LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA...

22
LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA Pelatihan Pengolahan Limbah Kotoran Sapi Pada Kelompok Tani Sari Utama Di Desa Seraya Timur Kabupaten Kabupaten Karangasem Oleh Lulup Endah Tripalupi, Dra. M Pd. (ketua) Ni Made Wiratini S.Pd., M.Pd. (anggota) Made Ary Meitriana, S.Pd.,M.Pd. (anggota) Dibiayai Dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha SPK No. 108/UN48.15/LPM/2014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2014

Transcript of LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA...

LAPORAN AKHIR

PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

Pelatihan Pengolahan Limbah Kotoran Sapi

Pada Kelompok Tani Sari Utama

Di Desa Seraya Timur Kabupaten Kabupaten Karangasem

Oleh

Lulup Endah Tripalupi, Dra. M Pd. (ketua)

Ni Made Wiratini S.Pd., M.Pd. (anggota)

Made Ary Meitriana, S.Pd.,M.Pd. (anggota)

Dibiayai Dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

Universitas Pendidikan Ganesha

SPK No. 108/UN48.15/LPM/2014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

TAHUN 2014

LEMBAR PENGESAHAN

1 Judul Kegiatan Pelatihan Pengolahan Limbah (Kotoran

Sapi menjadi Pupuk) Kelompok Tani Sari

Utama di Desa Seraya Timur Kabupaten

Karangasem

2 Bidang Penerapan IPTEKS

3 Ketua Pelaksana

Nama dan Gelar

NIP

Jenis Kelamin

Pangkat/Golongan

Jabatan

Instansi

Bidang Keahlian

Dra. Lulup Endah Tripalupi, M Pd

195606221981032001

Perempuan

Pembina Utama Muda/IV c

Lektor Kepala

FEB Undiksha

Teknologi Pembelajaran

4 Personalia (anggota

penelitian ) 2 orang

Ni Made Wiratini S.Pd., M.Pd.

Made Ary Meitriana, S.Pd.,M.Pd.

5 Lama Kegiatan 6 (enam) bulan

6 Bentuk Kegiatan Pelatihan

7 Biaya Yang diperlukan Rp. 9.500.000 (sembilan juta lima ratus ribu

rupiah))

Mengetahui, Singaraja, 4 September 2014

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ketua Tim Pengusul

Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, M. Pd. Dra. Lulup Endah Tripalupi, M. Pd.

NIP 196702211993031002 NIP 195606221981032001

Mengetahui

Ketua LPM

Prof. Dr. I Ketut Suma, M. S

NIP 195901010981031003

TIM PELAKSANA

Penanggung Jawab : Prof. Dr. Wayan Lasmawan, M Pd (Dekan)

Ketua Pelaksana : Dra. Lulup Endah Tripalupi, M Pd

Organisasi Pelaksana : 1. Ni Made Wiratini S.Pd., M.Pd.

2. Made Ary Meitriana, S.Pd.,M.Pd.

BAB I

PENDAHULUAN

a. Analisis Situasi

Masalah lingkungan terutama mengenai penanganan limbah merupakan

salah satu aspek penting yang banyak mendapat perhatian masyarakat Indonesia

pada khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya. Limbah adalah suatu

bahan sisa dari suatu proses produksi atau aktivitas manusia yang sudah tidak

dimanfaatkan lagi. Pada industri pertanian, terutama subsektor peternakan, limbah

menjadi salah satu hal penting yang harus dipikirkan penanggulangannya karena

dapat menimbulkan berbagai dampak yang tidak dikehendaki.

Seiring dengan semakin meningkatnya tingkat kebutuhan manusia, terutama

mengenai tuntutan pemenuhan kebutuhan protein hewani maka usaha peternakan

dirasakan semakin meningkat. Salah satu bidang usaha peternakan yang sedang

berkembang di Indonesia saat ini adalah usaha penggemukan sapi, walaupun

kebutuhan sapi bakalannya masih diimpor dari luar negeri. Umumnya tujuan para

peternak dalam beternak sapi adalah untuk mendapatkan daging sapi dengan

melalui proses pertambahan berat badan sapi. Selain menghasilkan daging, dalam

beternak sapi juga dihasilkan produk lain seperti kulit, tulang, darah, urin dan

kotoran atau limbah sapi. Dari berbagai produk beternak sapi tersebut, salah satu

yang menjadi masalah, sehingga bisa merepotkan pemilik ternak adalah kotoran

sapi. Betapa tidak. Untuk seekor sapi betina bisa menghasilkan kotoran antara 8

sampai 10 kilogram/harinya. Jika sapi yang diperlihara jumlahnya banyak dan

cara pemeliharaannya dibiarkan berkeliaran di berbagai tempat, tanpa

pengkandangan dan pemeliharaan yang baik, dapat dipastikan kotoran sapi akan

berceceran dimana-mana. Hal tersebut tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja,

karena selain mengganggu dan mengotori lingkungan, juga sangat berpotensi

untuk menimbulkan penyakit bagi masyarakat sekitarnya. Pencemaran yang

dapat disebabkan oleh limbah dari usaha penggemukan sapi ini, seperti

pencemaran air berupa terakumulasinya sulfit dalam air, pencemaran tanah yang

menyebabkan pH tanah terlalu asam dan pencemaran udara berupa bau tidak

sedap yang disebabkan oleh amoniak (NH3) dan dihidrogen sulfida (H2S) yang

terdapat pada limbah hewan, terutama feses. Bau yang tidak enak ini selain

mengganggu kenyamanan udara bagi masyarakat setempat, juga akan merangsang

lalat dan nyamuk untuk datang dan berkembang biak di tempat timbunan limbah

tersebut, yang pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti

disentri dan diare pada ternak itu sendiri, juga pada manusia yang berada disekitar

usaha tersebut berada. Limbah yang dihasilkan dari usaha penggemukan sapi

terdiri dari limbah sisa pakan, urine sapi, dan feses sapi atau secara umum terbagi

menjadi dua yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat dari usaha

penggemukan sapi potong terutama feses sapi merupakan limbah terbesar yang

dihasilkan dari usaha tersebut.

Limbah peternakan sebagian besar berupa bahan organik. Hal ini

menunjukkan bahwa apabila dikelola dengan cara yang benar dan tepat

peruntukkannya, limbah peternakan masih memiliki nilai sebagai sumberdaya

yang potensial bermanfaat. Sejak dahulu limbah peternakan sudah digunakan oleh

petani sebagai bahan sumber pupuk organik, namun karena pengaruh intensifikasi

pertanian, pemanfaatan tersebut kian berkurang. Selain itu juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi pengolahan limbah peternakan yang masih belum

mampu memenuhi tuntutan kebutuhan petani pada masa itu. Pengolahan limbah

sebagai pupuk masih dilakukan secara konvensional, yaitu dibiarkan menumpuk

dan mengalami proses degradasi secara alami. Teknologi yang tepat dan benar

belum dikembangkan.

Teknik pengomposan merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih

untuk menanggulangi limbah feses sapi potong. Dengan cara ini, biaya

operasional relatif lebih murah dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap

lingkungan. Selain itu dengan pengomposan juga dapat memperkaya unsur hara

pupuk organik yang dihasilkan dari pengolahan limbah peternakan tersebut,

namun demikian data mengenai pengomposan yang tepat untuk menangani

limbah peternakan, khususnya limbah sapi potong belum diperoleh informasi

yang lengkap. Teknik pengomposan merupakan salah satu cara pengolahan

limbah yang memanfaatkan proses biokonversi atau transformasi mikrobial.

Biokonversi itu sendiri adalah proses-proses yang dilakukan oleh mikroorganisme

untuk merubah suatu senyawa atau bahan menjadi produk yang mempunyai

struktur kimiawi yang berhubungan. Proses biokonversi limbah dengan cara

pengomposan menghasilkan pupuk organik yang merupakan hasil degradasi

bahan organik. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui

apakah bahan organik limbah sudah terdegradasi dengan baik adalah perubahan

bahan organik limbah menjadi unsur hara, terutama unsur hara makro, seperti N

total, P2O5 dan K2O.

Proses pengomposan secara alamiah terjadi sangat lama, umumnya

membutuhkan waktu hingga 6 bulan. Waktu pengomposan yang relatif lama

menyebabkan proses pengomposan menjadi kurang efektif dalam penanganan

limbah usaha penggemukan sapi, karena limbah yang dihasilkan terus

terakumulasi setiap hari. Teknik pengomposan dapat dikembangkan dengan cara

menambahkan inokulan tertentu kedalam limbah peternakan, sehingga prosesnya

terjadi lebih cepat. Cara lain adalah dengan memanfaatkan limbah tersebut untuk

kehidupan organisma tertentu secara langsung, sebagai media hidup ataupun

sebagai sumber kebutuhan pakannya.

Salah satu peternakan sapi yang ada di Kabupaten Karangasem yang

tergabung dalam Kelompok Tani adalah Kelompok Tani Sari Utama di Desa

Seraya Timur. Kelompok tani tersebut memiliki 21 ekor sapi. Feses yang

dihasilkan dari seekor sapi potong dewasa rata-rata sebanyak 2,5 kg per hari, jadi

feses yang dihasilkan dari 21 ekor sapi di Kelompok TaniSari Utama rata-rata

sebanyak 52,5 kg per hari. Limbah kotoran yang dihasilkan dari sapi di Kelompok

TaniSari Utama belum diolah sama sekali tetapi telah digunakan secara la 52,5 kg

per haringsung sebagai pupuk tanpa ada pengolahan. Padahal kelompok tani

tersebut sudah memiliki alat untuk mengolah feses sapi sehingga feses tersebut

tidak perlu melalui teknik pengomposan yang membutuhkan waktu lama. Akan

tetapi, para peternak sapi yang tergabung dalam kelompok tani tersebut belum

memanfaatkan alat yang dimilikinya karena para peternak kurang memahami cara

pemakaian dari alat tersebut. Para peternak masih ragu untuk menggunakan alat

tersebut sehingga mereka masih menggunakan teknik tradisional (pengomposan)

yang membutuhkan waktu lama.

Kegiatan pengabdian

masyarakat ini direncanakan

bermitra Kelompok Tani Sari

Utama yang diketuai oleh bapak I

Wayan Galung. Mitra rata-rata

menghasilkan 52,5 kg limbah

kotoran sapi per hari. Limbah

tersebut masih belum diolah

secara maksimal, walaupun

kelompok tani ini sudah memiliki

alat untuk mengolah

limbah.Rencana lingkup kegiatan

pengabdian meliputi pelatihan

pengolahan limbah kotoran sapi

Hasil wawancara tim

pengusul dengan mitra terungkap

bahwa (1) limbah kotoran sapi

yang dihasilkan belum diolah tetapi langsung digunakan untuk pupuk dengan cara

pengomposan yang memakan waktu lama, (2) alat pengolah limbah belum

dioperasikan secara maksimal karena para peternak kurang memahami cara

penggunaannya. Harapan mitra agar limbah kotoran sapi yang dihasilkan rata-rata

52,5 kg per hari dapat diolah dengan menggunakan alat yang sudah ada sehingga

limbah tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan pupuk organik tanpa

menunggu waktu yang lama.

b. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1) Identifikasi Masalah

Berdasarkan analisis situasi pada Kelompok Tani Sari Utama di desa Sraya

Timur menunjukkan bahwa

a. Kelompok tani Sari Utama memiliki 21 ekor sapi. Feses yang dihasilkan

dari seekor sapi potong dewasa rata-rata sebanyak 2,5 kg per hari,

sehingga per hari rata-rata kotoran yang dihasilkan sebanyak 52,5 kg .

Gambar 2.1.Pakan Sapi

Gambar 2.2.Sapi dan Kandang Sapi

Limbah kotoran ini dibiarkan saja tidak diolah dan digunakan secara

langsung sebagai pupuk tanpa ada pengolahan.

b. Terkait dengan limbah kotoran sapi tersebut petani belum memiliki

pengetahuan dan pemahaman dampak kotoran sapi yang dapat

mencemari lingkungan

c. Petani juga belum memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam

mengolah kotoran sapi menjadi kompos.

c. Dalam hal pembuatan kompos, petani belum memiliki kemampuan yang

memadai dalam mengolah limbah yang berasal dari kotoran sapi

sehingga menjadi kompos yang memiliki nilai ekonomis..

d. Memasarkan hasil pengolahan kotoran sapi (pupuk organik) sebagai

pupuk tanaman.

2) Justifikasi permasalahan prioritas yang dihadapi oleh mitra (Kelompok Tani

Sari Utama). Berdasarkan kondisi empiris yang telah disebutkan, maka

permasalahan pokok yang menjadi prioritas utama yang hendak diurai melalui

program ini adalah sebagai berikut.

a). Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang dampak limbah kotoran

sapi yang dapat mencemari lingkungan.

b). Memberikan pengetahuan dan pemahaman dalam mengolah limbah kotoran

sapi melalui pelatihan,

c). Permasalahan lainnya karena keterbatasan dana P2M 2012 dalam hal

pemasaran produk hasil olahan kotoran sapi (pupuk organik) belum

terselesaikan. Untuk sementara kompos dipergunakan sendiri untuk

kepeerluan pemupukan ladang para petani.

c. Tujuan Kegiatan

Sejalan dengan analisis situasi dan rumusan masalah yang telah

dipaparkan di atas, maka tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk:

a) Memberikan pemahaman dampak limbah kotoran sapi yang dapat

mencemarkan lingkungan sekitar

b) Memberikan solusi kepada para peternak sapi dalam memanfaatkan limbah

kotoran sapi sehingga dapat dijadikan pupuk organik yang memiliki nilai

ekonomis

c) Memberikan pengetahuan cara pengolahan limbah kotoran sapi sampai

dengan menjadi pupuk organik yang bernilai ekonomis

d) Memberikan pemahaman mengenai cara memasarkan pupuk organik yang

telah siap untuk dijual.

d. Manfaat Kegiatan

Dilaksanakan kegiatan ini diharapkan akan memberi manfaat untuk.

a) Meningkatkan pemahaman para petani tentang bahaya limbah kotoran sapi

sehingga para peternak menyadari bahwa limbah tersebut harus diolah

agar lebih memberikan manfaat.

b) Meningkatkan pemahaman tentang cara pengolahan limbah kotoran sapi

sehingga menjadi pupuk organik yang bernilai ekonomis

c) Meningkatkan kemampuan para peternak dalam memasarkan hasil olahan

limbah kotoran sapi (pupuk organik) kepada konsumen

BAB II

METODE PELAKSANAAN

Adapun beberapa metode kegiatan yang telah dipakai dalam pelaksanaan realisasi

kegiatan P2M Ini adalah melalui pelatihan pada kelompok tani Sari Utama di

Desa Sraya Timur Kabupaten Karangasem, maka metode yang telah tepat untuk

merealisasikan kegiatan tersebut adalah dengan cara sebagai berikut.

a) Memberikan pemahaman dampak limbah kotoran sapi yang dapat

mencemarkan lingkungan sekitar .

b) Memberikan pemahaman tentang solusi bagi para peternak sapi dalam

memanfaatkan limbah kotoran sapi sehingga dapat dijadikan pupuk

organik yang memiliki nilai ekonomis.

c) Memberikan pengetahuan cara pengolahan limbah kotoran sapi sampai

dengan menjadi pupuk organik yang bernilai ekonomis

d) Memberikan pemahaman mengenai cara memasarkan pupuk organik yang

telah siap untuk dijual.

Berdasarkan analisis situasi yang dipaparkan dan permasalahan yang dihadapi

oleh kelompok tani, maka program ini telah difokuskan pada upaya peningkatan

pengetahuan, pemahaman para anggota kelompok tani Sari Utama dalam hal

kesadaran dampak limbah kotoran sapi yang dapat mencemarkan lingkungan dan

memberikan ketrampilan dalam mengolah limbah kotoran sapi menjadi pupuk

organik. Adapun anggota kelompok tani yang mengikuti pelatihan ini disajikan

pada tabel berikut,

Tabel 2.1.

Nama Anggota Kelompok Tani Sari Utama Peserta P2M

No Nama Jenis Kelamin

1 I Ketut Salin Pria

2 I Ketut Serangken Pria

3 I Wayan Kartu Pria

4 I Wayan Sadra Pria

5 I Wayan Kesti Pria

6 I Wayan Putu Suarjaya Pria

7 Ni Made Puri Perempuan

8 I Kadek Merdana Pria

9 I Nengah Ngara Pria

10 I Nyoman Gelah Pria

11 I ketut Sudarma Pria

12 I Made Warna Pria

14 Ketut Siaga Pria

15 I Wayan Sarinata Pria

16 Nengah Ganti Perempuan

17 I Gede Suparwata Pria

18 Ni Nengah Sumarti Perempuan

19 I Wayan Galung Pria

20 I Wayan Wartika Pria

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Lokasi Mitra

Lokasi mitra yaitu kelompok tani Sari Utama berlokasi di Desa Sraya Timur

Kabupaten Karangasem. Karangasem adalah salah satu kabupaten bagian timur

dari Propinsi Bali. Dari Singaraja ke Karangasem dapat ditempuh selama 3 jam .

Desa Sraya Timur merupakan permukiman yang terletak di pantai bagian

timur Bali. Pada umumnya mata pencaharian penduduknya nelayan dan petani

landang dan peternak. Program kegiatan pelatihan yang dilakukan merupakan

realisasi dari hasil diskusi awal dengan mitra yaitu ketua kelompok tani Sari

Utama bapak Wayan Galung. Maka realisasi pada kegiatan awal tim

penyelenggara datang dan berdiskusi mengenai kegiatan P2M yang akan

dilaksanakan pada anggota kelompok tani Sari Utama dalam mengolah limbah

kotoran sapi menjadi pupuk organik.

b. Penyelenggara Kegiatan

Penyelenggaraan kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat melaluo pemberian

latihan/ketrampilan pembuatan pupuk organik berbahan limbah kootoran sapi

telah dilaksanakan oleh ketua tim pengabdian masyarakat Yang berasal dari

Jurusan Pendidikan Ekonomi (Dra. Lulup Endah Tripalupi, M Pd) bersama

anggota tim, yang berasal dari Jurusan Pendidikan Ekonomi (Made Ary

Meitriana, SPd M Pd) dan Jurusan Pendidikan Kimia ( Ni Made Wiratini, S Pd M

Si). Adapun kelengkapan biodata tim pengusul dapat dilihat pada lampiran.

Pelaksanaan kegiatan dari awal sosialisasi program, diberikan pada bulan

pertama dan ke dua melalui cara pemahaman terhadap bahaya limbah kotoran sapi

dan pelatihan mengolah limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik. Pada bulan-

bulan berikutnya dilakukan monitoring terhadap hasil pengolahan kotoran sapi

menjadi pupuk organik yang siap digunakan.

c. Penerapan Program pelatihan

Penerapan program pelatihan yang telah dirancang telah dilakukan di

sekitar lokasi kandang sapi kelompok tani Sari Utama di desa Sraya Timur

Kabupaten Karangasem. Pelatihan diawali dengan penjelasan tentang dampak

limbah kotoran sapi bagi lingkungan, kemudian dilanjutkan dengan di pandu oleh

anggota tim dengan cara mendemonstrasikan cara mengolah limbah kotoran sapi.

Suasana pelatihan tampak santai tapi serius, hal ini tampak pada antusiasme

anggota kelompok tani dalam hal mendengarkan penjelasan penyaji dan

mengamati setiap langkah/urutan/tahapan pemngolahan limbah kotoran sapi.

Penerapan program pelatihan ini, dilakukan berdasarkan analisis situasi

yang dipaparkan dan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani Sari Utama.

Oleh karena itu program telah difokuskan pada upaya menambah pengetahuaan

dan wawasan tentang dampak limbah kotoran sapi yang dapat mencemari

lingkungan dan cara mengelola limbah kotoran sapi pada kelompok tani Sri

Utama yang beranggotakan 20 orang. Pada saat pelatihan ini ke 20 orang anggota

kelompok tani Sari Utama hadir yang terdiri dari kaum pria dan wanita.

Gambar 3.1. Tim saat memberi-

kan penjelasan tentang dampak

limbah kotoran sapi terhadap

lingkungan dan cara mengolah

limbah kotoran Sapi menjadi

pupuk organik dengan teknik

pengomposan

Gambar 3.2. Anggota

kelompok tani Sari Utama

sedang mendengarkan

penjelasan dari tim

Gambar 3.3. Bahan bantu untuk

membuat pupuk organik dengan

memanfaatkan limbah kotoran

sapi

Gambar 3.4. Tim sedang

mendemonstrasikan tahapan

membuat pupuk organik

Gambar 3.5. Tim sedang

mendemonstrasikan

tahapan membuat pupuk

organik

Gambar 3.6. Tim sedang

mendemonstrasikan tahapan

membuat pupuk organik

d. Evaluasi Keberhasilan

Tingkat evaluasi keberhasilan kegiatan pelatihan pengolahan limbah

kotoran sapi yang dilakukan pada kelompok tani Sari Utama di desa Sraya Timur

Kabupaten Karangasem, tim pelaksana mengganggap bahwa dari roses awal

sosialisasi sampai pada tahap pelatihan memiliki antusiasme yang tinggi dalam

menyimak penjelasan dan tahapan demi tahapan demonstrasi pengolahan limbah

kotoran sapi menjadi pupik organik. Sesuai dengan target luaran yang diharapkan,

anggota kelompok tani telah memiliki pemahaman tehadap pengolahan limbah

kotoran sapi. Dari hasil monitoring dua minggu setelah kegiatan pelatihan petani

melaksanakan kontrol terhadap hasil pengolahan pada tahap pertama pada minggu

ke dua kalau belum sempurna hasilnya harus dilakukan pengadukan, hal ini

mengingat pengolahan limbah ini tidak sekali jadi tapi memerlukan waktu 1

sampai 2 minggu.

c. Alasan keberlanjutan

Pemberian latihan pengolahan limbah kotoran sapi pada kelompok tani Sari

Utama, memerlukan perhatian lebih lanjut, hal iini disebabkan masih ada

beberapa permasalahan yang dialami kelompok tani Sari Utama. Adapun

beberapa identifikasi permasalahan yang masih dihadapi mitra, terlepas dari

pengolahan limbah kotoran sapi adalah sebagai berikut.

a) Petani belum memanfaatkan secara optimal keuntungan memelihara sapi. ereka

beranggapan bahwa memelihara sapai akan mendatangkan keuntungan apabila

sudah dijual. Padahal rentang waktu memelihara dari bibit sapi saampai saMpi

siap jual memerlukan waktu yang cukup lama. Mereka tidak tahu bahwa

kotoran sapi bisa mendatangkan manfaat ekonomis bagi peternak apabila

mereka dapat mengolahnya menjadi pupuk organik tanpa perlua biaya yang

mahal.

b). Petani belum memiliki pengetahuan dan wawasan bahwa hasil olahan kotoran

sapi yang berupa pupuk organi dapat dipasarkan/dijual sebagai pupuk tanaman.

Sehingga kalau pemahaman ini dimiliki oleh petani, mereka akan memiliki

penghasilan tambahan.

BAB IV

PENUTUP

a. Simpulan

Penerapan program pelatihan ini, dilakukan berdasarkan analisis situasi

yang dipaparkan dan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani Sari Utama.

Oleh karena itu program telah difokuskan pada upaya menambah pengetahuaan

dan wawasan tentang dampak limbah kotoran sapi yang dapat mencemari

lingkungan dan cara mengelola limbah kotoran sapi pada kelompok tani Sri

Utama yang beranggotakan 20 orang. Pada saat pelatihan ini ke 20 orang anggota

kelompok tani Sari Utama hadir yang terdiri dari kaum pria dan wanita. Sesuai

dengan target luaran yang diharapkan, anggota kelompok tani telah memiliki

pengetahuan tentang dampak limbah kotoran sapi pada lingkungan dan

pengetahuan tentang pengolahan limbah kotoran sapi.

b. Saran

a) Dari kegiatan P2M yang telah dilaksanakan maka dapat disarankan kepada

kelompok tani Sari Utama agar dapat menggunakan pengetahuan tentang

pengolahan limbah kotoran sapi agar dapat agar dapat memperoleh manfaat

tambahan dari beternak sapi.

b) Diperlukan kerja sama antar anggota kelompok tani Sari Utama untuk

mengolah limbah sapi menjadi pupuk organik, dan memasarkan ke pedagang

tanaman hias atau sayur.

Lampiran

Anggota Kelompok Tani yang akan mengikuti pelatihan

Anggota Kelompok Tani yang akan mengikuti pelatihan

Tim memberikan menjelasan dampak limbah kotoran sapi bagi lingkungan

T

DATAR PUSTAKA

Djuarnami, Nan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Depok: Agromedia

Pustaka.

Prihandini, Peni Wahyu dan Teguh Purwanto. 2007. Pembuatan Kompos

Berbahan Kotoran Sapi. Pasuruan: Pusat Penelitian dan Pengembangan

Peternakan.

Setiawan, Ade Iwan. 1996. Manfaat Kotoran Ternak. Jakarta: Penebar Swadaya.

Trubus. No 24/Th 11/Sep 2001. Fine Compost Lebih Irit dan Menguntungkan.

Jakarta

Yovita. 2001 Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta: Penebar Swadaya.