Laporan Akhir PKMP

14
LAPORAN AKHIR PKM-P KHASIAT SAMPO HERBAL “RANGKUAS” UNTUK MENGATASI KETOMBE PADA KULIT KEPALA Oleh: Ananda Arantika W.A 2091210028 (2009) Septian Ifriansyah 2091210008 (2009) Permata Ayu Kamila 2101210049 (2010) Dimaz Anugerah Ilaahi 2101210039 (2010) UNIVERSITAS ISLAM MALANG MALANG 2013 Dibiayai oleh: Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Program Kreativitas Mahasiswa Nomor: 220/SP2H/KPM/Dit.Litabmas/V/2013, tanggal 13 Mei 2013

description

Laporan PKMku

Transcript of Laporan Akhir PKMP

Page 1: Laporan Akhir PKMP

LAPORAN AKHIR PKM-P

KHASIAT SAMPO HERBAL “RANGKUAS” UNTUK MENGATASI KETOMBE PADA KULIT KEPALA

Oleh:

Ananda Arantika W.A 2091210028 (2009)

Septian Ifriansyah 2091210008 (2009)

Permata Ayu Kamila 2101210049 (2010)

Dimaz Anugerah Ilaahi 2101210039 (2010)

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

MALANG

2013

Dibiayai oleh: Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Program Kreativitas Mahasiswa Nomor: 220/SP2H/KPM/Dit.Litabmas/V/2013, tanggal 13 Mei 2013

Page 2: Laporan Akhir PKMP

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Khasiat Sampo Herbal “RANGKUAS” Untuk Mengatasi Ketombe Pada Kulit Kepala.

2. Bidang Kegiatan : ( √ ) PKM-P ( ) PKM-K ( ) PKM-T ( ) PKM-M

3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Ananda Arantika Widi Asmara b. NIM : 209.121.0028 c. Jurusan : Pendidikan Dokter d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Islam Malang e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Lintas Utara 29,Tanjung, Lamongan f. Alamat email : [email protected]

4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 3orang 5. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar : dr. Hj. Erna Sulistyowati, M.Kes b. NPP/NIDN : 205.02.00004/0713087501 c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Bukit Cemara Tidar A59B Malang/

081333859975 6. Biaya Kegiatan Total

a. Dikti : Rp. 7.000.000,00 b. IOM : Rp. 3.628.700,00

7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 bulan

Menyetujui Dekan Fakultas Kedokteran UNISMA, (dr. H. R. M. Hardadi Airlangga, Sp. PD) NPP. 208.02.00001

Malang, 19 Agustus 2013 Ketua Pelaksana Kegiatan, (Ananda Arantika Widi Asmara) NIM. 209.12.10028

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, (Dr. Ir. Badat Muwakhid,M.P.) NPP. 190.02.00034

Dosen Pendamping, (dr. Hj. Erna Sulistyowati, M.Kes) NIDN. 071.30.87501

Page 3: Laporan Akhir PKMP

ABSTRAK

Ketombe merupakan kelainan pada pengelupasan sel stratum korneum kulit kepala yang lebih cepat dari biasa, membentuk sisik tipis berukuran 2-3 milimeter, berwarna keputihan dan umumnya disertai rasa gatal. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan khasiat perpaduan ekstrak lengkuas dan merang untuk mengatasi ketombe akibat jamur Pityrosporum ovale dan konsentrasi efektif untuk mengatasi ketombe pada kulit kepala. Menggunakan metode eksperimental laboratorium in vitro. Rimpang lengkuas dan Merang diekstrak dengan metode maserasi. Sampel menggunakan biakan jamur P. ovale yang dibiakkan dalam media Saboraud Dextrose Agar (SDA). Uji antijamur menggunakan metode difusi cakram dengan sembilan dosis konsentrasi hasil perpaduan konsentrasi merang dan lengkuas masing-masing 25%, 50%, 100%. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan uji one way ANOVA. Perpaduan konsentrasi merang 50% dan lengkuas 50% mampu menghambat pertumbuhan P. ovale sebesar 20,22 mm (p 0,000). Ekstrak merang dan lengkuas memiliki efek antijamur terhadap Pityrosporum ovale pada konsentrasi masing-masing 50%. Kata kunci: ketombe, merang, rimpang lengkuas, Pityrosporum ovale

Page 4: Laporan Akhir PKMP

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan LAPORAN AKHIR PKM-P yang berjudul “KHASIAT SAMPO HERBAL “RANGKUAS” UNTUK MENGATASI KETOMBE PADA KULIT KEPALA” dengan benar.

Judul di atas dipilih berdasarkan keingintahuan penulis tentang efek kandungan merang dan lengkuas sebagai bahan antijamur ketombe. Dari penelitian ini diharapkan adanya pemahaman baru tentang khasiat kedua herbal tersebut sebagai antijamur, sehingga dapat berguna bagi masyarakat.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan akhir ini. Kritik dan saran dalam penyempurnaan tugas akhir ini sangat penulis harapkan, sehingga nantinya dapat memberikan hasil yang lebih baik.

Wassalamualaikum wr.wb.

Malang, Agustus 2013

Penulis

Page 5: Laporan Akhir PKMP

1

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Ketombe merupakan istilah umum dalam bahasa Indonesia yang dalam bahasa kedokteran lazim disebut dandruff. Gangguan ketombe berarti kelainan pada pengelupasan sel stratum korneum kulit kepala yang lebih cepat dari biasa, membentuk sisik tipis berukuran 2-3 milimeter, berwarna keputihan dan umumnya disertai rasa gatal. 1 Ketombe dengan berbagai derajat keparahan penyakit dapat mengenai 50% orang berusia 20 tahun dan akan menurun pada usia 50 tahun ke atas, serta relatif jarang pada anak-anak. 1,2

Pada ketombe didapati peningkatan jumlah jamur Pityrosporum ovale, suatu yeast lipofilik dari genus Malassezia yang merupakan flora normal pada kulit kepala. Selain itu didapati pula berbagai faktor yang memudahkan seseorang berketombe, antara lain faktor genetik, hiperproliferasi epidermis, produksi sebum, stress, nutrisi, iritasi mekanis dan kimia, serta kontak dengan jamur penyebab ketombe, akan tetapi sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai faktor mana yang menjadi penyebab primernya, bahkan sangat mungkin semua faktor bersifat sinergistik dan augmentatik. 3

Aspek medis pada ketombe masih kurang mendapat perhatian tetapi dari aspek kosmetik, ketombe merupakan salah satu persoalan yang berarti sehingga banyak cosmeceutical anti ketombe baik dalam bentuk sampo, krim, gel dan losio yang tersedia di pasaran. Pada umumnya penderita ketombe mencari pengobatan sendiri terutama dengan membeli sampo antiketombe, namun kenyataanya obat-obat anti ketombe hanya mampu mengontrol ketombe tetapi tidak dapat menyembuhkan, 4,5 Efek samping lain dari bahan sampo kimia adalah bisa menjadi dermatitis seboroik pada kepala (daerah frontal dan parietal) khas disebut cradle cap, dengan krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak tanpa ada dasar kemerahan, sehingga menyebabkan kerontokan rambur kepala secara abnormal. Fungsi pada rambut sendiri adalah sebagai pengatur suhu, pendorong penguapan keringat dan indra peraba yang sensitif serta melindungi kulit kepada dari paparan sinar UV.

Pengobatan tradisional dinilai memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat yang berasal dari bahan kimia serta harganya lebih terjangkau. 6 Oleh karena itu, para ahli terdorong untuk mencari sumber pengobatan yang berasal dari bahan baku alam yang memiliki potensi sebagai antimikroba.

Tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat antijamur pada ketombe adalah Alpinia galanga (L.) Willd yang dikenal dengan nama lengkuas atau laos. Lengkuas secara empiris sebagai obat antijamur kulit telah diketahui sejak lama. Khasiatnya yang sudah dibuktikan secara ilmiah melalui berbagai penelitian. Secara tradisional, parutan rimpang lengkuas kerap digunakan sebagai obat penyakit kulit, terutama yang disebabkan oleh jamur, seperti panu, kurap, eksim, jerawat, koreng, bisul, dan ketombe pada kulit kepala. 7 Tanaman berikutnya yang dimanfaatkan untuk antijamur adalah merang yang telah dikenal untuk merawat rambut dan sebagai penyubur rambut, khususnya supaya rambut bebas dari ketombe. Secara tradisional merang dibakar kemudian abunya dicampur dengan air dan ditunggu beberapa menit setelah itu disaring, air saringan itu yang digunakan sebagai terapi ketombe. Perumusan Masalah 1. Apakah sampo herbal “RANGKUAS” berkhasiat untuk mengatasi ketombe pada kulit

kepala? 2. Berapa konsentrasi efektif khasiat sampo herbal “RANGKUAS” untuk mengatasi ketombe

pada kulit kepala? Tujuan Program

Membuktikan khasiat sampo herbal “RANGKUAS” untuk mengatasi ketombe pada kulit kepala.

Luaran yang Diharapkan Artikel jurnal penelitian, Produk shampoo, Hak Kekayaan Intelektual (Paten)

Page 6: Laporan Akhir PKMP

2

Kegunaan Untuk terapi ketombe akibat jamur Pityrosporum ovale

TINJAUAN PUSTAKA KETOMBE Etiologi

Ketombe disebabkan oleh jamur Pityrosporum ovale. Malassezia (sebelumnya dikenal sebagai Pityrosporum) adalah genus yang berkaitan jamur, diklasifikasikan sebagai ragi, secara alami ditemukan banyak di permukaan kulit hewan termasuk manusia. Hal ini dapat menyebabkan hipopigmentasipada batang dan lokasi lainnya pada manusia jika itu menjadi infeksi oportunistik. Patogenesa

Sejalan dengan bertumbuhnya kulit, sel-sel epidermal akan terdorong keluar, di mana pada akhirnya mati dan terkelupas dari kepala. Pada umumnya, pengelupasan ini terlalu kecil untuk dapat terlihat oleh mata. Tetapi dalam kondisi tertentu, pergantian sel menjadi terlalu cepat, dan umumnya terjadi di kulit kepala.

Menurut perkiraan,pergantian sel kulit meningkat disebabkan oleh Pityrosporum ovale. Penghuni normal kulit kepala ini sangat meningkat jumlahnya dan menstimulir pembentukkan lipase. Trigliserida dirombak olehnya menjadi asam-asam lemak yang merangsang kulit dan mengakibatkan hiperproliferasi sel-sel epidermisnya. Akibatnya keratosit dilepaskan lebih pesat, keratin mati yang melekat satu dengan yang lain, lalu dilepaskan sebagai gumpalan-gumpalan serpih dan tidak berangsur-angsur satu demi satu seperti pada keadaan normal.

Ketombe umumnya dianggap sebagai bentuk ringan dari eczema seborois. Tidak diketahui mengapa orang-orang tertentu dihinggapi ketombe dan orang lain tidak. Sebagai faktor penyebab disebut keadaan sistem imun lemah, yang pada orang peka menimbulkan reaksi kulit abnormal terhadap Pityrosporum. Selain itu, peningkatan derajat asam dan kadar lemak dari kulit, susunan lemak dan stress turut menyumbang berubahnya fungi tersebut menjadi patogen. Klasifikasi

Klasifikasi ilmiah dari Pityrosporum(Malassezia)ovale sebagai berikut: Kerajaan : Fungi Divisio : Basidiomycota Kelas : Exobasidiomycetes Ordo : Malasseziales Genus : Malassezia Spesies : Malassezia ovale

Gambar 1: mikroskopik Pityrosporum ovale (Inamadar, 2003)

LENGKUAS (Alpinia galanga) Taksonomi tanaman Alpinia galanga

Nama daerah : lengkueueh (Aceh); lengkueus (Gayo); kelawas, alawas (Batak); lakuwe (Nias); lengkuas (Melayu); laos (Jawa); laja (Sunda); laos (Madura); isem (Bali); ringkuwas (Minahasa).

Page 7: Laporan Akhir PKMP

3

Sistematika Tanaman Lengkuas Menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991) dalam Anwar, 2005, sistematika tanaman

lengkuas (Alpinia galanga L.) adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermathophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Alpinia Spesies : Alpinia galanga (L.) Willd

Gambar 2: Rimpang lengkuas (Setiawan, 2008)

Morfologi Morfologi tanaman lengkuas adalah habitus semak, menahun, tinggi ± 2 m. Batang semu,

terdiri dari pelepah yang menyatu, membentuk rimpang, berwarna hijau keputih-putihan. Daun tunggal, lonjong, memanjang, tepi rata, pangkal tumpul, ujung lancip, panjang ± 50 cm, lebar ± 15 cm, dengan pertulangan menyirip, dan bertangkai pendek, serta pelepahnya sepanjang 15-30 cm, beralur, dan berwarna hijau. Benang sari 1, tegak, dengan panjang kepala sari 2-2,5 cm, putik berwarna kuning, kehijauan. Mahkota bentuk tabung,berwarna putih. Akar serabut, berwarna coklat muda (Backer dan Van, 1968 dalam Anwar, 2005). Kandungan dan Khasiat

Lengkuas (Alpinia galanga L.,) memiliki kandungan kimia antara lain minyak atsiri, flavonoid dan glikosida sterol, minyak terbang, eugenol, seskuiterpen, pinen, metil sinamat, kaemferida, galangan, galangol, dan kristal kuning. (Anonim, 2008).

Rimpang lengkuas di masyarakat digunakan untuk penyembuhan penyakit eksem, koreng, masuk angin, kurang nafsu makan, gangguan pernafasan pada anak, dan sebagai anti jamur (obat panu dan penyakit kulit lainnya). Penelitian Tentang Lengkuas (Alpinia galanga) Sebagai antifungal

Pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri rimpang lengkuas [Alpinia galanga (L.) Swartz] memiliki daya hambat terhadap Candida albicans pada konsentrasi 8% b/b.

Pada penelitian menyatakan bahwa senyawa diterpen yang diisolasi dari biji Alpinia galanga dan diidentifikasi sebagai (E)-8 beta, 17-epoxylabd-12-ene-15, 16-dial secara sinergis meningkatkan aktivitas antifungal dari quercetin dan chalcone melawan jamur kulit dengan cara melisiskan protoplasma dari jamur kulit tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haraguchi ini dapat diketahui bahwa aktivitas antifungal lengkuas berhubungan dengan perubahan lipid membran dari sel jamur yang berakibat pada perubahan permeabilitas membrannya (Haraguchi, et. al., 2006). PADI (Oryza sativa L.) Taksonomi tanaman Oryza sativa L.

Nama daerah : Pade (Aceh), Page (Batak), Batang Padi (Minang-Kabau), Pari (Jawa), Padi (Madura) dan Alakuto (Ambon). Sistematika Tanaman Padi

Page 8: Laporan Akhir PKMP

4

Divisi : Spermathophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Poales Famili : Gramineae Genus : Oryza Spesies : Oryza sativa L.

Gambar 3: Padi (Oryza sativa L.) (Setiawan, 2008)

Morfologi Berupa semak, semusim, tinggi ± 1,5 m. Batang tegak, lunak, luas, berongga, kasar, hijau.

Daun tunggal, lanset, tersebar, ujung runcing, tepi rata, berpelepah, panjang ± 25 cm, lebar 3-5 cm, pertulangan sejajar, hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, menggantung, panjang ± 20 cm, benang sari 6, tangkai putik 2, kepala putik berbulu putih. Buah batu, bulat telur, kuning tua. Biji keras, bulat telur, putih atau merah. Akar serabut, keputih-putihan. Kandungan dan Khasiat

Tangkai buah, buah dan batang Oryza sativa mengandung saponin, di samping itu tangkai buah dan batangnya juga mengandung polifenol serta tangkai buahnya juga mengandung alkaloida.

Tangkai buah Oryza sativa berkhasiat untuk penyubur rambut dan kulit ari bijinya untuk obat beri-beri, Untuk penyubur rambut dipakai ± 250 gram tangkai buah kering Oryza sativa, dibakar, diambil arangnya lalu direndam dengan 3 gelas air sehari semalam kemudian disaring. Hasil saringan dipakai untuk mencuci rambut. SAMPO

Sampo merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk mencuci (keramas) rambut, sehingga kulit kepala dan rambut menjadi bersih, dan rambut menjadi lebih lembut, berkilau, dan mudah diatur. Sedangkan sampo antijamur adalah sampo yang digunakan selain untuk membersihkan juga untuk mencegah dan menghilangkan jamur penyebab infeksi kulit kepala. Sampo antijamur sering diedarkan dengan berbagi nama, seperti sampo obat (medicare) dan sampo klinik (Depkes RI, 1985). METODE PENDEKATAN Jenis penelitian ini menggunakan eksperimental laboratorium in-vitro dengan metode difusi cakram. Pada metode ini yang diamati adalah diameter daerah hambatan pertumbuhan jamur karena difusinya zat/senyawa aktif yang terkandung dalam bahan alam atau obat. Metode ini dilakukan dengan cara menanam jamur pada media agar padat tertentu kemudian diletakkan kertas samir atau disk yang mengandung obat atau dapat juga dibuat sumuran kemudian diisi obat sesuai konsentrasi yang dibutuhkan (Jawetz et al., 1996). PELAKSANAAN PROGRAM Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dan FK UNISMA serta waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Maret-Mei 2013. Jadwal Faktual Pelaksanaan

No Agenda Tanggal 1 Pencarian informasi alat dan bahan uji 10-15 Maret 2013 2 Pembelian alat dan bahan 13 Maret-23 April 2013 3 Sterilisasi alat uji 15 Maret 4 Perlakuan terhadap jamur uji 8 April 2013

Page 9: Laporan Akhir PKMP

5

5 Pengamatan 15 April 2013 7 Penulisan laporan kemajuan 16 April – 10 Mei 2013

Tahapan Pelaksanaan/Instrumen Pelaksanaan Alat Bahan

1. Penggaris 2. Cawan petri 12 buah 3. Gelas ukur 100 ml 4. Oshe kolong 1 buah 5. Tabung reaksi 9 buah 6. Rotatory evaporator 7. Tanur 8. Timbangan digital

9. Bunsen 2 buah 10. Handscoons 11. Aluminium foil 12. pipet tetes 1 buah 13. Tabung ukur 100 ml 14. Sterilisator 15. Oven

1. Kertas whatman no.42 2. Rimpang lengkuas 2 kg 3. Merang 1 kg 4. Jamur Pityrosorum ovale 5. Aquadest 25 ml 6. Alkohol 70% 7. Stiker label 8. KOH

Tahapan kerja Ekstrak Rimpang Lengkuas dan Merang

Pembuatan Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas dan Merang dalam penelitian ini dilakukan dengan cara metode maserasi. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70%. Masing-masing tanaman uji yang sudah dikeringkan lalu dimasukkan ke dalam bejana erlenmeyer dengan ditambah etanol. Campuran ini kemudian dikocok supaya tercampur rata dan didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam campuran ini kemudian disaring dengan kertas filter untuk didapat filtrat. Pencampuran dan penyaringan ini dilakukan tiga kali secara berulang sampai warna campuran menjadi agak pudar. Ketiga filtrat masing-masing tanaman ini yang diperoleh kemudian dicampur dan dipekatkan dengan rotatory evaporator pada suhu 600C hingga diperoleh ekstrak kental.

Dalam penelitian ini, ekstrak rimpang lengkuas dan merang diencerkan dengan aquadest hingga diperoleh konsentrasi masing-masing 25%, 50% dan 100% sebanyak 10 cc. Rekapitulasi Rancangan dan Realisasi Biaya PENGELUARAN

Alat dan Bahan Ekstraksi Cawan petri “Anumbra” 15 buah x Rp. 39.000,00 Rp. 585.000,00 Media PDB 100 gram Rp. 400.000,00 Media SDA 200 gram Rp. 1.000.000,00 Blank disk 2 ampul x Rp. 50.000 Rp. 100.000,00 Biakan jamur (P. ovale) Rp. 1.1000.000,00 Rp. 1.100.000,00 Aquadest 5 liter 5 liter x Rp. 25.000,0 Rp. 125.000,00 Aluminium foil bagus 7,62 m 5 rol x Rp. 12.500,00 Rp. 62.500,00 Sarung tangan sensi M 1 box Rp. 50.000,00 Masker tie-on neo-health 1 box Rp. 50.000,00 Serbuk Rimpang Lengkuas 2 Kg 2 x Rp. 87.500,00 Rp. 175.000,00 Sewa inkubator 3 bulan x Rp. 50.000,00 Rp. 150.000,00 Sewa Alat Evaporasi 10 hari x Rp. 50.000,00 Rp. 500.000,00 Sewa alat sterilisasi 3 bulan x Rp. 50.000,00 Rp. 150.000,00 Sosialisasi dan dokumentasi 1 paket Rp. 250.000,00 Fee petugas Lab. 3x2orangxRp.100.000,00 Rp. 600.000,00 Sewa laboratorium 3 bulan x Rp. 50.000,00 Rp. 150.000,00 Freezer 3 bulan x Rp. 80.000,00 Rp. 240.000,00 Tabung Erlenmeyer 100ml 2 buah x Rp. 71.200,00 Rp. 142.400,00 Pipet ukur 1 pak Rp. 165.000,00

Page 10: Laporan Akhir PKMP

6

Labu ukur 10 ml 10 buah x Rp. 72.500,00 Rp. 725.000,00 Mortar dan Pestle Porselein 1 buah Rp. 100.000,00 Kertas Saring 20 lembr x Rp. 19.000,00 Rp. 190.000,00 Etanol 70% 10 liter x Rp. 35.000,00 Rp. 350.000,00 Sewa Alat Tanur Rp. 250.000,00 Object glass 1 box Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00 Cover slip 1 box Rp. 51.000,00 Pewarnaan HE (P. ovale) 1 paket x 20 preparat x Rp.

15.000,00 Rp. 300.000,00

KOH 1 botol 200 ml x Rp. 25.000,00 Rp. 25.000,00 Bahan-bahan sampo 1 paket Rp. 388.000,00 Jumlah biaya alat dan bahan ekstraksi Rp. 8.423.900,00

ATK (Alat Tulis Kantor) Penggaris 2 buah x Rp. 5.000,00 Rp. 10.000,00 Gunting 3 buah x Rp. 7.600,00 Rp. 22.800,00 Stiker biola 3 pack x Rp. 4.500,00 Rp. 13.500,00 Buku tulis jumbo 2 buah x Rp. 7.000,00 Rp. 14.000,00 Buku tulis 1 buah x Rp. 3.000,00 Rp. 3.000,00 Amplop 10 lembar x Rp. 400,00 Rp. 4.000,00 Cartridge B & C 2 buah x Rp. 180.000,00 Rp. 360.000,00 Tinta black 1 buah x Rp. 42.500,00 Rp. 42.500,00 Tinta colour 1 buah x Rp. 135.000,00 Rp. 135.000,00 Kertas A4 80 gram 2 rim x Rp. 50.000,00 Rp. 100.000,00 Jilid soft cover dan fotokopi Rp. 150.000,00 Cetak banner Rp. 150.000,00 Penelusuran pustaka 1 paket x 4 bulan x Rp.

100.000,00 Rp. 400.000,00

Analisis data 1 paket Rp. 200.000,00 Akomodasi, transportasi, dan komunikasi

4 orang x Rp. 150.000,00 Rp. 600.000,00

Jumlah biaya ATK Rp. 2.204.800,00 Total pengeluaran Rp.10.628.700,00

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Ekstrak Merang dan Lengkuas pada Pertumbuhan Jamur P. ovale untuk Ketombe pada Kulit Kepala Hasil uji antijamur P. ovale memperlihatkan adanya perbedaan nilai diameter hambat. Rata-rata nilai diameter hambat ditampilkan pada Tabel 1 dan Gambar 1. Hasil pengukuran diameter hambat menunjukkan ekstrak merang dan lengkuas mempunyai daya antifungi terhadap P. ovale dengan nilai rata-rata hambat tertinggi pada kelompok M2L2 (20,22 ± 0,18) p 0,000. Hasil tersebut juga menunjukkan banyak perbedaan zona hambat. Perbedaan ini menjelaskan bahwa tiap konsentrasi yang diujikan mempengaruhi keefektifan daya antijamur suatu produk yang mengandung zat antijamur.

Klasifikasi respon hambat tersebut oleh Greendwood (1995) dikelompokkan menjadi 4 besar yaitu bila diameter zona terang >20 mm maka respon hambatan pertumbuhan dalah kuat, bila diameternya 16-20 mm maka respon hambatan pertumbuhan adalah sedang, bila diameter zona terang 10-15 mm maka respon hambatan pertumbuhan adalah lemah, dan bila di bawah itu maka respon hambatan pertumbuhan adalah tidak ada. 11

Page 11: Laporan Akhir PKMP

7

Tabel 1 Diameter Zona Hambat (milimeter) Kesembilan Kelompok pada Pertumbuhan Jamur Ketombe Kulit Kepada

Keterangan: Data terdistribusi normal dengan p>0,05 dengan uji Kolmogorov-Smirnov Data signifikan jika p<0,05 dengan Uji One Way ANOVA Mean : Rata-rata (milimeter) SD : Standar Deviasi M1L1 : Lengkuas konsentrasi 25% + Merang Konsentrasi 25% M2L1 : Lengkuas konsentrasi 25% + Merang Konsentrasi 50% M3L1 : Lengkuas konsentrasi 25% + Merang Konsentrasi 100% M1L2 : Lengkuas konsentrasi 50% + Merang Konsentrasi 25% M2L2 : Lengkuas konsentrasi 50% + Merang Konsentrasi 50% M3L2 : Lengkuas konsentrasi 50% + Merang Konsentrasi 100% M1L3 : Lengkuas konsentrasi 100% + Merang Konsentrasi 25% M2L3 : Lengkuas konsentrasi 100% + Merang Konsentrasi 50% M3L3 : Lengkuas konsentrasi 100% + Merang Konsentrasi 100% Pada Uji Tukey HSD (Honestly Significant Difference) dinyatakan signifikan jika p<0,05 a : signifikan terhadap b, c, d, e, f, g b : signifikan terhadap a, c, d, e, f, g c : signifikan terhadap a, b, d, e, f, g d : signifikan terhadap a, b, c, e, f, g e : signifikan terhadap a, b, c, d, f, g f : signifikan terhadap a, b, c, d, e, g g : signifikan terhadap a, b, c, d, e, f

Gambar 1 Grafik Zona Hambat Ekstrak RANGKUAS (Merang Lengkuas) terhadap

Pertumbuhan P. ovale

17,08±0,03

9,01±0,03 10,23±0,01 10,15±0,02

20,22±0,18

14,99±0,03

6,84±0,04 6,65±0,21

13,23±0,02

0

5

10

15

20

25

M1L1 M2L1 M3L1 M1L2 M2L2 M3L2 M1L3 M2L3 M3L3

Diameter Hambat (mm)

Kelompok Perlakuan

Kode Mean±SD Klasifikasi Respon Hambatan M1L1 17,08 ± 0,03f Sedang M2L1 9,01 ± 0,03b Lemah M3L1 10,23 ± 0,01c Lemah M1L2 10,15 ± 0,02c Lemah M2L2 20,22 ± 0,18g Kuat M3L2 14,99 ± 0,03e Lemah M1L3 6,84 ± 0,04a Tidak ada M2L3 6,65 ± 0,21a Tidak ada M3L3 13,23 ± 0,02d Lemah

Page 12: Laporan Akhir PKMP

8

Menurut Fardiaz (1985), kemampuan zat antijamur menghambat pertumbuhan jamur dipengaruhi pula oleh beberapa faktor antara lain: konsentrasi zat antijamur, jenis, jumlah, umur, dan keadaan jamur, suhu, waktu kontak, sifat-sifat kimia dan fisika media pertumbuhan, seperti PH, kadar air, nutrisi, serta jumlah komponen di dalamnya. 12

Daya antijamur ekstrak merang dan lengkuas disebabkan adanya gugus fenol (OH) dalam komponen penyusun flavonol. Menurut Nychas (1995), komponen fenol dapat mendenaturasi enzim yang bertanggung jawab terhadap germinasi (awal tumbuh) spora atau berpengaruh terhadap senyawa amino yang terlibat dalam proses germinasi. 13 Senyawa fenolik yang memiliki berat molekul yang besar dapat menginaktifkan enzim esssensial yang terdapat dalam sel mikroba meskipun pada konsentrasi rendah. Pelczar dan Reid (1979) menambahkan bahwa senyawa fenolik mampu menurunkan tegangan permukaan sel mikroba. 14 Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa senyawa antijamur merang dan lengkuas mampu menurunkan tegangan permukaan sel mikroba karena memiliki kelompok lipofil (cincin karbon) dan hidrofil (gugus hidroksil OH) dalam molekulnya. 15

Selain komponen fenol, daya antijamur dengan ekstrak lengkuas juga disebabkan oleh komponen lain, seperti eugenol dan galangol. Komponen-komponen tersebut dapat saling bersinergi memberikan daya hambat terhadap pertumbuhan jamur. 16 Komponen utama penyusun membran sitoplasma jamur merupakan senyawa protein dan lemak. 14 Menurut Jawetz et al (1960) karakteristik bahan penyusun membran sitoplasma ini menyebabkan rentannya membran terhadap bahan yang memiliki sifat dapat menurunkan tegangan permukaan. 17 Kerusakan membran sitoplasma menyebabkan ion anorganik, nukleotida, koenzim, dan asam amino bergerak keluar sel. Selain itu, kerusakan membran juga dapat mencegah masuknya bahan-bahan penting yang diperlukan sel. 18

Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan konsentrasi M3L3 (merang 100% dan lengkuas 100%) memiliki respon hambatan pertumbuhan lebih rendah dari konsentrasi M2L2 (merang 50% dan lengkuas 50%) hal itu dimungkinkan dosis toksis timbul yang mempengaruhi tingkat penghambatan pertumbuhan jamur.

Penelitian ilmiah ini merupakan suatu penelitian yang dalam pelaksanaannya sudah dilakukan perlakuan yang semaksimal mungkin, namun demikian terdapat faktor yang dapat mengurangi hasil penelitian ini. Kekurangan dalam penelitian ini adalah belum dilakukannya uji toksisitas pada hewan coba dengan tujuan untuk mengetahui dosis letalnya sehingga didapatkan dosis konsentrasi yang bisa disesuaikan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa herbal “RANGKUAS” berkhasiat untuk mengatasi ketombe pada kulit kepala dan pemberian ekstrak merang dan lengkuas konsentrasi 50% (p 0,000) memiliki efek antijamur yang kuat. Saran 1. Perlu dilakukan uji pendahuluan tentang toksisitas pada merang dan lengkuas. 2. Perlu dilakukan penelitian dengan memberikan pembanding obat sintetik (ketokonazol 1%). DAFTAR PUSTAKA 1. Bramono K. 2002. Pitiriasis sika / etiopatogenesis. Dalam: Wasitaatmadja SM, Menaldi

SL, Widaty S, editors. Kesehatan dan keindahan rambut. Jakarta: Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia. p. 1-11.

2. Cardin C. 1998. Isolated dandruff. In: Baran R, Malbach HI, editors. Textbook of cosmetics dermatology. 2nd ed. London: Martin duniez. p. 193 – 200.

Page 13: Laporan Akhir PKMP

9

3. Handoko RP. 2002. Penatalaksanaan ketombe. Dalam: Wasitaatmadja SM, Menaldi SL, Widaty S, editors. Kesehatan dan keindahan rambut. Jakarta: Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia. p. 17-28.

4. Arndt KA, Bowers KE. 2002. Manual of dermatologic therapeutics with essentials of diagnosis. Philadelphia: Lippincott Williams Wilkins.

5. Prawito SP. 2001. Cosmeceuticals anti ketombe. Dalam: Wasitaatmadja SM, Menaldi SL, Widaty S, editors. Cosmeceuticals. Jakarta: Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia, p. 41-52.

6. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2005. Daftar Obat Esensial Nasional. Jakarta, Indonesia: Departemen Kesehatan.

7. Anonim, Herbal Indonesia Berkhasiat. 2008. Bukti Ilmiah Dan Cara Racik. Vol.8. Hal 367-368.

8. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba medika, 315-319.

9. Wardana, H.D., N.S Barwa, A. Kongsjahju, M.A. Iqbal, M. Khalid, dan R.R. Taryadi. 2002. Budi Daya Secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Penebar Swadaya. Jakarta.

10. Lesmono, T. 2005. Kajian Pemanfaatan Limbah Sludge IPAL Industri Pulp dan Kertas sebagai Pupuk Tanaman. [Thesis]. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.

11. Greenwood. 1995. Antibiotics Susceptibility (Sensitivity) Test, Antimicrobial and Chemotherapy.

12. Fardiaz D., N. Andarwulan, dan N.I Puspitasari. 1992. Teknis Analisis Sifat Kimia dan Fungsional Komponen Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB. Bogor : 20.

13. Nychas, G.J.E. 1995. Natural Antimicrobial from Plants. Didalam New Mehod Food Preservative. Blakie Academic. London.

14. Pelczar, M.J. dan Reid, R.D. 1979. Microbiology. Mc. Graw Hill Book Co. New York. 15. Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gajah Mada University Press,

Yogyakarta. 16. Budiarti, Rini. 2007. Pemanfaatan Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum) sebagai

Bahan Antijamur dalam Sampo. [Skripsi]. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.

17. Jawetz, E., J.S. Melnick, dan E.A. Adelberg. 1960. Review of Medical Microbiology. Fourth Edition. Lange Medical Publication. Los Angeles, California.

18. Brock, T.D. dan M.T Madigan. 1991. Biology of Microorganism. Sixth Edition. Prentice HallInternational Editions.

Page 14: Laporan Akhir PKMP

10

LAMPIRAN