Laporan Akhir Praktikum Pb Aspek Hpt o3

18
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERTANIAN BERLANJUT ASPEK HPT Oleh : KELOMPOK O3 YOGI DWI PRASETYO 115040201111166 YOANITA FADLILAH IRIANI 115040201111167 WAHYU NITA PRATIWI 115040201111181 YOSI CHARINASARI 115040201111188 YOVI MERLLITA BRILLIYANA 115040201111209 YUANA PRISTY K A 115040201111229 TULUS SUPRIYATIN 11504020111123 WIRANATA ABDI SUKMANA 115040201111241 YANUAR EKO NUR S 115040201111267 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

Transcript of Laporan Akhir Praktikum Pb Aspek Hpt o3

  • LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

    PERTANIAN BERLANJUT ASPEK HPT

    Oleh :

    KELOMPOK O3

    YOGI DWI PRASETYO 115040201111166

    YOANITA FADLILAH IRIANI 115040201111167

    WAHYU NITA PRATIWI 115040201111181

    YOSI CHARINASARI 115040201111188

    YOVI MERLLITA BRILLIYANA 115040201111209

    YUANA PRISTY K A 115040201111229

    TULUS SUPRIYATIN 11504020111123

    WIRANATA ABDI SUKMANA 115040201111241

    YANUAR EKO NUR S 115040201111267

    PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2013

  • I. Deskripsi Umum Plot yang Diamati

    A. Komoditas yang Ditanam

    Komoditas yang ada pada Pos 1 adalah semak atau tumbuhan liar seperti

    rumput gajah. Hanya komoditas ini yang ada karena lokasi yang

    berdekatan dengan DAM dan tidak ditemukan tanaman budidaya.

    B. Pola Tanam yang Digunakan

    Tidak ada pola tanam yang digunakan untuk Pos I karena lokasinya yang

    berdekatan dengan DAM, tidak terdapat tanaman budidaya.

    C. Ketersediaan Air dan Unsur Hara

    Ketersediaan air yang ada pada Pos I tergolong baik karena berdekatan

    dengan DAM sehingga air yang dibutuhkan tumbuhan terpenuhi dengan

    baik, dan ketersediaan unsur haranya juga baik karena banyak vegetasi

    yang tumbuh.

  • II. Identifikasi Serangga

    1. Laba-laba Peludah

    Klasifikasi :

    Kingdom : Animalia

    Filum : Arthropoda

    Kelas : Arachnida

    Ordo : Araneae

    Famili : Scytodidae

    Genus : Scytodes

    Spesies : Scytodes thoracica

    Peran : sebagai Musuh Alami

    Ciri ciri laba peludah antara lain ;

    Berkaki Panjang

    Memiliki 6 mata yang terbagi dalam 3 pasang

    Bagian kepala lebih besar daripada perutnya

    Tubuh berwarna Kuning atau cokelat

    Terdapat bercak bercak hitam pada tubuhnya

    Biasanya Ukurannya kecil

  • 2. Belalang Coklat

    Klasifikasi

    Kingdom : Animalia

    Phylum : Arthropoda

    Class : Insecta

    Ordo : Orthoptera

    Family : Acrididae

    Genus : Phaeloba

    Species : Phaeloba fumosa

    Peran : sebagai Hama

    Ciri-ciri Belalang coklat antara lain : mempunyai kemampuan

    polimorfisme warna tubuhnya (body-color polymorphism), yaitu kemampuan

    untuk merubah warna tubuhnya dari hijau menjadi coklat jika suhu

    lingkungannya semakin tinggi terutama pada musim kemarau yang cukup

    panjang.Semakin tinggi suhunya, semakin besar kecenderungan terjadinya

    perubahan warna menjadi coklat tersebut.

    3. Belalang Hijau

  • Klasifikasi

    Kingdom : Animalia

    Phylum : Arthropoda

    Class : Insecta

    Order : Orthoptera

    Family : Acrididae

    Genus : Oxya

    Species : Oxya chinensis

    Peran : Sebagai Hama

    Ciri- ciri Belalang hijau kebanyakan berwarna hijau dengan sayap belakan

    berwarna abu-abu kecoklatan.Belalang ini memiliki kaki belakang cukup

    besar dan kuat dengan duri-duri tajam pada kaki belakangnya.Belalang hijau

    mempunyai antena pendek dan mulutnya memiliki rahang yang kuat.

    4. Lalat Rumah

    Phylum : arthropoda

    Class : Hexapoda

    Ordo : Diptera

    Family : Muscidae, Sarcophagidae, Calliphoridae, dll

    Genus : Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarcophaga, Fannia dll

    Spesies : Musca domestika, Stomoxy calcitrans, Phenisia sp,

    Sarcophagasp, Fannia

    Peran : sebagai vektor transmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit dan

    berhubungan erat dengan lingkungan hidup manusia.

  • 5. Kupu- Kupu

    Klasifikasi :

    Kingdom : Animalia

    Phylum : Arthropoda

    Class : Insecta

    Ordo : Lepidoptera

    Family : Papilionidae

    Genus : Papylio

    Species : Papylio polyxenes

    Peran : Serangga lain (Polinator)

    6. Jangkrik

    Klasifikasi

    Kingdom : Animalia

    Filum : Arthropoda

    Kelas : Insecta

    Ordo : Orthoptera

    Famili : Gryllidae

    Genus : Liogryllus

    Spesies : Liogryllus Sp.

    Peran : Serangga Lain

  • 7. Belalang Sembah

    Klasifikasi

    Kingdom : Animalia.

    Filum : Arthropoda.

    Kelas : Insecta.

    Ordo : Mantodea.

    Famili : Mantidae.

    Genus : Hierodula.

    Spesies : Hierodula vitrea.

    Peran : sebagai musuh alami

    Ciri ciri belalang sembah antara lain :

    Memiliki 3 pasang kaki.

    Dua pasang kali belakang digunakan untuk berjalan, sepasang kaki depan

    berguna untuk menangkap mangsa.

    Kaki depannya sangat kuat dan berukuran paling besar dengan sisi bagian

    dalamnya berduri tajam yang berguna untuk mencengkeram mangsanya

    Dapat memutar kepalanya hingga 180 derajat.

    Belalang sembah jantan selama hidupnya hanya akan mengalami satu kali

    perkawinan dan satu kali seks untuk kemudian mati menjadi mangsa

    sang belalang betina

  • 8. Semut Rangrang

    Klasifikasi :

    Kingdom : Animalia

    Filum : Arthropoda

    Kelas : Insekta

    Ordo : Heminoptera

    Famili : Kamilidae

    Genus : Solenopsis

    Spesies : Solenopsis sp.

    Peran : sebagai Musuh alami

    Ciri Ciri Semut Rangrang antara lain :

    Biasanya Bergerombol

    Berwarna Merah menyala

    Hidup di pohon, biasanya pada pohon buah buahan

    Membangun sarang dari daun

  • III. Hasil Pengamatan

    A. Form Pengamatan Biodiversitas Serangga

    Lokasi

    Pengambilan

    Sampel

    Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah

    Fungsi

    (H,

    Ma,

    Sa)

    PLOT 1

    (Hutan

    Terganggu)

    Laba-laba Lycosa sp. 7 MA

    Belalang hijau Oxya sinensis 4 H

    Lalat Bactrocera dorsalis 20 SL

    Belalang coklat Valanga nigricornis 3 H

    Kupu-kupu Ordo Lepidoptera 3 SL

    Jangkrik Gryllus assimilis 1 H

    Belalang sembah Stagmomantis

    carolina 1 MA

    Semut rang-rang Solenopsis sp. 1 MA

    Jumlah 40

    PLOT 2

    (Agroforestri)

    Laba-laba Lycosa sp. 11 MA

    Lalat Bactrocera dorsalis 3 SL

    Kutu kebul Bemisia tabaci 202 H

    Kumbang kubah

    spot O Epilachna sparsa 1 H

    Jumlah 217

    PLOT 3

    (Tanaman

    Semusim)

    Capung Ischnura

    senegalensis 4 MA

    Belalang Hijau Oxya chinensis 2 H

    Kumbang kubah

    spot M

    Menochillus

    sexmaculatus 8 MA

    Laba-laba Lycora sp 1 MA

    Kepik coklat Riptortus linearis 2 SL

    Kupu-kupu Appias libythea 2 MA

    Ulat grayak Spodoptera exigua 2 H

  • Jumlah 217

    PLOT 4

    (Tanaman

    Semusim dan

    Pemukiman)

    Lalat Rumah Musca domestica 2 SA

    Kepik Hijau Nezara viridula 2 H

    Kumbang M Coccinelid 1 MA

    Belalang Kayu Valanga nigricornis 5 H

    Jumlah 10

    B. Formulasi Tabulasi Plot

    Lokasi

    Pengambilan

    sampel

    Jumlah individu yang

    berfungsi sebagai.... Persentase

    Hama MA SL Total Hama MA SL

    Plot 1

    Hutan

    Terganggu

    8 9 23 40 20% 22,5% 57,5%

    Plot 2

    Agroforestri 203 11 3 217 93,55 5,07 1,38

    Plot 3

    Tanaman

    Semusim

    4 15 2 21 8,4 71,43 9,52

    Plot 4

    Tanaman

    Semusim dan

    Pemukiman

    7 1 2 10 70% 10% 20%

  • C. Segitiga Fiktorial Plot

    Segitiga Fiktorial Plot 1

    Titik koordinat berkumpul di antara garis serangga lain dan garis

    hama maka keadaan ini menunjukkan kelangkaan musuh alami, dan jika

    kondisi memungkinkan bagi hama untuk berkembang akan sangat kecil

    kemungkinan untuk dibendung, sehingga akan terjadi peledakan hama.

    Segitiga Fiktorial Plot 2

    Titik koordinat berkumpul di sekitar titik sudut maka keadaan ini

    menunjukkan bahwa ekosistem tersebut miskin serangga lain dan musuh

    alami atau sangat labil, serta memerlukan penanganan khusus dalam

    upaya pengembangan tindakan preemptif.

  • Segitiga Fiktorial Plot 3

    Titik koordinat berkumpul di antara garis musuh alami dan garis

    hama maka keadaan ini menunjukkan kondisi yang kurang sehat, sebab

    keberadaan musuh alami hanya ditopang oleh populasi hama sebagai

    sumber makanan. Dalam keadaan ekstrim, kemungkinan musuh alaminya

    dapat musnah dan akan berbahaya jika terjadi migrasi hama.

    Segitiga Fiktorial Plot 4

    Titik koordinat berkumpul di sekitar titik sudut maka keadaan ini

    menunjukkan bahwa ekosistem tersebut miskin serangga lain dan musuh

    alami atau sangat labil, serta memerlukan penanganan khusus dalam

    upaya pengembangan tindakan preeventif.

  • IV. Pembahasan

    A. Pembahasan dari Hasil Plot Sendiri

    Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada plot 1 (hutan

    tergannggu) yang terletak di daerah sekitar DAM didapatkan serangga yang

    berperan sebagai Hama, Musuh Alami, dan Serangga Lain. Hama yang

    ditemukan ada 2 jenis antara lain Belalang hijau (Oxya sinensis), Belalang

    coklat (Valanga nigricornis), untuk musuh alami yang ditemukan ada 4 jenis

    yaitu laba-laba (Lycosa sp.), jangkrik, belalang sembah (Stagmomantis

    carolina), dan semut rang-rang (Solenopsis sp.). Sedangkan serangga yang

    berperan sebagai serangga lain ditemukan 2 jenis yaitu lalat, dan kupu-kupu.

    Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan persentase hama 20%, musuh

    alami 22,5%, dan serangga lain sebesar 57,5%.

    Adanya beraneka ragam jenis hama, musuh alami, dan serangga lain

    dalam jumlah banyak pada plot 1 (hutan terganggu) menunjukkan bahwa

    biodiversitas didalam plot tersebut tinggi. Menurut Nair dan Sumardi (2000)

    Keragaman jenis yang tinggi di hutan alam tropis basah ini menyebabkan

    tidak adanya satu jenis yang sangat dominan. Masing-masing jenis tumbuhan

    diwakili oleh sedikit individu. Sedangkan menurut Begon et al. (1998),

    keanekaragaman hayati adalah aspek keanekaragaman makhluk hidup,

    khususnya digunakan untuk menjelaskan jumlah spesies, variasi genetik

    dalam sejumlah tipe komunitas yang dipelihara pada suatu daerah. Pengaruh

    kehilangan keanekaragaman hayati pada suatu komunitas dan ekosistem

    merupakan suatu hal yang komplek serta memberikan pengaruh tidak

    langsung dan umpan balik yang dimediasi oleh perubahan dalam kestabilan

    komunitas, produktivitas dan interaksi jaringan makanan.

    Besarnya jenis serangga lain dan musuh alami pada plot 1 disebabkan

    karena penggunaan lahannya sebagai hutan alami walaupun terganggu,

    sehingga kesempatan untuk berkembang biak atau bertambah populasinya

    masih tinggi. Menurut Nair dan Sumardi (2000) bahwa jenis organisme

    membangun pertahanan sehingga organisme yang dimangsa tidak menjadi

    punah, selain itu organisme pemangsa dan parasit juga melakukan spesialisi

  • makanan untuk menghindari kompetisi. Dengan demikian tidak dijumpai

    terjadinya ledakan hama dan penyakit dalam skala luas yang mengancam

    hutan. Chey et al (1998) mengemukakan bahwa meskipun keanekaragaman

    hymenoptera berkurang oleh pergantian hutan tropis menjadi pertanaman,

    tetapi kelimpahan dan kekayaan arthropoda pada habitat pertanaman tersebut

    masih besar. Sistem pertanian juga dapat mempengaruhi keanekaragaman

    serangga terhadap serangga herbivora maupun musuh alaminya.

    B. Pembahasan untuk Membandingkan Pengamatan Pengaruh Sendiri dengan

    Seluruh Plot

    Pengamatan biodiversitas serangga dilakukan pada saat fieldtrip yang

    terdapat pada keempat plot pengamatan dengan berbeda penggunaan

    lahannya yaitu plot 1 hutan terganggu, plot 2 kebun campuran atau

    agroforestri, plot 3 tanaman semusim, dan plot 4 tanaman semusim dan

    pemukiman.

    Pada plot 1 dengan penggunaan lahan hutan terganggu terdapat 40

    ekor serangga yang ditemukan dengan presentase hama 20%, 22,5% musuh

    alami, dan 57,5% serangga lain. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa

    biodiversitas serangga pada plot 1 yaitu hutan terganggu tergolong tinggi.

    Tingginya keragaman biodiversitas tersebut yang paling dominan adalah

    serangga lain dan musuh alami, hal tersebut disebabkan karena hutan

    terganggu cocok sebagai habitat serangga. Menurut Nair dan Sumardi (2000)

    Keragaman jenis yang tinggi di hutan alam tropis basah ini menyebabkan

    tidak adanya satu jenis yang sangat dominan. Masing-masing jenis tumbuhan

    diwakili oleh sedikit individu.

    Pengamatan pada plot 2 yaitu penggunaan lahan sebagai kebun

    campuran/ agroforestri tanaman jeruk dan terong terdapat 217 ekor serangga,

    dengan presentase hama sebesar 93,55%, musuh lami 5,07%, dan serangga

    lain sebesar 1,38%. Keragaman serangga yang didapat dalam plot 2 dapat

    dikatakan tinggi, hal ini dapat dilihat dari presentase dan juga penggunaan

    lahannya yang masih mampu menjadi tempat hidup dan berkembang biak

    bagi serangga. Menurut Utami, et al (2003) keunggulan ekologi/lingkungan,

  • agroforestri memiliki keanekaragaman hayati yang lebih banyak atau

    memiliki rantai makanan/energi yang lebih lengkap.

    Namun serangga yang paling dominan dan jumlahnya yang sangat

    besar adalah serangga yang berperan sebagai hama. Hal tersebut dapat terjadi

    karena masih adanya tanaman semusim yang menyebabkan meledaknya

    populasi hama serta penggunaan pestisida yang berlebih secara terus-menerus

    sehingga hama akan mejadi resisten atau kebal. Cara paling praktis yang

    biasanya digunakan untuk mengatasi serangan hama dan penyakit adalah

    penggunaaan pestisida, namun penggunaan pestisida dengan spektrum luas

    telah menyebabkan banyak masalah antara lain munculnya resistensi hama,

    terganggunya kesehatan pekebun, matinya organisme lain yang di luar target,

    munculnya hama sekunder, dan tercemarnya lingkungan (Horne and Page,

    2008)

    Pada plot 3 dengan penggunaan lahan monokultur tanaman semusim

    yaitu tanaman wortel terdapat 21 ekor serangga, yang meliputi 8,4% hama,

    71,43% musuh alami, dan 9,52% serangga lain. Dari data tersebut dapat

    dikatakan bahwa keragaman biodiversitas serangga pada plot 3 dengan

    penggunaan lahan tanaman monokultur wortel tergolong rendah apabila

    dibandingkan dengan plot 1 maupun plot 2. Hal tersebut dapat disebabkan

    karena adanya perubahan penggunaan lahan yang dulunya hutan dengan

    biodiversitas tinggi menjadi lahan pertanian dengan biodiversitasnya yang

    rendah sehingga serangga yang ada sulit untuk berkembang biak karena tidak

    sesuai dengan tempat hidupnya. Menurut Wiryono (2002) penghilangan

    sebagian besar jenis pohon menjadi satu jenis tanaman otomatis mengurangi

    keragaman makanan sehingga jenis hewan yang ada juga berkurang drastis.

    Besarnya tingkat musuh alami dikarenakan aplikasi pestisida yang diberikan

    pada tanaman wortel sesuai dengan dosis, waktu dan sasaran, sehingga musuh

    alami yang berada di plot 3 masih dapat dipertahankan.

    Pada plot pegamatan 4 dengan peggunaan lahan tanaman semusim

    bawang prei dan pemukiman diketahui terdapat 10 ekor serangga. 10 ekor

    serangga tersebut terdiri dari 70% hama, 10% musuh alami, dan 20%

    serangga lain. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa biodiversitas

  • serangga pada plot 4 adalah sangat rendah. Rendahnya biodiversitas serangga

    tersebut dapat disebabkan karena adanya pemukiman yang tidak sesuai

    dengan tempat hidup serangga sehingga serangga tidak akan mendapatkan

    makanan untuk keberlangsungan hidupnya. Menurut Utami, et al (2003)

    konversi hutan menjadi lahan lainnya akan menurunkan populasi fauna dan

    flora yang sensitif sehingga tingkat keanekaragaman hayati (biodiversitas)

    berkurang. Selain itu penggunaan pestisida yang berlebih yang menyebabkan

    serangga cepat untuk musnah. Residu pestisida ini dapat mempengaruhi

    kehidupan di dalam tanah, terakumulasi di dalam tubuh hewan dan dapat

    berpindah dari satu hewan ke hewan lainnya melalui rantai makanan

    (Hardjowigeno, 1995).

    Dari keempat plot pengamatan, dapat diketahui bahwa pada

    penggunaan lahan hutan terganggu dan agroforestri mempunyai tingkat

    biodiversitas tinggi dibandingkan dengan penggunaan lahan monokultur

    tanaman semusim serta biodiversitas rendah ditemukan pada penggunaan

    tanaman semusim dan pemukiman.

  • V. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan di plot 1,2, 3, dan 4, dapat disimpulkan

    bahwa biodiversitas tertinggi terdapat pada penggunaan lahan hutan dan

    agroforestri. Sedangkan biodiversitas pada penggunaan lahan monokultur

    tanaman semusim dan pemukimam lebih rendah bila dibandingkan dengan

    penggunaan lahan hutan dan agroforestri. Hal ini disebabkan oleh

    terpenuhinya kebutuhan makan serangga, serangga cenderung untuk tinggal

    dan menetap di daerah yang mampu menyediakan makan untuk serangga

    tersebut, sehingga dengan semakin tinggi biodiversitas vegetasi di suatu

    tempat, maka akan semakin tinggi pula biodiversitas serangga.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Begon M, Harper JL, Towsend CR. 2006. Ecology: From Individuals to

    Ecosystems. 4th ed. Oxford: Blackwell Science

    Chey, V.K., J.D Holloway, C. Hambler & M.R.1998. Canopy Knowkdown of

    Arthropods in Exotic Plantation and Natural Fores in Sabah, North-east

    Borneo, Using Insecticidal Mist-Blowing. Bull of entomol Reaceaching

    Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta

    Horne, P. and J. Page. 2008. Integrated Pest Management for crops and pastures:

    Land Links. Collingwood. Victoria.

    Nair, K.S.S. dan Sumardi 2000. Insect pests and diseases of major plantation

    species. Dalam: Nair, K.S.S. (ed.) Insect pests and diseases inIndonesian

    forests: an assessment of the major treats, research efforts and literature,

    1538. CIFOR, Bogor, Indonesia.

    Utami, Sri Rahayu, et al. 2003. Prospek Penelitian dan Pengembangan

    Agroforestri di Indonesia. World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor

    Wiryono. 2002. Aspek Ekologis Hutan Tanaman Indonesia. Fakultas Pertanian,

    Universitas Bengkulu. Bengkulu