.

Selaras dengan visi Badan Litbang Pertanian pada TA 2014, maka Puslitbang

Perkebunan telah menetapkan visi pada Tahun 2014 : "Menjadi pusat

keunggulan inovasi teknologi perkebunan berkelas dunia". Untuk

mewujudkan visi tersebut, Puslitbang Perkebunan menyusun misisebagai

berikut:

1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi unggulan dan kebijakan

di bidang perkebunan

2. Meningkatkan kualitas dan optimalisasi sumberdaya penelitian dan

pengembangan perkebunan

3. Mengembangkan jaringan dan meningkatkan kerjasama iptek ditingkat

nasional dan internasional

Tujuan dan sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut:

1. Mendukung pemenuhan kebutuhan benih unggul, teknologi budidaya dan

peningkatan nilai tambah tanaman perkebunan, yang sasarannya adalah

tersedianya: a) varietas unggul, b) teknologi budidaya, c) teknologi

peningkatan nilai tambah (diversifikasi)/bio-industri, dan d) benih ungul

tanaman perkebunan.

2. Menghasilkan rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan sebagai bahan

kebijakan pertanian di bidang perkebunan, yang sasarannya adalah

tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman perkebunan

Page 17: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 16

3. Meningkatkan diseminasi hasil penelitian perkebunan kepada penggunayang

sasarannya adalah: a) meningkatnya hasil publikasi hasil penelitian, b)

meningkatnya penyebaran hasil penelitian perkebunan kepada pengguna,

c) terjalinnya kerjasama dengan pihak lain.

Kebijakan Litbang Perkebunan

Arah kebijakan dan strategi litbang pertanian ke depan disusun dengan

mempertimbangkan sasaran pembangunan pertanian 2010 – 2014 melalui

peningkatan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(iptek) yang inovatif, efisien dan efektif dengan mengedepankan kaidah ilmiah

dan berkontribusi terhadap perkembangan iptek. Arah kebijakan litbang

perkebunan, perkebunan harus fokus pada penciptaan teknologi benih, teknologi

budidaya, teknologi diversifikasi dan pengolahan untuk peningkatan nilai tambah

yang berdaya saing. Penelitian ditujukan untuk meningkatkan daya saing

komoditas dengan karakteristik yang sesuai keinginan konsumen, baik pasar

domestik, maupun pasar ekspor. Penelitian kebijakan tetap diperlukan baik

dalam rangka evaluasi kebijakan maupun penyusunan usulan rekomendasi

kebijakan pembangunan perkebunan yang bersifat responsif dan antisipatif.

Rekomendasi kebijakan mencakup aspek teknologi, ekonomi, sosial

(kelembagaan) dan lingkungan serta fokus pada upaya untuk mendukung

terwujudnya sistem usaha perkebunan berkelanjutan yang berbasis sumber daya

lokal.

Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui upaya: (1) meningkatkan

akuntabilitas dan kredibilitas lembaga dengan meningkatkan efektifitas dan

efisiensi program, output serta peningkatan kualitas SDM; (2) meningkatkan

penguasaan Iptek mutakhir dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan

perkebunan serta kemutakhiran teknologi yang dihasilkan, (3) memperluas

jaringan kerjasama penelitian antar lembaga penelitian nasional secara sinergis

dalam rangka pemanfaatan/diseminasi hasil penelitian.

Kegiatan Penelitian Tanaman Perkebunan

Secara umum orientasi Litbang Perkebunan adalah mendukung pencapaian

target sukses kementerian pertanian serta peningkatan produktivitas dan

produksi Perkebunan. Berdasarkan potensi dan peluang pengembangan, prioritas

penelitian komoditas lingkup Puslitbang Perkebunan adalah sebagai berikut: (1)

Tanaman rempah dan obat: lada, vanili, jambu mete, jahe, temu lawak, nilam,

Page 18: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 17

seraiwangi dan kina; (2) Tanaman pemanis dan serat: kapas, tembakau, jarak

pagar, kenaf dan tebu (3) Tanaman Industri dan Penyegar : kopi, karet, kakao

dan teh; (4) Tanaman Palma: kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah dan aren.

Swasembada gula tahun 2014 menjadi salah satu target sukses kementerian

pertanian. Penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas tebu

dan rendemen gula akan menjadi prioritas utama untuk mendukung pencapaian

target tersebut. Penanganan aspek perbenihan (perbanyakan massal) dan teknik

budidaya sesuai GAP dan GMP secara terintegrasi sangat diperlukan.

Dari hasil penelitian, beberapa tanaman (seperti kelapa sawit, tebu, jarak pagar,

kemiri minyak, sagu, aren dan kelapa) dan limbah perkebunan (seperti sabut

kelapa, tandan kosong sawit, ampas tebu, kulit buah, bungkil jarak pagar dan

daging buah kakao) dapat diolah menjadi sumber energi alternatif terbarukan.

Apabila energi sumber nabati dan limbah ini dapat dikembangkan masyarakat

terutama di perdesaan maka akan diciptakan masyarakat yang mandiri energi

terutama untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga sehari-hari. Oleh

karena itu, dalam kaitannya dengan pengembangan bahan bakar nabati, Litbang

Perkebunan akan berorientasi pada pengembangan dan pemanfaatan tanaman

dan limbah tersebut diatas secara efisien dengan sasaran ongkos produksinya

menjadi lebih rendah dibanding energi fosil.

2.2. Indikator Kinerja Utama (IKU)

Untuk mendukung Program Penciptaan Teknologi Varietas Unggul Berdaya Saing

yang dijalankan Badan Litbang Pertanian, Puslitbang Perkebunan mempunyai

Kegiatan utama yaitu Kegiatan Penelitian dan pengembangan perkebunan.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran Puslitbang Perkebunan telah disusun

beberapa sub Kegiatan 2010 – 2014 dengan Indikator Kinerja Utama (IKU)

seperti disajikan pada Tabel 5 berikut ini:

Page 19: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 18

Tabel 5. Sub Kegiatan Utama dan Indikator Kinerja Utama Puslitbang Perkebunan TA 2010-2014

2.3. Rencana Kinerja Tahunan

Dalam dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Puslitbang Perkebunan Tahun

Anggaran 2014, telah ditetapkan sasaran strategis, indikator kinerja dan target

yang akan dicapai pada TA 2014, sebagai berikut:

Sub Kegiatan Utama

Indikator

Kinerja Utama

Target

2010 2011 2012 2013 2014

Perakitan Varietas

Jumlah varietas unggul yang dihasilkan (varietas)

6 10 6 10 10

Perakitan Teknologi Budidaya

Jumlah teknologi budidaya yang dihasilkan (teknologi)

15 25 19 17 14

Perakitan Produk Olahan'

Jumlah produk olahan/teknologi peningkatan nilai tambah (teknologi)

12 13 11 12 12

Sintesa Kebijakan

Jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan (rekomendasi)

5 6 6 6 6

Produksi Benih Sumber

Jumlah benih sumber yang dihasilkan (ton)

260 263 340 341 343

Bibit Tebu Jumlah bibit tebu yang dihasilkan (budset)

- 300 plantlet (x 1000)

2.500 budset

(x 1000)

5.000 budset

(x 1000)

2.500 budset

(x 1000)

Pelestarian Plasma Nutfah

Jumlah aksesi SDG yang terkonservasi dan terkarakterisasi (aksesi)

4.040 4.370 4.490 4.610 4730

Diseminasi

Jumlah publikasi (terbitan)

8

8

8

32

32

Kerjasama Jumlah Mou Kerjasama

20 20 20 20 20

Page 20: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19

Tabel 6. RKT Puslitbang Perkebunan Tahun 2014

No.

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1. Tersedianya varietas unggul

tanaman perkebunan

Jumah varietas unggul 10 varietas

2. Tersedianya inovasi teknologi

budidaya,

Jumlah teknologi

budidaya yang

dihasilkan

21 Teknologi

3. Tersedianya teknologi diversifikasi

dan peningkatan nilai tambah

Jumlah teknologi olahan

yang dihasilkan

12 Produk

4. Tersedianya rekomendasi kebijakan Jumlah kebijakan 6 kebijakan

5. Tersedianya sumberdaya genetik Jumlah plasma Nutfah 4.879 aksesi

6. Tersedianya benih sumber Jumlah benih 375 ton

7. Tersedianya bibt tebu Jumlah benih tebu 5 juta budset

8. Terselenggaranya diseminasi Jumlah jurnal/publikasi 32 Terbitan

9. Terwujudnya kerjasama penelitian Jumlah MOU kerjasama 20 MOU

RKT Puslitbang Perkebunan Tahun 2014 disusun dengan mengacu IKU yang

tercantum pada Renstra Puslitbang Perkebunan 2010-2014. Target-target IKU

teknologi dan benih sumber dalam RKT lebih tinggi dibandingkan IKU yang

sama dalam Renstra. Hal ini terkait dengan penyesuaian dengan perkiraan

alokasi dana dan kemampuan UPT dan UK Puslitbang Perkebunan.

2.4. Penetapan Kinerja TA 2014

Dalam dokumen Penetapan Kinerja Puslitbang Perkebunan Tahun Anggaran

2014, telah ditetapkan sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang akan

dicapai dan jumlah anggaran pada TA 2014, sebagai berikut (Tabel 7).

PK Puslitbang Perkebunan Tahun 2014 disusun dengan mengacu IKU yang

tercantum pada Renstra Puslitbang Perkebunan 2010-2014 dan RKT 2014. Ada

perubahan target PK dari RKT yang diacunya. Perubahan target terjadi pada

IKU teknologi budidaya, teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah, dan

Plasma Nutfah. Perubahan tersebut karena penyesuaian dengan perkiraan

alokasi dana dan kemampuan UPT dan UK Puslitbang Perkebunan. Pada PK, IKU

Plasma Nutfah diganti dengan IKU galur, karena plasma nutfah dikategorikan

dengan kegiatan rutin sehingga dianggap tidak perlu menjadi IKU walaupun

merupakan salah satu indikator kegiatan di Puslitbang Perkebunan. Sedangkan

Page 21: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20

galur masuk dalam kategori IKU dalam PK karena merupakan output antara yang

lebih utama dalam kegiatan perakitan varietas.

Tabel 7. Penetapan Kinerja (PK) Puslitbang Perkebunan Tahun 2014

No

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1. Terciptanya varietas dan galur/klon unggul dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swa sembada berkelanjutan

a. Jumlah varietas unggul

b. Jumlah galur unggul c. Jumlah benih sumber d. Jumlah benih sumber

tebu hasil kuljar (G2)

10 varietas

22 galur 422 ton

2.500.000 budset

2. Terciptanya inovasi teknologi budidaya , pengendalian OPT dan Produk untuk peningkatan produktivitas , mutu dan produk tanaman perkebunan

a. Jumlah Teknologi budidaya

b. Jumlah teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah

45 teknologi

7 Formula

3. Terciptanya bahan rekomendasi kebijakan perkebunan di Indonesia

Jumlah rekomendasi kebijakan perkebunan

6 rekomendasi

Jumlah anggaran semula yang tercantum didalam PK Puslitbang Perkebunan

yang telah ditandatangai adalah sebesar Rp. 110.979.742.000,-. Setelah

mengalami revisi jumlahnya menjadi Rp. 111.236.000.000,-.

Page 22: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

Pada Bab ini diuraikan kriteria keberhasilan (realisasi terhadap target), sasaran

kegiatan yang dilaksanakan serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan.

Untuk mengukur keberhasilan kinerja ditetapkan 4 (empat) kategori

keberhasilan, yaitu (1) sangat berhasil :>100 persen; (2) berhasil : 80 – 100

persen; (3) cukup berhasil : 60 – 79 persen; dan tidak berhasil : 0 – 59 persen.

Keberhasilan pencapaian sasaran disebabkan oleh faktor pengawalan kegiatan

melalui monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian yang cukup ketat, mulai dari

tahap awal hingga tahap akhir kegiatan. Keberhasilan pencapaian sasaran

tersebut juga didorong oleh dukungan manajemen penelitian, baik aspek

pelayanan keuangan, pengolahan data, perpustakaan, publikasi, dan sarana

penelitian.

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan untuk memastikan

tercapainya target setiap kegiatan. Metode yang dilakukan adalah dengan

memantau capaian kinerja setiap bulan ataupun triwulanan beserta kendala yang

dihadapi. Sehingga dengan demikian diharapkan bila tidak tercapainya target

suatu indikator dapat diantisipasi sejak awal.

3.1. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA

Pengukuran kinerja adalah bagian dari sistem AKIP yang merupakan proses

pengukuran (assessment) yaitu dengan membandingkan antara rencana/target

sasaran dengan realisasi serta menilai kinerja yang telah dihasilkan. Fokus

pengukuran pencapaian kinerja adalah pada pengukuran pencapaian target

kinerja seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan (PK).

Hasil pengukuran kinerja yang diuraikan dibawah ini merupakan hasil

pengukuran yang dilakukan melalui kegiatan pemantauan dan evaluasi yang

rutin dan intensif dengan mekanisme sebagai berikut:

1. Melaksanakan evaluasi terhadap proposal kegiatan sejak awal sehingga

target output kegiatan menjadi terukur dan memungkinkan untuk dicapai.

Evaluasi melibatkan tim pakar, baik dari internal Puslitbang Perkebunan

maupun dari luar Puslitbang Perkebunan, bahkan dari luar instansi lingkup

Badan Litbang Pertanian seperti Perguruan Tinggi,

2. Mewajibkan kepada seluruh penanggung jawab kegiatan untuk

menyampaikan laporan secara berkala melalui laporan bulanan, triwulan,

Page 23: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 22

semester dan laporan akhir kegiatan sehingga dapat diketahui kemajuan

setiap kegiatan dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta masalah-

masalah yang dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran. Jika

ditemukan ada permasalahan dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran,

dapat langsung dicari upaya-upaya penyelesaian agar pencapaian tujuan

dan sasaran tidak terganggu.

3. Melakukan monitoring dan evaluasi langsung pelaksanaan kegiatan untuk

memastikan bahwa kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan.

4. Melakukan seminar proposal dan laporan hasil kegiatan sehingga terjadi

proses cek dan ricek terhadap dokumen perencanaan dan pelaporan.

5. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kegiatan lingkup Puslitbang

Perkebunan, disusun laporan kegiatan utama, laporan output penting,

laporan Pelaksanaan Rencana Aksi yang selanjutnya disampaikan ke Badan

Litbang Pertanian setiap triwulan.

6. Pemantauan dan evaluasi secara intensif juga dilakukan terhadap realisasi

anggaran secara mingguan melalui I-Monev dan secara bulanan melalui

PMK 259 (memfasilitasi kewajiban laporan kinerja yang diamanatkan PP 39

Tahun 2009)

7. Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) juga dilakukan sebagai suatu

sistem untuk menjamin/memberi keyakinan memadai agar

penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapat mencapai

tujuannya secara efektif dan efisien, melaporkan pengelolaan keuangan

negara secara handal, mengamankan asset negara mendorong ketaatan

terhadap peraturan peraturan perundang-undangan.

Pada TA 2014, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan berdasarkan

Penetapan Kinerja yang ditandatangani tanggal 18 Juli 2014 (merupakan PK

perbaikan) mempunyai 3 sasaran strategis dengan 7 indikator kinerja utama

(IKU) yang ingin dicapai.

Secara rinci pencapaian IKU sasaran tersebut adalah sebagaimana disajikan pada

Tabel 8 dan uraian berikut:

Page 24: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 23

Tabel 8. Pengukuran Kinerja Puslitbang Perkebunan TA 2014

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

Uraian Target Capaian %

Terciptanya varietas dan galur/klon unggul dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swa sembada berkelanjutan

e. Jumlah varietas unggul

f. Jumlah galur unggul

g. Jumlah benih sumber

h. Jumlah benih sumber tebu hasil kuljar (G2)

10 varietas

22 galur

422 ton

2.500.000 budset

14 varietas

79 galur

422 ton

3.000.000 budset

140

359

101

120

Terciptanya inovasi teknologi budidaya , pengendalian OPT dan Produk untuk peningkatan produktivitas , mutu dan produk tanaman perkebunan

c. Jumlah Teknologi budidaya

d. Jumlah teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah

45 teknologi

7 Formula

46 teknologi

7 Formula

102

100

Terciptanya bahan rekomendasi kebijakan perkebunan di Indonesia

Jumlah rekomendasi kebijakan perkebunan

6 rekomendasi 6 rekomendasi 100

Berdasarkan tabel diatas, dari 7 indikator kinerja sasaran Puslitbang

Perkebunan,semua indikator kinerja telah mencapai dan ada yang melebihi

target yang telah ditetapkan/diatas 100% (sangat berhasil).

3.1. 3.2. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2014 Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perkebunan adalah sebagai berikut :

Sasaran 1:

Tersedianya varietas unggul tanaman perkebunan yang berdaya

saing

Pada TA 2014, Puslitbang Perkebunan mentargetkan dapat melepaskan 10

varietas unggul baru tanaman perkebunan. Sampai dengan akhir TA 2014 telah

terealisasi pelepasan 14 varietas tanaman perkebunan (tingkat capaian 140%).

Varietas unggul yang telah dilepas pada TA 2014 berdasarkan jenis komoditas

beserta keunggulannya adalah sebagai berikut:

Page 25: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 24

KUMIS KUCING

Varietas Agribun ORSINA-1. Produksi 39,94 ton herba segar/ha/2x panen.

Spesifik lokasi dataran rendah sampai menengah, beriklim basah.

Varietas Agribun ORSINA-2. Produksi 38,43 ton herba segar/ha/2x panen.

Spesifik lokasi dataran rendah sampai menengah beriklim basah sampai agak

kering.

Varietas Agribun ORSINA-3. Kadar sinensetin tertinggi (0,094%), dan

produksi terna 24,69 ton herba segar/ha/2x panen.

Gambar 1. Keragaan Agribun Orsina 1 (A), Agribun Orsina 2 (B) dan Agribun

Orsina 3 (C)

LEMPUYANG

Ziarina 1 Agribun. Produksi 16,74 ton/ha; diameter daging rimpang agak

besar, aroma wangi lembut manis enak; kadar linalool 7,47-10,0% kadar

zerumbone 47,51-52,69%, kadar zerumbone 42,58 – 50,28%. Sesuai dengan

agroklimat di Cibinong, Bogor, Jawa Barat.

Ziarina 2 Agribun.Produksi 19,19 ton/ha; aroma rimpang wangi lembut;

linalool dalam ekstrak rimpang 7,26-10,29% dan dalam minyak atsiri rimpang

16,74 – 17,05%; kadar zerumbone 36,26 – 51,46% Kadar minyak atsiri

rimpang 1,15%: Sesuai ditanam pada kondisi agroklimat di Karanganyar, Jawa

Tengah.

Page 26: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25

Gambar 2. Keragaan lempuyang Ziarina 1 Agribun (A) dan Ziarina 2 Agribun (B)

KAPAS

Agri Kanesia 16. Potensi Produksi : 3836.20 kg kapas berbiji/ha. Produktivitas

rata-rata : tanpa pengendalian 1309.0 – 3836.20 kg kapas berbiji/ha dan dengan

pengendalian hama : 1007.6 – 3006.8 kg kapas berbiji/ha. Agak tahan terhadap

A. biguttula.Sesuai dikembangkan diwilayah dengan jenis tanah Inceptisol,

Entisol dan, Vertisol Tipe iklim C, D, E, F

Agri Kanesia 17. Potensi Produksi : 3891.70 kg kapas berbiji/ha dengan

produktivitas rata-rata tanpa pengendalian hama 1342.0 – 3891.70 kg kapas

berbiji/ha dan dengan pengendalian hama 1060.4 – 3036.6 kg kapas berbiji/ha.

Agak tahan A. biguttula. Sesuai dikembangkan di wilayah dengan jenis tanah

Inceptisol, Entisol dan, Vertisol dan Tipe iklim C, D, E, F

Agri Kanesia 18. Potensi Produksi : 3990.80 kg kapas berbiji/ha. Produktivitas

rata-rata : tanpa pengendalian 1369.10 – 3990.5 kg kapas berbiji/ha dan dengan

pengendalian hama : 1165.80 – 3056.5kg kapas berbiji/ha. Agak tahan terhadap

A. biguttula.Sesuai dikembangkan diwilayah dengan jenis tanah Inceptisol,

Entisol dan, Vertisol Tipe iklim C, D, E, F.

Agri Kanesia 19. Potensi Produksi : 4395.70 kg kapas berbiji/ha. Produktivitas

rata-rata : tanpa pengendalian 1277.90 – 4395.70 kg kapas berbiji/ha dan

dengan pengendalian hama : 746.60 – 1614.10 kg kapas berbiji/ha. Agak tahan

Page 27: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26

terhadap A. biguttula. Sesuai dikembangkan diwilayah dengan jenis tanah

Inceptisol, Entisol dan, Vertisol Tipe iklim C, D, E, F

Agri Kanesia 20. Potensi Produksi : 4051.30 kg kapas berbiji/ha. Produktivitas

rata-rata : tanpa pengendalian 1300.1 – 4051.3 kg kapas berbiji/ha dan dengan

pengendalian hama 961.3 – 2872.3 kg kapas berbiji/ha. Agak tahan terhadap A.

biguttula .Sesuai dikembangkan diwilayah dengan jenis tanah Inceptisol, Entisol

dan, Vertisol Tipe iklim C, D, E, F

Gambar 3. Keragaan Kapas Agri Kanesia 16 – Agri Kanesia 20

AREN

Aren Dalam Tomohon. Produksi nira tinggi rata-rata >30 liter per mayang per

hari; Masa sadap panjang > 3 bulan;Jumlah mayang jantan yang dapat disadap

banyak;Potensi produksi benih tinggi, produksi benih per pohon dapat digunakan

untuk pengembangan aren Dalam seluas 136 hektar.

Gambar 4. Keragaan Aren Dalam Tomohon

Page 28: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27

SAGU

Sagu Baruk. Persentase kandungan karbohidrat dan pati hampir sama dengan

sagu metroxylon yaitu kadar karbohidrat 86,9 % dan kadar pati 80,6 %; Memiliki

batang kecil, sehingga dapat diusahakan sebagai tanaman pekarangan/ornamen;

Pengolahan sagu baruk lebih mudah dibandingkan dengan sagu metroxylon;

Memiliki perakaran yang kuat dan menyerap air serta dapat tumbuh pada lahan-

lahan yang curam sehingga dapat digunakan sebagai tanaman konservasi serta

pemulihan lahan kritis (lahan bekas tambang batubara).

Gambar 5. Keragaan Sagu Baruk

KEMIRI SUNAN

Kermindo 1. Produksi lebih tinggi daripada Kemiri Sunan 1 (KS1) dan Kemiri

Sunan 2 (KS2); Potensi biodiesel lebih tinggi daripada KS1 dan KS2; Toleran

terhadap hama dan penyakit; Minyak lebih jernih dibandingkan KS1 dan KS2 ;

Proses pengolahan sampai biodiesel jauh lebih efisien.

Kermindo 2. Produksi dan potensi menghasilkan biodiesel lebih tinggi daripada

KS1 dan KS2; Toleran terhadap hama dan penyakit; Minyak lebih jernih

dibandingkan KS1, KS2 dan Kermindo 2; Proses pengolahan sampai biodiesel

jauh lebih efisien

Trend capaian varietas unggul baru tanaman perkebunan ber fluktuasi selama

lima tahun terakhir, yaitu mencapai 133, 130, 100, 90, dan 140% sejak tahun

2010 - 2014. Tidak tercapainya target varietas pada tahun 2013 dikarenakan

tidak lulusnya pelepasan varietas tembakau, karena terkendala kebijakan

pemerintah untuk tidak menambah varietas unggul baru tembakau (Gambar 6).

Page 29: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28

Gambar 6. Capaian Varietas Unggul Baru Tanaman Perkebunan TA 2010-2014

Sebelum menjadi varietas tanaman yang sudah dilepas dan dikukuhkan menjadi

varietas, dalam proses kegiatan pemulian akan menghasilkan galur. Galur

dengan potensi sifat yang diinginkan harus menjalani proses selanjutnya untuk

dikukuhkan sebagai varietas unggul baru. Proses tersebut mencakup

karakterisasi, pengujian pada beberapa lokasi, diusulkan dan disidangkan pada

Tim Pelepasan Varietas di Kementerian Pertanian.

Galur adalah calon varietas yang masih memerlukan beberapa pengujian lebih

lanjut untuk menjadi varietas. Pada tahun 2014, dalam PK Puslitbang

Perkebunan mentargetkan output galur sebanyak 22 galur. Dari target tersebut

terealisasi 79 galur (realisasi 359 %). Pada tahun sebelumnya output galur tidak

ditargetkan baik dalam IKU maupun dalam RKT dan PK. Galur yang dihasilkan

Puslitbang Perkebunan pada tahun 2015 mencakup:

• 16 galur tebu dengan rendemen dan produksi tinggi

• 6 galur tembako besuki NO (cerutu) dengan indeks mutu dan indeks tanaman

lebih baik dari populasi petani

• 6 galur tembakau Kesturi dengan indeks mutu dan indeks tanaman lebih baik

dari dua varietas pembanding

• 30 galur somaklon Tebu varietas Bululawang hasil iradiasi sinar gamma yang

mempunyai nilai brix lebih tinggi dibandingkan kontrol

• 21 galur asal PS 864 dengan produktivitas bervariasi antara 1478-3794 gram

dan produksi gula/rumpun berkisar antara 151-424 gram

Page 30: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29

Untuk mendukung kegiatan pemulian tanaman, diperlukan materi genetik

tanaman perkebunan. Sampai dengan TA 2014 Puslitbang Perkebunan telah

memiliki sebanyak 10.799 aksesi yang secara rinci berdasarkan komoditas

disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rekapitulasi Sumberdaya Genetik Tanaman Perkebunan 2014

NO. KOMODITAS JUMLAH AKSESI

1 Tanaman rempah dan obat 3.062

2 Tebu 772

3 Tembakau 1.360

4 Kapas 841

5 Kapok 156

6 Kenaf (danspesieslainnya) 1.559

7 Rosella 148

8 Jute 785

9 Agave 25

10 Abaka 73

11 Rami 83

12 Linum 25

13 KemiriSunan 52

14 BungaMatahari 75

15 JarakPagar 435

16 JarakKepyar 216

17 wijen 75

18 Kopi 265

19 Kakao 235

20 Karet 50

21 Teh 45

22 Kelapa 86

23 Kelapa sawit 204

24 sagu 20

25 pinang 38

26 aren 114

Jumlah 10.799

Sasaran 2:

Tersedianya teknologi budidaya tanaman perkebunan

Pada TA 2014 Puslitbang Perkebunan mentargetkan untuk menghasilkan

teknologi budidaya tanaman perkebunan sebanyak 45 teknologi, dan telah

terealisasi sebanyak 46 teknologi (tingkat keberhasilan 102%). Rincian teknologi

yang dihasilkan Puslitbang Perkebunan berdasarkan komoditas Tahun 2014

adalah sebagai berikut:

Page 31: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30

TEBU

1. Komponen teknologi rawat ratoon tebu

Ratoon dibatasi sampai 3 kali (ratoon ketiga/RC-3), dan RC-4 harus dibongkar

diganti dengan tanaman baru dalam bentuk bibit budset maupun budchip.

Penggunaan paket teknologi rawat ratoon berupa kombinasi pedot oyot,

sulam, serta pupuk organik dan anorganik menghasilkan pertumbuhan dan

produksi tanaman tebu yang paling baik.

2. Sistem tanam juring ganda pada tebu PKP 50/170

Penerapan tata tanam dimaksudkan untuk memaksimalkan energi cahaya

yang diterima pertanaman untuk dikonversi ke dalam bahan kering tanaman

sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Penerapan sistem tanam juring

ganda dengan PKP 50/170 menggunakan bibit ganda dan dosis pupuk dua

kali dosis rekomendasi mampu menghasilkan produktivitas tanaman tebu 2,2

kali yang dihasilkan sistem tanam juring tunggal.

Gambar 7. Tanaman tebu dengan Sistem tanam juring ganda pada tebu PKP

50/170

3. Teknologi pemupukan tebu pada tanah Alfisol

Pemupukan berimbang ditujukan untuk penyediaan hara yang dibutuhkan

oleh tanaman agar dapat tumbuh dan berproduktivitas yang optimal.

Pemupukan tanaman tebu didasarkan pada analisis tanah. Respon

pemupukan berbeda untuk setiap jenis tanah. Pada tanah Alfisol P sangat

respon dengan dosis P optimum 36-180 kg P2O5/ha dengan produktivitas

tebu 144,3 ku/ha. Dosis pupuk N optimum berkisar antara 160-180 N kg/ha

dengan produktivitas tebu 143 ku/ha. Sedangkan pemupukan K antara 90-

120 kg K2O/ha tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap produksi

tebu, produksi tertinggi dicapai pada dosis pupuk K 120 kg K2O dengan

Page 32: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31

produksi tebu 129,7 ku/ha. Rata-rata rendemen yang dicapai pada penelitian

pemupukan ini adalah 7,8%.

4. Teknologi penentuan waktu tanam dan panen optimal pada tebu

Dalam penataan varietas, pemilihan varietas yang sesuai dengan tipologi

lahan pengembangan dapat memperoleh produktivitas dan rendemen yang

optimal. Waktu tanam optimal Nop III-Des III untuk Muktiharjo.Waktu panen

9-10 bulan masak awal, 10-11 bulan masak tengah, 12-13 bulan masak

lambat.

5. Teknik pendugaan produktivitas tanaman tebu varietas bululawang

berdasarkan kadar lengas tanah

Kadar lengas memberi nilai koefisien determinasi yang lebih tinggi

dibandingkan Etc/Eta. Persamaan kuadratik model antara tinggi batang

dengan kadar lengas adalah y: -14,932+0,212x – 2,668E-5 X² dengan R²:

0,997. Persamaan kurva kuadratik model antara diameter batang dengan

kadar lengas adalah Y= -0.464+ 0.003x – (1.114 x 10-6) x2 dengan R² :

0,890. Persamaan kurva –S model jumlah anakan dengan kadar lengas

adalah Ln (Y): 2.900 + (-356.118/x) dengan R² : 0,672. Model ini bersifat

spesifik lokasi dan varietas.

6. Teknologi Hot Water Treatment untuk mengurangi resiko serangan

HPT tebu

Perlakuan HWT dapat mengurang resiko tanaman tebu dari serangan Hama

dan Penyakit. Dengan perlakuan HWT, Tebu varietas PSDK 923 memiliki

persentase perubahan fisik mata tunas yang tertinggi (42%). Perubahan ini

ditandai dengan mata tunas yang berwarna kecoklatan dan mengkerut.

Varietas Kentung, PS 862 dan Kidang Kencana setelah perlakuan HWT

memiliki persentase perkecambahan paling tinggi (42%) dan berbeda nyata

dengan Bululawang, PS 851, PS 881, PSDK 923 dan VMC 76-16. Sementara

itu, perlakuan perendaman benih berpengaruh tidak nyata pada perubahan

fisik mata tunas.Varietas yang memiliki kecepatan berkecambah cepat adalah

PS 862, PS 864, dan PSJT 941. Hubungan antara perubahan fisik mata tunas

dengan persentase perkecambahan tidak ada. Perlakuan HWT dan

perendaman benih dalam larutan fungisida memberikan persentase

perkecambahan paling tinggi dan berbeda nyata dengan kontrol dan

perlakuan perendaman benih di dalam larutan urea.

Page 33: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 32

7. Teknologi pengukuran rendemen tebu secara tepat dan cepat

dengan NIRS

Teknologi Pengukuraan Near Infra Red Spectroscopy (NIRS) dapat mengukur

rendemen tebu dalam 1 – 2 menit untuk setiap contoh NPP (nira Perahan

Pertama). Hasil pengukuran rendemen tebu dari 974 contoh NPP,

menunjukkan rendemen tebu dengan pengukuran metode NIR (17,77% dan

14,07%) tidak berbeda dengan metode konvensional (17,70 dan 14,08 %).

Apabila diaplikasikan untuk menghitung rendemen individu, nilai rerata

rendemen metode NIR (8,56 %) tidak berbeda dengan metode konvensional

(8,59%).

8. Teknologi produksi gula cair

Inovasi teknologi produksi gula cair dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu

unit ekstraksi, unit filtrasi, unit evaporasi, dan unit packing. Unit ekstraksi

atau pemerahan yang dikerjakan dengan alat roller mill. Untuk

memaksimalkan hasil ekstraksi, air imbibisi bertemperatur 35 oC ditambahkan

pada ekstraksi tahap 2 dan 3.Dari unit pemerahan, nira dibersihkan

kandungan padatan terlarutnya di unit klarifier. Di unit ini, bahan flokulan

dicampurkan untuk memperbesar padatan terlarut dan melayang sehingga

meningkatkan berat padatan hingga padatan dapat tenggelam dan

dikeluarkan sebagai sludge. Sludge ini disaring oleh filter press untuk

mendapatkan nira terikut yang dikembalikan lagi ke jalur proses. Padatan

yang menjadi cake, atau disebut dengan blotong, dibuang. Selanjutnya nira

bersih dipekatkan di unit evaporasi pada temperatur maksimum 70 oC dan

tekanan vakum. Di unit ini kandungan air dikurangi hingga brix 63 sehingga

menjadi produk gula cair. Untuk menghilangkan warna, gula cair dimasukkan

ke unit docolourization. Selanjutnya gula cair dipacking ke dalam botol.Gula

cair dapat diproses lanjut menjadi gula semut melalui crystallizer (CS)

kemudian dipacking sebagai gula semut.

KAKAO

9. Teknologi pemupukan pada kakao

Teknologi pemupukan yang berimbang dengan dosis 300 g NPK/pohon/tahun

+ 20 g Mikoriza/pohon/tahun (150 spora/100 g bahan/tahun) meningkatkan

produktivitas kakao rakyat dari produksi buah rata-rata 20 buah

Page 34: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 33

gelondong/pohon/tahun (1.300 kg biji kering/ha/tahun) menjadi rata-rata 80

buah gelondong/pohon/tahun (2.860 kg biji kering/ha/tahun)

10. Teknologi pembuatan hidrolisat protein dari bungkil kakao dan

ampas kopi

Hidrolisis bungkil kakao dan ampas kopi optimal dilakukan dengan

menggunakan konsentrasi enzim papain sebesar 6% dengan waktu inkubasi

selama 4 jam. Dari kondisi hidrolisis tersebut didapatkan kadar protein

rendemen hidrolisat kakao adalah sebesar 10.42 mg/mL atau setara dengan

39.92% total protein bungkil kakao. Sedangkan kadar protein hidrolisat kopi

yang didapatkan adalah maksimum 13.14 mg/mL atau setara dengan 67.38%

total protein ampas kopi. Penggunaan enzim dengan konsentrasi tinggi dalam

proses hidrolisis dapat menghasilkan kadar protein terukur yang tinggi karena

tingkat hidrolisis yang intensif, namun mempunyai aktivitas antioksidan yang

lebih rendah. Sedangkan penggunaan enzim berkonsentrasi rendah

menghasilkan kadar protein hidrolisat yang lebih sedikit, namun memiliki nilai

aktivitas antioksidan yang lebih tinggi karena tingkat hidrolisis yang tidak

terlalu intensif.

11. Teknik imunodeteksi okratoksin pada kopi dan kakao

Teknik imunodeteksi yang akan dikembangkan adalah dalam bentuk kit uji

(rapid assay) yang murah dan mudah digunakan sehingga terjangkau untuk

sarana perbaikan mutu perkebunan rakyat dan sertifikasi mutu kopi ekspor

oleh prosesor dan eksportir UKM. Antibodi poliklonal anti okratoksin telah

diperoleh dari telur ayam hewan uji pada periode ke-4 (8 minggu setelah

imunisasi awal). Antibodi ini menunjukkan reaktivitas anti okratoksin dengan

metode dot blot. Terdapat antibodi anti BSA yang harus dihilangkan terlebih

dahulu untuk meningkatkan sensitivitas terhadap okratoksin. Pemisahan

antibody anti BSA dapat dilakukan dengan penyerapan antibody tersebut

dengan BSA. Kondisi pH optimum nano gold adalah 9 dan konsentrasi

antibodi maksimum adalah pengenceran 1/5. Hasil pengujian awal test trip

masih menunjukkan hasil pita dengan sinyal yang lemah. Masih diperlukan

optimasi sintesis antibodi-nanopartikel emas, diantaranya variasi konsentrasi

antibodi, variasi suhu dan waktu inkubasi, dan variasi metode sentrifugasi.

Page 35: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 34

KOPI

12. Metode aklimatisasi planlet kopi arabika hasil embriogenesis

somatik

Proses optimasi aklimatisasi telah berhasil pada varietas Sigararutang

menggunakan media tanam berupa campuran tanah, pasir, pupuk kandang

yang ditambah dengan sekam, pada varietas AS2K proses aklimatisasi baru

dilakukan.

13. Teknologi pengendalian nematoda parasit P.coffeae secara terpadu

pada kopi robusta

Pengendalian nematoda dengan jamur Trichoderma dan pestisida tembakau

belum tampak nyata hasilnya. Ada kecenderungan pada dosis tinggi, yaitu

perlakuan jamur Trichoderma kepadatan spora (10.8x107)dan konsentrasi

ekstrak temabakau 1.0% terdapat penekanan populasi dibanding bibit yang

diinokulasi nematode tetapi tidak diperlakukan. Hasil uji invitro, kedua metode

pengendalian tersebut sangat efektif dalam membunuh P.coffeae.Hasil

pengamatan ketahanan kopi robusta terhadap nematoda parasit P.coffeae

yang dilakukan pada tiga kebun menunjukkan tingkat ketahanan yang kurang

konsisten. Aksesi kopi robusta C dan D memiliki tingkat populasi nematode

rata-rata paling rendah. Hasil pengamatan pola tanam kopi Robusta

menunjukkan bahwa pada pola tanam kopi robusta dengan penaung gelap

dan tanaman sela paling beragam tingkat serangan PBKo dan nematode

paling rendah. Pada pola tanam ini diversitas arthropoda juga paling beragam

dan populasinya paling tinggi.

14. Teknologi penanganan pasca panen kopi Arabika rakyat pada

berbagai ketinggian

Dilakukan panen selektif, pengupasan kulit buah basah, fermentasi,

pencucian, pengeringan, pengupasan kulit kering dan

penyimpanan/penggudangan. Pengawalan dan pendampingan pengelolaan

kebun yang baik sesuai GAP (Good Agricultural Practices), dan penanganan

pasca panen yang tepat sesuai GMP (Good Manufacturing Practices) serta

penguatan kelembagaan ditingkat kelompok tani.

Page 36: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 35

15. Teknologi pengendaliam nematoda pada tanaman kopi dengan

bakteri endofit

Penggunaan agens hayati bakteri endofit untuk mengendalikan nematoda

potensial untuk dikembangkan sebagai agens pengendali nematode.Bakteri

endofit diformula dalam bentuk powder, cair dan kompos, dengan bahan

pembawa talk, molase dan kompos, dengan harapan dapat diaplikasikan

dengan mudah di lapangan. Formula powder dibuat dengan bahan pembawa

talk, untuk formula cair bahan pembawanya adalah molase sedangkan untuk

formula kompos bahan pembawanya adalah rumput+pupuk kandang,

masing-masing formula membawa bakteri endofit 1013 CFU/ml. Formula

bakteri endofit molase, talk dan kompos juga memberikan pengaruh positif

terhadap pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah cabang dan diameter batang)

tanaman kopi.

KARET

16. Teknologi pemupukan pada berbagai sistem peremajaan karet

Pemupukan dengan dosis 125% dari rekomendasi ditambah mikoriza 100

g/tanaman (pemupukan ekstra) pada tanaman karet umur 1 tahun dapat

menyamai pertumbuhan tanaman karet umur 2 tahun dengan dosis pupuk

100%.

17. Teknologi pemanfaatan sumberdaya lokal sebagai pembenah

tanah bekas tambang untuk budidaya tanaman karet

Pembenahan tanah bekas tambang dengan menambahkan 40% kompos atau

40% tanah liat atau kompos 20% + tanah liat 20% pada setiap lubang tanam

karet, dapat menghasilkan pertumbuhan tanaman karet yang baik.

Pembenahan tanah akan berlanjut terus dengan dihasilkan biomasa dari

tanaman sela yang ditanam di antara tanaman karet muda. Teknik

pembenahan lahan bekas tambang ini dapat juga digunakan untuk

membenah tanah pada peremajaan karet rakyat yang telah mengalami

penurunan tingkat kesuburan, fisik tanah yang padat, rendah unsur hara dan

mengandung sumber penyakit (jamur akar putih).

Page 37: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 36

18. Teknologi penyimpanan biofungisida

Trichoderma sp. hasil perbanyakan dengan media cair, kemudian masing-

masing sebanyak 500 ml dengan kerapatan 108 spora/ml dicampurkan pada 1

kg talc steril pada loyang (1:2), selanjutnya dimasukkan pada oven suhu 40°C

selama 1 minggu dan dikemas dalam plastik. Formula dengan bahan

pembawa talc ini dapat disimpan sampai 4 bulan.

19. Teknik pengujian stabilitas genetik klon batang bawah karet yang

diperbanyak dengan cara in vitro micro cutting

Kultur in vitro microcutting merupakan satu-satunya cara untuk perbanyakan

batang bawah karet secara klonal. Penyediaan batang bawah klonal pada

tanaman karet sudah sangat diperlukan mengingat berbagai keterbatasan

batang bawah asal biji, baik dari variasi tanaman yang dihasilkan maupun

dari keterbatasan penyediaannya. Peluang perbanyakan batang bawah klonal

yang selama ini belum ada pada tanaman karet, terbuka dengan berhasilnya

penerapan teknik in vitro micro cutting. Di samping itu, kemampuan

melakukan perbanyakan dengan cara tersebut membuka peluang untuk

melakukan seleksi terhadap batang bawah dengan karakter spesifik seperti

toleran terhadap penyakit serta toleran terhadap kondisi lingkungan tanah

yang ekstrim dan kemudian diperbanyak dengan teknik in vitro microcutting.

Secara umum peningkatan kualitas batang bawah akan berdampak positif

Gambar 8. Teknologi bahan pembenah tanah untuk budidaya karet pada

tanah bekas tambang

Page 38: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 37

terhadap batang atas sehingga diharapkan kombinasi bahan tanam yang

dihasilkan akan memiliki kualitas yang lebih baik dibanding bahan tanam

sebelumnya. Penggunaan bahan tanam karet dengan kualitas tinggi di

berbagai perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun swasta, akan

berpengaruh positif terhadap produksi karet nasional maupun terhadap

kehidupan ekonomi maupun sosial pelaku industri tersebut. Penelitian tahap

molekuler untuk mengetahui stabilitas genetik bahan tanam yang dihasilkan

melalui kultur in vitro dapat memperkuat keyakinan penggunaannya,

mengingat perubahan genetik merupakan salah satu hal yang dikhawatirkan

terjadi pada tanaman yang diperbanyak secara kultur in vitro. Perbanyakan

eksplan pada tahap multiplikasi diatas subkultur ke-10 dapat dilakukan tanpa

terjadinya variasi genetik pada planlet yang dihasilkan. Stabilitas genetik tidak

berubah, baik pada tahap conditioning, tahap perakaran dan tahap pasca

aklimatisasi (vitroplant).

SAWIT

20. Teknologi Gasifikasi tandan kosong kelapa sawit

Gas hasil gasifikasi setelah melalui tahapan pendinginan (cooling) dan

pembersihan (filtering) dapat digunakan sebagai bahan bakar campuran

motor diesel dengan mekanisme bahan bakar ganda (dual fuel). Untuk

menghasilkan output daya yang sama pemanfaatan input gas gasifikasi yang

semakin besar menyebaban putaran motor yang lebih tinggi.Semakin banyak

gas gasifikasi dipakai sebagai substitusi solar, semakin besar prosentase solar

yang tergantikan. Penggunaan gas gasifikasi daat menggantikan maksimum

56% solar yang dicapai pada bukaan katup gas gasifikasi ¾.

21. Teknologi produksi bio-etanol tandan kosong kelapa sawit

Pengecilan ukuran bahan menjadi dapat meningkatkan kadar bioetanol

(alkohol) yang dihasilkan dari proses bionversi tandan kosong kelapa sawit

(TKKS). Penambahan NaOH 10% pada saat proses pretreatment

menghasilkan kadar selulosa, xilosa dan kadar alkohol yang tinggi

dibandingkan perlakuan penambahan NaOH dengan persentasi yang lainnya,

serta menurunkan kadar lignin yang cukup besar.Melalui teknologi biokonversi

yang dikembangkan, yaitu dengan skala pilot 50 liter, pengecilan ukuran

bahan TKKS menjadi 100 mesh, penambahan NaOH 10 % saat pretreatment

maka rendemen bioetanol yang dihasilkan selama proses produksi adalah

Page 39: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 38

14,85% pada kadar bioetanol sekitar 83,3 %. Dengan demikian diperlukan

sekitar 6,73 kg tandan kosong kelapa sawit untuk menghasilkan satu liter

bioetanol, atau meningkat hampir dua kali lipat dari penelitian sebelumnya

yang memerlukan sekitar 12 kg TKKS.

KEMIRI SUNAN

22. Teknologi produksi bioavtur

Produksi Avtur dilakukan dengan peraralatan yang dilengkapi dengan

distilator yang dapat memisahkan metanol untuk dapat digunakan kembali

sebagai bahan pemroses sehingga dapat menghemat pemkaian bahan

metanol. Di sisi lain, ekses metanol pada bioavtur tidak terjadi. Bioavtur

diproduksi dalam suatu rangkaian peralatan pemroses yang terdiri dari:

generator ozon, ozonizer, CSTR, dan distilator. Sistem ini dilengkapi dengan

reboiler, ejector, kondenser, dan tangki metanol. Pembangkitan panas terjadi

pada reboiler dan CSTR dengan cara mengonversi kalor pembakaran gas

menjadi panas melalui peralatan burner. Pada CSTR panas ditransferkan ke

air yang berperan sebagai jaket pemanas.

23. Teknologi pengolahan minyak kasar kemiri sunan dengan rendemen

biodiesel > 80%.

Proses pengolahan minyak kasar kemiri sunan menjadi biodiesel dilakukan

menggunakan metode transesterifikasi dua tahap dengan katalis KOH

sebanyak 0,2% dari bobot minyak yang dilarutkan dalam metanol dan diaduk

hingga terbentuk larutan, disebut dengan larutan metoksida. Biodiesel yang

dihasilkan dari proses esterifikasi dua tahap menghasilkan rendemen 87,85%

dari minyak kasar kemiri sunan dengan nilai sasam lemak bebas 5,6.

TEH

24. Teknologi bioenergi untuk pengolahan white tea

Melalui konversi biomassa limbah pada hanca petik teh menjadi energi termal

dan listrik. Kapasitas sumber listrik mampu memenuhi kebutuhan energi

untuk mengolah white tea sebesar 2.000 kg/tahun.

25. Teknologi pembuatan “wood pellets” dari biomasa pangkasan teh

Peralatan mesin crusher dan wood pellets telah dapat berfungsi normal

dengan output memenuhi syarat sebagai wood pellets. Keberhasilan dalam

Page 40: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 39

membuat wood pellets sangat ditentukan oleh ukuran serbuk kayu dan kadar

air dari serbuk kayu yang akan dijadikan wood pellets. Penggunaan wood

pellets memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi biaya pengolahan teh

31%, jika dibandingkan menggunakan kayu bakar.

26. Pengembangan teknologi irigasi „mobile fertigation system‟ di

perkebunan

Aplikasi mobile fertigation system berpengaruh terhadap hasil produksi

tanaman dan jumlah pucuk peko maupun pucuk burung. Hasil produksi

tertinggi diperoleh pada perlakuan frtigasi pembahasan 21 mm (penyiraman 3

hari sekali) dan demikian juga hasil tertinggi untuk jumlah pucuk peko adalah

pada perlakuan fertigasi 21 mm, sedang jumlah pucuk burung tertinggi

diperoleh pada perlakuan tanpa pucuk tanpa irigasi. Perlakuan fertigasi

memberikan dampak yang baik untuk memperthankan hasil produksi maupun

kesehatan tanaman dimusim kemarau.

KAPAS

27. Paket teknologi budidaya kapas dengan seed treatment

Imidakhloprit

Teknologi tumpangsari kapas dan palawija, penggunaan varietas kapas

Kanesia 10 dan 13, dengan seed treatment Imidakhloprit, pemupukan

berimbang berdasarkan analisis tanah dan pengendalian hama dengan

pemantauan mampu meningkatkan hasil kapas berbiji hingga 1.5 ton/ha dan

palawija jagung/kacang hijau 1.2 ton/ha, sehingga dapat meningkatkan

pendapatan petani.

JARAK PAGAR

28. Paket teknologi budidaya jarak pagar dengan teknik grafting

Paket teknologi budidaya tanaman jarak pagar dilakukan melalui penanaman

tanaman baru dengan vrietas unggul atau melalui rehabilitasi/peremajaan

tanaman dengan teknik penyambungan (grafting) menggunakan varietas

unggul sebagai entres. Pembentukan kanopi dan arsitektur tanaman sangat

diperlukan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan cabang-cabang

produktif mendukung pembentukan bunga dan buah, selain untuk

memudahkan operasional panen. Tanaman sela (kacang tanah, kacang hijau)

Page 41: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 40

ditanam diantara barisan tanaman jarak pagar, dan aplikasi CrJ sebagai

mulsa setelah tanaman sela dipanen (MK I)

PALA

29. Epicotyl grafting tanaman pala jantan dan betina

Salah satu faktor pembatas dalam budidaya pala adalah ketersediaan bahan

tanaman yang telah diketahui jenis kelaminnya.Pala termasuk tanaman

berumah dua (dioecious), sehingga dikenal ada tanaman jantan, betina dan

hermaprodit. Buah hanya dihasilkan oleh tanaman betina dan hermaprodit,

sedangkan tanaman jantan hanya menghasilkan bunga yang diperlukan untuk

penyerbukan.Tanaman betina lebih banyak menghasilkan buah dibandingkan

dengan yang hemaprodit, sehingga untuk tujuan komersial yang

dikembangkan adalah tanaman betina dan jantan. Secara umum komposisi

antara jantan dan betina (sex ratio) adalah satu tanaman jantan untuk 10-30

tanaman, namun makin dekat jarak antara tanaman betina ke tanaman

jantan, buahnya akan lebih banyak. Oleh karena itu selain komposisi (sex

ratio) maka posisi yang tepat antara tanaman betina dan jantan di lapang

juga perlu diperhatikan agar tanaman betina dapat berproduksi secara

optimal. Hal tersebut sangat sulit dilakukan apabila tanaman pala

diperbanyak dengan cara generatif (biji) yang selama ini dilakukan karena

sampai saat ini belum ada metode yang dapat mengetahui jenis kelamin pala

pada saat masih dipembibitan. Oleh karena itu perlu teknik perbanyakan

vegetatif tanaman pala yang lebih tepat dan cepat. Salah satu caranya

adalah melaui epicotyl grafting, yaitu menggunakan batang bawah berumur <

1 bulan. Hasil penelitian tahun 2012-2013 menunjukkan bahwa cara epicotyl

grafting tingkat keberhasilannya mencapai 80-97 % dan dan tanaman yang

hidup 98 % serta penyediaan benih pala jantan dan betina siap tanam lebih

cepat 3-4 bulan sehingga akan menghemat biaya pemeliharaan benih

dipembibitan. Kegunaan: Komposisi dan posisi tanaman pala jantan dan

betina yang tepat dapat meningkatkan produksi pala. Target

pengguna:Penentuankomposisi (sex ratio) yakni posisi yang tepat antara

tanaman betina dan jantan di lapang dalam peremajaan tanaman pala perlu

diperhatikan agar tanaman betina dapat berproduksi secara optimal.

JAMBU METE

30. Teknologi pengendalian penyakit JAP pada jambu mente dengan

agensia hayati PGPR

Page 42: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 41

Kombinasi penggunaan formula agensia hayati PGPR (Bacillus, Pelarut P,

P.flourecens) dengan pestisida nabati Mitol (b.a eugenol + sitral) dapat

menekan serangan JAP pada jambu mente sampai 60 – 70 % setelah 2 tahun

perlakuaan. Kegunaan : Pengendalian JAP jambu mente ramah lingkungan

untuk menghasilkan produk ramah lingkungan.Target pengguna : Petani,

Dinas Perkebunan dan swasta

31. Teknologi pengendalian Helopeltis antonii SIGN pada jambu mete

dengan insektisida nabati dan agensia hayati

Insektisida nabati mimba kompatibel dan dapat diaplikasikan secara bersama

atau dicampur dengan agensia hayati Beauveria bassiana dan Metarrhizium

anisopliae.Kegunaan teknologi ini untuk pengendalian Helopeltis antonii SIGN

pada jambu mete yang ramah lingkungan.

32. Metode induksi kalus melalui embriogenesis somatik jambu mete

Induksi kalus telah berhasil dilakukan dengan menggunakan eksplan daun

dan nuselus dengan kecepatan perkembangan yang berbeda. Eksplan daun

baru menghasilkan kalus kompak yang pada umumnya merupakan kalus non

embriogenik, sedangkan eksplan nuselus menghasilkan kalus embriogenik.

33. Teknologi regenerasi kalus jambu mete melalui kultur jaringan

Induksi kalus pada jambu mete telah berhasil dilakukan dengan

menggunakan eksplan daun dan nuselus dengan kecepatan perkembangan

yang berbeda. Eksplan daun baru menghasilkan kalus kompak yang pada

umumnya merupakan kalus non embriogenik, sedangkan eksplan nuselus

menghasilkan kalus embriogenik yang berkembang menjadi Pre Embriogenik

Mass (PEM) dan menghasilkan embrio somatik yang mulai berkecambah.

JAHE

34. Teknologi pengendalian bercak daun dan patogen tular benih

melalui pemupukan dan perlakuan benih

Penyakit bercak daun tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc), saat ini

termasuk kendala utama dalam budidaya jahe disamping layu bakteri,

terutama yang disebabkan oleh jamur Phytllosticcta sp. Pengendalian

penyakit ini dapat dilakukan secara terpadu yaitu dengan menggunakan

pupuk K (KCl) sebanyak 10 g/tanaman diberikan saat tanam; sedang Mg

(MgSO4) 7,5 g/tanaman diberikan pada saat tanaman satu bulan, silikat dan

Page 43: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 42

mancozeb disemprotkan dengan konsentrasi masing-masing 0,5-1,0/l dan

mancozeb 2 g/l setiap 2 minggu bila telah ada gejala awal. Teknologi ini

dapat menekan serangan penyakit bercak daun jahe 44-56%. Kegunaannya

adalah menekan infeksi dan perkembangan pathogen bercak daun

Phytllosticcta ssp. pada jahe putih kecil (JPK). Target penggunanya adalah

petani dan pelaku pertanian Jahe Putih Kecil.

35. Teknologi pengendalian terpadu OPT utama jahe

Perlakuan benih dengan pestisida (streptomisin sulfat dan mancozeb) dan

biopestisida rizobakteri meningkatkan persen tumbuh benih 10-15%, dan

bobot segar rimpang dibandingkan dengan kontrol. Dan integrasi perlakuan

tanah (dengan bubur bordo 2%), dan perlakuan benih rimpang dengan

larutan pestisida (streptomisin sulfat dan mancozeb), atau tepung

carbosulfan, dan atau biopestisida rizobakteri menekan busuk rimpang

berturut-turut 95,51%; atau 100,0% dan atau 83,28%. Serta menekan

persen gejala nematoda buncak Meloidogyne spp. pada rimpang berturut-

turut 65,34%, atau 80,36%, dan atau 64,87%.

36. Teknologi pemanfaatan mikroba endofit untuk mengendalikan layu

bakteri dan atau nematoda buncak akar Meloidogyne spp.

Berdasarkan pada kemampuan bakteri endofit dalam memproduksi antibiotik

terhadap patogen bakteri layu jahe R. solanacearum ada 29 isolat

diantaranya bersifat antibiosis. Zona hambatan yang terbentuk bervariasi,

dengan diameter 3 mm sampai 24 mm. Hasil pengujian potensi 29 isolat

mikroba endofit dalam meningkatkan pertumbuhan di pesemaian bibit jahe,

diperoleh 2 isolat dapat meningkatkan pertumbuhan di atas 30 %, 9 isolat di

atas 20 %, 7 isolat di atas 10 %, dan 11 isolat di bawah 10 % dibandingkan

dengan tanaman kontrol. Isolat-isolat tersebut diuji lebih lanjut potensinya

sebagai agens hayati terhadap R. solanacearum pada tanaman jahe. Filtrat

dari 10 isolat mikroba endofit (isolat IKIAN 3.2.2R, JC 2.1.2R, IKIAN 1.3.1R,

JPR 2.102, JPRS 2A, IKIAN 1.2, JC 2.2.1R, IKIAN 1.1B , IKIN 1.4, IKIN

2.102)bersifat antagonis terhadap larva nematoda buncak akar Meloidogyne

spp. pada skala laboratorium. Isolat-isolat tersebut diuji lebih lanjut

potensinya sebagai agens hayati terhadap nematoda pada tanaman

jahe.Kegunaan teknologi ini untuk menekan infeksi dan perkembangan

penyakit bakteri layu jahe dan nematoda buncak akar Meloidogyne spp.

Page 44: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 43

37. Metode multifikasi tunas jahe hasilkultur jaringan

Multiplikasi tunas optimum dapat dicapai dengan dua kali subkultur ke dalam

media (padat) yang sama dan menghasilkan rata-rata 10,6 tunas dalam

waktu 4 minggu; kalus embriogenik diperoleh dari kalus yang induksi di

dalam media MS + 2% sucrosa + glutamin 100 mg/L + 2,4-D 1.0 mg/l +L

BA 3 mg/l dan 8 % bakto agar sebagai pemadat.

38. Peningkatan produktivitas, dan mutu benih rimpang Jahe Putih

Besar (JPB) melalui aplikasi paclobutrazol

Aplikakasi paclobutrazol dilakukan pada: umur 3-5 BST dan 4-6 BST, dengan

interval 2 minggu untuk setiap perlakuan yang diuji (0, 100, 200, 300, 400

dan 500 PPM). Dari hasil pertanaman di lapang dapat disimpulkan bahwa

pemberian paclobutrazol pada konsentrasi 200 ppm, dengan waktu aplikasi

pada umur 4 bulan setelah tanam dapat meningkatkan produksi rimpang dua

kali lipat dibanding dengan kontrol, tanpa mengambat pertumbuhan tajuk

tanaman.

39. Produksi jahe putih besar (Zingiber officinale Rosc ) melalui

efisiensi bahan tanaman

Teknologi produksi rimpang jahe putih besar melalui efisiensi penggunaan

bahan tanaman berupa rimpang yang mempunyai propagul kecil

(unvoluminous), rimpang dengan 1-2 mata tunas. Berdasarkan parameter

pertumbuhan yang diamati yaitu : penambahan pupuk K dengan dosis 300

kg/ha memberikan hasil yang terbaik dibandingkan dosis lainnya.

LADA

40. Teknologi budidaya lada dengan beberapa jenis tanaman tiang

panjat

Teknologi budidaya lada dengan berbagai tiang panjat merupakan kegiatan

baru dalam rangka mencari alternatif teknik budidaya lada yang produktif

dan menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi dari hasil ladanya maupun dari

tanaman panjatnya serta mampu bertahan hidup lama (>10tahun). Beberapa

tanaman yang potensial sebagai tiang panjat selain gliricidia yang

memungkinkan digunakan adalah tanaman kelapa, sengon, dan kapuk randu.

Dengan tanaman tiang panjat besar ini tanaman lada yang ditanam adalah

sebanyak 1, 2 dan 4 pohon per tanaman tiang panjat. Pertumbuhan lada

Page 45: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 44

terbaik diperoleh pada tiang panjat Glirisidia. Penerimaan cahaya matahari

dan curah hujan sangat menentukan pertumbuhan lada.

41. Teknologi budidaya lada pada lahan bekas tambang timah

Teknologi budidaya lada pada lahan marginal bekas tambang yang dianjurkan

adalah teknologi budidaya sistem pot dengan menggunakan lobang tanam

ukuran lebih besar (80x80x60)cm dan (60x60x60) cm, pemberian mikorisa

dan tanaman bioremedial (kenaf). Selain itu juga dengan pemberian pupuk

kandang 10 kg per lobang, menggunakan tiang panjat hidup gliricidia dan

menggunakan varietas lada unggul. Perlakuan lobang tanam yang lebih besar

dan pemberian tanaman kenaf menghasilkan pertumbuhan dan jumlah

tandan buah paling tinggi pada umur 35 bulan setelah tanam.

KELAPA DAN PALMA

42. Perbanyakan aren melalui kultur jaringan

Pembentukan plantlet aren dari kultur embrio menguunakan media WPM

dengan penambahan zat pengatur tumbuh BAP dan NAA. Keunggulan

teknologi dari yang sebelumnya adalah pemberian zat pengatur tumbuh BAP

dan NAA dapat mempercepat perkembangan plantlet aren sehingga siap

untuk aklimatisasi. Kegunaan teknologi ini untuk ketersediaan aren unggul

dalam jumlah besar dan seragam serta bebas penyakit.

43. Perbanyakan sagu melalui kultur jaringan

Media Modifikasi Murashige and Skoog (MMS) dengan penambahan zat

pengatur tumbuh BAP dan kinetin menunjukkan perkembangan embrio

somatik sagu.Keunggulan teknologi dari yang sebelumnya adalah

pemberian zat pengatur tumbuh BAP dan Kinetin dapat mempercepat

perkembangan embrio somatic sagu yang terbentuk dari kalus embrionik.

Kegunaan teknologi ini untuk perbanyakan massal tanaman sagu secara

cepat, dan seragam serta bebas penyakit.

44. Pengendalian tungau kelapa Aceria guerreronis Keifer dengan

musuh alami

Ditemukan lima jenis musuh alami tungau Aceria guerreronis. Tiga jenis

tungau predator yaitu tungau predator Neoseiulus sp., Bdella sp., dan satu

tungau belum teridentifikasi, Predator dari kelas serangga yaitu thrips dan

Page 46: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 45

Larva Syrphidae. Tiga jenis tungau predator potensial untuk dikembangakan

sebagai pengendalian hama tungau Aceria guerreronis. Keunggulan teknologi

dari yang sebelumnya adalah teknologi ini lebih ramah lingkungan.

Kegunaannya adalah untuk mengendalikan serangan tungau Aceria

guerreronis pada tanaman kelapa.

45. Pengendalian Phytophthora palmivora penyebab penyakit Busuk

Pucuk Kelapa (BPK) dan Gugur Buah Kelapa (GBK) pada tanaman

kelapa dengan mikroorganisme antagonis

Pemanfaatan cendawan Aspergillus flavus dan Penicillium pinophillum untuk

pengendalian patogen Phytophthora palmivora merupakan salah satunya

pendekatan pengendalian hayati yang ramah lingkungan. Kedua cendawan

tersebut diisolasi dari tanah dan perakaran tanaman kelapa melalui teknik

pengenceran.Hasil uji penghambatan secara in vitro menunjukkan bahwa

kedua cendawan tersebut berpotensi sebagai agens pengendali hayati

dengan persentase penghambatan > 50% pada media V8 yang merupakan

media selektif untuk patogen P. palmivora. Sementara itu, pengujian

cendawan antagonis pada buah dapat mencegah perkembangan patogen P.

palmivora secara signifikan jika cendawan antagonis diaplikasikan sebelum

ada gejala. Kedua cendawan antagonis tersebut dapat ditumbuhkan pada

media padat dengan memanfaatkan limbah debu sabut.Komposisi media

terdiri dari debu sabut, jagung, vermikulit dan kaolin. Keunggulan teknologi

dari yang sebelumnya ramah lingkungan dan mengurangi limbah debu sabut.

Kegunaan teknologi ini adalah dapat mengendalikan patogen Phytophthora

palmivora sehingga dapat menekan kehilangan hasil karena serangan

penyakit Busuk Pucuk Kelapa (BPK) dan Gugur Buah Kelapa (GBK) pada

tanaman kelapa.Target penggunanya adalah petani dan stakeholder lainnya.

LIMBAH PERKEBUNAN

46. Teknologi kompressi biometan cair

Teknologi ini mampu memproduksi Biomethane terkrompresi Conpressed

BioMethane/CBM) yang selanjutnya menjadi biometan cair (liquefied

biomethane - LBM) dengan densitas energi sebesar 1 MJ/liter. Proses

produksi Biomethane Caiir terbagi dalam 2 tahap yaitu tahap purifikasi biogas

dan tahap pencairan biometan. Tahap I, merupakan tahapan purifikasi

biogas yang dilakukan dengan mengalirkan biogas melalui unit H2S removal,

Page 47: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 46

untuk mengurangi kadar H2S, kemudian menuju alat penukar kalor. Tahap II

merupakan tahapan proses untuk mendapatkan biometan cair. Pada tahap ini

CBM dikeluarkan dari flash chamber dan dilalukan ke alat penukar kalor

kriogenik, yang temperaturnya diatur hingga -85 oC. Pada temperatur dan

tekanan operasi tersebut biometan akan mencair. Kemudian biometan cair

(LBM) ditampung dalam tabung penyimpan.

Trend capaian teknologi budidaya tanaman perkebunan selama lima tahun

menunjukkan realisasi capaian teknologi berfluktuasi dari tahun ke tahun,

tetapi realisasi selalu mencapai target/100% atau bahkan melampaui

target(sangat berhasil)(Gambar 9)

Gambar 9. Capaian Teknologi Tanaman Perkebunan TA 2010-2014

Sasaran 3:

Tersedianya teknologi diversifikasi dan peningkatan nilai

tambah/produk olahan

Teknologi diversifikasi dan Peningkatan Nilai Tambah /Produk Olahan tanaman

perkebunan, pada TA 2014 ditargetkan sebanyak 7 formula dan terealisasi

sebanyak 7 formula (realisasi fisikmencapai 100%). Rincian Teknologi

diversifikasi dan Peningkatan Nilai Tambah /Produk Olahan tanaman perkebunan

yaitu:

Page 48: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 47

TEBU

1. Pupuk K slow release

Pupuk K slow release berbentuk granule dan tablet dengan potensi K tersedia

hingga 3-6 bulan setelah aplikasi dan potensial untuk meningkatkan

rendemen tebu.

Gambar 10. Pupuk K berbentuk Granul dan tablet

2. Biofertilizer dengan carrier biochar (arang) sekam dan inokulum

bakteri Penambat N dan Pelarut P

Biofertilizer berformula dengan carrier dari biochar (arang) sekam yang

dihaluskan dan diperkaya dengan asam humat, air kelapa muda, rock

phosphate sebagai sumber P, ZA sebagai sumber N, dengan inokulum bakteri

penambat N dan Pelarut P. Berpotensi meningkatkan N dan P-tersedia di

tanah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tebu.

3. Bioinsektisida: Isolat jamur Metarhizium anisopliae

Isolat jamur Metarhizium anisopliae

merupakan salah satu strain isolat jamur

yang secara konsisten sangat patogenik

terhadap Lepidiota spp yang berpotensi

efektif menyebabkan mortalitas uret besar

tebu (instar III) sebesar 80-90%.

KELAPA

4. Teknologi edible film dan nata de coco.

Pengolahan edible film berbahan baku bioselulosa dari air kelapa, tidak

menggunakan air kelapa segar tetapi menggunakan air kelapa yang telah

Page 49: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 48

mengalami pendiaman selama beberapa hari dengan waktu inkubasi yang

lebih lama, sehingga diharapkan sesuai untuk bahan baku edible film.

Penundaan air kelapa selama 4 hari, terjadi perubahan pH dari 6,0 menjadi

4,4-4,5, suatu kondisi pH yang sesuai dengan pertumbuhan bakteri A.

xylinum, sehingga untuk proses selanjutnya tidak ada penambahan asam

cuka. Setelah inkubasi 2 minggu, menghasilkan bioselulosa dengan

rendemen 64,50%, kadar air 94,54%, kadar selulosa 1,26%, kuat tarik

(tensile strenght) berkisar 1,14 Mpa dan elongation 30,73%. Keunggulan

teknologi dari yang sebelumnya yaitu: (1) Air kelapa dapat ditunda selama 4

hari, sehingga dapat menampung dalam jumlah lebih banyak, (2) Tidak ada

penambahan asam cuka, sehingga lebih menekan biaya pengolahan bahan

baku bioselulosa.

Gambar 11. a. Bahan baku dan b. Edible film bioselulosa/nata

CENGKEH

5. Formula pupuk makro dan mikro untuk meningkatkan pertumbuhan

produksi cengkeh

Formula pupuk yang terdiri dari unsur hara makro NPKMg dan mikro B dan

Zn dalam bentuk tablet yang diformulasi khusus untuk meningkatkan

pertumbuhan dan produksi tanaman cengkeh. Kegunaan: Formula pupuk

dapat digunakan untuk intensifikasi dan rehabilitasi cengkeh serta

mengurangi fluktuasi hasil cengkeh. Target pengguna: Perkebunan cengkeh

rakyat dan perkebunan besar.

6. Formula herbisida GIV berbasis glifosat dan asam asetat yang

efektif terhadap gulma dan kurang toksik terhadap ikan

Formula GIV mengandung bahan aktif isopropyl amina (IPA) glifosat dengan

bahan pembawa asam asetat dan asap cair efektif terhadap gulma daun lebar

Page 50: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 49

dan gulma daun sempit. Keefektifan formula GIV sebanding dengan

herbisida komersial mengandung glifosat 486 SL (Roundup). Keunggulan

formula GIV dibanding dengan herbisida komersial 486 SL adalah

toksisitasnya terhadap ikan uji (mujair dan nila) lebih rendah 200-300 kali,

yaitu LC50 (24 jam) formula GIV adalah 1105,5 mg/l (ikan mas) dan 1480,7

mg/l (ikan nila), sedangkan LC50 (24 jam) herbisida komersial 486 SL adalah

5,8 mg/l (ikan mas) dan 5,3 mg/l (ikan nila).Kegunaan:Formula GIV dapat

digunakan untuk mengendalikan gulma.

7. Perbaikan formula pestisida nabati berbahan aktif eugenol untuk

mengendalikanNilaparvata lugens Stahl.

Formulasi pestisida nabati berbahan aktif eugenol yang digunakan untuk

mengendalikan Nilapartava lugens Stahl (wereng batang coklat) pada

tanaman padi, dihasilkan dari teknologi ultra partikel. Bahan baku yang

digunakan, yaitu bunga cengkeh, dimilling (digiling) sampai berukuran ultra

partikel dalam bentuk pasta. Ukuran pasta bunga cengkeh yang didapatkan

adalah rata-rata 228,1 nm dengan distribusi mayoritas 90% yang berukuran

291,0 nm dan termasuk dalam kriteria ultra partikel. Hasil uji bioassay

menunjukkan bahwa formula ultra partikel bunga cengkeh dosis 2 ml/l

memberikan mortalitas lebih dari 50%. Dengan pengecilan ukuran bunga

cengkeh sampai dengan ultra partikel, terjadi peningkatan kadar eugenol dari

67 menjadi 77%. Terdapat 16 formulasi pestisida nabati dengan 3 surfaktan

berbeda.Dari hasil uji bioassay, terdapat 8 formulasi yang dapat

menyebabkan mortalitas N. lugens di atas 50% di rumah kaca. Pada tahap

selanjutnya, yaitu pengujian lapang, diperoleh satu formulasi (Cengkeh:Det =

25:25) yang dapat mengakibatkan mortalitas N. lugens> 50%. Sementara itu,

formulasi pestisida nabati berbahan atsiri lain yang efektif terhadap N. lugens

adalah serai wangi.

Trend capaian teknologi peningkatan nilai tambah dan daya saing/produk

olahan tanaman perkebunan selama TA 2010-2014 menunjukkan

peningkatan, dan capaian diatas 100% (sangat berhasil), sebagaimana

disajikan pada Gambar 12.

Page 51: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 50

Gambar 12. Capaian teknologi peningkatan nilai tambah dan daya saing/produk

olahan tanaman perkebunan TA 2010-2014

Sasaran 4:

Tersedianya Benih Sumber

Indikator kinerja sasaran “Benih Sumber” tanaman perkebunan dicapai melalui

kegiatan Pengelolaan UPBS, capaiannya adalah 101% dengan perincian sebagai

berikut (Tabel 10):

Tabel 10. Capaian benih sumber tanaman perkebunan 2014

NO KOMODITAS JUMLAH BENIH

1 Kapas 2.229 kg

2 Wijen 972 kg

3 Rosella 890 kg

4 Kenaf 157 kg

5 Tembakau 124 kg

7 Tebu 600.000 budset g3

8 Rami 8,5 ton

9 Kakao 5.000 mata entres

10 Kopi Arabika 500.000 butir

11 Kopi Robusta 19.226 mata entres

12 Karet 20.385 mata entres

18.000 batang bawah

4.000 okulasi

13 Teh 10.000 mata entres

14 Lada 25.000 setek

15 Nilam 650.000 setek

16 Jambu Mete 20.000 entres pucuk

17 Jahe 6.000 kg

18 Temulawak 6.877 kg

19 Kunyit 11.868 kg

20 Seraiwangi 450.000 anakan

21 22

Cengkeh Palma

4.500 375

Pohon ton

Page 52: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 51

Untuk target bibit tebu sebanyak 2.500.000 budset, telah terealisasi sebanyak

3.000.000 budset (capaian 100%).

Trend capaian benih sumber tebu dan tanaman perkebunan lainnya selama lima

tahun terakhir disajikan pada Gambar 13 dan 14 berikut:

Gambar 13. Capaian Benih Sumber Tanaman Perkebunan TA 2010-2014

Gambar 14. Capaian Benih Sumber Tebu TA 2012-2014

Indikator benih sumber tanaman perkebunan selain tebu pada lima tahun

terakhir (2010-2014) berfluktuasi tapi selalu mencapai target yang ditetapkan.

Pengukuran capaian benih sumber ini hanya dihitung pada benih sumber dalam

satuan kg atau ton. Sedangkan benih tebu yang pada tiga tahun terakhir baru

Page 53: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 52

ditargetkan dalam satuan budset juga selalu mencapai targetnya. Capaian

tertinggi diperoleh pada tahun 2013.

Benih tebu hasil kultur jaringan dalam satuan budset (G2) baru mulai ditargetkan

pada TA 2012. Oleh karena itu capaian benih tebu hanya disajikan selama tiga

tahun sejak 2012.

Sasaran 5 :

Tersedianya Rekomendasi Kebijakan

Indikator kinerja sasaran “Rekomendasi Kebijakan”, dicapai melalui kegiatan

Analisa Kebijakan. Capaian kinerja Analisis Kebijakantahun 2014, dari target 6

rekomendasi telah terealisasi sebanyak 6 rekomendasi kebijakan (100%). Judul

Rekomendasi dan sinopsisnya adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan produksi kakao nasional mewujudkan Indonesia

sebagai produsen kakao nomor 1 di dunia

Skenario pencapaian Peningkatan produksi kakao nasional mewujudkan

Indonesia sebagai produsen kakao 1 di dunia dapat diwujudkan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Intensifikasi

Peningkatan produktivitas pada sentra utama (Aceh, Sumut, Sumbar,

Lampung, Jatim, Sulbar, Sulteng, Sulsel, Sultra) menjadi 1,3 ton/ha

(produksi 677.892 ton 1.045.651 ton) .

Peningkatan produktivitas wilayah lain menjadi 1 ton/ha (produksi

107.571 ton 251.409 ton)

Intensifikasi dilakukan dengan:

Peningkatan populasi tanaman per hektar dari 800 menjadi 1000

pohon/ha untuk 40% (650.737 Ha) pada seluruh wilayah produksi

kakao.

Penerapan GAP (Pemupukan, Pengendalian OPT, Sistem Pangkas,

Panen dan Pasca Panen) di seluruh wilayah pengembangan

(1.852.943 ha).

Page 54: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 53

b. Ekstensifikasi untuk mencapai produktivitas 1,3 ton/ha

Ekstensifikasi 100 ribu ha di lahan baru dengan produktivitas 1,3

ton/ha atau di bawah tegakan kelapa pada daerah sentra produksi

(300 ribu ha) dengan produktivitas 0,65 ton/ha (tambahan produksi

195.000 ton).

Ekstensifikasi 77 ribu ha di lahan baru dengan produktivitas 1,3

ton/ha dan 150 ribu ha lahan di bawah tegakan kelapa dengan

produktivitas 0,65 ton/ha. (tambahan produksi 195.000 ton)

c. Rehabilitasi dan Peremajaan

Penambahan produksi dari TBM yang diintensifikasi dan TR yang telah

direhabilitasi menjadi TM sebesar 408.591 ton.

Dengan skenario tersebut, total produksi yang akan dicapai menjadi 1,8 -

1,9 juta ton (kenaikan 1,02 -1,12 juta ton).

2. Pengembangan bioenergi berbasis biomasa pertanian

a. Untuk mengembangkan energi biomassa padat dan bioenergi secara

umum, keberlanjutan pangan dan pertanian / hutan (dan lingkungan

pada umumnya) harus menjadi pertimbangan utama. Itu sebabnya

biomassa padat sebagai sumber energi harus dianggap juga sebagai

bahan organik yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman.

b. Energi biomassa harus digunakan di negara mana biomassa diambil, itu

berarti, ekspor biomassa padat harus dihentikan atau setidaknya

diminimalkan.

c. Di masa depan,biofuel generasi kedua dapat dikembangkan dari

biomassa untuk menghilangkan persaingan dengan pangan. Teknologi

ini sedang dikembangkan oleh para peneliti di Indonesia

3. Pencapaian swasembada gula dengan inisiatif baru

Untuk mencapai swasembada konsumsi langsung (3,1 juta ton GKP)

ditempuh kebijakan sebagai berikut:

a. Intensifikasi

Intensifikasi pada tebu rakyat (260 ribu ha) dilakukan melalui:

Peningkatan rendemen untuk wilayah Jatim bagian selatan, Sumut,

Sulsel, Gorontalo dan peningkatan protas dan rendemen untuk

Page 55: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 54

wilayah Jateng, serta peningkatan protas untuk wilayah Lampung,

Sumsel.

Penambahan bahan organik/kompos 5 ton/ha, Pemupukan spesifik

lokasi, Penambahan unsur mikro,

Bongkar ratoon 60 ribu ha, rawat ratoon 100 ribu ha.

Penyediaan bibit untuk KBD 10000 ha, KBI 400 ha dengan Single Bud

Planting (SBP),

Penyediaan Traktor untuk bongkar ratoon 60.000 ha= 500 unit

Penambahan produksi 450.365 ton diperoleh dengan:

Bongkar ratoon: 60 ribu ha, 126.458 ton GKP

Rawat ratoon: 100 ribu ha, 125.764 ton GKP

Rawat ratoon mandiri: 8.576 ton

HGU: 210 ribu ha, 189.567 ton GKP

b. Perluasan Areal

PG yang mulai beroperasi saat ini yaitu PG Gendis Multi Manis di

Kabupaten Blora, Jateng kapasitas 6000 TCD = 13.000 ha

menghasilkan GKP 86 ribu ton/th. Dan PG Kebun Tebu Mas di

Lamongan kapasitas 12.000 TCD = 22.000 ha menghasilkan GKP

144 ribu ton/th

Potensi Tambahan produksi 230 ribu ton tahun 2015: 92 ribu (40%),

tahun 2016: 194 ribu ton (80%)

Pembangunan PG baru: 1) PG Glen Moore sedang proses

pembangunan di Banyuwangi kapasitas 6.000 TCD = 15.000 ha,

34.000 ton/th (2016): 2) PG Sungai Budi di Teluk Betung, Lampung ,

6.000 TCD, HGU 18.000 ha, 34.000 ton (2016); 3) PT. SMS di Dompu

belum operasional; 4) PT. Wahana Surya Agro di Muna, Sultra

(belum operasional)

Untuk swasembada konsumsi total (5,7 juta ton):

Untuk memenuhi defisit Gula dibutuhkan pembangunan 14 unit PG

kapasitas 12.000 TCD didukung perluasan areal 600 ribu ha secara bertahap

200 ribu ha/tahun pada tahun 2015-2017

Page 56: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 55

4. Sagu sebagai komoditas potensial, pilar utama kedaulatan pangan

dan energi

Kebijakan pengembangan sagu kedepan adalah:

a. Menjadikan sagu sebagai komoditas strategis dan sebagai strategi

peningkatan ekonomi.

b. Pengembangan Sumber Daya Penelitian; Penelitian tentang sagu saat ini

belum mencukupi untuk mengganti sistem budidaya sagu dari semi-

alami menjadi sistem budidaya sagu modern dengan produktivitas yang

tinggi, masa kematangan sagu untuk dipanen yang lebih pendek, dan

modifikasi mesin yang lebih ramah lingkungan dan hemat energi

sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Meningkatkan subsidi dari

pemerintah dan keterlibatan sektor swasta dalam penelitian dan

pengembangan sagu sangat dibutuhkan.

c. Status lahan; Memberikan kebijakan untuk meningkatkan wilayah/lahan

budidaya sagu, mempermudah status penggunaan lahan untuk

perkebunan sagu, mendorong sektor swasta untuk terlibat dalam

perkebunan sagu dan membantu petani kecil dalam perkebunan sagu.

Kebijakan pemerintah dalam mendorong budidaya sagu akan membantu

sektor swasta terlibat dalam budidaya sagu.

d. Infrastruktur; Hampir seluruh populasi sagu di Indonesia berada di lokasi

terpencil, baik di lahan mineral maupun lahan gambut. Oleh karena itu,

pembangunan infrastruktur sangat penting untuk keberlanjutan

perkebunan sagu dan proses pengolahannya.

e. Kelembagaan; Untuk mendukung keberhasilan perkebunan sagu, perlu

kesepakatan antar lembaga dan kementerian untuk mendukung

kesuksesan perkebunan sagu dalam upaya mencapai kedaulatan

pangan.

5. Biokonservasi lengas tanah berbasis jambu mete pada lahan kering

beriklim kering

Rekomendasi kebijakan pengembangan jambu mete:

a. Memanfaatkan kemampuan hydraulic lift; Kajian di lapangan

menunjukkan adanya potensi biokonservasi lengas tanah pada

pertanaman jambu mete. Kemampuan melakukan pengisian ulang air

Page 57: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 56

pada lapisan tanah bagian atas oleh aktivitas hydraulic lift pada jambu

mete terdeteksi pada perubahan lengas tanah pada periode malam.

b. Memaksimalkan penerapan GAP oleh petani untuk mengurangi gap

antara produktivitas potensial dan produktivitas aktual; Fakta di

lapangan menunjukkan bahwa produktivitas jambu mete nasional masih

rendah yakni 250-450 kg gelondong/ha/tahun, sementara potensi hasil

9 (sembilan) varietas jambu mete yang dihasilkan Badan Litbang

Pertanian produksinya mencapai 1.500-2.000 kg gelondong/ha/tahun.

Untuk memacu penerapan GAP oleh petani diperlukan penguatan

motivasi petani melalui contoh konkrit di lapangan dan pendampingan

teknis secara berkelanjutan.

c. Meningkatkan peluang pemanfaatan nilai tambah lahan kosong; Untuk

meningkatkan produktivitas lahan perkebunan jambu mete, selain

memperbaiki produktivitas individu tanaman jambu mete, yakni dengan

meningkatkan peluang pemanfaatan nilai tambah lahan kosong yang

masih tersedia diantara tegakan jambu mete dengan budidaya cash

crop.

6. Sistem informasi dan sistem penunjang keputusan tebu terpadu

nasional

Sistem Informasi yang dikembangkan terdiri dari: Sistem Informasi Teknologi,

Sistem Informasi Kinerja Komoditas, Sistem Informasi Berbasis Geografis,

Sistem Simulasi Biaya Pokok Produksi Gula, serta Sistem Informasi berbasis

Dashboard Sistem. Sistemini memiliki fungsi: menyediakan informasi berupa

data yang tersedia dalam bentuk yang sistematis, terpadu dan mudah secara

operasional, dalam bentuk peta, tabel dan grafik, menyediakan informasi

berupa simulasi untuk memberikan gambaran kepada pengguna terkait

dengan teknologi, kinerja industri, dan dukungan dalam proses

pengembangan industri gula nasional. Sistem Penunjang Keputusan yang

dikembangkan terdiri dari: Sistem Penunjang Keputusan Kesesuaian Lahan,

Sistem Penunjang Keputusan Penataan Varietas, Sistem Penunjang

Keputusan Bongkar Ratoon, Sistem Penunjang Keputusan Pengukuran Kinerja

Kemitraan, dan Sistem Penunjang Keputusan Pengukuran Kinerja Pabrik Gula.

Sistem ini menyediakan model yang merupakan abstraksi dari kondisi riil yang

Page 58: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 57

dapat menunjang penyusunan kebijakan pengembangan industri gula

nasional.

Capaian rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan selama TA 2010-2014

selalu sesuai dengan target yang telah direncanakan (100%), kecuali capaian

pada tahun 2011 yang mencapai 150% (Gambar 15).

Gambar 15. Capaian rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan TA 2010-2014

Sasaran 6 :

Meningkatnya hasil publikasi hasil penelitian

Jumlah publikasi yang telah dihasilkan selama TA 2014 dari target 25terbitan

telah dihasilkan sebanyak 33 terbitan publikasi, dengan rincian sebagai berikut:

Buletin:

1. Buletin Balittro 2 kali/tahun

2. Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar 3 kali/tahun

3. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 2 kali/tahun

4. Buletin Palma 2 kali/tahun

5. Jurnal Penelitian Tanaman Industri 4 kali/tahun

6. Perspektif Review Penelitian Tanaman Industri 2 kali/tahun

Buku:

1. Pertanian organik (Balittro) 1 kali/tahun

2. Bunga Rampai Inovasi Teknologi Bioindustri Kakao 1 kali/tahun

Page 59: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 58

3. Prosiding Semiloka Nasional Tanaman Pemanis, Serat, Tembakau, dan Minyak

Industri1 kali/tahun

4. Prosiding KNK VIII di Jambi

5. Prosiding Pertanian Organik

Sirkuler:

1. Teknik perbanyakan lada secara cepat dan masal melalui kebun mini

2. Petunjuk teknis penanganan bahan dan penyulingan minyak atsiri

3. Penyediaan benih jambu mete unggul secara cepat melalui mikro grafting

4. Sirkuler Inovasi Tanaman Industri dan Penyegar (SIRINOV)

5. Warta Penelitian Tanaman Industri

6. Infotek Perkebunan

Booklet:

1. Pengenalan dan Pengendalian penyakit nilam

2. Profil Balittri

3. Kencur

4. Jahe

5. Nilam

Leaflet/majalah:

1. Jamu ternak

2. Pestisida nabati

3. Profil Balittri

4. Tumpang Sari Kemiri Sunan dengan Tanaman Semusim

5. Varietas wijen unggul baru Winas 1 dan Winas 2 sesuai untuk lahan sawah

sesudah padi

6. Kemiri Sunan

7. Program Penelitian Tanaman Penghasil BBN

8. Media Komunikasi Perkebunan (MEDKOM) Balittri

9. Griya Jamu

DVD :

1. Bioindustri Seraiwangi

2. Sembilan SOP Tanaman Obat

Page 60: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 59

Trend capaian jumlah publikasi hasil penelitian dan pengembangan tanaman

perkebunan selamalima tahun terakhir menunjukkan realisasi > 100%. Pada TA

2014 realisasi mencapai 120 % (Gambar16).

Gambar 16. Capaian publikasi hasil litbang tanaman perkebunan TA 2010-2014

Page 61: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 60

Sasaran 7:

Terjalinnya kerjasama dengan pihak lain

Indikator kinerja sasaran „Kerjasama Penelitian” dilaksanakan dengan

mengadakan kerjasama penelitian dengan stakeholders terkait. Realisasi

kegiatan ini pada tahun 2014 mencapai 195% dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 11. Kerjasama peneitian dengan mitra swasta

No

Topik Kerjasama

Mitra

1 Pengembangan DEHAF produk herbal untuk DBD PT. Soho Industri Farmasi

2 Pengembangan herbal mendukung biofarma terstandar PT. HRL

3 Sukses Berbisnis Minyak Atsiri Nilam Dewan Atsiri Indonesia

4 Budidaya dan Pascapanen Cengkeh dan Pala Dewan Atsiri Indonesia

5 Penanganan Pascapanen Tanaman Cengkeh Dewan Atsiri Indonesia

6 Tenaga Ahli Pendamping Pengembangan Atsiri Dewan Atsiri Indonesia

7 Karakteristik Sifat-sifat Fenotip 200 Klon Tebu Hasil seleksi Tahun 2014

PT. Toyota Bio Indonesia

8 Pendampingan Persiapan Pelepasan Klon Xy 1168 Sebagai Varietas Unggul Sisal Di Sumbawa

PT. Pulau Sumbawa Agro

9 Pendampingan Demplot Penngujian Pupuk NPK Fertila dan KNO3 di Kabupaten Temanggung, Magelang dan Kendal

CV. Saprotan Utama

10 Research of natural fiber especially or kenaf (hibiscus Cannabinus) in Indonesia

PT. Toyota Boshoku Corporation Japan

11 Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan di Lahan Bekas Tambang

PT. Timah

12 Pengembangan BioindustriBerbasisi Tanaman Bahan Bakar Nabati Kemiri Sunan di Lahan Bekas Tambang dan Lahan Kritis

PT. Reben Mandiri Energi

13 Pengembangan Bioindustri Berbasis TanamanBahan Bakar Nabati Kemiri Sunan di Lahan Mineral dan Lahan Bekas Tambang

PT. Yuraku Sukses Abadi

14 Pengujian Mineral Fertilizer SGE Powder Terhadap Produksi dan Mutu kopi, Kakao, Kelapa,Kelapa Sawit,Karet dan Teh

PT. Wakan Medicindo

15 Pengujian Pembenah Tanah Organik Cair "Humic Plus Green Agri"

PT. Green Agri Indonesia

16 Pengembangan Teknologi Kelapa Sawit Dewan Minyak Sawit Indonesia

Page 62: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 61

Tabel 12. Kerjasama penelitian dengan mitra pemda

No

Topik Kerjasama

Mitra

1 Pengembangan perbenihan tanaman rempah (lada) Kab. Purbalingga

2 Pengembangan perbenihan dan budidaya jahe Kab. Tasikmalaya

3 Observasi lada lokal Kalimantan Timur Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur

4 Bimbingan teknis Identifikasi Varietas dan Mutu Benih Pala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat

5 Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi Potensi Blok Penghasil Tinggi(BPT) Tanaman Kopi Garut

Dinas Perkebunan Garut

6 BimbinganTeknisBudidayaKakao DishutbunKab. PenajamPaser Utara

7 Pengembangan Pertanian Terpadu Kab. Aceh Selatan

8 Pengembangan Pertanian Terpadu Kab. Landak

9 Pembenihan tembakau Dishutbun Bojonegoro I

10 Pemurnian Persiapan Pendaftaran Tembakau Jawa Varietas Purwosoto

Dishutbun Bojonegoro II

11 Eksplorasi, Uji Multilikasi Varietas Tembakau Dishutbun Magetan

12 Uji kesuburan Tanah Dan Identifikasi Tembakau Paiton-VO, kegiatan penguatan kelompok tani melalui bimbingan teknologi budidaya tembakau di Kab. Probolinggo

Dishutbun Probolinggo

13 Sukses Berbisnis Minyak Atsiri Nilam Pemda Gorontalo

14 Pengembangan Pertanian Terpadu Kab. Aceh Selatan

15 Kerjasama Penelitian dan Pengembangan Pertanian Terpadu

Kab. Kapuas Hulu

Tabel 13. Kerjasama penelitian dengan mitra instansi pemerintah

No

Topik Kerjasama

Mitra

1

Pemanfaatan Ekstra Tanaman Untuk Formula Atraktan Musuh Alami Wereng Pada Padi Mendukung Swasembada Beras 2014

SINAS Kemenristek

2 Penelitian dan Pengembangan Bahan Baku Kertas Uang Bank Indonesia

3 Penyusunan Konsep Permentan turunan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/SR.120/1/2014 tentang Produksi, Sertifikasi, dan Peredaran Benih Bina

-Direktorat Jenderal Perkebunan -TP2S (Tim Pembinaan Pengawasan dan Sertifikasi Benih) Tanaman Perkebunan

4 Teknik Pengambilan Contoh Kriteria Kualitas Cengkeh dan Lada Hitam

Dirjenbun

5 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan

Ditjen Perkebunan

Page 63: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 62

Trend capaian kerjasama penelitian tanaman perkebunan selama lima tahun

terakhir menunjukkan realisasi> 100%. Pada TA 2014 realisasi mencapai 122 %

(Gambar 17).

Gambar 17. Capaian kerjasama penelitian perkebunan TA 2010-2014

Pencapaian kinerja Puslitbang Perkebunan pada TA 2014, secara umum dapat

dikatagorikan sangat berhasil ditinjau dari hasil pencapaian kinerja sasarannya.

Jika dibandingkan antar target dan capaian Indikator utamanya, seluruh 7 target

indikator kinerja sasarannya mencapai bahkan melampau targetnya/diatas

100%(sangat berhasil). Keberhasilan kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

tercermin dari hasil litbang perkebunan berupa: (1) Teknologi mendukung

bioindustri; berupa teknologi Proses Produksi Gula Cair dan Teknologi Produksi

Bioavtur dari kemiri Sunan ; (2) Varietas mendukung Bioenergi, berupa varietas

kemiri Sunan Kermindo 1 dan 2; (3) Teknologi mendukung Bioenergi berupa

Teknologi Kompressi Biomethane Cair berbasis limbah tanaman perkebunan

(Biomethane), Teknologi Gasifikasi limbah sawit TKS, Bioenergi untuk

pengolahan teh putih, pupuk dari limbah tebu ; (4) Formula pestisida nabati

yang ramah lingkungan; (5) Teknologi Budidaya Pendukung Peningkatan

Produktivitas komoditas perkebunan utama; (6) Teknologi Perbanyakan kuljar

beberapa tanaman perkebunan; (7) Penyediaan benih sumber (tebu kuljar dan

tanaman perkebunan lainnya); dan (8) Pengkayaan Plasma nutfah pendukung

kegiatan pemuliaan;

Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian kinerja

diantaranya adalah : (1) Dukungan Sumberdaya Penelitian yang memadai, baik

Page 64: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 63

SDM, SD Aset dan SD Keuangan; (2) Perencanaan kegiatan yang realistis;(3)

Pelaksanaan kegiatan dan anggaran yang tepat dan sesuai aturan; dan (4)

Monitoring dan evaluasi yang intensif;

Disamping keberhasilan yang telah dicapai, disadari kinerja Puslitbang

Perkebunan masih memiliki sisi kelemahan karena belum bisa berorientasi pada

hasil (outcome). Dengan kata lain, hasil-hasil litbang perkebunan yang terbaru

pada lima tahun terakhir belum teridentifikasi dimanfaatkan olleh pengguna. Hal

ini kemungkinan disebabkan karena proses adopsi litbang tanaman perkebunan

berjalan lambat. Kegiatan diseminasi di Puslitbang Perkebunan bukan kegiatan

prioritas dan jumlahnya terbatas. Disisi lain tanaman perkebunan belum menjadi

program nasional sehingga tidak menjadi prioritas untuk dikaji di BPTP.

Langkah–langkah alternatif yang harus dilakukan dalam menanggulangi

kelemahan tersebutdimasa yang akan datang adalah:(1) Meningkatkan upaya

percepatan adopsi hasil penelitian litbang Perkebunan melalui diseminasi SDMC ;

(2) Membuat kegiatan yang mengukur/memantau perkembangan penyebaran

teknologi litbang perkebunan; (3) Meningkatkan upaya pendampingan

penerapan teknologi litbangbun

3.3. AKUNTABILITAS KEUANGAN

Pagu dana yang dikelola Puslitbang Perkebunan beserta Unit Pelaksana Teknis

(Balittro, Balittas, Balit Palma dan Balittri) pada TA 2014 semula adalah

sebesar Rp. 111.963.629.000,-. Pada bulan Agustus mengalami revisi

penghematan sehingga jumlahnya menjadi Rp. 110.979.742.000,-, selanjutnya

pada bulan Desember terjadi revisi lagi yaitu penurunan belanja modal dan

pegawai di kantor Puslitbangbun (sekitar Rp. 381.100,-) dan kenaikan belanja

pegawai di Balittro (sekitar Rp.581.065,-) dan jumlahnya menjadi Rp.

111.235.642.000,-.

Alokasi anggaran Jenis Belanja, satker dan output pada TA 2014 disajikan pada

gambar berikut:

Page 65: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 64

Gambar 18. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan

jenis Belanja TA 2014

Gambar 19. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkanSatker

TA 2014

Pegawai 46%

Operasional 13%

Non operasional

29%

Modal 12%

Alokasi anggaran per jenis belanja

Puslitbangbun 28%

Balittro 25%

Balittas 21%

Balit Palma 13%

Balittri 13%

Alokasi anggaran per Satker

Page 66: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 65

Gambar 20. Alokasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan

Output TA 2014

Realisasi Keuangan Puslitbang Perkebunan per 31 Desember 2014 mencapai

97,49 % dari pagu anggaran (atau sebesar Rp. 108.445.549.854,-). Realisasi

keuangan Puslitbang Perkebunan selama lima tahun terakhir menunjukkan

peningkatan dalam persentasi. Berturut trurut dari tahun 2010 – 2015 serapan

anggaran mencapai 89,52; 96,17; 97,13%; 97,42%, dan mencapai 97,49%

(Gambar 21). Hal ini menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik.

Gambar 21. Realisasi anggaran Puslibang Perkebunan TA 2010-2014 (dalam

juta rupiah)

Varetas Unggul Baru

4% Plasma Nutfah

6%

Galur Harapan 4%

Teknologi Budidaya

27%

Produk Olahan 3%

Benih Sumber 5%

Rumusan Kebijakan

2%

Diseminasi 16%

Bangunan 25%

Sarana dan Prasarana

8%

Page 67: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 66

Realisasi keuangan berdasarkan UK/UPT pada TA 2014, berturut-turut dari

satker Puslitbang Perkebunan, Balittro, Balittri, Balittas dan Balit Palma adalah:

96,62%, 99,63%, 96,35%, 96,34%dan 94,81% (Gambar 22). Realisasi

keuangan tersebut cukup bagus (diatas 95%).

Gambar 22. Realisasi anggaran lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan

Satker TA 2014 (dalam juta rupiah)

Realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja TA 2014 disajikan pada Gambar

23 berikut:

Gambar 23. Realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja TA 2014 (dalam

juta rupiah)

Page 68: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 67

Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja pegawai, barang operasional, barang

non operasional dan modal per 31 Desember 2014 berturut-turut mencapai

98,17 %; 96,44%; 96,44 %; dan 98,60% (Gambar 23). Realisasi anggaran

pegawai dan barang danmodal yang diatas 95% menunjukkan bahwa

penyerapan anggaran sudah bagus, danmenunjukkan juga pelaksanaan kegiatan

sudah berjalan dengan lancar.Sedangkan realisasi belanja barang operasional

relatif lebih rendah dibandingkan jenis belanja lainnya.

Sampai dengan 31 Desember 2014, Realisasi Keuangan berdasarkan

kegiatan/output utamanya (Tabel 14) adalah sebagai berikut: varietas/klon

unggul mencapai 99,03%; teknologi budidaya 96,73%, produk olahan tanaman

perkebunan mencapai 98,70%; benih sumber mencapai 93,20%; plasma nutfah

tanaman perkebunan 97,39%; rumusan kebijakan tanaman perkebunan

95,89%; dan laporan diseminasi teknologi tanaman perkebunan 96,92%.

Rendahnya realisasi keuangan pada kegiatan dengan output benih sumber

disebabkan karena tidak terealisasinya anggaran UPBS Balittri yang didanai dari

PNBP, karena PNBP tidak mencapai target dan secara otoatis pagu PNBP tidak

dapat digunakan.

Tabel 14. Realisasi anggaran lingkup puslitbang perkebunan berdasarkan

sasaran output utama TA 2014

No Jenis Kegiatan Anggaran Realisasi

Rp. %

1 Varetas unggul baru tan.perkebunan 1.347.738.000 1.334.614.000 99,03

2 Plasma nutfah tan. perkebunan 2.171.930.000 2.115.238.182 97,39

3 Galur harapan tan. perkebunan 1.415.230.000 1.367.017.950 96,59

4 Teknologi budidaya tan. perkebunan 10.519.733.000 10.175.897.029 96,73

5 Produk olahan tan. perkebunan 942.228.000 929.945.096 98,70

6 Benih sumber tan. perkebunan 1.462.197.000 1.362.789.055 93,20

7 Rumusan kebijakan tan. perkebunan 557.750.000 534.848.740 95,89

8 Lap. diseminasi tekn.tan.perkebunan 8.822.390.000 8.550.295.464 96,92

9 Penunjang 83.996.446.000 82.074.895.993 97,71

T O T A L 111.235.642.000 108.445.541.509 97,49

Page 69: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 68

Target dan realisasi PNBP Fungsional lingkup Puslitbang Perkebunan TA 2014

disajikan pada Gambar 24.

Gambar 24. Target dan realisasi PNBP fungsional lingkup Puslitbang Perkebunan

TA 2014 (dalam juta rupiah)

Realisasi PNBP di Puslitbang Perkebunan (116%), Balittro (147%), dan Balittas

(140 %) melampaui targetnya, tetapi di Balittri (58 %) dan Balit Palma (120%).

Realisasi PNBP di Balittri hanya mencapai 58 % karena adanya perubahan

mandat yang diteliti sehingga belum optimal menghasilkan PNBP.

Page 70: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 69

IV. PENUTUP

4.1. Keberhasilan

Peran Puslitbang Perkebunan sebagai lembaga penelitian dan pengembangan di

bidang perkebunan menjadi semakin strategis karena sampai saat ini

pengembangan usahatani berbasis perkebunan masih menjadi andalan untuk

meningkatkan daya saing produk ekspor dan meningkatkan kesejahteraan

petani. Penanganan produk perkebunan yang lebih optimal akan meningkatkan

daya saing produk perkebunan Indonesia di pasar global. Disamping sebagai

sumber devisa, beberapa komoditas perkebunan merupakan bahan baku

sejumlah industri dalam negeri yang juga berorientasi ekspor dan banyak

menyerap tenaga kerja. Dengan peran tersebut, masalah kualitas dan

kontinyuitas penyediaan bahan baku menjadi sangat penting. Untuk itu

diperlukan dukungan inovasi teknologi, mulai dari teknologi hulu (penyediaan

bahan tanaman unggul) sampai teknologi prosesing untuk menghasilkan produk

yang berdaya saing tinggi.

Tradisi sebagai penghasil devisa negara Indonesia akan terus berlanjut, karena

sektor perkebunan mempunyai peluang yang besar untuk menyerap teknologi

yang banyak dihasilkan oleh Balai-Balai Penelitian lingkup Puslitbang

Perkebunan. Tanpa teknologi tersebut (dari hulu sampai hilir), sektor

perkebunan tidak akan mampu menghadapi pengaruh globalisasi ini yang

memaksa semua negara untuk melakukan perubahan-perubahan agar dapat

bersaing dengan negara lain.

Untuk meningkatkan daya saing produk perkebunan, Puslitbang Perkebunan,

beserta ke empat UPT di bawahnya, akan terus berupaya meningkatkan kinerja

penelitian dan pengembangan perkebunan. Hal ini perlu terus dilakukan

mengingat tuntutan pasar global terhadap produksi perkebunan Indonesia akan

semakin besar.

Pencapaian kinerja Puslitbang Perkebunan pada TA 2014, secara umum dapat

dikatagorikan sangat berhasil ditinjau dari hasil pencapaian kinerja sasarannya.

Jika dibandingkan antar target dan capaian Indikator utamanya, seluruh 7 target

indikator kinerja sasarannya mencapai bahkan melampau targetnya/diatas

100%(sangat berhasil). Capaian sasaran varietas diatas 140%; sasaran

teknologi produktivitas mencapai 102%, sasaran teknologi diversifikasi dan

peningkatan nilai tambah/produk olahan mencapai 143%, sasaran benih sumber

Page 71: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 70

mencapai 101 %, sasaran galur359 %; sasaran rekomendasi kebijakan

mencapai 100%.

Keberhasilan kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 tercermin dari hasil litbang

perkebunan berupa : (1)Teknologi mendukung Bioindustri; berupa teknologi

Proses Produksi Gula Cair dan Teknologi Produksi Bioavtur dari kemii Sunan ; (2)

Varietas mendukung Bioenergi, berupa varietas kemiri Sunan Kermindo 1 dan 2;

(3) Teknologi mendukung Bioenergi berupa Teknologi Kompresi Biomethane Cair

berbasis limbah tanaman perkebunan (Biomethane), Teknologi Gasifikasi limbah

sawit TKS, Bioenergi untuk pengolahan teh putih, pupuk dari limbah tebu; (4)

Formula pestisida nabati yang ramah lingkungan; (5) Teknologi Budidaya

Pendukung Peningkatan Produktivitas komoditas perkebunan utama; (6)

Teknologi Perbanyakan kuljar beberapa tanaman perkebunan; (7) Penyediaan

benih sumber (tebu kuljar dan tanaman perkebunan lainnya); dan (8)

Pengkayaan Plasma nutfah pendukung kegiatan pemuliaan;

Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian kinerja

diantaranya adalah : (1) Dukungan Sumberdaya Penelitian yang memadai, baik

SDM, SD Aset dan SD Keuangan; (2) Perencanaan kegiatan yang realistis;(3)

Pelaksanaan kegiatan dan anggaran yang tepat dan sesuai aturan; dan (4)

Monitoring dan evaluasi yang intensif;

4.2. Hambatan/Masalah

Disamping keberhasilan yang telah dicapai, disadari kinerja Puslitbang

Perkebunan masih memiliki sisi kelemahan karena belum bisa berorientasi pada

hasil (outcome). Dengan kata lain, hasil-hasil litbang perkebunan yang terbaru

pada lima tahun terakhir belum teridentifikasi dimanfaatkan olleh pengguna. Hal

ini kemungkinan disebabkan karena proses adopsi litbang tanaman perkebunan

berjalan lambat. Kegiatan diseminasi di Puslitbang Perkebunan bukan kegiatan

prioritas dan jumlahnya terbatas. Disisi lain tanaman perkebunan belum menjadi

program nasional sehingga tidak menjadi prioritas untuk dikaji di BPTP.

4.3. Pemecahan Masalah

Langkah–langkah alternatif yang harus dilakukan dalam menanggulangi

kelemahan tersebutdimasa yang akan datang adalah:(1) Meningkatkan upaya

percepatan adopsi hasil penelitian litbang Perkebunan melalui diseminasi SDMC ;

92) Membuat kegiatan yang mengukur/memantau perkembangan penyebaran

Page 72: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 71

teknologi litbang perkebunan; (3) Meningkatkan upaya pendampingan

penerapan teknologi litbangbun.

Page 73: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 72

BAGIAN TATA USAHA

Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan

Sub Bagian Kepeg. dan Rumah Tangga

BIDANG PROGRAM DAN EVALUASI BIDANG KERJASAMA DAN PHP

Sub Bidang Program

BALITTRO

Sub Bidang Kerjasama Penelitian

Sub Bidang Pendayagunaan Hasil Penelitian

KELOMPOK FUNGSIONAL

Sub Bidang Evaluasi

BALITTRI BALITTAS BALIT PALMA

PUSLITBANG PERKEBUNAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi Puslitbang Perkebunan

Page 74: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 73

Lampiran 2. Rencana Stratejik 2010 – 2014

Page 75: Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014new.litbang.pertanian.go.id/lakip/2014/PUSLITBANGBUN.pdf · Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014 Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Perkebunan 2014

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 74

Lampiran 3. Penetapan Kinerja Tahunan 2014