LAPORAN AKHIR TAHUN 2012bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/... · sehingga Laporan...
Transcript of LAPORAN AKHIR TAHUN 2012bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/... · sehingga Laporan...
1
LAPORAN AKHIR TAHUN 2012
PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2012
KODE: 26/1801.019/011/A/RODHP/2012
ii
LAPORAN AKHIR TAHUN 2012
PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI PROVISI BENGKULU
Oleh Wahyu Wibawa
Yahumri Yesmawati
Siti Rosmanah Nurmegawati Taufik Hidayat
Yuli Oktafia Taupik Rahman
Tri Wahyuni Bunaiyah Honorita
Jhon Firison
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2012
iii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul kegiatan : Pendampingan Program SL-PTT di
Provinsi Bengkulu
2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu 38119
4. Penanggung Jawab a. Nama : Dr. Wahyu Wibawa, MP
b. Pangkat/Golongan : Penata /IIId c. Jabatan c1. Struktural : - c2. Fungsional : Peneliti Muda 5. Lokasi Kegiatan : 10 Kabupaten/Kota di Provinsi
Bengkulu
6. Status Kegiatan (Baru/Lanjutan) : Rutin
7. Tahun Dimulai : 2010
8. Tahun Ke : 3 (Tiga)
9. Biaya Kegiatan TA 2012 : Rp. 323.500.000- (Tiga Ratus Dua Puluh Tiga Juta Lima Ratus Ribu Rupiah).
10. Sumber Dana : Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, T.A. 2012
Mengetahui Kepala Balai,
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP. NIP. 19590206 198603 1 002
Bengkulu, Desember 2012 Penanggung Jawab Kegiatan
Dr. Wahyu Wibawa, MP NIP.196904271998031001
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga Laporan AkhirTahun 2012 Kegiatan Pendampingan Program SL-
PTT di Provinsi Bengkulu dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah
satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan selama
satu tahun mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desembertahun
2012.
Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan ini tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran
untuk perbaikan sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan
terima kasih. Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi
percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian.
Bengkulu, Desember 2012
Penyusun,
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ iii
KATA PENGANTAR .......................................................................... iv
DAFTAR ISI ....................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
RINGKASAN ....................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ....................................................................................... 2
1.3 Keluaran ..................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
III. PROSEDUR PELAKSANAAN .......................................................... 9
3.1 Ruang Lingkup ........................................................................... 9
3.2 Tahapan Pelaksanaan ................................................................ 10
3.2.1 Persiapan ......................................................................... 10
3.2.2 Pelaksanaan Kegiatan ........................................................ 11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 15
4.1 Koordinasi Intern dan Antar Institusi ............................................. 15
4.2 Participatory Rural Appraisal (PRA) ............................................... 19
4.3 Display dan Demfarm VUB ........................................................... 25
4.4 Penyampaian Inovasi Pertanian.................................................. 29
V. KESIMPULAN.................................................................................. 33
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 33
5.2 Saran ....................................................................................... 33
VI. KINERJA HASIL ............................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 35
LAMPIRAN ....................................................................................... 36
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4. 1Koordinasi Pendampingan Antar Institusi Tahun 2012 .......................... 16
4. 2Rekapitulasi Pelaksanaan SL-PTT di Provinsi Bengkulu Tahun 2012 ....... 17
4. 3 Rekapitulasi Realisasi Pelaksanaan SL-PTT di Provinsi Bengkulu
Tahun 2012 ..................................................................................... 18
4. 4 Ringkasan Hasil PRA di Provinsi Bengkulu ........................................... 20
4. 5 Distribusi Lokasi dan Luasan display/demfarm di Provinsi Bengkulu ...... 26
4. 6Penyampain Materi ke Stakeholders Tahun 2012 ................................. 30
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Varietas dan Jumlah Benih yang Diintroduksikan pada Kegiatan Pendampingan SL-PTT Tahun 2012 ..................................................... 37
2. Keragaan Pertumbuhan Tanaman Kegiatan Demfarm dan Display Padi
Tahun 2012 .................................................. ..................................... 38 3. Keragaan Pertumbuhan Tanaman Kegiatan Demfarm Jagung di Kabupaten
Rejang LebongTahun 2012 .................................................................. 39
4. Pelaksanaan Kegiatan Temu Lapang di Kabupaten Bengkulu Tengah ...... 40 5. Pelaksanaan Kegiatan Temu Lapang di Kabupaten Rejang Lebong .......... 40 6. Pelaksanaan Kegiatan Temu Lapang di Kabupaten Lebong ..................... 41 7. Realisasi Penyaluran Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) di Provinsi
Bengkulu Tahun 2012 ......................................................................... 42
8. Daftar Calon Petani Calon Lokasi Kegiatan SL-PTT Tahun 2012 ............... 45
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Spektrum Diseminasi Multi Channel ...................................................... 5
ix
RINGKASAN
Pendampingan merupakan salah satu aspek penting dalam mensukseskan program strategis Kementerian Pertanian. Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat diharapkan oleh semua pihak dalam mengakselerasi pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan pendampingan SL PTT Tahun 2012 dilaksanakan di 10 Kabupaten/kota, dari bulan Januari sampai dengan Desember 2011. Hasil pendampingan menunjukkan bahwa: 1). Permentan No. 45 Tahun 2011 belum diimplementasikan dan koordinasi antar institusi belum berjalan dengan optimal 2). Komponen teknologi SL-PTT yang diterapkan oleh petani padi masih relatif rendah (25,92%) 3). Pelatihan di tingkat provinsi dan kabupaten bersifat on call bases, sedangkan penyampaian materi informasi inovasi teknologi disampaikan dalam bentuk media tercetak maupun media elektronik 4). Demfarm padi dilaksanakan di 6 Kabupaten dan display dilakukan di 8 Kabupaten, dengan produktivitas rata-rata 7 ton/ha dan demfarm jagung di 2 Kabupaten dalam kondisi masih dipertanaman. Untuk perbaikan dalam pendampingan disarankan: 1). Perlu dilakukan rapat koordinasi antar institusi di tingkat provinsi dan kabupaten agar permentan No. 45 Tahun 2011 dapat diimplementasikan dengan optimal.2). Perlu strategi untuk mengatasi faktor penghambat adopsi komponen teknologi SL-PTT (Kurangnya pemahaman petani terhadap komponen SL-PTT; Kurang ketersediaan benih unggul bersertifikat di kios pertanian; Petani belum menyisihkan sebagian keuntungan usaha taninya untuk diinvestasikan pada pertanaman berikutnya; Ketersediaan pupuk yang tidak tepat waktu, jumlah dan jenisnya; Kurang tersedianya alat bantu kerja (caplak roda, gasrok dll)).
Kata Kunci: Pendampingan, padi, jagung, VUB
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah utama perberasan nasional adalah memulihkan pertumbuhan
dan stabilitas produksi padi, sehingga terjadi percepatan produksi (Simatupang,
2001). Kendala antar sektoral dalam peningkatan produksi tanaman pangan,
khususnya padi sawah, semakin kompleks. Hal ini merupakan akibat dari
berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan strategis di luar sektor
pertanian yang sangat berpengaruh dalam peningkatan produksi
pangan.Konversi lahan produktif tidak dapat dihindarkan dan bahkan secara
nasional diperkirakan lajunya mencapai 100.000 ha/tahun.
Komoditas tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh
kebutuhan pangan.Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor
tanaman pangan, dan berperan penting terhadap pencapaian ketahanan
pangan.Padi juga memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto
(PDB) nasional (Damardjati, 2006; Dirjen Tanaman Pangan, 2008; Sembiring dan
Abdulrahman, 2008).
Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi
mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di Provinsi
Bengkulu. Provinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 105.177 ha dengan
produktivitas yang masih rendah (4,06 t/ha). Peluang untuk meningkatkan
produksi padi di Provinsi Bengkulu masih terbuka melalui intensifikasi dan
efisiensi penggunaan lahan.Intensifikasi dilakukan dengan penerapan
Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) padi sawah, sedangkan
efisiensi penggunaan lahan dilaksanakan melalui peningkatan indeks pertanaman
(IP).
SL-PTT adalah program strategis Deptan untuk mencapai swasembada
beras lestari dan bahkan menjadi ekportir beras pada tahun 2020.Teknologi yang
disusun dengan PTT bersifat spesifik lokasi dan mempertimbangkan keragaman
sumberdaya, iklim, jenis tanah, sosial-ekonomi-budaya masyarakat, serta
menjaga kelestarian lingkungan(Sembiring dan Abdulrahman, 2008).
Pendampingan merupakan salah satu aspek penting dalam mensukseskan
program SL-PTT. Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus
2
dan terukur sangat diharapkan oleh semua pihak dalam mengakselerasi
pencapaian dari sasaran yang telah ditetapkan.
Tingkat adopsi teknologi budidaya padi di Provinsi Bengkulu relatif masih
rendah yang diindikasikan oleh tingginya senjang hasil antara hasil pengkajian
dengan hasil riel di tingkat petani. Tingkat pemahaman petani dan penyuluh
dalam pelaksanaan SL PTT masih rendah dan perlu ditingkatkan.
1.2 Tujuan
Tujuan pendampingan SL PTT pada tahun 2012 adalah:
1. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan kegiatan SL-PTT di
Provinsi Bengkulu.
2. Mengidentifikasi teknologi existing, menentukan akar permasalahan dan upaya
pemecahan permasalahan dalam peningkatan produktivitas padi di Provinsi
3. Mempercepat proses adopsi komponen teknologi SL PTT padi dan jagung di
Provinsi Bengkulu.
4. Menyebarluaskan bahan informasi teknologi bagi petugas pertanian.
5.Mendapatkan umpan balik efektivitas pendampingan dari stakeholders.
1.3 Keluaran yang Diharapkan
Keluaran pada tahun 2012:
1. Alternatif pola koordinasi dalam pelaksanaankegiatan SL-PTT di Provinsi
Bengkulu.
2. Rekomendasi upaya peningkatan produktivitas padi di Provinsi Bengkulu
3. Metode efektif untuk mempercepat proses adopsi dari komponen
teknologi SL-PTT.
4. Penyebarluasan bahan informasi teknologi SL-PTT bagi petugas.
5. Umpan bailk efektivitas pendampingan dari stakeholders.
3
II. TINJAUAN PUSAKA
Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman
pangan, dan berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan. Padi
juga memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB)
nasional (Damardjati, 2006; Dirjen Tanaman Pangan, 2008; Sembiring dan
Abdulrahman, 2008).
Senjang hasil (yield gap) antara hasil penelitian dengan hasil riel di
tingkat petani sangat tinggi yaitu lebih dari 40%. Hasil pengkajian menunjukkan
bahwa produktivitas padi sawah di Bengkulu dapat mencapai 6,5 -7,5 t/ha,
sedangkan produktivitas yang dicapai petani baru berkisar antara 4 – 5,5 t/ha.
Rata-rata produktivitas padi di Provinsi Bengkulu baru mencapai 4,06 t/ha,
sedangkan secara nasional sudah mencapai 5,05 t/ha (BPS Provinsi Bengkulu,
2009; Dirjen Tanaman Pangan, 2010a).
Salah satu cara untuk mengurangi senjang hasil adalah dengan
menerapkan teknologi yang spesifik lokasi dengan pendekatan pengelolaan
tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT). PTT adalah suatu pendekatan inovatif
dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui
perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani (Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2009). Dengan pendekatan ini
diharapkan selain produksi padi naik, biaya produksi optimal, produknya berdaya
saing dan lingkungan tetap terpelihara sehingga bisa berkelanjutan.
Inovasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani apabila teknologi
yang diintroduksikan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Bermanfaat bagi petani secara nyata.
2. Lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah ada.
3. Bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi
teknologi tersedia.
4. Memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi.
5. Meningkatkan efisiensi dalam berproduksi.
6. Bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan usaha pertanian
(Kartono, 2009).
4
Dari sisi petaninya sendiri, mereka juga mempertimbangkan beberapa faktor
sebelum mengadopsi teknologi. Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh
petani diantaranya adalah:
1. Ketersediaan pasar hasil panen dengan harga pasar yang layak serta
keuntungan yang baik.
2. Kepastian diperolehnya hasil panen dengan resiko kegagalan yang
minimal.
3. Penerapan teknologi tidak sulit bagi petani.
4. Petani mampu menyediakan modal untuk mengadopsi teknologi.
5. Memberikan nilai tambah dan keuntungan nyata bagi petani.
Dalam proses adopsi inovasi teknologi kepada pengguna, akan mengalami
proses dan tahapan yaitu kesadaran (awareness), tumbuhnya minat (interest),
evaluasi (evaluation), mencoba (trial) dan adopsi (adoption) (Rogers, 1983).
Pada dasarnya pendampingan merupakan bagian dari kegiatan
diseminasi. Diseminasi teknologi merupakan proses timbal balik, para pelaku
menyediakan, menerima informasi dan teknologi sehingga diperoleh
kesepahaman dan kesepakatan bersama. Kegiatan diseminasi dalam pendekatan
Spectrum Diseminasi Multi Chanels (SDMC), dilakukan dengan memanfaatkan
berbagai jalur komunikasi dan pemangku kepentingan (stakeholders) terkait.
Ilustrasi pada Gambar 1 menunjukkan pola-pola yang merupakan spectrum
diseminasi beserta beragam channelyang dapat digunakan dalam proses
distribusi informasi inovasi teknologi tersebut.
5
Gambar 1. Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC).
Sumber: Badan Litbang Pertanian (2011)
PTT dilaksanakan berdasarkan 5 (lima) prinsip utama, yaitu:
(1) Partisipatif. Petani berperan aktif dalam penentuan teknologi sesuai kondisi
setempat serta meningkatkan kemampuan melalui pembelajaran di laboratorium
lapangan.
(2) Spesifik lokasi. Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan sosial
budaya, dan ekonomi petani setempat.
(3) Terpadu. Sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara
terpadu
6
(4) Sinergis atau serasi. Pemanfaatan teknologi terbaik memperhatikan
keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung.
(5) Dinamis. Penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan
kemajuan Iptek serta kondisi sosial ekonomi setempat.
SL-PTT adalah bentuk sekolah yang seluruh proses belajar – mengajarnya di
lakukan di lapangan dan di tempat-tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar,
tidak terikat ruang kelas. Sekolah lapang (SL) menjadi tempat pendidikan nonformal
bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan utamanya dalam
mengenali potensi, penyusunan rencana usahatani, mengatasi permasalahan. Melalui
SL petani diharapkan mampu mengambil keputusan untuk menerapkan teknologi yang
sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan
lingkungan. Dengan demikian usahataninya lebih efisien, produktivitas tinggi dan
berkelanjutan. Pendekatan SL-PTT berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan
keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan
pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta sebagai percontohan
bagi kawasan lainnya.
SL-PTT merupakan salah satu cara untuk mengenalkan inovasi teknologi
spesifik lokasi secara partisipatif kepada masyarakat tani. Melalui kegiatan SL-PTT
diharapkan terjadi perbaikan pemahaman petani dan kelompok tani mengenai
pentingnya penerapan inovasi teknologi dengan benar untuk meningkatkan
produktivitas, produksi dan pendapatan usahataninya.
Dalam pelaksanaan SL-PTT terdapat dua komponen teknologi, yaitu komponen
dasar dan komponen ilihan. Komponen teknologi dasar yaitu teknologi yang sangat
dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi padi sawah. Komponen teknologi ini
terdiri dari atas:
(1) Varietas unggul baru, inbrida atau hibrida
(2) Benih bermutu dan berlabel
(3) Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau
dalam bentuk kompos.
(4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum
7
(5) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
(6) Pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) dengan pendekatan
PHT (Pengendalian Hama Terpadu)
Komponen teknologi pilihanyaitu teknologi yang disesuaikan dengan kondisi,
kemauan dan kemampuan petani setempat. Teknologi ini terdiri atas:
(1) Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam
(2) Penggunaan bibit muda (< 21 hari)
(3) Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun
(4) Pengairan secara efektif dan efisien
(5) Penyiangan dengan landak atau gasrok
(6) Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok.
Falsafah SL-PTT menunjukkan bahwa agar teknologi yang diintroduksikan
dapat diterima, diadopsi dan didifusikan secara luas, maka peran dari seluruh panca
indra haruslah dioptimalkan. Falsafah dari SL PTT adalah sebagai berikut:
Mendengar, Saya Lupa
Melihat, Saya Ingat
Melakukan, Saya Faham
Menemukan Sendiri, Saya Kuasai
Falsafah di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran bagi petani haruslah
dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/aplikatif, dan partisipatif dengan
mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara partisipatif
merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar
ataupun melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu melaksanakan,
mengevaluasi/membuat penilaian (menemukan), menentukan pilihan, mengadopsi,
dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Di sini nampak adanya bentuk
pemberdayaan petani. Dengan cara ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif
yang dapat berperan seperti halnya seorang peneliti dan penyuluh.
Petani akan menerima dan mengadopsi inovasi teknologi dengan syarat
teknologi yang diintroduksikan secara ekonomis menguntungkan dan secara teknis
dapat dilaksanakan serta tidak bertentangan dengan sosial budaya masyarakat
setempat. Proses pembelajaran bagi petani haruslah dilakukan secara sistematis,
8
lengkap, sederhana/aplikatif, dan partisipatif dengan mengoptimalkan kinerja dari
panca indra. Learning by doing secara partisipatif merupakan metode pembelajaran
yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun melihat, tetapi lebih
ditekankan untuk mampu melaksanakan, mengevaluasi/membuat penilaian
(menemukan), menentukan pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang
spesifik lokasi. Dengan cara ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat
berperan seperti halnya seorang peneliti dan penyuluh.
Melalui kegiatan SL-PTT diharapkan terjadi perbaikan pemahaman petani dan
kelompok tani mengenai pentingnya penerapan inovasi teknologi dengan benar untuk
meningkatkan produksi dan pendapatan usahataninya. Salah satu cara untuk
meningkatkan pemahaman dan keterampilan petani adalah melalui pertemuan
kelompok. Pertemuan kelompok dilaksanakan oleh pelaksana SL-PTT dan tempat
pertemuan juga berada di lokasi SL-PTT. Peserta pertemuan adalah petani peserta
dipandu oleh pemandu lapangan. Pertemuan – pertemuan dalam SL-PTT diharapkan 8
kali pertemuan, oleh karena itu perlu dijawalkan secara periodik dengan kesepakatan
petani peserta sehingga tidak mengganggu waktu petani (Dirjen Tanaman Pangan,
2010).
9
III. PROSEDUR PELAKSANAAN
3.1 Ruang Lingkup
Kegiatan pendampingan SL-PTT Tahun 2012 dilaksanakan di 10
Kabupaten/kota yaitu Kabupaten Mukomuko, Bengkulu Utara, Lebong, Rejang Lebong,
Kepahiang, Bengkulu Tengah, Kota Bengkulu, Seluma, Bengkulu Selatan, dan Kaur.
Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2012.
Pendampingan yang dilakukan oleh BPTP Bengkulu meliputi: 1) Pembentukan
Tim SL-PTT dan Tim Teknis SL-PTT serta penunjukan LO BPTP Bengkulu; 2)
Pelaksanaan kegiatan utama (koordinasi intern dan antar institusi; PRA; nara sumber
maupun pelaksana apresiasi, pelatihan, sosialisasi maupun temu lapang; penyediaan
dan distribusi bahan informasi teknologi, bahan dan sarana produksi untuk Display dan
Demfarm; pelaksanaan display dan Demfarm VUB); 3) Pelaporan (bulanan, semester
dan akhir kegiatan).
Kegiatanpendampingan oleh BPTP Bengkulu akan diprioritaskan pada
penyampaian materi, khususnya kepada penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan
stakeholders di tingkat provinsi dan kabupaten sesuai dengan bagan tata hubungan
kerja antara Tim Pengendali, Tim Pembina dan Tim Pelaksana dalam Permentan No.
45 Tahun 2011 (Kementerian Pertanian, 2011).
Pendampingan SL-PTT oleh BPTP Bengkulu dilakukan dalam 3 cara yaitu
pendampingan secara teori, praktek lapangan dan perpaduan antara teori dan praktek.
Pendampingan secara teori adalah pendampingan yang dilakukan kepada kelompok
sasaran dengan menggunakan berbagai metode yaitu pertemuan (presentasi dan
diskusi) melalui kegiatan sosialisasi, apresiasi, temu usaha dan pembagian bahan
informasi teknologi. Pendampingan secara praktek adalah pendampingan dengan
melibatkan berbagai stakeholders dan petani dalam kurun waktu yang cukup panjang.
Display dan demfarm VUB merupakan contoh dari pendampingan yang dilakukan
secara praktek lapangan. Adapun yang dimaksud perpaduan antara teori dan praktek
adalah kegiatan praktek dan teori dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan pada
kelompok sasaran dengan masa pelaksanaan relatif singkat. Pelatihan Pemandu
Lapang (PL) 2 dan 3 serta Temu lapang merupakan contoh kegiatan pendampingan
yang memadukan cara teori dan praktek dalam upaya untuk meningkatkan kapasitas
SDM.
10
3.2 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
3.2.1 Persiapan
Penyusunan RODHP
RODHP disusun sebagai penjabaran dan perincian dari RDHP. RODHP lebih rinci
dan operasional baik dari aspek administrasi/keuangan dan kegiatan yang akan
dilaksanakan. RODHP selanjutnya diturunkan dan dirincikan lagi menjadi juklak
kegiatan diseminasi.
Penentuan jumlah dan lokasi display/demfarm pendampingan SL-PTT Padi dan
jagung.
Lokasi pendampingan dilaksanakan di 10 Kabupaten/kota di Provinsi
Bengkuluyaitu Kabupaten Mukomuko, Bengkulu Utara, Lebong, Rejang Lebong,
Kepahiang, Bengkulu Tengah, Kota Bengkulu, Seluma, Bengkulu Selatan, dan Kaur.
Display dan demfarm akan dilakukan pada komoditas padi dan jagung. Setelah lokasi
pendampingan ditentukan, maka LO mencari informasi ke Tim Teknis SL-PTT
Kabupaten untuk mengetahui jadwal pelaksanaan pelatihan Pemandu lapangan (PL II
dan PL ), jadwal tanam, dan jadwal pertemuan kelompok tani.
Penunjukan LO untuk masing-masing Kabupaten/Kota.
LO ditunjuk sebagai perwakilan BPTP di masing-masing kabupaten. Tugas dan
tanggung jawab LO cukup banyak dan strategis, sehingga diperlukan kecakapan dan
dinamika kerja yang baik dan dituntut untuk mampu berkoordinasi, bernegosiasi, dan
berargumentasi serta menguasai teknologi budidaya padi dan jagung baik secara
teoritis maupun praktis. BPTP Bengkulu menugaskan peneliti/penyuluh sebagai tenaga
penghubung di tiap Kabupaten atau Kota di seluruh Propinsi Bengkulu. LO ini
diharapkan juga masuk dalam masuk dalam tim teknis SL-PTT Kabupaten. Hal ini
dimaksudkan agar ada koordinasi yang terpadu antara BPTP dan Kabupaten, sehingga
segala sesuatu yangberhubungan dengan pelaksanaan SL-PTT dapat dinformasikan
dengan cepat. Tugas LO diantaranya adalah :
Membuat demfarm PTT dengan luasan 3-5 hektar diluar SL-PTT pada kabupaten
tertentu (dipilih). Demfarm berisikan (a) keragaan 3 varietas unggul baru (VUB)
dan (b) Komponenteknologi PTT secara lengkap. Sebagai narasumber untuk
teknologi PTT ( padi dan jagung )
Mengumpulkan data.
11
Membantu kelancaran distribusi benih dari BB Padi ke lokasi-lokasi
yangberdekatan/berdampingan dengan lokasi SL-PTT dan Demplot.
Penyusunan data base (CPCL, VUB, kalender tanam, contact person dari penyuluh
pendamping kegiatan SL-PTT).
Data base perlu dipersiapkan sejak awal kegiatan untuk memperlancar
pelaksanaan pendampingan. Data base yang diperlukan diantaranya adalah data CPCL
pelaksana, jadwal tanam, jadwal pelatihan/apresiasi, teknologi eksisting (varietas,
pemupukan organik/anorganik, sistem tanam, penggunaan benih bermutu, pengairan
yang efisien), produktivitas, kondisi agroekosistem, dan contact person dari penyuluh
pendamping kegiatan SL PTT.
Penyusunan data base sangat bergantung dari kelengkapan sumber data dari
Dinas Pertanian, BP4K, Bakorluh, maupun BMKG. Secara umum data dapat
dikumpulkan tetapi agak lambat. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan data, khususnya
CPCL SL PTT dari Dinas Pertanian yang agak lambat dan dinamis
3.2.2 Pelaksanaan kegiatan
1. Koordinasi intern dan antar institusi.
Koordinasi intern dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan di BPTP
Bengkulu. Pertemuan dilaksanakan1- 2 kali dalam sebulan. Dalam pertemuan ini
membahas kemajuan dan tindak lanjut kegiatan di masing-masing kabupaten. LO
memberikan laporan perkembangan pelaksanaan SL-PTT per 2 minggu.
Koordinasi antar institusi baik ditingkat regional (stakeholders di provinsi dan
Kabupaten) maupun nasional. Koordinasi di tingkat regional, khususnya ditingkat
kabupaten direncanakan dalam bentuk pemaparan kegiatan atau presentasi kegiatan
kepada stakeholders (Dinas Pertanian Kabupaten maupun Badan Pelaksana
Penyuluhan). Koordinasi di tingkat nasional dilakukan pada Balit maupun Puslit lingkup
Badan Litbang sebagai sumber inovasi teknologi (BB Penelitian Padi, Balitser, dan
Puslitbangtan).
2. Pelaksanaan PRA (Participatory Rural Appraisal)
Identifikasi teknologi existing, menentukan akar permasalahan dan upaya
pemecahan permasalahan dalam peningkatan produktivitas padi di Provinsi Bengkulu
dilakukan dengan pendekatan PRA. Pelaksanaan PRA dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut :
12
a. Persiapan Tim dan bahan-bahan yang dibutuhkan
- Disusun Tim yang beranggotakan multi disiplin dengan syarat memiliki bidang
ilmu yang terkait dengan aspek sosial, ekonomi, agronomi dan pasca panen.
- Tim PRA untuk setiap lokasi minimal terdiri dari 3 orang. Satu orang berperan
sebagai pengatur jalannya diskusi, satu orang pencatat/notulensi hasil diskusi
dan satu orang lagi mengamati dominasi anggota dalam diskusi.
- Jumlah tim memadai dengan jumlah grup diskusi, jumlah peserta tidak lebih
dari 30 orang.
- Bahan-bahan yang diperlukan disiapkan dibawa dari kantor, untuk menghindari
kemungkinan tidak tersedia di lokasi dea tempat PRA. Bahan utama yang harus
disediakan adalah kertas karton, spidol, selotip kertas dan gunting atau curter
(pemotong) dengan jumlah disesuaikan dengan jumlah grup diskusi.
b. Persiapan Lokasi
- PRA dilaksanakan di 9 Kabupaten dan 1 Kota wilayah sentral tanaman padi, tiap
Kabupaten dilakukan PRA di dua lokasi.
- PRA pada Kabupaten yang mendapat kegiatan demfarm dilakukan pada
kelompok pelaksana demfarm.
- Pada Kabupaten yang tidak ada demfarm, PRA dilakukan pada lokasi SL-PTT
Model yang telah ditentukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten.
c. Melakukan Tinjauan Lapang (Observasi)
d. Melakukan Diskusi Kelompok Terfokus
- Sebelum diskusi kelompok dilakukan pengisian kuesioner mengenai identitas
anggota kelompok dan usataninya, sebagai kelengkapan data.
-Diskusi kelompok terfokus dilakukan melalui Focus Groups Discussion (FGD).
3. Pelaksanaan display dan Demfarm VUB
Percepatan adopsi komponen teknologi PTT padi dan jagung di Provinsi
Bengkulu dilakukan melalui display/demfarm VUB padi dan jagung yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan UPBS BPTP. Pelaksanaan display varietas
dilakukan dengan tahapan :
- Koordinasi ke Dinas Pertanian dan Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten
- Penjajakan lokasi display atau demfarm
- Penentuan lokasi; lokasi display diusahakan dilaksanakan pada lahan irigasi dan
sudah melakukan pemupukan.
13
- Demfarm dilaksanakan pada lahan sawah irigasi, letak lokasi strategis (mudah
dilihat, mudah dikunjungi dan ada jalan yang bisa dilewati mobil), lahan
menghampar seluas 3-5 ha).
- VUB Padi yang akan didisplay/demfarmkan adalah varietas Inpari 14, 15, dan
20; Limboto dan Towuti, Inpara 1,2,3,4 dan 5.
- Demfarm padi pada luasan 25 ha, sedangkan display padi pada luasan 54,5 ha.
- Display VUB padidilaksanakan di 8 Kabupaten yang meliputi Kabupaten Lebong,
Rejang Lebong, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan, Kota
Bengkulu,Kepahiang dan Kaur.
- Demfarm dengan luasan 3-6 ha per lokasi dilaksanakan di6 kabupaten/kota
yang meliputi Mukomuko (Inpara dan Inpari), Kepahiang (Inpari), Lebong
(Inpari dan Inpara), Bengkulu Tengah (Inpara), Bengkulu Utara (padi gogo)
dan Kaur (Inpari).
- Display untuk VUB jagung dilaksanakan di Kabupaten Rejang Lebong dan
Kabupaten Bengkulu Tengah. Varietas jagung yang didisplaykan adalah varietas
jagung komposit Sukmaraga dan Provit A.
- Untuk mendukung lancarnya pelaksanaan display dan demfarm VUB padi dan
jagung dilakukan juga penyediaan dan distribusi bahan informasi teknologi,
bahan display dan Demfarm.
- Penyampaian juklak pelaksanaan display dan demfarm
- Distribusi benih
- Penyemaian
- Penanaman
- Pengamatan komponen pertumbuhan komponen hasil dan hasil.
- Hasil display dan demfarm VUB padi diharapkan dapat diproses menjadi benih
untuk mendukung UPBS BPTP Bengkulu.
4. Penyampaian Materi Inovasi Teknologi SL-PTT
Penyampaian materi dilakukan melalui pelaksanaan apresiasi, pelatihan,
sosialisasi maupun temu lapang.Kegiatan temu lapang akan diprioritaskan pada lokasi
demfarm VUB, yaitu di Kabupaten Mukomuko, Lebong, Kepahiang, Bengkulu Tengah
dan Kaur. Apresiasi/sosialisasi diutamakan untuk petugas hingga pada tingkat
Kabupaten. Diharapkan untuk tingkat kecamatan dan desa dapat dilakukan secara
estafet oleh Penyuluh Pertanian Lapangan. Untuk pelatihan PL II dan III disesuaikan
dengan kebutuhan untukmasing-masing Kabupaten/Kota.
14
5. Mengevaluasi efektivitas pendampingan SL-PTT padi dan jagung yang dilaksanakan oleh stakeholders.
Evaluasi pendampingan SL-PTT dilakukan untuk mengukur efektivitas
pendampingan melalui metode survey dengan menggunakan daftar
pertanyaan/kuesioner. Responden diambil dari 10 Kabupaten/Kota yang terdiri atas
stakeholders dan petani pelaksana SL-PTT. Kegiatan evaluasi ini diharapkan
mendapatkan umpan balik efektivitas pendampingan dari stakeholders dan petani
pelaksana SL-PTT
6. Penyusunan laporan
Perkembangan kegiatan dilaporkan secara periodik yaitu, bulanan, tri wulan,
semester dan akhir kegiatan. Laporan bulanan dibuat dan dikumpulkan setiap bulan (di
bawah tanggal 5). Laporan triwulan dibuat tiga bulan sekali, dimana laporan ini
merupakan kompilasi dari laporan bulanan. Laporan tengah tahun diharapkan sudah
dapat diselesaikan pada bulan Juni, dan laporan akhir pada bulan Desember 2012.
15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Koordinasi Intern dan Antar Institusi
Upaya dalam meningkatkan koordinasi dan keterpaduan kegiatan SL-PTT di
Provinsi Bengkulu dilakukan dalam bentuk koordinasi intern (dalam institusi BPTP
Bengkulu) dan koordinasi antar institusi (pusat, daerah maupun kabupaten).
Koordinasi intern telah dilaksanakan, bentuk dari koordinasinya adalah rapat timSL-PTT
secara rutin/bulanan dan penyampaian laporan baik secara tertulis maupun secara
lisan kepada Kepala Balai. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan arahan dan
pembekalan kepada anggota Tim tentang hal-hal terbaru dalam pelaksanaan Program
SL-PTT baik di tingkat Provinsi maupun tingkat nasional. Dalam kegiatan ini juga
dibahas strategi dan upaya-upaya untuk melaksanakan kegiatan SL-PTT secara efektif
dan efisien
Koordinasi antar institusi dilaksanakan di tingkat pusat, daerah, maupun
kabupaten. Koordinasi di tingkat pusat yang pernah dilaksanakan diantaranya adalah
kegiatan Sinkronisasi Program dan Pengembangan tanaman pangan di Puslitbang
Tanaman Pangan di Bogor dan Raker Lingkup BBP2TP di Batam. Adapun kegiatan
koordinasi di Provinsi Bengkulu diantaranya adalah pelaksanaan Rapat Koordinasi
P2BN yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Provinsi dan juga oleh Dinas Pertanian
Kabupaten Seluma, Rejang Lebong, Bengkulu Tengah dan Kota Bengkulu. Selain itu
juga telah dilaksanakan sosialisasi kegiatan Litkajibangrap Tahun 2012 oleh BPTP
Bengkulu kepada stakeholders di Provinsi dan 10 kab/kota. Hasil sosialisasi
menunjukkan bahwa Permentan No. 45 Tahun 2011 belum diimplementasikan di
sebagian besar kabupaten dan bahkan masih ada yang belum memahami materinya.
Koordinasi di tingkat Provinsi dan Kabupaten sudah dilaksanakan dengan cukup
intensif. Institusi sasaran dalam koordinasi di antaranya adalah Dinas Pertanian
Kabupaten dan Provinsi, Bakorluh, BP4K, BPP, Karantina tumbuhan, BPSB, dan BPTPH
(Tabel 4.1).
Daftar Calon Petani Calon Lokasi dan realisasi penyaluran BLBU merupakan
hasil komunikasi dan koordinasi dengan Dinas tingkat Provinsi dan Kabupaten
(Lampiran 8). Berdasarkan CPCL, SL-PTT yang dilaksanakan pada tahun 2012 meliputi
16
komoditas padi (Inhibrida: sawah dan ladang; Hibrida), jagung dan kedelai (Tabel
4.2). Sedangkan realisasi penyaluran BLBU sampai dengan tanggal 21 November 2012
untuk komoditas padi non hibrida baru terealisasi sebanyak 41,54%, padi lahan kering
baru terealisasi sebanyak 22,67%, padi hibrida belum terealisasi (0%), kedelai baru
terealisasi 17,20%, dan jagung hibrida terealisasi 68% (Tabel 4.3). Keterlambatan
realisasi penyaluran dikarenakan benih belum masuk dari PT Hidayah Nur Wahana
(Lampiran 7).
Tabel 4.1Koordinasi Pendampingan Antar Institusi Tahun 2012.
1No
Bentuk Koordinasi Institusi Waktu Pelaksanaan Rencana Tindak Lanjut
11
Sinkronisasi pelaksanaan SL PTT
2011
Badan litbang Pertanian (BBSDLP; BBP2TP; BPTP; Puslitbangtan, BB Padi), Dirjen Tanaman pangan, Dinas Pertanian Provinsi,
Bakorluh, BPSB, PT Pertani, PT SHS
Februari 2012
Pendampingan lebih intensif karena ada kesepakatan untuk
percepatan tanam SL PTT pada bulan Maret-April)
22
Bantuan benih padi dan jagung
BB Padi dan Btlisereal Februari 2012
Pemesanan benih padi dan jagung. Benih jagung komposit (100 kg) dan benih padi 2775
kg.
33
Koordinasi data CPCL SLPTT
Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten
Maret 2012 Menentukan calon lokasi
pendampingan
44
Koordinasi kontak personpenyuluh
pendamping SLPTT BP4K/BPP Maret 2012
Menyusun kontak person penyuluh pendamping
SLPTT
55
Koordinasi display/demfarmVUB
padidan jagung
Dinas Pertanian Kabupaten,
BP4K/BPSB/BPTPH/BPP
Maret 2012
Menetapan lokasi display padi dan display jagung
66
Hunting Lokasi demfam/display VUB
KPK, Gapoktan, dan Kelompok Tani
April 2012 Memetakan lokasi demfarm dan display kegiatan pendampingan
SLPTT padi dan jagung
77
Penentuan lokasi didplay dan demfarm
Dinas Pertanian Lebong, Bengkulu Utara, Bengkulu tengah, Kaur, Kepahiang
dan Mukomuko
April-Juni 2012 Ditetapkan lokasi demfarm padi di 6 lokasi (21 ha) dan jagung
di 1 lokasi (0,5 ha)
88
Pendistribusian benih untuk display
Dinas Pertanian, BPSB, BPP, Gapoktan
April-Juni 2012 Benih didistribusikan
berdasarkan permintaan dan lokasi yang ditentukan
99
Pelaporan BBP2TP Sesuai permintaan Menyiapkan dan mengirimkan
data sesuai permintaan
17
4.2Rekapitulasi Pelaksanaan SL-PTT di Provinsi Bengkulu Tahun 2012.
No Kabupaten Luas Tanam Padi (ha) Keterangan
Inhibrida L. kering Hibrida Jagung
Hibrida
Kedelai
1 Bengkulu Tengah 4.000* 2.250 0 0 250 *Ada SL-PTT
Model
2 Seluma 9.250* 500 0 450 250 *Ada SL-PTT
Model
3 Kaur 4.600 500 0 0 250
4 Rejang Lebong 4.250 500 500 525 1.500
5 Bengkulu Selatan 5.350 0 0 0 250
6 Mukomuko 4.650 1.000 0 300 0
7 Lebong 3.950 760 0 0 0
8 Kota Bengkulu 2.700 0 0 0 0
9 Kepahiang 2.000 0 0 300 0
10 Bengkulu Utara 9.250 2.000 500 300 0
Jumlah 50.000 7.500 1.000 1.875 2.500
18
4.3Rekapitulasi Realisasi BLBU Pelaksanaan SL-PTT di Provinsi Bengkulu Tahun 2012.
No Kabupaten
Realisasi (%)
Keterangan Inhibrida L. kering Hibrida Jagung
Hibrida
Kedelai
1 Bengkulu Tengah 55,68* 44,44 - 21,55 *Ada SL-PTT Model
2 Seluma 17,12* 15,00 - 100,00 37,27 *Ada SL-PTT Model
3 Kaur 24,33 0,00 - 0,00 - Tidak ada Program
4 Rejang Lebong 42,92 0,00 0,00 100,00 11,49
5 Bengkulu Selatan 31,96 - - -
6 Mukomuko 88,60 0,00 - 0,00 -
7 Lebong 51,46 0,00 - 0,00
8 Kota Bengkulu 20,15 - - -
9 Kepahiang 100,00 - - 100,00 -
10 Bengkulu Utara 39,06 31,25 - 0,00 -
Jumlah 41,54 22,67 0,00 68,00 17,20
19
4.2 Participatory Rural Appraisal(PRA)
Untuk meningkatkan adopsi petani terhadap teknologi pertanian di
Bengkulu diperlukan adanya suatu pendekatan dan pemahaman wilayah secara
partisipatif (Participatory Rural Appraisal) yang dilaksanakan sebelum
implementasi suatu kegiatan. Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan
suatu metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk dan bersama
masyarakat, untuk mengetahui, menganalisis dan mengevaluasi hambatan dan
kesempatan melalui multidisiplin. Sebagai suatu tujuan, PRA akan menghasilkan
pemberdayaan, yakni setiap orang berhak menyatakan pendapat dalam
pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupannya. Pelaksanaan PRA
ditekankan pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan serta
peningkatan kemandirian dan kekuatan internal.
Tujuan dari pelaksanaan PRA dalam kegiatan pendampingan SL-PTT adalah :
1. Memperoleh gambaran kondisi eksisting dari adopsi komponen teknologi PTT
padi sawah.
2. Mengevaluasi tingkat persepsi petani terhadap komponen SL-PTT.
3. Mengidentifikasi permasalahan dalam adopsi komponen teknologi PTT padi
sawah.
4. Merumuskan strategi dan percepatan adopsi komponen SL-PTT di Provinsi
Bengkulu.
Identifikasi teknologi existing, menentukan akar permasalahan dan upaya
pemecahan permasalahan dalam peningkatan produktivitas padi di Provinsi
Bengkulu dilakukan dengan pendekatan PRA.PRA dilaksanakan di 10
kabupaten/kota, di mana setiap kabupaten dipilih 2 kecamatan yang merupakan
sentra produksi padi. Secara ringkas hasil PRA disajikan pada Tabel 4.4.
20
Tabel 4.4 Ringkasan hasil PRA di Provinsi Bengkulu
No Kabupaten Tempat dan Waktu Jumlah Peserta
Teknologi Existing Jumlah/% Produktivitas (t/ha)
1 2 3 4 5 6 7 1. Bengkulu
Selatan 1. Kec. Seginim /19 Maret 2012 2. Kec. Air Nipis/19 Maret 2012 Rata2 umur petani= 39 tahun
Rata2 pendidikan = 12 tahun
70 1. Pengembalian jerami 2. Legowo 3. Pemupukan sesuai kebutuhan tan. 4. Penanaman bibit muda
4 Komp/30% 4,50
2. Kepahiang 1. Kec. Kepahiang/26 Maret 2012 2. Kec. Ujan Mas/26 maret 2012 Rata2 umur petani= 39 tahun Rata2 pendidikan = 6 tahun
70 1. Pengolahan tanah sempurna 2. Pemupukan berdsarkan kebutuhan tan. 3. Benih berlabel 4. Tanam bibit muda 5. Legowo
5 komp./41% 5,80
3. Rejang Lebong 1. Kec. Curup Selatan/20 Maret 2012 2. Kec. Curup Timur/20 Maret 2012 Rata2 umur petani= 42,6 tahun Rata2 pendidikan = 8 tahun
70 1. Pengolahan tanah sempurna 2. Panen Tepat waktu
2 komp./16% 2,97
4. Lebong 1. Kec. Lebong Sakti/17 Maret 2012 2. Kec. Lebong Tengah/17 Maret 2012 Rata2 umur petani= 36,99 tahun Rata2 pendidikan = 8 tahun
70 1. Legowo 2. Pengolahan tanah 3. Penanaman 1-3 bibit/lbg tanam 4. Panen tepat waktu
4 komp./41% 3,68
5. Seluma 2. Kec. Seluma Selatan/28 Maret 2012
Rata2 umur petani= 42,8 tahun Rata2 pendidikan = 8,4 tahun
70 1. Legowo 2. Pengendalian OPT 3. Pengolahan tanah sempurna 4. Panen tepat waktu
4 komp./41% 3,12
6. Kota Bengkulu 1. Kec. Sungai serut/29 Maret 2012 2. Kec. Panorama/29 Maret 2012
Rata2 umur petani= 48,44 tahun Rata2 pendidikan = 7 tahun
70 1. Pengolahan tanah sempurna 2. Penanaman 1-3 bibit/lubang 3. Legowo
3 komp./25% 3,06
21
Sambungan 1 2 3 4 5 6 7
7. Bengkulu Tengah
1. Kec. Karang Tinggi/13 Maret 2012 2. Kec. Taba Penanjung/13 Maret 2012 Rata2 umur petani= 40,95 tahun Rata2 pendidikan = 6 tahun
70 1. Panen tepat waktu dan segera dirontok
1 komp./8% 3,40
8. Bengkulu Utara 1. Kecamatan Air Besi
2. Kecamatan Hulu Palik Rata2 umur petani= 45 tahun Rata2 pendidikan = 6 tahun
70 1. Pengolahan tanah sempurna
2. Panen tepat waktu dan sgr dirontok
2 komp./16% 4,00
9. Mukomuko 1. Kec. XIV Koto/30 Maret 2012 2. Kec. Selagan Raya/30 Maret 2012 Rata2 umur petani= 43,29 tahun Rata2 pendidikan = 6 tahun
70 1. Tanam 1-3 bibit/lbg tanam 2. Panen tepat waktu dan segera dirontok
2 komp/16% 3,52
10 Kaur 1. Kec. Luas/19 Maret 2012 2. Kec. Maje/20 Maret 2012
70 1. Pengelolaan tanah sempurna 2. Panen tepat waktu
2 komp./16% 3,69
3,11 komp. (25,92%)
3,78 ton
22
Hasil PRA menunjukkan bahwa komponen teknologi SL-PTT yang diterapkan
oleh petani padi masih relatif rendah. Dari 12 komponen teknologi SL-PTT baru 1-5
komponen teknologi, dengan rata-rata 3,11 komponen teknologi, yang diterapkan oleh
petani di Provinsi Bengkulu. Hal ini menunjukkan bahwa petani baru mengadopsi
komponen teknologi sebesar 25,92%. Produktivitas padi di Provinsi Bengkulu yang
masih relatif rendah dapat terjawab dengan pelaksanaan PRA ini. Produktivitas rata-
rata padi sawah dari 700 responden baru mencapai 3,78 t GKP/ha. Banyak faktor yang
menyebabkan komponen teknologi SL-PTT belum diadopsi yang diantaranya adalah:
1. Kurangnya pemahaman petani terhadap komponen SL-PTT.
3. Kurang ketersediaan benih unggul bersertifikat di kios pertanian.
4. Petani belum menyisihkan sebagian keuntungan usaha taninya untuk diinvestasikan
pada pertanaman berikutnya.
5. Ketersediaan pupuk yang tidak tepat waktu, jumlah dan jenisnya.
6. Kurang tersedianya alat bantu kerja (caplak roda, gasrok dll).
Kurangnya pemahaman terhadap komponen teknologi merupakan
permasalahan yang dominan. Kurang pemahaman berarti petani masih belum
mendapatkan materi yang memadai dari agen pembaharu, baik dari Generating
System (Balit/Puslit Lingkup Badan Litbang Pertanian) maupun Delevery System
(BPTP, SKPD, Lembaga Penyuluhan, Ditjen Teknis). Di sini peran penyuluh,
penyuluhan dan metode penyuluhan. Frekuensi kehadiran penyuluh belum menjamin
mampu meningkatkan pemahaman petani. Penyuluh sebagai agen pembaharu harus
lebih memahami kebutuhan dan kapasitas, serta selera petani sasaran. Secara umum
metode praktek di lapangan yang paling diminati oleh petani, sebaliknya penyuluh
seing melakukan penyuluhan dengan cara tatap muka dan diskusi. Perpaduan antara
metode penyuluhan dan frekuensi penyuluhan diyakini mampu meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman petani terhadap komponen SL-PTT. Pemahaman yang
benar akan menimbulkan kesadaran yang mampu mendorong minat petani untuk
mencoba dan mempraktekkan inovasi teknologi yang diintroduksikan.
Kurangnya ketersediaan benih unggul yang diminati petani di kios pertanian
sering dialami dan bahkan sudah menjadi masalah yang harus dicarikan solusi. Salah
satu solusi dari tidak tersedianya benih VUB baru yang diminati diantaranya adalah
dengan menggalakkan adanya penangkaran mandiri di suatu kawasan/kelompok. Di
23
samping itu juga dapat bekerjasama dengan Unit pengelola Benih Sumber (UPBS)
BPTP Bengkulu maupun dengan produsen benih seperti PT. Pertani dan PT. SHS.
Peran UPBS BPTP sangat diperlukan terutama dalam penyebarluasan dan logistik VUB
padi hasil Litbang Pertanian yang belum di tangkarkan/disediakan oleh produsen benih
nasional. VUB yang adaptif disuatu lokasi punya potensi untuk pengembangan
sehingga banyak permintaan petani terhadap VUB. Kondisi ini harus diantisipasi
melalui ketersediaan benih, sehingga diperlukan logistik benih yang tepat varietas dan
tepat waktu dengan sebaran yang luas.
Penyuluhan mengenai pengelolaan/manajemen usahatani berbasis padi dapat
mengatasi keluhan kurangnya permodalan petani. Hal ini dilakukan dengan memotivasi
petani untuk menabung dan memilahkan pendapatan dari usahatani padi yang
mereka peroleh. Perlu diingatkan bahwa untuk mendapatkan hasil yang tinggi
diperlukan modal yang cukup, terutama untuk pemeliharaan tanaman seperti
pemupukan dan pengendalian OPT. Pupuk mutlak diperlukan tanaman untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Tanaman tidak mampu hanya menggantungkan
pertumbuhannya dari sumberdaya lahan secara alami. Untuk mendapatkan hasil yang
tinggi perlu ditambahkan pupuk yang optimal sesuai dengan kondisi lahan dan
kebutuhan tanaman. Semakin unggul suatu tanaman memerlukan pemeliharaan yang
optimal untuk mendapatkan hasil yang tinggi. Sebagian besar petani merasa berat
untuk menginvestasikan hasil/keuntungan usahatani pada pertanaman berikutnya.
Hasil PRA menunjukkan bahwa sebagian besar komponen teknologi yang telah
diadopsi adalah komponen yang kurang dapat memacu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Sebagai contoh adalah tanam 1-3 bibit/lubang, pengolahan
tanah sempurna, penggunaan VUB, dan panen tepat waktu. Masih sangat sedikit
petani/kelompok tani yang mengadopsi komponen teknologi yang secara langsung
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, seperti penggunaan
pupuk organik dan an-organik sesuai dengan kondisi lahan dan kebutuhan tanaman.
Ada keterkaitan yang erat antara faktor genetik (varietas) dengan lingkungannya.
Masing-masing komponen teknologi mempunyai peran yang berkaitan satu dengan
lainnya. Secara empiris, pertumbuhan/hasil tanaman dapat dinyatakan sebagai fungsi
dari genotipe x lingkungan) = f (faktor pertumbuhan internal x faktor pertumbuhan
eksternal). Faktor internal sering digambarkan sebagai sifat bawaan (genetik) yang
24
diantaranya adalah ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah, dan biologis, laju
fotosintesis dan kapasitas untuk menyimpan makanan. Faktor eksternal terdiri atas
iklim (cahaya, temperatur, curah hujan, angin, panjang hari, dan kelembaban udara),
tanah (tekstur, struktur, bahan organik, pH, dan ketersediaan unsur hara), dan
biologis/OPT (hama, penyakit dan gulma) (Gardner, dkk., 1985).
Dengan penggunaan VUB dituntut pemeliharaan yang lebih intensif
dibandingkan dengan varietas lokal. Varietas unggul biasanya berumur genjah,
sehingga perlu strategi untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman dari awal hingga fase pengisian bulir agar diperoleh hasil yang optimal. VUB
dan benih bersertifikat belum menjamin peningkatan produktivitas tanpa pemeliharaan
tanaman yang baik.
Kelangkaan pupuk merupakan salah satu penyebab kurang bergairahnya petani
dalam berusahatani. Keberadaan pupuk anorganik mutlak diperlukan untuk
peningkatan produktivitas. Untuk itu perlu koordinasi yang mantap dari berbagai pihak
yang berkaitan dengan penyediaan, pemasaran dan distribusi pupuk anorganik.
Kebijakan subsidi pupuk perlu lebih dipertegas, sehingga petani benar-benar dapat
menikmati subsidi yang diberikan. Untuk itu mekanisme penyaluran pupuk bersubsidi
diharapkan juga lebih mudah dan dapat dipahami oleh petani yang umumnya
berpendidikan SD dan SMP.
Peralatan pertanian yang sederhana belum menjadi prioritas dalam
pengadaannya. Saat ini di Provinsi Bengkulu pengadaan alat dan mesin masih
difokuskan pada alat dan mesin untuk pengolahan lahan dan perontok (hand tractor
dan power threasher). Alat-alat lainnya yang sederhana seperti gasrok dan caplak
roda, yang mendorong adopsi komponen teknologi SL-PTT belum mendapatkan
perhatian. Gasrok dapat meningkatkan efisiensi dalam pengendalian gulma dan
mengurangi penggunaan racun rumput, sehingga lebih ramah lingkungan.
Penggunaan caplak roda diyakini mampu meningkatkan minat petani untuk
mengadopsi sistem tanam legowo (2:1 dan 4:1).
25
4.3 Display dan Demfarm VUB
Pendampingan secara praktek adalah pendampingan dengan melibatkan
berbagai stakeholders dan petani dalam kurun waktu yang cukup panjang. Display dan
demfarm VUB merupakan contoh dari pendampingan yang dilakukan secara praktek
lapangan.
Membaca belumlah menjadi kebiasaan dan budaya bagi masyarakat tani di
perdesaan. Kondisi dan kenyataan ini menjadi penting dalam pemilihan metode
diseminasi. Latar belakang sosial ekonomi dan budaya petani di perdesaan merupakan
salah satu kunci sebagai dasar dalam pemilihan metode diseminasi.
Demplot maupun display merupakan metode desiminasi yang paling diminati
oleh sebagian besar petani di Provinsi Bengkulu. Demplot terbukti mampu
meningkatkan keterlibatan aktif dan dukungan petani sertastakeholders lainnya secara
partisipatif. Kondisi dan kenyataan ini menjadi penting dalam pemilihan metode
diseminasi.
Dalam proses adopsi inovasi teknologi kepada pengguna, akan mengalami
proses dan tahapan yaitu kesadaran (awareness), tumbuhnya minat (interest),
evaluasi (evaluation), mencoba (trial) dan adopsi (adoption) (Rogers, 1983). Pada
kenyataannya proses adopsi dapat dipercepat dan tidak harus melalui lima tahapan.
Pengalaman membuktikan bahwa demplot/demfarm dan display dapat
mempercepat adopsi varietas unggul baru (VUB) padi. Falsafah SL-PTT menunjukkan
bahwa agar teknologi yang diintroduksikan dapat diterima, diadopsi dan didifusikan
secara luas dan cepat, maka peran dari seluruh panca indra haruslah dioptimalkan.
Falsafah dari SL PTT adalah sebagai berikut:
Mendengar, Saya Lupa
Melihat, Saya Ingat
Melakukan, Saya Faham
Menemukan Sendiri, Saya Kuasai
Falsafah di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran bagi petani haruslah
dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/aplikatif, dan partisipatif dengan
mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara partisipatif
merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar
ataupun melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu melaksanakan,
mengevaluasi/membuat penilaian (menemukan), menentukan pilihan, mengadopsi,
dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi.
26
Petani cepat menerima dan mengadopsi inovasi teknologi yang sudah terbukti
secara ekonomis menguntungkan dan secara teknis dapat dilaksanakan serta tidak
bertentangan dengan lokal budaya masyarakat setempat.Aspek yang dapat
mempercepat proses adopsi dapat ditemukan pada kegiatan display maupun denfarm.
Dengan demfarm/display petani dapat secara langsung melihat, mengikuti
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, mengidentifikasi kesulitan dan
permasalahan, serta menemukan lokalaktive pemecahan masalah yang disesuaikan
dengan sumberdaya, dana dan kearifan lokal setempat.
Introduksi VUB release terbaru dilakukan untuk mempercepat penyebarluasan
dan adopsi varietas yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Padi yang
diintoduksikan diperuntukkan 3 agroekosistem yaitu lahan sawah irigasi, rawa dan
lahan kering. Padi sawah irigasi yang diintroduksikan adalah Inpari 14, 15 dan 20.
Untuk padi rawa meliputi Inpara 1, 2, 3, 4, dan 5, Indragiri dan Banyuasin, sedangkan
untuk padi lahan keringnya adalah Towuti dan Limboto. Jumlah benih yang
diintroduksikan adalah 1.975 kg (Lampiran 1). Benih tersebut berlabel ungu dan masih
dapat ditangkarkan. Sebagian dari pertanaman di lokasi demfarm dan display
diintegrasikan dengan kegiatan UPBS untuk dijadikan benih. Sebaran demfarm dan
display di Provinsi Bengkulu disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi lokasi dan luasan display/demfarm di Provinsi Bengkulu Tahun 2012.
No. Kegiatan Kabupaten Luas (ha) Jumlah Benih (kg)
A. Demfarm Mukomuko Kaur Kepahiang Lebong Bengkulu Tengah Bengkulu Utara
6 6 3 5 4 1
150 125 75 125 120 33
Jumlah 25 628
B. Display Kaur Bengkulu Tengah Bengkulu Utara Kota Bengkulu Kepahiang Rejang Lebong Bengkulu Selatan Lebong
4 5 26 3 3 3
3,5 6,5
100 125 650 72 75 80 85 160
Jumlah 54,5 1.347
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa benih padi yang diintroduksikan telah
didistribusikan ke 10 kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu. Demfarm dilakukan di 6
27
Kabupaten dengan luasan 25 hameliputi Mukomuko (Inpara dan Inpari), Kepahiang
(Inpari), Lebong (Inpari dan Inpara), Bengkulu Tengah (Inpara), Bengkulu Utara (padi
gogo) dan Kaur (Inpari), sedangkan dispay dilakukan di 8 kabupaten/kota dengan
luasan 54,5 ha. Demfarm untuk VUB jagung dilaksanakan di Kabupaten Rejang Lebong
dan Kabupaten Bengkulu Tengah. Varietas jagung yang didisplaykan adalah varietas
jagung komposit Sukmaraga untuk di lokasi Kabupaten Rejang Lebong seluas 2,5 ha
dan Provit A di Kabupaten Bengkulu Tengah seluas 0,5 ha, dengan kondisi masih
dipertanaman.
Bentuk kegiatan untuk mempercepat penyebarluasan Inpari, Inpago dan
Inparaadalah melalui demonstrasi plot dan display varietas. Display dilakukan untuk
memperbanyak titik dalam memperkenalkan dan mendekatkan teknologi baru berupa
VUB padi dengan keunggulan tertentu. Teknologi akan mudah diterima jika memenuhi
beberapa kriteria, diantaranya adalah: secara ekonomi menguntungkan, secara teknis
mudah dilaksanakan dan tidak bertentangan dengan kondisi sosial budaya serta
peraturan daerah setempat. Pelaksanaan display dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan SL PTT maupun mendahului pelaksanaan SL PTT tergantung dari situasi
dan kondisi setempat (spesifik lokasi). Display dilaksanakan oleh petani/kelompok tani
yang kooperatif, sehingga tujuan dari display dapat dicapai. Pada display ini hanya
dibagikan VUB (Inpari 14, 15 dan 20, Inpago (Limboto dan Towuti), Inpara 1,2,3,4
dan5), sedangkan saprodi lainnya disediakan oleh petani kooperator secara partisipatif.
Upaya untuk meningkatkan adopsi dan difusi penggunaan benih padi Inpari,
Inpago dan Inpara dilaksanakan melalui berbagai kegiatan yang ada di BPTP Bengkulu
yang diantaranya adalah kegiatan pendampingan SL-PTT. Melalui kegiatan
pendampingan SL-PTT, khususnya dalam pelaksanaan demplot dan display varietas
mampu mempercepat penyebarluasan Inpari, Inpago dan Inpara di Provinsi Bengkulu.
Petani cepat mengadopsi varietas yang ideal yaitu produkstivitas tinggi, tahan
terhadap cekaman lingkungan dan OPT, serta rasa nasi yang enak/pulen. Banyak
varietas yang mempunyai potensi hasil yang tinggi tetapi tidak tahan terhadap hama
dan penyakit utama. Kondisi ini yang sering menghambat dalam proses adopsi karena
petani tidak mau mengambil resiko yang tinggi.
28
Hasil demfarm yang telah selesai dilaksanakan di 6 Kabupaten/Kota
menunjukkan bahwa varietas Inpari 14, 15 dan 20, Inpago (Limboto dan Towuti),
Inpara 1,2,3,4 dan5 mempunyai potensi dan peluang dengan pertumbuhan cukup baik
untuk dikembangkan secara luas di Provinsi Bengkulu (Lampiran 2). Inpari 20cukup
adaptif dan produktivitasnya tinggi di Kabupaten Rejang Lebong mencapai 8,4 ton/ha
dan toleran terhadap serangan OPT. Untuk lokasi Kabupaten Kepahiang padi varietas
inpari 20, inpari 14 dan inpari 15 peroduktivitasnya cukup tinggi yaitu masing-masing
7,40 ton/ha GKP, 7,25 ton/ha GKP, dan 7,45 ton/ha GKP. di Kabupaten Mukomuko
varietas yang cukup adaptif adalah Inpara 1 dengan produkstivitas mencapai 7,3
ton/ha GKP tanam musim kemarau dilokasi sawah irigasi, sementara dari hasil display
di Kabupaten Bengkulu Tengah varietas Inpari 14, 15 dan 20 cukup adaptif dan toleran
terhadap serangan OPT serta tahan terhadap kekeringan dengan produktivitas cukup
tinggi, untuk inpari 14 mencapai 6,9 ton/ha GKP dan merupakan varietas yang paling
diminati oleh petani diwilayah Bengkulu Tengah. Hasil panen di Kabupaten Bengkulu
Tengah dari kegiatan display SL-PTT bekerjasama dengan kegiatan UPBS sebanyak
lebih kurang 5 ton dijadikan benih, yang langsung dibeli oleh PT NUR HIDAYAH
WAHANA (HNW) selanjutnya akan didistribusikan dan disebarkan ke beberapa
daerah/lokasi di Provinsi Bengkulu. Keberadaan varietas ini diharapkan dapat
menggeser dominansi varietas Ciherang dan IR 64.
Percepatan penyebaran Inpari dilakukan dengan memanfaatkan berbagai jalur
diseminasi (Diseminasi Multi Chanel). Diseminasi multi chanel sudah mulai diterapkan
dalam percepatan penyebaran Inpari di Provinsi Bengkulu dengan memanfaatkan
berbagai media informasi baik cetak maupun elektronik serta kelembagaan (institusi
formal/pemerintah, kelompok/gabungan kelompok tani dan swasta).
Informasi dalam bentuk media cetak diwujudkan dalam bentuk buku saku,
buku panduan teknologi, buku petunjuk pelaksanaan, banner maupun leaflet yang
memuat diskripsi varietas, komponen teknologi PTT dan pentingnya pergiliran
varietas.Media ini cukup efektif dalam memberikan pemahaman kepada petugas
pertanian dan petani tentang pentingnya pergiliran varietas untuk meningkatkan
produktivitas dan produksi padi di Provinsi Bengkulu.
Diseminasi multi chanel yang berbasis pada display dan demplot terbukti
mampu mempercepat penyebaran dan adopsi Inpari di Provinsi Bengkulu. Hal ini
terbukti dengan meningkatnya permintaan Inpari pada pelaksanaan SL-PTT tahun
29
2012 melalui BLBU.Hampir semua Kabupaten/Kota sudah meminta Inpari untuk SL-
PTT 2012.
Derasnya arus informasi tentang keunggulan Inpari, ternyata belum
diimbangi dengan ketersediaan benih Inpari yang mencukupi untuk memenuhi minat
petani di Bengkulu.Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan atau logistik dari benih
Inpari masih perlu ditingkatkan. Salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan
benih Inpari yang spesifik lokasi adalah membangun kemitraan antara BPTP Bengkulu
(UPBS), petani penangkar dan produsen benih (PT HNW).
Demfarm jagung dilaksanakan di kabupaten Rejang Lebong. Pertumbuhan
vegetatif dari tanaman jagung di kabupaten Rejang Lebong cukup baik (Lampiran 9).
Demfarm jagung dilaksanakan di Kabupaten Rejang Lebong dengan luas 5 ha, yang
terdiri atas varietas jagung komposit Sukmaraga dan Lamuru. Pada umur 60 hari
tanaman jagung Sukmaraga fase pembungaan dengan ketinggian tanaman berkisar
antara 192 – 201 cm (Lampiran 3).
4.4 Penyampaian Inovasi Pertanian
Kegiatan pendampingan oleh BPTP Bengkulu diprioritaskan pada penyampaian
materi, khususnya kepada Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan stakeholders di
tingkat provinsi dan kabupaten sesuai dengan bagan tata hubungan kerja antara Tim
Pengendali, Tim Pembina dan Tim Pelaksana dalam Permentan No. 45 Tahun 2011
(Kementerian Pertanian, 2011).
Pendampingan SL-PTT oleh BPTP Bengkulu dilakukan dalam 3 cara yaitu
pendampingan secara teori, praktek lapangan dan perpaduan antara teori dan praktek.
Pendampingan secara teori adalah pendampingan yang dilakukan kepada kelompok
sasaran dengan menggunakan berbagai metode yaitu pertemuan (presentasi dan
diskusi) melalui kegiatan sosialisasi, apresiasi, temu usaha dan pembagian bahan
informasi teknologi. Adapun yang dimaksud perpaduan antara teori dan praktek
adalah kegiatan praktek dan teori dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan pada
kelompok sasaran dengan masa pelaksanaan relatif singkat. Pelatihan Pemandu
Lapang (PL) 2 dan 3 serta Temu lapang merupakan contoh kegiatan pendampingan
yang memadukan cara teori dan praktek dalam upaya untuk meningkatkan kapasitas
SDM.
30
Bentuk pelatihan/penyampaian materi di tingkat provinsi maupun kabupaten
bersifat on call bases, berdasarkan kebutuhan (sebagai nara sumber/fasilitator) (Tabel
4.6).
Tabel 4.6 Penyampaian materi ke stakeholders tahun 2012
No. Tempat dan Waktu Materi Pelaksana
1. Bengkulu, Maret 2012 Peran BPTP dalam pelaksanaan
Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu
Dinas Pertanian Provinsi
2. Bengkulu, April 2012 Pemupukan spesifik lokasi di Provinsi
Bengkulu
Dinas Pertanian Provinsi
3. Seluma, April 2012 Rekomendasi pemupukan spesifik
lokasi pada SL-PTT Model di
Kabupaten Seluma
Dinas Pertanian,
Perkebunan dan
Peternakan Kab. Seluma
4. Bengkulu Tengah, April
2012
Rekomendasi pemupukan spesifik
lokasi pada SL-PTT Model di
Kabupaten Bengkulu Tengah
Dinas Pertanian dan
Peternakan Kab.
Bengkulu Tengah
5. Rejang Lebong, April 2012 Pemupukan dan VUB padi spesifik
lokasi di Provinsi Bengkulu
Dinas Pertanian Kab.
Rejang Lebong
6. Bengkulu, April 2012 Peran BPTP engkulu dalam
Perbenihan di Provinsi Bengkulu
BPSB Provinsi
7. Bengkulu, Mei 2012 Peran BPTP Bengkulu dalam teknologi
budidaya untuk penangkaran
BPSB Provinsi
8. Bengkulu, Mei 2012 Varietas padi adaptif dan toleran OPT
di Provinsi Bengkulu
Dinas Pertanian Provinsi
9. Bengkulu, Mei 2012 Dukungan BPTP Terhadap Kegiatan
SL-PTT di Provinsi Bengkulu
Dinas Pertanian Kab.
Rejang Lebong
10. Bengkulu, Mei 2012 Pemupukan dan VUB padi spesifik
lokasi di Provinsi Bengkulu
Dinas Pertanian Provinsi
11. Bengkulu, Juni 2012 Budidaya padi dalam upaya
peningkatan produktivitas dan
produksi di Kota Bengkulu
Dinas Pertanian dan
Peternakan Kota
Bengkulu
31
Keberhasilan kegiatan litkaji BPTP ditentukan oleh tingkat pemanfaatan
informasi dan penerapan teknologi yang dihasilkan oleh masyarakat tani diwilayah
kerjanya.Agar hasil-hasil litkaji dapat dimanfaatkan oleh pengguna akhir dan pengguna
antara, maka diperlukan upaya diseminasi melalui mekanisme dan metode yang
tepat.Temu lapang merupakan salah satu metode diseminasi dengan melalui
komunikasi tatap muka (Interpersonal Communication).
Temu lapang adalah suatu forum pertemuan antara peneliti dan penyuluh
pertanian BPTP dengan petani, PPL, pimpinan dinas/badan lingkup pertanian,
pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya untuk menyaksikan dan membahas
keunggulan suatu teknologi dilapangan untuk kemungkinan penerapan selanjutnya.
Kegiatan temu lapang dilakukan di 3 lokasi demfarm SL-PTT, yaitu di
Kabupaten Lebong, Rejang Lebong dan Bengkulu Tengah.
1. Temu Lapang di Kabupaten Bengkulu Tengah
Temu lapang di Kabupaten Bengkulu Tengah dilaksanakan pada tanggal 14
November 2012 dengan tema optimalisasi lahan rawa melalui penggunaan VUB
padi rawa di Kabupaten Bengkulu Tengah. Temu lapang dilaksanakan di Desa
Panca Mukti Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah yang diikuti
oleh 45orang peserta yang terdiri atas 30 orang petani, 7 orang
peneliti/penyuluh/staf BPTP Bengkulu, 6 orang PPL dan 2 orang petugas dari
dinas/instansi terkait di Kabupaten Bengkulu Tengah (Lampiran 4).
2. Temu Lapang di KabupatenRejang Lebong
Temu lapang di Kabupaten Rejang Lebong dilaksanakan pada tanggal 14 November
2012 dengan tema peningkatan produktivitas jagung melalui penggunaan VUB
komposit di Kabupaten Rejang Lebong. Temu lapang dilaksanakan di Kelurahan
Tempel Rejo yang diikuti oleh 35orang peserta yang terdiri atas 25 orang petani, 5
orang peneliti/penyuluh/staf BPTP Bengkulu, 2 orang PPL dan 2 orang petugas dari
dinas/instansi terkait di Kabupaten Rejang Lebong (Lampiran 5).
3. Temu Lapang di Kabupaten Lebong
Temu lapang di Kabupaten Lebong dilaksanakan pada tanggal 04 Juni 2012 dengan
tema Adopsi Komponen Teknologi untuk Peningkatan Produktivitas Padi Sawah di
Kabupaten Lebong. Temu lapang dilaksanakan di Desa Karang Anyar Kecamatan
Lebong Tengah yang diikuti oleh 35orang peserta yang terdiri atas 25 orang petani,
32
5 orang peneliti/penyuluh/staf BPTP Bengkulu, 2 orang PPL dan 2 orang petugas
dari dinas/instansi terkait di Kabupaten Lebong (Lampiran 6).
33
V. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Permentan No. 45 Tahun 2011 belum diimplementasikan dan koordinasi antar
institusi belum berjalan dengan optimal.
2. Komponen teknologi SL-PTT yang diterapkan oleh petani padi masih relatif rendah
(25,92%).
3. Demfarm padi dilaksanakan di 6 Kabupaten dan display dilakukan di 8 Kabupaten,
dengan hasil produktivitas rata-rata 7 ton/ha GKP dan demfarm jagung
dilaksanakan di Kabupaten Rejang Lebong dengan kondisi masih dipertanaman.
4. Pelatihan di tingkat provinsi dan kabupaten bersifat on call bases, sedangkan
penyampaian materi informasi inovasi teknologi disampaikan dalam bentuk media
tercetak maupun media elektronik dan temu lapang dilaksanakan di 3 Kabupaten.
5. Kegiatan pendampingan SL-PTT efektif dalam meningkatkan produktivitas.
6.2. Saran
1. Perlu dilakukan rapat koordinasi antar institusi di tingkat provinsi dan kabupaten
agar permentan No. 45 Tahun 2011 dapat diimplementasikan dengan optimal.
2. Perlu strategi untuk mengatasi faktor penghambat adopsi komponen teknologi SL-
PTT (Kurangnya pemahaman petani terhadap komponen SL-PTT; Kurang
ketersediaan benih unggul bersertifikat di kios pertanian; Petani belum
menyisihkan sebagian keuntungan usaha taninya untuk diinvestasikan pada
pertanaman berikutnya; Ketersediaan pupuk yang tidak tepat waktu, jumlah dan
jenisnya; Kurang tersedianya alat bantu kerja (caplak roda, gasrok dll)).
34
VI. KINERJA HASIL
Pada kegiatan pendampingan SLPTT tahun 2012 kinerja hasil yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Koordinasi dengan pihak dinas/intansi yang terkait di 10 kabupaten/kota.
2. Mengumpulkan data CPCL, Kontak Person Penyuluh Pendamping di 10 kab/kota.
3. Intruduksi benih padi varietas Inpari 14, 15 dan 20, Inpago (Limboto dan
Towuti), Inpara 1,2,3,4 dan5 sebanyak 1.347 kg yang berlabel ungu berasal dari
Sukamandi dan benih jagung varietas Sukmaraga sebanyak 60 kg dan sebanyak
20 kg yang berlabel putih berasal Balit Serelea-Maros serta telah didistribusikan di
Kabupaten Rejang Lebong.
4. Demfarm padi 6 Kabupaten dengan luasan 25 hameliputi Mukomuko (Inpara dan
Inpari), Kepahyang (Inpari), Lebong (Inpari dan Inpara), Bengkulu Tengah
(Inpara), Bengkulu Utara (padi gogo) dan Kaur (Inpari), sedangkan dispay
dilakukan di 8 kabupaten/kota dengan luasan 54,5 ha.
5. Demfarm jagung di Kabupaten Rejang Lebong seluas 2,5 hektar di Kabupaten
Rejang Lebong dan Bengkulu Tengah 0,5 ha.
6. Memberikan apresiasi, pelatihan, temu lapang maupun pameran pada lebih dari
2500 orang petani maupun petugas
.
35
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2005. Kumpulan Teknologi Unggulan pendukung PRIMA TANI. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 75 p.
Balasubramaniam V., Rajendran, R., Ravi, V dan Las, I. 2006. Integrated Crop Management (ICM): Field Evaluation and Lesson Learn. In Rice Industry, Culture, and Environment. ICCR, ICFORD, IAARD. Jakarta.
BPS Provinsi Bengkulu. 2007. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bappeda dan BPS Provinsi Bengkulu. Bengkulu 402 p.
Damardjati, J.S. 2006. Learning from Indonesian Experiences in Achieve Rice Self Sufficientcy. In Rice Industry, Culture, and Environment. ICCR, ICFORD, IAARD. Jakarta.
Ditjen Tanaman Pangan. 2008. Pedoman Umum: Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung, dan Kedelai melalui pelaksanaan SL-PTT. Dirjen Tanaman Pangan. 72 p.
Fagi A.M. 2006. Penelitian Padi Menuju Revolusi Hijau Lestari. Balai Penelitian Padi,
sukamandi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. 68 Hal.
Kustiyanto. 2001. Kriteria seleksi untuk sifat toleran cekaman lingkungan biotik dan
abiotik. Makalah Penelitian dan Koordinasi pemuliaan Partisipatif (Shuttle Breeding) dan Uji Multilokasi. Sukamandi.
Puslitbangtan, 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Kerjasama
Puslitbangtan, BBP2TP, BPTP Jawa Barat dan BPTP Bali. 20 p.
Rubiyo, Suprapto, dan Aan Drajat. 2005. Evluasi beberapa galur harapan padi sawah di Bali. Buletin Plasma Nutfah. Vol 11. No 1:6-10.
Sembiring, H. dan Abdulrahman, H. 2008. Filosofi dan Dinamika Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. BB Penelitian Padi sawah. Sukamandi.
Simatupang, P., 2001. Anatomi Masalah Produksi Beras Nasional dan Upaya Mengatasinya. Prosiding Perspektif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 Ke Depan. Buku I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Balitbangtan. Hal. 119-146.
36
LAMPIRAN
37
Lampiran 1. Varietas dan Jumlah Benih yang Diintroduksi pada Kegiatan Pedampingan SL-PTT Tahun 2012
No Varietas Jumlah (kg) Kelas benih
1 Inpari 14 350 FS / SS
2 Inpari 15 350 FS / SS
3 Inpari 20 350 FS / SS
4 Limboto 75 FS / SS
5 Tauti 100 FS / SS
6 Inpara 1 275 FS / SS
7 Inpara 2 25 FS / SS
8 Inpara 3 300 FS / SS
9 Inpara 4 25 FS / SS
10 Inpara 5 25 FS / SS
11 Indra Giri 25 FS / SS
12 Banyu Asin 25 FS / SS
Total 1.925
38
Lampiran 2. Keragaan Pertumbuhan Tanaman Kegiatan Demfam dan Display Padi Tahun 2012
Gambar 1. Display VUB pada umur 2 HST di Gambar 2. Display VUB pada umur 21 HST di
Kab. Bengkulu Tengah Kab. Bengkulu Tengah
Gambar 3. Demfarm VUB varietas Inpari 14 di Gambar 4. Demfarm VUB varietas Inpari 15 di
Kab. Kabupaten Kaur Kab. Kaur
Gambar 5. Demfarm VUB varietas Inpari 20 di Gambar 6. Demfarm VUB Inpara 1 di Kab. Bengkulu Tengah Mukomuko
39
Lampiran 3. Keragaan Pertumbuhan Tanaman Kegiatan Demfam Jagung di Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2012
40
Lampiran 4. Pelaksanaan Kegiatan Temu Lapang di Kabupaten Bengkulu
Tengah
Lampiran 5. Pelaksanaan Kegiatan Temu Lapang di Kabupaten Rejang
Lebong
41
Lampiran 6. Pelaksanaan Kegiatan Temu Lapang di Kabupaten Lebong
42
Lampiran 7. Realisasi Penyaluran Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) di Provinsi Bengkulu Tahun 2012
1. Komoditas : Padi Non Hibrida
No Kabupaten/Kota Rencana
(kg)
Jumlah Benih yang Disalurkan (kg)
Sisa (kg) %
Realisasi Mekongga Cigelis Inpari 13 Ciherang Bastari Cibonggo Mirah I Total
1 Bengkulu Selatan 133,750 42,740 - - - - - - 42,740 91,010 31,96
2 Bengkulu Utara 231,250 4,080 55,375 3,000 27,860 - - - 90,315 140,935 39,06
3 Kota Bengkulu 67,500 13,600 - - - - - - 13,600 53,900 20,15
4 Rejang Lebong 106,250 16,850 25,100 3,650 - - - - 45,600 60,650 42,92
5 Kaur 115,000 8,000 15,000 3,480 - 1,500 - - 27,980 87,020 24,33
6 Bengkulu Tengah 100,000 34,000 7,680 - - 14,000 - - 55,680 44,320 55,68
7 Seluma 231,250 29,500 9,480 - - 600 - - 39,580 191,670 17,12
8 Mukomuko 116,250 64,150 21,000 10,625 - - 7,220 - 102,995 13,255 88,60
9 Lebong 98,750 11,770 25,590 4,350 - - 980 8,125 50,815 47,935 51,46
10 Kepahiang 50,000 40,000 9,000 1,000 - - - - 50,000 - 100,00
Jumlah 1,250,000 264,690 168,225 26,105 27,860 16,100 8,200 8,125 519,305 730,695 41,54
43
2. Komoditas : Padi Lahan Kering
No Kabupaten/Kota Rencana (kg) Jumlah Benih yang Disalurkan (kg)
Sisa (kg) % Realisasi Inpago Situbagendit Total
1 Bengkulu Utara 50,000 10,625 5,000 15,625 34,375 31,25
2 Rejang Lebong 12,500 - - - 12,500 -
3 Kaur 12,500 - - - 12,500 -
4 Bengkulu Tengah 56,250 19,375 5,625 25,000 31,250 44,44
5 Seluma 12,500 1,875 - 1,875 10,625 15,00
6 Mukomuko 25,000 - - - 25,000 -
7 Lebong 18,750 - - - 18,750 -
Jumlah 187,500 31,875 10,625 42,500 145,000 22,67
3. Komoditas : Kedelai
No Kabupaten/Kota Rencana (kg) Jumlah Benih yang Disalurkan (kg)
Sisa (kg) % Realisasi Inpago Total
1 Rejang Lebong 34,800 4,000 4,000 30,800 11,49
2 Kaur 10,000 - - 10,000 -
3 Bengkulu Tengah 23,200 5,000 5,000 18,200 21,55
4 Seluma 22,200 8,200 8,200 13,800 37,27
5 Lebong 10,000 - - 10,000 -
Jumlah 100,000 17,200 17,200 17,200 17,20
44
4. Komoditas : Jagung Hibrida
No Kabupaten/Kota Rencana (kg) Jumlah Benih yang Disalurkan (kg)
Sisa (kg) % Realisasi Nusantara i Bisi 16 Total
1 Bengkulu Utara 4,500 - - - 4,500 -
2 Rejang Lebong 7,875 7,875 - 7,875 - 100,00
3 Seluma 6,750 6,750 - 6,750 - 100,00
4 Mukomuko 4,500 - - - 4,500 -
5 Kepahiang 4,500 1,800 2,700 4,500 - 100,00
Jumlah 28,125 16,425 2,700 19,125 9,000 68,00