LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK...

126
i LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN UMUM DAN SEKOLAH September 2004

Transcript of LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK...

Page 1: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

i

LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS

PROYEK PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN UMUM DAN SEKOLAH

September 2004

Page 2: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

i

RINGKASAN EKSEKUTIF

Studi efektivitas ini bertujuan untuk menilai keberhasilan proyek pengembangan perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat (P3US) dalam mencapai berbagai sasaran yang telah ditetapkan, dan dampak pengembangan tersebut, untuk dijadikan dasar pengembangan selanjutnya. Untuk memenuhi tujuan itu, kajian dilakukan terhadap seluruh komponen proyek, yang meliputi: masukan (input), proses, hasil (outputs), dan dampak (outcomes), yang semua itu tidak dapat dipisahkan dari konteks (context) lingkungan masyarakat setempat maupun kebijakan daerah dan nasional. Keberhasilan Proyek

Dari sisi input dan proses, manajemen proyek ini telah berhasil mengelola pemberian dana bantuan dan berbagai kegiatan penguatan kapasitas sekolah dan masyarakat untuk mengembangkan perpustakaan. Distribusi dana bantuan (grants) yang dikirim langsung ke rekening perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat merupakan langkah inovatif dan strategis untuk menciptakan akuntabilitas publik. Sementara itu berbagai kegiatan penguatan kapasitas perpustakaan telah dilakukan dengan lancar dan mencapai target volume dan sasaran. Kegiatan tersebut antara lain: pelatihan manajemen proyek dan pelatihan teknis perpustakaan, sosialisasi dan promosi, diseminasi informasi melalui media massa, dan implementasi berbagai program inovatif peningkatan minat baca.

Dengan dukungan input dan proses di atas, maka hampir semua target yang

ditetapkan telah berhasil dicapai oleh Proyek. Hasil (outputs) tersebut antara lain berupa: (1) peningkatan jumlah pengunjung, (2) peningkatan jumlah buku yang dipinjam, (3) peningkatan lama waktu pelayanan, (4) kebersihan dan kerapihan ruangan, (5) peningkatan jumlah dan ragam koleksi, (6) keterwakilan pengguna perpustakaan dari sisi kelompok siswa, usia, dan jender, (7) partisipasi siswa, masyarakat, dan pemerintah, dan (8) peningkatan pembinaan perpustakaan umum daerah terhadap perpustakaan penerima bantuan maupun perpustakaan bukan penerima bantuan. Sementara itu permasalahan yang dapat mengurangi makna keberhasilan tersebut adalah: (a) ketenagaan yang tidak memadai, baik dari segi jumlah, kualifikasi pendidikan maupun waktu penugasan; dan (b) ketertiban administrasi pencatatan yang masih perlu dibenahi. Meskipun ada kekurangan tersebut sebagian besar pengguna merasa puas terhadap pelayanan perpustakaan, karena mereka tidak pernah mengalami kesulitan yang berarti.

Penguatan kapasitas perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat pada

prinsipnya telah berhasil meningkatkan profesionalitas pemberian layanan kepada para penggunanya. Peningkatan ini selanjutnya memberikan dampak (outcomes), seperti: (a) peningkatan intensitas pemanfaatan perpustakaan, (b) para guru mengintegrasikan penggunaan perpustakaan di dalam kegiatan pembelajaran, sekaligus memotivasi siswa untuk berkunjung ke perpustakaan, (c) orangtua lebih giat mendorong anak-anaknya untuk membaca, (d) terjadi peningkatan prestasi belajar siswa, (e) warga masyarakat, yayasan atau lembaga swadaya masyarakat, dan perusahaan swasta tergerak untuk menyediakan bantuan dana atau menghibahkan buku kepada perpustakaan, termasuk peningkatan kepedulian pemerintah daerah, (f) kualitas kehidupan masyarakat meningkat, terutama dari segi perluasan wawasan dan pengetahuan; dan bagi beberapa keluarga dapat menambah penghasilan dengan menerapkan keterampilan sederhana atau teknologi tepat guna yang diperoleh dari membaca di perpustakaan, (g) dapat mengurangi kecenderungan kenakalan anak-anak dan remaja, dan (h) perpustakaan sekolah maupun perpustakaan masyarakat non-proyek bergairah membenahi diri dengan harapan mendapat perhatian atau bantuan pembinaan dari pemerintah maupun Bank Dunia.

Page 3: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

ii

Pengalaman dan Pelajaran Yang Dapat Dipetik Penyelenggaraan Proyek dengan skema Learning and Innovation (LIL) ini telah

memberikan pengalaman dan pelajaran yang bermakna bagi berbagai pihak yang terlibat, antara lain: 1. Perpustakaan memiliki peran yang strategis di dalam peningkatan minat dan

kebiasaan membaca, pencapaian hasil belajar siswa dan pembelajaran masyarakat. 2. Kegiatan promosi dan sosialisasi yang tepat sasaran dan berkelanjutan sangat

penting dalam membangun pemahaman tentang peran strategis perpustakaan, dan untuk mendapatkan dukungan nyata dari berbagai kalangan untuk pengembangan perpustakaan.

3. Pendekatan langsung dan intensif kepada para penentu kebijakan, di tingkat nasional maupun daerah, dapat memberikan hasil yang lebih efektif dalam membangun komitmen politis dan penyediaan dukungan sumberdaya untuk pengembangan perpustakaan.

44.. Pemimpin informal dapat membantu mempercepat penerimaan masyarakat terhadap gagasan pengembangan perpustakaan, sekaligus mendorong peningkatan partisipasi mereka.

5. Layanan pemakaian perpustakaan akan lebih intensif jika dikaitkan dengan kegiatan dan atau kebutuhan pengguna (siswa, guru, atau anggota masyarakat).

6. Kerjasama tim perpustakaan, dan transparansi pengelolaan perpustakaan dapat meningkatkan dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak dalam mengembangkan perpustakaan.

7. Mekanisme “block-grant” mendorong pengelola perpustakaan untuk belajar merancang program dan anggaran, dan mempertanggungjawabkan penggunaan dana bantuan secara akuntabel.

8. Pelatihan dan praktek pengelolaan perpustakaan secara langsung di lapangan (hand-on training) lebih efektif untuk meningkatkan kemahiran mengelola perpustakaan.

9. Kepemimpinan sangat menentukan dinamika dan kemajuan penyelenggaraan perpustakaan, baik pada perpustakaan sekolah, perpustakaan masyarakat, maupun perpustakaan umum daerah.

10. Kedudukan perpustakaan umum daerah di dalam struktur organisasi dan tatakerja pemerintahan daerah sangat menentukan kemampuan perpustakaan tersebut dalam melakukan pembinaan dan pengembangan perpustakaan.

Faktor Pendukung dan Penghambat

Dari penelusuran lebih lanjut dapat diidentifikasi beberapa faktor internal dan eksternal, yang dapat menjadi pendukung atau penghambat dalam mengembangkan perpustakaan. Faktor internal, meliputi: (1) ketercukupan jumlah dan ragam koleksi, (2) sarana penunjang, seperti ruangan, mebelair dan kelengkapan administrasi pencatatan layanan perpustakaan, (3) petugas perpustakaan tetap yang berketerampilan, (4) ketersediaan dana, yang mencakup modal awal, biaya rutin operasional, dan biaya pengembangan, (5) kelembagaan, menyangkut posisi perpustakaan dalam sistem organisasi sekolah atau sistem pranata sosial, dan struktur pemerintahan, dan (6) kepemimpinan, khususnya kemampuan manajemen, pemasaran untuk mendapatkan dukungan masyarakat (social marketing) dan kemampuan berhubungan (lobbying) dengan berbagai pihak yang memiliki sumberdaya. Adapun faktor eksternal, mencakup: (1) kebutuhan pemakai, (2) lokasi, (3) partisipasi masyarakat dan pemerintah, dan (4) jaringan kerjasama (networking). Faktor eksternal ini mengindikasikan bahwa konteks lingkungan harus dipertimbangkan di dalam pengembangan perpustakaan sekolah maupun perpustakaan masyarakat.

Page 4: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

iii

Pengembangan Perpustakaan di Masa Depan

Visi perpustakaan nasional telah ditetapkan, yakni “pemberdayaan potensi perpustakaan dalam meningkatkan kualitas kehidupan bangsa”, yang akan dicapai melalui misi (a) membina, mengembangkan dan mendayagunakan semua jenis perpustakaan, (b) melestarikan bahan pustaka (karya cetak dan karya rekam) sebagai hasil budaya bangsa, dan (c) menyelenggarakan layanan perpustakaan. Untuk mendukung pembentukan manusia unggul dalam era kehidupan global yang berkembang sangat dinamis, maka visi pengembangan perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat hendaknya diarahkan kepada pembentukan masyarakat madani yang berperadaban dan melek informasi. Selanjutnya misi perpustakaan sekolah diarahkan sebagai salah satu wahana untuk menanamkan kebiasaan belajar sebagai bagian dari proses pendidikan dalam rangka mencapai masyarakat madani yang berperadaban. Sedangkan misi perpustakaan masyarakat diarahkan sebagai wahana pembentukan masyarakat belajar (learning society) yang berperadaban melalui pemanfaatan informasi sebagai sumber belajar.

Untuk mewujudkan visi dan misi di atas, maka perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat harus dikembangkan secara konsepsional dan profesional dalam kerangka pengembangan sistem perpustakaan nasional, yang tak terpisahkan dari sistem organisasi sekolah dan sistem pranata sosial yang ada. Dalam tataran operasional, penyelenggaraan perpustakaan tersebut hendaknya menerapkan empat prinsip dasar, yakni: demand driven, layanan bermutu, hospitality, perencanaan, komitmen, akuntabilitas, dan never retreat. Dengan arah pengembangan dan implementasi penyelenggaraan perpustakaan semacam itu maka peran strategis perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat benar-benar dapat diwujudkan, yakni sebagai wahana bagi anak-anak dan orang dewasa untuk meningkatkan kemampuan menggali dan mendayagunakan informasi untuk peningkatan martabat dan peradaban kehidupan sehingga dapat dibangun masyarakat madani yang gemar belajar sepanjang hayat.

Rekomendasi Berdasarkan hasil Proyek, pengalaman dan pelajaran yang dapat dipetik, dan arah pengembangan perpustakaan di masa depan, maka studi ini merekomendasikan untuk mengembangkan sistem perpustakaan nasional secara konsepsional dan profesional. Upaya pengembangan ini memerlukan kerjasama sinergis yang intensif dan berkelanjutan dari seluruh jajaran perpustakaan, baik pada tingkat nasional, propinsi dan kabupaten/kota, dan perpustakaan masyarakat atau perpustakaan sekolah. Rekomendasi pokok untuk setiap tingkat tersebut adalah seperti berikut: Perpustakaan Nasional

01. Memfasilitasi penyusunan peraturan perundangan yang dapat dijadikan basis legal bagi pengembangan perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah secara integratif, dan merupakan bagian dari sistem perpustakaan nasional.

02. Bekerjasama dengan departemen atau instansi terkait untuk menyusun pedoman kelembagaan perpustakaan sekolah sebagai bagian integral dari sistem organisasi sekolah, dan perpustakaan masyarakat sebagai bagian dari sistem pranata sosial.

03. Mengupayakan perubahan struktur anggaran baik di APBN maupun APBD yang memungkinkan perpustakaan memperoleh alokasi anggaran yang berkelanjutan

04. Mengusahakan ketetapan tentang sistem penjaminan kualitas, pengadaan, pendayagunaan, dan kemudahan dalam memperoleh koleksi bahan pustaka bagi perpustakaan.

05. Menggunakan media massa secara intensif sebagai strategi untuk membentuk opini, mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat terhadap perpustakaan.

Page 5: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

iv

06. Meningkatkan intensitas sosialisasi langsung kepada penentu kebijakan pada instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, tanpa mengabaikan jajaran bawahan sebagai pelaksana operasional.

07. Berperan aktif sebagai inisiator, motivator, fasilitator, dan koordinator dalam menumbuhkan prakarsa warga masyarakat, dan warga sekolah untuk mengembangkan perpustakaan di lingkungannya.

08. Memprioritaskan pengembangan perpustakaan bagi masyarakat dan sekolah yang muridnya berasal dari masyarakat kurang beruntung, kurang mampu, dan terisolasi.

09. Menetapkan standar minimal perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat yang dapat dievaluasi secara berkelanjutan sesuai dengan perkembangan jaman.

10. Mengupayakan pengakuan legal-formal bahwa penugasan guru sebagai pengelola perpustakaan dapat dihitung sebagai angka kredit untuk kenaikan jabatan fungsional guru.

11. Melanjutkan Proyek dengan modifikasi dan tambahan kegiatan untuk lebih menjamin agar program pengembangan perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah dapat berkelanjutan (sustainable) sehingga investasi yang telah dikeluarkan dapat mempunyai nilai tambah yang signifikan.

Perpustakaan Propinsi dan Kabupaten/Kota 12. Melaksanakan redesain dan revitalisasi organisasi perpustakaan daerah, sejalan

dengan perluasan fungsi dan perannya untuk mengembangkan perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat.

13. Menyusun rencana induk pengembangan perpustakaan yang terpadu dan terintegrasi yang mencakup perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat, dengan menekankan inisiatif dan partisipasi masyarakat setempat.

14. Mengembangkan perpustakaan sekolah maupun perpustakaan masyarakat dengan memperhatikan letak, kondisi demografi dan kebutuhan masyarakat sekitarnya.

15. Menyelenggarakan orientasi bagi para tokoh atau pemimpin informal masyarakat untuk membantu sosialisasi dan peningkatan partisipasi masyarakat.

16. Meningkatkan peran perpustakaan propinsi, kabupaten/kota untuk memfasilitasi pengembangan koleksi perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat.

17. Memberikan bantuan dana pengembangan perpustakaan dengan mekanisme imbal swadana (matching-grant).

18. Menggalang kerjasama dengan perguruan tinggi yang relevan dan praktisi perpustakaan yang berhasil, untuk mengembangkan perpustakaan di daerah yang bersangkutan.

Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Masyarakat

19. Mengembangkan perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip: demand driven, layanan bermutu, hospitality, perencanaan, komitmen, akuntabilitas, dan never retreat.

20. Menerapkan manajemen partisipatif dan transparan, melalui pembentukan tim kerja perpustakaan yang beranggotakan sebanyak mungkin guru atau anggota masyarakat.

21. Mengikutsertakan kepala sekolah dan guru dari semua sekolah di lingkungan sekolah ganda dalam pengembangan satu perpustakaan bersama.

22. Melakukan inovasi yang berkaitan dengan kemudahan, kecepatan, dan keakuratan pencatatan layanan perpustakaan.

23. Melanjutkan penyebaran pamflet, leaflet, booklet, dan atau pemasangan papan petunjuk perpustakaan.

Page 6: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

v

KATA PENGANTAR

Laporan Studi Efektivitas Proyek Pengembangan Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Sekolah (P3US) ini disusun dan diserahkan kepada P3US Perpustakaan Nasional RI untuk memenuhi kewajiban sebagaimana disepakati dalam perjanjian kerjasama Nomor: 8/Ktr/Pro/BP3US/XII/ 2003 Tanggal 3 Desember 2003 tentang Kontrak Jasa Konsultan Studi Efektivitas Proyek. Laporan studi ini memuat substansi sebagaimana ditetapkan dalam Terms of Reference dengan sistematika penulisan seperti yang telah disepakati bersama pada rapat tanggal 9 Agustus 2004.

Studi Efetivitas P3US ini dilaksanakan oleh tim konsultan PT. AMYTHAS Experts &

Associates, yang terdiri dari Udik Budi Wibowo, M.Pd selaku Team Leader, Prof. Muljani Ahmad Nurhadi, M.S.,Ed. Ph.D, Prof. Muljanto Sumardi, Ir. Noor A. Syakrie, dan Dr.Sobari, dengan tenaga pendukung (supporting staf) Sdr. Elis Fitri Anisa, S.Psi dan Pramudyantoro, S.T dan para enumerator yang membantu pengumpulan data lapangan. Kepada mereka semua, PT. AMYTHAS menyampaikan terima kasih, dan mudah-mudahan kekompakan kerjasama tim ini dapat menjadi modal untuk meningkatkan kinerja di masa-masa mendatang.

Pelaksanaan studi ini, bagaimanapun, mendapat bantuan dan dukungan penuh dari

jajaran proyek, baik pada tingkat pusat, daerah (propinsi dan kabupaten/ kota) sampai perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah sasaran proyek, termasuk fasilitator masyarakat di Propinsi Sumatera Selatan, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Untuk itu penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan juga kepada:

1. Pimpinan Perpustakaan Nasional RI. 2. Pemimpin P3US Perpusnas RI beserta staf, dan konsultan CPMU. 3. Pimpinan Perpustakaan Daerah Propinsi Sumatera Selatan. 4. Pimpinan Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah. 5. Pimpinan Perpustakaan Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat. 6. Pimpinan, staf dan konsultan PPIU Propinsi Sumatera Selatan, Jawa Tengah dan

Nusa Tenggara Barat. 7. Pimpinan beserta staf Perpustakaan Umum Daerah di 23 kabupaten/kota sasaran

proyek. 8. Para pengelola perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah, fasilitator

masyarakat, guru, siswa dan anggota masyarakat yang bersedia menjadi responden studi efektivitas ini.

Akhirnya PT. AMYTHAS Experts & Associates menyampaikan terima kasih kepada

P3US Perpustakaan Nasional RI yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada perusahaan kami untuk mengerjakan studi ini. Harapan kami, laporan atau hasil kerja kami ini dapat memenuhi maksud dan tujuan yang telah ditetapkan.

Jakarta, 30 September 2004

PT. AMYTHAS Experts & Associates,

Ir. Erie Haryadi Direktur Utama

Page 7: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

vi

SINGKATAN

ATK – Alat Tulis Kantor Bappeda – Badan Perencana Pembangunan Daerah Bappenas – Badan Perencana Pembangunan Nasional BP3 – Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan BRI – Bank Rakyat Indonesia BTN – Bank Tabungan Negara BUMN – Badan Usaha Milik Negara CAS – Country Assistance Strategy CBSA – Cara Belajar Siswa Aktif CIPP – Context, Input, Process, Product CPMU – Central Project Management Unit DCA – Development Credit Agreement DCT – Disctrict Coordination Team DIP – Daftar Isian Proyek Ditjen – Direktorat Jenderal DLT – District Library Team DPRD – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah FM – Fasilitator Masyarakat Jateng – Jawa Tengah Kab. – Kabupaten KB – Keluarga Berencana KBK – Kurikulum Berbasis Kompetensi KKG – Kelompok Kerja Guru KKPM – Kelompok Kerja Perpustakaan Masyarakat KKPS – Kelompok Kerja Perpustakaan Sekolah LIL – Learning and Innovation Loan LKMD – Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa LPPSP – Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumberdaya

Pembangunan LSM – Lembaga Swadaya Masyarakat MI – Madrasah Ibtidaiyah Muh – Muhammadiyah NTB – Nusa Tenggara Barat OKU – Ogan Komering Ulu

Page 8: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

vii

P3US – Proyek Pengembangan Perpustakaan Umum dan Sekolah Perpusnas – Perpustakaan Nasional PKK – Program Kesejahteraan Keluarga PM – Perpustakaan Masyarakat PPIU – Provincial Project Implementation Unit Prop. – Propinsi PS – Perpustakaan Sekolah RAPBS – Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah RI – Republik Indonesia RRI – Radio Republik Indonesia SD – Sekolah Dasar SDM – Sumberdaya Manusia SDN – Sekolah Dasar Negeri SK – Surat Keputusan SLTA – Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTP – Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Sumsel – Sumatera Selatan T2PSPN – Tim Penyusun Pengembangan Sistem Perpustakaan Nasional TKPK – Tim Koordinasi Perpustakaan Kabupaten/Kota TOT – Training of Trainee TPM – Tim Perpustakaan Masyarakat TPS – Tim Perpustakaan Sekolah UAS – Ujian Akhir Sekolah UKS – Usaha Kesehatan Sekolah UNESCO – United Nations Educational Scientific and Cultural Organization UPTD – Unit Pelaksana Teknis Daerah USD – United States Dollar

Page 9: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

viii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN EKSEKUTIF I

KATA PENGANTAR V

SINGKATAN VI

DAFTAR ISI VIII

DAFTAR TABEL X

DAFTAR GAMBAR XI

DAFTAR FOTO XII

DAFTAR KOTAK XIII

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Studi 1 B. Tujuan dan Manfaat Studi 1 C. Permasalahan 2 D. Ruang Lingkup Studi 2 E. Metode Pelaksanaan Studi 3

BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK 6 A. Latar Belakang Proyek 6 B. Tujuan Proyek 7 C. Indikator Kinerja Proyek 8 D. Strategi Penyelenggaraan Proyek 9 E. Manajemen Proyek 13

BAB III PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH 16 A. Penguatan Perpustakaan Sekolah 16 B. Hasil Penguatan Perpustakaan Sekolah 17 C. Pelajaran dan Pengalaman yang dapat dipetik 33 D. Isu dan Rekomendasi 34

BAB IV PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN MASYARAKAT 40 A. Penguatan Perpustakaan Masyarakat 40 B. Hasil Penguatan Perpustakaan Masyarakat 40 C. Pelajaran dan Pengalaman yang dapat dipetik 52 D. Isu dan Rekomendasi 53

BAB V PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DAERAH 55 A. Partisipasi Masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam Penyelenggaraan

Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Masyarakat 55 B. Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat dan Pemerintah Daerah 55 C. Hasil Peningkatan Partisipasi 57 D. Pelajaran dan pengalaman yang dapat dipetik 62 E. Isu dan Rekomendasi 63

Page 10: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

ix

BAB VI KAPASITAS KELEMBAGAAN PERPUSTAKAAN 66 A. Pengantar 66 B. SDM (Sumber Daya Manusia) 66 C. Koleksi Buku dan Bahan Bacaan Lainnya 67 D. Kedudukan Perpustakaan Dalam Struktur Organisasi Pemerintahan Daerah 68 E. Pelajaran yang dapat dipetik 70 F. Masalah dan Rekomendasi 71

BAB VII MANAJEMEN PROYEK 73 A. Pendahuluan 73 B. Visi dan Misi 74 C. Sekilas tentang Proyek P3US (Library Development Project) 74 D. Keberhasilan Proyek 75 E. Langkah Strategis 76 F. Penutup 76

BAB VIII PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DI MASA DEPAN 77 A. Pendahuluan 77 B. Hasil Yang Dicapai 77 C. Faktor-faktor Keberhasilan 79 D. Telaah Strategis Pengembangan Perpustakaan 86 E. Penutup 99

BAB IX KESIMPULAN 100 A. Hasil Pengembangan Perpustakaan 100 B. Dampak Pengembangan Perpustakaan 101 C. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat 101 D. Program Pengembangan Perpustakaan Masa Depan 102

DAFTAR PUSTAKA I

DAFTAR LAMPIRAN V

Page 11: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Perpustakaan Sasaran Proyek dan Sampel Studi .................................................... 4 Tabel 2: Pentahapan Dana Bantuan untuk Perpustakaan.................................................... 10 Tabel 3: Proporsi Alokasi Penggunaan Dana Bantuan......................................................... 11 Tabel 4: Pelatihan pada P3US.............................................................................................. 12 Tabel 5: Alokasi Pembiayaan Proyek ................................................................................... 15 Tabel 6: Waktu Pencairan Dana Bantuan untuk Perpustakaan Sekolah dan

Perpustakaan Masyarakat ...................................................................................... 17 Tabel 7: Rata-rata Jumlah Guru Yang Meminjam Buku di Perpustakaan Sekolah .............. 18 Tabel 8: Jumlah Buku Yang Dipinjam di Perpustakaan Sekolah.......................................... 21 Tabel 9: Rata-rata jam buka perpustakaan sekolah pada jam sekolah dan di luar jam

sekolah.................................................................................................................... 23 Tabel 10: Rata-rata jam dan hari buka layanan pada Perpustakaan Masyarakat ................ 42 Tabel 11: Status Perpustakaan Kabupaten/kota Sasaran Proyek Per Agustus 2004 .......... 59

Page 12: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Ruang Lingkup Studi Efektivitas Proyek Pengembangan Perpustakaan Umum dan Sekolah .......................................................................................................... 2

Gambar 2: Struktur Organisasi Proyek Pengembangan Perpustakaan Umum dan Sekolah 14 Gambar 3: Kenaikan Persentase Guru Yang Meminjam Buku di Perpustakaan Sekolah..... 18 Gambar 4: Kenaikan Rata-rata Buku Perpustakaan Sekolah Yang Dipinjam ....................... 21 Gambar 5: Grafik Rata-rata Jumlah Koleksi Perpustakaan Sekolah Di Propinsi Sumatera

Selatan ................................................................................................................ 26 Gambar 6: Grafik Pengguna Perpustakaan Sekolah di Propinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan Kelas dan Gender .......................................................................... 27 Gambar 7: Grafik Pengguna Perpustakaan Sekolah di Propinsi Jawa Tengah

Berdasarkan Kelas dan Gender .......................................................................... 28 Gambar 8: Grafik Pengguna Perpustakaan Sekolah di Propinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan Kelas dan Gender .......................................................................... 28 Gambar 9: Grafik Alokasi Penggunaan Dana Bantuan Tahap I pada Perpustakaan

Sekolah ............................................................................................................... 31 Gambar 10: Grafik Alokasi Penggunaan Dana Bantuan Tahap II pada Perpustakaan

Sekolah ............................................................................................................... 31 Gambar 11: Grafik Alokasi Penggunaan Dana Bantuan Tahap III pada Perpustakaan

Sekolah ............................................................................................................... 32 Gambar 12: Rata-rata Jumlah Pengunjung Perpustakaan Masyarakat per hari ................... 40 Gambar 13: Grafik Rata-rata jumlah buku yang dipinjam dari Perpustakaan Masyarakat

Per hari ................................................................................................................ 41 Gambar 14: Grafik Rata-rata Koleksi Buku pada Perpustakaan Masyarakat di Propinsi

Sumatera Selatan................................................................................................ 45 Gambar 15: Grafik Rata-rata Koleksi Buku pada Perpustakaan Masyarakat di Propinsi

Jawa Tengah....................................................................................................... 46 Gambar 16: Grafik Rata-rata Koleksi Buku pada Perpustakaan Masyarakat di Propinsi

Nusa Tenggara Barat .......................................................................................... 46 Gambar 17: Grafik Rata-rata jumlah pengguna Perpustakaan Masyarakat di Propinsi

Sumatera Selatan (per hari) ................................................................................ 47 Gambar 18: Grafik Rata-rata jumlah pengguna Perpustakaan Masyarakat di Propinsi

Jawa Tengah (per hari) ....................................................................................... 48 Gambar 19: Grafik Rata-rata jumlah pengguna Perpustakaan Masyarakat di Propinsi

Nusa Tenggara Barat (per hari) .......................................................................... 48 Gambar 20: Grafik Alokasi Penggunaan Dana Bantuan Tahap I pada Perpustakaan

Masyarakat .......................................................................................................... 50 Gambar 21: Grafik Alokasi Penggunaan Dana Bantuan Tahap II pada Perpustakaan

Masyarakat .......................................................................................................... 51 Gambar 22: Grafik Alokasi Penggunaan Dana Bantuan Tahap III pada perpustakaan

Masyarakat .......................................................................................................... 51 Gambar 23: Grafik Alokasi Anggaran Pembinaan Perpustakaan Umum Daerah di Propinsi

Sumatera Selatan Tahun 2001-2004 .................................................................. 61 Gambar 24: Grafik Alokasi Anggaran Pembinaan Perpustakaan Umum Daerah di Propinsi

Jawa Tengah Tahun 2001-2004 ......................................................................... 61 Gambar 25: Grafik Alokasi Anggaran Pembinaan Perpustakaan Umum Daerah di Propinsi

Nusa Tenggara Barat Tahun 2001-2004............................................................. 62

Page 13: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

xii

DAFTAR FOTO

Foto 1: Ruangan tersendiri Perpustakaan SDN 15 OKU, Sumsel ......................................... 25 Foto 2: Ruangan tersendiri Perpustakaan SDN Bojong Sari 1 Brebes, Jateng..................... 25 Foto 3: Ruangan tersendiri Perpustakaan SDN 1 Kempo Dompu, NTB................................ 25 Foto 4: Perpus SDN 8 Dompu (ruang bersama)................................................................... 25 Foto 5: Perpus SDN 15 Bangka (ruang bersama) ................................................................. 25 Foto 6: Perpus Masyarakat Robiatul Adawiyah Kab. OKU (Ruang Sendiri).......................... 44 Foto 7: Perpus Masyarakat Masjid Wali Songo Kab. Musi Rawas (Ruang Bersama)........... 44 Foto 8: Perpus Masyarakat TBM Al-Hidayah Brebes (Ruang Sendiri) .................................. 44 Foto 9: Perpus Masyarakat Kr. Taruna Argo Luhur Kab. Blora (Ruang bersama) ................ 44 Foto 10: Perpus Masyarakat Wardah Kab. Bima NTB (Ruang Bersama) ............................. 44 Foto 11: Perpus Masyarakat TBM Desa Banyu Urip Gerung Kab. Lombok Barat NTB

(Ruang Sendiri) ........................................................................................................ 44 Foto 12: Papan Petunjuk nama ke Perpustakaan Sekolah MI Himmatul Mu’alimin Kab.

Blora......................................................................................................................... 56 Foto 13: Salah satu brosur Perpustakaan Masyarakat Masjid At-Taqwa Brangrea Kab.

Sumbawa ................................................................................................................. 56 Foto 14: Leaflet Perpustakaan Sekolah “Seruni SDN Poncol 2 Kota Pekalongan ............... 57 Foto 15: Aula Baca Perpustakaan Sekolah SDN Ledong Nangka Kab. Lombok Timur ........ 58 Foto 16: Partisipasi Siswa yang membantu pelayanan Perpustakaan Sekolah SDN Muh

Kab. Blora ................................................................................................................ 58 Foto 17: Partisipasi anak-anak di Perpustakaan Masyarakat AGUNG Kab. Banyumas ....... 58 Foto 18: Kantor Perpustakaan Umum Kota Pekalongan ....................................................... 60 Foto 19: Pembangunan Gedung Perpustakaan Daerah Kota Mataram ................................ 60 Foto 20: Pembangunan GedungPerpustakaan Daerah Kab. Jepara ................................... 60 Foto 21: Peninjauan lokasi untuk pembangunan gedung baru Perpustakaan Daerah Kab.

Banyumas ................................................................................................................ 60 Foto 22: Pembangunan Gedung Perpustakaan Daerah Kab. Lahat di samping Rumah

baca bantuan Yayasan Laksamana Sukardi............................................................ 60

Page 14: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

xiii

DAFTAR KOTAK Kotak 1: Perpustakaan Keliling ............................................................................................. 70

Page 15: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

xiv

DAFTAR REKOMENDASI

Rekomendasi 1: Mengembangkan dan memantapkan perpustakaan sekolah sebagai “supporting sistem” dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah-sekolah, melalui langkah-langkah identifikasi kebutuhan guru terhadap layanan perpustakaan, dan pelibatan seluruh guru (baik guru kelas maupun guru bidang studi) di dalam perencanaan pengembangan perpustakaan dan implementasinya. ..................................................................................................... 34

Rekomendasi 2: Membangun dan memantapkan mekanisme kerjasama penyediaan koleksi dengan perpustakaan daerah dan perpustakaan sekolah atau jenis perpustakaan lain (seperti lembaga bisnis atau usaha, taman bacaan masyarakat) melalui “sistem tukar pinjam koleksi”. Dalam kaitan ini peran strategis “Perpustakaan Keliling” sebagai pemasok pinjaman koleksi bagi perpustakaan-perpustakaan yang lemah perlu diberdayakan secara optimal dan berkelanjutan. .......................................................................................................... 35

Rekomendasi 3: Mengembangkan tim kerja perpustakaan yang beranggotakan sebanyak mungkin guru (lihat Rekomendasi 1) yang siap memberikan layanan prima kepada siswa dan masyarakat sekitarnya selama jam kerja sekolah. Upaya ini perlu didukung dengan penyediaan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, dan kemudahan masyarakat untuk mengakses perpustakaan sekolah tersebut. ............................................................................... 36

Rekomendasi 4: Pelibatan unsur kepala sekolah dan atau guru dari semua sekolah yang ada dalam satu kompleks tersebut ke dalam tim pengelola perpustakaan atau komite bersama, yang bertanggungjawab mengelola dan mengembangkan satu perpustakaan yang representatif untuk digunakan semua sekolah dalam satu kompleks tersebut. ................................................................................................... 36

Rekomendasi 5: Inovasi-inovasi yang berkaitan dengan kemudahan, kecepatan, dan keakuratan pencatatan layanan perpustakaan perlu terus dilakukan. Dalam hal ini pemberdayaan peran Fasilitator Masyarakat (FM) dan pendampingan LSM perlu mengarah pula pada inovasi-inovasi yang mendukung penciptaan tertib pencatatan tersebut, selain peningkatan kemampuan manajemen proyek dan keterampilan teknis perpustakaan. Untuk masa-masa mendatang, perpustakaan daerah (propinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat mempersiapkan langkah-langkah strategis guna mewujudkan tertib pencatatan sebagai bagian dari budaya pengelolaan perpustakaan yang accountable...................................... 37

Rekomendasi 6: Dalam jangka pendek mengupayakan pengakuan legal-formal terhadap penugasan pengelolaan perpustakaan agar dapat dihitung sebagai salah satu perolehan angka kredit untuk kenaikan jabatan dan atau pangkat guru. Dalam jangka menengah perlu dikembangkan program kaderisasi guru pustakawan. Pemberian bekal keterampilan kepada sebanyak mungkin guru (baik guru kelas maupun guru bidang studi) ini memiliki banyak manfaat antara lain menyediakan tenaga berketerampilan perpustakaan yang sewaktu-waktu siap mengganti petugas perpustakaan yang pindah tugas atau alih jabatan, dan sekaligus membentuk “critical mass” yang dapat berfungsi sebagai motivator bagi para siswa untuk menggunakan perpustakaan sekolah. Dalam jangka panjang mempersiapkan rekrutmen petugas yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah dengan segala konsekuensi admistratif dan finansialnya. ...................................................................................................... 38

Rekomendasi 7: Memperkuat struktur dan fungsi kelembagaan PM dengan mengintegrasikan berbagai kegiatan perpustakaan menjadi bagian atau salah satu program kerja dari lembaga kemasyarakatan tersebut, dengan implikasi penyediaan dukungan tenaga dan finansial sepenuhnya dari lembaga kemasyarakatan itu. Misal jika PM tersebut dikelola oleh Pemerintahan

Page 16: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

xv

Desa/Kelurahan maka perpustakaan tersebut dijadikan salah satu unit layanan pemerintahan desa yang bersangkutan, yang didukung secara formal (jelas kedudukan kelembagaannya) dan operasional (sumberdaya untuk menjalankan fungsinya). ............................................................................................................... 53

Rekomendasi 8: Untuk memperoleh manfaat yang optimal, maka pengembangan perpustakaan (baik perpustakaan sekolah maupun perpustakaan masyarakat) dilakukan dengan memperhatikan letak dan kondisi demografi lingkungan sekitarnya. Hal ini berarti harus ada pilihan bahwa di suatu lingkungan masyarakat tertentu mungkin lebih cocok dikembangkan perpustakaan sekolah, sementara di tempat lain lebih cocok dikembangkan perpustakaan masyarakat. Dengan demikian asesmen lingkungan harus diperhitungkan secara cermat di dalam pengembangan perpustakaan....................................................................... 54

Rekomendasi 9: Jajaran Proyek (CPMU, PPIU dan DLT) secara bersama-sama menfasilitasi perpustakaan masyarakat untuk menyusun rencana induk pengembangan yang terpadu dan terintegrasi di dalam rencana pengembangan perpustakaan daerah kabupaten/kota, dengan menekankan pada inisiatif dan partisipasi dari masyarakat setempat....................................................................... 54

Rekomendasi 10: Proyek agar melanjutkan upaya-upaya sosialisasi langsung kepada para penentu kebijakan pada instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta stakeholder lain; tanpa mengabaikan jajaran bawahannya sebagai pelaksana operasional kebijakan. ............................................................................ 63

Rekomendasi 11: Menyelenggarakan orientasi bagi tokoh-tokoh atau pemimpin informal masyarakat agar lebih mengenal ihwal perpustakaan sehingga dapat membantu mensosialisasi dan meningkatkan partisipasi masyarakat di dalam pengembangan perpustakaan. ................................................................................ 64

Rekomendasi 12: Untuk melakukan penilaian kebutuhan (“need assesment”) membaca masyarakat secara cermat dan konsisten sebagai dasar pengembangan perpustakaan masyarakat di masa mendatang, termasuk di dalam pengadaan bahan pustakanya.................................................................................................... 64

Rekomendasi 13: Memperkuat struktur dan fungsi kelembagaan perpustakaan masyarakat dengan mengintegrasikan berbagai kegiatan perpustakaan menjadi bagian atau salah satu program kerja dari lembaga kemasyarakatan tersebut, dengan implikasi penyediaan dukungan tenaga dan finansial sepenuhnya dari lembaga kemasyarakatan itu. .................................................................................. 64

Rekomendasi 14: Penyelenggaraan pameran buku secara nasional bertempat di daerah. Untuk memperkuat dampak dari pameran ini, selain peserta lokal, hendaknya diupayakan partisipasi penuh dari penerbit dan toko buku yang mempunyai reputasi nasional. ..................................................................................................... 65

Rekomendasi 15: Menggunakan media massa sebagai strategi untuk membentuk opini, mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat terhadap perpustakaan, sehingga perpustakaan dapat menjadi “gaya hidup” yang kondusif untuk peningkatan kapasitas sumberdaya manusia Indonesia. Promosi individual dalam bentuk penyebaran pamflet, leaflet, booklet, dan atau pemasangan papan nama petunjuk perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat juga perlu dilanjutkan untuk menjamin masyarakat lokal tetap “well inform” tentang perkembangan perpustakaan, dan selanjutnya dapat menarik minat mereka untuk menggunakan perpustakaan dalam kehidupan kesehariannya. .................... 65

Rekomendasi 16: Pemerintah Daerah Kabupaten/kota dan DPRD perlu memperjuangkan dan membuat komitmen agar ada dana pendamping dana bantuan Bank Dunia dalam APBD............................................................................................................. 71

Rekomendasi 17: Struktur anggaran di APBN maupun APBD perlu diubah yang memungkinkan perpustakaan memperoleh alokasi anggaran yang berkelanjutan. 71

Rekomendasi 18: Perlu digalang kerjasama dengan lembaga pendidikan tinggi yang relevan dan praktisi perpustakaan yang berhasil maupun organisasi-organisasi

Page 17: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

xvi

profesi di bidang perpustakaan untuk lebih meningkatkan tenaga-tenaga fungsional pustakawan baik segi jumlah maupun kualitasnya................................. 71

Rekomendasi 19: Perlu diperjuangkan agar tunjangan fungsional dan kesejahteraan pustakawan ditingkatkan.......................................................................................... 71

Rekomendasi 20: Pengembangan dan pengelolaan PM dan PS seyogyanya tidak terlepas dari sistem pranata sosial dan budayanya dan pemerintah hendaknya berfungsi sebagai fasilitator, inisiator, dan motivator. .............................................. 72

Rekomendasi 21: Perpustakaan yang belum merupakan bagian dari pranata social dan budaya yang lebih besar seyogyanya segera menjadikan dirinya sebagai bagian tak terpisahkan darinya untuk dapat mempertahankan keberadaanya dan keberlanjutannya...................................................................................................... 72

Rekomendasi 22: Struktur organisasi perpustakaan daerah perlu dikaji ulang dan disempurnakan lebih rinci sehinga memudahkan aplikasinya di lapangan.............. 72

Rekomendasi 23: Hasil pengumpulan Karya Cetak dan Karya rekam dengan adanya UU ini sebaiknya dicatat dan dikumpulkan, kemudian diberikan kepada perpustakaan-perpustakaan di daerah yang koleksi bukunya sangat minim........... 72

Rekomendasi 24: Berdasarkan visi tersebut maka misi PS diarahkan sebagai salah satu wahana untuk menanamkan kebiasaan belajar sebagai bagian dari proses pendidikan dalam rangka mencapai masyarakat madani yang berperadaban. Sedangkan misi PM diarahkan sebagai wahana terbentuknya masyarakat belajar (learning society) yang berperadaban melalui pemanfaatan informasi sebagai sumber belajar. ........................................................................................................ 92

Rekomendasi 25 : Strategi yang dipilih dalam mengembangkan PM dan PS ini ke arah visi dan misinya dengan melakukan adaptasi, inovasi, dan intervensi berdasarkan pengalaman yang diperoleh dan memperhatikan tantangan dan kendala yang dihadapi, serta memanfaatkan peluang yang ada............................. 92

Rekomendasi 26: Dalam mengembangkan PM dan PS hendaknya berdasarkan tujuh prinsip sbb.: demand driven, layanan bermutu, hospitality, perencanaan, komitmen, akuntabilitas, dan never retreat. ............................................................. 92

Rekomendasi 27:Perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah dasar dikembangkan dalam kerangka dan merupakan pengembangan sistem perpustakaan nasional yang dikukuhkan dalam peraturan perundangan................ 94

Rekomendasi 28: Perlu dibuat pedoman tentang kelembagaan perpustakaan masyarakat yang dikembangkan sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem organisasi pranata sosial yang ada dan berkembang di masyarakat sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan peradaban masyarakat madani.................................................................................................. 94

Rekomendasi 29: Perlu dibuat pedoman tentang kelembagaan perpustakaan sekolah dasar yang dikembangkan sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem organisasi sekolah dasar dalam rangka menunjang proses belajar dan mengajar di kelas untuk mencapai keunggulan mutu hasil pendidikan dalam rangka menyiapkan anggota masyarakat madani yang maju dan beradab. ............................................ 94

Rekomendasi 30: Perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah dasar sebaiknya diselenggarakan atas prakarsa dan inisiatif sekolah atau kelompok masyarakat yang bersangkutan. Pemerintah berperan aktif sebagai penyandang dana utama, inisiator, motivator, fasilitator, dan koordinator dalam menumbuhkan prakarsa masyarakat dalam mengembangkan perpustakaan masyarakat dan prakarsa sekolah dalam mengembangkan perpustakaan sekolah dasar. Masyarakat membantu sesuai dengan kebutuhan berdasarkan proposal yang disampaikan. ... 94

Rekomendasi 31:Perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah dasar dikembangkan secara konsepsional dan professional............................................. 95

Rekomendasi 32: Inisiatif dan peran pemerintah dalam pengembangan perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah dasar diprioritaskan bagi masyarakat dan sekolah dasar yang muridnya dari masyarakat kurang beruntung, kurang mampu, dan terisolasi. ............................................................................................. 95

Page 18: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

xvii

Rekomendasi 33:Pembinaan PM dan PS harus disesuaikan dengan tahap perkembangannya. .................................................................................................. 95

Rekomendasi 34: Perlu disusun dasar peraturan perundangan sebagai basis legal pengembangan PM dan PS secara integratif dan merupakan bagian dari sistem perpustakaan nasional (huruf kecil karena bukan Perpustakaan Nasional sebagai lembaga). ................................................................................................................. 95

Rekomendasi 35: Sebagai pedoman umum dalam menyelenggarakan dan mengembangkan PM dan PS perlu ditetapkan standar minimal PM dan PS yang bervariasi disesuaikan dengan tingkat perkembangannya masing-masing............. 96

Rekomendasi 36: Kedudukan kelembagaan perpustakaan, termasuk tetapi tidak terbatas hanya PM dan PS, baik dalam struktur sistem perpustakaan nasional maupun sistem organisasi induk dimana perpustakaan menjadi bagiannya, perlu dikaji ulang dan secara pasti ditetapkan secara nasional dan dikukuhkan dengan peraturan perundangan yang sesuai. ...................................................................... 96

Rekomendasi 37: Perlu diusahakan ketetapan tentang sistem penjaminan kualitas, pengadaan, pendayagunaan, dan kemudahan dalam memperoleh koleksi bahan pustaka bagi perpustakaan. ..................................................................................... 97

Rekomendasi 38: Perlu dilakukan perubahan struktur anggaran baik di APBN maupun APBD yang memungkinkan perpustakaan memperoleh alokasi anggaran berkelanjutan. .......................................................................................................... 97

Rekomendasi 39: Bantuan dana pepustakaan yang diberikan oleh pemerintah kepada PM dan PS seharusnya dilakukan dalam bentuk matching-grant (imbal swadana)....... 97

Rekomendasi 40: Pembinaan dalam rangka pengembangan PM dan PS sebaiknya dilakukan oleh perpustakaan daerah kabupaten/kota.............................................. 97

Rekomendasi 41: Perpustakaan daerah perlu diperluas fungsi dan perannya, dan untuk menunjang itu perlu dikembangkan sejalan dengan pengembangan PM dan PS.. 98

Rekomendasi 42: Redesain dan revitalisasi organisasi perpustakaan daerah...................... 98 Rekomendasi 43: Perlu digalang kerjasama dengan lembaga pendidikan tinggi yang

relevan dan praktisi perpustakaan yang berhasil..................................................... 98 Rekomendasi 44: Proyek LIL Perpustakaan ini perlu diperpanjang atau dilanjutkan

dengan modifikasi dan tambahan kegiatan untuk lebih menjamin agar program pengembangan PM dan PS dapat berlanjut (sustainable) didukung dengan beberapa komponen kegiatan yang diperlukan, sehingga investasi yang telah dikeluarkan dapat mempunyai nilai tambah yang signifikan. ................................... 99

Page 19: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

1

BBAABB II PPEENNDDAAHHUULLUUAANN A. Latar Belakang Studi

1. Perpustakaan Nasional RI mempunyai tugas pokok mengembangkan, melaksanakan dan mendayagunakan semua jenis perpustakaan di instansi pemerintah maupun instansi dan lembaga swasta dalam rangka pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya bangsa dan menyediakan layanan jasa informasi ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai kebijaksanaan pemerintah yang berlaku. 2. Dalam rangka melaksanakan tugas pokok tersebut, dengan pinjaman dana dari Bank Dunia melalui mekanisme Learning and Innovation Loan (LIL), Perpustakaan Nasional menyelenggarakan Proyek Pengembangan Perpustakaan Umum dan Sekolah (sering disingkat dengan P3US) di 10 Kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah, 7 kabupaten/kota di Propinsi Nusa Tenggara Barat dan 6 Kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Selatan selama 3 tahun, dimulai dari Januari 2001. 3. Tujuan dari pembinaan ini agar perpustakaan umum dan sekolah sasaran proyek mampu memberdayakan diri dan meningkatkan pelayanannya kepada para penggunanya, sehingga para pengguna tersebut dapat memperoleh informasi dan pengetahuan yang terkini secara cepat dan akurat. Dengan demikian perpustakaan-perpustakaan tersebut diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas SDM di pedesaan dan di kota, memotivasi anak-anak dan masyarakat untuk membaca dan lebih menghargai buku serta mendorong terciptanya budaya baca. Selain pembinaan teknis dan pelatihan tenaga pengelola, perpustakaan-perpustakaan tersebut juga menerima sejumlah dana bantuan untuk pengadaan buku, majalah dan bahan pustaka lainnya, perabotan perpustakaan dan promosi minat baca. 4. Selanjutnya untuk mengetahui efektivitas berbagai kegiatan pengembangan, dampak dan kemungkinan keberlanjutan pengembangan perpustakaan yang menjadi sasaran proyek di atas maka dipandang perlu dilakukan penelitian yang sistematik dalam bentuk studi efektivitas. B. Tujuan dan Manfaat Studi

5. Studi efektivitas ini bertujuan untuk menyediakan informasi yang sahih (valid), dapat dipercaya (reliable) dan berguna tentang kemajuan dan hasil pelaksanaan proyek pengembangan perpustakaan yang menjadi sasaran proyek, serta dampak dari pengembangan tersebut. Selanjutnya dengan data dan informasi yang ada dapat dikaji nilai guna proyek dan dapat dikembangkan berbagai kemungkinan keberlanjutannya. Dengan demikian hasil studi ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pertimbangan di dalam pengambilan kebijakan pengembangan perpustakaan, baik untuk proyek yang sedang berjalan maupun untuk masa-masa mendatang.

Page 20: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

2

C. Permasalahan

6. Studi efektivitas ini berusaha menjawab permasalahan pokok sebagai berikut. (i) Sejauh mana proyek pengembangan perpustakaan ini telah mencapai tujuan

dan atau sasaran yang telah ditetapkan ? (ii) Faktor-faktor apakah yang dapat mendukung dan menghambat pencapaian

tujuan dan atau sasaran tersebut ? (iii) Bagaimanakah dampak pengembangan perpustakaan tersebut terhadap para

pihak yang berkepentingan (stakeholders), baik internal maupun eksternal ? (iv) Program-program pengembangan perpustakaan yang bagaimanakah yang

masih perlu dilanjutkan, diperbaharui, atau diciptakan agar tujuan pembinaan perpustakaan secara nasional dapat dicapai secara berkelanjutan ?

D. Ruang Lingkup Studi

7. Studi ini merupakan kajian evaluatif terhadap seluruh komponen proyek, yang mencakup: segi input yang berupa bantuan untuk perpustakaan dan pengembangan kelembagaan, proses pengelolaan proyek yang mencakup manajemen dan keuangan, hasil pencapaian proyek (outputs), dan dampak (outcomes) dari kegiatan pengembangan perpustakaan tersebut. Komponen evaluasi tersebut sejalan dengan konsep yang dikembangkan oleh Stufflebeam dan Shinkfield (1969-1985) dengan singkatan CIPP (context, input, process, dan product). 8. Keutuhan sasaran studi efektivitas P3US tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

Gambar 1: Ruang Lingkup Studi Efektivitas Proyek Pengembangan Perpustakaan Umum dan Sekolah

INPUT: Grants

Kelembagaan

PROSES: Strategi

Penyeleng-garaan P3US

OUTPUT: Pencapaian Tujuan dan

Sasaran P3US

Lingkungan

OUTCOMES: Internal (Kapasitas Kelembagaan Perpus).

Eksternal (Partisipasi Masy/Pemda, Minat Baca, Toko Buku)

PENGEMBANGAN PERPUS

DI MASA MENDATANG

Page 21: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

3

E. Metode Pelaksanaan Studi

1. Model dan Pendekatan

9. Pada dasarnya studi efektivitas ini merupakan penelitian evaluasi atau penelitian penilaian program, yakni penilaian terhadap proyek pengembangan perpustakaan masyarakat dan sekolah. Menurut Suharsimi Arikunto (1988: 5), jenis penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas program dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan keterlaksanaan program tersebut. 10. Selanjutnya studi yang dimaksud dapat digolongkan ke dalam model evaluasi sumatif, sebagaimana diperkenalkan oleh Michael Scriven (1967), meskipun di dalamnya juga tidak terlepas dari unsur evaluasi formatif. Dalam kaitan itu David R. Krathwohl (1993: 526) mengemukakan bahwa "Summative evaluation determines the worth of a more mature program or process. But in a sense, even this is formative since it usually leads to appropriate program modification". 11. Model evaluasi sumatif berusaha mengungkap manfaat atau kegunaan program, yang hasilnya mengarah kepada keputusan tentang kelanjutan program. Model evaluasi ini tidak akan lengkap dan tidak efektif tanpa evaluasi formatif (Tayibnapis, 2000: 37), yakni evaluasi yang dilakukan selama program berjalan, yang mengarah kepada keputusan tentang perkembangan program, termasuk perbaikan atau revisi. 12. Dengan model seperti di atas maka pendekatan yang digunakan adalah perpaduan antara pendekatan yang berorientasi pada tujuan (goal oriented approach), pendekatan yang berfokus kepada keputusan (decision approach), dan pendekatan responsif (responsive approach). Pendekatan tujuan berarti menggunakan tujuan dan sasaran sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan proyek. Pendekatan keputusan digunakan karena studi ini dimaksudkan pula untuk menyediakan informasi yang sistematik bagi pengelola proyek untuk pengambilan keputusan di dalam menjalankan tugasnya. Adapun pendekatan responsive dimaksudkan bahwa studi efektivitas ini berusaha mencari pengertian dari berbagai sudut pandang dari semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap perpustakaan.

2. Teknik Pengambilan Sampel

13. Proyek Pengembangan Perpustakaan Umum dan Sekolah ini diselenggarakan di tiga propinsi, yakni Propinsi Sumatera Selatan yang mencakup enam Kabupaten/kota, Propinsi Jawa Tengah meliputi sepuluh Kabupaten/kota, dan Propinsi Nusa Tenggara Barat mencakup tujuh Kabupaten/kota. Adapun jumlah perpustakaan yang menjadi sasaran pengembangan adalah 770 perpustakaan, yang terdiri dari: 550 perpustakaan sekolah (Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah) dan 220 perpustakaan masyarakat (di bawah naungan pemerintah desa, pondok pesantren, gereja, vihara dan atau lembaga kemasyarakatan lainnya). 14. Mengingat keluasan persebaran geografis, keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka studi efektivitas ini dilakukan terhadap sampel yang dipilih dengan menggunakan metode proportional quota – purposive random sampling. Adapun kuota yang ditetapkan adalah sebesar 20% dari jumlah perpustakaan penerima bantuan proyek di setiap wilayah kabupaten/kota, dengan memperhatikan kelompok perpustakaan masyarakat maupun perpustakaan sekolah. Dalam pandangan ilmiah, besaran kuota sampel tersebut sudah cukup memadai secara statistik untuk mewakili gambaran seluruh populasi. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif, lebih lanjut dilakukan pendalaman data kualitatif pada beberapa sampel perpustakaan tersebut

Page 22: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

4

15. Dengan teknik pengambilan sampel tersebut maka dapat digambarkan jumlah dan persebaran geografis perpustakaan yang dijadikan sampel seperti dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1: Perpustakaan Sasaran Proyek dan Sampel Studi

Sampel (20 %) No. Propinsi Jumlah Kab/Kota

Jumlah PS

Jumlah PM PS PM

1. Jawa Tengah 10 250 100 50 20 2. Nusa Tenggara Barat 7 150 60 30 12 3. Sumatera Selatan 5 125 50 25 10 4. Bangka Belitung 1 25 10 5 2

Jumlah 23 550 220 110 44

Keterangan: PS = Perpustakaan Sekolah. PM = Perpustakaan Masyarakat.

3. Teknik Pengumpulan Data

16. Untuk memperoleh data tentang komponen proyek yang menjadi sasaran studi dari sampel di atas maka dilakukan kajian dokumen, observasi dan wawancara dengan responden dari berbagai pihak yang berkepentingan (internal dan eksternal) dengan pengembangan perpustakaan yang menjadi sasaran proyek. Untuk pelaksanaan wawancara dan observasi digunakan instrumen yang dikembangkan berdasarkan kriteria keberhasilan proyek sebagaimana dikemukakan pada Bab II yang mencakup sasaran studi secara komprehensif sebagaimana gambaran pada Gambar 1 di atas. 17. Instrumen yang dikembangkan tersebut berbentuk daftar isian, daftar cek (checklist), dan pertanyaan terbuka, yang dijadikan panduan untuk menggali data dari responden atau nara sumber, yang meliputi:

(i) Tim Perpustakaan Kabupaten/kota atau District Library Team (DLT). (ii) Responden untuk Perpustakaan Sekolah, terdiri dari:

• Pengelola Perpustakaan SD/MI atau TPS (1 orang). • Guru Kelas/Mata pelajaran (2 orang). • Siswa (5 anak, masing-masing dari Kelas II sampai dengan Kelas VI). • Pengelola Perpustakaan SD/MI bukan penerima bantuan proyek yang

terdekat (2 SD/MI). (iii) Responden untuk Perpustakaan Masyarakat, terdiri dari:

• Pengelola Perpustakaan Masyarakat atau TPM (1 orang). • Anggota Masyarakat sekitar Perpus Masyarakat Penerima Bantuan

Proyek (3 orang). • Pengelola Perpustatakaan Masyarakat bukan penerima bantuan proyek

(1 orang) (iv) Fasilitator Masyarakat yang membina Perpustakaan Sekolah dan Masyarakat

yang bersangkutan. 18. Pelaksanaan pengumpulan data dari berbagai nara sumber tersebut dilakukan oleh 14 enumerator yang terlebih dahulu diberikan pembekalan tentang maksud dan tujuan evaluasi serta cara-cara mengumpulkan data dengan instrumen yang telah dipersiapkan. Pengumpulan data dilaksanakan dalam rentang periode waktu antara Januari – Juli 2004. Waktu pengumpulan data ini tidak sesuai jadwal (seharusnya selesai bulan Maret 2004) karena pengesahan anggaran untuk tahun 2004 tertunda sampai bulan Mei 2004. Selain itu SD-MI pada pertengahan pertama bulan Juni 2004 sedang menyelenggarakan ujian akhir dan ulangan semester, serta libur.

Page 23: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

5

19. Tidak semua data yang terkait dengan ukuran efektivitas di muka siap tersedia di lapangan, terutama data awal (baseline) yang terkait dengan kelompok usia, gender, atau kelas. Laporan tentang pengunjung dan buku yang dipinjam juga tidak selalu tercatat dengan baik, karena alasan teknis waktu layanan yang sangat terbatas, atau ketidak-disiplinan pegunjung. Data tersebut semakin tidak jelas karena periodisasi pemberian bantuan yang semula dirancang setiap semester tidak berjalan sebagaimana mestinya. Untuk itu para enumerator melakukan pemilahan data sendiri dan melakukan pengecekan terhadap dokumen yang ada, atau menggunakan data perkiraan yang disampaikan oleh nara sumber, sepanjang data yang disampaikan masuk akal.

4. Teknik Analisis Data

20. Sebagaimana tergambar di dalam instrumen, studi efektivitas ini mencakup data kuantitatif dan data kualitatif. Untuk jenis data kuantitatif dilakukan analisis deskriptif dengan penekanan pada jumlah frekuensi dari gejala yang terjadi. Sedangkan untuk jenis data kualitatif digunakan analisis isi (content analysis). Data kualitatif ini diperlukan untuk menjelaskan kecenderungan data kuatitatif maupun menjelaskan fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan. Dengan demikian studi ini menggunakan “strategi penelitian ganda” atau “multiple method”, suatu pendekatan yang dapat meningkatkan validitas kesimpulan hasil penelitian (Alsa, 2003: 78). 21. Selanjutnya untuk mengetahui keberhasilan proyek pengembangan perputakaan ini digunakan discrepancy analysis (Malcolm M. Provus, 1971), dalam hal ini keberhasilan proyek diukur dengan kriteria absolut, yakni tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk tujuan analisis tersebut maka data yang diungkap dalam studi ini mencakup data kondisi awal proyek (baseline) dan data perkembangan dari setiap periode waktu pencairan dana bantuan, dengan fokus pada data perkembangan terakhir pada tahun anggaran 2003. Dengan demikian diskrepansi analisis tersebut diterapkan pada periode waktu perkembangan satu tahun anggaran.

Page 24: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

6

BBAABB IIII GGAAMMBBAARRAANN UUMMUUMM PPRROOYYEEKK A. Latar Belakang Proyek

22. Untuk melanjutkan upaya-upaya pembangunan nasional, dan untuk dapat berperan aktif di dalam percaturan kehidupan global yang penuh persaingan, bangsa Indonesia memerlukan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM semacam itu dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan, baik pada lembaga formal (persekolahan), non-formal (luar sekolah) maupun informal (keluarga dan masyarakat). 23. Salah satu unsur penunjang yang sangat penting di dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan adalah perpustakaan, karena keberadaan perpustakaan tersebut dapat memotivasi atau meningkatkan minat dan kebiasaan membaca penduduk. Dari kegiatan membaca tersebut selanjutnya dapat memperluas wawasan, meningkatkan daya analisis yang kritis, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan seseorang. Untuk itu pengembangan perpustakaan di lembaga persekolahan maupun luar sekolah (masyarakat) perlu mendapat perhatian yang serius dan menjadi prioritas pembangunan nasional. 24. Jumlah sekolah yang bertambah, khususnya pada tingkat sekolah dasar (SD/MI), tidak selalu diiringi dengan penyediaan fasilitas perpustakaan. Sementara minat baca juga perlu dikembangkan, sebagai contoh pada tahap awal melalui penggunaan perpustakaan dalam proses belajar mengajar bagi anak-anak SD/MI. Demikian pula pertumbuhan minat baca masyarakat pada umumnya perlu ditingkatkan untuk kemajuan dan kemandirian mereka. 25. Tak dapat disangkal bahwa ada beberapa SD/MI yang telah mengupayakan pengorganisasian koleksi buku dan bahan bacaan lainnya ke dalam perpustakaan, dan mendayagunakan koleksi tersebut untuk mendukung proses pembelajaran, sekaligus untuk mengembangkan minat baca siswa. Di sejumlah lingkungan masyarakat --seperti karang taruna, kelompok PKK, kelompok tani, LKMD, pesantren, dan tempat peribadatan-- juga telah ada inisiatif mengupayakan perpustakaan. Namun demikian tidak semua perpustakaan yang diselenggarakan SD/MI dan masyarakat tersebut dapat bertahan, apalagi tumbuh dan berkembang serta menarik banyak pengunjung atau pengguna. 26. Banyak faktor yang menjadi penghambat perkembangan dan pendayagunaan perpustakaan SD/MI dan perpustakaan masyarakat di atas, antara lain: (a) kurangnya kesadaran siswa dan warga masyarakat tentang pentingnya membaca, (b) koleksi yang terbatas, baik dari segi jumlah maupun judul buku, (c) fasilitas seperti ruang, perabotan, dan mebeler yang tidak memadai, (d) keterbatasan dana untuk operasional dan pemeliharaan, dan (e) jumlah dan kemampuan tenaga yang kurang mendukung; yang semua itu dapat menyebabkan rendahnya komitmen para pengelola untuk memberikan layanan perpustakaan yang baik. 27. Di sisi lain peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan pemerintah daerah (propinsi dan kabupaten/kota) dalam pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan juga cukup terbuka sebagai implementasi tanggungjawab dan kemandirian daerah dan masyarakat untuk mengatur kehidupan bersama di dalam kerangka negara

Page 25: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

7

kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah daerah dengan unit organisasi perpustakaan dapat membantu melakukan pembinaan teknis operasional maupun finansial di dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah dan masyarakat. Demikian pula warga masyarakat, dunia usaha atau industri dapat membantu pengembangan perpustakaan tersebut dengan menyediakan bantuan tenaga, material dan finansial. 28. Keberadaan perpustakaan juga tidak bisa lepas dari persoalan perbukuan. Perkembangan penerbitan dan jaringan pemasaran buku pada saat ini dapat dikatakan telah sampai ke berbagai daerah. Toko atau kios buku hampir ada di setiap daerah perkotaan maupun pedesaan, meskipun dengan jumlah dan pilihan judul buku yang tersedia sangat terbatas. Kendala distribusi perbukuan ini diperberat dengan daya beli masyarakat yang rendah karena sebagian besar kemampuan ekonomis masyarakat masih kurang. Kondisi perbukuan tersebut merupakan peluang dan sekaligus tantangan di dalam pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan sekolah dan masyarakat. 29. Dengan memperhatikan berbagai kondisi di atas, Perpustakaan Nasional RI dengan pinjaman dana dari Bank Dunia melalui mekanisme Learning and Innovation Loan (LIL), mengupayakan pembinaan dan pengembangan secara terpadu dalam bentuk Proyek Pengembangan Perpustakaan Umum dan Sekolah (sering disingkat dengan P3US). B. Tujuan Proyek

30. Sesuai dengan skema LIL, tujuan akhir dari proyek ini adalah: (i) Mengembangkan pendekatan inovatif untuk meningkatkan pemanfaatan

bahan-bahan bacaan di perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat.

(ii) Memotivasi anak dan orang dewasa untuk menggunakan, menikmati, serta menghargai buku sebagai bahan rekreasi dan sumber informasi.

(iii) Mengembangkan strategi untuk mendukung perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat di wilayah Indonesia lainnya, dengan melibatkan masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pemerintah daerah setempat.

31. Tujuan akhir tersebut ditunjukkan dengan berbagai fenomena sebagai berikut:

(i) Penggunaan bahan pustaka perpustakaan sekolah terintegrasi ke dalam proses pembelajaran, dan sebagai bahan bacaan hiburan di luar sekolah serta di rumah.

(ii) Penggunaan perpustakaan masyarakat terintegrasi dalam kegiatan masyarakat.

(iii) Peningkatan aktivitas membaca oleh murid dan masyarakat, serta peningkatan pelayanan perpustakaan.

(iv) Kegiatan-kegiatan pengembangan perpustakaan dapat berlanjut sesudah proyek selesai.

(v) Terjadi diseminasi pengembangan ke perpustakaan di luar sasaran proyek.

Page 26: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

8

C. Indikator Kinerja Proyek

32. Sesuai dengan indikator kinerja proyek, dalam jangka pendek selama periode proyek berjalan diharapkan dapat dicapai hasil-hasil sebagai berikut.

i. Penggunaan perpustakaan meningkat, dengan kriteria:

(i) Perpustakaan masyarakat • Jumlah buku yang dipinjam meningkat rata-rata 25% per tahun di

tiap kabupaten tiap propinsi. • Jumlah pengunjung meningkat rata-rata 15% per tahun di tiap

kabupaten dan tiap propinsi. (ii) Perpustakaan sekolah.

• Minimal 75% guru secara teratur meminjam buku pada akhir proyek.

• Jumlah buku yang dibaca atau dipinjam meningkat rata-rata 25% per tahun per sekolah.

ii. Pengelolaan perpustakaan yang baik, dengan ukuran:

(i) Perpustakaan masyarakat. • Jam buka paling sedikit 3 jam per hari, 6 jam per minggu untuk

semua perpustakaan. • Bersih, tertib, koleksi beragam, dan cukup pegawai.

(ii) Perpustakaan sekolah. • Jam buka paling sedikit 4 jam dalam hari-hari masuk sekolah (50%

selama jam sekolah, dan 50% di luar jam sekolah). • Dalam sekolah ganda, semua sekolah berperan serta secara

bersama-sama. • Bersih, tertib, koleksi beragam dan cukup pegawai.

iii. Pengguna perpustakaan mencerminkan kelompok-kelompok klien, dengan

indikator:

(i) Perpustakaan masyarakat. • Semua kelompok umur dan jender terwakili.

(ii) Perpustakaan sekolah. • Semua tingkat murid dan jender terwakili.

iv. Peningkatan keterlibatan/partisipasi masyarakat terhadap kelangsungan

hidup perpustakaan, dengan indikator:

(i) Perpustakaan masyarakat. • Peningkatan sumbangan (tenaga, buku, dan uang dari masyarakat

ke perpustakaan rata-rata 5 % per tahun per kabupaten). • Ada perpustakaan baru yang didirikan masyarakat dan pemerintah

daerah selama proyek berjalan. • Pemerintah daerah meningkatkan alokasi dana untuk perpustakaan

selama proyek berlangsung. (ii) Perpustakaan sekolah.

• Murid berperanserta dalam penyelenggaraan perpustakaan. • Masyarakat secara aktif berperan serta dalam penyelenggaraan

perpustakaan.

Page 27: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

9

v. Kapasitas kelembagaan perpustakaan propinsi dan kabupaten/kota meningkat, dalam bentuk:

(i) Perpustakaan masyarakat. • Perpustakaan Pemerintah Propinsi/Kabupaten/kota meningkatkan

bantuan teknis dan finansial kepada perpustakaan di luar proyek. (ii) Perpustakaan sekolah.

• Perpustakaan Pemerintah Propinsi/Kabupaten/kota meningkatkan bantuan teknis dan finansial kepada perpustakaan di luar proyek.

D. Strategi Penyelenggaraan Proyek

33. Untuk mencapai tujuan proyek dengan berbagai indikator di atas, maka dilaksanakan 3 (tiga) program, yakni:

(i) Pemberian dana bantuan untuk perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah.

(ii) Penguatan kapasitas sekolah dan masyarakat untuk pengembangan perpustakaan.

(iii) Manajemen proyek. 1. Pemberian Dana Bantuan untuk Perpustakaan

34. Dana bantuan diberikan kepada perpustakaan sekolah dasar (SD) negeri maupun swasta, termasuk madrasah ibtidaiyah (MI) yang telah mempunyai perpustakaan dengan kriteria sebagai berikut:

(i) Mempunyai komite sekolah. (ii) Mempunyai staf/guru yang bertugas sebagai pengelola perpustakaan. (iii) Diakui oleh Departemen Pendidikan Nasional atau Departemen Agama. (iv) Mempunyai jumlah siswa yang cukup untuk menjadi contoh yang baik.

Jumlah minimum adalah 100 siswa untuk pulau Jawa dan 60 siswa untuk luar Jawa.

(v) Memiliki jumlah kelas yang memadai untuk mengajar para siswa. Perbandingannya adalah satu guru untuk satu kelas.

(vi) Mempunyai sudut perpustakaan berukuran minimal 9 meter dan koleksi minimal 50 judul (bukan buku paket).

(vii) Aktif digunakan siswa. (viii) Bagi beberapa sekolah dasar yang berada pada satu lokasi dan mempunyai

halaman bermain yang bergabung, hanya satu sekolah di satu kompleks tersebut yang akan menerima bantuan perpustakaan untuk digunakan secara bersama-sama dengan SD lain dalam komplek tersebut. SD/MI penerima bantuan seperti ini disebut SD/MI Ganda.

35. Adapun perpustakaan masyarakat yang mendapat bantuan diseleksi berdasarkan kriteria:

(i) Perpustakaan harus memiliki organisasi formal. (ii) Perpustakaan harus memiliki staf berpendidikan minimal SLTP. (iii) Luas ruang perpustakaan minimal 9 meter persegi dengan koleksi minimal 50

judul (bukan buku teks). (iv) Perpustakaan harus dimanfaatkan secara aktif oleh masyarakat.

Page 28: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

10

36. Dana bantuan tersebut diberikan langsung kepada perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat secara bertahap selama 5 (lima) semester dengan alokasi seperti di bawah ini.

Tabel 2: Pentahapan Dana Bantuan untuk Perpustakaan

Jumlah dalam Rp. (000) Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004

Perpustakaan

Smt I Smt II Smt I Smt II Smt I Smt II a. Perpustakaan Sekolah - Tunggal 5.000 3.500 3.500 3.500 3.500 - - Ganda 7.000 5.500 5.500 5.500 5.500 - b. Perpustakaan Masyarakat 6.000 4.500 4.500 4.500 4.500 -

37. Adapun penggunaan dana tersebut ditetapkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

(i) Membeli buku, surat kabar, majalah, poster, dan bahan bacaan lainnya untuk perpustakaan, termasuk buku referensi untuk guru.

(ii) Membuat atau membeli perabotan dan perlengkapan sederhana untuk perpustakaan seperti rak buku, kotak buku, kursi, meja, papan display, tikar, tape recorder dan tape, dan materi untuk kegiatan khusus.

(iii) Membayar kegiatan khusus untuk meningkatkan minat baca seperti lomba menulis dan bercerita.

(iv) Membayar program inovatif untuk meningkatkan minat baca siswa dan masyarakat bagi perpustakaan penerima bantuan yang terpilih.

(v) Melakukan perbaikan-perbaikan kecil perpustakaan, termasuk perbaikan dan dekorasi sederhana.

(vi) Membayar transportasi lokal.

Page 29: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

11

38. Proporsi penggunaan dana untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan di atas adalah sebagai berikut.

Tabel 3: Proporsi Alokasi Penggunaan Dana Bantuan

No Penggunaan Dana Bantuan

Tahapan /Semester

Perpus Sekolah Tunggal

Perpus Sekolah Ganda

Perpus Masyarakat

Semester I Rp. 5.000.000,- Rp. 7.000.000,- Rp. 6.000.000,- 1. Dana Hibah Semester

Selanjutnya Rp. 3.500.000,- Rp. 5.500.000,- Rp. 4.500.000,-

Semester I Max 20% Max 20% Max 20% 2.

Rehabilitasi ringan/dekorasi

ruangan Semester

Selanjutnya - - -

Semester I Min 60% Min 60% Min 60% 3. Pembelian

Bahan Pustaka Semester Selanjutnya Min 60% Min 60% Min 60%

Semester I Max 5% Max 5% Max 5% 4. Transport Semester

Selanjutnya Max 5% Max 5% Max 5%

Semester I Max 15% Max 15% Max 15% 5. Furnitur, ATK dll Semester

Selanjutnya Max

Rp. 725.000,- Max

Rp. 1.425.000,- Max

Rp. 1.075.000,- Semester I - - -

6. Kegiatan

promosi minat baca

Semester Selanjutnya

Max Rp. 500.000,-

Max Rp. 500.000,-

Max Rp. 500.000,-

39. Dana bantuan tersebut tidak diperkenankan untuk membayar honor guru dan pegawai negeri, membangun fasilitas perpustakaan, membiayai perluasan gedung perpustakaan, disimpan di bank untuk mengumpulkan bunga, dan penggunaan lainnya di luar yang disebutkan di atas.

2. Penguatan kapasitas sekolah dan masyarakat untuk pengembangan perpustakaan.

40. Penguatan kapasitas perpustakaan dan masyarakat untuk pengembangan perpustakaan meliputi:

i. Pelatihan manajemen dan pelatihan teknis perpustakaan. Pelatihan manajemen mencakup pelatihan manajemen proyek dan orientasi pengelolaan dana bantuan proyek agar peserta mampu mengelola proyek dan mempertanggungjawabkan penggunaan dana bantuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelatihan teknis perpustakaan meliputi training of trainers (TOT) teknis tingkat nasional, pelatihan perpustakaan untuk perpustakaan umum kabupaten/kota dan fasilitator masyarakat di tingkat propinsi, dan pelatihan teknis perpustakaan untuk perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat, serta pelatihan up-grading di tingkat kabupaten/kota. Berbagai jenis pelatihan tersebut dapat diringkas sebagai berikut.

Page 30: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

12

Tabel 4: Pelatihan pada P3US

No. Pelatihan Jangka Waktu Tempat Peserta Keterangan Pelatihan Manajemen

1. Manajemen Proyek 6 hari (48 jam)

Jakarta 14 5 dr CPMU 9 dr 3 PPIU

2. Orientasi Pengelolaan Dana Bantuan

4 hari Kab/Kota 2.310 1.540

550 Kepsek 220 Pim.Yysn 770 x 2 Pnglola PS/PM

Pelatihan Teknis Perpustakaan 3. Training of Trainers (TOT) 12 hari

(96 jam) Jakarta (2 x thn

ke1)

57 23 dr Prop 23 dr Kab/Kota 11 spes.masy

4. Perpustakaan Umum dan Fasilitator Masyarakat (FM)

5 hari (38 jam)

Propinsi 115 23 Kaperpusda 92 FM

5. Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Masyarakat

6 hari (48 jam)

Kab/Kota 1.540 1.100 (550x2) PS 440 (220x2) PM

6. Upgrading Setiap tahun sesudah tahun

ke-1

Kab/Kota 1.540 s.d.a

ii. Diseminasi informasi dalam bentuk konperensi pers (press release) melalui

media massa lokal (radio, tv dan surat kabar), dan produksi/pencetakan bahan-bahan promosi, termasuk leaflet atau pamflet yang dapat ditempelkan di papan pengumuman kantor dinas pendidikan, kantor departemen agama, kantor kecamatan dan perpustakaan umum kabupaten kota. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengumumkan, mempromosikan kegiatan proyek, menarik perpustakaan lain untuk bergabung dengan proyek, dan untuk menjamin transparansi.

iii. Sosialisasi berbagai kegiatan, kemajuan dan hasil proyek kepada pemerintah pada tingkat nasional (seperti Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama), tingkat propinsi dan kabupaten/kota, termasuk DPRD, mass media, organisasi non pemerintah, sektor swasta dan masyarakat umum. Kegiatan ini diorganisir pada tingkat propinsi dan kabupaten/kota.

iv. Pengadaan buku untuk perpustakaan umum kabupaten/kota, pada semester pertama (Rp.15 juta) dan semester ketiga (Rp.10 juta) yang dipamerkan dalam pameran buku yang diorganisasikan oleh DLT.

v. Pelaksanaan program inovatif perpustakaan yang terdiri dari peningkatan minat baca dan partisipasi masyarakat, lomba minat baca (seperti lomba menulis, lomba berceritera, dan kuiz), dan produksi buku. Peningkatan minat baca dan partisipasi masyarakat dilaksanakan pada perpustakaan terpilih, dengan bantuan tenaga ahli. Kegiatan lomba diadakan pada perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat, tingkat kabupaten/kota, propinsi, dan nasional dengan peserta orang dewasa dan anak-anak. Karya pemenang lomba pada tingkat kabupaten/kota dan tingkat propinsi dihimpun dan diseleksi oleh CPMU untuk dicetak dan disebarkan ke perpustakaan penerima bantuan.

Page 31: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

13

E. Manajemen Proyek

41. Sebagaimana uraian di muka, program investasi ini melibatkan unit pelaksana dari tingkat nasional sampai daerah (propinsi dan kabupaten/kota) dan sekolah atau masyarakat sebagai pelaksana operasional. 42. Pada tingkat nasional, unit yang bertanggungjawab atas seluruh kegiatan proyek adalah Central Project Management Unit (CPMU) dengan tugas mengkoordinasikan aktivitas proyek, mengadakan konsultan, menyiapkan modul-modul pelatihan, melaksanakan pelatihan, menghimpun dan menyebarluaskan hasil lomba, mengorganisasikan perencanaan tahunan, dan melakukan monitoring dan evaluasi, dan melaksanakan studi efektivitas proyek dengan bantuan konsultan. CPMU terdiri dari Pemimpin Proyek, Sekretaris, Bendaharawan, 4 staf teknis dan 4 staf administrasi. 43. Unit pelaksana pada tingkat propinsi disebut Provincial Project Implementation Unit (PPIU) yang bertugas mengkoordinasikan kegiatan proyek di propinsi, merekrut konsultan manajemen proyek, konsultan inovasi dan fasilitator masyarakat (FM), menyebarkan informasi tentang bantuan proyek dan menyetujui perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat penerima bantuan, mengevaluasi proposal pencairan bantuan dan mentransfer dana bantuan, memberikan bantuan teknis dan administratif, mengkoordinasikan perpustakaan untuk mengunjungi pameran buku nasional, melaksanakan monitoring dan evaluasi, melaksanakan sosialisasi perkembangan proyek kepada pemerintah daerah, termasuk DPRD dan LSM, membeli perlengkapan dan mebeler perpustakaan, mengkoordinasikan kegiatan Fasilitator Masyarakat (FM), dan menyelenggarakan kegiatan tahunan dalam rangka meningkatkan minat baca, menyusun dan menyerahkan laporan kemajuan proyek kepada CPMU. PPIU terdiri dari pemimpin proyek, sekretaris, bendaharawan, 4 staf teknis dan 2 staf administrasi. 44. Pada tingkat kabupaten/kota terdapat District Library Team (DLT) yang terdiri dari 2 staf perpustakaan umum kabupaten/kota dengan tugas membantu PPIU melaksanakan kegiatan proyek di kabupaten/kota, yang mencakup: penyebarluasan informasi bantuan proyek, memfasilitasi Tim Koordinasi Perpustakaan Kabupaten/ Kota (TKPK) dalam seleksi perpustakaan penerima bantuan, menyelenggarakan orientasi pengelolaan dana bantuan dan pelatihan teknis perpustakaan, mengorganisir pameran buku pada saat pelatihan, memberikan bantuan teknis dan administratif, melakukan seleksi awal proposal pencairan dana bantuan, menyelenggarakan lomba minat baca, melaksanakan sosialisasi kepada pemerintah daerah kabupaten/kota, dan melaporkan kegiatan proyek ke PPIU. 45. Di setiap kabupaten/kota direkrut empat Fasilitator Masyarakat (FM), yang diikutkan dalam pelatihan perpustakaan untuk melaksanakan tugas: verifikasi data seleksi perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat, pengumpulan data baseline, memantau kinerja perpustakaan sasaran, dan sebagai mediator dengan DLT untuk masalah-masalah teknis. 46. Tim Perpustakaan Sekolah (TPS) yang diketuai oleh Kepala Sekolah, beranggotatan perwakilan pengguna (guru, orangtua, murid) dan petugas perpustakaan. TPS bertugas dan bertanggungjawab menyiapkan rencana pelaksanaan kegiatan, menandatangani perjanjian, mengelola dana bantuan, memberi arahan seleksi buku, dan melaksanakan kegiatan perpustakaan sehari-hari dengan membuat pencatatan yang jelas. 47. Tim Perpustakaan Masyarakat (TPM) yang diketuai oleh ketua yayasan atau organisasi kemasyarakatan yang menaungi perpustakaan, dengan anggota dari perwakilan masyarakat (bukan pegawai negeri), dan petugas perpustakaan masyarakat, dengan tugas dan tanggungjawab sama dengan TPS.

Page 32: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

14

48. Hubungan manajerial di atas dapat digambarkan dalam struktur organisasi proyek sebagai berikut.

Gambar 2: Struktur Organisasi Proyek Pengembangan Perpustakaan Umum dan Sekolah

CPMU

PPIU

DLT

FM

TPMTPS

Keterangan: CPMU = Central Project Management UnitPPIU = Provincial Project Implementation UnitDLT = District Library Team (Tim Perpus Kab/kota)FM = Fasilitator Masyarakat TPM = Tim Perpus Masyarakat. TPS = Tim Perpus Sekolah (SD/MI)

Tingkat Nasional

Tingkat Propinsi

Tingkat Kab/Kota

Konsultan: • Manajemen Proyek • Pelatihan • Procurement • Studi Efektivitas Proyek

Konsultan: • Manajemen Proyek • Inovasi Minat Baca (LSM)

Page 33: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

15

49. Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan dan untuk mencapai standar kinerja yang tinggi, selain kerjasama sinergis antar unit pelaksana dari tingkat nasional sampai akar rumput; proyek ini dibantu oleh para konsultan pada tingkat nasional dan propinsi, dengan spesialisasi manajemen proyek, pengadaan dan manajemen keuangan, pelatihan, dan inovasi minat baca. 50. Selanjutnya untuk menjamin bahwa bantuan ke perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat digunakan sesuai dengan peruntukannya dilakukan monitoring dan evaluasi secara periodik yang ditujukan pada perbaikan sistem dan prosedur. Program monitoring dan evaluasi ini mempunyai sasaran, antara lain:

(i) Proses seleksi perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat. (ii) Pendekatan dan implementasi pelatihan. (iii) Implementasi pengadaan. (iv) Fungsi dan efektivitas unit pelaksanan manajemen. (v) Implementasi pameran buku. (vi) Efektivitas kampanye promosi. (vii) Bukti bahwa perpustakaan digunakan oleh murid dan guru yang meningkat di

sekolah, dan juga jumlah pembaca yang meningkat dalam masyarakat. (viii) Dukungan DPRD dan instansi pemerintah yang menyediakan sumber

anggaran.

51. Investasi dana untuk menyelenggarakan proyek ini berjumlah USD 3,270,000 dengan kategori pembayaran sebagai berikut:

Tabel 5: Alokasi Pembiayaan Proyek

No. Kategori USD Persentase pembayaran

(1) Bantuan ke perpustakaan 1,960,000 100% (2) Buku-buku, majalah, bahan bacaan dan

peralatan lain. 80,000 80%

(3) Pelatihan 350,000 80% (4) Administrasi proyek 350,000 80% (5) Pengadaan konsultan 530,000 100%

Jumlah 3,270,000

Page 34: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

16

BBAABB IIIIII PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN PPEERRPPUUSSTTAAKKAAAANN SSEEKKOOLLAAHH A. Penguatan Perpustakaan Sekolah

52. Berdasarkan kriteria pemilihan perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat, pada prinsipnya perpustakaan yang menjadi sasaran proyek adalah perpustakaan yang sudah berjalan dan memiliki cukup potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Perpustakaan-perpustakaan tersebut dipandang dapat ditingkatkan kapasitas kelembagaannya untuk dapat berperan secara optimal di dalam peningkatan minat baca anak-anak dan masyarakat. Untuk itu proyek memberi stimulan berupa antara lain: pelatihan manajemen proyek dan teknis perpustakaan, pengembangan program inovatif, dan pemberian dana bantuan (grant). 53. Pelatihan dilaksanakan secara berjenjang, mulai dari tingkat nasional, tingkat propinsi, dan tingkat kabupaten/kota, dengan peserta pengelola dan atau pegawai perpustakaan umum daerah (propinsi, dan kabupaten/kota), pengelola perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat, dan fasilitator masyarakat. Adapun materi pelatihan mencakup manajemen proyek dan teknis perpustakaan, lihat Tabel 4. 54. Pada tingkat nasional, penyelenggaraan berbagai jenis pendidikan dan pelatihan tersebut, antara lain: Pelatihan Manajemen Proyek pada tanggal 14-17 Mei 2002, Pelatihan Tenaga Pelatih Perpustakaan (Library Training of Trainers) tanggal 5-16 Juni 2002, Orientasi Monitoring dan Evaluasi Proyek (tanggal 7-10 Oktober 2002), dan Diklat Tenaga Pelatih Perpustakaan – Upgrade tanggal 28 April-1 Mei 2003. 55. Pelatihan pada tingkat propinsi dan kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Selatan, antara lain dilaksanakan pada tanggal 2-3 Juni 2003 (upgrading manajemen proyek untuk DLT dan FM), dan 2-19 Juli 2003 (orientasi manajemen proyek dan teknis perpustakaan umum dan sekolah di enam kabupaten/kota). 56. Di Propinsi Jawa Tengah antara lain: pelatihan teknis perpustakaan untuk perpustakaan umum kabupaten/kota dan fasilitator masyarakat (15-18 Juli 2002, orientasi pengelolaan bantuan proyek di sepuluh kabupaten/kota (antara tanggal 16-29 September 2002), dan dilanjutkan dengan pelatihan teknis perpustakaan (20 September – 7 Oktober 2002). Pada tahun berikutnya dilakukan upgrading untuk DLT dan FM pada 20-22 Mei 2003, dan upgrading Teknis Perpustakaan di kabupaten/kota tanggal 26-27 Mei 2003 (Banyumas, Brebes, Grobogan, Jepara, dan Surakarta), dan 2-3 Juni 2003 (Blora, Kebumen, Karanganyar, Magelang, dan Pekalongan), dan pelatihan upgrading Orientasi Manajemen Proyek pada tanggal 29-30 Mei 2003 dan 4-6 Agustus 2003. 57. Di Nusa Tenggara Barat, pelatihan manajemen proyek bagi staf perpustakaan kabupaten/kota dan propinsi dilaksanakan pada tanggal 12-13 Mei 2003, dan pelatihan manajemen dan teknis perpustakaan untuk pengelola perpustakaan sekolah dan perpustakaan mayarakat dilaksanakan pada tanggal 23-28 Juni 2003 untuk daerah Pulau Sumbawa, dan tanggal 3-8 Juli 2003 untuk daerah Pulau Lombok.

Page 35: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

17

58. Stimulan proyek kedua adalah pendampingan perpustakaan oleh konsultan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk pengembangan minat baca dan peningkatan partisipasi masyarakat dan pemerintah daerah di dalam penyelenggaraan perpustakaan. Untuk Propinsi Sumatera Selatan, pendampingan dilakukan oleh Yayasan LP3I Paradigma. Di Propinsi Jawa Tengah pendapingan dilakukan oleh 25 LSM dengan koordinasi LSM Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumberdaya Pembangunan (LPPSP) Semarang; dan di Nusa Tenggara Barat oleh LSM Bismal yang membina 4 perpustakaan di Kabupaten Bima dan Dompu, LSM Tut Wuri Handayani membina 2 perpustakaan di Kabupaten Sumbawa, dan LSM PSP-SDM membina 9 perpustakaan di kabupaten/kota di Pulau Lombok. 59. Adapun stimulan pemberian dana bantuan ke perpustakaan sasaran proyek diberikan setiap semester, selama 5 semester. Pencairan dana setiap semester dilakukan melalui prosedur pengajuan usulan (proposal) kegiatan, dan harus sudah memberikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana bantuan semester sebelumnya yang sesuai dengan ketentuan pembelanjaan yang telah ditetapkan, seperti rehabilitasi ringan, pengadaan bahan pustaka, transport, pembelian mebeler, dan promosi minat baca, Lihat Tabel 3. 60. Karena permasalahan teknis sistem penganggaran nasional, yakni pengesahan DIP tidak selalu tepat waktu pada awal tahun anggaran, dan juga tanggal efektif pelaksanaan proyek yang tertunda; maka pencairan dana tersebut tidak dapat berlangsung tepat pada setiap semester (enam bulan atau setengah tahun). Pada waktu studi ini dilaksanakan, pencairan baru sampai pada tahap ketiga, dengan rentang waktu sebagai berikut.

Tabel 6: Waktu Pencairan Dana Bantuan untuk Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Masyarakat

No. Propinsi Tahap I Tahap II Tahap III 1. Sumatera Selatan Desember 2002 Agustus 2003 Nopember 2003 2. Jawa Tengah 27 Januari 2003 12 Juni 2003 2 September 2003 3. Nusa Tenggara Barat 3 Desember 2002 6 Agustus 2003 13 Nopember 2003

61. Berdasarkan kondisi di atas maka kajian studi efektivitas ini mencakup hasil-hasil dan kemajuan program pengembangan perpustakaan sekolah (dan perpustakaan masyarakat, lihat BAB IV) yang menjadi sasaran proyek, selama rentang waktu tahapan pencairan dana tersebut. Kajian efektivitas proyek selama lebih kurang satu tahun tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut. B. Hasil Penguatan Perpustakaan Sekolah

1. Pemanfaatan Perpustakaan

62. Pemanfaatan perpustakaan sekolah dapat ditinjau dari dua indikator, yaitu jumlah guru peminjam dan jumlah buku yang dipinjam. Hasil pengumpulan data sampel di lapangan menunjukkan bahwa kedua indikator tersebut mengalami kenaikan. 63. Indikator pertama tentang kenaikan persentase guru yang meminjam buku di perpustakaan sekolah dapat ditampilkan dalam grafik di bawah ini.

Page 36: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

18

Gambar 3: Kenaikan Persentase Guru Yang Meminjam Buku di Perpustakaan Sekolah 64. Grafik di atas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah guru yang meminjam buku di Propinsi Nusa Tenggara Barat (31%) mengalami kenaikan yang paling tajam. Berikutnya di Propinsi Jawa Tengah naik cukup tajam, dan yang relatif naik sedikit terjadi di Propinsi Sumatera Selatan. Sementara itu dilihat dari kondisi awal dan setelah satu tahun penyelenggaraan proyek, kebiasaan guru meminjam buku di Jawa Tengah masih tertinggi diantara dua propinsi lainnya. 65. Apabila ditinjau secara terperinci di setiap kabupaten atau kota, kenaikan tersebut dapat dilacak melalui data pada tabel berikut ini.

Tabel 7: Rata-rata Jumlah Guru Yang Meminjam Buku di Perpustakaan Sekolah

Page 37: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

19

66. Data di atas menunjukkan bahwa di kabupaten/kota di Sumatera Selatan, rata-rata jumlah guru yang meminjam buku pada awal proyek sebesar 32% dan dalam satu tahun penyelenggaraan proyek naik menjadi 48%; dengan kenaikan yang tertinggi di Kabupaten Bangka (28%) dan terendah di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Namun perlu dicatat bahwa di Kabupaten Musi Rawas terdapat kondisi awal rata-rata 54% guru meminjam buku di perpustakaan, suatu gambaran kebiasaan guru yang baik untuk dipertahankan, dan ditingkatkan lebih lanjut. 67. Di Propinsi di Jawa Tengah rata-rata guru peminjam buku pada awal proyek 36% dan naik menjadi 64% setelah satu tahun penyelenggaraan proyek. Kenaikan tertinggi terjadi di Kota Surakarta (26%), dan terkecil di Kabupaten Grobogan (7%). Untuk propinsi ini, kabupaten/kota yang memiliki data dasar tentang jumlah guru peminjam yang cukup baik (sekitar 40%) adalah Kebumen, Blora dan Banyumas. 68. Sementara itu di Nusa Tenggara Barat terjadi kenaikan jumlah guru yang meminjam buku dari data awal rata-rata 31% menjadi 62%. Kenaikan tertinggi terjadi di Kabupaten Bima yang mencapai 42%, dan terkecil di Kabupaten Lombok Barat, yakni 19%. Di propinsi ini, Kabupaten Dompu dan Sumbawa Barat memiliki kondisi awal yang sangat bagus karena kebiasaan meminjam buku perpustakaan telah dilakukan oleh 51% dan 43% guru. 69. Selain jumlah guru yang meminjam buku, studi ini juga berusaha mengungkap intensitas pemanfaatan perpustakaan oleh guru di dalam kegiatan pembelajarannya, dan upaya-upaya guru dalam mendorong para murid untuk datang ke keperpustakaan. Intensitas pemanfaatan perpustakaan dalam pembelajaran, dan upaya mendorong murid untuk ke perpustakaan ini menggunakan kategori selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah.

Page 38: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

20

70. Sehubungan itu data studi (lihat Lampiran 1) menunjukkan bahwa di Sumatera Selatan terdapat guru yang selalu memanfaatkan perpustakaan sekitar 1% guru, yang sering 50%, kadang-kadang 46%, dan hanya 1% yang tidak pernah. Di Jawa Tengah terdapat 2% guru yang selalu memanfaatkan perpustakaan dalam proses pembelajaran, yang sering 57%, kadang-kadang 40% dan hanya 1% yang tidak pernah menggunakan. Sementara itu di NTB terdapat sekitar 16% guru yang selalu, 65% sering, dan 18% kadang-kadang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa separuh lebih guru-guru di sekolah penerima bantuan proyek telah memanfaatkan perpustakaan sekolah untuk mendukung proses pembelajaran pada kelas yang diasuhnya. 71. Kondisi di atas sejalan dengan intensitas guru di dalam memberikan tugas kepada siswa untuk datang ke perpustakaan. Sebagaimana ditunjukkan dengan data pada lampiran 2, di Sumatera Selatan terdapat 5% guru yang selalu memberikan tugas kepada siswa untuk ke perpustakaan, sekitar 58% sering, 35% kadang-kadang, dan hanya 1% yang tidak pernah. Di Jawa Tengah terdapat sekitar 2% guru yang selalu memberi tugas kepada siswa, 61% sering, 35% kadang-kadang, dan 2% tidak pernah. Adapun di NTB terdapat sekitar 8% guru yang selalu memberi tugas kepada murid, sekitar 73% sering, sekitar 16% kadang-kadang, dan 1% tidak pernah. Data ini mendukung temuan di atas bahwa lebih dari separuh guru-guru telah menggunakan perpustakaan di dalam proses pembelajarannya, dengan cara memberi tugas kepada siswa. 72. Selanjutnya dapat diidentifikasi bahwa tugas-tugas tersebut dapat bersifat kelompok, maupun individual dengan bentuk antara lain:

(i) Membaca, dilanjutkan dengan membuat ringkasan atau sinopsis. (ii) Membaca untuk memperlancar kemampuan membaca. (iii) Membaca, lalu menceriterakan kembali secara lisan. (iv) Mencari referensi atau literatur (yang berhubungan dengan pelajaran). (v) Mengerjakan pekerjaan rumah atau latihan soal. (vi) Mengarang ceritera pendek dan atau puisi. (vii) Membuat atau mencari kalimat langsung dan tak langsung. (viii) Mencatat hal-hal yang unik di dalam bacaan. (ix) Mencari kata-kata sullit. (x) Menulis halus. (xi) Membaca sejarah, atau mencari tokoh-tokoh penemu.

73. Dari layanan perpustakaan, sekitar 68% guru pada sekolah sasaran proyek merasa tidak pernah mengalami kesulitan yang berarti. Kemudahan menggunakan perpustakaan sekolah juga dialami oleh sekitar 88% guru di Jawa Tengah, dan 82% guru di Nusa Tenggara Barat. Adapun keluhan yang dialami, sebagian besar guru menyebutkan karena koleksi terbatas dan ruangan yang sempit. Meskipun ada keluhan tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru merasa puas terhadap pelayanan perpustakaan sekolah sasaran proyek. 74. Indikator kedua tentang pemanfaatan perpustakaan adalah jumlah buku yang dipinjam. Data studi ini menunjukkan bahwa kenaikan jumlah buku yang dipinjam terjadi di tiga propinsi, sebagaimana grafik berikut ini.

Page 39: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

21

Gambar 4: Kenaikan Rata-rata Buku Perpustakaan Sekolah Yang Dipinjam 75. Grafik di atas memberikan gambaran bahwa kenaikan jumlah buku yang dipinjam di tiga propinsi relatif sama tajamnya. Selain itu jumlah buku yang dipinjam pada tahap awal dan setelah satu tahun proyek berjalan, baik di Propinsi Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah maupun Sumatera Selatan, hampir sama. 76. Apabila jumlah buku yang dipinjam pada awal proyek (baseline data) dibandingkan dengan keadaan setelah tahap pencairan dana ketiga (satu tahun proyek) ditemukan bahwa kenaikan tertinggi terjadi di Propinsi Nusa Tenggara Barat, yakni mencapai sekitar 177%. Kenaikan tertinggi kedua terjadi di Propinsi Sumatera Selatan (sekitar 177%), dan terkecil di Propinsi Jawa Tengah (sekitar 150%). Gambaran ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8: Jumlah Buku Yang Dipinjam di Perpustakaan Sekolah

Page 40: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

22

77. Data di atas juga mengindikasikan bahwa kenaikan tertinggi dari rata-rata jumlah buku yang dipinjam terjadi di Kota Palembang (sekitar 540%), dan terkecil di Kabupaten Ogan Komering Ulu di wilayah Propinsi Sumatera Selatan. Di Propinsi Jawa Tengah kenaikan tertinggi terjadi di Kabupaten Magelang (sekitar 200%), dan terendah di Kabupaten Karanganyar (sekitar 81%). Adapun di Propinsi Nusa Tenggara Barat, kenaikan tertinggi terjadi di Kabupaten Dompu (sekitar 400%) dan terendah di Kabupaten Bima (117%). 78. Data jumlah buku yang dipinjam dalam studi ini pada dasarnya adalah jumlah buku yang dipinjam oleh para siswa. Dengan demikian peningkatan jumlah buku dapat pula dijadikan sebagai indikasi bahwa anak-anak telah termotivasi untuk mengunjungi perpustakaan; yang berarti pula minat dan kebiasaan membaca anak-anak semakin meningkat.

2. Manajemen Perpustakaan

79. Dalam proyek ini, ukuran manajemen perpustakaan ditinjau dari (a) jam buka layanan, (b) ketertiban dan kebersihan-kerapian, (c) ragam koleksi, dan (d) kecukupan pegawai. Studi ini berhasil mengumpulkan berbagai data tersebut sebagai berikut.

a. Jam Layanan Perpustakaan

80. Jam layanan perpustakaan sekolah adalah periode waktu perpustakaan dapat memberikan kesempatan kepada pengguna untuk membaca dan atau meminjam dan

Page 41: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

23

mengembalikan bahan-bahan pustaka. Jam layanan ini dapat berjalan pada saat jam-jam sekolah, dan di luar jam sekolah sebagaimana data dalam tabel berikut.

Tabel 9: Rata-rata jam buka perpustakaan sekolah pada jam sekolah dan di luar jam sekolah

81. Data di atas menunjukkan bahwa jumlah jam pelayanan perpustakaan sekolah di daerah Sumetera Selatan pada awal proyek rata-rata 4,4 jam pada waktu jam belajar sekolah, dan setelah satu tahun proyek berjalan menjadi 5 jam sehari. Di luar jam sekolah, pada awal proyek tidak pernah dibuka, dan setelah satu tahun proyek dibuka 0,2 jam. 82. Di Jawa Tengah pada awal proyek rata-rata waktu pelayanan 3,2 jam pada waktu jam belajar sekolah, dan setelah satu tahun proyek berjalan menjadi 4,6 jam sehari. Di luar

Page 42: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

24

jam sekolah, pada awal proyek rata-rata dibuka 0,2 jam dan setelah satu tahun proyek menjadi 0,6 jam. 83. Adapun di NTB pada awal proyek rata-rata 3,7 jam pada waktu jam belajar sekolah, dan setelah satu tahun proyek berjalan menjadi 5,1 jam sehari. Di luar jam sekolah, pada awal proyek dibuka selama 0,2 jam dan setelah satu tahun proyek dibuka selama 0,3 jam.

b. Kebersihan - Ketertiban

84. Perpustakaan yang lazim memerlukan tempat atau ruang tertentu untuk pengolahan bahan-bahan pustaka dan untuk memberikan layanan kepada para penggunanya. Perpustakaan sekolah dapat menempati suatu ruang atau kelas tersendiri (khusus untuk perpustakaan saja), atau ruang serbaguna (bersama). Ruang serba guna ini pada umumnya adalah ruangan yang digunakan untuk lebih dari satu keperluan, seperti untuk ruang kepala sekolah, ruang guru, usaha kesehatan sekolah (UKS), atau ruang penyimpanan alat peraga/alat pelajaran. 85. Dari lampiran 3 mengindikasikan bahwa di Sumatera Selatan terdapat 93% perpustakaan sekolah yang sudah menempati ruang tersendiri, dan 7% lainnya menempati ruang bersama. Kondisi perpustakaan sekolah di propinsi ini 43% sangat memadai, 50% cukup memadai, dan 7% kurang memadai. Di Jawa Tengah, hampir semua PS sudah menempati ruang tersendiri, dengan proporsi 16% sangat memadai, dan 84% cukup memadai. Selanjutnya di NTB terdapat 87% PS menempati ruang tersendiri dan 13% lain menempati ruang bersama, dengan kondisi 33% sangat memadai, dan 67% lainnya cukup memadai. 86. Dari segi administrasi, penyelenggaraan perpustakaan sekolah memerlukan berbagai buku untuk mencatat setiap kegiatan guna memperlancar layanan kepada pemakai, dan mempertanggungjawabkan berbagai aspek kegiatan perpustakaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Buku-buku yang minimal perlu dimiliki antara lain: Buku Catatan Pengunjung, Buku Catatan Peminjam, Buku Induk (Inventaris Bahan Pustaka), Buku Inventaris Barang Perabot atau Peralatan, dan Buku Catatan Keuangan (Kas Umum dan Kas Pembantu). Beberapa perpustakaan berinisiatif melengkapi dengan buku surat masuk dan surat keluar, buku notulen rapat, buku catatan atau agenda kegiatan, buku tamu dan lain sebagainya. 87. Data kepemilikan buku-buku tersebut dan ketertiban administrasi pencatatan di perpustakaan sasaran proyek (lihat lampiran 4) menunjukkan bahwa baik di Sumatera Selatan, Jawa Tengah, maupun Nusa Tenggara Barat rata-rata hanya berkisar antara 30% sampai dengan 44% perpustakaan sekolah yang memiliki buku catatan yang lengkap, dipakai dan kondisinya memadai. Dalam konteks ini, apresiasi perlu diberikan kepada Kabupaten Jepara (Jawa Tengah) dan Kabupaten Lombok Timur (NTB) yang sebagian besar perpustakaan sekolah di daerah itu memiliki buku catatan yang lengkap, dipakai dan dalam kondisi memadai, yakni mencapai proporsi 80%.

Page 43: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

25

Foto 1: Ruangan tersendiri Perpustakaan SDN 15 OKU, Sumsel

Foto 2: Ruangan tersendiri Perpustakaan SDN Bojong

Sari 1 Brebes, Jateng

Foto 3: Ruangan tersendiri Perpustakaan SDN 1 Kempo Dompu, NTB

Foto 4: Perpus SDN 8 Dompu (ruang bersama)

Foto 5: Perpus SDN 15 Bangka (ruang bersama)

Page 44: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

26

c. Ragam buku

88. Studi ini juga menemukan bahwa terjadi peningkatan ragam judul dan jumlah koleksi buku yang dimiliki perpustakaan sekolah, sebagaimana grafik di bawah ini.

Gambar 5: Grafik Rata-rata Jumlah Koleksi Perpustakaan Sekolah Di Propinsi Sumatera Selatan

89. Untuk perpustakaan sekolah di Sumatera Selatan, sebagaimana tergambar dalam lampiran 5, kenaikan ragam koleksinya 566% dengan kenaikan eksemplar 700%. Kenaikan ragam koleksi dan jumlah eksemplar yang terjadi di Jawa Tengah adalah 63% dan 59%. Adapun di NTB adalah 141% dan 76%. Dengan demikian sangat jelas bahwa keberadaan proyek ini telah menyumbang banyak di dalam peningkatan jumlah judul dan eksemplar koleksi bahan pustaka pada perpustakaan sekolah sasaran proyek. 90. Apabila dilihat tampak bahwa besaran kenaikan di atas sangat dipengaruhi oleh kepemilikan buku pada awal proyek. Selain itu penambahan jumlah judul dan eksemplar juga sangat dipengaruhi oleh jenis buku, kualitas isi dan cetakan yang berpengaruh terhadap harga. Oleh karena itu kenaikan tersebut perlu dikaji lebih lanjut dari segi kebermanfaatannya bagi pengguna perpustakaan yang bersangkutan.

d. Ketenagaan

91. Keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan sekolah, sebagian tergantung pada tenaga pengelolanya. Aspek ketenagaan ini mencakup antara lain: jumlah, kemampuan dan keterampilan, dedikasi, tanggungjawab dan komitmen dalam memberikan layanan perpustakaan. Dalam hal ini Perpustakaan Nasional RI (1994: 8) merekomendasikan agar pengelola perpustakan sekolah bukanlah sekedar menjaga buku, tetapi seorang guru pustakawan, yakni guru yang dididik atau dilatih dalam bidang perpustakaan. 92. Dari segi ketenagaan ini, sebagaimana tampak pada Lampiran 6, ditemukan bahwa di Sumatera Selatan, terdapat 86% petugas yang berstatus sebagai guru kelas atau bidang studi (umumnya: guru olah raga, dan guru agama). Ini berarti bahwa tugas pengelolaan perpustakaan sekolah tersebut merupakan tugas sampingan atau tambahan. Sedangkan 14% yang lain dilayani oleh tenaga non-guru, yakni pegawai yang khusus melaksanakan

Page 45: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

27

tugas-tugas layanan perpustakaan. Dari segi pendidikan, 35% lulusan SLTA, 54% lulusan diploma, dan 11% lulusan S1. 93. Di Jawa Tengah, terdapat 14% PS yang memiliki tenaga pustakawan, 24% dikelola oleh guru pustakawan, 38% dikelola oleh guru kelas atau bidang studi, dan 24% dikelola oleh tenaga khusus non-guru. Sebaran pendidikan tenaga pengelola PS di Jawa Tengah tersebut adalah 21% lulusan S-1, 33% diploma, 42% SLTA, dan 4% SLTP. 94. Adapun di NTB, ditemukan 33% PS dikelola oleh guru pustakawan, dan 60% oleh guru kelas/bidang studi, dan 7% dilayani oleh tenaga non-guru. Sebaran pendidikan tenaga pengelola perpustakaan tersebut, terdiri dari 19% lulusan S-1, 62% diploma, dan 19% lulusan SLTA.

3. Pengguna Perpustakaan

95. Sementara itu data studi tentang penggunaan PS oleh murid, sebagaimana lampiran 7 menunjukkan bahwa di Sumatera Selatan, rata-rata jumlah pengunjung per hari adalah 51 siswa (45% laki-laki dan 55% perempuan), dengan perincian terdiri dari 5 siswa Kelas I (43% laki-laki dan 57% perempuan), 7 siswa Kelas II (43% laki-laki dan 57% perempuan), 9 siswa Kelas III (43% laki-laki dan 57% perempuan), 10 siswa Kelas IV (40% laki-laki dan 60% perempuan), 10 siswa Kelas V (50% laki-laki dan 50% perempuan), 11 siswa Kelas VI (45% laki-laki dan 55% perempuan). Kelompok pengguna ini dapat digambarkan dalam grafik berikut ini.

Gambar 6: Grafik Pengguna Perpustakaan Sekolah di Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Kelas dan Gender

Page 46: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

28

96. Di Jawa Tengah, rata-rata jumlah pengunjung per hari adalah 62 siswa (47% laki-laki dan 53% perempuan), dengan perincian terdiri dari 7 siswa Kelas I (43% laki-laki dan 57% perempuan), 12 siswa Kelas II (42% laki-laki dan 58% perempuan), 11 siswa Kelas III (55% laki-laki dan 45% perempuan), 12 siswa Kelas IV (50% laki-laki dan 50% perempuan), 12 siswa Kelas V (50% laki-laki dan 50% perempuan), 12 siswa Kelas VI (47% laki-laki dan 53% perempuan). Gambaran kelompok pengguna tersebut dapat ditunjukkan dalam grafik di bawah ini.

Gambar 7: Grafik Pengguna Perpustakaan Sekolah di Propinsi Jawa Tengah Berdasarkan Kelas dan Gender

97. Di NTB, rata-rata jumlah pengunjung per hari adalah 57 siswa (51% laki-laki dan 49% perempuan), dengan perincian terdiri dari 5 siswa Kelas I (40% laki-laki dan 60% perempuan), 8 siswa Kelas II (50% laki-laki dan 50% perempuan), 9 siswa Kelas III (44% laki-laki dan 56% perempuan), 9 siswa Kelas IV (56% laki-laki dan 44% perempuan), 12 siswa Kelas V (50% laki-laki dan 50% perempuan), 14 siswa Kelas VI (57% laki-laki dan 43% perempuan). Kelompok pengguna tersebut dapat digambarkan dalam Gambar 8

Gambar 8: Grafik Pengguna Perpustakaan Sekolah di Propinsi Nusa Tenggara Barat Berdasarkan Kelas dan Gender

Page 47: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

29

98. Dari Gambar 6, 7 dan 8 tampak bahwa siswa dari setiap tingkatan kelas telah menggunakan perpustakaan sekolah. Di Sumatera Selatan, dalam sehari buka rata-rata 8 siswa dari setiap kelas berkunjung ke perpustakaan sekolah. Untuk hal yang sama di Jawa Tengah, rata-rata 10 siswa, dan di Nusa Tenggara Barat, rata-rata 14 siswa. Data di atas juga menggambarkan bahwa kelompok gender dari siswa pengunjung perpustakaan sekolah di atas relatif sama antara siswa laki-laki dan siwa perempuan. 99. Kunjungan siswa ke perpustakaan bagaimanapun tidak selalu berlangsung atas inisiatif sendiri. Sebagaimana paparan pada paragraf 71 para guru telah memotivasi para siswa untuk ke perpustakaan dengan memberi berbagai bentuk tugas. Kunjungan tersebut dapat meningkat menjadi kebiasaan dengan penetapan jadwal kunjungan per kelas sebagaimana telah diterapkan oleh beberapa sekolah. Sementara di perpustakaan sekolah atau perpustakaan masyarakat lain ada yang memberikan hadiah bagi pengunjung aktif, yang datang membaca dan atau meminjam buku. 100. Selain motivasi guru dan sistem pembelajaran di sekolah tersebut, peran orangtua juga cukup penting di dalam mendorong anak-anaknya untuk membaca, khususnya dengan memanfaatkan perpustakaan. Sebagaimana data studi ini menemukan bahwa di Sumatera Selatan ada sekitar 6% orangtua yang selalu mendorong anaknya untuk membaca, 32% sering, 31% kadang-kadang, dan 31% tidak pernah. Sementara itu di Jawa Tengah terdapat 14% orangtua yang selalu mendorong anaknya untuk membaca, 50% sering, 27% kadang-kadang, dan 8% tidak pernah. Sedangkan di NTB, 15% selalu, 43% sering, 23% kadang-kadang, dan 18% tidak pernah. Dengan data tersebut dapat dinyatakan bahwa lebih dari separuh orangtua selalu, atau sering memotivasi anak-anaknya untuk membaca. 101. Sebagai pengguna perpustakaan sekolah, sebagian besar siswa merasa tidak pernah mengalami kesulitan dalam menggunakan perpustakaan. Kondisi ini dirasakan oleh sekitar 74% siswa di Sumatera Selatan, 77% siswa di Jawa Tengah, dan 86% siswa di NTB. Kesulitan yang dirasakan siswa antara lain kesulitan memilih buku yang akan dipinjam dari sekian banyak buku yang ada, buku yang diinginkan sudah dipinjam, atau rak buku yang sulit dijangkau. Meskipun keluhan seperti ini ada, namun dari gejala kemudahan penggunaan perpustakaan dapat pula diartikan bahwa sebagian besar siswa merasa puas dengan perpustakaan sekolah sasaran bantuan proyek.

4. Perpustakaan Sekolah Ganda

102. Sekolah sasaran proyek mencakup pula sekolah ganda, yakni beberapa SD/MI yang berada dalam satu area yang berdekatan dalam komplek yang sama, dan umumnya memiliki tempat bermain sama. Keberadaan sekolah ganda itu sendiri diperkirakan merupakan kebutuhan bagi daerah tertentu karena faktor demografis (kependudukan) dan geografis, seperti jumlah penduduk yang padat, dan ketersediaan lahan yang terbatas. Jumlah maksimal sekolah ganda adalah 3 (tiga) sekolah, dan bantuan pengembangan perpustakaan diberikan kepada 1 (satu) sekolah untuk dimanfaatkan bersama-sama. Dengan demikian sekolah ganda penerima bantuan diharapkan dapat mengikut-sertakan sekolah-sekolah lain dalam satu kompleks yang bersangkutan untuk bersama-sama mengembangkan dan memanfaatkan perpustakaan sasaran. 103. Dari studi sampel terhadap perpustakaan sekolah ganda di Sumatera Selatan dan Jawa Tengah1 (di Nusa Tenggara Barat tidak ada SD Ganda) diperoleh gambaran bahwa pada tahap awal proyek, di Sumatera Selatan terdapat 67% sekolah ganda yang menerima kunjungan guru dari sekolah lain untuk membaca atau meminjam buku; dan 33% yang melayani kunjungan dan peminjaman buku untuk siswa dari sekolah lain. Sementara itu di

1 Proyek telah menetapkan sasaran 14 SD Ganda di Propinsi Sumatera Selatan dan 26 SD di Propinsi Jawa

Tengah.

Page 48: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

30

Jawa Tengah selain ada 22% perpustakaan ganda yang menerima kunjungan dan peminjaman buku oleh guru dari sekolah lain, dan 11% kunjungan membaca dan peminjaman oleh siswa dari sekolah lain, juga ada 11% perpustakaan ganda yang mengikutsertakan guru dari sekolah lain dalam pengolahan bahan pustaka. 104. Pada tahap pertengahan (setengah tahun proyek berjalan) kondisi di Sumatera Selatan tidak mengalami perkembangan. Sedangkan di Jawa Tengah pelibatan guru dan siswa dari sekolah lain semakin variatif, dan proporsinya semakin besar. Gambaran ini ditunjukkan dengan proporsi perpustakaan ganda yang mengikutsertakan guru dan siswa sekolah lain dalam pelayanan (11%), pengolahan bahan pustaka (11%), kesempatan membaca dan meminjam (56%), dan kegiatan lain (22%). Kegiatan lain untuk guru, misal: partisipasi sebagai panitia atau peserta lomba berceritera dan pameran. Adapun kegiatan lain untuk siswa misal: lomba mewarnai gambar, lomba membaca, lomba mengarang dan lomba membuat sinopsis. 105. Demikian pula pada kondisi setahun setelah proyek berjalan, pada daerah Sumatera Selatan, keterlibatan guru dan siswa tetap lebih kepada kesempatan untuk membaca dan meminjam buku saja; dan di Jawa Tengah variasi keterlibatannya sama seperti di atas, meliputi: keikut-sertaan dalam pelayanan pustaka (11%), pengolahan bahan pustaka (22%), guru membaca dan meminjam buku (67%), siswa membaca dan meminjam buku (33%), dan keikutsertaan dalam kegiatan lain, baik untuk guru maupun siswa 22%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belum semua perpustakaan ganda mengikutsertakan guru-guru atau siswa-siswa dari sekolah lain di dalam memanfaatkan dan mengembangkan perpustakaan sekolah yang bersangkutan.

5. Partisipasi Siswa

106. Studi ini menemukan partisipasi siswa dalam penyelenggaraan PS, pada umumnya dilakukan secara terjadwal sehingga cukup intensif. Data yang terkumpul (lampiran 8) menunjukkan bahwa 80% perpustakaan sekolah di Propinsi Sumatera Selatan sudah melibatkan beberapa siswanya di dalam penyelenggaraan perpustakaan tersebut. Sementara itu di Jawa Tengah terdapat 86%, dan di Nusa Tenggara Barat terdapat sekitar 87%. 107. Partisipasi siswa tersebut dalam bentuk antara lain:

(i) Pelayanan peminjaman (sirkulasi). (ii) Labeling. (iii) Pembuatan kantong buku dan menyampul. (iv) Penataan buku. (v) Kerapian dan kebersihan ruang.

6. Penggunaan Dana Bantuan

108. Studi ini juga menemukan gambaran alokasi penggunaan dana bantuan oleh perpustakaan sekolah dari Tahap I sampai dengan Tahap III sebagai berikut.

Page 49: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

31

Gambar 9: Grafik Alokasi Penggunaan Dana Bantuan Tahap I pada Perpustakaan Sekolah

109. Gambar di atas menunjukkan bahwa pada umumnya perpustakaan sekolah di tiga propinsi sasaran proyek kurang tertib dalam menggunakan dana bantuan tahap pertama pencairan, terutama yang terkait dengan rehabilitasi ringan dan atau dekorasi ruang. Dari pendalaman data kualitatif terungkap bahwa kelebihan alokasi ini sebagai upaya untuk memaksimalkan penggunaan ruang, karena pada tahap-tahap berikutnya sudah tidak ada lagi alokasi untuk keperluan rehabilitasi/dekorasi ruang tersebut. 110. Pada tahap kedua, ketidak-sesuaian dengan standar alokasi masih juga terjadi sebagaimana Gambar 10 di bawah ini.

Gambar 10: Grafik Alokasi Penggunaan Dana Bantuan Tahap II pada Perpustakaan Sekolah

Page 50: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

32

111. Di Propinsi Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Barat, meskipun relatif kecil, ketidak-sesuaian terjadi pada pengeluaran untuk transportasi. Sementara di Jawa Tengah ketidak sesuaian terjadi pada belanja untuk rehabilitasi yang seharusnya sudah tidak ada lagi. Ketidak-sesuaian ini terjadi juga pada penggunaan dana bantuan tahap pencairan ketiga, sebagaimana gambaran berikut.

Gambar 11: Grafik Alokasi Penggunaan Dana Bantuan Tahap III pada Perpustakaan Sekolah

112. Gambaran di atas menunjukkan bahwa anggaran transportasi perlu mendapat perhatian yang memadai. Sebagaimana disampaikan beberapa fasilitator dan kepala perpustakaan kabupaten/kota bahwa letak perpustakaan penerima bantuan di Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Barat tersebar dalam peta geografis yang relatif luas, yang beberapa diantaranya harus ditempuh selama minimal 2 (dua) hari perjalanan dengan berpindah kendaraan dua atau tiga kali, sehingga diperlukan ongkos yang lebih banyak daripada untuk kabupaten/kota di Jawa Tengah. Sementara ketidak-disiplinan penggunaan anggaran pada perpustakaan penerima bantuan di Jawa Tengah adalah pada belanja rehabilitasi ringan, yang selalu ada pada setiap periode pencairan dana.

7. Rencana tindak lanjut

113. Suatu proyek, bagaimanapun akan berakhir; sementara itu penyelenggaraan dan pengembangan perpustakaan harus terus dilanjutkan untuk memberikan layanan yang semakin baik kepada para penggunanya. Untuk itu perpustakaan penerima bantuan proyek ini dituntut untuk membuat rencana tindak lanjut setelah bantuan proyek berakhir. Perpustakaan sekolah memang pada umumnya tidak mempunyai rencana tindak lanjut yang sistematis, tetapi dari wawancara dapat diinditifikasi beberapa usaha, baik yang sudah dibuat maupun yang akan dilakukan untuk mengantisipasi setelah bantuan proyek berakhir. Usaha yang dilakukan menyangkut pendanaan, ketenagaan, sarana prasarana dan manajemen perpustakaan. 114. Dari segi pendanaan, baik untuk penambahan koleksi maupun untuk biaya operasional, perpustakaan sekolah di tiga propinsi, pada umumnya memprioritaskan usaha mencari donatur lain, baik dari orang tua, masyarakat, komite sekolah, maupun perusahaan. Prioritas berikutnya menggalang sumbangan dari siswa, terutama lulusan kelas enam dan sumbangan siswa baru kelas satu. Selain itu iuran anggota (sewa peminjaman dan denda) juga menjadi pilihan sumber pendanaan setelah proyek berakhir.

Page 51: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

33

115. Dari segi ketenagaan, beberapa perpustakaan sekolah mengupayakan untuk dapat mengangkat tenaga khusus. Sementara bagi sekolah yang tidak mampu, berusaha memotivasi para guru dan siswa untuk berpartisipasi di dalam pelayanan perpustakaan. Dalam kaitan ini beberapa sekolah mengusulkan agar ada pelatihan teknis perpustakaan, baik untuk guru pustakawan maupun pustakawan kecil (pelatihan untuk siswa kelas empat ke atas). 116. Dari sarana prasarana, upaya yang dilakukan antara lain merawat koleksi yang sudah ada dengan memberi sampul agar lebih awet, dan menjaga agar tidak hilang. Selain itu ada satu dua sekolah yang mengajukan proposal pembangunan ruang perpustakaan yang lebih representatif kepada komite sekolah, cabang dinas pendidikan atau pemerintah daerah setempat. 117. Dari segi manajemen, perpustakaan sekolah akan terus melanjutkan promosi dan sosialisasi untuk menarik dukungan dari berbagai pihak, mengembangkan dan memantapkan jaringan kerjasama dengan perpustakaan sekolah lain, perpustakaan daerah kabupaten/kota, dan instansi swasta (khususnya untuk pinjam tukar koleksi), meneruskan program pemberian hadiah bagi pengunjung aktif, dan menambah jam buka layanan. C. Pelajaran dan Pengalaman yang dapat dipetik

118. Upaya-upaya penguatan kapasitas perpustakaan sekolah sebagaimana diuraikan di atas memberikan pengalaman dan pelajaran yang berharga bagi para pengelola perpustakaan penerima bantuan proyek, antara lain:

(i) Pelatihan dan praktek pengelolaan perpustakaan secara langsung dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan teknis para tenaga pengelola perpustakaan untuk mengolah dan menata bahan pustaka sesuai dengan standar yang berlaku, dapat memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna, dan melaksanakan administrasi perpustakaan secara lebih tertib.

(ii) Perpustakaan dapat menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan kecintaan terhadap buku, mengembangkan minat baca, dan menambah wawasan atau ilmu pengetahuan; baik bagi para siswa maupun para guru, sehingga dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar.

(iii) Mekanisme “block-grant” dapat mendorong para pengelola perpustakaan sekolah untuk belajar merancang program dan anggaran, dan mempertanggungjawabkan penggunaan dana bantuan secara akuntabel.

(iv) Kerjasama tim pengelola perpustakaan, dan pengelolaan proyek yang transparan merupakan modal penting di dalam mengembangkan perpustakaan. Pengelolaan proyek yang transparan tersebut sangat membantu untuk menarik partisipasi guru dalam mempromosikan dan memotivasi para siswa untuk mengunjungi perpustakaan.

(v) Pengembangan perpustakaan memerlukan dedikasi, komitmen, dukungan dan atau partisipasi dari berbagai pihak, baik pihak internal (kepala sekolah dan petugas perpustakaan sekolah) maupun pihak eksternal, seperti: masyarakat, instansi pemerintah maupun swasta. Dalam hal ini kegiatan-kegiatan promosi dan sosialisasi yang tepat sasaran dan berkelanjutan sangat penting dalam membangun pemahaman tentang peran penting dari perpustakaan, untuk selanjutnya mendapatkan dukungan nyata dari berbagai kalangan tersebut, baik yang bersifat material, finansial maupun komitmen moral.

Page 52: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

34

D. Isu dan Rekomendasi

1. Jumlah Guru Pengguna Perpustakaan

119. Sebagaimana paparan di muka (Gambar 3) bahwa rata-rata jumlah guru yang meminjam buku perpustakaan sekolah di tiga propinsi selama satu tahun proyek berjalan cenderung naik cukup tajam. Meskipun demikian hasil akhir kenaikan tersebut belum mencapai target keberhasilan proyek, yakni “minimal 75% guru secara teratur meminjam buku pada akhir proyek”. 120. Pencapaian hingga sekitar Juli 2004, saat studi lapangan ini dilakukan, rata-rata persentase guru yang meminjam buku adalah 48% di Sumatera Selatan, 64% di Jawa Tengah, dan 62% di Nusa Tenggara Barat; dengan rata-rata kenaikan selama satu tahun tersebut 25%. Jika rata-rata kenaikan ini dapat ditingkatkan, atau minimal dipertahankan, tentu target pencapaian tersebut dapat dicapai pada terminasi proyek yang kemungkinan akan diperpanjang sampai September 2005. Namun perlu disadari bahwa upaya membentuk, mempertahankan dan atau meningkatkan kebiasaan membaca ---khususnya memanfaatkan perpustakaan-- bukanlah persoalan mudah, karena menyangkut kebutuhan, budaya (culture), dan aksesibilitas layanan perpustakaan. 121. Pengalaman perpustakaan yang berhasil menunjukkan bahwa kunci sukses untuk meningkatkan pengunjung atau peminjam adalah mengkaitkan pemanfaatan perpustakaan di dalam kegiatan hidup sehari-hari. Dalam konteks ini maka guru dapat termotivasi untuk menggunakan perpustakaan, apabila perpustakaan tersebut mampu mendukung pelaksanaan tugas mendidik dan mengajar yang menjadi tugas dan kewajiban pokok guru. Kemampuan memberikan dukungan tersebut antara lain tergantung pada jumlah, dan jenis koleksi, serta pengaturan layanan perpustakaan yang bersangkutan. Untuk itu studi ini mengusulkan:

Rekomendasi 1: Mengembangkan dan memantapkan perpustakaan sekolah sebagai “supporting sistem” dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah-sekolah, melalui langkah-langkah identifikasi kebutuhan guru terhadap layanan perpustakaan, dan pelibatan seluruh guru (baik guru kelas maupun guru bidang studi) di dalam perencanaan pengembangan perpustakaan dan implementasinya.

2. Jumlah Buku Yang Dipinjam

122. Proyek ini telah melampui target peningkatan rata-rata jumlah buku yang dipinjam per tahun, yakni 25%. Sebagaimana data dalam Tabel 8, di kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Selatan pada awal proyek, rata-rata jumlah buku perpustakaan sekolah yang dipinjam per hari adalah 9,7 eksemplar; dan selama satu tahun proyek berjalan menjadi 25,2 eksemplar, atau terjadi kenaikan 160%. Sementara itu di Jawa Tengah terjadi kenaikan 307% dan di Nusa Tenggara Barat terdapat kenaikan buku yang dipinjam rata-rata 75%. 123. Lebih lanjut data dan informasi mengindikasikan bahwa kenaikan pinjaman terjadi terutama pada setiap pengadaan buku-buku baru. Sementara itu berdasarkan pengalaman di sekolah-sekolah non bantuan proyek menunjukkan bahwa layanan perpustakaan hampir tidak berjalan; para siswa merasa enggan untuk datang ke perpustakaan karena semua koleksi yang ada sudah pernah dibaca dan atau dipinjam. Konsekuensi dari keadaan ini adalah perpustakaan sekolah dituntut untuk selalu memperbaharui koleksi yang ada.

Page 53: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

35

124. Salah satu kasus menarik terjadi di suatu SD di Kabupaten Bangka, yakni beberapa siswa dalam satu bulan masing-masing meminjam sekitar 10 buku. Apabila diasumsikan bahwa buku yang dipinjam sama, maka untuk menarik seorang siswa tetap tertarik untuk datang dan meminjam buku perpustakaan diperlukan penambahan koleksi setiap bulan minimal 10 judul, atau dalam satu tahun dengan masa efektif belajar 10 bulan (dua bulan yang lain merupakan masa ujian dan libur) diperlukan minimal 100 judul. Kondisi ini adalah kebutuhan minimal, yang dalam kenyataan ideal sesuai dengan kondisi murid mungkin lebih besar dari jumlah tersebut. Lantas, apakah semua sekolah memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan jumlah dan jenis koleksi pustaka seperti itu ? 125. Upaya-upaya perpustakaan sekolah untuk menambah koleksi melalui himbauan kepada lulusan untuk menyumbang buku, dan meminta bantuan kepada berbagai pihak merupakan langkah yang cukup baik. Selanjutnya untuk melengkapi usaha tersebut studi ini menyarankan:

Rekomendasi 2: Membangun dan memantapkan mekanisme kerjasama penyediaan koleksi dengan perpustakaan daerah dan perpustakaan sekolah atau jenis perpustakaan lain (seperti lembaga bisnis atau usaha, taman bacaan masyarakat) melalui “sistem tukar pinjam koleksi”. Dalam kaitan ini peran strategis “Perpustakaan Keliling” sebagai pemasok pinjaman koleksi bagi perpustakaan-perpustakaan yang lemah perlu diberdayakan secara optimal dan berkelanjutan.

3. Jam buka layanan

126. Fungsi utama perpustakaan adalah memberikan layanan kepada para pengguna. Untuk itu waktu pelayanan menjadi sangat penting untuk menarik dan memuaskan para penggunanya. Tujuan awal pengembangan perpustakaan sekolah adalah untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah, dan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk melayani kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan bagi masyarakat sekitarnya. Dengan demikian jam buka layanan perpustakaan diharapkan tidak hanya pada saat jam sekolah saja, tetapi juga setelah jam pelajaran sekolah. Dalam konteks ini proyek mentargetkan jam layanan perpustakaan sekolah 4 jam sehari, dengan rincian 50% pada jam sekolah dan 50% di luar jam sekolah. 127. Dari data di muka (lihat Tabel 9) dapat disimpulkan bahwa dari segi lama waktu pemberian layanan, perpustakaan sekolah telah berhasil mencapai target proyek. Sementara dari segi proporsi saat pemberian layanan belum sesuai dengan harapan, karena proporsi layanan di luar jam sekolah rata-rata kurang dari setengah jam, atau dengan kata lain layanan relatif tidak berjalan. Hal ini berarti perpustakaan sekolah belum berfungsi secara optimal di dalam memenuhi kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan masyarakat. Meskipun diakui, terdapat beberapa orangtua pengantar siswa kelas I dan II yang memanfaatkan bacaan perpustakaan sekolah. 128. Dari pengamatan dan diskusi dengan para pengelola perpustakaan dapat diidentifikasi bahwa ketenagaan merupakan kendala utama untuk dapat memberikan layanan di luar jam sekolah, terutama menyangkut kemauan kerja di luar jam tugas dan pemberian insentifnya. 129. Apabila dikaji lebih lanjut, waktu layanan perpustakaan sekolah dilakukan pada pagi hari dengan asumsi berjalan sepanjang jam pelajaran. Padahal tidak semua sekolah memberikan layanan sepanjang waktu pelajaran seperti itu. Pada perpustakaan yang tidak memiliki petugas khusus, seringkali terjadi akses ke perpustakaan memang berlangsung sepanjang jam sekolah, tetapi pada dasarnya waktu efektif pelayanan hanya berlangsung

Page 54: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

36

selama dua kali waktu istirahat, masing-masing sekitar 30 menit. Keterbatasan waktu ini seringkali berakibat pada pemanfaatan perpustakaan yang tidak maksimal dan pencatatan pelayanan yang kurang tertib. 130. Sejauh ini kemungkinan perekrutan petugas khusus perpustakaan untuk menanggulangi permasalahan di atas tampak relatif sangat kecil, mengingat kemampuan sekolah memberikan insentif masih kurang. Untuk itu guna mengoptimalkan fungsi perpustakaan sekolah sebagai pusat layanan informasi dan “agen pembaharuan” bagi lingkungan internal sekolah dan masyarakat sekitarnya maka diusulkan untuk:

Rekomendasi 3: Mengembangkan tim kerja perpustakaan yang beranggotakan sebanyak mungkin guru (lihat Rekomendasi 1) yang siap memberikan layanan prima kepada siswa dan masyarakat sekitarnya selama jam kerja sekolah. Upaya ini perlu didukung dengan penyediaan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, dan kemudahan masyarakat untuk mengakses perpustakaan sekolah tersebut.

4. Perpustakaan Sekolah Ganda

131. Untuk mencapai efisiensi, pada dua atau tiga sekolah yang berada dalam satu area yang berdekatan atau dalam komplek yang sama, bantuan paket pengembangan diberikan hanya kepada satu perpustakaan sekolah. Sekolah penerima bantuan ini disebut sekolah ganda, yang harus memberikan akses kepada warga sekolah lain untuk memanfaatkan hasil-hasil pengembangan perpustakaan tersebut, termasuk mengikutsertakan mereka di dalam berbagai kegiatan yang diadakan perpustakaan sekolah itu. 132. Paparan data kuantitatif di muka mengindikasikan bahwa pemanfaatan bersama hasil pengembangan perpustakaan sekolah ganda telah terjadi, meskipun tidak berjalan optimal. Dari pendalaman data kualitatif di suatu SD Ganda di Kabupaten Brebes terungkap bahwa sekolah lain –baik guru maupun siswanya--dalam satu kompleks tidak pernah memanfaatkan perpustakaan penerima bantuan proyek dengan alasan tidak tahu bahwa proyek tersebut dapat dimanfaatkan bersama, dan menganggap perpustakaan tersebut hanya sebagai percontohan saja. Kepala sekolah maupun guru juga merasa tidak pernah diajak atau diikutsertakan dalam pengelolaan bantuan proyek. Sementara informasi lain menyebutkan ada kepala sekolah tertentu yang melarang guru dan siswanya untuk berkunjung ke perpustakaan sekolah ganda penerima bantuan tersebut. 133. Dengan demikian ketidak-tahuan dan unsur kecemburuan tampaknya menjadi penyebab fungsi dan peran perpustakaan sekolah ganda tersebut kurang berjalan optimal. Untuk itu studi ini merekomendasikan:

Rekomendasi 4: Pelibatan unsur kepala sekolah dan atau guru dari semua sekolah yang ada dalam satu kompleks tersebut ke dalam tim pengelola perpustakaan atau komite bersama, yang bertanggungjawab mengelola dan mengembangkan satu perpustakaan yang representatif untuk digunakan semua sekolah dalam satu kompleks tersebut.

5. Kondisi Perpustakaan

134. Studi ini menemukan sebagian besar perpustakaan sekolah penerima bantuan proyek sudah menempati ruang tersendiri, dengan kondisi rata-rata cukup memadai. Selain itu meskipun sarana dan prasarana relatif terbatas, tetapi tetap dapat memberikan

Page 55: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

37

pelayanan yang baik, terbukti dalam wawancara dengan guru maupun siswa tidak pernah mengalami kesulitan di dalam menggunakan perpustakaan. 135. Hasil kemajuan pengembangan perpustakaan tersebut memang nyata terjadi di dalam keseharian operasional perpustakaan. Namun demikian sangat disayangkan karena catatan-catatan yang berkenaan dengan dinamika kegiatan dan pelayanan perpustakaan tersebut kurang mendapat perhatian. Kelemahan pencatatan ini, selain karena ketidak-lengkapan buku yang dimiliki, pada umumnya juga disebabkan keengganan pengguna untuk mencatat aktivitasnya di perpustakaan, atau dalam kasus tertentu dikarenakan waktu efektif layanan yang pendek (30 menit pada jam istirahat pelajaran) sementara jumlah pengunjung banyak. 136. Kenyataan lapangan sebagai bukti dinamika kegiatan perpustakaan memang penting, tetapi catatan dari dinamika kegiatan tersebut juga tak kalah pentingnya. Catatan-catatan tersebut sangat berguna antara lain: (a) sebagai bahan pembelajaran pihak internal pengelola perpustakaan, (b) sebagai dasar pijakan untuk pengembangan diri secara berkelanjutan; atau (c) sebagai bahan pertanggung-jawaban dan penjaminan akuntabilitas publik, dan (d) bagi pihak eksternal yang ingin mempelajari keberhasilan perpustakaan yang bersangkutan. Untuk itu studi ini mengusulkan:

Rekomendasi 5: Inovasi-inovasi yang berkaitan dengan kemudahan, kecepatan, dan keakuratan pencatatan layanan perpustakaan perlu terus dilakukan. Dalam hal ini pemberdayaan peran Fasilitator Masyarakat (FM) dan pendampingan LSM perlu mengarah pula pada inovasi-inovasi yang mendukung penciptaan tertib pencatatan tersebut, selain peningkatan kemampuan manajemen proyek dan keterampilan teknis perpustakaan. Untuk masa-masa mendatang, perpustakaan daerah (propinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat mempersiapkan langkah-langkah strategis guna mewujudkan tertib pencatatan sebagai bagian dari budaya pengelolaan perpustakaan yang accountable.

6. Ketenagaan

137. Layanan perpustakaan sangat tergantung dari ketersediaan tenaga pengelola perpustakaan yang bersangkutan, khususnya menyangkut jumlah, keahlian dan ketersediaan waktu. Jumlah tenaga yang cukup, berketerampilan dan bekerja secara penuh waktu (full time) dapat menjamin penyediaan layanan yang baik, terlebih lagi jika mereka mendapatkan insentif yang memadai. Kondisi ketenagaan semacam itu sangat diperlukan untuk dapat memberikan layanan yang baik secara berkelanjutan. 138. Dalam Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah (Perpusnas RI, 2001) disebutkan jumlah petugas perpustakaan sekolah, terdiri dari: kepala perpustakaan sekolah dan pelaksana (tenaga teknis dan tenaga pendukung) dengan rasio satu petugas : 150 siswa. Kualifikasi pendidikan tenaga tersebut minimal D2/D3 bidang perpustakaan untuk perpustakaan SD/MI, dan S1 untuk perpustakaan SLTP/SLTA atau guru dengan tambahan kursus/diklat/penyetaraan di bidang perpustakaan.2 Sementara itu dalam Standar Pelayanan Minimal SD/MI (SK Mendiknas 053/U/2001), keberadaan petugas perpustakaan atau guru pustakawan bersifat tentatif, karena pengangkatannya tergantung kemampuan daerah.

2 School Library Standards 2000 menetapkan ketenagaan perpustakaan sekolah terdiri dari “qualified teacher-

librarian positions” dan “clerical/technical personnel” (http://www.edu.pe.ca/southernkings/standard.htm, Download tanggal 25 September 2004).

Page 56: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

38

139. Untuk mencapai kondisi ideal di atas tampak perlu perjuangan keras yang berkelanjutan. Memang, data yang ada menunjukkan bahwa dari segi keterampilan pada dasarnya tenaga pengelola perpustakaan sekolah pada saat ini sudah cukup memadai karena mereka sudah mengikuti beberapa kali pelatihan manajemen dan teknis perpustakaan. Namun demikian dalam jangka panjang kondisi ini sulit dipertahankan mengingat dari segi ketersediaan waktu, status penugasan dan insentif jauh dari kondisi ideal. 140. Pada umumnya penyelenggaraan perpustakaan sekolah diserahkan kepada guru kelas atau guru bidang studi. Hal ini berarti pengelolaan perpustakaan tersebut sebagai pekerjaan sambilan, dan membatasi waktu efektif pelayanan, yakni hanya pada jam istirahat. Demikian pula dengan status sebagai guru yang seringkali harus pindah tugas atau alih jabatan, misal pindah sekolah atau dipromosikan menjadi kepala sekolah di tempat lain, atau menjadi pengawas/penilik. Sementara itu insentif yang diberikan sangat minim, bahkan untuk sekolah tertentu tidak ada sama sekali. Kondisi ketenagaan tersebut menyebabkan layanan dan pengembangan perpustakaan sekolah sangat sulit dijamin kesinambungannya. Untuk itu studi ini mengajukan usulan sebagai berikut.

Rekomendasi 6: Dalam jangka pendek mengupayakan pengakuan legal-formal terhadap penugasan pengelolaan perpustakaan agar dapat dihitung sebagai salah satu perolehan angka kredit untuk kenaikan jabatan dan atau pangkat guru. Dalam jangka menengah perlu dikembangkan program kaderisasi guru pustakawan. Pemberian bekal keterampilan kepada sebanyak mungkin guru (baik guru kelas maupun guru bidang studi) ini memiliki banyak manfaat antara lain menyediakan tenaga berketerampilan perpustakaan yang sewaktu-waktu siap mengganti petugas perpustakaan yang pindah tugas atau alih jabatan, dan sekaligus membentuk “critical mass” yang dapat berfungsi sebagai motivator bagi para siswa untuk menggunakan perpustakaan sekolah. Dalam jangka panjang mempersiapkan rekrutmen petugas yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah dengan segala konsekuensi admistratif dan finansialnya.

7. Sustainabilitas Perpustakaan Sekolah

141. Perpustakaan sekolah mempunyai peranan yang sangat strategis untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, karena dapat menjadi sarana penunjang kegiatan pembelajaran bagi guru dan murid. Dengan demikian kebutuhan guru dan murid dapat menjadi faktor demand bagi keberadaan perpustakaan sekolah; dan hal ini menjadikan perpustakaan sekolah dapat “sustainabel” seiring dengan keberadan sekolah yang bersangkutan. 142. Perpustakaan sekolah, dengan bantuan Proyek, bagaimanapun telah mampu meningkatkan koleksi maupun layanannya. Apabila dibandingkan dengan sekolah bukan penerima bantuan, dinamika layanan perpustakaan pada sekolah penerima bantuan proyek kelihatan jelas berbeda. Permasalahannya adalah apakah semua perpustakaan sekolah tersebut mampu bertahan dan dapat menyediakan layanan yang memadai setelah proyek berakhir ? 143. Rencana tindak lanjut memang telah dipersiapkan dan bahkan sebagian telah dilakukan, meskipun tidak formal dan sistimatis lihat (BAB IIIB.7Rencana tindak lanjut). Namun demikian sebagian upaya tersebut tampak kurang dapat menjamin keberlanjutannya, seperti: mencari donor dan minta bantuan; hal ini jelas tidak dapat dilakukan secara terus menerus. Iuran anggota (siswa) atau denda keterlambatan pinjam

Page 57: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

39

juga dapat diramalkan tidak dapat mencapai jumlah yang signifikan untuk membiayai kegiatan operasional perpustakaan. Sementara itu upaya pengangkatan tenaga khusus juga tidak dapat dilakukan oleh semua sekolah. Satu-satunya pendukung keberlanjutan perpustakaan sekolah yang nyata hanyalah faktor demand di atas. 144. Dengan memperhatikan berbagai permasalahan tersebut studi ini merekomendasikan pengembangan perpustakaan sekolah yang terintegrasi, dengan memperhatikan kondisi internal dan eksternal yang ada. Setiap rekomendasi yang diusulkan dalam laporan studi ini hendaknya dapat menjadi dasar untuk menata perpustakaan sekolah agar mampu berkembang secara berkelanjutan.

Page 58: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

40

BBAABB IIVV PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN PPEERRPPUUSSTTAAKKAAAANN MMAASSYYAARRAAKKAATT A. Penguatan Perpustakaan Masyarakat

145. Sebagaimana telah dikemukakan pada BAB III, perpustakaan masyarakat (PM) yang menjadi sasaran proyek, sama seperti perpustakaan sekolah, adalah perpustakaan yang sudah berjalan dan memiliki cukup potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Hal ini bisa diduga karena mempertahankan dan atau mengembangkan perpustakaan yang sudah ada jauh lebih sulit daripada mendirikan perpustakaan yang baru. 146. Penguatan masyarakat untuk pengembangan perpustakaan ini dilakukan sejalan dengan penguatan perpustakaan sekolah, dalam bentuk antara lain: pelatihan manajemen proyek dan teknis perpustakaan, pengembangan program inovatif, dan pemberian dana bantuan (grant). Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut telah diuraikan dalam BAB III di muka, untuk itu berikut ini langsung dipaparkan hasil studi yang terkait dengan indikator keberhasilan proyek. B. Hasil Penguatan Perpustakaan Masyarakat

1. Pemanfaatan Perpustakaan

147. Data penggunaan perpustakaan masyarakat ditunjukkan dengan indikator jumlah pengunjung dan jumlah buku yang dipinjam. Hasil studi ini menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah pengunjung dan jumlah buku yang dipinjam di ketiga propinsi sasaran proyek. 148. Kenaikan jumlah pengunjung pada PM dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut.

Gambar 12: Rata-rata Jumlah Pengunjung Perpustakaan Masyarakat per hari

Page 59: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

41

149. Grafik di atas menunjukkan baik di Sumatera Selatan, maupun di Jawa Tengah terjadi kenaikan jumlah pengunjung yang relatif stabil dalam setiap periode pencairan dana. Sementara di Nusa Tenggara Barat terjadi kenaikan rata-rata yang cukup tajam. 150. Selanjutnya berdasarkan data pada lampiran 9 dapat diketahui bahwa pada awal proyek, jumlah pengunjung PM di kabupaten/kota di Sumatera Selatan rata-rata 15 orang per hari, dan selama satu tahun proyek berjalan menjadi 34 orang atau terjadi kenaikan sekitar 123%. Pada propinsi ini “effort” tertinggi dilakukan oleh jajaran perpustakaan Kabupaten Lahat, ditunjukkan dengan prosentase kenaikan mencapai 190% dan terendah di OKU dengan kenaikan 33%. 151. Di Propinsi Jawa Tengah rata-rata pengunjung PM per hari adalah 14 orang pada awal proyek dan 41 orang setelah satu tahun proyek berjalan atau terdapat kenaikan 202%. Pencapaian tertinggi terjadi di Kabupaten Blora (480%), dan terendah di Kabupaten Grobogan (81%). Adapun di Propinsi Nusa Tenggara Barat rata-rata pengunjung per hari pada awal proyek 12 orang dan naik menjadi 51 orang, atau terdapat kenaikan 325%. Kenaikan tertinggi terjadi di Kabupaten Sumbawa Barat, mencapai 657%; dan terendah 42% terjadi di Kabupaten Lombok Barat. 152. Indikator penggunaan perpustakaan berikutnya adalah jumlah buku yang dipinjam. Studi ini menemukan penggunaan PM seperti gambaran dalam grafik berikut ini.

Gambar 13: Grafik Rata-rata jumlah buku yang dipinjam dari Perpustakaan Masyarakat Per hari

153. Grafik tersebut menunjukkan bahwa terdapat kenaikan rata-rata jumlah buku yang dipinjam dari PM di ketiga propinsi sasaran proyek. Kenaikan ini sejalan dengan kenaikan rata-rata jumlah pengunjung sebagaimana temuan di muka. 154. Berdasarkan data sebagaimana disajikan dalam lampiran 10, kenaikan tersebut dapat dijelaskan bahwa di Propinsi Sumatera Selatan, rata-rata jumlah buku yang dipinjam dari PM pada awal proyek berjumlah 7 eksemplar, dan dalam periode satu tahun terakhir menjadi 22 eksemplar atau naik sebesar 209%. Kenaikan tertinggi terjadi di Kabupaten Muara Enim sebesar 358%, dan terendah, sebesar 183% terjadi di dua daerah yaitu Kabupaten OKU dan Kota Palembang. Namun perlu dicatat bahwa secara riil jumlah buku yang paling banyak dipinjam terjadi di OKU.

Page 60: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

42

155. Di Jawa Tengah rata-rata jumlah buku yang dipinjam dari PM per hari sebesar 215%, dengan angka riil dari semula 9 eksemplar menjadi 29 eksemplar. Kenaikan tertinggi terjadi di Jepara sebesar 500% dan terendah di Pekalongan, yakni sebesar 74%. Dari sisi angka riil, Kota Pekalongan termasuk dalam kelompok buku yang dipinjam cukup banyak (12 eksemplar). Sementara jumlah buku yang dipinjam terbanyak (20 eksemplar) terjadi di Kabupaten Magelang. Dan setelah satu tahun proyek, jumlah terbanyak dari buku yang dipinjam terjadi di Kabupaten Grobogan. 156. Di Nusa Tenggara Barat rata-rata buku yang dipinjam dari PM pada awal proyek 6 eksemplar per hari, dan setelah satu tahun proyek berjalan menjadi 37 eksemplar, atau rata-rata kenaikan sebesar 488%. Kenaikan paling besar terjadi di Kabupaten Sumbawa Barat, yakni 300%, sementara terkecil di Kabupaten Bima dengan 118%. Namun demikian dalam angka riil, jumlah buku yang dipinjam di daerah Bima sebenarnya termasuk tertinggi, yakni pada awal 25 eksemplar, dan setelah satu tahun proyek berjalan menjadi 55 eksemplar.

2. Manajemen Perpustakaan

157. Dalam proyek ini ukuran keberhasilan manajemen perpustakaan ditinjau dari (a) jam buka (layanan), (b) ketertiban dan kebersihan-kerapian, (c) ragam koleksi, dan (d) kecukupan pegawai. Ukuran keberhasilan tersebut dapat dipaparkan dalam uraian berikut.

a. Jam Buka Layanan

158. Waktu layanan perpustakaan masyarakat dapat berlangsung pada pagi sampai siang hari, atau pada siang sampai sore, atau sore sampai malam hari (sekitar sholat Isya). Periode layanan tersebut dapat disajikan dalam tabel seperti di bawah ini.

Tabel 10: Rata-rata jam dan hari buka layanan pada Perpustakaan Masyarakat

Page 61: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

43

159. Data di atas menunjukkan bahwa periode waktu pelayanan PM di daerah Propinsi Sumatera Selatan sebelum proyek rata-rata 5,3 jam per hari, selama 5 hari dalam satu minggu. Setelah satu tahun proyek berlangsung, waktu layanan menjadi 6,2 jam sehari dengan jumlah hari buka tetap sama 5 hari. Sementara itu di Jawa Tengah, pada awal proyek rata-rata waktu pelayanan PM adalah 3,4 jam per hari, dengan 4,3 hari buka dalam seminggu. Perkembangan dalam satu tahun, menjadi 4,3 jam layanan, selama 5,1 hari buka dalam seminggu. Adapun di Nusa Tenggara Barat jam pelayanan pada awal proyek 4,5 jam per hari selama 5,3 hari per minggu, dengan perkembangan menjadi 7,2 jam per hari selama 6,3 hari per minggu.

b. Kebersihan - Ketertiban

160. Perpustakaan yang permanen (untuk membedakan dengan istilah “perpustakaan keliling”) pada umumnya berlangsung dalam suatu ruang tertentu, sehingga aktivitas pemberian layanan dapat berlangsung secara optimal. Demikian pula PM penerima bantuan proyek. Dari data dalam Lampiran 11 dapat diketahui bahwa 92% PM di Sumatera Selatan telah menempati ruang tersendiri, dengan kondisi 42% sangat memadai, 50% cukup memadai, dan hanya 8% yang kurang memadai. 161. Di Jawa Tengah terdapat 90% PM yang telah memiliki ruang tersendiri, dan hanya 10% yang menggunakan ruang bersama. Adapun kondisi PM tersebut, 30% sangat memadai, dan 70% yang lain cukup memadai. Sedangkan di Nusa Tenggara Barat terdapat 83% PM yang telah menempati ruang tersendiri, dan sisanya 17% menempati ruang bersama. Kondisi PM di NTB tersebut 17% sangat memadai dan 83% yang lain dalam kondisi cukup memadai. Ruang bersama yang dipakai PM antara lain di aula yang dapat digunakan untuk pengajian, dan ketika ada acara pengajian tersebut, layanan perpustakaan ditutup. Beberapa kondisi PM tersebut dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

Page 62: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

44

Foto 6: Perpus Masyarakat Robiatul Adawiyah Kab. OKU (Ruang Sendiri)

Foto 7: Perpus Masyarakat Masjid Wali Songo Kab. Musi Rawas

(Ruang Bersama)

Foto 8: Perpus Masyarakat TBM Al-Hidayah Brebes (Ruang Sendiri)

Foto 9: Perpus Masyarakat Kr. Taruna Argo Luhur Kab. Blora

(Ruang bersama)

Foto 10: Perpus Masyarakat Wardah Kab. Bima NTB (Ruang Bersama)

Foto 11: Perpus Masyarakat TBM Desa Banyu Urip Gerung

Kab. Lombok Barat NTB (Ruang Sendiri)

Page 63: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

45

162. Dari segi administrasi pencatatan penyelenggaraan perpustakaan, sebagaimana data pada lampiran 12 ditemukan bahwa ada 17% PM yang memiliki buku-buku pendukung administrasi perpustakaan yang lengkap, dipakai dan kondisi memadai. Di Jawa Tengah dan NTB masing-masing terdapat 40% dan 58% PM dengan kondisi buku yang lengkap, dipakai, dan memadai seperti ini. Selebihnya masih terdapat PM yang segi administrasi pencatatannya kurang baik, dengan kondisi jumlah minimal kurang, tidak dipakai, atau buku-bukunya perlu diganti. Buku-buku yang dimaksud minimal terdiri dari Buku Catatan Pengunjung, Buku Catatan Peminjam, Buku Induk (Inventaris Bahan Pustaka), Buku Inventaris Peralatan, dan Buku Catatan Keuangan.

c. Ragam buku

163. Dari kajian terhadap data awal (baseline data) saat proyek efektif berjalan (sekitar akhir tahun 2002) sampai dengan pengadaan buku dari dana bantuan tahap pencairan ketiga (yang terjadi sekitar Desember 2003) dapat disimpulkan adanya peningkatan yang cukup besar pada jumlah koleksi dan judul buku yang dimiliki PM, sebagaimana gambaran berikut ini.

Gambar 14: Grafik Rata-rata Koleksi Buku pada Perpustakaan Masyarakat di Propinsi Sumatera Selatan

164. Gambaran kenaikan di atas, dapat diperjelas dengan melihat data pada Lampiran 13, yakni pada tingkat propinsi Sumsel, data awal buku yang dimiliki oleh PM rata-rata 482 judul, setelah satu tahun proyek berjalan menjadi 910 judul, atau terjadi kenaikan sekitar 89%. Sedangkan dari segi kuantitas, pada awal proyek memiliki 914 eksemplar meningkat menjadi 1.625 eksemplar, atau mengalami kenaikan 78%. Kenaikan jumlah judul yang tertinggi terjadi di Kabupaten Musi Rawas (1.425%), dan terendah di Kabupaten Muara Enim (22%). Sementara itu dari segi jumlah eksemplar, kenaikan tertinggi terjadi di Kabupaten Musi Rawas (742%) dan terendah di Kota Palembang (31%). 165. Di Jawa Tengah, rata-rata pada tingkat propinsi terjadi kenaikan jumlah judul buku yang dimiliki PM sebesar 104%, dan dari segi eksemplar naik sekitar 79%. Kenaikan jumlah judul tertinggi terjadi di Kabupaten Karanganyar, yang mencapai 449 %, dan terendah di Kabupaten Grobogan (33%). Dari segi jumlah eksemplar, kenaikan tertinggi terjadi di Kabupaten Karanganyar (568%), dan terendah di Kota Pekalongan (35%). Gambaran kenaikan ini dapat disajikan dalam grafik berikut ini.

Page 64: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

46

Gambar 15: Grafik Rata-rata Koleksi Buku pada Perpustakaan Masyarakat di Propinsi Jawa Tengah

166. Sebagaimana data dalam Lampiran 13, juga dapat diketahui bahwa di NTB, rata-rata judul buku yang dimiliki PM meningkat sebesar 287%, dan dari segi eksemplar naik sekitar 202%. Kenaikan jumlah judul tertinggi terjadi di KabupatenSumbawa Barat, yang mencapai 698%, dan terendah di Kabupaten Lombok Barat (136%). Dari segi jumlah eksemplar, kenaikan tertinggi juga terjadi di Kabupaten Sumbawa Barat (525%), dan kenaikan terkecil (sekitar 104%) terjadi di dua daerah yaitu Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Tengah. Gambaran kenaikan pada tingkat propinsi ini dapat disajikan dalam grafik di bawah ini.

Gambar 16: Grafik Rata-rata Koleksi Buku pada Perpustakaan Masyarakat di Propinsi Nusa Tenggara Barat

167. Dari gambaran data yang ada tampak bahwa besaran kenaikan di atas sangat dipengaruhi oleh kepemilikan buku pada awal proyek. Selain itu, berdasarkan informasi para pengelola perpustakaan, penambahan jumlah buku pada setiap tahap pencairan tidak selalu sama jumlahnya, karena harga buku (konsekuensi dari kualitas cetakan, penerbit, isi atau penulis) sangat menentukan jumlah buku yang dapat dibeli. Untuk itu apresiasi perlu

Page 65: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

47

diberikan kepada PM di Kota Palembang dan Kota Pekalongan yang pada tahap awal telah memiliki buku rata-rata di atas seribu judul.

d. Ketenagaan

168. Dari segi ketenagaan, sebagaimana tampak pada Lampiran 14 diketahui bahwa sekitar 93% petugas PM di Sumatera Selatan adalah tenaga biasa (bukan pustakawan). Kualifikasi pendidikan mereka adalah 24% lulusan S1, 15% lulusan Diploma, 59% lulusan SLTA, dan 2% lulusan SLTP. Sementara itu di Jawa Tengah 100% petugas PM adalah tenaga biasa, dengan kualifikasi pendidikan 20% S1, 20% Diploma, 40% SLTA, dan 20% SLTP. Sedangkan di NTB, ada sekitar 17% petugas PM adalah pustakawan, dan 83% yang lain adalah tenaga biasa. Kualifikasi pendidikan mereka 20% S-1, 20% Diploma, dan 60% SLTA. 169. Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petugas perpustakaan masyarakat adalah tenaga biasa, bukan pustakawan. Pendidikan mereka sebagian besar adalah lulusan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA).

3. Pengguna Perpustakaan

170. Gambaran kelompok usia dan jenis kelamin pengguna PM dapat dilihat pada lampiran 15, Data tersebut menunjukkan rata-rata jumlah pengguna PM di Sumatera Selatan adalah 37 orang per hari buka, dengan komposisi 49% perempuan dan 51% laki-laki, dengan rincian kelompok usia: 11% usia pra-sekolah, 22% usia SD, 30% usia dewasa, 5% usia lanjut. Dengan demikian dari segi gender, antara laki-laki dan perempuan memiliki akses yang sama untuk perpustakaan masyarakat. Sementara itu dari segi kelompok usia, tampak bahwa perpustakaan masyarakat di Sumsel paling banyak dikunjungi oleh siswa sekolah lanjutan dan orang dewasa. Gambaran data tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Gambar 17: Grafik Rata-rata jumlah pengguna Perpustakaan Masyarakat di Propinsi Sumatera Selatan (per hari)

171. Di Jawa Tengah, rata-rata jumlah pengguna PM adalah 62 orang per hari buka, dengan komposisi 57% perempuan dan 43% laki-laki. Dari segi usia terdiri dari: 15% usia pra-sekolah, 42% usia SD, 23% usia sekolah lanjutan, 21% usia dewasa, dan 5% usia lanjut. Data tersebut menunjukkan bahwa dari segi gender, pengguna PM di Jateng relatif

Page 66: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

48

lebih banyak berasal dari perempuan. Sedangkan dari segi kelompok usia, paling banyak berasal dari anak usia SD. Gambaran komposisi pengguna PM di Jateng ini dapat disajikan dalam grafik berikut ini.

Gambar 18: Grafik Rata-rata jumlah pengguna Perpustakaan Masyarakat di Propinsi Jawa Tengah (per hari)

172. Adapun di NTB, rata-rata jumlah pengunjung PM adalah 51 orang per hari buka, dengan komposisi 47% perempuan dan 53% laki-laki. Dari segi usia terdiri dari: 8% usia pra sekolah, 22% usia SD, 29% usia sekolah lanjutan, 31% usia dewasa, dan 10% usia lanjut. Dengan demikian, sebagaimana terjadi di Sumsel, aksesibilitas ke perpustakaan untuk kelompok laki-laki dan perempuan relatif sama. Sementara itu dari segi kelompok usia, pengguna terbanyak adalah kelompok usia dewasa dan usia sekolah lanjutan. Gambaran ini dapat disajikan dalam grafik sebagai berikut.

Gambar 19: Grafik Rata-rata jumlah pengguna Perpustakaan Masyarakat di Propinsi Nusa Tenggara Barat (per hari)

173. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan PM sasaran proyek sebagian besar telah cukup berhasil, antara lain dari segi jam dan hari buka layanan,

Page 67: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

49

kebersihan dan kerapihan, serta jumlah dan ragam koleksi. Sementara itu, seperti terjadi juga pada PS, administrasi pencatatan penyelenggaraan PM dan kecukupan petugas masih menjadi permasalahan. Meskipun begitu para pengguna PM hampir tidak pernah mengalami kesulitan di dalam menggunakan PM. Hal ini ditunjukkan dengan data pengguna yang tidak pernah mengalami kesulitan di daerah Sumatera Selatan mencapai 86%, di Jawa Tengah mencapai 79%, dan di Nusa Tenggara Barat mencapai 76%. Mereka merasa senang dengan penyelenggaraan PM, karena dapat meringankan beban biaya untuk membeli buku (bagi pelajar pengguna PM), koleksi yang beragam dan bermanfaat (seperti buku-buku pertanian, agama dan pengetahuan umum), dan pelayanannya ramah. Keluhan pengguna, lebih sebagai keinginan, misal berkenaan dengan ruang yang sempit, bising (dekat keramaian umum, seperti pasar atau jalan besar), atau menginginkan berlangganan koran atau majalah, dan penambahan koleksi baru. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum para pengguna merasa puas terhadap pelayanan perpustakaan masyarakat.

4. Keterlibatan Masyarakat

174. Kriteria PM yang diberi bantuan proyek mengindikasikan bahwa perpustakaan tersebut sudah dapat memberikan layanan minimal kepada para masyarakat pengguna. PM tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh kelompok masyarakat tertentu, seperti PKK, Karang Taruna, Pesantren, Kelompok Tani, atau individu (anggota) masyarakat yang peduli dengan perpustakaan. Penyelenggaraan perpustakaan seperti ini jelas merupakan wujud nyata dari keterlibatan atau partisipasi masyarakat, setidaknya pada tahap awal pendirian, dalam penyelenggaraan PM. Sebagaimana kita pahami bahwa, pendirian dan penyelenggaraan PM tersebut setidaknya memerlukan tempat, dana, tenaga, dan bahan-bahan pustaka. Dengan demikian pada prinsipnya keterlibatan, dukungan, bantuan ataupun partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan PM sudah ada, baik bersifat insidental maupun rutin. Keterlibatan, dukungan, bantuan, atau partisipasi tersebut dapat berasal dari perorangan, kelompok atau masyarakat, yayasan, LSM, dan perusahaan. 175. Bantuan, dukungan, atau partisipasi di atas tidak mudah untuk dikalkulasi dalam bentuk uang, apalagi untuk menilai kecenderungan peningkatannya. Kesulitan semakin lengkap dengan tidak selalu dicatatnya berbagai bantuan atau dukungan itu di dalam pembukuan PM; dengan asumsi pengelola bahwa bantuan-bantuan tadi tidak termasuk dalam pertanggungjawaban dana bantuan proyek. 176. Dengan kondisi ketiadaan data tersebut, studi ini berhasil mengungkap bahwa hampir setiap PM menerima bantuan atau dukungan dari masyarakat, dalam bentuk dana, bahan pustaka, tenaga, dan fasilitas lainnya. Keempat bentuk bantuan tersebut dapat diterima oleh satu PM, seperti yang dialami oleh Perpustakaan Masjid Agung Kota Palembang dan Perpustakaan Masjid At-Taqwa Sumbawa Barat. Sementara PM yang lain hanya menerima satu, atau dua jenis bantuan itu. 177. Selanjutnya dari data yang ada dapat dilacak bahwa di Propinsi Sumatera Selatan terdapat 25% PM yang menerima bantuan dana, berkisar antara Rp.250.000,- sampai Rp.1.200.000,-. Bantuan bahan pustaka diterima oleh 58% PM, dengan rentang 7 buku sampai 751 buku. Bantuan tenaga diterima oleh 25% PM, antara 1 orang sampai 6 orang. Bantuan lain diterima oleh 8% PM dalam bentuk modem, scanner, dan etalase. 178. Di Jawa Tengah terdapat 35% PM yang menerima bantuan dana, berkisar antara Rp.250.000,- sampai Rp.1.650.000,-. Bantuan bahan pustaka diterima oleh 75% PM. Sebagian PM tidak menyebutkan jumlahnya, sementara yang lain menyebutkan telah menerima antara 35 buku sampai 510 buku. Bantuan tenaga juga diterima oleh 60% PM, antara 2 orang sampai 12 orang. Sementara itu bantuan lain diterima oleh 25% PM dalam bentuk mebelair, rak, lemari, jam dinding, dan ruangan.

Page 68: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

50

179. Di Propinsi Nusa Tenggara Barat berbagai bantuan juga diterima oleh PM, yakni dalam bentuk dana diterima oleh 42% PM, dengan jumlah berkisar antara Rp.100.000,- sampai Rp.1.025.000,-. Bahan pustaka diterima oleh 83% PM, meskipun tidak semua PM menyebutkan jumlah buku yang diterimanya. Hanya dua PM yang menyebutkan telah menerima 45 buku dan 741 buku. Lima puluh persen PM di NTB menerima bantuan tenaga berkisar antara 3 orang sampai 22 orang, baik sebagai pengurus maupun sebagai petugas layanan peminjaman. Sementara itu bantuan hiasan atau pajangan dinding, material bangunan, ruangan diterima oleh 25% PM. 180. Dari penelusuran data kualitatif, lebih lanjut ditemukan bahwa bentuk-bentuk partisipasi tenaga dari anggota masyarakat di dalam penyelenggaraan PM antara lain: membantu pelayanan peminjaman, menata buku dan peralatan, membersihkan ruang, dan jaga malam.

5. Penggunaan Dana Bantuan

181. Studi ini juga menemukan gambaran alokasi penggunaan dana bantuan oleh PM dari Tahap I sampai dengan Tahap III sebagai berikut.

Gambar 20: Grafik Alokasi Penggunaan Dana Bantuan Tahap I pada Perpustakaan Masyarakat

182. Ketiga gambar tersebut menunjukkan bahwa penggunaan dana bantuan pencairan tahap pertama oleh PM di tiga propinsi relatif masih kurang tertib, terutama yang terkait dengan pengadaan mebelair, transportasi dan promosi minat baca.

Page 69: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

51

183. Pada pencairan tahap kedua, ketidak-sesuaian plafon belanja terjadi di Propinsi Nusa Tenggara Barat, dalam hal pengadaan bahan pustaka dan belanja transportasi, sebagaimana gambar berikut ini.

Gambar 21: Grafik Alokasi Penggunaan Dana Bantuan Tahap II pada Perpustakaan Masyarakat

184. Sementara itu gambaran ketertiban pembelanjaan dana bantuan tahap pencairan ketiga ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 22: Grafik Alokasi Penggunaan Dana Bantuan Tahap III pada perpustakaan Masyarakat

185. Sebagaimana pengalaman PS, pengeluaran dana bantuan untuk transportasi pada PM di NTB juga sedikit melebihi alokasi yang ditentukan. Hal ini terkait dengan letak geografis PS yang tersebar luas sampai pelosok daerah yang alat transportasinya relatif sulit. Berbeda dengan perpustakaan yang terletak di daerah yang transportasinya mudah (baik di NTB sendiri maupun di Sumatera Selatan atau Jawa Tengah), apabila ada aktivitas yang memaksa mereka untuk belanja ke luar wilayahnya, PM di daerah sulit ini jelas akan mengeluarkan ongkos transportasi yang lebih dibandingkan dengan perpustakaan lain (transportasi mudah) tadi. Dengan kondisi tersebut ketidak-disiplinan pelaksanaan anggaran

Page 70: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

52

yang terjadi sebenarnya dapat diabaikan, meskipun demikian untuk menjamin audibilitas pertanggungjawaban keuangan hendaknya batas maksimum yang ditetapkan mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan perpustakaan setempat. Dengan demikian kebutuhan yang wajar dapat dipenuhi tanpa harus melanggar ketentuan yang berlaku.

6. Rencana Tindak Lanjut

186. Proyek telah mendorong perpustakaan penerima bantuan untuk mempersiapkan keberlanjutan penyelenggaraan dan pengembangan perpustakaan setelah bantuan proyek berakhir. Dari data yang dikumpulkan, berkisar antara 50% sampai 75% perpustakaan masyarakat di tiga propinsi sasaran proyek menyatakan akan mengupayakan bantuan dana maupun buku dengan mengajukan proposal kepada pemerintah daerah, kelurahan/desa, donatur, yayasan sosial, dan perusahaan swasta. Selain itu, sekitar 20% sampai 25% perpustakaan masyarakat berusaha mengembangkan jaringan kerjasama (networking) dengan penerbit, toko buku, perpustakaan daerah dan perpustakaan nasional, kantor dinas atau cabang dinas pendidikan, tokoh masyakat dan pejabat pemerintah. Upaya lain, dilakukan oleh sekitar 10% sampai 25%, dengan menjaga atau mempertahankan dan meningkatkan peran serta masyarakat, dan sekitar 5% sampai 25% perpustakaan masyarakat juga menjadikan iuran pendaftaran anggota dan denda keterlambatan peminjaman sebagai sumber pendukung operasional. 187. Data tersebut di atas merupakan kumpulan hasil wawancara, yang tidak semua perpustakaan masyarakat dapat menunjukan dokumen yang bersangkutan. Maka kondisi tersebut dapat diartikan bahwa tidak semua perpustakaan masyarakat tersebut membuat rencana pengembangan yang sistematis untuk dapat mempertahankan dan atau meningkatkan layanannya setelah bantuan proyek berakhir. C. Pelajaran dan Pengalaman yang dapat dipetik

188. Pada dasarnya pelajaran dan pengalaman yang dapat dipetik dari pengembangan perpustakaan masyarakat, sama seperti pada perpustakaan sekolah (lihat Bab III halaman 30), antara lain mencakup peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengelola perpustakaan, kemampuan merencanakan program dan anggaran, manfaat perpustakaan untuk meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan masyarakat, dan pentingnya komitmen, dedikasi dan dukungan dari berbagai pihak untuk mengembangkan perpustakaan masyarakat. Namun demikian, selain hal-hal di atas, ada beberapa pengalaman dan pelajaran yang spesifik dari penyelenggaraan PM, yang berbeda dari PS, antara lain:

(i) Perpustakaan masyarakat dapat menjadi tempat rekreasi dan ajang berkumpul bagi warga masyarakat dari kelompok usia anak-anak sampai orang dewasa dan lanjut usia. Selain dapat menambah wawasan dan pengetahuan mereka, dengan kegiatan berkunjung dan membaca di PM dapat mengurangi kecenderungan kenakalan remaja, atau mengurangi kebiasaan “ngrumpi” di kalangan dewasa dan orang tua.

(ii) Masyarakat dapat mempelajari buku-buku keterampilan atau teknologi sederhana yang berguna untuk mengembangkan usaha kecil atau industri rumah tangga untuk menambah penghasilan keluarga.

(iii) Perpustakaan masyarakat di daerah terpencil, dan yang diselenggarakan kelompok minoritas lebih dinamis, atau pemanfaatannya lebih intensif karena perpustakaan tersebut menjadi alternatif sumber informasi dan pengetahuan yang diperlukan oleh lingkungan masyarakat sekitarnya atau kelompok minoritas tersebut untuk mengembangkan dan memajukan kehidupannya.

(iv) Perpustakaan masyarakat yang berkembang dengan baik adalah perpustakaan yang menjadi bagian integral dari misi lembaga kemasyarakatan, baik yang berorientasi agama, sosial maupun ekonomi. Hal

Page 71: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

53

itu disebabkan selain mendapat dukungan operasional dari lembaga yang bersangkutan, juga karena perpustakaan tersebut memiliki anggota dan pengunjung yang jelas, serta loyalitas dan kontinyuitasnya lebih terjamin.

D. Isu dan Rekomendasi

189. Pengembangan perpustakaan masyarakat ini dilakukan sejalan dengan pengembangan perpustakaan sekolah (SD/MI); dan tampak dalam beberapa aspek pengembangan keduanya menghadapi permasalahan yang sama. Permasalahan yang sama tersebut mencakup antara lain: ketenagaan yang tidak memadai, jumlah koleksi yang terbatas, dan administrasi pencatatan kegiatan layanan yang kurang tertib. Rekomendasi untuk memecahkan isu-isu tersebut dimungkinkan sama, atau tidak sama, dengan usulan pemecahan yang dihadapi dalam pengembangan perpustakaan sekolah. Berikut ini hanya dikaji isu-isu dan rekomendasi yang diusulkan, yang bersifat spesifik sesuai dengan karakteristik perpustakaan masyarakat.

1. Kelangsungan penyelenggaraan PM.

190. Perpustakaan masyarakat yang dapat bertahan hidup dan berkembang dengan baik pada umumnya memiliki karakteristik minimal: secara fungsional menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat sehari-hari, dan menjadi bagian integral dari kegiatan institusi kemasyarakatan yang mapan. Karakteristik pertama terkait dengan fungsi eksternal, yakni kemampuan untuk mendukung kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat lingkungannya. Sedangkan karakteristik kedua bersifat internal, yaitu kemantapan fungsi perpustakaan dalam institusi kemasyarakatan. Perpustakaan yang kuat adalah perpustakaan yang dijadikan salah satu tugas atau fungsi dari institusi kemasyarakatan, karena kedudukan ini dapat memperlancar dukungan operasional. 191. Dalam kenyataan ditemukan bahwa tidak semua perpustakaan masyarakat mempunyai dua karakateristik minimal tersebut; masih ada beberapa PM yang meskipun dikelola oleh institusi kemasyarakatan, tetapi pada dasarnya hanya sebagai "tempelan" atau kegiatan tambahan saja, atau tidak jelas posisi kelembagaannya. Sementara itu fungsi eksternalnya, juga kurang menyentuh kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan kata lain PM tersebut tidak memiliki akar yang kuat, baik dari segi fungsi maupun kelembagaannya. Kedudukan semacam ini jelas akan menghambat PM untuk memberikan layanan yang baik, dan sulit untuk dapat berkembang secara berkelanjutan. Sehubungan dengan itu diusulkan untuk:

Rekomendasi 7: Memperkuat struktur dan fungsi kelembagaan PM dengan mengintegrasikan berbagai kegiatan perpustakaan menjadi bagian atau salah satu program kerja dari lembaga kemasyarakatan tersebut, dengan implikasi penyediaan dukungan tenaga dan finansial sepenuhnya dari lembaga kemasyarakatan itu. Misal jika PM tersebut dikelola oleh Pemerintahan Desa/Kelurahan maka perpustakaan tersebut dijadikan salah satu unit layanan pemerintahan desa yang bersangkutan, yang didukung secara formal (jelas kedudukan kelembagaannya) dan operasional (sumberdaya untuk menjalankan fungsinya).

2. Pengembangan PM

192. Pengguna atau pengunjung PM di tiga propinsi memiliki karakteristik yang berbeda. Sebagaimana paparan di muka (lihat Sub Bab IB.3 Pengguna Perpustakaan) tampak bahwa untuk daerah Sumatera Selatan, pengunjung PM yang paling banyak berasal dari kalangan siswa sekolah lanjutan dan orang dewasa. Pengunjung PM di wilayah Propinsi Jawa Tengah

Page 72: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

54

paling banyak berasal dari siswa anak usia sekolah dasar; dan di wilayah Nusa Tenggara Barat paling banyak berasal dari kelompok usia dewasa dan usia sekolah lanjutan. 193. Dengan data dan informasi tersebut dapat diduga bahwa letak PM, komposisi usia dan status sosial ekonomi penduduk di lingkungan sekitar berpengaruh terhadap jumlah dan proporsi kelompok usia pengguna atau pengunjung PM. Sebagai contoh PM Kelurahan Wanasaba Lombok Timur terletak di depan pasar dan dekat dengan sekolah lanjutan pertama dan sekolah lanjutan atas, maka pengguna PM tersebut pada umumnya orang dewasa dan siswa sekolah lanjutan. Sementara itu PM Shinta di Desa Sukaraja Lor Banyumas, yang terletak di dekat SD, maka penggunanya lebih banyak dari siswa SD terdekat tersebut. Belajar dari pengalaman tersebut maka studi ini mengusulkan:

Rekomendasi 8: Untuk memperoleh manfaat yang optimal, maka pengembangan perpustakaan (baik perpustakaan sekolah maupun perpustakaan masyarakat) dilakukan dengan memperhatikan letak dan kondisi demografi lingkungan sekitarnya. Hal ini berarti harus ada pilihan bahwa di suatu lingkungan masyarakat tertentu mungkin lebih cocok dikembangkan perpustakaan sekolah, sementara di tempat lain lebih cocok dikembangkan perpustakaan masyarakat. Dengan demikian asesmen lingkungan harus diperhitungkan secara cermat di dalam pengembangan perpustakaan.

3. Rencana tindak lanjut

194. Perpustakaan masyarakat, sebagaimana yang dilakukan oleh perpustakaan sekolah, pada dasarnya sudah mengetahui bahwa bantuan proyek akan berakhir, dan untuk itu mereka sudah mempersiapkan langkah-langkah antisipatif. Bahkan beberapa diantaranya telah pro-aktif melakukan pendekatan dan pengiriman proposal permohonan bantuan kepada berbagai pihak, seperti instansi pemerintah daerah maupun pusat, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, yayasan sosial dan perusahaan. 195. Sebagaimana diungkapkan pada paragraf 186 di atas, kecuali perpustakaan masyarakat yang telah mengajukan proposal bantuan kepada berbagai pihak, sebagian besar yang lain tidak dapat menunjukan dokumen yang terkait dengan rencana tindak lanjut setelah proyek berakhir. Dengan demikian dari segi manajemen, sebagian besar perpustakaan masyarakat pada dasarnya belum memiliki rencana pengembangan yang sistematis untuk dapat mempertahankan dan atau meningkatkan layanannya setelah bantuan proyek berakhir. Sementara itu, dari segi substansi, langkah-langkah yang dilakukan lebih bersifat reaktif dan kurang berdaya jangkau jangka panjang; dan oleh karena itu kurang dapat menjamin keberlanjutannya. 196. Sehubungan dengan kondisi tersebut, selain rekomendasi umum sebagaimana disampaikan pada BAB V tentang Partisipasi Masyarakat dan BAB VIII tentang Pengembangan Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Masyarakat di Masa Depan, pada bagian ini dipandang perlu menegaskan agar:

Rekomendasi 9: Jajaran Proyek (CPMU, PPIU dan DLT) secara bersama-sama menfasilitasi perpustakaan masyarakat untuk menyusun rencana induk pengembangan yang terpadu dan terintegrasi di dalam rencana pengembangan perpustakaan daerah kabupaten/kota, dengan menekankan pada inisiatif dan partisipasi dari masyarakat setempat.

Page 73: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

55

BBAABB VV PPAARRTTIISSIIPPAASSII MMAASSYYAARRAAKKAATT DDAANN PPEEMMEERRIINNTTAAHH DDAAEERRAAHH A. Partisipasi Masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam Penyelenggaraan

Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Masyarakat

197. Penyelenggaraan perpustakaan masyarakat maupun perpustakaan sekolah memerlukan sumberdaya manusia, material maupun finansial. Sumberdaya tersebut sebagian dapat diusahakan oleh perpustakaan yang bersangkutan, dan sebagian yang lain dapat berasal dari dukungan atau bantuan dari anggota perpustakaan, masyarakat sekitar, pemerintah, atau institusi swasta yang peduli terhadap pengembangan perpustakaan. Oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan perpustakaan dapat berbentuk uang, tenaga atau bahan-bahan pustaka. 198. Partisipasi atau dukungan masyarakat dan pemerintah daerah sebelum proyek diakui memang sudah ada, sebagai contoh perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat yang berdiri atas inisiatif warga sekolah atau masyarakat yang bersangkutan. Namun partisipasi tersebut belum optimal untuk menjadikan perpustakaan tersebut lebih menarik banyak pengunjung atau pengguna, dan untuk bertahan memberikan layanan yang baik secara berkelanjutan. Untuk itu proyek melakukan sosialisasi dan promosi, seperti dalam bentuk lomba-lomba dan kuis, pameran buku, konferensi pers, penyebaran brosur kepada masyarakat umum, dan pertemuan dengan para pejabat propinsi dan kabupaten/kota. Kegiatan sosialisasi dan promosi ini dimaksudkan untuk penyebarluasan informasi kepada stakeholders yang diharapkan dapat menjadi pemicu peningkatan partisipasi masyarakat di dalam peningkatan minat baca dan pengembangan perpustakaan. B. Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat dan Pemerintah Daerah

199. Dalam skala nasional, sosialisasi proyek dilakukan dengan konferensi pers di Perpustakaan Nasional Jakarta pada tanggal 7 Mei 2002, kemudian dilanjutkan peluncuran (launching) di daerah tanggal 8 Juli 2002 di Mataram Nusa Tenggara Barat, tanggal 18 Juli 2002 di Semarang Jawa Tengah, dan tanggal 29 Agustus 2002 di Palembang Sumatera Selatan. Sosialisasi semacam ini dilanjutkan oleh setiap PPIU pada tahun-tahun berikutnya untuk menginformasikan berbagai kemajuan pelaksanaan, hasil kegiatan proyek, dan rencana tindak-lanjutnya. Sebagai contoh PPIU Jawa Tengah mengadakan kegiatan ini pada tanggal 28 Agustus 2003, dan PPIU Nusa Tenggara Barat pada tanggal 10 September 2003, sedangkan PPIU Sumatera Selatan pada tanggal 9 dan 13 Juli 2004. 200. Selain acara sosialisasi tersebut, pada setiap tahun anggaran juga dilakukan Orientasi Perencanaan Kegiatan Tahunan, dengan mengundang antara lain gubernur, bupati/walikota, DPRD, Bappenas, Ditjen Anggaran Departemen Keuangan, Dinas Pendidikan, Departemen Agama, dan undangan lain (seperti LSM, penerbit, atau toko buku). Sosialisasi semacam ini merupakan sarana untuk menyebarkan informasi tentang proyek, agar kegiatan proyek pengembangan perpustakaan dapat diterima dan menjadi bagian dari kegiatan berbagai kalangan untuk secara bersama-sama meningkatkan minat dan kebiasaan membaca, dan untuk menjamin keberlanjutan dukungan berbagai kalangan

Page 74: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

56

tersebut untuk kelanjutan pengembangan perpustakaan, khususnya setelah bantuan proyek selesai. 201. Proyek juga telah melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat, tokoh keagamaan atau pemimpin informal lain untuk mendorong kesediaan masyarakat membantu pengembangan perpustakaan. Key persons atau key opinions dalam berbagai kesempatan memberikan klarifikasi bahwa beramal tidak hanya membangun tempat ibadah, tetapi dapat juga dalam bentuk membangun perpustakaan atau menyumbang buku ke perpustakaan, yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan ilmu, iman dan taqwa. 202. Sosialisasi dan promosi juga dilakukan melalui berbagai lomba dan pameran buku, yang diadakan dari tingkat sekolah sampai tingkat nasional. Lomba tersebut antara lain: cerdas cermat, mengarang, menulis, membuat sinopsis, berceritera, dan kuis, yang dilaksanakan setiap tahun selama proyek berjalan. Berbagai lomba tersebut diikuti oleh orang dewasa dan anak-anak, dan hasil karya pemenang telah diterbitkan dalam bentuk buku antara lain: Buku Hasil Lomba Promosi Minat Baca (Perpusnas, 2003), dan Lomba Minat Baca/Pembuatan Sinopsis Tingkat SD/MI se Nusa Tenggara Barat (PPIU NTB, 2003). 203. Perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat juga berinisiatif memberikan hadiah ala kadarnya kepada pembaca aktif. Studi ini menemukan beberapa guru yang menjadi pengelola perpustakaan sekolah, dan pengurus perpustakaan masyarakat rela menyisihkan sebagian rejeki pribadi untuk dibelikan alat-alat tulis dan sejenisnya sebagai hadiah bagi pengunjung dan atau peminjam buku yang paling aktif. Bentuk lain promosi individual perpustakaan adalah penyebaran buletin, brosur, leaflet dan pemasangan papan nama petunjuk keberadaan perpustakaan sekolah atau perpustakaan masyarakat. Pemasangan papan petunjuk tersebut cukup jelas dibaca bagi masyarakat yang melintasi jalan yang bersangkutan.

Foto 12: Papan Petunjuk nama ke Perpustakaan Sekolah MI

Himmatul Mu’alimin Kab. Blora

Foto 13: Salah satu brosur Perpustakaan Masyarakat Masjid At-Taqwa Brangrea Kab. Sumbawa

Page 75: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

57

Foto 14: Leaflet Perpustakaan Sekolah “Seruni SDN Poncol 2

Kota Pekalongan

204. Promosi melalui media massa juga sudah dilaksanakan, antara lain liputan kegiatan PPIU Jawa Tengah disiarkan RRI Semarang pada tanggal 20 Juni 2002. Penempelan poster di papan pengumuman kantor perpustakaan daerah kabupaten/kota, dinas pendidikan, departemen agama, kecamatan dan kelurahan/desa mulai tanggal 24 Juni 2002. Pemasangan pengumuman di surat kabar Jawa Pos (Radar Semarang, Solo, Kudus, Pekalongan dan Banyumas), Suara Merdeka dan Wawasan pada tanggal 19 Juli 2002. 205. Pameran buku juga telah dilaksanakan pada tingkat perpustakaan, kabupaten/ kota dan tingkat propinsi untuk menarik minat masyarakat agar mau datang dan membaca di perpustakaan. Di Sumatera Selatan dilaksanakan pada bulan Juli 2003, di Jawa Tengah berlangsung antara Juli – Agustus 2003, dan NTB pada bulan September 2002 dan September 2003.Proyek juga memfasilitasi DLT untuk mengunjungi pameran buku tingkat nasional (Indonesian Book Fair) yang dilaksanakan pada 18-22 September 2002, dan 24-28 September 2003 di Jakarta, dengan maksud memperkenalkan DLT dan atau FM dengan para penerbit guna memperlancar pengadaan buku perpustakaan. C. Hasil Peningkatan Partisipasi

206. Kegiatan-kegiatan proyek tersebut tampak memberikan pengaruh yang cukup signifikan di dalam meningkatkan dukungan dan partisipasi masyarakat maupun pemerintah daerah sebagaimana gambaran berikut.

1. Partisipasi Masyarakat

207. Studi ini menemukan ada partisipasi masyarakat di dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat, yakni berupa sumbangan finansial, material dan tenaga. Dari data sampel menunjukkan ada 27% perpustakaan sekolah di Sumatera Selatan yang menerima bantuan masyarakat dalam bentuk dana, 33% dalam bentuk buku, 3% dalam bentuk tenaga, dan 7% menerima bantuan berupa material bangunan, taplak meja dan tirai. Di Jawa Tengah ada 32% perpustakaan sekolah yang menerima bantuan dana, 54% menerima bantuan bahan koleksi, 14% menerima sumbangan tenaga, dan 4% menerima bentuk sumbangan mebelair dan komputer. Sementara itu di Nusa Tenggara Barat terdapat 47% yang menerima sumbangan dalam bentuk dana, 40 % menerima bantuan bahan pustaka, 20% menerima bantuan tenaga, dan 7% menerima bantuan gedung dan karpet (lampiran 16).

Page 76: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

58

208. Adapun partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan perpustakaan masyarakat dapat diidentifikasi bahwa di Sumatera Selatan ada 25% yang menerima sumbangan dana, 58% menerima bantuan bahan pustaka, 25% menerima bantuan tenaga, dan 8% menerima bantuan pembuatan etalase, modem, dan scanner. Di Jawa Tengah ada 35% perpustakaan masyarakat yang menerima sumbangan dana, 75% menerima bantuan berupa bahan koleksi, 60% menerima bantuan tenaga, dan 25% menerima bantuan berupa pembangunan ruangan, rak, lemari, mebelair, dan jam dinding. Sementara itu di Nusa Tenggara Barat ada 42% perpustakaan masyarakat yang menerima sumbangan dana, 83% menerima sumbangan buku, 50% menerima bantuan tenaga dan 25% menerima bantuan material, pembangunan ruangan, dan hiasan dinding. 209. Data di atas menggambarkan bahwa masyarakat turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah maupun perpustakaan masyarakat. Dalam hal ini, suatu perpustakaan dapat menerima berbagai jenis bantuan sekaligus, sementara perpustakaan yang lain dapat menerima hanya satu atau dua jenis bantuan di atas. Bantuan-bantuan itu ada yang bersifat rutin dan ada yang insidental sehingga tidak tepat jika akan dihitung rata-rata sumbangan masyarakat dalam periode waktu tertentu. Lebih-lebih ada sumbangan yang berupa material atau bahan-bahan bangunan, bahan pustaka (seperti buku baru atau bekas, majalah dan koran bekas), mebelair (rak, lemari, bangku), hiasan dinding, dan tenaga --yang tidak dihitung dalam nominal uang dan juga tidak selalu dicatat dalam pembukuan perpustakaan karena dianggap tidak termasuk dalam pertanggungjawaban dana proyek.

Foto 15: Aula Baca Perpustakaan Sekolah SDN Ledong Nangka

Kab. Lombok Timur

Foto 16: Partisipasi Siswa yang membantu pelayanan Perpustakaan Sekolah SDN Muh Kab. Blora

Foto 17: Partisipasi anak-anak di Perpustakaan Masyarakat

AGUNG Kab. Banyumas

Page 77: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

59

2. Partisipasi dan Dukungan Pemerintah Daerah

210. Pada dasarnya dukungan pemerintah daerah terhadap penyelenggaraan perpustakaan sangat baik. Gambaran ini ditunjukkan dengan fenomena (i) pembentukan dan pemantapan unit organisasi pembina perpustakaan di dalam struktur organisasi dan tatakerja pemerintahan daerah, (ii) penyediaan kantor perpustakaan daerah, sekaligus tempat penyelenggaraan layanan perpustakaan; dan (iii) penyediaan anggaran untuk pembinaan perpustakaan di daerah yang bersangkutan. 211. Dari 23 kabupaten/kota sasaran proyek, status perpustakaan umum di daerah dapat dikelompokkan menjadi (a) sebagai unit pelaksana teknis daerah (UPTD) dari Dinas Pendidikan dan Sekretariat Kabupaten/kota, (b) sebagai bagian/bidang/seksi dari Kantor atau Badan yang mengurus Perpustakaan, Arsip, Informasi dan Komunikasi, dan (c) sebagai Kantor atau Badan yang mandiri. Status organisasi perpustakaan tersebut dapat di lihat pada tabel berikut, dengan pembahasan lebih lanjut pada Bab VI Kapasitas Kelembagaan.

Tabel 11: Status Perpustakaan Kabupaten/kota Sasaran Proyek Per Agustus 2004

UPTD Propinsi Diknas Non-Diknas

Unit dari Kantor/Badan Kantor Badan Jumlah

Sumatera Selatan 1 1 2 1 1 6 Jawa Tengah 2 - 4 3 1 10

Nusa Tenggara Barat - - 6 1 - 7 Jumlah 3 1 12 5 2 23

Persentase 13.04 4.35 52.17 21.74 8.70 100 212. Perpustakaan umum daerah di atas hampir semuanya menempati gedung perkantoran tersendiri yang cukup memadai3. Bahkan beberapa Pemda sedang mempersiapkan dan atau membangun gedung baru sebagai pengembangan atau penggantian dari gedung yang sudah ada. Pembangunan gedung baru yang sedang berjalan antara lain di Kota Mataram, Kab. Jepara, dan Kab. Lahat. Sementara itu untuk Kabupaten Magelang dan Kabupaten Lombok Timur, dan Kabupaten Brebes sedang dalam proses perancangan disain bangunan. Di Kab. Banyumas, instansi terkait seperti DPRD, BAPPEDA, Dinas Pendidikan, dan Dinas Pekerjaan Umum telah menyepakati untuk membangun gedung perpustakaan baru meskipun anggarannya masih belum jelas. 213. Dari segi penyediaan anggaran pembinaan penyelenggaraan perpustakaan, studi ini menemukan semua pemerintah kabupaten/kota sasaran proyek telah mengalokasikan dana pembinaan baik untuk perpustakaan penerima maupun bukan penerima bantuan proyek, meskipun besarnya bervariasi sesuai dengan kemampuan keuangan daerah, dan juga berfluktuasi mengikuti perkembangan prioritas daerah. Anggaran pembinaan ini mencakup berbagai dana untuk belanja publik dan belanja modal (pembangunan, investasi) baik yang bersifat fisik (bangunan, sarana prasana, buku) dan non-fisik (seperti pelatihan, pengembangan minat baca, dan monitoring dan evaluasi). Jadi dalam anggaran pembinaan tersebut tidak termasuk alokasi dana anggaran untuk belanja aparatur (gaji atau honor) dan belanja rutin operasional kantor.

3 Kecuali Kota Palembang, ketika studi ini dilaksanakan tidak memiliki kantor perpustakaan. Berdasarkan

audiensi PPIU dan CPMU (tanggal 13 Juli 2004), Pemda merencanakan pembentukan dan pembangunan kantor perpustakaan daerah

Page 78: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

60

Foto 18: Kantor Perpustakaan Umum Kota Pekalongan

Foto 19: Pembangunan Gedung Perpustakaan Daerah Kota Mataram

Foto 20: Pembangunan GedungPerpustakaan Daerah

Kab. Jepara

Foto 21: Peninjauan lokasi untuk pembangunan gedung baru Perpustakaan Daerah Kab. Banyumas

Foto 22: Pembangunan Gedung Perpustakaan Daerah Kab. Lahat di

samping Rumah baca bantuan Yayasan Laksamana Sukardi

Page 79: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

61

214. Berikut ini disajikan grafik perkembangan penyediaan anggaran pembinaan perpustakaan selama 4 (empat) tahun terakhir dari 2001 sampai dengan 2004, secara berturut-turut untuk daerah kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Selatan, Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Nusa Tenggara Barat.

Gambar 23: Grafik Alokasi Anggaran Pembinaan Perpustakaan Umum Daerah di Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2001-2004

215. Grafik di atas menunjukkan dari enam kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Lahat menunjukkan perhatian yang meningkat tajam, khususnya di tahun 2004. Peningkatan anggaran yang tajam ini diperuntukkan pembangunan gedung kantor perpustakaan daerah. Sementara itu di Kabupaten Bangka, mulai ada anggaran untuk pembinaan perpustakaan pada Tahun 2002 setelah ada bantuan dari Bank Dunia. Pada tahun kedua terjadi kenaikan anggaran, meskipun relatif kecil; tetapi tahun berikutnya terjadi penurunan karena adanya pengembangan propinsi baru (Propinsi Bangka Belitung) dengan pemekaran kabupaten/kota baru yang secara politis menuntut penyediaan dana yang cukup banyak sehingga mengurangi anggaran untuk sektor/bidang lain, termasuk perpustakaan.

Gambar 24: Grafik Alokasi Anggaran Pembinaan Perpustakaan Umum Daerah di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2001-2004

Page 80: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

62

216. Di Propinsi Jawa Tengah, enam dari sepuluh kabupaten/kota sasaran proyek, menyediakan anggaran pembinaan perpustakaan yang cukup progresif dari tahun 2001 sampai 2004. Di tiga daerah lain (Brebes, Grobogan dan Kebumen) terjadi kenaikan dan penurunan, dengan alasan prioritas pembangunan daerah lebih kepada peningkatan layanan publik seperti pembangunan atau renovasi pasar dan jalan. Adapun data anggaran pembinaan perpustakaan di Kota Surakarta, hanya tersedia tahun anggaran 2003, sehingga tidak dapat diketahui perkembangannya. 217. Di Nusa Tenggara Barat, kenaikan anggaran pembinaan perpustakaan secara konsisten terjadi di Kabupaten Bima dan Lombok Tengah. Di Kabupaten Sumbawa Besar, dengan anggaran yang cukup tinggi dibandingkan dengan daerah lain, selama dua tahun terjadi kenaikan, tetapi pada tahun 2004 menurun karena sebagian anggaran dari seluruh instansi pemerintah daerah (lebih kurang 40%) digunakan untuk pengembangan kabupaten baru, yakni Kabupaten Sumbawa Besar. Gambaran alokasi anggaran ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 25: Grafik Alokasi Anggaran Pembinaan Perpustakaan Umum Daerah di Propinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2001-2004

D. Pelajaran dan pengalaman yang dapat dipetik

218. Dari kegiatan sosialisasi dan promosi di atas, jajaran pengelola proyek seperti CPMU, PPIU, DLT, FM dan TPS/TPM dapat memetik berbagai pengalaman pembelajaran antara lain:

(i) Pendekatan langsung yang bersifat personal kepada para penentu kebijakan, baik di instansi pemerintah maupun swasta, dapat memberikan hasil yang lebih efektif di dalam membangun komitmen politis dan dukungan penyediaan sumberdaya untuk pengembangan perpustakaan.

(ii) Pemimpin informal dapat membantu mempercepat penerimaan masyarakat terhadap gagasan pengembangan perpustakaan, dan sekaligus dapat mendorong peningkatan partisipasi masyarakat di dalam pengembangan perpustakaan tersebut.

(iii) Perlombaan (seperti menulis atau mengarang, membuat sinopsis, berceritera, cerdas cermat, dan kuis) dengan pemberian hadiah, termasuk insentif bagi pembaca atau peminjam aktif, dapat mendorong anak-anak dan orang dewasa untuk mengenal dan menggunakan perpustakaan.

Page 81: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

63

(iv) Pameran buku dapat menjadi “ajang” (moment) bagi perpustakaan untuk mendapatkan berbagai jenis buku yang sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Dengan demikian pengelola perpustakaan dapat memahami mekanisme pengadaan buku untuk menambah atau meningkatkan koleksi yang bermanfaat bagi pengguna perpustakaan yang bersangkutan. Adapun bagi toko buku, pameran pada tingkat propinsi atau kabupaten/kota dapat dijadikan forum untuk memperkenalkan tokonya, meskipun kurang berdampak pada omzet penjualan.

E. Isu dan Rekomendasi

1. Dukungan orang tua, masyarakat dan Pemerintah

219. Untuk memperoleh dukungan orangtua murid, masyarakat umum, dunia usaha atau industri, dan pemerintah; proyek telah melaksanakan kegiatan sosialisasi dan promosi dengan mengerahkan seluruh unit pelaksana dari tingkat perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat, tim perpustakaan kabupaten/kota, PPIU sampai CPMU. Sosialisasi dan promosi ini dalam bentuk antara lain: rapat koordinasi dan rapat kerja, konferensi pers, pendekatan kepada tokoh masyarakat, pameran buku, lomba pengembangan minat baca, dan pemberian insentif (reward atau hadiah) kepada pengunjung atau peminjam buku yang paling aktif, dan penyebaran brosur dan leaflet. 220. Dari dokumen dan informasi, studi ini menemukan bahwa sosialisasi pengembangan perpustakaan dalam bentuk rapat koordinasi dengan pejabat daerah, dengan mengundang gubernur, bupati/walikota, DPRD, Bappenas, Ditjen Anggaran Departemen Keuangan, Dinas Pendidikan, Departemen Agama, dan undangan lain (seperti LSM, penerbit, atau toko buku) dirasakan oleh proyek, khususnya PPIU, kurang efektif untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah karena yang hadir pada umumnya adalah utusan dengan eselon IV ke bawah, bukan para penentu kebijakan di instansinya. Sementara itu, audiensi dengan gubernur, bupati/walikota, DPRD, dinas pendidikan, dan stakeholder lain dirasakan lebih dapat memperoleh hasil positif. Dengan demikian pendekatan langsung kepada pimpinan daerah dan pimpinan lembaga swasta sebagai penentu kebijakan merupakan langkah strategis yang perlu diteruskan, tanpa mengabaikan pendekatan dengan pejabat pelaksana di bawahnya. Berkenaan dengan ini maka studi ini menyampaikan:

Rekomendasi 10: Proyek agar melanjutkan upaya-upaya sosialisasi langsung kepada para penentu kebijakan pada instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta stakeholder lain; tanpa mengabaikan jajaran bawahannya sebagai pelaksana operasional kebijakan.

2. Peran Tokoh Masyarakat

221. Dalam masyarakat pedesaan yang memiliki hubungan kekerabatan kuat, peran pemimpin informal sangat penting untuk membangkitkan kesadaran dan kebersamaan masyarakat untuk membangun komunitasnya. Demikian pula di dalam pengembangan perpustakaan di lingkungan masyarakat tersebut, pemimpin informal dapat diikutsertakan di dalam kampanye peningkatan minat baca masyarakat melalui penggunaan perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah. Pengalaman menunjukkan “strategi fasilitasi inovasi” melalui bantuan tokoh-tokoh atau pemimpin informal masyarakat telah berhasil dalam implementasi Program Keluarga Berencana (KB). Padahal pada tahap awal, resistensi masyarakat terhadap KB sangat kuat karena dipandang bertentangan dengan nilai-nilai adat dan keagamaan, seperti pameo “banyak anak, banyak rejeki”, “setiap anak sudah membawa rejeki sendiri-sendiri”, atau “anak adalah titipan Tuhan”.

Page 82: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

64

222. Pengembangan perpustakaan jelas tidak mengandung potensi resistensi sebagaimana KB, karena sangat terkait dengan kebutuhan informasi, pengembangan wawasan, dan ilmu pengetahuan masyarakat, yang sejalan dengan ajaran agama (dalam Islam – “iqra”). Untuk itu studi ini merekomendasikan proyek untuk mengembangkan strategi fasilitasi di atas dengan:

Rekomendasi 11: Menyelenggarakan orientasi bagi tokoh-tokoh atau pemimpin informal masyarakat agar lebih mengenal ihwal perpustakaan sehingga dapat membantu mensosialisasi dan meningkatkan partisipasi masyarakat di dalam pengembangan perpustakaan.

3. Lomba Peningkatan Minat Baca

223. Lomba-lomba seperti menulis (karangan, huruf halus), berceritera, kuiz, atau menggambar, bagaimanapun telah menarik minat anak-anak dan orang dewasa untuk berhubungan dengan perpustakaan. Apalagi dengan pemberian hadiah dan publikasi para pemenangnya. Seperti halnya pemberian hadiah bagi pengunjung atau peminjam buku aktif, lomba-lomba merupakan lebih sebagai motivasi yang bersifat ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik seperti itu kurang dapat bertahan, karena begitu tidak ada insentif atau reward maka perpustakaan tersebut akan ditinggalkan. 224. Bagi perpustakaan sekolah, bagaimanapun, motivasi ekstrinsik tetap dapat dimanfaatkan untuk mendorong siswa ke perpustakaan, misal dengan memberikan pelajaran yang mengharuskan siswa mencari sumber atau bahan pustaka. Bagi masyarakat umum jelas tidak sama, karena tidak ada imperatif yang mewajibkan mereka untuk datang ke perpustakaan. Untuk itu menumbuhkan motivasi instrinsik pada masyarakat untuk menggunakan perpustakaan merupakan permasalahan penting di dalam upaya menjamin kelangsungan penyelenggaraan perpustakaan masyarakat. 225. Perpustakaan akan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat apabila anggota masyarakat tersebut merasa memerlukan bahan-bahan pustaka, atau ada motivasi instrinsik yang mendorong individu dalam masyarakat tersebut untuk menggunakan perpustakaan. Untuk itu studi ini merekomendasikan:

Rekomendasi 12: Untuk melakukan penilaian kebutuhan (“need assesment”) membaca masyarakat secara cermat dan konsisten sebagai dasar pengembangan perpustakaan masyarakat di masa mendatang, termasuk di dalam pengadaan bahan pustakanya.

226. Studi ini juga menemukan bahwa perpustakaan masyarakat yang berhasil “survive” dengan layanan yang memadai adalah perpustakaan-perpustakaan yang sepenuhnya menjadi bagian integral dari kegiatan lembaga kemasyarakatan yang bersangkutan, seperti karang taruna, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga keagamaan, bukan sebagai “tempelan” kegiatan proyek semata. Perpustakaan semacam ini pada umumnya merupakan salah satu kegiatan pada lembaga kemasyarakatan yang memiliki berbagai kegiatan lain yang mampu mengupayakan pemasukan dana (income generate) dari anggota masyarakat maupun kegiatan usaha (profitable activities). Dengan dukungan moral dan komitmen pengurus lembaga kemasyarakatan, disertai dengan penyediaan anggaran operasional maka kegiatan perpustakaan dapat berkelanjutan dengan layanan yang memadai. Berdasarkan pengalaman tersebut maka studi ini merekomendasikan untuk:

Rekomendasi 13: Memperkuat struktur dan fungsi kelembagaan perpustakaan masyarakat dengan mengintegrasikan berbagai kegiatan perpustakaan menjadi bagian atau salah satu program kerja dari lembaga kemasyarakatan tersebut,

Page 83: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

65

dengan implikasi penyediaan dukungan tenaga dan finansial sepenuhnya dari lembaga kemasyarakatan itu.

4. Pameran Buku

227. Pameran buku yang telah dilaksanakan di berbagai daerah bagaimanapun dapat menjadi ajang pengenalan perpustakaan daerah, perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat kepada khalayak daerah. Juga pengenalan perwakilan penerbit, dan toko buku yang ada di daerah tersebut. Sementara itu dari pameran buku tingkat nasional, para pembina dan pengelola perpustakaan daerah dapat menambah wawasan tentang sumber bahan pustaka. 228. Kesempatan mengunjungi pameran buku nasional di Jakarta bagaimanapun hanya dimiliki oleh pengelola perpustakaan dan masyarakat daerah dalam jumlah yang sangat terbatas. Sementara itu pengadaan pameran di daerah kurang dapat menarik partisipasi penerbit nasional dan toko buku besar. Pameran di daerah, dengan peserta toko buku dan koleksi yang terbatas kurang menarik minat masyarakat. Dengan demikian sasaran pengembangan perpustakaan untuk meningkatkan minat baca masyarakat daerah, dan upaya mendorong para penerbit dan toko buku untuk memfasilitasi upaya ini dengan penyediaan buku-buku yang diperlukan masyarakat daerah akan sulit dicapai. Untuk itu studi ini mengusulkan:

Rekomendasi 14: Penyelenggaraan pameran buku secara nasional bertempat di daerah. Untuk memperkuat dampak dari pameran ini, selain peserta lokal, hendaknya diupayakan partisipasi penuh dari penerbit dan toko buku yang mempunyai reputasi nasional.

5. Publikasi Kegiatan Perpustakaan di Media Massa

229. Dewasa ini media massa mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan kemajuan teknologi informatika. Berbagai media cetak, audio, dan audio visual telah mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, sehingga tak ada masyarakat yang tidak terpengaruh oleh media massa, bahkan secara umum media massa telah menjadi acuan sikap dan perilaku masyarakat. Sebagai contoh berbagai iklan dan acara hiburan (musik, sinetron) telah membentuk “gaya hidup” sebagian anggota masyarakat, meskipun terkadang tidak sesuai dengan kultur masyarakat yang bersangkutan. 230. Reportase atau publikasi kegiatan perpustakaan melalui media massa tampaknya hanya dilakukan pada awal proyek. Selebihnya lebih banyak promosi individual oleh perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat yang bersifat lokal dalam bentuk brosur, leaflet atau pamflet. Tanpa mengurangi arti penting promosi individual tersebut, proyek perlu memanfaatkan peluang media massa untuk membangun opini positif tentang perpustakaan di kalangan masyarakat. Berkenaan dengan ini maka studi ini mengusulkan proyek untuk:

Rekomendasi 15: Menggunakan media massa sebagai strategi untuk membentuk opini, mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat terhadap perpustakaan, sehingga perpustakaan menjadi “gaya hidup” yang kondusif untuk peningkatan kapasitas SDM Indonesia. Promosi individual dalam bentuk penyebaran pamflet, leaflet, booklet, dan atau pemasangan papan nama petunjuk PS dan PM juga perlu dilanjutkan untuk menjamin masyarakat lokal tetap “well inform” tentang perkembangan perpustakaan, dan selanjutnya dapat menarik minat mereka untuk menggunakan perpustakaan dalam kehidupan kesehariannya.

Page 84: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

66

BBAABB VVII KKAAPPAASSIITTAASS KKEELLEEMMBBAAGGAAAANN PPEERRPPUUSSTTAAKKAAAANN

A. Pengantar

231. Dari laporan di atas data kuantitatif menunjukkan bahwa studi efektifitas P3US telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan dengan indikasi (1) jumlah buku dipinjam semakin meningkat, (2) jumlah pengunjung meningkat, (3) partisipasi masyarakat dalam pengembangan perpustakaan cukup tinggi, baik berupa tenaga, fasilitas, finansial, dsb (4) komitmen pemerintah daerah kabupaten/kota semakin kuat, (5) manajemen perpustakaan berjalan baik (6) jumlah koleksi buku/bacaan lainnya meningkat, dan (7) ada partisipasi siswa dan anggota masyarakat dalam layanan perpustakaan. 232. Selain keberhasilan yang diindikasikan di atas, harus diakui adanya kendala utama dalam pengembangan perpustakaan, yaitu (1) SDM, (2) koleksi buku dan buku bacaan lainnya, dan (3) kedudukan perpustakaan dalam struktur organisasi pemerintahan daerah. Berbagai unsur tersebut secara sinergis membentuk kapasitas kelembagaan perpustakaan, yang pada akhirnya sangat mempengaruhi kualitas layanan penyelenggaraan perpustakaan, baik pada tingkat sekolah atau masyarakat maupun perpustakaan daerah propinsi dan kabupaten/kota.

B. SDM (Sumber Daya Manusia)

233. Kegiatan apa pun, termasuk pengelolaan dan pengembangan perpustakaan, tergantung pada sumber daya manusianya. Faktor ketenagaan ini amat penting karena para pengelola perpustakaan inilah yang menentukan maju atau mundurnya sebuah perpustakaan. Mereka perlu dibekali dengan pengetahuan ilmu perpustakaan. Unsur ketenagaan menjadi kendala pengembangan perpustakaan karena dari segi kualifikasi pendidikan dan kesediaan waktu kurang memadai. Banyak perpustakaan masyarakat (PM) di desa-desa dikelola oleh aparat desa yang ditunjuk oleh lurah/kepala desa, relawan dan LSM seperti Karang Taruna yang berlatar belakang pendidikannya bukan Ilmu Perpustakaan, seperti petugas PM ‘WARTA’ di Prembun, Kebumen, dimana pembinaan dan pengembangan dilakukan oleh Lurah, sedangkan pengelolaan perpustakaan dilakukan oleh Karang Taruna. Perpustakaan sekolah ada yang dikelola sendiri oleh kepala sekolah, tetapi sebagian besar dikelola oleh guru yang ditugasi untuk itu, seperti pada PS di Purwokerto, Banyumas. 234. Ilmu pengetahuan tentang perpustakaan yang dimiliki petugas PM dan PS diperoleh dari pelatihan-pelatihan singkat dari kantor perpustakaan propinsi (sekarang disebut Badan Perpustakaan Propinsi) dan perpustakaan kabupaten/kota. Apa yang mereka pelajari/peroleh dari pelatihan-pelatihan ini terbatas pada manajemen perpustakaan yang mencakup segi-segi pengelolaan bahan pustaka, layanan, administrasi pencatatan, dan kebersihan dan ketertiban perpustakaan. 235. Untuk meningkatkan kualitas para pengelola perpustakaan ini mereka perlu dibekali dengan Ilmu Perpustakaan agar lebih profesional. Dewasa ini terdapat 17 universitas dan

Page 85: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

67

institut, negeri maupun swasta, yang menyelenggarakan program pendidikan dalam bidang Perpustakaan, pada umumnya masih pada tingkat program Diploma, kecuali Universitas Indonesia. Disamping itu, secara fungsional perpustakaan Nasional R.I., Badan Perpustakaan Propinsi maupun kantor perpustakaan kabupaten/kota mempunyai kewenangan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan perpustakaan, meskipun bersifat non-degree. 236. Melalui pendidikan dan pelatihan ini diharapkan di masa depan setiap jenis perpustakaan di Indonesia akan memiliki standar kwalitas minimal (minimum standard of quality) baik dari segi jumlah dan kualitas koleksi yang dimiliki, sarana dan prasarana, SDM-nya, maupun ketersediaan anggaran yang memadai. Dari segi pengelola perpustakaan masyarakat (PM) dan perpustakaan sekolah (PS), misalnya, latar belakang pendidikan yang harus dimiliki minimal D-II Ilmu Perpustakaan, sedangkan untuk pegawai kantor Perpustakaan Kabupaten/kota mempunyai kualifikasi pendidikan minimal D-III Ilmu Perpustakaan. Data di Lapangan menunjukkan bahwa 100% pengelola perpustakaan masyarakat (PM) adalah tenaga biasa (bukan pustakawan) dan sebagian besar adalah lulusan SLTA, dengan rincian tenaga berkualifikasi SLTA di Sumatera Selatan 100%, di Jawa Tengah 58%, dan di NTB 50%. Pengelola perpustakaan masyarakat di Jawa Tengah ada yang berasal dari lulusan S-1 (21%) dan S-2 (3%). Adapun di NTB terdapat tenaga pengelola perpustakaan masyarakat 10% lulusan program Diploma dan 40% lulusan S-1. 237. Kondisi pengelola perpustakaan sekolah (PS) di tiga propinsi ini tidak jauh berbeda dengan pengelola perpustakaan masyarakat (PM), yang masih jauh dari yang diharapkan. Di Sumatera Selatan 100% pengelola PS adalah tenaga khusus non-guru, dengan rincian 75% lulusan SLTA dan 25% lulusan S-1. Di Jawa Tengah terdapat 14% PS yang memiliki tenaga perpustakaan, 24% dikelola oleh guru pustakawan, 38% dikelola oleh guru bidang studi dan 24% dikelola oleh tenaga khusus non-guru, denga rincian pendidikan 21% lulusan S-1, 33% Diploma, 42% SLTA, dan 4% SLTP. Di NTB, 82% PS dikelola oleh guru pustakawan dan 18% oleh guru kelas/bidang studi, dengan rincian pendidikan 9% lulusan S-1, 18% Diploma, dan 45% lulusan SLTA. 238. Memperhatikan keadaan ketenagaan seperti digambarkan di atas direkomendasikan agar pelatihan-pelatihan pengelolaan perpustakaan baik di tingkat propinsi, kabupaten/kota yang selama ini diadakan diteruskan, bahkan kalau dapat ditingkatkan paling tidak setara dengan program D-II Perpustakaan. Selanjutnya untuk lima tahun ke depan perlu dijalin kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan tinggi penyelenggara program Diploma dan Program S-1 dan S-2 Ilmu Perpustakaan sesuai dengan kualifikasi dan jenis pelatihan yang telah ditetapkan oleh Perpustakaan Nasional R.I. C. Koleksi Buku dan Bahan Bacaan Lainnya

239. Studi ini menemukan bahwa telah terjadi peningkatan ragam judul dan jumlah koleksi buku yang dimiliki perpustakaan masyarakat maupun perpustakaan sekolah. Perpustakaan masyarakat di Sumatera Selatan, misalnya, hanya memiliki rata-rata 482 judul buku pada awal proyek dan pada akhir tahun 2003 bertambah menjadi 910 judul atau naik 89%. Dari segi jumlah eksemplar juga naik 78% Di Jawa Tengah terjadi kenaikan ragam koleksi (judul) 104% dan kenaikan jumlah eksemplar 79%. Di NTB kenaikan ragam judul 287% dan kenaikan eksemplar 202%.

240. Data perpustakaan sekolah di Sumatera Selatan seperti terlihat dalam lampiran 5 menunjukkan kenaikan ragam koleksi 68% dengan kenaikan jumlah eksemplar 66%. Di Jawa Tengah terdapat kenaikan ragam judul pada perpustakaan masyarakat sebesar 52% dan kenaikan eksemplar 56% Adapun di NTB adalah 164% dan 123%.

Page 86: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

68

241. Dari data di atas tampak bahwa besaran kenaikan judul dan jumlah eksemplar, baik di perpustakaan masyarakat maupun perpustakaan sekolah, dipengaruhi oleh kepemilikan buku pada awal proyek yang pada umumnya sangat minim. Selain itu juga oleh jenis buku, kualitas isi dan cetakan yang berpengaruh terhadap harga. 242. Kenaikan dan keragaman judul koleksi buku yang dimiliki perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah penting agar wawasan pembaca menjadi lebih luas, tidak hanya terbatas pada fiksi saja, misalnya, yang kebanyakan disukai di perpustakaan-perpustakaan masyarakat. Fiksi disukai bukan hanya karena isinya menarik tetapi satu-satunya yang ada dalam koleksi perpustakaan dan jumlahnya memadai hanya fiksi, disusul kemudian oleh buku-buku tentang ketrampilan yang umumnya disukai ibu-ibu. 243. Dengan adanya kebijakan dan pendekatan-pendekatan baru di dunia pendidikan, keragaman dan pemutakhiran (updating) koleksi buku di perpustakaan sekolah selalu harus dilakukan. Fungsi perpustakaan selalu menjadi sangat penting dan strategis dengan adanya KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dengan kegiatan-kegiatan didominasi oleh siswa dan guru hanya berfungsi sebagai fasilitator. D. Kedudukan Perpustakaan Dalam Struktur Organisasi Pemerintahan Daerah

244. Kedudukan perpustakaan di dalam struktur organisasi PEMDA kabupaten/kota sangat penting karena dari sinilah kita dapat melihat kewenangan yang dimiliki dan akses kepada pemimpin serta anggaran yang diperoleh dalam APBD untuk membiayai kegiatan rutin atau operasional, dan kegiatan pembinaan dan pengembangan perpustakaan. Status dan posisi perpustakaan dalam struktur organisasi PEMDA kabupaten/kota ditetapkan dan diatur dalam Surat Keputusan (SK) Bupati/Walikota. SK Bupati ini tentu saja mengacu kepada dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi. 245. Dari Tabel 11di BAB V dapat dilihat bahwa 23 kabupaten/kota sasaran proyek, status perpustakaan umum di daerah dapat dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai (1) UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) dari Dinas Pendidikan dan Sekretariat kabupaten/kota, (2) bagian dari kantor yang mengurus Perpustakaan, Arsip, Informasi dan Komunikasi, dan (3) Kantor atau Badan yang mandiri. 246. Dalam status dan kedudukan yang tidak mandiri, kewenangan yang dimiliki Kepala Perpustakaan Umum di daerah sangat terbatas. Secara formal struktural, mereka tidak memiliki akses langsung ke Bupati. Konsekwensi logis dari keadaan seperti ini adalah anggaran yang tersedia untuk operasional dan pengembangan perpustakaan sangat terbatas. 247. Meskipun demikian dari segi infrastruktur fisik, perpustakaan umum daerah hampir semuanya menempati gedung sendiri yang cukup memadai. Hal ini dimungkinkan karena pendekatan informal dan pengembangan jaringan (networking) dengan DPRD, BAPPEDA, Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum, maupun partisipasi masyarakat sendiri. Tidak kalah penting dalam pengembangan perpustakaan umum dan sekolah di daerah adalah faktor kepemimpinan Bupati dan kwalitas kepala kantor perpustakaan daerah.

248. Dalam era desentralisasi dan otonomi daerah, status perpustakaan di daerah seperti telah dikemukakan di atas perlu ditinjau kembali. Suara-suara dari bawah dan dari lapangan menyarankan agar kantor perpustakaan di daerah ditingkatkan statusnya agar lebih mandiri dalam mengembangkan koleksi buku dan bahan bacaan lainnya, dan menghimpun dana dari sponsor; walaupun secara teknis fungsional masih sangat memerlukan bimbingan dan

Page 87: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

69

pembinaan dari Badan Perpustakaan Promosi dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, dan Departemen Agama. 249. Perpustakaan umum yang mandiri pada umumnya memiliki tanggung jawab dan kewenangan penuh untuk membina perpustakaan dan juga mempunyai akses langsung ke pejabat penentu kebijakan untuk pengembangan perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah, meskipun dalam implementasinya dapat menemui hambatan struktural karena tidak memiliki kewenangan komando terhadap perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah. Pembinaan perpustakaan sekolah oleh perpustakaan daerah yang berada di bawah Dinas Pendidikan memiliki lebih banyak kemudahan karena urusan perpustakaan dapat dipandang sebagai bagian dari urusan pendidikan sehingga kendala birokratis atau sektoral dapat dikurangi. 250. Memang tak perlu diragukan bahwa perpustakaan penerima bantuan proyek merupakan sasaran pembinaan perpustakaan daerah propinsi dan kabupaten/kota, sebagaimana rancangan program yang telah ditetapkan. Namun demikian bukan berarti bahwa perpustakaan bukan penerima bantuan proyek sama sekali tidak mendapatkan pembinaan. Dari studi terhadap 15 perpustakaan SD/MI non bantuan yang berada dekat dengan SD/MI penerima bantuan proyek di wilayah Sumatera Selatan dan 15 PS sejenis di Nusa Tenggara Barat ditemukan bahwa hampir semua (sekitar 93%) perpustakaan SD/MI tersebut memperoleh pembinaan dari perpustakaan daerah. Untuk hal yang sama, di Jawa Tengah mencapai sekitar 86% (dari 30 PS). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa P3US telah mendorong Perpustakaan Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota untuk melakukan pembinaan terhadap perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat secara lebih intensif, baik terhadap perpustakaan penerima bantuan proyek maupun bukan penerima bantuan proyek. Pembinaan dilakukan oleh PPIU dan Tim Perpustakaan Kabupaten/Kota (District Library Team, disingkat DLT), dengan dibantu tenaga lapangan yang disebut Fasilitator Masyarakat (FM). Bentuk pembinaan tersebut mencakup antara lain:

(i) Pelatihan teknis pengelolaan dan administrasi perpustakaan masyarakat dan sekolah

(ii) Pelibatan dalam kegiatan lomba dan pameran buku (iii) Bantuan buku atau bahan pustaka lainnya. (iv) Bantuan keuangan, untuk honorarium petugas atau pembangunan

gedung/ruang. (v) Bantuan sarana prasarana, seperti lemari, rak buku, dan mebelair. (vi) Memfasilitasi pertemuan dengan masyarakat (vii) Pembinaan teknis pengolahan bahan pustaka (viii) Perpustakaan Keliling.

Berbagai pembinaan tersebut bagaimanapun mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan pengelolaan PM maupun PS. Selanjutnya untuk ke depan direkomendasikan agar secara bertahap dan selektif perpustakaan masyarakat dan sekolah penerima bantuan proyek berangsur-angsur dapat menjadi model dan pembina bagi perpustakaan masyarakat dan sekolah non-proyek yang ada di sekitarnya.

Page 88: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

70

Kotak 1: Perpustakaan Keliling

251. Dari uraian di atas tampak bahwa intensitas pembinaan tersebut berdampak kepada tumbuhnya semangat perpustakaan-perpustakaan non-bantuan proyek untuk berbenah diri, dengan harapan dapat mendapatkan perhatian pembinaan yang lebih banyak dari berbagai pihak, termasuk dari Bank Dunia. Meskipun motif dari pembenahan tersebut sangat naif, tetapi semangat ini dapat dijadikan modal awal untuk mengembangkan perpustakaan yang bersangkutan. Selain dampak tersebut, pembinaan perpustakaan daerah itu tampak belum mampu meningkatkan jumlah perpustakaan secara signifikan sebagaimana data pada lampiran 17 ( jumlah perkembangan PS, PM dan toko buku). Data tersebut menunjukkan dari tahun 2001 sampai 2004 perkembangan PS, PM dan toko buku di berbagai kabupaten di Sumatera Selatan dan Jawa Tengah relatif tetap. Sementara itu di Nusa Tenggara Barat terjadi penambahan cukup lumayan pada perkembangan jumlah PS dan PM, dan penambahan rata-rata satu toko buku setiap tahun. Dari penelusuran lebih lanjut dapat diduga bahwa perkembangan perpustakaan dan toko buku di daerah sebenarnya lebih terkait dengan sistem distribusi buku yang berada di luar jangkauan proyek. 252. Disamping peningkatan intensitas pembinaan yang dilakukan oleh PPIU, DLT dan FM, dukungan Bupati/Walikota dan DPRD terhadap pengembangan perpustakaan baik PM maupun PS juga sangat penting. Studi ini menemukan dukungan tersebut dapat berupa macam-macam, mulai dari bimbingan dan pengarahan, penyediaan anggaran untuk sarana pendidikan, termasuk pengembangan perpustakaan, pembangunan gedung perpustakaan, pengadaan buku, pengadaan dana pendamping proyek Bank Dunia, memperjuangkan anggaran perpustakaan lewat APBD, alokasi dana untuk honor TKPK/DLT, dan peningkatan status kelembagaan perpustakaan dalam struktur organisasi PEMDA Kabupaten/kota. Berbagai dukungan tersebut merupakan lingkungan kebijakan yang memungkinkan pengembangan perpustakaan dapat berlangsung secara kontinyu. E. Pelajaran yang dapat dipetik

253. Melalui P3US banyak pelajaran yang dapat dipetik oleh berbagai pihak mengenai bagaimana mengelola dan mengembangkan perpustakaan yang baik. Dari proyek ini kita juga belajar bagaimana merencanakan program kegiatan dan menyusun dan megelola anggaran yang harus dipertanggung-jawabkan secara benar dan bertanggung jawab. Selain tokoh masyarakat dan media yang ada, dengan adanya PM dan PS yang dikelola dengan baik koleksi buku yang bermacam-macam jenisnya masyarakat mempunyai pilihan sumber informasi sesuai dengan kebutuhan dalam memperluas, wawasan dan cakrawala pengetahuannya.

Perpustakaan keliling pada dasarnya merupakan alternatif strategis untuk menanggulangi keterbatasan bahan pustaka pada perpustakaan sekolah dan masyarakat. Perpustakaan keliling ini dapat mesuplai bahan-bahan pustaka secara bergilir ke perpustakaan sekolah dan masyarakat tersebut. Pengalaman sekolah-sekolah non-bantuan proyek menunjukkan bahwa para siswa tidak lagi mau berkunjung ke perpustakaan karena buku-bukunya “itu-itu saja”. Jadi ragam buku yang selalu berubah atau baru pada suatu perpustakaan dapat menjadi daya tarik bagi pengguna untuk selalu berkunjung dan meminjam buku tersebut. Untuk itu perpustakaan keliling yang dapat mensuplai bahan-bahan pustaka secara bergiliran akan sangat membantu perpustakaan sekolah dan masyarakat yangtidak selalu dapat menambah ragam koleksi bahan pustakanya. Dalam kaitan ini maka perpustakaan umum kabupaten/kota diharapkan dapat menjawab peluang dan tantangan ini.

Page 89: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

71

254. Bantuan proyek dari Bank Dunia ini mensyaratkan dana pendamping (counterpart budget) dari Pemerintah Daerah. Untuk itu pimpinan perpustakaan kabupaten/kota harus dapat mengupayakan adanya dana pendamping tersebut, dengan meyakinkan pihak-pihak penentu anggaran di daerah, seperti Bupati/Walikota, DPRD, dsb, melalui lobi, negoisiasi, networking, dsb. Seperti telah dilakukan oleh DLT di Kabupaten Jepara dengan disetujuinya dana pendamping yang bersasal dari APBD, dan disetujui anggaran rutin dan pembangunan untuk perpustakaan sebagai wujud dukungan PEMDA dan DPRD kabupaten Lombok Tengah. F. Masalah dan Rekomendasi

255. P3US sebagai proyek yang didukung bantuan BANK DUNIA tidak terlepas dari rasa kekhawatiran mengenai keberlanjutannya (sustainability) saat-saat proyek ini akan berakhir. Diperlukan dana tidak sedikit untuk pengembangan PM dan PS dalam peningkatan kualitas pelayanan, pengelolaan, pendidikan dan pelatihan, monitoring dan evaluasi pengembangan kelembagaan, SDM, dsb. Apabila dana bantuan Bank Dunia berakhir dari mana diperoleh untuk melanjutkan berbagai kegiatan yang telah dirintis P3US ini.

Rekomendasi 16: Pemerintah Daerah Kabupaten/kota dan DPRD perlu memperjuangkan dan membuat komitmen agar ada dana pendamping dana bantuan Bank Dunia dalam APBD.

Rekomendasi 17: Struktur anggaran di APBN maupun APBD perlu diubah yang memungkinkan perpustakaan memperoleh alokasi anggaran yang berkelanjutan.

256. Unsur ketenagaan (SDM) masih menjadi kendala pengembangan perpustakaan, baik dari segi jumlah maupun kualitas keahliannya. Fungsi FM (Fasilitator Masyarakat) belum maksimal, masih banyak kepada adminitrasi pertanggung jawaban dana bantuan. Pengelolaan perpustakaan masih kurang sehingga tertib administrasi perpustakaan kurang memadai. Hanya sebagian kecil PM dan PS mempunyai petugas khusus untuk menangani perpustakaan. Sebagian besar yang lain hanya sebagai petugas sambilan yang bertugas utama sebagai guru kelas atau bidang studi, pegawai kelurahan atau kecamatan.

Rekomendasi 18: Perlu digalang kerjasama dengan lembaga pendidikan tinggi yang relevan dan praktisi perpustakaan yang berhasil maupun organisasi-organisasi profesi di bidang perpustakaan untuk lebih meningkatkan tenaga-tenaga fungsional pustakawan baik segi jumlah maupun kualitasnya.

Rekomendasi 19: Perlu diperjuangkan agar tunjangan fungsional dan kesejahteraan pustakawan ditingkatkan.

257. Kalau PM pada awalnya didirikan oleh ibu-ibu yang tergabung dalam PKK untuk memperluas wawasan dan pengetahuan mereka, PS dikembangkan karena adanya kebutuhan untuk mendukung proses belajar-mengajar yang berangsuran-angsur lebih beroriantasi kepada siswa dari pada guru, seperti CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang menjadikan perpustakaan mempunyai kedudukan strategi dalam sistem pendidikan nasional. 258. Dalam perkembangan selanjutnya motivasi dan tujuan pendirian atau pembentukan PM dan PS berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Yang

Page 90: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

72

jelas, baik PM maupun PS dinilai berhasil karena adanya dukungan komunitas sosial, seperti masjid, gereja, Karang Taruna dan LSM lainnya untuk PM dan komunitas sekolah untuk PS dan yayasan.

Rekomendasi 20: Pengembangan dan pengelolaan PM dan PS seyogyanya tidak terlepas dari sistem pranata sosial dan budayanya dan pemerintah hendaknya berfungsi sebagai fasilitator, inisiator, dan motivator.

Rekomendasi 21: Perpustakaan yang belum merupakan bagian dari pranata social dan budaya yang lebih besar seyogyanya segera menjadikan dirinya sebagai bagian tak terpisahkan darinya untuk dapat mempertahankan keberadaanya dan keberlanjutannya.

259. Posisi kelembagaan perpustakaan dalam struktur organisasi PEMDA Kabupaten/kota tidak menguntungkan sehingga kewenangan dan alokasi anggaran yang tersedia tidak memadai. SK Bupati/Walikota yang dijadikan dasar hukumnya tidak kokoh. Secara rinci tidak dijelaskan fungsi dan tugas pokoknya, struktur organisasinya, anggarannya dan personelnya.

Rekomendasi 22: Struktur organisasi perpustakaan daerah perlu dikaji ulang dan disempurnakan lebih rinci sehinga memudahkan aplikasinya di lapangan.

260. Salah satu kendala PM dan PS adalah kurangnya jenis koleksi buku dan bacaan lainnya, biarpun ada sumbangan buku dari masyarakat untuk PM dan Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama bagi PS yang jumlahnya terbatas. UU No.4/1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam dengan PP No. 70/1991 serta PP No. 23/1999 tentang Pelaksanaannya mestinya akan menambah koleksi buku yang cukup signifikan apabila dilaksanakan dengan baik.

Rekomendasi 23: Hasil pengumpulan Karya Cetak dan Karya rekam dengan adanya UU ini sebaiknya dicatat dan dikumpulkan, kemudian diberikan kepada perpustakaan-perpustakaan di daerah yang koleksi bukunya sangat minim.

Page 91: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

73

BBAABB VVIIII MMAANNAAJJEEMMEENN PPRROOYYEEKK A. Pendahuluan

261. Perpustakaan, apabila diberdayakan dengan benar, merupakan wahana yang strategis dalam mencerdaskan bangsa. Di dalam perpustakaan terhimpun beragam disiplin ilmu pengetahuan. Kandungan informasi dalam bentuk buku dan non buku dapat dipergunakan untuk penelitian, pengajaran dan rekreasi. Pada tahap awal, perpustakaan dapat menjadi sarana untuk menumbuhkan minat baca. Anak didik memerlukan bimbingan untuk membaca, karena penumbuhan minat baca dimulai pada waktu anak usia dini.

262. Dari semua jenis perpustakaan yang hadir di Indonesia, perpustakaan umum dan perpustakaan sekolah, merupakan jenis perpustakaan yang sangat memprihatinkan keberadaannya. Terutama pada tingkat pedesaan dan pada taraf pendidikan dasar. Perpustakaan bukan merupakan tempat untuk belajar dan membaca. Dari ± 148 ribu SD, diasumsikan kurang dari 5% yang mempunyai perpustakaan. Dari sekitar 68.000 desa, belum ada 1% yang memiliki perpustakaan. Padahal dalam kedua lingkungan itu, hampir seluruh penduduk Indonesia berada.

263. Kondisi perpustakaan sekolah dasar dan perpustakaan desa seperti ini disebabkan utamanya pada faktor manusia (man), dana (money), bahan (material). Idealnya perpustakaan dikelola oleh pustakawan. Tapi untuk taraf SD dan desa, rasanya terlalu muluk untuk merekrut pustakawan. Katakanlah guru mata pelajaran, atau wali kelas dapat ditunjuk sebagai pengelola perpustakaan. Tentu saja ditambah dengan pelatihan ilmu perpustakaan. Dalam suasana kekurangan guru, belum tentu cara inipun dapat dilakukan. Kemudian masalah dana. Untuk mendanai keperluan sekolah saja (BOP) masih kurang, apalagi dana untuk perpustakaan. Dana yang diperoleh dari komite sekolahpun biasanya habis oleh keperluan guru dan kegiatan belajar mengajar. Hampir seluruh SD memperoleh buku (bahan bacaan) berupa buku paket (isinya bahan ajar). Bahan ajar adalah bahan mata pelajaran yang diajarkan di dalam kelas. Bukan bahan bacaan penunjang pelajaran (kurikulum). Bahan bacaan yang seharusnya dimiliki perpustakaan adalah bahan bacaan yang dimaksudkan untuk memperkaya ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas. 264. Dengan kondisi semacam itu, bagaimana kita menumbuhkan minat dan kebiasan membaca. Pada waktu anak sedang senang-senangnya membaca, perpustakaan tidak ada. Pada waktu masyarakat berminat untuk membaca, bahan bacaannya tidak ada. Perpustakaan Nasional sebagai pembina perpustakaan di Indonesia merasa berkepentingan untuk memperbaiki kondisi perpustakaan sekolah dasar dan perpustakaan masyarakat pada taraf pedesaan. Melalui pinjaman lunak dari Bank Dunia dalam skema LIL (Learning and Innovation Loan) Perpustakaan Nasional melaksanakan pembinaan dan pengembangan perpustakaan melalui Proyek Pengembangan Pepustakaan Umum dan Sekolah (P3US) atau yang disebut Library Development Project-IDA.3526 IND

Page 92: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

74

B. Visi dan Misi

265. Perpustakaan, sesuai dengan amanah UNESCO Public Library Manifesto (1962) adalah :

The living force to support formal education and life long learning (Daya hidup untuk menunjang pendidikan formal dan pembelajaran sepanjang hayat).

266. Misi proyek ini :

(i) Membangun dan mengembangkan minat baca anak didik dan masyarakat. (ii) Menjadikan perpustakaan sebagai sentra pengembangan sumberdaya

manusia. (iii) Mensinergikan perpustakaan dengan kegiatan belajar mengajar. (iv) Memperkaya ilmu pengetahuan dan kemampuan anak didik dan masyarakat.

C. Sekilas tentang Proyek P3US (Library Development Project)

267. Gagasan untuk memberdayakan perpustakaan sekolah disambut baik oleh Bappenas pada tahun 1999. Kemudian Perpustakaan Nasional RI melakukan pendekatan dengan Bank Dunia. Tahap pertama dilakukan survey lapangan yang dilakukan oleh Bank Dunia, Bappenas dan Perpusnas RI. Setelah menjalani masa pra survey, appraisal mission dan berbagai pertemuan, terjadilah kesepakatan Bank Dunia untuk mendanai gagasan tersebut. (tahun 2001).

268. Ternyata bahwa proyek baru dapat dimulai tahun 2002 pertengahan karena berbagai kendala diantaranya:

(i) Persiapan harus sudah selesai menjelang ditandatanganinya credit agreement.

(ii) Semua buku Juknis, Juklak, panduan harus sudah selesai lebih dahulu dibuat dalam dua bahasa.

(iii) Siklus pembuatan DIP sudah baku, sedangkan usulan proyek baru disahkan akhir tahun fiskal.

269. Ditentukan (berdasar pada kesiapan pemerintah daerah) bahwa hanya 3 (tiga) propinsi yang akan menjadi sasaran proyek. Ini terutama juga disesuaikan dengan pagu dana proyek yang terbatas (± 4,1 juta SDR). Propinsi Jawa Tengah mendapat 10 kabupaten/kota (350 Perpustakaan), Sumatera Selatan 6 kabupaten/kota (210 Perpustakaan), dan NTB mendapat 6 kabupaten/kota (210 Perpustakaan). Masing-masing kabupaten/kota mendapat 25 perpustakaan SD/MI dan 10 perpustakaan masyarakat.

270. Administrasi proyek terdiri dari :

(i) Pusat (CPMU; Central Project Management Unit) (ii) Daerah/Propinsi (PPIU; Provincial Project Implementation Unit) (iii) Kabupaten (DLT; District Library Team) (iv) Penerima bantuan (TPS; Tim perpustakaan sekolah dan TPM; Tim

Perpustakaan Masyarakat) 271. Di tingkat CPMU dibantu oleh 2 (dua) orang konsultan untuk Project Management dan Procurement. 5 (lima) orang konsultan pelatihan pada tingkat propinsi dibantu oleh seorang konsultan. Pada tingkat DLT dibantu oleh konsultan yang disebut Fasilitator Masyarakat. 272. Indikator keberhasilan proyek dapat dilihat dalam Credit Agreement. Dan untuk itu proyek menyewa konsultan khusus (PT. Amythas) untuk menelaah keberhasilan proyek.

Page 93: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

75

D. Keberhasilan Proyek

273. Proyek P3US ini bukan sekedar proyek yang bernuansa IPO (Input, Process, dan Output). Meskipun harus dibuktikan dalam jangka panjang, proyek menghendaki terjadinya outcome walaupun dalam taraf awal. Perlu diingat bahwa proyek ini sangat berhubungan erat dengan pengembangan sumberdaya manusia. Terutama dalam kualitas pembinaan minat baca anak usia dini dan masyarakat pedesaan yang selama ini jauh dari jangkauan informasi. Dalam upaya mengembangkan membaca, harus diingat dua hal :

(i) Minat baca (reading interest) (ii) Kebiasaan membaca (reading habit)

274. Minat baca akan tumbuh bila yang dibaca menarik si pembaca. Oleh sebab itu teknisnya anak harus dihadapkan pada bahan bacaan yang menarik (gambar, tulisan, atau cerita) dan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya. Sedangkan kebiasaan membaca itu harus dilatih. Sebab faktor ini bukan bawaan. 275. Di sinilah sebenarnya titik berat pengadaan proyek P3US. Selanjutnya nanti terdapat sinergi antara perpustakaan dan kelas, atau antara buku dan kegiatan belajar mengajar. Untuk itu semua diperlukan badan konsultan yang disebut Effectiveness Study dan khusus menenggarai masalah output dan outcome proyek. 276. Keberhasilan ini secara kuantitatif ditunjukkan dengan adanya:

(i) Anak didik yang mempergunakan sumber bacaan di perpustakaan yang terintegrasi (terpadu) dengan pengajaran di dalam kelas. Mereka mempergunakan bahan bacaan untuk rekreasi dan meminjam buku untuk dibawa ke rumah.

(ii) Aktivitas masyarakat terkait dengan perpustakaan masyarakat. (iii) Para pemakai perpustakaan meningkat dan perpustakaan memberikan

layanan yang lebih luas. (iv) Perpustakaan jalan terus walaupun proyek berakhir (v) Berdampak kepada hal-hal di luar proyek

277. Secara kualitatif proyek ini harus mampu menunjukkan yang disebutkan dalam butir(v) di atas. Hal ini menyangkut faktor apakah yang menghambat atau yang menunjang kelangsungan hidup perpustakaan. Misalnya apa peran Pemerintah daerah, peran masyarakat, peran komite sekolah, dsb terhadap kelangsungan jalannya layanan perpustakaan. Kemudian adakah dampak pengembangan perpustakaan ini terhadap kelompok lain atau sekolah lain di luar binaan proyek. Mampukah perpustakaan binaan ini menjadi contoh dan dapat diteladani oleh perpustakaan lainnya. 278. Dalam DCA (Development Credit Agreement) disebutkan bahwa keberhasilan (Performance Indicator) dapat berupa:

(i) Kenaikan pemakaian perpustakaan, yaitu kenaikan yang diukur dari baseline study dan yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi. Di situ disebutkan kenaikannya mencapai rata-rata 25% pertahun untuk perpustakaan masyarakat dan kenaikan 75% untuk perpustakaan sekolah.

(ii) Manajemen perpustakaan bertambah baik, misalnya: • Jam buka perpustakaan dari 3 jam menjadi 6 jam • Adanya penataan yang benar dan petugas yang memadai • Adanya kepedulian masyarakat dan komite sekolah sehingga dana

bertambah, buku bertambah minimal 5% pertahun • Administrasi dan organisasi perpustakaan dibuat dan dilakukan.

Page 94: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

76

(iii) Peran perpustakaan propinsi dan kabupaten dalam: • Bantuan teknis perpustakaan • Bantuan dana dan • Bantuan lainnya

E. Langkah Strategis

279. Pemikiran yang mendasari kegiatan ini ialah: Mukadimah UUD 1945 “…..mencerdaskan kehidupan bangsa.” Nuansa ini akan terus dipergunakan selama konteks pembangunan bertumpu pada Rakyat Indonesia. Kemudian dalam CAS (Country Assistance Strategy) disebutkan: Delivering better public service to the poor. “Overriding objective of decentralization is to bring the government closer to the people. This enhances local government transparency and accountability as well as community participation“ and ”the bank will continue to help empower communities so that poor every where have an opportunity.” Disinilah letak peran World Bank (International Development) F. Penutup

280. Penumbuhan minat baca dapat terlihat bila terdapat kenaikan jumlah pengunjung perpustakaan dan juga kenaikan jumlah buku yang dipinjam. Dengan demikian maka manajemen perpustakaan meliputi juga penyediaan pencatatan data dari layanan yang diselenggarakan. Esensi sebuah perpustakaan adalah layanan, bukan dilihat dari segi organisasi. Dalam perpustakaan sekolah maka peran pengelola perpustakaan dan peran guru sangat menentukan baik-tidaknya layanan perpustakaan. 281. Konsultan studi efektivitas akan melaksanakan khusus mengenai pemakaian perpustakaan. Dalam performance indicator yang telah disepakati antara Wolrd Bank dan Perpustakaan Nasional RI disebutkan bahwa:

(i) Students/community users demonstrate an increase in reading and wider use of library services

(ii) Parliament, government agencies and donors increase and provide financial and other support to small libraries

(iii) Other small libraries start to be established or are resurrected 282. Dengan kata lain konsultan studi efektivitas harus mampu melihat adanya perkembangan kuantitas dan kualitas, disamping adanya gejala (sympton) yang mengacu ke arah penumbuhan perpustakaan kecil lainnya dan penumbuhan kesadaran semua pihak akan pentingnya perpustakaan dalam lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Page 95: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

77

BBAABB VVIIIIII PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN PPEERRPPUUSSTTAAKKAAAANN DDII MMAASSAA DDEEPPAANN A. Pendahuluan

283. Pengembangan perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah yang ideal adalah pengembangan yang didasarkan pada kondisi nyata yang mencakup potensi, kelemahan, tantangan dan peluang yang ada dan relevan. Untuk itu berikut ini terlebih dahulu akan dibahas hal-hal tersebut sebagai dasar untuk menetapkan strategi pengembangan perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah di masa depan. B. Hasil Yang Dicapai

284. Secara lebih rinci, terjadinya perkembangan PS dan PM yang berkelanjutan dapat dilihat dari tiga tingkatan, yaitu pada tingkat operasional di satuan perpustakaan, tingkat pembinaan di pemerintah kabupaten/kota dan tingkat kebijakan dan pengaturan di Pusat. Perkembangan di tingkat operasional di PS dan PM dapat ditunjukkan dengan peningkatan layanan yang diberikan, yang meliputi peningkatan layanan kepada pemakai dan peningkatan dalam pengelolaan koleksi bahan pustaka, faktor-faktor pendukung internal, dan peningkatan faktor-faktor lingkungan eksternal yang mendukungnya.

1. Peningkatan Layanan pemakai

285. Dari data yang dilaporkan dalam bab sebelumnya menunjukkan bahwa pendekatan LIL perpustakaan ini telah membuktikan berdampak kepada peningkatkan layanan pemakai baik pada PS maupun PM. Peningkatan itu secara nasional adalah 25% untuk PS, dengan variasi antar propinsi dari 16% hingga 32%. Sedangkan peningkatan untuk PM adalah sebesar 209% dengan variasi dari 123% dan 325%. 286. Peningkatan layanan pemakai pada PM jauh lebih besar terlihat dari peningkatan jumlah pengunjung yang luar biasa. Selain itu, kenaikan jumlah buku yang dipinjam dan jumlah pengunjung jauh melampaui target proyek yaitu masing-masing 25% dan 15%. Hal ini disebabkan antara lain karena:

(i) Pengunjung dan peminjam di PM kebanyakan selain orang dewasa juga anak remaja termasuk para siswa di sekitarnya, sedangkan pengunjung PS lebih banyak hanya para siswa dan ibu-ibu siswa kelas 1 dan 2 yang menunggui putranya di beberapa sekolah;

(ii) Kesempatan untuk berkunjung dan membaca buku di PM lebih luas dari pada kesempatan yang tersedia di PS, rata-rata peningkatan jumlah jam buka PS di luar jam sekolah kurang dari satu jam, sementara peningkatan jumlah jam buka PM antara 3 sampai 8 jam per hari;

Page 96: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

78

(iii) Kegiatan penggunaan buku PM lebih terkait dengan peningkatan kegiatan masyarakat sehari-hari seperti intensitas peribadatan4, peningkatan dalam mata pencaharian, peningkatan kegiatan dalam rangka mengisi waktu luang. Sementara itu kegiatan penggunaaan perpustakaan yang dikaitkan dengan proses belajar mengajar juga meningkat walaupun masih terbatas jumlahnya. Pemanfaatan ini sangat erat hubungannya dengan kedekatan antara petugas yang mengelola perpustakaan sekolah dasar dengan tugas sehari-hari dalam memberikan mata pelajaran. Misalnya, petugas perpustakaan yang dilakukan oleh guru bidang studi seperti guru agama, mempunyai peluang lebih besar untuk secara langsung mengaitkan kegiatan pemanfaatan PS dengan proses belajar mengajar di semua kelas;

(iv) Siswa sekolah rata-rata mempunyai waktu terbatas untuk mengunjungi PS, yaitu hanya di waktu istirahat. Dampak pengunjung lebih besar bagi sekolah yang menyediakan jam khusus untuk berkunjung ke perpustakaan secara terjadwal sebagai bagian dari kegiatan kurikulum;

(v) Dampak layanan pemakai PS lebih kepada guru dalam menambah bahan bacaan untuk persiapan mengajar dengan kenaikan sebesar 75%.

287. Di lihat dari segi pengunjung dan peminjamnya, peran PS dan PM ternyata tidak hanya sekedar mencerdaskan bangsa tetapi juga mempunyai peran untuk meningkatkan persamaan akses akan informasi bagi kelompok kurang beruntung baik dari segi gender maupun tingkat kemampuan ekonomi yang ditandai dari:

(i) Proporsi peminjam dan pengunjung putri di PS maupun PM lebih besar dari putra;

(ii) Pepustakaan masyarakat lebih dimanfaatkan oleh anak-anak dan orang dewasa dari kelompok kurang mampu5;

(iii) Intensitas pemanfaatan perpustakaan lebih tinggi di masyarakat minoritas atau terpencil;

(iv) Melalui buku non-fiksi yang berorientasi ketrampilan dengan teknologi tepat guna, PM dapat meningkatkan kesempatan kerja bagi orang dewasa untuk membuka usaha kecil seperti beternak atau bertani secara lebih baik, dan membuat kerajinan tangan bagi ibu-ibu,

(v) Karena untuk kesibukan membaca PM dapat mengurangi kegiatan ngrumpi, dan mengurangi kecenderungan kenakalan remaja.

2. Dampak Yang Diperoleh

288. Selain menaikkan volume peminjaman buku dan jumlah pengunjung, peningkatan layanan perpustakaan yang dilakukan oleh PM dan PS proyek telah memberikan dampak positif lain, baik dalam kegiatan proses belajar mengajar maupun dalam kualitas kehidupan masyarakat, seperti hal sbb.:

(i) Dengan layanan PS yang meningkat, kemampuan membaca murid-murid kelas I di pedesaan mengalami kemajuan pesat, yaitu menjadi lebih lancar yang semula baru diraih di kelas 26.

(ii) Meningkatnya nilai ujian akhir sekolah (UAS) pada murid SD.7 (iii) Berhasilnya siswa lolos menjadi peserta lomba sinopsis sampai di tingkat

propinsi,8 dapat meningkatkan pamor sekolah di mata orang tua sehingga

4 Misalnya di PM Pura Saraswati di Ampenan dan PM Masjid Al-Abror di Mataram, NTB 5 Ini tampak jelas di SDN 29 Cakranegara, di sekolah negeri yang orang tuanya kebanyakan buruh, pemulung

dan tukang becak di tengah-tengah masyarakat berkemampuan di kota Mataram. 6 Dilaporkan oleh guru-guru kelas I SD 8 Dompu, Kabupaten Dompu, NTB., 7 Ini terjadi karena intensifnya perlombaan penggunaan PS seperti yang dilaporkan oleh kepala SDN 10 Bima,

NTB. 8 Peserta tersebut dari SD 1 Samakai, Kabupaten Bima; peserta dari SD Reberas Kabupaten Sumbawa berhasil

meraih juara IV di tingkat propinsi.

Page 97: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

79

meningkatkan peringkat sekolah bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya.

(iv) Bergairahnya kembali PM dan PS non-proyek untuk membenahi diri dengan harapan agar memperoleh perhatian dan bantuan baik dari pemerintah maupun Bank Dunia. Terpilih sebagai perpustakaan penerima bantuan adalah merupakan kebanggaan atas keberhasilan, terutama apabila penyelenggaraan perpustakaan dilombakan.9

(v) Tergeraknya anggota masyarakat untuk menghibahkan koleksi bukunya agar dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas karena sudah ada yang mengelolanya.10

(vi) Meningkatnya warga masyarakat yang melakukan usaha mandiri dan industri rumah tangga dalam meningkatkan kemampuan mata pencahariannya seperti beternak unggas, bertani secara lebih intensif dll.

C. Faktor-faktor Keberhasilan

289. Kunci utama meningkatnya jumlah pengunjung dan peminjam perpustakaan adalah karena penggunaan perpustakaan dikaitkan dengan kegiatan pemakai sehari-hari, yaitu dikaitkan dengan proses belajar mengajar di sekolah dalam bentuk penugasan mengarang, membuat ringkasan buku, dan lomba menceritakan kembali isi buku. Selain itu, ajakan kepada para ibu-ibu siswa kelas 1 dan 2 untuk membaca majalah dan buku populer di perpustakaan sembari menunggu anaknya juga sangat mendongkrak pemanfaatan PS. Begitu pula PM di Pura Saraswati, kegiatan membaca di perpustakaan untuk menunjang pendalaman tata cara adat agama Hindu, bahkan sekarang dijadikan bagian dari program dan kegiatan kelompok pengajian Hindu yang tidak hanya di Pura tetapi juga dalam rukun tetangga dan rukun warga11. 290. Dari data lapangan yang diperoleh menunjukkan bahwa walaupun minat baca murid sekolah dasar pada umumnya sudah ada walaupun pada tahap awal, yaitu masih berorientasi kepada membaca buku-buku fiksi. Tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan minat baca tersebut menjadi budaya baca fungsional, yaitu kemampuan untuk menyerap hasil bacaan yang memberikan dampak kepada peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan. Sementara itu, masyarakat orang dewasa lebih banyak memanfaatkan minat baca mereka untuk peningkatan produktivitas kegiatan mata pencaharian. 291. Layanan pemakai PM akan lebih intensif apabila dikaitkan dengan kegiatan masyarakat sehari-hari seperti sembahyang di Pura untuk PM dan kegiatan extra kurikuler di waktu sore hari di sekolah12 sehingga memperpanjang waktu buka dan waktu layanan. PS yang berhasil pada umumnya menambah layanan dengan cara menambah jam buka di luar jam sekolah atau memberlakukan wajib kunjung perpustakaan secara bergilir dalam jam-jam sekolah.13 292. Kegiatan promosi perpustakaan yang paling efektif adalah promosi dari pemakai ke pemakai perpustakaan. Misalnya dalam bentuk menyediakan papan pamer di perpustakaan untuk memajang hasil karya setiap kelompok atau kelas yang diperoleh dari hasil membaca,14 memberikan kesempatan kepada siswa yang sukses dan meraih prestasi

9 Kasus ini terjadi di PS Muara Enim dan PM di lingkungan pura di NTB. 10 Dilaporkan oleh Kepala PM di Mesjid Babussalam Brebes (non-proyek). 11 Hasil dari wawancara dengan Bapak Made, pengelola PM Pura Saraswati. 12 Misalnya SDN 3 Pancor di Selong Lombok Timur, menambah 6 jam buka dalam seminggu yang jadwalnya

disesuaikan dengan jadwal ekstra kurikuler seperti: pramuka, gerak jalan, les tambahan mata pelajaran dll. 13 Pola jam wajib kunjung perpustakaan ini diberlakukan di SDN A Widodo, Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas. 14 Pola ini sukses dilaksanakan di SDN 3 Selong, Lombok Timur.

Page 98: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

80

karena hasil membaca di perpustakaan pada saat perpisahan15 atau dalam khotbah jum’at di mesjid16, pembuatan film,17 sambutan kepala sekolah pada saat upacara bendera, dan melakukan loba yang dikaitkan dengan keharusan membaca seperti menceriterakan kembali bacaan, membuat sinopsis, mengarang, dsb. Baik yang di lakukan di dalam komunitas satu perpustakaan maupun yang dilombakan antar komunitas perpustakaan yang berbeda. Promosi yang dilakukan melalui pameran buku seperti yang diprogramkan dalam proyek ini belum berhasil banyak dalam meningkatkan minat baca. 293. Meningkatnya jumlah pengunjung dan volume peminjaman berkaitan erat dengan meningkatnya komponen pendukung, faktor internal dan faktor eksternal dalam penyelenggaraaan PS dan PM. Faktor pendukung itu meliputi meningkatnya jumlah koleksi, semakin baiknya pengelolaan koleksi bahan pustaka, tersedianya sarana penunjang, petugas perpustakaan yang berkeahlian dan ketersediaan dana.

1. Komponen Pendukung

a. Peran Koleksi Bahan Pustaka

294. Kualitas koleksi bahan pustaka yang tersedia merupakan salah satu daya tarik perpustakaan. Kualitas yang dimaksud meliputi:

(i) Jumlah judul koleksi buku non-fiksi dan fiksi yang terjadi peningkatan sekitar 200 sampai 400 judul melalui proyek LIL Perpustakaan, yang masing-masing judul sekitar 2 sampai 3 buku. Agar secara kontinyu koleksi perpustakaan menarik, setiap tahun setidak-tidaknya diperlukan tambahan sekitar 400 – 500 judul baru.18 Apabila tambahan ini tidak dapat dilakukan secara regular maka PM dan PS menjadi tidak menarik lagi.

(ii) Isinya sesuai dengan adat istiadat sosial budaya masyarakat setempat, kepentingan akan mata pencaharian, kebutuhan sehari-hari, dan hobi.

(iii) Ditambah dengan majalah/tabloid bagi anak, remaja, dan ibu-ibu rumah tangga baik yang diperoleh dari hasil membeli maupun sumbangan19.

(iv) Di beberapa PS masih dianggap penting menyediakan buku pelajaran sebagai bahan koleksi, terutama di SD yang tingkat kesediaan buku pelajarannya belum mencapai rasio 1:1, sementara murid tidak mampu untuk membeli buku pelajaran sendiri.

295. Ketercukupan tambahan koleksi bahan pustaka yang selalu segar itu sangat penting dan minimal sekitar 400 judul per tahun yang dapat diperoleh dari:

(i) Memperoleh anggaran tetap dari lembaga induknya. Dari perpustakaan yang dievaluasi, anggaran tetap itu dapat diperoleh misalnya dari yayasan atau iuran warga bagi PM, atau sumbangan khusus perpustakaan bagi orang tua siswa di PS. Model ini sesuai untuk PM dan PS di kalangan masyarakat yang mampu.20

(ii) Pinjaman dari perpustakaan daerah melalui modifikasi perpustakaan keliling menjadi layanan pinjaman kolektif secara keliling pada satu rumpun SD yang berdekatan atau dalam satu gugus sekolah. Ini sangat cocok bagi SD yang orang tuanya berasal dari warga masyarakat yang kurang mampu.21 Pola

15 Pola ini sukses dilaksanakan di SDN 3 Selong, Lombok Timur. 16 Seperti yang dilakukan PM di Mesjid Baiturachman di Palembang yang menyertakan ringkasan isi kotbah yang

diberi catatan kaki berisi sumber bacaannya yang dapat ditemukan di perpustakaan. 17 Inovasi ini dilakukan oleh PM “TBM Al-Hidayah” di Brebes. 18 Hasil wawancara dengan pengelola perpustakaan SDN 29 Cakranegara Mataram dan pengelola perpustakaan

Pura Saraswati Ampenan. 19 Misalnya PM di desa Saraswati NTB berhasil memperoleh sumbangan berbagai buku dan malajah dalam

jumlah yang relatif besar dari anggota masyarakat berkat kepiawaian kepala perpustakaan. 20 Seperti yang dilakukan oleh PM di Puri Cakranegara dan PS di Cakraneraga III, Mataram NTB. 21 Seperti yang dilaksanakan oleh perpustakaan daerah Kabupaten Muara Enim Sumatra Selatan.

Page 99: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

81

semacam ini juga ditemui dalam layanan perpustakaan masyarakat dalam bentuk taman bacaan yang hanya berfungsi memberikan layanan bahan pustaka sebagai perpanjangan tangan dari perpustakaan umum induknya.

(iii) Dari sumbangan masyarakat maupun orang tua yang bersifat tetap dalam jumlah yang memadai.22

296. Upaya untuk memberikan layanan informasi dari sumber di luar perpustakaan SD dan masyarakat seperti melalui pola pinjam antar perpustakaan dan akses ke dunia maya, belum ditemukan pelaksanaannya dalam perpustakaan yang diobservasi. 297. Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan ragam judul buku untuk perpustakaan informasi dan distribusi buku telah dilakukan melalui tiga saluran, yaitu: melalui toko buku, perwakilan penerbit di daerah, dan “sales” buku yang menjajakan bukunya dengan cara berkeliling mengunjungi konsumen. Masing-masing saling melengkapi dengan spesifikasi produk dan pangsa pasar sendiri-sendiri.

b. Tersedianya sarana penunjang

298. Sarana penunjang yang sangat diperlukan adalah perlengkapan untuk administrasi peminjaman dan perhitungan pengunjung dalam rangka layanan pemakai, sampul buku dari plastik agar rapih dan buku tetap menarik karena tidak mudah rusak, rak buku untuk penempatan dan pengaturan buku, dan meja baca. Tidak kalah pentingnya adalah ornamen ruangan yang memberikan semangat untuk menggunakan perpustakaan, misalnya berupa poster, motto, pohon kompetisi, majalah dinding hasil karya membaca buku dll. Karena biasanya ruang baca PM dan PS terbatas, lebih nyaman menggunakan karpet dari pada kursi duduk untuk membaca di tempat. Katalog buku bukan merupakan kebutuhan mutlak agar perpustakaan digunakan dan dimanfaatkan karena koleksi PM dan PS pada umumnya tidak banyak. 299. Lokasi penyelenggaraan perpustakaan juga penting. Lokasi yang strategis adalah lokasi di titik pertemuan atau yang dekat dengan pemukiman dan kegiatan sehari-hari pemakainya. Misalnya lokasi PM di Masjid Baiturachman lebih strategis di kompleks mesjid karena sasaran pemakainya adalah pengunjung mesjid. Sebaliknya lokasi perpustakaan masyarakat yang diselenggarakan oleh karang taruna di Muara Enim lebih strategis tidak ditempatkan di balai desa tetapi di kompleks hunian penduduk yang padat karena sasaran pemakainya adalah penduduk sekitarnya

c. Petugas Perpustakaan Tetap yang Berketrampilan

300. Dari observasi lapangan diperoleh bahwa kunci keberhasilan peningkatan dan keberlanjutan layanan perpustakaan terletak pada tersedianya petugas perpustakaan yang sudah berketrampilan dan bekerja tetap (kerja penuh waktu) yang digaji atau diberi honor secara tetap setiap bulan.23 Kontribusi tenaga suka rela hanya dapat dipergunakan untuk membantu secara insidental. Ini berarti bahwa PM dan PS tidak dapat dikelola hanya dengan tenaga sambilan atau tenaga sukarela. PS dan PM yang mengandalkan tenaga pengelolanya yang bekerja paruh waktu dan sambilan tidak pernah berhasil memberikan layanan yang berkelanjutan. Tim PM, PS, Komite Sekolah yang dibantu dengan keterlibatan siswa atau anggota masyarakat dalam mengelola perpustakaan ternyata belum menjamin keberlanjutan layanan dan pemanfaatan PM dan PS. Namun demikian keterlibatan mereka

22 Seperti yang diperoleh oleh PM Pura Saraswati di Ampenan NTB. 23 PM Baiturachman di Palembang dikelola oleh 3 orang petugas tetap yang memperoleh honor Rp. 1 juta per

bulan dari Yayasan Masjid yang dananya diperoleh dari badan usaha yayasan. Sementara itu di SDN 29 Cakranegara petugas tetap perpustakaan diserahkan kepada guru mulok Bahasa Inggris dengan honorarium Rp. 150 ribu per bulan.

Page 100: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

82

telah berhasil meningkatkan komitmen dan rasa kepemilikan mereka yang akhirnya meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan PM dan PS. 301. Kunci kedua yang penting adalah kepala atau penanggungjawab perpustakaan yang berkeahlian di bidang perpustakaan, mempunyai kemampuan berkomunikasi untuk memperjuangkan perpustakaan termasuk anggaran, dan mempunyai komitmen24.

d. Ketersediaan dana

302. Dana yang diperlukan untuk menyelenggarakan PM maupun PS mencakup dana modal awal dan biaya rutin serta pengembangan. Dana modal awal tersebut dipergunakan untuk mendirikan bangunan setidak-tidaknya 49m2, almari, rak buku, meja kerja kecil, karpet, kipas angin, radio dan tape recorder, lampu, komputer dan printer, papan data, peralatan ATK, koleksi awal sebanyak 500 eksemplar, dan honorarium tenaga tetap 2 orang. Modal awal yang diperlukan untuk memenuhi fasilitas tersebut sekitar Rp. 75 juta.25 Rincian penggunaanya adalah sbb.:

(i) Ruang perpustakaan sekitar 59 m2 = Rp. 45.000.000,- (ii) Mebeler = Rp. 7.000.000,- (iii) Perlengkapan = Rp. 2.000.000,- (iv) Koleksi awal (500 buku) = Rp. 10.000.000,- (v) Tambahan koleksi (100 buku) = Rp. 2.000.000,- (vi) Daya, jasa, dan pemeliharaan = Rp. 1.750.000,- (vii) ATK = Rp. 250.000,- (viii) Honorarium petugas tetap (2 orang) = Rp. 7.000.000,-

Jumlah = Rp. 75.000.000,- 303. Keberhasilan dan keberlanjutan PM dan PS sangat ditentukan oleh kelangsungan tambahan koleksi baru, petugas tetap, dan sarana penunjang yang memadai, yang semuanya itu memerlukan dana yang tetap setiap tahunnya. Dari pengalaman perpustakaan yang berhasil, dana yang diperlukan untuk kelanjutan operasional diestimasikan minimal setiap tahunnya adalah Rp. 24 juta, yang rinciannya adalah sbb.:

(i) Untuk penambahan koleksi non fiksi sekitar 500 judul = Rp. 10.000.000,- (ii) Untuk tambahan buku referensi = Rp. 3.000.000,- (iii) Untuk honor petugas tetap 2 orang = Rp. 9.600.000,- (iv) Dukungan administrasi = Rp. 1.400.000,-

Jumlah = Rp. 24.000.000,- 304. Sumber dana baik untuk belanja modal maupun biaya operasional dapat diperoleh dari berbagai sumber. Untuk PS, sumber pendanaan tersebut dapat diperoleh dari:

(i) Pemerintah dengan memasukkan ke dalam komponen anggaran rutin sekolah;

(ii) Orang tua siswa dengan memasukkan komponen biaya perpustakaan dalam iuran sekolah atas persetujuan Komite Sekolah; 26

(iii) Bantuan dari swasta dan masyarakat.

24 Misalnya walaupun kurang berkeahlian di bidang perpustakaan, kepala perpustakaan daerah Muara Enim

yang berkeahlian di bidang komunikasi karena bekas pegawai penerangan dapat melakukan lobi dan meyakinkan Bupati akan pentingnya peran perpustakaan daerah sehingga dalam waktu dua tahun anggarannya meningkat lebih dari tiga kali lipat.

25 Perhitungan ini diestimasikan berdasarkan hasil diskusi dengan DLT, pengelola perpustakaan, dan fasilitator masyarakat di berbagai PM dan PS.

26 Pola ini telah dirancang oleh beberapa PS dalam mempertahankan keberlanjutan layanan PS ybs. misalnya di SDN A Widodo Kabupaten Musi Rawas telah disepakati oleh Komite sekolah iuran sebesar Rp.200 per murid/bulan.

Page 101: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

83

Sumber pendanaan PM dapat diperoleh dari: (i) Pemerintah, melalui anggaran rutin perpustakaan daerah; (ii) Subsidi silang dari hasil usaha yayasan yang bersifat tetap; (iii) Iuran angota; (iv) Bantuan alumni; (v) Waqaf, sodaqoh, infaq, dan hibah dari anggota masyarakat; dan (vi) Bantuan dari swasta.

2. Faktor Pendukung Internal

305. Setidak-tidaknya ada empat faktor pendukung internal yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan perkembangan dan keberlanjutan layanan PM dan PS, yaitu: kebutuhan dan kepentingan masyarakat pemakai, kelembagaan, alumni, dan fasilitator. 306. Kebutuhan pemakai. Baik PS maupun PM akan berkembang apabila masyarakat pemakainya merasakan kebutuhan akan layanan perpustakaan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. PS akan berkembang apabila guru dan murid merasa adanya kebutuhan akan koleksi di perpustakaan dalam rangka melaksanakan tugasnya mengajar dan belajar. Kebutuhan guru dan pimpinan sekolah akan layanan perpustakaan untuk mengajar sekarang meningkat dengan diterapkannya pengembangan kurikulum berbasis kompetensi dan manajemen pendidikan berbasis sekolah yang memerlukan dukungan referensi baik di bidang mata pelajaran maupun manajemen sekolah. Begitu pula siswa akan merasakan kebutuhannya apabila guru mengarahkan murid untuk membaca di perpustakaan dalam rangka menyelesaikan tugas-tugasnya di dalam dan di luar kelas. 307. Dukungan masyarakat. Dukungan oleh masyarakat akan diberikan kepada PM apabila masyarakat merasakan manfaat yang diperoleh dari menggunakan koleksi perpustakaan tersebut, misalnya untuk meningkatkan ketrampilan dalam melakukan usaha kecil, memberikan tambahan pengetahuan dalam mata pencahariannya dengan memanfaatkan teknologi tepat guna, memberikan pendalaman dalam menjalankan ibadah, atau dapat memberikan kesibukan yang positif dalam mengisi waktu luang. 308. Lokasi. Lokasi PM mempunyai pengaruh besar pada keberhasilan layanan yang diberikan. Lokasi yang tepat adalah yang berada dan dekat dengan masyarakat pemakainya. Misalnya, PM Karang Tungkal di Muara Enim lebih berkembang setelah dipindahkan di salah satu beranda penduduk di bandingkan dengan lokasi yang dekat dengan kantor Kelurahan. Begitu pula PM Panta Paju di Kabupaten Dompu yang sangat strategis berada di dalam kompleks perumahan BTN. 309. Kelembagaan. Baik PS maupun PM yang berhasil adalah yang dikelola sebagai kesatuan utuh dari sistem pranata sosial yang lebih besar dalam rangka menunjang program yang lebih besar pula. PS merupakan bagian tak terpisahkan dari organisasi sekolah dasar dan merasa dimiliki oleh komunitas sekolah dalam rangka menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Begitu pula PM yang berhasil bukanlah perpustakaan yang berdiri sendiri, melainkan yang dikembangkan dalam rangka menunjang sistem pranata sosial yang lebih besar seperti mesjid, gereja, karang taruna, kelurahan dsb, dan merasa dimiliki oleh komunitas sosialnya. Dengan demikian perpustakaan dirasakan sebagai milik komunitas yang tidak hanya memberikan manfaat bagi pemakainya, tetapi juga memberikan dampak kepada pelaksanaan program dari sistem pranata sosial yang lebih besar. Misalnya, PM Al Abror sebagai sub-sistem dari Yayasan Al Abror, perpustakaan SDN 29 Cakranegara masuk dalam organisasi sekolah dasar yang diketahui dan disetujui oleh Komite Sekolah. Pengelolaan PS dan PM yang terlepas dari sistem pranata sosialnya akan sukar berkembang dan berkelanjutan.

Page 102: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

84

310. Sebagai bagian dari sistem pranata sosial yang lebih besar, dukungan dari masyarakat lingkungannya dapat diberikan dengan berbagai cara. Misalnya PM sebagai bagian dari Yayasan Masjid Baiturachman Palembang, keberlanjutan dana untuk layanan perpustakaan masjid didukung sepenuhnya oleh yayasan yang diperoleh dari subsidi silang hasil usaha yayasan (penyediaan layanan jenazah, wartel, pemeliharaan burung wallet, Taman Pendidikan Al Quran, layanan kesehatan dll). Demikian pula, di komunitas pengajian di masjid Al Abror di Mataram, kelangsungan layanan perpustakaannya juga didukung usaha yayasan (koperasi simpan pinjam, Taman Pendidikan Al Quran, Klinik, dan penyewaan perlengkapan pesta). Bahkan PM Pura Saraswati di Ampenan, dukungan masyarakat diberikan dalam bentuk iuran tetap bulanan yang dikumpulkan melalui kelompok pengajian Hindu sebagai bagian dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari. 311. Peran alumni dan calon alumni. Dalam sistem pranata sosial yang kuat biasanya tumbuh norma, sistem nilai dan adat istiadat organisasi yang diyakini, dipatuhi, dan dibanggakan bersama oleh anggotanya, termasuk para alumni dan calon alumni tetap ikut merasa memiliki karena memperoleh manfaat dari perpustakaan yang dimaksud. Dalam sistem yang demikian peran alumni dan calon alumni sangat besar dalam ikut mendukung baik dana, pikiran, maupun tenaga dalam mengembangkan oganisasi termasuk perpustakaan di dalamnya. Misalnya, kelangsungan layanan PM masjid Al Abror di Mataram dan masjid Baiturachman di Palembang justru lebih banyak didukung oleh alumninya dari pada anggotanya. 312. Program Fasilitasi. Peranan fasilitator dalam mengembangkan PS dan PM sangat besar pengaruhnya dalam memberikan bimbingan teknik (“technical know how”) dalam menyelenggarakan perpustakaan mulai dari pengadaan koleksi, pengolahan bahan pustaka sampai dengan melakukan promosi perpustakaan. Dalam pelaksanaan proyek LIL Perpustakaan ini, program fasilitisasi yang berjalan dilaksanakan melalui empat cara: penataran singkat, penataran fasilitator masyarakat, program remedial, dan detasering. 313. Peran penataran dan detasering. Rata-rata petugas PM dan PS memperoleh penataran jangka pendek sebanyak dua kali yang diselenggarakan oleh PPIU, cukup baik dalam memberikan orientasi awal tetapi belum cukup dalam memberikan bekal bimbingan teknis untuk mengoperasionalkan perpustakaan sehari-hari. Bimbingan teknis diberikan melalui fasilitator masyarakat (FM) yang sebelumnya memperoleh penataran tentang pengelolaan perpustakaan, tetapi karena sebagian besar mereka dari kalangan guru dan pengawas, bimbingan teknis yang diberikan lebih banyak kepada aspek administrasi layanan perpustakaan dan sangat kurang di bidang pengolahan bahan pustaka. Hal ini disebabkan antar lain karena penataran dan modul yang dipakai dalam penataran calon FM dianggap terlalu teoritik dan kurang menekankan praktek.27 Program remidial merupakan program bimbingan teknis yang diberikan oleh ahli perpustakaan dari CPMU bagi PS dan PM yang kurang berjalan, hasilnya cukup baik tetapi karena waktunya yang sangat singkat, kurang memberikan dampak dalam perbaikan teknis penyelenggaraan perpustakaan. Program detasering adalah program penempatan (peminjaman) pustakawan untuk sementara waktu (sekitar tiga bulan) untuk memberikan bimbingan teknis sambil memberikan contoh konkrit penyelenggaraaan perpustakaan. Program seperti ini dilaksanakan atas inisiatif kepala PM Pura Saraswati di Ampenan. 314. Dari berbagai bentuk fasilitasi yang dilaksanakan, ada dua kunci keberhasilan program fasilitasi. Pertama, fasilitasi itu dilaksanakan oleh tenaga teknisi yang sudah berpengalaman melaksanakan pekerjaan pengelolaan perpustakaan. Pada umumnya fasilitator masyarakat terdiri dari guru atau pengawas sekolah, atau staf lain yang tidak berkeahlian di bidang perpustakaan.28 Yang berhasil memberikan bimbingan dengan baik

27 Seperti disampaikan oleh FM Kabupaten Dompu. 28 Seperti yang terjadi di Kabupaten Musi Rawas Sumatra Selatan.

Page 103: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

85

adalah guru yang telah berpengalaman mengelola perpustakaan.29 Bahkan di PM Pura Saraswati di Ampenan, keberhasilan fasilitasi itu dilakukan oleh pensiunan karyawan Perpustakaan Daerah Propinsi NTB. Kedua, program fasilitasi yang efektif adalah yang dilaksanakan langsung di tempat (on site training). Selain efektif, pola fasilitasi yang demikian jauh lebih efisien karena biayanya jauh lebih rendah dari pola yang lain. Pola yang terakhir ini dapat dikombinasikan dengan program peminjaman koleksi bahan pustaka dalam bentuk paket dari perpustakaan daerah ke PM dan PS yang dilaksanakan secara rutin. Kombinasi keduanya akan jauh lebih efektif apabila dikaitkan dengan program belajar bersama dalam bentuk Kelompok Kerja Perpustakaan SD (KKPS) atau Kelompok Kerja Perpustakaan Masyarakat ((KKPM) yang mekanisme kerjanya seperti KKG (Kelompok Kerja Guru)). 315. Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ternyata tidak begitu efektif memberikan fasilitasi dalam penyelenggaraan perpustakaan karena pada umumnya LSM yang ada tidak mempunyai personel yang mempunyai kompetensi di bidang perpustakaan. Bantuan positif yang dapat diberikan oleh beberapa LSM adalah membantu dalam memberikan advokasi kepada pejabat terkait yang mempunyai wewenang mengambil keputusan agar membantu pengembangan perpustakaan.30

3. Faktor pendukung eksternal

316. Faktor pendukung eksternal adalah pendukung pada tataran kebijakan dan program baik pada pemerintahan di berbagai tingkat maupun komunitas swasta. Dengan proyek LIL Perpustakaan diharapkan memberikan dampak kepada meningkatnya dukungan eksternal bagi pengembangan perpustakaan di lingkungan proyek maupun di luar proyek. Salah satu indikatornya adalah terdapat peningkatan dukungan dari masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pemerintah daerah setempat terhadap PS dan PM, posisi sekolah dalam gugus, dan networking. 317. Data empiris menunjukkan bahwa proyek ini telah berhasil meningkatkan peran faktor pendukung eksternal dalam pengembangan PM dan PS yang telah dilaksanakan dengan berbagai cara yang berbeda-beda sesuai dengan kepentingan dan kondisi masing-masing daerah. Peningkatan peran pemerintah telah terjadi dalam berbagai bentuk sbb.:

(i) DPRD meningkatnya anggaran pemerintah, baik propinsi maupun kabupaten/kota, yang dialokasikan untuk membantu pengembangan perpustakaan, termasuk anggaran untuk monitoring.31

(ii) Pemerintah kabupaten/kota membentuk oganisasi perpustakaan daerah bagi daerah yang belum mempunyai perpustakaan daerah.

(iii) Pemerintah meningkatkan eselonisasi oganisasi perpustakaan daerah dalam tata organisasi pemerintahan daerah agar dapat berperan lebih besar dalam melaksanakan program pembinaan PM dan PS, yaitu dari Bagian atau Subdit menjadi Badan dengan posisi sebagai eselon IIb.

(iv) Membangun sarana gedung perpustakaan daerah dan taman bacaan masyarakat.

(v) Menyelenggarakan kompetisi penyelenggaraan PM dan PS, dimana pemenangnya tidak hanya memperoleh piala tetapi juga bantuan buku untuk melengkapi koleksinya.

(vi) Meningkatnya perhatian Komite Sekolah terhadap PS dengan mengalokasikan anggaran khusus untuk pengembangan PS dalam RAPBS.32

29 Contoh kasus ini terjadi di perpustakaan SDN Lubuk Ampelas di Muara Enim yang berhasil memperoleh juara

pertama dalam lomba perpustakaan tingkat kabupaten. 30 Kasus ini ditemui di Sumatra Selatan dimana ketua LSM mempunyai pengaruh kepada pejabat daerah

setempat. 31 Kasus di kabupaten Dompu DPRD telah menganggarkan sebesar Rp. 75 juta untuk monitoring

pengembangan perpustakaan.

Page 104: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

86

(vii) Meningkatnya kepedulian kelompok sosial kemasyarakatan untuk membiayai PM di komunitasnya.33

(viii) Termotivasinya Bupati/Walikota untuk membangun dan mengembangkan perpustakaan masyarakat di daerah lain.34

318. Meningkatnya partisipasi masyarakat dan perseorangan antara lain ditunjukkan dengan bantuan yang diberikan dalam bentuk sbb.;

(i) Bantuan pendirian taman bacaan masyarakat sebagai perpanjangan layanan perpustakaan daerah agar lebih dekat dalam melayani pemakai perpustakaan.35

(ii) Bantuan untuk pengadaan perlengkapan dan peralatan perpustakaan daerah dari BUMN seperti BRI.36

(iii) Bantuan langganan majalah dan Koran yang dilakukan oleh perseorangan dengan cara setelah selesai dibaca oleh yang berlangganan dihibahkan secara rutin ke perpustakaan.37

(iv) Bantuan yang diberikan oleh salah satu BUMN secara rutin kepada PM di lingkungan perumahan karyawan ybs.38

319. Perpustakaan Sekolah Dasar yang dikembangkan oleh Bank Dunia yang berstatus sebagai sekolah inti dalam sistem gugus sekolah dasar lebih besar mempunyai peluang untuk berkembang karena menjadi sumber rujukan untuk para guru dan kepala sekolah di sekolah imbasnya melalui program Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS). Pemanfaatan koleksi perpustakaan melalui gugus lebih efektif39 dari pada melalui sekolah ganda, karena dukungan sistem kelembagaan dan mekanismenya sudah ada yang menciptakan rasa kepemilikan bersama (mutual ownership). Sedangkan bantuan kepada PS pada sekolah ganda lebih berdampak negatif dalam bentuk kecemburuan sosial karena tidak adanya rasa kepemilikan bersama. 320. Faktor pendukung eksternal lainnya yang berhasil diungkap melalui studi ini adalah luasnya kerjasama yang telah berhasil dijalin oleh Kepala Sekolah dan Pengelola Perpustakaan dengan instansi lain, baik pemerintah maupun swasta dalam mengembangkan perpustakaan. 321. Kunci keberhasilan untuk meraih dukungan eksternal tersebut berada di kepala perpustakaan yang tidak hanya mempunyai ketrampilan di bidang pengelolaan perpustakaan tetapi juga di bidang pemasaran program perpustakaan beserta manfaatnya (social marketing) dan kemampuan melakukan advokasi (lobbying) terhadap pihak-pihak yang mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan. D. Telaah Strategis Pengembangan Perpustakaan

322. Telaah pengembangan perpustakaan yang disampaikan pad bagian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan perencanaan strategik. Pertama-tama disampaikan dan dibahas arah pengembangan PS dan PM yang telah digariskan oleh pemerintah. Kemudian 32 Ini terjadi hampir di setiap PS yang berhasil berkembang. 33 Ini terjadi pada masyarakat kalangan terdidik yang masih kuat paguyubannya seperti masyarakat Hindu di

komplek perumahan Saraswati. 34 Bupati Bima akan membangun PM di setiap kecamatan, dengan usulan anggaran sebesar Rp. 500 juta dari

anggaran rutin dan Rp. 80 juta dari anggaran pembangunan. 35 Misalnya pengembangan taman bacaan masyarakat di dua lokasi di Dompu oleh perseorangan, bantuan

pembangunan taman bacaan masyarakat oleh PT Jamsostek di Palembang. 36 Bantuan dana untuk perlengkapan dan mebelair perpustakaan daerah Dompu oleh BRI sebesar Rp. 150 juta. 37 Contoh kasus ini antara lain terjadi di PM di Muara Enim yang dikelola oleh Karang taruna setempat. 38 Misalnya perpustakaan masyarakat di komplek Pertamina Palembang. 39 Seperti yang terjadi di SDN 33 Lahat Sumatra Selatan dengan SD-SD imbasnya.

Page 105: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

87

dilakukan telaah strategis yang mencakup tantangan yang dihadapi ke depan dalam menuju arah pengembangan tersebut, diidentifikasi peluang dan kendalanya yang diperkirakan akan menghambat usaha pengembangan tersebut. Kemudian kunci keberhasilan pengembangan dirangkum dari hasil refleksi lesson learned hasil evaluasi proyek LIL Perpustakaan yang sudah dilaksanakan sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu. Berdasarkan telaah strategis dapat ditetapkan kunci hasil bidang pokok sebagai dasar untuk menyusun strategi pengembangan PS dan PM yang lebih realistis dan prospektif.

1. Arah Pengembangan Perpustakaan

323. Dalam Rencana Strategis 2002-2004, Perpustakaan Nasional telah menetapkan visi “Pemberdayaan potensi perpustakaan dalam meningkatkan kualitas kehisupan bangsa” dengan misi: (a) membina, mengembangkan dan mendayagunakan semua jenis perpustakaan, (b) melestarikan bahan pustaka (karya cetak dan karya rekam) sebagai hasil budaya bangsa, dan (c) menyelenggarakan layanan perpustakaan. Dalam versi lain terdapat visi yang sangat progresif dan aktual yakni sebagai “Perpustakaan kelas dunia yang memiliki identitas dan karakter bangsa/masyarakat” yang akan dicapai melalui misinya yaitu: Perpustakaan mendorong masyarakat yang belajar (learning society) menuju masyarakat madani yang sadar informasi (information and conscious society).40 Namun demikian PS dan PM sebagai sub-sistem perpustakaan nasional belum ditetapkan visi dan misinya, sehingga belum jelas arah PM dan PS itu akan dibawa, sehingga dalam upaya pengembangan PS dan PM di Indonesia perlu ditetapkan arahnya.

2. Tantangan, peluang dan kendala

324. Semua orang mengetahui bahwa perpustakaan itu seharusnya merupakan jantungnya pendidikan dan peradaban di mana saja berada: baik di sekolah, perguruan tinggi, di instansi, maupun di masyarakat umum. Karena melalui perpustakaan itu, proses pembelajaran dan peningkatan peradaban bangsa dapat dilakukan dengan tidak mengenal ruang, waktu, lokasi, bahkan generasi. Karena sebagai jantung maka seharusnya perpustakaan berada di pusat lingkungan yang melalui “urat nadinya” (dalam bentuk layanan) mampu memompa aliran darah segar (dalam bentuk koleksi yang selalu mutakhir dan sesuai dengan kebutuhan pemakainya), yang sudah dibersihkan dengan oksigen, ke seluruh tubuh lingkungan pendidikan dan peradaban dimana perpustakaan itu berada. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa justru peran itu sukar sekali dilaksanakan. Hanya sebagian kecil dari PS dan PM yang berhasil melaksanakan misi tersebut walaupun termasuk yang telah memperoleh bantuan dari proyek LIL Perpustakaan. Apakah yang menyebabkan ini? 325. Tantangan eksternal. Hal seperti ini terjadi karena dua hal, pertama adalah pengaruh tantangan dari luar dan kedua adalah pengaruh tantangan dari dalam. Apa itu tantangan dari luar? Sumber tantangan itu adalah globalisasi, peledakan informasi, dan revolusi teknologi informasi. Pertama adalah dampak dari globalisasi. Globalisasi telah membawa suatu negara berkompetisi dalam pasar bersama yang semula bertumpu pada kemampuan sumberdaya alam dan tenaga kerja yang murah41 (keunggulan komparatif), sekarang lebih tergantung kepada inovasi teknologi, kreativitas sumberdaya manusia dan penggunaan pengetahuan, dan kombinasi keduanya42 (keunggulan kompetitif). Ada dua kunci sukses di sini, yaitu kualitas sumberdaya manusia yang kreatif dan inovatif dan penggunaan informasi yang tak terbatas43 dengan efisien sehingga menghasilkan produk 40 Perpustakaan Nasional RI (2003). Pola dan Strategi Pengembangan Perpustakaan dan Pembinaan Minat

Baca. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, p. 5. 41 Yang semakin lama semakin langka karena tidak dapat diperbaharukan. 42 Yang semakin dipakai malah semakin bagus karena selalu diperbaharukan. 43 Halal, William E.(Editor) (1998). The Infinite Resource: Creating and Leading the Knowledge Enterprise, San

Francisco:Jossey-Bass Publishers.

Page 106: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

88

yang unggul. Kedua adalah semakin besarnya peranan pengetahuan/informasi sebagai mesin untuk menggerakkan pembangunan. Ini baru terjadi apabila pengetahuan yang diperoleh dapat meningkatkan peradaban manusia yang tercermin dalam peningkatan masyarakat madani yang demokratis, jadi warga negara yang baik, dan cara berkehidupan yang lebih bermanfaat. Ketiga adalah berkembangnya teknologi informasi yang membuat semakin sempit jarak antar negara, dikenalnya dunia maya, dan semakin mudah dan bervariasinya sistem komunikasi informasi antar manusia terjadi melalui berbagai media (bahan pustaka di perpustakaan hanya salah satu saja), sehingga membuat kehidupan menjadi lebih mudah, cepat, dan akurat. 326. Tantangan Internal. Sementara itu, ada tiga tantangan dari dalam yang dihadapi, yaitu terbatasnya sumber dana, kurang perhatiannya terhadap perpustakaan, dan terbatasnya sumberdaya manusia di bidang perpustakaan. Sumber dana untuk menunjang perpustakaan tidak pernah jelas karena tidak ada mata anggaran tersendiri yang menjamin dialokasikannya anggaran pemerintah untuk perpustakaan. Sumber dana yang tidak jelas ini lebih diperparah dengan dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan sehingga sumber dana yang ada pada umumnya diutamakan untuk mencukupi gaji dan honorarium sehingga sangat terbatas yang dapat digunakan untuk pengembangan koleksi perpustakaan. Akhirnya, perpustakaan kurang memperoleh perhatian karena sebagian besar belum bisa membuktikan bahwa ia diperlukan, dan di sebagian masyarakat, layanan perpustakaan kalah bersaing dengan layanan informasi lainnya. Terbatasnya sumberdaya manusia karena terbatasnya dana untuk peningkatan mutu SDM berakibat kepada kurang menonjolnya peran pustakawan dalam ikut meningkatkan peradaban murid dan masyarakat yang diharapkan mempunyai kemampuan kompetisi, menunjang pembangunan, dan penggunaan teknologi informasi. 327. Dampak bagi layanan perpustakaan. Apa dampak semua ini bagi profesi dan layanan perpustakaan? Dampak terhadap profesi dan layanan perpustakaan ada tiga, yaitu mengenai sumber informasi, peran perpustakaan, peran pustakawan. Perpustakaan sebagai sumber informasi sudah tidak bisa lagi menggantungkan kekuatan sumber informasi yang dimiliki sendiri seperti buku dll. Kalau ini saja yang dilakukan, maka perpustakaan akan hanya memberikan pengerdilan pengetahuan yang dinikmati oleh penggunanya. Koleksi di luar perpustakaan juga menjadi sumber informasi yang sangat penting untuk diketahui dan diusahakan dapat diakses. Kemudian jenis sumber informasi lainnya adalah informasi di dunia maya, yang jumlah dan macamnya tidak terbatas, mendunia, selalu bertambah dan berkembang, walaupun secara fisik kita tidak perlu menyediakan tempat untuk koleksi jenis ini. Kalau kita bertanya kepada orang Jepang apakah anda mempunyai sumberdaya alam seperti kehutanan untuk menunjang perumahan mereka, maka jawabnya adalah punya. Dimana? Jawabnya di hutan yang ada di seluruh Asia Tenggara. Jadi konsep kepemilikan itu sekarang telah berubah besar, termasuk kepemilikan informasi. Jadi kalau kita ditanya apakah mempunyai informasi tentang teknologi ruang angkasa, kita harus dapat menjawab punya. Dimana? Di dunia maya. 328. Dampak bagi peran perpustakaan. Dampak kedua adalah peran perpustakaan. Kalau dulu titik berat peran perpustakaan adalah mengadakan, memproses, memelihara, dan menyediakan sumber informasi dalam berbagai bentuk seperti buku, majalah, dll., sekarang titik beratnya adalah bagaimana perpustakaan itu menjadi jembatan untuk mengakses sumber informasi yang tak terbatas itu bagi para pemakainya yang antara lain dapat dilakukan melalui secara teratur menambah koleksi baru, melakukan kerjasama antar perpustakaan (inter-library loan) dan layanan penelusuran melalui internet. Ini berarti fokus peran perpustakaan tidak lagi hanya pada tersedianya sumber informasi, karena sumber informasi itu sudah menjadi tak terbatas yang kalau harus menyediakan sendiri akan sangat mahal, sementara dimana-mana tersedia sumber informasi. Fungsi yang lain adalah adalah memberikan layanan dalam mengakses sumber informasi tersebut. Dalam hal ini, titik berat peran perpustakaan adalah pada bagaimana dapat memberikan layanan akan informasi

Page 107: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

89

kepada pemakainya yang sebaik-baiknya. Mungkin secara fisik perpustakaan ini kecil, tetapi bila dikelola dengan baik bukannya tidak mungkin mempunyai langganan pemakai yang luar biasa banyaknya melalui komunikasi jarak jauh seperti tilpun atau bahkan komunikasi internet di dunia maya yang sekarang sudah sangat populer di dunia anak muda.44 329. Dampak bagi pustakawan. Dampak yang ketiga adalah terjadinya perubahan peran pustakawan. Kalau dulu tugas pokok seorang pustakawan adalah mengolah koleksi perpustakaan dengan menggunakan sistem DDC/UDC dsb., sekarang juga diituntut dapat berperan memberikan layanan dalam melacak sumber informasi bagi kepentingan pemakai. Selain itu, tugas pengolahan bahan pustaka juga perlu lebih difokuskan agar koleksi perpustakaan diolah berdasarkan subyek, karena dengan perkembangan teknologi digital, pelacakan sumber informasi berdasarkan subyek lebih menarik dan familiar bagi pemakai dari pada dengan pendekatan klasifikasi bidang seperti yang selama ini dilakukan. Bahkan hampir semua buku, majalah, dan tulisan lain yang diterbitkan, sudah mencantumkan katalognya sekaligus sehingga tidak perlu dibuat lagi. Dengan pendekatan klasifikasi subyek maka pemakai akan lebih mudah memahami dan memakai karena informasi di dunia lain juga sudah dilakukan dengan cara ini. Implikasi bagi pendidikan dan pelatihan pustakawan adalah pentingnya mata ajaran tentang teknik-teknik penelusuran sumber informasi, memahami pelanggan, “public relation”, advokasi (lobbying), dan “hospitality” yang sangat diperlukan dalam memberikan layanan pemakai lebih menarik dan professional. Karena tugas seorang pustakawan adalah bagaimana menjembatani pertemuan antara sumberdaya manusia dan sumberdaya informasi sehingga penggabungan keduanya menjadi kekuatan yang luar biasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kualitas pekerjaan sehari-hari. Di sini peran pustakawan sebagai fasilitator, educator, dan transformator pengetahuan dan ketrampilan. Peran seperti tersebut di atas menjadi sangat penting karena pengetahuan dan ketrampilan hanya akan berkembang dan meningkatkan peradaban apabila dibagi kepada orang lain dan dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Seperti disampaikan oleh Lamm (1998): In all history, there has been no resource resembling knowledge. Unlike commodities or industrial capital, knowledge is inexhaustible and only increase when shared.45 330. Peran seorang pustakawan adalah bagaimana meramu atau mengemas pengetahuan dan informasi itu untuk “dimasak” sehingga menjadi komoditas yang laik jual sehingga disukai dan terasa diperlukan oleh pemakainya. Yang sering dikeluhkan oleh pemakai adalah boro-boro dikemas, informasi yang adapun kebanyakan sudah basi karena tergantung kepada informasi yang disiapkan dalam bentuk media cetak saja. Sementara itu yang dikeluhkan oleh pustakawan adalah tidak tersedianya anggaran yang mencukupi untuk melengkapi koleksinya yang baru selain perhatian pimpinan yang kurang terhadap perpustakaan. Bantuan Bank melalui proyek LIL Perpustakaan benar-benar mampu memberikan kesegaran tambahan koleksi yang memadai, tetapi hanya sekali. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana strategi yang harus ditempuh guna melaksanakan peran yang baru tersebut. 331. Peluang. Dengan semakin derasnya informasi dan semakin cepatnya perubahan yang terjadi di masyarakat, informasi mutakhir yang akurat dan cepat semakin menjadi kebutuhan hidup masyarakat sebagai bagian dari kebutuhan pokok sehari-hari. Selain itu, minat baca para murid dan masyarakat yang semakin tinggi yang ditandai dengan meningkatnya volume peminjaman buku di PS dan jumlah pengunjung pepustakaan menunjukkan meningkatnya kebutuhan akan informasi untuk berbagai kebutuhan,

44 Bahkan Kompas tanggal 14 Juni 2004, telah mengulas bahwa karena begitu berkembangnya teknologi

komunikasi dan informasi, banyak SOHO (small-office house-office) dengan pelanggan yang cukup besar. 45 Lamm, Richard D. comments on Halal, William E. (editor) (1998). The Infinite Resource: Creating and Leading

the Knowledge Enterprise, San Francisco: Joessey-Bass Publishers. P. back cover.

Page 108: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

90

merupakan peluang yang tidak patut disia-siakan. Akhirnya, dengan menjamurnya inisiatif komunitas dalam masyarakat dan para pendidik di sekolah untuk membuka dan menyelenggarakan PS dan PM, merupakan dukungan partisipasi masyarakat yang sangat diperlukan. Sebagian pimpinan pemerintah, lembaga legislative dan swasta baik pada tingkat nasional maupun regional telah menunjukkan visinya ke depan yang melihat pentingnya peran PS dan PM dalam ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, membangun masyarakat madani yang biasa belajar (learning society), dan manusia pembangunan yang produktif. Hal ini ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti meningkatkan alokasi dana untuk perpustakaan, dibentuknya lembaga baru perpustakaan di kabupaten/kota, meningkatnya taman bacaan masyarakat, dan meningkatnya kesadaran swasta untuk membantu perpustakaan. 332. Kendala. Terlepas dari tantangan yang dihadapi dan dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada, berbagai kendala masih dihadapi dalam upaya mengembangkan PS dan PM sesuai dengan visi dan misinya masing-masing tersebut di atas. Kendala yang dihadapi menyangkut masalah basis peraturan perundangan, substantial, sumberdaya pendukung, sistem anggaran, dan sistem pembinaan. 333. Basis peraturan perundangan. Basis peraturan perundangan pada tataran kebijakan politik (policy) sudah cukup banyak baik berupa undang-undang, peraturan pemerintah, maupun keputusan menteri (UU No. 4/1990, PP No. 70/1991, dan PP No. 23/1999; UU No. 20/2003; PP No. 84/2000; dan Kepmendagri No. 50/2000)46, tetapi peraturan perundangan yang mengatur pada tataran strategis maupun yang lebih operasional tentang apa, mengapa, dan bagaimana PM dan PS dikembangkan belum ada. Termasuk juga menyangkut pembagian wewenang, peran, dan hubungan antar perpustakaan belum ditetapkan dengan tegas sehingga menimbulkan berbagai duplikasi di satu sisi dan kefakuman pembinaan kegiatan di sisi lain. 334. Kendala substansial. Secara substansial telah dikeluarkan buku pedoman penyelenggaraan perpustakaan umum dan perpustakaan sekolah, tetapi belum secara spesifik memberikan arahan tentang bagaimana PS dan PM itu diselenggarakan, terutama dalam kaitannya dengan keberlanjutan layanan dalam menghadapi tantangan, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Dengan tetap berpegang teguh kepada visi dan misinya, pedoman pada tataran strategis dan operasional tentang penyelenggaraan dan pengembangan perpustakaan sekolah dasar dan perpustakaan masyarakat perlu dirumuskan dan ditetapkan. 335. Kendala sumberdaya pendukung. Salah satu titik lemah terberat yang akan menghambat upaya pengembangan PM dan PS adalah sumberdaya manusia yang mendukung pengelolaan dan layanan perpustakaan secara profesional, baik pada tataran pelaksana di PM dan PS maupun pada tataran pembinaan di perpustakaan daerah dan propinsi. Di tingkat operasional pengelola, masih sangat terbatas tenaga trampil yang dapat mendukung PM dan PS, bahkan sebagian besar selain kurang mempunyai ketrampilan teknis juga merupakan tenaga tidak tetap yang tidak dapat diandalkan dalam menjaga kelangsungan layanan dan pengembangan perpustakaan. Bahkan di tingkat kabupaten/kota yang antara lain mempunyai wewenang “menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan tenaga fungsional pustakawan dan tenaga pengelola perpustakaan”47, masih banyak

46 UU No. 4/1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam dan PP No. 70/1991 serta PP No.

23/1999 tentang Pelaksanaannya; UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; PP No. 84/2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah; dan Kepmendagri No. 50/2000 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota.

47 Perpustakaan Nasional RI (2003). Pola dan Strategi Pengembangan Perpustakaan dan Pembinaan Minat Baca. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, p. 17.

Page 109: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

91

yang tidak dilengkapi dengan tenaga fungsional pustakawan, tenaga ahli atau bahkan tenaga trampil di bidang perpustakaan.48 336. Kendala sistem anggaran. Pemerintah baik pada tingkat Pusat maupun Daerah telah menyadari pentingnya perpustakaan tetapi dalam praktik selalu kesulitan dalam mengalokasikan anggaran khusus untuk perpustakaan. Sistem alokasi anggaran pemerintah menggunakan alokasi per-sektor dan sub-sektor, tetapi tidak begitu jelas anggaran perpustakaan termasuk dalam alokasi sektor atau sub sektor yang mana. Hal ini mengakibatkan tidak jelasnya dan labilnya alokasi dana sehingga tidak dapat menjamin sistem anggaran perpustakaan yang berkelanjutan. 337. Kendala sistem pembinaan. Karena tidak jelasnya sistem alokasi anggaran dalam struktur anggaran pemerintah, maka penanggungjawab pembinaan program pengembangan perpustakaan menjadi bisa tumpang tindih antar sektor atau sub-sektor. Dampaknya kepada lemahnya sistem pembinaan dan pengawasan dalam pengembangan PS dan PM. Sebagian anggaran perpustakaan diakomodasikan dengan biaya tata usaha di sub-sektor manajemen, sebagian merupakan bagian dari sub-sektor pendidikan dasar, pendidikan menengah atau pendidikan luar sekolah. Bahkan di sebagian daerah tidak muncul sama sekali.

3. Pelajaran Yang Dapat Dipetik

338. Pelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman proyek LIL Perpustakaan bahwa PS dan PM telah mampu meningkatkan pencapaian hasil belajar pada murid dan pembelajaran pada masyarakat, memberikan dampak pada peningkatan ekonomi, meningkatkan wawasan, dan meningkatkan persamaan memperoleh akses akan informasi bagi penduduk kurang mampu dan antar gender. Untuk dapat berkembang dan mepertahankan kualitas layanan secara bekelanjutan, PM dan PS perlu didukung dengan berbagai faktor-faktor internal maupun eksternal sbb.:

i. Faktor-faktor internal meliputi:

(i) Tersedianya modal awal yang berupa sejumlah dan jenis koleksi yang memadai beserta fasilitas ruang dan perlengakapan yang sesuai dengan kebutuhan pemakainya;

(ii) Merupakan bagian dari oganisasi dan program sistem pranata sosial yang lebih besar;

(iii) Didukung tenaga tetap yang berketrampilan di bidang pengelolaan perpustakaan;

(iv) Dipimpin oleh pimpinan perpustakaan yang visioner, komitmen, mempunyai perencanaan program pengembangan, melakukan social marketing, lobbying, advokasi dan menjalin networking;

(v) Tersedia sumber pendanaan yang cukup dan berkelanjutan; (vi) Suasana kompetisi untuk maju melalui pemanfaatan informasi; (vii) Adanya program promosi, sosialisasi program, dan advokasi.

ii. Faktor-faktor eksternal meliputi:

(i) Tersedianya fasilitator yang ahli di bidang pengelolaan PS dan PM; (ii) Ada proses pemberdayaan secara berkelanjutan melalui pelatihan dan

detasiring; 48 Ini terjadi karena sebagian besar perpustakaan daerah di tingkat kabupaten/kota baru dibentuk sehingga

tenaga pengelolanya lebih banyak pindahan dari bagian lain yang belum mempunyai ketrampilan di bidang perpustakaan. Bahkan di perpustakaan daerah Kota Madya Mataram NTB sama sekali belum mempunyai tenaga perpustakaan yang berketrampilan.

Page 110: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

92

(iii) Dukungan koleksi yang baru baik dari perpustakaan Daerah, masyarakat, swasta, maupun perseorangan;

(iv) Dukungan kebijakan politik (policy) dari pemerintah daerah setempat; (v) Dukungan komitmen DPR/DPRD yang diwujudkan dalam bentuk alokasi dan

nomenklatur dalam struktur sistem anggaran nasional dan daerah; (vi) Dukungan dan program insentif dari pemerintah daerah setempat.

4. Strategi Pengembangan Perpustakaan Masyarakat dan Sekolah Dasar

a. Arah Pengembangan

339. Dengan memperhatikan visi dan misi perpustakaan pada umumnya, serta menyimak tantangan, peluang, dan kendala yang dihadapi, maka visi dalam mengembangkan PS dan PM adalah terbangunnya masyarakat madani yang berperadaban dan melek informasi.

Rekomendasi 24: Berdasarkan visi tersebut maka misi PS diarahkan sebagai salah satu wahana untuk menanamkan kebiasaan belajar sebagai bagian dari proses pendidikan dalam rangka mencapai masyarakat madani yang berperadaban. Sedangkan misi PM diarahkan sebagai wahana terbentuknya masyarakat belajar (learning society) yang berperadaban melalui pemanfaatan informasi sebagai sumber belajar.

340. Berdasarkan visi dan misi yang bersifat generik tersebut, setiap PM dan PS mengembangkan visi dan misinya masing-masing disesuaikan dengan ciri, tingkat peradaban, kemampuan dan tingkat kebutuhan masing-masing komunitas pelanggannya. 341. Dengan memperhatikan lesson learned, tantangan, peluang, dan kendala yang dihadapi, ada dua cara yang dapat ditempuh. Yang pertama adalah membiarkan saja PM dan PS agar berjalan apa adanya. Kalau ini yang ditempuh maka perannya lama kelamaan akan semakin tidak berarti bagi insititusi yang akhirnya akan dipinggirkan atau bahkan ditiadakan sama sekali.

Rekomendasi 25 : Strategi yang dipilih dalam mengembangkan PM dan PS ini ke arah visi dan misinya dengan melakukan adaptasi, inovasi, dan intervensi berdasarkan pengalaman yang diperoleh dan memperhatikan tantangan dan kendala yang dihadapi, serta memanfaatkan peluang yang ada.

b. Prinsip Dasar

342. Prinsip dasar. Agar visi dan misi dalam pengembangan PM dan PS dapat diwujudkan, maka ada empat prinsip dasar yang harus diikuti dalam menyelenggarakan PM dan PS.

Rekomendasi 26: Dalam mengembangkan PM dan PS hendaknya berdasarkan tujuh prinsip sbb.: demand driven, layanan bermutu, hospitality, perencanaan, komitmen, akuntabilitas, dan never retreat.

343. Demand driven. Pola layanan perpustakaan dari supply driven dirubah menjadi demand driven. Artinya, dasar untuk memberikan layanan informasi kepada pemakai bukannya apa yang dipunyai, tetapi apa yang dibutuhkan oleh pemakai. Walaupun yang dibutuhkan oleh pemakai di koleksi PM dan PS yang bersangkutan mungkin tidak ada, sebaiknya dicarikan ke perpustakaan atau sumber informasi yang lain. Untuk itu, survei pasar baik yang dilakukan secara formal maupun informal dalam mengungkap kebutuhan pemakai perlu dilakukan. Pustakawan harus rajin untuk mewawancarai pemakainya. Untuk

Page 111: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

93

peran ini pulalah mulai perlu disediakannya komputer untuk melakukan penelusuran informasi baik ke perpustakaan lain maupun melalui internet di dunia maya. 344. Layanan bermutu. Untuk dapat memberikan layanan berkelanjutan yang sesuai dengan permintaan pemakai, layanan yang diberikan harus merupakan layanan yang bermutu baik dalam artian koleksinya, petugasnya, maupun fasilitas pendukungnya. Ini berarti bahwa PM dan PS tidak dapat lagi diselenggarakan sebagai sambilan, tetapi harus didukung oleh tenaga tetap yang trampil dan secara kontinyu memperoleh anggaran untuk operasional dan pengembangan koleksi yang memenuhi syarat minimal sebagai modal awal. 345. Hospitality. Bekal pengetahuan tentang bagaimana mengelola perpustakaan perlu dilengkapi dengan bekal untuk berhadapan dengan pemakai dalam bentuk pelajaran public relation atau hospitality, sehingga memberikan kenyamanan bagi pemakai perpustakaan. Selain itu kemampuan dan ketrampilan untuk melakukan promosi, penyusunan proposal, social marketing, lobbying dan advokasi sangat diperlukan untuk menjadikan PM dan PS menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem pranata sosial yang lebih luas dan memperoleh dukungan dari pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Pelatihan-pelatihan perpustakaan perlu memasukkan mata ajaran ini dalam kurikulumnya selain pengenalan tentang komputer yang berkaitan dengan layanan internet. 346. Bekerja dengan perencanaan yang jelas. Perencanaan yang baik dilakukan dengan menggunakan perencanaan stratejik (strategic planning) karena sangat memperhatikan stakeholders, termasuk pemakai perpustakaan. Hasil perencanaan yang lengkap mencakup visi, misi, program, rencana pengembangan dan kegiatan, rencana anggaran yang diperlukan, beserta tolak ukur keberhasilannya, dalam jangka panjang dan menengah. Berdasarkan rencana jangka panjang dan menengah itu kemudian dapat dijabarkan ke dalam rencana tahunan untuk diperjuangkan dalam sistem perencanaan tahunan institusi induknya. Berdasarkan rencana ini pula pengembangan PM dan PS di masing-masing lokasi diusulkan dan dilaksanakan. 347. Akuntabilitas Internal. Sebaik apapun rencana program dan kegiatan dibuat, tetapi kalau tidak memperoleh persetujuan dari pimpinan akan tidak dapat berjalan. Oleh sebab itu, orang pertama yang harus diyakinkan (advokasi) akan ketepatan rencana atau proposal yang dibuat adalah pimpinan. Pimpinan harus dibuat yakin bahwa dengan membuat program baru akan berdampak positif dari semuanya dan biaya yang dikeluarkan tidak seberapa dibandingkan dengan hasil yang diperoleh (rate of returnnya tinggi). Pimpinan perlu diyakinkan bahwa setiap sesen pengeluaran akan menghasilkan keuntungan sekian dsb., sehingga dapat difahami bahwa setiap investasi akan menghasilkan dampak yang luar biasa. Apabila karena sesuatu hal belum berani melakukan sendiri, maka dapat minta pendamping konsultan atau teman se profesi untuk meyakinkan dan memberikan pengertian kepada pimpinan. 348. Akuntabilitas publik. Karena dana yang diperoleh akan melibatkan dana publik, maka perpustakaan harus mempertanggung-jawabkan penggunaan uang tersebut kepada seluruh stakeholders secara transparan sehingga apa yang diperoleh dari publik, berapapun dana yang diberikan dapat dimengerti benar peruntukannya. Dengan cara seperti ini masyarakat pemakai perpustakaan merasa dihargai kontribusinya sehingga akhirnya juga akan memberikan perhatian dan kontribusinya terus menerus. 349. Never retreat. Dalam perkembangannya, mengelola perpustakaan untuk menjadi menarik bagi pemakai membutuhkan waktu, perubahan tingkah laku dan sikap terhadap informasi, dan wawasan tentang penguasaan ilmu pengetahuan. Proses seperti ini paling tidak memakan waktu satu sampai tiga tahun. Apabila ada tanda kegagalan di tahun

Page 112: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

94

pertama, janganlah cepat-cepat memvonis diri atau mendholimi diri sendiri, tetapi pelajari kesalahannya dan cari upaya pemecahannya untuk menemukan strategi yang lebih baik.

c. Arah Kebijakan

350. Kebijakan pengembangan perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah dasar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan untuk menggali, membaca, dan mendayagunakan informasi untuk peningkatan martabat dan peradaban kehidupannya sehingga terbangun masyarakat madani yang gemar belajar sepanjang hayat. Untuk itu pengembangan perpustakaan masyarakat dan sekolah dasar diarahkan sbb.:

Rekomendasi 27:Perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah dasar dikembangkan dalam kerangka dan merupakan pengembangan sistem perpustakaan nasional yang dikukuhkan dalam peraturan perundangan.

351. Sampai sekarang wewenang dan pola pembinaan perpustakaan simpang siur ditandai dengan tumpang tindihnya lembaga yang menangani di satu sisi dan kurang memperoleh kepastian pembinaan di sisi yang lain. Untuk menanggulangi masalah tersebut perlu dibuat peraturan perundangan yang mengatur tentang sistem perpustakaan nasional yang di dalamnya temasuk perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat. Dalam jangka panjang peraturan perundangan itu dalam bentuk undang-undang, tetapi untuk mempercepat prosesnya maka dalam jangka pendek dapat berupa peraturan pemerintah.

Rekomendasi 28: Perlu dibuat pedoman tentang kelembagaan perpustakaan masyarakat yang dikembangkan sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem organisasi pranata sosial yang ada dan berkembang di masyarakat sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan peradaban masyarakat madani.

Rekomendasi 29: Perlu dibuat pedoman tentang kelembagaan perpustakaan sekolah dasar yang dikembangkan sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem organisasi sekolah dasar dalam rangka menunjang proses belajar dan mengajar di kelas untuk mencapai keunggulan mutu hasil pendidikan dalam rangka menyiapkan anggota masyarakat madani yang maju dan beradab.

352. Pengalaman lapangan menunjukkan bahwa PM dan PS yang berhasil dan berkelanjutan adalah yang didukung sepenuhnya oleh komunitasnya. Ini terjadi apabila perpustakaan merupakan bagian integral dari sistem pranata sosial di komunitas tersebut. Pedoman ini dibuat untuk memberikan arah agar pepustakaan diselenggarakan dalam konteks tersebut. Perpustakaan Nasional berinisitaf untuk menyusun pedoman tersebut untuk diperjuangkan melalui lembaga induk masing-masing perpustakaan dalam bentuk surat keputusan yang dapat dipergunakan sebagai pedoman.

Rekomendasi 30: Perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah dasar sebaiknya diselenggarakan atas prakarsa dan inisiatif sekolah atau kelompok masyarakat yang bersangkutan. Pemerintah berperan aktif sebagai penyandang dana utama, inisiator, motivator, fasilitator, dan koordinator dalam menumbuhkan prakarsa masyarakat dalam mengembangkan perpustakaan masyarakat dan prakarsa sekolah dalam mengembangkan perpustakaan sekolah dasar. Masyarakat membantu sesuai dengan kebutuhan berdasarkan proposal yang disampaikan.

353. Rasa kepemilikan dan komitmen komunitas pemakai perpustakaan merupakan salah satu faktor kebehasilan dan keberlanjutan layanan PM dan PS. Inisiatif pembentukan PS

Page 113: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

95

dan PM yang dilakukan oleh pemerintah tidak berhasil menjaga keberlanjutan layanannya. Rekomendasi ini adalah untuk menjaga agar pemakainya ikut merasa memiliki dan mempunyai komitmen, sehingga menjaga dan berpartisipasi dalam pengembangannya.

Rekomendasi 31:Perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah dasar dikembangkan secara konsepsional dan professional.

354. Sebagian PM dan PS yang tidak berhasil berkembang karena didirikan tanpa perencanaan yang matang. Pengembangan PM dan PS hendaknya dilakukan berdasarkan proposal yang meliputi studi kelayakan, besar dan intensitas pangsa pasar yang dituju, rencana pengembangan, dukungan pendanaan, sertai upaya untuk mempertahankan keberlanjutan layanannya. Profesional berarti PM dan PS tidak diselenggarakan asal-asalan, tetapi diselenggarakan berdasarkan standar layanan minimal tertentu dan dikelola oleh tenaga tetap yang berketrampilan di bidang pengelolaan perpustakaan.

Rekomendasi 32: Inisiatif dan peran pemerintah dalam pengembangan perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah dasar diprioritaskan bagi masyarakat dan sekolah dasar yang muridnya dari masyarakat kurang beruntung, kurang mampu, dan terisolasi.

355. Di lingkungan masyarakat yang berkemampuan, PM dan PS mungkin tidak begitu diperlukan karena masing-masing keluarga mampu menyediakan sendiri koleksi bahan pustaka dan informasi yang diperlukan untuk kepentingan anggotanya. Berbeda dengan itu, di kalangan masyarakat miskin dan kurang beruntung keberadaan perpustakaan bisa merupakan satu-satunya layanan tersedia sehingga sangat diharapkan. Selain mempunyai nilai langsung untuk mencerdaskan dan membelajarkan, sarana perpustakaan juga mempunyai nilai strategis dalam meningkatkan pemerataan kesempatan untuk memperoleh input pendidikan dalam rangka mobilitas sosial.

Rekomendasi 33:Pembinaan PM dan PS harus disesuaikan dengan tahap perkembangannya.

356. Sebagian besar PM dan PS yang memperoleh bantuan Bank Dunia yang dapat berkembang dan memberikan layanan berkelanjutan telah mencapai tingkat tahap pertumbuhan tertentu, dengan komponen pendukung yang memadai. Yang belum mencapai tahap tersebut cenderung gagal untuk berkembang apalagi berkelanjutan. Bantuan dan fasilitasi yang diberikan sesuai dengan tahap pertumbuhannya akan lebih memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan berikutnya

d. Strategi dan Upaya

357. Strategi dan upaya yang perlu dilakukan untuk mewujudkan arah kebijakan tersebut mencakup 8 komponen, yaitu: penyusunan basis legal, penetapan standar layanan minimal, penetapan kedudukan kelembagaan, kebijakan koleksi, dukungan personalia, pendanaan, serta pembinaan dan evaluasi.

Rekomendasi 34: Perlu disusun dasar peraturan perundangan sebagai basis legal pengembangan PM dan PS secara integratif dan merupakan bagian dari sistem perpustakaan nasional (huruf kecil karena bukan Perpustakaan Nasional sebagai lembaga).

358. Yang termasuk dalam basis legal tersebut mencakup: definisi, arah, sistem, jenis perpustakaan, kelembagaan, personel, saran pendukung, serta mekanisme hubungan kerja antar perpustakaan. Peraturan perundangan ini disusun atas dasar “Kertas kerja Akademik tentang Sistem Perpustakaan Nasional”, termasuk didalamnya kedudukan, peran, fungsi

Page 114: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

96

dan layanan PM dan PS, “Rencana Strategis Pengembangan Perpustakaan Nasional” jangka panjang. Untuk menyusun konsep kertas kerja ini perlu dibentuk Tim Penyusun Pengembangan Sistem Perpustakaan Nasional (T2PSPN) yang anggotanya merupakan perwakilan dari komponen pihak-pihak terkait (stakeholders) dan instansi pemerintah yang relevan. Perpustakaan Nasional diharapkan menjadi pemrakarsa dan memanajemeni upaya ini sampai dituangkan menjadi peraturan perundangan yang sesuai. Ketiga dokumen tersebut selanjutnya dapat dipergunakan untuk menyusun strategi pengembangan perpustakaan di tingkat kabupaten/kota, yang selanjutnya menjadi pedoman pula menyusun rencana strategis pengembangan PM dan PS di masing-masing lokasi.

Rekomendasi 35: Sebagai pedoman umum dalam menyelenggarakan dan mengembangkan PM dan PS perlu ditetapkan standar minimal PM dan PS yang bervariasi disesuaikan dengan tingkat perkembangannya masing-masing.

359. Setidak-tidaknya ada empat tahap perkembangan PM dan PS yang dapat diidentifikasi, yaitu tahap: inisiasi awal, modal dasar, layanan dasar berkelanjutan, layanan lanjut (advance). Pedoman yang dimaksud dipergunakan sebagai tolak ukur dalam pengumpulan data tentang klasifikasi perpustakaan, arah untuk mengembangkan, serta kriteria untuk supervisi dan evaluasinya. Tahap inisiasi adalah tahap dimulainya insiatif untuk membuka PM dan PS yang belum sempurna dalam memberikan layanan tetapi mulai dirintis dan harus dikembangkan. Fokus pembinaan diarahkan untuk mencapai ketentuan standar minimal untuk mencapai tingkat modal dasar. Tahap modal dasar adalah tahap perkembangan dimana seluruh komponen pendukung minimal PM dan PS telah dipenuhi agar dapat beroperasi memberikan layanan minimal. Sedangkan tahap layanan dasar berkelanjutan adalah tahap dimana PM dan PS selain sudah dapat memberikan layanan dasar juga dapat mempertahankan layanan tersebut secara berkelanjutan dengan tanpa mengurangi volume dan kualitas layanan. Pada tahap ini, PM dan PS sudah dapat menjaga ketersediaan dana operasional dan memperbaharui koleksinya secara terus menerus. Dan tahap layanan lanjut adalah tahap dimana layanan yang diberikan sudah dapat memanfaatkan teknologi sehingga dapat memberikan layanan informasi yang sumbernya di tempat lain baik melalui program pinjam meminjam antar perpustakaan maupun sistem on-line (misalnya melalui jasa internet).

Rekomendasi 36: Kedudukan kelembagaan perpustakaan, termasuk tetapi tidak terbatas hanya PM dan PS, baik dalam struktur sistem perpustakaan nasional maupun sistem organisasi induk dimana perpustakaan menjadi bagiannya, perlu dikaji ulang dan secara pasti ditetapkan secara nasional dan dikukuhkan dengan peraturan perundangan yang sesuai.

360. Kebijakan tentang sistem manajemen berbasis sekolah perlu diikuti dengan kedudukan dan peran PS yang lebih jelas dalam menunjang sistem itu. Demikian pula dengan perpustakaan umum kabupaten yang kedudukannya semakin strategis dalam kaitannya dengan pelaksanaan UU no. 22/1999 dan UU no. 25/1999 beserta peraturan perundangan yang mengikutinya, berfungsi sebagai perpustakaan Pembina bagi PM dan PS dan sekaligus memberikan layanan sebagai perpustakaan kedinasan dan deposit bagi pemerintah daerah yang bersangkutan, yang implikasi bagi nomenklatur dan tingkat eselonisasinya menjadi sangat signifikan. Nomenklatur sebagai “kantor” atau “Badan” perlu dikaji ulang untuk disesuaikan dengan rincian tugas dan perannya. Begitu pula kedudukan kelembagaan PM perlu dikaji lagi berkaitan dengan hubungannya dengan institusi induknya, sehingga dapat ditetapkan sesuai dengan fungsi dan peranannya. T2PSPN dapat ditugasi pula untuk melakukan pengkajian ini atau dilakukan studi oleh lembaga yang independen sama sekali.

Page 115: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

97

Rekomendasi 37: Perlu diusahakan ketetapan tentang sistem penjaminan kualitas, pengadaan, pendayagunaan, dan kemudahan dalam memperoleh koleksi bahan pustaka bagi perpustakaan.

361. Diketahui oleh semua pihak bahwa salah satu kunci keberhasilan dan keberlanjutan layanan PM dan PS adalah tersedianya koleksi bahan pustaka yang terus menerus dan berkesesuaian dengan kebutuhan, tetapi karena anggaran yang tersedia untuk pengadaan koleksi selalu terbatas dan harga yang harus dibeli oleh perpustakaan sama dengan harga pasar atau kadang lebih tinggi, maka menyulitkan kemampuan perpustakaan untuk dapat memberikan layanan yang berkelanjutan. Peraturan yang memberikan berbagai keringanan bagi perpustakaan dalam membeli koleksi bahan pustaka perlu diusahakan dan perpustakaan nasional dapat mengambil inisiatif untuk mengkoordinasikan program advokasi dengan instansi tekait.

Rekomendasi 38: Perlu dilakukan perubahan struktur anggaran baik di APBN maupun APBD yang memungkinkan perpustakaan memperoleh alokasi anggaran berkelanjutan.

362. Selama ini alokasi mata anggaran untuk perpustakaan baik di APBN maupun APBD sangat bervarisasi, ada yang berada dalam sub-sektor pendidkan luar sekolah, sub-sektor kantor tata usaha, atau bahkan ada daerah yang sama sekali belum secara khusus mengalokasikannya di APBD. Kondisi yang demikian menyulitkan upaya pengembangan yang bekelanjutan. Oleh karena itu perpustakaan nasional bersama-sama dengan pepustakaan daerah perlu memperjuangkan sistem alokasi khusus ini sehingga dapat diperoleh jaminan kelangsungan pendanaan untuk pepustakaan. Dalam konteks ini, sesuai dengan tugas dan fungsinya yang baru, anggaran yang dialokasikan kepada perpustakaan daerah kabupaten/kota tidak hanya untuk mendukung fungsinya sebagai pepustakaan kedinasan tetapi juga sebagai Pembina PM dan PS di lingkup daerahnya.

Rekomendasi 39: Bantuan dana pepustakaan yang diberikan oleh pemerintah kepada PM dan PS seharusnya dilakukan dalam bentuk matching-grant (imbal swadana).

363. Bantuan block grant yang telah diberikan melalui Proyek LIL Pepustakaan telah memberikan manfaat dan dampak yang positif dalam peningkatan layanan PM dan PS, tetapi belum semuanya menjamin keberlanjutannya di masa depan. Ini disebabkan karena pada umumnya baik pemerintah daerah maupun PM dan PS belum siap dengan sistem pendanaan pasca proyek yang menjamin keberlangsungan layanannya. Beberapa PM dan PS telah merencanakan beberapa upaya untuk menggali sumber dana dari masyarakat tetapi jumlahnya masih sangat terbatas dibandingkan dengan yang dibutuhkan. Oleh karena itu disarankan agar sistem bantuan yang semula dalam bentuk block grant diganti dengan matching grant dimana bantuan yang diberikan hanya sebagian dari kebutuhan dan pemerintah daerah dan komunitas PM dan PS setempat dengan proporsi yang semakin lama semakin lama lebih besar pada kontribusi pemerintah daerah dan komunitas setempat. Misalnya pada awal tahun proporsi tersebut 75:15:10 yang lama kelamaan pada akhir tahun menjadi 20:60:20, sehingga sewaktu proyek berakhir sama sekali pendanaan PM dan PS sudah dapat diambil alih oleh pemerintah daerah dan komunitas setempat.49 Selain menjamin kelangsungan pendanaan pepustakaan, model ini juga berhasil meningkatkan komitmen dan rasa kepemilikan pemerintah daerah dan komunitas pengguna PM dan PS.

Rekomendasi 40: Pembinaan dalam rangka pengembangan PM dan PS sebaiknya dilakukan oleh perpustakaan daerah kabupaten/kota.

49 Model seperti ini telah berhasil dilaksanakan pada proyek Development Madrasah Aliyah Project yang didanai

dari ADB dalam bentuk program Assistance Scheme for Facility Improvement (ASFI).

Page 116: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

98

364. Pengalaman dalam proyek LIL perpustakaan dimana pembinaan dalam pengembangan PM dan PS dilakukan oleh FM dan LSM ternyata tidak intensif, disebabkan karena selain tidak dapat dijaga kontinuitasnya karena tidak melembaga, juga kekurangan tenaga profesional di bidang perpustakaan. Untuk keberlanjutan perpustakaan daerah harus difungsikan untuk melakukan perencanaan, pembinaan, pemberdayaan, bantuan pendanaan, dana evaluasi dalam pengembangan PM dan PS selaras dengan azas otonomi daerah yang diberikan pada tingkat kabupaten/kota.

Rekomendasi 41: Perpustakaan daerah perlu diperluas fungsi dan perannya, dan untuk menunjang itu perlu dikembangkan sejalan dengan pengembangan PM dan PS.

365. Agar dapat melaksanakan kegiatan seperti yang tertera pada rekomendasi nomor 17 di atas, maka fungsi dan peran pembinaan pepustakaan daerah tidak hanya dibatasi pada “penyelenggaraaan pendidikan dan pelatihan tenaga fungsional pustakawan dan tenaga pengelola perpustakaan”50, tetapi lebih luas yang menyangkut pembinaan di seluruh bidang baik yang menyangkut pengembangan koleksi, layanan, tenaga pustakawan, pendanaan dan sarana prasarana pendukungnya. Pembinaan itu perlu dilakukan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan evaluasinya.

Rekomendasi 42: Redesain dan revitalisasi organisasi perpustakaan daerah.

366. Dalam mengemban peran yang lebih luas perpustakaan daerah tersebut maka organisasi pepustakaan daerah perlu dirancang ulang baik kedudukan, nomenklatur, tugas dan fungsi, struktur organisasi, dan standar minimalnya. Dalam peran yang luas tersebut perpustakaan daerah tidak hanya berperan sebagai perpustakaan deposit dan perpustakaan kedinasan tetapi juga sebagai unit struktural operasional yang mempunyai daerah dan organisasi layanan yang dibina, sehingga nomenklatur sebagai “Badan” tidak sesuai lagi karena Badan bukan merupakan unit operasional yang mempunyai garis hubungan ke bawah seperti yang diharapkan antar perpustakaan daerah dan pepustakaan masyarakat dan sekolah dasar. Demikian pula nomenklatur “Kantor” lebih cocok untuk unit penunjang yang hanya membantu institusi induknya dan ini cocok untuk perpustakaan kedinasan. Nomenklatur yang lebih cocok adalah Dinas atau Sub-dinas bergantung kepada beban kerja yang ditanganinya di daerah masing-masing. Namun demikian, karena sebagian besar kondisi perpustakaan daerah masih lemah untuk mengemban tugas ini maka perpustakaan daerah perlu diperkuatkan (revitalisasi) dan dikembangkan selaras dengan pengembangan PM dan PS.

Rekomendasi 43: Perlu digalang kerjasama dengan lembaga pendidikan tinggi yang relevan dan praktisi perpustakaan yang berhasil.

367. Dalam rangka pengembangan pepustakaan daerah, PM dan PS diperlukan banyak sekali tenaga trampil dan professional di bidang perpustakaan, yang pada saat ini masih kekurangan sehingga diperlukan program pre-service training dengan jumlah peserta yang banyak. Untuk melaksanakan training tersebut perlu dilakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan tinggi yang mempunyai program studi ilmu perpustakaan, lembaga pendidikan tinggi yang mempunyai banyak pustakawan, dan para praktisi perpustakaan daerah/PM/PS yang telah menunjukkan keberhasilannya dalam mengembangkan perpustakaan. Dengan kolaborasi antara ilmuwan dan praktisi, maka training yang diberikan tidak hanya bersifat teoritik tetapi juga diikuti dengan contoh-contoh kongkrit dalam praktik di lapangan oleh para praktisi.

50 Seperti yang digariskan dalam Pola dan Strategi Pengembangan dan Pembinaan Minat Baca, hal. 93.

Page 117: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

99

Rekomendasi 44: Proyek LIL Perpustakaan ini perlu diperpanjang atau dilanjutkan dengan modifikasi dan tambahan kegiatan untuk lebih menjamin agar program pengembangan PM dan PS dapat berlanjut (sustainable) didukung dengan beberapa komponen kegiatan yang diperlukan, sehingga investasi yang telah dikeluarkan dapat mempunyai nilai tambah yang signifikan.

368. Modifikasi yang utama adalah dalam strategi pengembangan, pembinaan, pendanaan, dan pendekatan dalam pemberdayaan. Strategi pengembangan yang dilakukan sama untuk setiap perpustakaan perlu dirubah disesuaikan dengan tingkat kemajuan dan perkembangan masing-masing perpustakaan. Pembinaan yang lebih mengandalkan peran FM dan LSM yang umumnya kurang professional di bidang perpustakaan, perlu dirubah oleh tenaga profesional pustakawan terutama dari perpustakaan daerah. Yang terakhir sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan pembinaan setelah proyek berakhir. Pendanaan yang semula dalam bentuk block grant murni sekarang perlu ditingkatkan dalam bentuk imbal swadana walaupun prosentase swadananya tidak harus sama antara satu perpustakaan dengan perpustakaan yang lain. Pendekatan dalam pemberdayaan tenaga pengelola PM dan PS dilakukan dengan kombinasi antara penataran dan praktek di tempat dengan bimbingan (kombinasi antara traditional training dan in house atau on site training). 369. Kegiatan strategis yang perlu ditambahkan adalah pembentukan data based PM dan PS dalam bentuk management information sistem sebagai basis data dalam pengembangan PM dan PS di Perpustakaan Nasional, perpustakaan propinsi, dan pepustakaan daerah. Yang kedua adalah pengembangan perpustakaan daerah (kabupaten/kota), dan pendidikan tenaga perpustakaan baik dalam bentuk pre-service maupun in-service training melalui kerja sama dengan jurusan ilmu pepustakaan di Indonesia, dan perpustakaan-perpustakaan yang baik untuk latihan/magang. Selain itu pembinaan koleksi yang sudah diawali dari pendekatan dengan penulis naskah, penerbit dan toko buku, perlu dilanjutkan. E. Penutup

370. Dari studi ini diperoleh pelajaran bahwa mengembangkan PM dan PS tidak hanya berhasil meningkatkan minat baca yang ditandai dengan meningkatnya pengunjung dan peminjam perpustakaan, tetapi juga berdampak kepada pemerataan memperoleh informasi, peningkatan taraf hidup masyarakat, dan mengurangi kecenderungan kenakalan remaja, yang itu semua diharapkan akan menunjang terciptanya masyarakat belajar (learning society). Oleh sebab itu, pengembangan PM dan PS merupakan salah satu program strategis bagi peningkatan peradaban masyarakat menuju ke masyarakat madani yang gemar belajar. 371. Datangnya siklus masa pergantian kepemimpinan nasional yang diikuti dengan pergantian siklus perencanaan pembangunan termasuk di bidang perpustakaan, merupakan momentum yang sangat berharga bagi pengembangan perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah dasar dalam satu sistem perpustakaan nasional. 372. Perpustakaan Nasional sebagai satu-satunya lembaga di tingkat pusat yang mempunyai wewenang untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan sistem perpustakaan nasional mempunyai peran strategis dalam menangkap momentum tersebut demi kelangsungan pengembangan perpustakaan di masa mendatang.

Page 118: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

100

BBAABB IIXX KKEESSIIMMPPUULLAANN A. Hasil Pengembangan Perpustakaan

373. Sebagaimana diungkapkan pada bagian awal, studi efektivitas ini bertujuan untuk menilai keberhasilan proyek pengembangan perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat dalam mencapai berbagai sasaran yang telah ditetapkan dan dampak pengembangan tersebut. Proyek dengan skema LIL dari Bank Dunia ini telah menetapkan indikator keberhasilan dan berbagai dampak yang dinginkan, yang dapat ditinjau dari tingkat operasional perpustakaan penerima bantuan, tingkat pembinaan di pemerintah kabupaten/kota, dan tingkat kebijakan dan pengaturan dari pusat, serta dampak bagi stakeholders internal dan eksternal perpustakaan. Dengan demikian cakupan studi ini meliputi seluruh komponen proyek, yang meliputi: masukan (input), proses, hasil (outputs), dan dampak (outcomes). Kajian terhadap komponen-komponen tersebut tentu tidak dapat dipisahkan dari konteks (context) lingkungan masyarakat setempat dan kebijakan daerah dan nasional. 374. Dari paparan di muka dapat disimpulkan bahwa dari sisi input dan proses, manajemen proyek ini telah berhasil mengelola pemberian dana bantuan dan berbagai kegiatan penguatan kapasitas sekolah dan masyarakat untuk mengembangkan perpustakaan di lingkungannya. Hal ini didukung dengan data dan informasi bahwa Proyek telah mendistribusikan dana bantuan (grants) kepada perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat dalam tiga tahap, dan melaksanakan berbagai kegiatan seperti pelatihan manajemen proyek dan teknis perpustakaan, sosialisasi dan promosi, diseminasi informasi melalui media massa, dan implementasi berbagai program inovatif peningkatan minat baca. Pelaksanaan berbagai kegiatan tersebut dapat berjalan lancar, meskipun mengalami penundaan karena sistem dan prosedur keuangan negara hingga saat ini memang belum memungkinkan untuk mencairkan anggaran pembangunan tepat waktu pada awal masa berlaku tahun anggaran yang bersangkutan. 375. Hasil (outputs) dari Proyek ini pada prinsipnya tercermin pada tingkat operasional satuan perpustakaan penerima bantuan, dan perpustakaan umum daerah sasaran proyek. Hasil ini dinyatakan dalam 5 (lima) indikator pokok keberhasilan proyek, yakni: pemanfaatan perpustakaan, manajemen perpustakaan, representasi pengguna perpustakaan, keterlibatan siswa-masyarakat-pemerintah daerah, dan kapasitas perpustakaan propinsi/kabupaten/kota. 376. Dari berbagai indikator tersebut, studi ini menyimpulkan bahwa secara umum Proyek ini telah berhasil mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini ditunjukkan dengan data dan informasi yang terkait dengan (1) peningkatan jumlah pengunjung, (2) peningkatan jumlah buku yang dipinjam, (3) peningkatan lama waktu pelayanan, (4) kebersihan dan kerapihan ruangan, (5) peningkatan jumlah koleksi, (6) keterwakilan pengguna perpustakaan dari sisi kelompok siswa, usia, dan jender, (7) keterlibatan siswa, masyarakat, dan pemerintah, dan (8) peningkatan pembinaan perpustakaan umum daerah terhadap perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah, baik yang menerima bantuan proyek maupun yang tidak menerima bantuan tersebut. Sementara itu permasalahan yang dapat mengurangi arti keberhasilan tersebut adalah: (a) ketenagaan yang tidak memadai, baik dari segi jumlah, kualifikasi pendidikan maupun waktu penugasan; dan (b) ketertiban administrasi pencatatan yang masih perlu dibenahi.

Page 119: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

101

B. Dampak Pengembangan Perpustakaan

377. Proses dan hasil pengembangan perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat di atas, bagaimanapun, telah memberikan dampak terhadap kapasitas kelembagaan perpustakaan yang bersangkutan, khususnya dalam bentuk pemberian layanan yang lebih baik, meskipun kontinyuitasnya masih perlu dikaji lebih lanjut. Selain dampak umum tersebut, sebagaimana data dan informasi yang dipaparkan pada bab-bab terdahulu, setidaknya dapat diidentifikasi berbagai dampak di lingkungan internal perpustakaan penerima bantuan proyek antara lain: (a) terjadi peningkatan intensitas pemanfaatan perpustakaan oleh guru dan siswa, karena koleksi perpustakaan dijadikan bahan pendukung dalam kegiatan pembelajaran, dan (b) peningkatan pretasi belajar, karena dengan sering berkunjung ke perpustakaan maka kemampuan membaca siswa semakin lancar dan selanjutnya memudahkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Bagi perpustakaan masyarakat, selain intensitas pemanfaatan perpustakaan meningkat, juga (c) warga masyarakat yang relatif terisolasi dan kurang mampu (khususnya pelajar sekolah menengah) merasa sangat terbantu dengan meminjam atau membaca buku di perpustakaan, karena tidak mampu membeli buku sendiri. 378. Sementara itu dampak eksternal di luar perpustakaan, antara lain: (a) para orangtua menjadi rajin memotivasi anak-anaknya untuk membaca, (b) warga masyarakat, lembaga kemasyarakatan, dan kalangan perusahaan atau swasta tergerak untuk menyediakan bantuan dana atau menghibahkan buku kepada perpustakaan, (c) kualitas kehidupan masyarakat meningkat, terutama dari segi perluasan wawasan dan pengetahuan; dan bagi beberapa keluarga dapat menambah penghasilan dengan menerapkan keterampilan sederhana atau teknologi tepat guna yang diperoleh dari membaca di perpustakaan, (d) dapat mengurangi kecenderungan kenakalan anak-anak dan remaja, dan (e) perpustakaan sekolah maupun perpustakaan masyarakat non-proyek bergairah membenahi diri dengan harapan mendapat perhatian atau bantuan pembinaan dari pemerintah maupun Bank Dunia. C. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat

379. Keberhasilan atau kegagalan perpustakaan masyarakat dan perpustakaan sekolah untuk memberikan layanan yang memadai, dan untuk dapat berkembang secara berkelanjutan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Studi ini berhasil mengidentifikasi beberapa faktor-faktor tersebut, yang dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor ekternal, yang keduanya dapat menjadi pendukung dan penghambat dalam mengembangkan perpustakaan. Faktor internal, meliputi: (1) ketercukupan jumlah dan ragam koleksi, (2) sarana penunjang, seperti ruangan, mebelair dan kelengkapan administrasi pencatatan kegiatan perpustakaan, (3) petugas perpustakaan tetap yang berketerampilan, (4) ketersediaan dana, yang mencakup modal awal, biaya rutin operasional, dan biaya pengembangan, (5) kelembagaan, menyangkut posisi perpustakaan dalam sistem organisasi sekolah atau sistem pranata sosial, dan struktur pemerintahan, (6) kepemimpinan, khususnya kemampuan manajemen, pemasaran untuk mendapatkan dukungan masyarakat (social marketing) dan kemampuan berhubungan (lobbying) dengan berbagai pihak yang memiliki sumberdaya. Adapun faktor eksternal, mencakup: (1) kebutuhan pemakai, (2) lokasi, (3) partisipasi masyarakat dan pemerintah, dan (4) jaringan kerjasama (networking). Faktor eksternal ini mengindikasikan bahwa konteks lingkungan harus dipertimbangkan di dalam pengembangan perpustakaan sekolah maupun perpustakaan masyarakat.

Page 120: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

102

D. Program Pengembangan Perpustakaan Masa Depan

380. Perpustakaan seharusnya menjadi jantung pendidikan dan peradaban, baik di sekolah, perguruan tinggi, instansi maupun di masyarakat umum; karena melalui perpustakaan, proses pembelajaran dan peningkatan peradaban bangsa dapat dilakukan tanpa mengenal ruang, waktu, lokasi, bahkan generasi. Di sisi lain globalisasi, dan revolusi teknologi informasi menuntut kualitas sumberdaya yang kreatif, inovatif, dan penggunaan informasi yang tak terbatas secara efisien. Peranan informasi dan pengetahuan saat ini semakin besar untuk menggerakan pembangunan dan meningkatkan peradaban bangsa. Sementara itu keterbatasan dana, sumberdaya manusia dan kurangnya perhatian terhadap perpustakaan membuat perpustakaan kalah bersaing dengan penyedia layanan informasi yang lain. 381. Sebagaimana diketahui, visi perpustakaan nasional telah ditetapkan, yakni “sebagai perpustakaan kelas dunia yang memiliki identitas dan karakter bangsa/masyarakat”, yang akan dicapai melalui misi “mendorong masyarakat yang belajar (learning society) menuju masyarakat madani yang sadar informasi (information and concious society)”. Dengan mengacu pada visi nasional, dan mempertimbangkan tantangan, peluang, dan kendala yang ada; maka visi pengembangan perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat hendaknya diarahkan kepada terbangunnya masyarakat madani yang berperadaban dan melek informasi. Selanjutnya misi perpustakaan sekolah diarahkan sebagai salah satu wahana untuk menanamkan kebiasaan belajar sebagai bagian dari proses pendidikan dalam rangka mencapai masyarakat madani yang berperadaban. Sedangkan misi perpustakaan masyarakat diarahkan sebagai wahana pembentukan masyarakat belajar (learning society) yang berperadaban melalui pemanfaatan informasi sebagai sumber belajar.

382. Untuk mewujudkan visi dan misi di atas, maka perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat harus dikembangkan secara konsepsional dan profesional dalam kerangka pengembangan sistem perpustakaan nasional, yang tak terpisahkan dari sistem organisasi sekolah dan sistem pranata sosial yang ada. Dalam tataran operasional, penyelenggaraan perpustakaan tersebut hendaknya menerapkan empat prinsip dasar, yakni: demand driven, layanan bermutu, hospitality, perencanaan, komitmen, akuntabilitas, dan never retreat. Dengan arah pengembangan dan implementasi penyelenggaraan perpustakaan semacam itu maka peran strategis perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat di atas benar-benar dapat dijadikan terwujud, yakni sebagai wahana untuk meningkatkan kemampuan dalam menggali dan mendayagunakan informasi untuk peningkatan martabat dan peradaban kehidupan warga belajar dan warga masyarakat pada umumnya sehingga terbangun masyarakat madani yang gemar belajar sepanjang hayat.

Page 121: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

I

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan dan Perundang-undangan Undang-undang No. 20 Tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya

Rekam PP No. 70/1991 dan PP No. 23/1999 tentang Pelaksanaannya.

Keputusan Presiden RI Nomor 67 Tahun 2000 tentang Perpustakaan Nasional RI. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 50/2000 tentang Pedoman Organisasi dan Tata

Kerja Perangkat Daerah Propinsi dan Kabupaten/kota. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor: 3 Tahun 2001 tentang

Perpustakaan Desa/Kelurahan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 053/U/2001 tentang Pedoman

Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah

Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Organisasi

dan Tata kerja Perpustakaan Nasional RI. Daftar Bacaan

Alsa, Asmadi. 2003. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, Suharsimi. 1988. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta : P2LPTK Ditjen Dikti

Depdikbud. Bagian Proyek Pengembangan Perpustakaan Umum dan Sekolah Propinsi Jawa

Tengah. 2003. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Proyek Pengembangan Perpustakaan Umum dan Sekolah (BP3US) Propinsi Jawa Tengah tahun 2002. Semarang : Kantor Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah.

_______. 2003. Jurnal No. 1 Th. 2. Kantor Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah. _______. 2004. Laporan Tahunan P3US Propinsi Jawa Tengah (IDA 3256 IND) Tahun

Anggaran 2003. Semarang : Kantor Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah.

Bagian Proyek Pengembangan Perpustakaan Umum dan Sekolah Propinsi Nusa

Tenggara Barat. 2003. Lomba Minat Baca/Pembuatan Sinopsis tingkat SD/MI se-Nusa Tenggara Barat. Mataram : Pemerintah Propinsi NTB-Badan Perpustakaan Daerah.

_______. 2003. Sosialisasi Perkembangan Pelaksanaan tahun 2002-2003 di Propinsi

NTB. Mataram : Badan Perpustakaan Daerah.

Page 122: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

II

_______. 2004. Project Management Report (PMR) Januari 2004. Mataram :

Pemerintah Propinsi NTB-Badan Perpustakaan Daerah. Bagian Proyek Pengembangan Perpustakaan Umum dan Sekolah Propinsi Sumatera

Selatan. 2003. Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Bagian Proyek Pengembangan Perpustakaan Umum dan Sekolah Propinsi Sumsel, Januari-Juli 2003. Palembang : Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan-Badan Perpustakaan Propinsi.

_______. 2004. Laporan Tahunan Bagian Proyek Pengembangan Perpustakaan Umum

dan Sekolah Propinsi Sumsel, Tahun Anggaran 2003. Palembang : Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan-Badan Perpustakaan Propinsi.

Daryanto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta Isaac, Stephen and Michael B, William. 1997. Hanbook in Research and Evaluation for

Education and the Behavioral Sciences, third edition. San Diego, California: EdiTS

Johar, Yuni. 2004. Laporan Kegiatan Perpustakaan Penerima bantuan P3 US (IDA

3526-IND) dan Dampak Keberadaan Perpustakaan bagi Pemakainya. Krathwohl, David R. 1993. Methods of Educational and Social Science Research. New

York: Longman. Lembaga Pengkajian & Pengembangan Sumberdaya Pembangunan (LPPSP). 2004.

Kegiatan Konsultasi Pengembangan Inovasi Minat Baca dan Partisipasi Masyarakat Tahun 2003-2004. Semarang.

Perpustakaan Nasional RI. 1994. Perpustakaan Sekolah : petunjuk untuk membina,

memakai dan memelihara perpustakaan sekolah. Jakarta. _______. 2001. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. Jakarta. _______. 2001. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta. _______. 2002. Laporan Orientasi Kegiatan Tahunan. Jakarta: Bagian Proyek

Pengembangan Pembinaan Perpustakaan Umum dan Sekolah. _______. 2002. Laporan Kegiatan Orientasi Monitoring dan Evaluasi Proyek Tahun

2002. Jakarta: Bagian Proyek Pengembangan Pembinaan Perpustakaan Umum dan Sekolah.

_______. 2003. Laporan Orientasi Kegiatan Tahunan. Jakarta: Bagian Proyek

Pengembangan Pembinaan Perpustakaan Umum dan Sekolah. _______. 2003. Laporan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Proyek. Jakarta: Bagian

Proyek Pengembangan Pembinaan Perpustakaan Umum dan Sekolah. _______. 2003. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta _______. 2003. Pola dan Strategi Pengembangan Perpustakaan dan Pembinaan Minat

Baca. Jakarta

Page 123: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

III

PPIU-NTB. 2003. Laporan Monitoring dan Evaluasi Library Development Project IDA 3526-IND.

Posavat, J.Emil and Carey, G. Raymond. 1997. Program Evaluation Methods and Case

Study, Fifth edition. New Jersey: Prentice Hall Inc. Proyek Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Propinsi NTB. 2003. Laporan

Kegiatan Semester I Januari-Juni 2003. Proyek Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Nasional. 2001. Petunjuk Teknis

Penggunaan Dana Pengembangan Perpustakaan Sekolah (Grant Operational Manual for School Library). Jakarta : Bagian Proyek Pengembangan Pembinaan Perpustakaan Umum dan Sekolah.

_______. 2001. Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Pengembangan Perpustakaan

Masyarakat (Grant Operational Manual for Community Library). Jakarta : Bagian Proyek Pengembangan Pembinaan Perpustakaan Umum dan Sekolah.

_______. 2001. Manual Manajemen Proyek (Project Management Manual) Buku I dan

II. Jakarta : Bagian Proyek Pengembangan Pembinaan Perpustakaan Umum dan Sekolah.

_______. 2002. Laporan Kegiatan Pelaksanaan Diklat Manajemen Proyek tahun 2002.

Jakarta : Bagian Proyek Pengembangan Pembinaan Perpustakaan Umum dan Sekolah.

_______. 2002. Laporan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Pelatih Perpustakaan

(Library Training of Trainers). Jakarta : Bagian Proyek Pengembangan Pembinaan Perpustakaan Umum dan Sekolah.

_______. 2003. Laporan Penyelenggaraan Diklat Tenaga pelatih Perpustakaan (TOT)

Upgrade Tahun 2003. Jakarta : Bagian Proyek Pengembangan Pembinaan Perpustakaan Umum dan Sekolah.

_______. 2003. Terms of Reference Konsultan Studi Efektivitas Pelaksanaan Proyek.

Jakarta : Perpustakaan Nasional. Nurhadi, Muljani A. 2004. Strategi Pemberdayaan Perpustakaan. Makalah disampaikan

pada Workshop tentang “Strategi Pemberdayaan Perpustakaan”, diselenggarakan oleh KPI tanggal 24-25 Juni 2004, di Jakarta.

Soebadio, Haryati. 1992. Perpustakaan Nasional Indonesia. Jakarta: Perpustakaan

Nasional RI. Soetjipto. 1987. Analisis Kebijaksanaan Publik (Suatu Pengantar). Jakarta: P2LPTK

Ditjen Dikti Depdikbud. Streers, Richard M. 1980. Efektivitas Organisasi. a.b. Suryatim .Jakarta: PPM. Sudjana, Nana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar

Baru. Tayibnapis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Page 124: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

IV

The National Library of Indonesia. 2001. Project Implementation Plan (PIP). Jakarta :

Library Development Project. Yayasan LP3I Paradigma. 2003. Laporan Konsultan Inovasi Minat Baca Perpustakaan

SD/MI dan Perpustakaan Masyarakat Bulan Oktober-Desember 2003; Upaya menumbuhkan Minat Baca dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pemberdayaan Perpustakaan. Palembang.

_______. 2004. Laporan Kegiatan Konsultan Minat Baca Perpustakaan Sekolah dan

Perpustakaan Masyarakat Bulan Januari-April 2004; Pembinaan Minat Baca di Perpustakaan Sekolah dan Masyarakat. Palembang.

Page 125: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

V

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Tentang

Lampiran I Pemanfaatan perpus oleh guru dlm keg. Pembelajaran

Lampiran II Frekuensi guru memberi tugas pada siswa

Lampiran III Kepemilikan dan Kondisi Ruangan PS

Lampiran IV Administrasi Pencatatan PS

Lampiran V Keragaman Koleksi PS

Lampiran VI Kategori dan Kualifikasi Tenaga Pengelola PS

Lampiran VII Rata-rata Murid Pengunjung di PS

Lampiran VIII Partisipasi Siswa

Lampiran IX Rata-rata Peningkatan Pengunjung PM

Lampiran X Peningkatan Jumlah Buku Dipinjam di PM

Lampiran XI Kepemilikan dan Kondisi Ruangan PM

Lampiran XII Administrasi PM

Lampiran XIII Keragaman Koleksi PM

Lampiran XIV Kategori dan Kualifikasi Tenaga Pengelola PM

Lampiran XV Rata-rata Pengguna PM berdasar Kelompok Usia dan Jenis Kelamin

Lampiran XVI Partisipasi Masyarakat di PM

Lampiran XVII Peningkatan jumlah PS dan PM, Toko buku di kabupaten/kota

Page 126: LAPORAN AKHIR STUDI EFEKTIVITAS PROYEK …kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_folders/activities... · perpustakaan sekolah dan perpustakaan ... dan implementasi berbagai

6