Laporan Akhir Pkmp Shinta Purnamasari Ub

23
LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PERAWATAN LOKAL DENGAN SISTEMIK MENGGUNAKAN EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe Chinensis BAKER) PADA Rattus norvegicus YANG DIINDUKSI LIPOPOLISAKARIDA SEBAGAI TERAPI REGENERASI TULANG ALVEOLAR BIDANG KEGIATAN : PKM PENELITIAN Diusulkan oleh : Shinta Purnamasari 115070400111045 2011 Septianita Incha A’raaf 115070400111041 2011 Latifah Fitriani Rakhman 115070400111027 2011 Uci Putri Maulida 135070107111013 2013 Anisah Fitriana Rakhman 135070301111043 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 i

description

pkm

Transcript of Laporan Akhir Pkmp Shinta Purnamasari Ub

LAPORAN AKHIR

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PERAWATAN LOKAL DENGAN

SISTEMIK MENGGUNAKAN EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe

Chinensis BAKER) PADA Rattus norvegicus YANG DIINDUKSI

LIPOPOLISAKARIDA SEBAGAI TERAPI REGENERASI TULANG

ALVEOLAR

BIDANG KEGIATAN :

PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh :

Shinta Purnamasari 115070400111045 2011

Septianita Incha A’raaf 115070400111041 2011

Latifah Fitriani Rakhman 115070400111027 2011

Uci Putri Maulida 135070107111013 2013

Anisah Fitriana Rakhman 135070301111043 2013

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

i

ii

ABSTRAK

Perbandingan Efektifitas Perawatan Lokal dengan Sistemik

Menggunakan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe chinensis Baker) pada Rattus

norvegicus yang Diinduksi Lipopolisakarida sebagai Terapi Regenerasi

Tulang Alveolar

Purnamasari, S. A’raaf, S.I. Rakhman, L.F. Maulida, U.P. Rakhman, A.F.

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: Ranny Rachmawati,

drg., Sp.Perio

Penyakit periodontal merupakan penyakit yang sangat meluas dalam

kehidupan manusia. Prevalensi penyakit periodontal pada semua kelompok umur

di Indonesia mencapai 96,58%. Periodontitis merupakan penyakit periodontal

berupa infeksi kronis pada jaringan pendukung gigi sehingga terjadi keradangan

jaringan dan secara perlahan akan menyebabkan kerusakan tulang alveolar. Rute

pemberian obat (routes of administration) merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi efek terapi periodontitis. Pemberian obat dapat dilakukan secara

lokal maupun sistemik yang akan mempengaruhi efektifitas obat dan

menyebabkan kegagalan pengobatan. Beberapa penelitian ilmiah mengenai

khasiat tanaman lidah buaya untuk penyembuhan defek tulang pernah dilaporkan.

Di dalam lidah buaya (Aloe chinensis Baker) terdapat zat aktif acetylated

mannosa (acemannan) yang dapat meningkatkan pembentukan serat kolagen tipe-

1 dan menstimulasi ekspresi bone morphogenic protein-2 pada jaringan

periodontal yang terbukti mampu meregenerasi tulang alveolar. Tujuan penelitian

ini mengetahui perbedaan efektifitas terapi regenerasi tulang alveolar secara lokal

maupun sistemik menggunakan ekstrak Aloe chinensis Baker pada Rattus

norvegicus yang diinduksi LPS secara HPA dari sel osteoblas. Penelitian ini

menggunakan desain eksperimen murni (true experimental design) secara in vivo

menggunakan rancangan randomized post test only controlled group design.

Sampel penelitian adalah hewan model tikus strain wistar jantan yang diinduksi

periodontitis menggunakan LPS E. Colli 5 μg/0,05 ml PBS (Indahyani, 2007)

selama lima hari lalu diberikan perlakuan masing-masing sesuai kelompok terdiri

dari kontrol positif, kontrol negatif, kelompok a,b,c untuk perlakuan secara

sistemik dan kelompok d,e,f untuk perlakuan secara lokal. Tikus kemudian

dibedah pada hari ke-11 dan dilakukan pemeriksaan HPA. Hasil pengukuran

hewan coba kontrol maupun perlakuan dianalisa secara statistik dengan

menggunakan program SPSS 17,0 for Windows XP dengan tingkat signifikansi

0,05 (p=0,05) dan taraf kepercayaan 0,95% (α=0,05). Berdasarkan analisis data

yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak Aloe chinensis Baker

dengan rute lokal lebih efektif dibandingkan pemberian dengan rute sistemik.

Kata kunci: ekstrak Aloe chinensis Baker, lokal-sistemik, osteoblas, periodontitis,

regenerasi tulang alveolar

iii

DAFTAR ISI

Halaman Kulit Muka .................................................................................................. i

Halaman Pengesahan ................................................................................................. ii

Abstrak ..................................................................................................................... iii

Daftar Isi..................................................................................................................... iv

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2

1.4 Luaran yang Diharapkan ...................................................................................... 2

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Periodontitis ......................................................................................................... 3

2.2 Lipopolisakarida (LPS) ........................................................................................ 3

2.3 Perawatan Periodontitis ........................................................................................ 3

2.4 Terapi Regenerasi................................................................................................. 3

2.5 Rute Pemberian Obat ........................................................................................... 4

2.6 Aloe chinensis Baker ............................................................................................ 4

2.7 Komposisi Kimia Aloe chinensis Baker ............................................................... 4

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................................... 5

3.2 Sampel Penelitian ................................................................................................. 5

3.3 Variabel Penelitian ............................................................................................... 5

3.4 Tempat Penelitian ................................................................................................ 6

3.5 Definisi Opersional ............................................................................................. 6

3.6 Alur Kerja Penelitian ........................................................................................... 6

3.7 Alat dan Bahan .................................................................................................... 7

3.8 Prosedur Penelitian............................................................................................... 7

3.9 Prosedur Pengumpulan dan Analisa Data ............................................................ 8

BAB 4. HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS ........................... ..... 9

BAB 5. PENUTUP ................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 10

LAMPIRAN ..............................................................................................................11

- Penggunaan Dana .......................................................................................... v

- Bukti-bukti Pendukung Kegiatan ................................................................. vii

iv

iv

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit periodontal merupakan penyakit yang sangat meluas dalam

kehidupan manusia. Dari hasil penelitian The World Oral Health Report,

2003, menyatakan bahwa penyakit periodontal menempati peringkat keempat

penyakit termahal dalam pengobatannya. Dari survei yang dilakukan

Scheffler di Amerika menunjukkan 75% dari populasi penduduk Amerika

mengalami penyakit periodontal. Prevalensi penyakit periodontal pada semua

kelompok umur di Indonesia mencapai 96,58% (Persson, 2011), sedangkan

data Dinas Kesehatan Kota Malang menyebutkan bahwa penyakit periodontal

menduduki urutan ke tujuh dari sepuluh penyakit terbanyak di Kota Malang

(Dinkes Malang, 2009).

Salah satu penyakit periodontal adalah periodontitis. Periodontitis

merupakan penyakit infeksi kronis pada jaringan pendukung gigi yang

disebabkan oleh bakteri sehingga terjadi keradangan jaringan dan secara

perlahan akan menyebabkan kerusakan tulang (Laine, 2012). Mikroba utama

yang menyebabkan periodontitis adalah Porphyromonas gingivalis,

Prevotella intermedia dan Actinobacillus actinomycetemcomitans, namun

mikroba lain juga dapat memicu periodontitis seperti Escherichia coli,

Fusobacterium nucleatum, dan A. israelii yang semuanya merupakan bakteri

Gram negatif (Caranza, 2006). Penelitian Umezu et. al. membuktikan bahwa

tikus yang diinjeksi dengan LPS E. Colli di daerah mukosa regio molar

pertama rahang atas menyebabkan terjadinya resopsi tulang alveolar.

Perawatan periodontitis bertujuan untuk mengeliminasi infeksi dan

inflamasi untuk mencapai jaringan periodontal yang sehat (McDonnell and

Mills, 2004). Rute pemberian obat (routes of administration) merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi efek terapi periodontitis. Pemberian obat

dapat dilakukan secara lokal maupun sistemik. Terapi lokal adalah pemberian

obat yang bekerja setempat, sedangkan terapi sistemik jika obat beredar ke

seluruh tubuh melalui peredaran darah. Proses penyerapan dasar penting

dalam menentukan aktifitas farmakologis obat. Kegagalan obat selama proses

penyerapan akan mempengaruhi efektifitas obat dan menyebabkan kegagalan

pengobatan (Tjay dan Rahardja, 2006). Oleh karena itu diperlukan pemilihan

terapi yang tepat pada periodontitis untuk memaksimalkan efek terapi.

Indonesia adalah negara tropis yang memiliki beraneka ragam flora

dan fauna. Banyak diantara kekayaan alam tersebut yang telah dimanfaatkan

sebagai obat tradisional dalam mengatasi masalah kesehatan. Salah satu bahan

alam yang sangat berpotensi adalah lidah buaya. Beberapa penelitian ilmiah

mengenai khasiat tanaman lidah buaya untuk penyembuhan defek tulang

pernah dilaporkan (Syukur, 2007).

1

Di dalam lidah buaya (Aloe chinensis Baker) terdapat zat aktif

acetylated mannosa (acemannan) yang merupakan polisakarida terbesar yang

dapat meningkatkan pembentukan serat kolagen tipe 1 (Wiedosari, 2007).

Penelitian lain oleh Jittapiromsak et al. juga menyatakan acemannan dapat

menstimulasi ekspresi bone morphogenic protein-2 pada fibroblas pulpa dan

jaringan periodontal yang terbukti mampu meregenerasi tulang.

Dalam penelitian ini, ekstrak lidah buaya (Aloe chinensis) sebagai

terapi regenerasi tulang alveolar akan diberikan secara lokal dan sistemik

untuk membandingkan dan mengetahui efek terapi yang paling efektif pada

kasus Rattus norvegicus yang telah diinduksi LPS (periodontitis). Indikator

yang digunakan adalah jumlah dan diferensiasi sel odontoblas yang akan

dievaluasi secara histopatologi anatomi (HPA).

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan efektifitas terapi regenerasi tulang alveolar secara

lokal maupun sistemik menggunakan ekstrak Aloe chinensis Baker pada

Rattus norvegicus yang diinduksi LPS?

2. Diantara terapi lokal dan sistemik, manakah yang paling efektif sebagai

terapi regenerasi tulang alveolar menggunakan ekstrak Aloe chinensis

Baker pada Rattus norvegicus yang dinduksi LPS?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Mengetahui potensi ekstrak Aloe chinensis Baker sebagai terapi

regenerasi tulang alveolar pada Rattus norvegicus yang diinduksi LPS.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui perbedaan efektifitas terapi regenerasi tulang alveolar secara

lokal maupun sistemik menggunakan ekstrak Aloe chinensis Baker pada

Rattus norvegicus yang diinduksi LPS.

2. Mengetahui efek terapi regenerasi tulang alveolar yang paling efektif

menggunakan ekstrak Aloe chinensis Baker pada Rattus norvegicus yang

dinduksi LPS.

1.4 Luaran Yang Diharapkan

Luaran yang diharapkan berupa artikel ilmiah dan/atau paten.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar teori untuk

pengembangan penelitian selanjutnya di bidang kedokteran gigi, khususnya

tentang terapi regenerasi tulang alveolar; meningkatkan khasanah ilmu

pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan lidah buaya, dan meningkatkan

budidaya dan pemanfaatan lidah buaya sebagai kekayaan alam Nusantara.

2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Periodontitis

Periodontitis adalah infeksi bakteri yang terjadi pada jaringan

periodontal termasuk gingiva, ligamen periodontal, tulang, dan sementum. Hal

ini mengakibatkan interaksi antara biofilm plak yang berakumulasi pada

permukaan gigi dan host ditandai dengan hilangnya jaringan ikat, resopsi

tulang alveolar, dan pembentukan poket periodontal (Gehrig dan Willman,

2008). Kerusakan jaringan pendukung gigi (jaringan periodontal) dalam

jangka panjang menimbulkan defek tulang dalam tiga tipe kerusakan yaitu

defek infraboni (vertikal), defek supraboni (horizontal), dan defek inter-

radikular (furkasi) (Cortellini dan Tonneti, 2008).

2.2 Lipopolisakarida (LPS)

LPS adalah struktur utama bakteri Gram negatif dalam membangun

integritas struktural bakteri dan melindungi bakteri dari pertahanan imunitas

host (Murray dan Wilton, 2003). LPS mempunyai aktivitas biologis yang

berperan pada patogenesis penyakit periodontal (Fine et. al., dalam

Kusuawardani, 2005). LPS dapat meningkatkan akses ke jaringan gingiva,

mengawali dan menimbulkan inflamasi yang menyebabkan produksi sitokin

pro inflamatori dengan kadar tinggi sehingga terjadi destruksi jaringan ikat,

ligamen periodontal, dan resorpsi tulang alveolar (Roelan, 2002).

2.3 Perawatan Periodontitis

Perawatan periodontitis meliputi terapi non bedah dan terapi bedah

yang bertujuan untuk mengeliminasi infeksi dan inflamasi untuk mencapai

jaringan periodontal yang sehat (McDonnell and Mills, 2004). Terapi non

bedah berupa kontrol diet, skeling, dan penghalusan akar, koreksi restoratif

dan prostetik, ekskavasasi karies dan restorasi, terapi antimikroba dan oklusal,

minor orthodontic movement, splinting, dan protesa. Terapi bedah berupa

pocket reduction surgery dan koreksi anatomi morfologi (Carranza, 2006).

2.4 Terapi Regenerasi

Tujuan utama dari terapi periodontal adalah regenerasi jaringan

periodontal yang rusak akibat periodontitis, karena secara histologis jaringan

yang terbentuk adalah jaringan yang fungsional. Penyembuhan jaringan

periodontal regeneratif terjadi melalui pembentukan periodonsium baru yaitu

pembentukan tulang alveolar, ligamen periodontal yang fungsional dan

sementum baru. Indikator proses regenerasi tulang adalah meningkatnya

diferensiasi dan jumlah sel tulang (sel osteoblas) (Baghban, Dehghani, dan

Ghanavati, 2009).

3

2.5 Rute Pemberian Obat (Routes of Administration)

Rute pemberian obat dibagi menjadi dua, yaitu terapi lokal dan terapi

sistemik. Terapi sistemik adalah jika obat beredar ke seluruh tubuh melalui

peredaran darah, sedangkan terapi lokal adalah efek obat yang bekerja

setempat seperti salep atau gel (Anief, 1990).

Efek sistemik dapat diperoleh dengan cara:

1. Oral melalui saluran gastrointestinal atau rectal

2. Parenteral dengan cara intravena, intramuskuler, dan subkutan

3. Inhalasi langsung ke dalam paru-paru

Efek lokal dapat diperoleh dengan cara:

1. Intraokular, intranasal, aural, dengan diteteskan pada mata, hidung, telinga

2. Intrarespiratoral, berupa gas masuk paru-paru

3. Rektal, uretral, dan vaginal, dengan jalan memasukkan ke dalam dubur,

saluran kencing, dan kemaluan wanita, obat meleleh atau larut pada

keringat badan atau larut dalam cairan tubuh

2.6 Aloe chinensis Baker

Berikut taksonomi tanaman lidah buaya jenis Aloe chinensis: (Aguilar, 1999)

Dunia : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Liliales

Suku : Liliaceae

Marga : Aloe

Spesies : Aloe chinensis Baker Gambar 1. Aloe chinensis Baker

Jenis lidah buaya yang banyak dibudidayakan di Indonesia khususnya

Kalimantan Barat, merupakan lidah buaya dari jenis Aloe chinensis. Tanaman

ini berdaun tebal dan banyak mengandung air dengan duri-duri lunak pada

tepi daun serta tersusun roset. Tanaman ini memiliki bunga merah dan

perakaran yang tipis Tanaman ini tumbuh dengan baik di lahan gambut sekitar

khatulistiwa dapat dijadikan sebagai komoditas utama di Indonesia jika

pemanfaatannya dapat dimaksimalkan (Syukur, 2007).

2.7 Komposisi Kimia Aloe chinensis Baker

Aloe chinensis Baker mengandung zat aktif acetylated mannosa

(acemannan) yang merupakan polisakarida terbesar untuk meningkatkan

pembentukan serat kolagen tipe 1 dan sebagai imunostimulator untuk

meningkatkan respon imun T-helper1 (Th1) sebagai pertahanan terhadap

patogen intraseluler seperti virus, bakteri dan parasit (Wiedosari, 2007).

Penelitian lain oleh Jittapiromsak et al. juga menyatakan acemannan dapat

menstimulasi ekspresi bone morphogenic protein-2 pada jaringan periodontal

yang terbukti mampu meregenerasi tulang alveolar.

4

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen murni (true

experimental design) secara in vivo menggunakan rancangan randomized post

test only controlled group design.

3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah hewan model tikus strain wistar jantan yang

diinduksi periodontitis menggunakan LPS E. Colli 5 μg/0,05 ml PBS

(Indahyani, 2007) selama lima hari lalu diberikan perlakuan masing-masing

sesuai kelompok selanjutnya dibedah pada hari ke-13.

Kriteria inklusi:

1. Tikus berbulu putih, sehat, bergerak aktif, dan tingkah laku normal.

2. Berat rata-rata 200-250 gram

Kriteria eksklusi:

1. Tikus yang selama penelitian tidak mau makan

2. Tikus yang kondisinya menurun atau mati selama penelitian berjalan

Pada penelitian ini, dilakukan pengulangan bagi tiap kelompok untuk

mencegah terjadinya bias. Jumlah pengulangan menggunakan rumus Federer

sebagai berikut: (n-1) (t-1) ≥ 15 ; dengan t = jumlah kelompok = 5 ; n =

jumlah sampel ; (n-1) (5-1) ≥ 15 = 4 (n-1) ≥ 15 = n ≥ 19/4 = 4,75 ∞ 5.

Penelitian ini dilakukan pada 8 kelompok perlakuan dengan dua rute

pemberian obat yaitu lokal dan sistemik, tiap kelompok perlakuan terdiri dari

lima ekor, sehingga total sampel penelitian sejumlah 40 ekor.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Kelompok 1: kelompok kontrol negatif yaitu hewan coba yang tidak diinduksi

periodontitis dan tanpa diberi perlakuan.

Kelompok 2: kelompok kontrol positif yaitu hewan coba diinduksi LPS E.

Colli tanpa diberi perlakuan.

Kelompok 3: kelompok perlakuan A yaitu hewan coba diinduksi LPS E. Colli

dan diberi perlakuan ekstrak Aloe chinensis Baker 200

mg/KgBB secara per oral (sistemik).

Kelompok 4: kelompok perlakuan B yaitu hewan coba diinduksi LPS E. Colli

dan diberi perlakuan ekstrak Aloe chinensis Baker 400

mg/KgBB secara per oral (sistemik).

Kelompok 5: kelompok perlakuan C yaitu hewan coba diinduksi LPS E. Colli

dan diberi perlakuan ekstrak Aloe chinensis Baker 800

mg/KgBB secara per oral (sistemik).

5

Kelompok 6: kelompok perlakuan D yaitu hewan coba diinduksi LPS E. Colli

dan diberi perlakuan ekstrak Aloe chinensis Baker konsentrasi

70% secara injeksi interdental (lokal).

Kelompok 7: kelompok perlakuan E yaitu hewan coba diinduksi LPS E. Colli

dan diberi perlakuan ekstrak Aloe chinensis Baker konsentrasi

85% secara injeksi interdental (lokal).

Kelompok 8: kelompok perlakuan F yaitu hewan coba diinduksi LPS E. Colli

dan diberi perlakuan ekstrak Aloe chinensis Baker konsentrasi

100% secara injeksi interdental (lokal).

Variabel tergantung adalah jumlah dan diferensiasi sel odontoblas dari

hasil uji histopatologi anatomi (HPA) dilihat pada hari ke-13.

3.4 Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan adalah laboratorium biokimia

FKUB, laboratorium PA FKUB dan laboratorium farmakologi FKUB.

3.5 Definisi Operasional

Ekstraksi : kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga

terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair.

LPS : endotoksin, sebuah molekul berukuran besar yang mengandung

lipid dan karbohidrat yang dapat menginduksi periodontitis.

Per oral : memasukkan ekstrak Aloe chinensis Baker menggunakan sonde

gastric sehingga langsung masuk ke lambung (terapi sistemik).

Injeksi : menginjeksi ekstrak Aloe chinensis Baker pada sulkus gingiva

interdental menggunakan jarum insulin 30G pada daerah kasus (terapi lokal).

3.6 Alur Kerja Penelitian

6

3.7 Alat dan Bahan

Bahan penelitian yaitu pytosome ekstrak Aloe chinensis Baker,

ketamin (40 mg/kg BB), povidone iodine 10% 50 cc, alkohol dengan

konsentrasi bertingkat, formalin 10%, etanol 70%, xylol, air serta EDTA 10%.

Alat penelitian diantaranya kandang, tempat minum, sekam dan

tepung, spuit 1 ml, 3 ml, dan 5 ml untuk anastesi, cincin elsastik, sonde

gastric, benang wol, cincin besi, alat bedah minor, sterofoam, neraca analitik,

pipet tetes, mikropipet 10-100 µl dan 200-1.000 µl beserta tipnya, maserator,

termometer, oven, kertas saring, rotary evaporator, rotary microtome,

mikroskop, botol bertutup, tabung organ, object glass, blok parafin lunak

maupun keras, dan alat uji HPA.

3.8 Prosedur Penelitian

1. Perawatan Tikus sebagai Hewan Coba

Tikus wistar jantan datang di laboratorium, kemudian ditimbang

dilanjutkan dengan adaptasi selama satu minggu. Hewan coba

dimasukkan ke dalam kandang berukuran 30x20x20 cm, setiap kandang

berisi dua hewan coba. Hewan coba diberikan makanan standard dan

diberi minuman air setiap hari.

2. Pembuatan Simplisia Lidah Buaya (Aloe chinensis Baker)

Tanaman lidah buaya segar dipanen, kemudian disortasi basah, dicuci

bersih, dikeringkan menggunakan oven. Setelah kering, simplisia disortasi

kering kemudian dioven pada suhu 600C selama 48 jam dan dihaluskan

hingga menjadi serbuk (Chippada et. al., 2011)

3. Ekstraksi Lidah Buaya

Setiap 100 mg serbuk simplisia Aloe chinensis Baker dimasukkan ke

dalam botol 25 ml. Kemudian setiap sampel ditambahkan etanol teknis 10

ml dan dicampur dalam maserator dengan pengadukan pelan selama 30

menit pada awal perendaman. Campuran dalam maserator disimpan

selama 4 hari dengan sering dilakukan pengadukan. Setelah itu, filtrat

disaring dan pelarut diuapkan dengan rotary evaporator (suhu 800C)

(George et. al., 2009).

4. Induksi Periodontitis

Terlebih dahulu hewan coba dilakukan anestesi dengan ketamin. Infeksi

pada jaringan periodontal dilakukan dengan induksi LPS E. Coli. LPS

disuntikan pada sulkus gingiva gigi insisif pertama kanan rahang bawah

bagian labial dengan dosis 5 μg/0,05 ml PBS menggunakan jarum insulin

30G sebanyak 0,02 ml, 1 kali sehari selama 5 hari (Indahyani, 2007).

5. Pemberian Perlakuan

Pemberian ekstrak Aloe chinensis Baker dilakukan pada hari ke-6 setelah

dilakukan induksi LPS selama 5 hari. Cara pemberian ekstrak Aloe

chinensis Baker dibagi menjadi dua, yaitu rute sistemik dan rute lokal.

7

Rute sistemik dilakukan dengan menggunakan sonde gastric dan dibagi

dalam tiga kelompok, yaitu: kelompok A 200 mg/KgBB, kelompok B 2

400 mg/KgBB, dan kelompok C 800 mg/KgBB. Rute lokal dilakukan

dengan menggunakan jarum insulin 30G tepat pada sulkus gingiva yang

sebelumnya telah diinduksi LPS E. Coli. Kelompok perlakuan rute lokal

dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: kelompok D konsentrasi 70%,

kelompok E konsentrasi 85%, dan kelompok F konsentrasi 100%. Semua

perlakuan dilakukan setiap hari sampai hari ke-10 dan masing-masing

dosis diberikan sebanyak 2 cc untuk rute sistemik dan 0,02 cc untuk rute

lokal per hewan coba dalam sehari. 6. Pembedahan Tulang Alveolar Mandibula

Pembedahan dilakukan pada hari ke-11. Pertama hewan coba diberi

anastesi total ketamin (40 mg/kg BB) kemudian dilakukan pemotongan

mandibula tikus Wistar dengan melakukan insisi dari sudut mulut ke arah

posterior sampai rahang bawah terlepas dari tengkorak, selanjutnya

dimasukkan kedalam larutan fiksasi yaitu formalin 10% dan EDTA 10%

untuk mendekalsifikasi jaringan. Jasad tikus wistar kemudian dikuburkan

dengan layak.

7. Pembuatan Preparat Jaringan Keras Gigi dan Tulang Mandibula

Jaringan tulang mandibula dan gigi diambil melalui pembedahan tikus

wistar. Pembuatan preparat jaringan menggunakan metode parrafin.

Jaringan tulang mandibula dan gigi difiksasi dengan menggunakan larutan

formalin 10 % selama sehari semalam (24 jam) kemudian dilanjutkan

dengan tahap pencucian menggunakan air minimal 1,5 jam. Selanjutnya

dilakukan proses dekalsifikasi menggunakan EDTA 10 % selama 14 hari.

Kemudian dilakukan dehidrasi dengan merendam jaringan pada alkohol

dengan konsentrasi 30%, 50%, 70%, 85%, 95% dengan masing-masing

selama 30 menit. Setelah itu dilakukan clearing dengan xilol 2x selama 1

jam kemudian proses infiltrasi dengan paraffin lunak pada suhu 42o-46

oC

selama 2 x 1 jam. Lalu dimasukkan pada blok parafin hasil embedding

pada penjepit (block holder) mikrotom dengan ukuran tertentu Irisan

jaringan diambil dengan kuas dan dimasukkan ke dalam air pada suhu 38-

40°C. Irisan yang terentang sempurna diletakkan pada obyek glass.

Selanjutnya dikeringkan dan diletakkan di atas hot plate 38-40°C sampai

kering dan melekat erat. Jaringan yang berada di gelas objek dimasukkan

ke dalam xylol selama 3x5 menit.

8. Pewarnaan Hematoksilin-Eosin

Pertama pemberian Haris Hematoxilen selama 15 menit, lalu ditetesi

alkohol asam selama 3-10 detik dilanjutkan dengan pemberian larutan

amunium selama 3-10 detik. Kemudian diberi counter staining selama

15-20 detik dilanjudkan dengan dehidrasi pada alkohol bertingkat.

Terakhir pemberian xilol selama 5 menit dan mounting menggunakan

8

entelan kemudian pengamatan dilakukan dengan menggunakan

mikroskop (Rrosen. 2008) .

9. Pemeriksaan Sediaan Histopatologis

Mengamati jaringan gigi khususnya pada pulpa melihat proliferasi dan

diferensiasi sel odontoblas pada preparat di mikroskop. Analisis

histopatologi subyektif menggunakan mikroskop kamera dp 40.

Parameter berikut dianalisis: perbandingan banyaknya proliferasi dan

diferensiasi sel odontoblas.

3.9 Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data

Hasil pengukuran hewan coba kontrol maupun perlakuan dianalisa

secara statistik dengan menggunakan program SPSS 17,0 for Windows XP

dengan tingkat signifikansi 0,05 (p=0,05) dan taraf kepercayaan 0,95%

(α=0,05). Langkah-langkah uji hipotesis komparatif dan korelatif adalah uji

normalitas data, uji homogenitas varian, uji One-Way ANOVA, Post Hoc Test,

dan uji korelasi Pearson (Dahlan, 2004).

BAB 4

HASIL YANG DICAPAI

4.1.Ekstraksi Lidah Buaya

Serbuk lidah buaya yang didapatkan sebanyak 400 gr. Kemudian setiap 100

mg serbuk simplisia Aloe chinensis Baker dimasukkan ke dalam botol 25 ml.

Kemudian setiap sampel ditambahkan etanol teknis 10 ml dan dicampur

dalam maserator dengan pengadukan pelan selama 30 menit pada awal

perendaman. Campuran dalam maserator disimpan dan dilakukan

pengadukan selama 4 hari. Setelah itu, filtrat disaring dan pelarut diuapkan

dengan rotary evaporator (suhu 800C) . Hasil ekstraksi didapatkan 3 dosis

yang berbeda sebanyak masing-masing 25ml.

4.2.Induksi Periodontitis

Terlebih dahulu hewan coba dilakukan anestesi dengan ketamin. Hewan coba

kemudian diinduksi LPS E. Coli pada sulkus gingiva gigi insisif pertama

kanan rahang bawah bagian labial dengan dosis 5 μg/0,05 ml PBS

menggunakan jarum insulin 30G sebanyak 0,02 ml. Induksi dilakukan selama

5 hari.

4.3.Pemberian Perlakuan

Pemberian ekstrak Aloe chinensis Baker dilakukan pada hari ke-6 setelah

dilakukan induksi LPS selama 5 hari. Pemberian ekstrak Aloe chinensis

Baker dibagi menjadi dua, yaitu rute sistemik dengan menggunakan sonde

gastric dan rute lokal dengan menggunakan jarum insulin 30G tepat pada

sulkus gingiva yang sebelumnya telah diinduksi LPS E. Coli. Kelompok

perlakuan rute sistemik ini dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: kelompok A

200 mg/KgBB, kelompok B 2 400 mg/KgBB, kelompok C 800 mg/KgBB

9

dan yang sebelumnya telah diinduksi LPS E. Coli kelompok C 4 gr/200 gram

BB. Sedangkan kelompok perlakuan rute lokal dibagi dalam tiga kelompok,

yaitu: kelompok D konsentrasi 70%, kelompok E konsentrasi 85%, dan

kelompok F konsentrasi 100%. Semua perlakuan dilakukan setiap hari sampai

hari ke-10 (lokal) dan hari ke-12 (sistemik). Masing-masing dosis diberikan

sebanyak 2 cc untuk rute sistemik dan 0,02 cc untuk rute lokal per hewan

coba sekali per harinya.

4.4.Pembedahan Tulang Alveolar Mandibula

Pembedahan dilakukan pada hari ke-11 dengan membeda tikus sebanyak 40

ekor. Pertama hewan coba diberi anastesi total ketamin (40 mg/kg BB)

kemudian dilakukan pemotongan mandibula tikus Wistar dengan melakukan

insisi dari sudut mulut ke arah posterior sampai rahang bawah terlepas dari

tengkorak, selanjutnya dimasukkan kedalam larutan fiksasi yaitu formalin

10% dan EDTA 10% untuk mendekalsifikasi jaringan. Jasad tikus kemudian

dikuburkan dengan layak.

4.5 Pembuatan Preparat Jaringan Keras Gigi dan Tulang Mandibula

Jaringan tulang mandibula dan gigi dimasukkan pada blok parafin hasil

embedding pada penjepit (block holder) mikrotom dengan ukuran tertentu

Irisan jaringan diambil dengan kuas dan dimasukkan ke dalam air pada suhu

38-40°C. Irisan yang terentang sempurna diletakkan pada obyek glass.

Selanjutnya dikeringkan dan diletakkan di atas hot plate 38-40°C sampai

kering.

4.6 Pewarnaan Hematoksilin-Eosin

Prosedur pertama adalah pemberian Haris Hematoxilen selama 15 menit, lalu

ditetesi alkohol asam selama 3-10 detik dilanjutkan dengan pemberian larutan

amunium selama 3-10 detik. Kemudian diberi counter staining selama 15-20

detik dilanjudkan dengan dehidrasi pada alkohol bertingkat. Terakhir

pemberian xilol selama 5 menit dan mounting menggunakan entelan

kemudian pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop (Rrosen,

2008) .

4.7 Pemeriksaan Sediaan Histopatologis

Mengamati jaringan gigi khususnya pada pulpa melihat proliferasi dan

diferensiasi sel odontoblas pada preparat di mikroskop. Analisis histopatologi

subyektif menggunakan mikroskop kamera dp 40. Parameter berikut

dianalisis: perbandingan banyaknya proliferasi dan diferensiasi sel

odontoblas.

4.8. Analisis Data

Berdasarkan analisis data yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

pemberian ekstrak Aloe chinensis Baker dengan rute lokal lebih efektif

dibandingkan pemberian dengan rute sistemik.

10

4.9 Presentase Hasil Keseluruhan Target Kegiatan

No Kegiatan Target Proporsi Ketercapaian

1. Persiapan laboratorium, alat dan bahan 9 % 9 %

2. Pembuatan ethical clearance 5 % 5 %

3. Pembuatan ekstrak Aloe chinensis 15 % 15 %

4. Pengadaptasian mencit 7 % 7 %

5. Induksi periodontitis 14 % 14 %

6. Perlakuan hewan coba 12 % 12 %

7. Pembedahan mandibula 7 % 7 %

8. Perendaman jaringan dan pembuatan

preparat 8 % 8%

9. Pewarnaan HE dan pemeriksaan HPA 7 % 7%

10. Pengamatan sel odontoblas 5 % 5%

11. Pengumpulan data 3 % 3%

12. Analisa data 3 % 3%

13. Penarikan kesimpulan 2 % 2%

14 Laporan Akhir 3 % 3%

Total 100% 100%

POTENSI HASIL

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar teori untuk

pengembangan penelitian selanjutnya di bidang kedokteran gigi, khususnya

tentang terapi regenerasi tulang alveolar; meningkatkan khasanah ilmu

pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan lidah buaya, dan meningkatkan

budidaya dan pemanfaatan lidah buaya sebagai kekayaan alam Nusantara.

BAB 5 PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak Aloe chinensis Baker mampu meregenerasi tulang alveolar pada

tikus wistar jantan yang diinduksi lipopolisakarida dilihat dari

peningkatkan jumlah sel osteblas.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah sel osteoblas dengan

varian dosis ekstrak Aloe chinensis Baker. Dosis yang menunjukkan

peningkatan jumlah sel osteoblas yang paling signifikan adalah dosis 100

% dengan pemberian secara lokal.

Berdasarkan kekurangan yang ada pada penelitian ini, maka perlu diadakan

penelitian yang lebih lanjut sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian efek pemberian ekstrak Aloe chinensis Baker

dalam menghambat pertumbuhan bakteri penyebab periodontitis secara

mikrobiologi.

11

2. Perlu dilakukan penelitian efek pemberian ekstrak Aloe chinensis Baker

pada kasus periodontitis yang ada berkaitan erat dengan penyakit sistemik

tertentu (misalkan diabetes mellitus).

3. Perlu dilakukan penelitian efek pemberian Aloe chinensis Baker dalam

meregenerasi tulang alveolar dalam jangka waktu yang lebih panjang yaitu

14 hari, 30 hari, dan 60 hari.

DAFTAR PUSTAKA

Baghban Aa, Dehghani A, Ghanavati F. 2009. Comparing Alveolar Bone

Regeneration using Bio-oss and Autogenous Bone Graft in Humas: A

Systemic Review and Meta-analysis. Iranian Endodontic Journal.

Carranza FA, Takei HH. Phase II Periodontal Therapy in: Newman MG,

Takei HH, Klokkevold PR. 2006. Carranza’s Clinical Periodontology

10th ed. Missouri: Saunders Elsevier.

Cortellini P, Tonetti M. 2008. Regenerative Periodontal Therapy. UK:

Balckwell Munksgarrd.

Dinas Kesehatan Kota Malang. 2009. Laporan Bulanan Kegiatan Puskesmas

Tahun 2009. Tidak Diterbitkan.

Gehrig JSN, Willman DE. 2008. Foundation Periodontist for The Dental

Hygienist. Tokyo: Wolters Kluwer.

Indonesia D. Survey Kesehatan Nasional 2011. 2012. Laporan SKRT 2011:

Studi Morbiditas dan Disabilitas. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan.

Laine ML, Crielaard W, Loos BG. 2012. Genetic Susceptibility to

Periodontitis.

Mc Donnell HT, Shlossman M, Budding LM. 2004. Periodontal Disease and

NIDDM in Pima Indians. Diabetes Care.

Murray, JA., Wilton JMA. 2003. LPS from Periodontal Pathogen P.

gingivalis Prevents Apoptosis of HL60-Derived Neutrophils in Vitro. J

Infect Immun; 71(12): 7232-7235.

Syukur C, Hernani. 2007. Budi Daya Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: PT

Penebar Swadaya.

Tjay, Tan Hoan dan K. Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT

Gramedia

12

LAMPIRAN

PENGGUNAAN DANA

Bulan Februari 2015

Tanggal Uraian Kegiatan Debit (Rp) Kredit (Rp)

01-02-15 Iuran kelompok @300.000 1.500.000

02-02-15 Peminjaman pada pihak lain 4.000.000

02-02-15 Pembelian handscone, masker,

kapas, 94.500

02-02-15 Pembelian spuit insulin 42.000

02-02-15 Pembelian spuit 5 cc 10.000

02-02-15 Pembelian alkohol, aquadest 10.000

02-02-15 Pembelian cover glass 20.000

02-02-15 Pembelian centrifuge tube 15.000

02-02-15 Pembelian materai 7.000

02-02-15 Pembelian pulsa @20.000 107.500

03-02-15 Pembelian LPS e-colli Sigma 4.000.000

04-02-15 Pembelian serbuk lidah buaya dan

determinasi 585.000

04-02-15 Pembuatan ekstrak lidah buaya 400.000

05-02-15 Print dan fotocopy proposal 36.500

08-02-15 Pembelian map 3.000

10-02-15 Print dan fotocopy proposal 8.000

23-02-15 Dana talangan Universitas 2.500.000

25-02-15 Pembelian ATK dan logbook 29.500

26-02-15 Print dan fotocopy proposal 5.600

Total Rp.2.626.400 Rp.5.373.600

BulanMaret 2015

Tanggal Uraian Kegiatan Debit (Rp) Kredit (Rp)

01-03-15 Debit Bulan Februari 2.626.400

04-03-15 Pembelian tikus 1.680.000

11-03-15 Pembelian handscone dan masker 62.000

11-03-15 Pembelian air mineral 5.000

16-03-15 Print etik 9.500

25-03-15 Print 12.400

v

25-03-15 Fotocopy 18.800

26-03-15 Pembelian botol organ dan alkohol

70% 60.000

26-03-15 Jilid proposal 12.000

Total Rp. 766.700 Rp. 1.859.700

Bulan April 2015

Tanggal Uraian Kegiatan Debit (Rp) Kredit (Rp)

01-04-15 Debit Bulan Maret 766.700

01-04-15 Iuran kelompok @200.000 1.000.000

06-04-15 Pembelian handscone dan syringe 45.000

09-04-15 Pembelian antiseptik 20.000

11-04-15 Pembelian formalin 35.000

17-04-15 Pembayaran Lab Farmakologi 1.265.000

Total Rp 401.700 Rp.1.365.000

Bulan Mei 2015

Tanggal Uraian Kegiatan Debit (Rp) Kredit (Rp)

01-05-15 Debit Bulan April 401.700

04-05-15 Print dan Jilid 13.500

08-05-15 ATK 13.500

Total Rp 373.700 Rp.27.000

Bulan Juni 2015

Tanggal Uraian Kegiatan Debit (Rp) Kredit (Rp)

01-06-15 Debit Bulan Mei 373.700

04-06-15 Urunan kelompok 1.500.000

08-06-15 Peminjaman pada pihak lain 1.700.000

10-06-15 Pembayara Lab PA (40 slide) 3.400.000

Total Rp 173.700 Rp.3.400.000

vi

BUKTI-BUKTI PENDUKUNG KEGIATAN

Persiapan Penelitian

Determinasi Aloe Chinensis Baker Keterangan Laik Etik

Pembuatan Ekstrak Lidah Buaya

Serbuk Lidah Buaya Pembuatan ekstrak lidah buaya

Ekstrak Lidah Buaya (lokal) Ekstrak Lidah Buaya (sistemik)

Adaptasi Hewan Coba

vii

Hewan Coba Pembuatan Makanan Hewan Coba

Penggantian Sekam Kelompok hewan coba

Induksi LPS Pemberian ekstrak rute lokal

Pemberian ekstrak rute sistemik Pembedahan mandibula (1)

Pembedahan mandibula (2) Pembedahan mandibula (3)

viii

Fiksasi mandibula Jasad hewan coba

Pewarnaan HPA Pembacaan Slide

(A) Kelompok A: Ekstrak Aloe

chinensis Baker 200 mg/KgBB

. (B) Kelompok B: Ekstrak Aloe chinensis

Baker 400 mg/KgBB.

(C) Kelompok C: Ekstrak Aloe

chinensis Baker 800 mg/KgBB.

(D) Kelompok Ekstrak Aloe chinensis

Baker 70%

D

ix

(E) Ekstrak Aloe chinensis Baker

85%

(F) Ekstrak Aloe chinensis Baker 100%

(G) Kontrol positif

(H) kontrol negatif

Analisis Data

1. Rute Lokal

Tests of Normality

kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

jumlah osteoblas kelompok D .197 5 .200* .943 5 .685

kelompok E .198 5 .200* .957 5 .787

kelompok F .136 5 .200* .987 5 .967

kontrol (-) .258 5 .200* .902 5 .419

kontrol (+) .215 5 .200* .901 5 .415

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variances

jumlah osteoblas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.158 4 20 .111

ANOVA

jumlah osteoblas rute lokal

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 9543.440 4 2385.860 313.105 .000

Within Groups 152.400 20 7.620

Total 9695.840 24

x

G

H

F E

Correlations

kelompok jumlah osteoblas

kelompok Pearson Correlation 1 .974**

Sig. (2-tailed) .000

N 15 15

jumlah osteoblas Pearson Correlation .974** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 15 15

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

2. Rute Sistemik

Tests of Normality

kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

jumlah osteoblas kelompok A .110 5 .200* 1 00 5 1 00

kelompok B .212 5 .200* .932 5 .613

kelompok C .243 5 .200* .922 5 .544

kontrol (-) .258 5 .200* .902 5 .419

kontrol (+) .215 5 .200* .901 5 .415

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variances

jumlah osteoblas rute sistemik

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.597 4 20 .669

ANOVA

jumlah osteoblas rute sistemik

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 10002.160 4 2500.540 144.540 00

Within Groups 346 00 20 17.300

Total 10348.160 24

Correlations

kelompok jumlah osteoblas

kelompok Pearson Correlation 1 .933**

Sig. (2-tailed) 00

N 15 15

jumlah osteoblas Pearson Correlation .933** 1

Sig. (2-tailed) 00

N 15 15

**. Correlation is significant at the 0 1 level (2-tailed).

xi