LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota...

21
LAPORAN AKHIR SITUS CINTA (DIVERSITAS DAN DISTRIBUSI CACING TANAH) PADA JALUR HIJAU DI KOTA SURABAYA BIDANG KEGIATAN : PROGRAM KEGIATAN MAHASISWA PENELITIAN (PKM-P) Oleh: Ketua : Anis Ariyanti NIM : 081011037 Angkatan 2010 Anggota : Monica Astrid Respa P. NIM : 081011005 Angkatan 2010 Farah Rizki Octavia NIM : 081011029 Angkatan 2010 Titi Tiara Anasstasia NIM : 081011053 Angkatan 2010 Ony Virnanda Pratama NIM : 081111002 Angkatan 2011 UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2013

Transcript of LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota...

Page 1: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

LAPORAN AKHIR

SITUS CINTA (DIVERSITAS DAN DISTRIBUSI CACING TANAH) PADA JALUR

HIJAU DI KOTA SURABAYA

BIDANG KEGIATAN :

PROGRAM KEGIATAN MAHASISWA PENELITIAN (PKM-P)

Oleh:

Ketua : Anis Ariyanti NIM : 081011037 Angkatan 2010

Anggota : Monica Astrid Respa P. NIM : 081011005 Angkatan 2010

Farah Rizki Octavia NIM : 081011029 Angkatan 2010

Titi Tiara Anasstasia NIM : 081011053 Angkatan 2010

Ony Virnanda Pratama NIM : 081111002 Angkatan 2011

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2013

Page 2: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

2

HALAMAN PENGESAHAN USULAN PROGRAM KREATIF MAHASISWA-

PENELITIAN

1. Judul Kegiatan : SITUS CINTA (Diversitas dan Distribusi Cacing Tanah) pada Jalur

Hijau di Kota Surabaya

2. Bidang kegiatan : (√ ) PKM-P ( ) PKM-M ( ) PKM-KC

( ) PKM-K ( ) PKM-T

3. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Anis Ariyanti

b. NIM : 081011037

c. Jurusan : Ilmu dan Teknologi Lingkungan

d. Universitas : Airlangga

e. Alamat Rumah : Mulyorejo Tengah Gg. 3A No.5B Surabaya

f. No. Telp/Hp : 085706877692

g. Alamat email : [email protected]

4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 4 orang

5. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap : Drs. Trisnadi Widyaleksono C. P., M.Si.

b. NIDN : 0015126305

c. Alamat Rumah : Perum. Griyo Mapan Sentosa A5 No. 1 Waru, Sidoarjo

d. No HP : 08113429166

6. Biaya Total Kegiatan

a. Dikti : Rp. 6.500.000,00

7. Jangka Waktu Pelaksanaan :

Surabaya, Juli 2013

Menyetujui

Wakil Dekan I

FSAINTEK UNAIR

Dr. Nanik Siti Aminah, M.Si

NIP. 1961061611987011001

Ketua Pelaksana Kegiatan

Anis Ariyanti

NIM. 081011037

Direktur Kemahasiswaan

Universitas Airlangga

Drs. Koko Srimulyo, M.Si

NIP 196602281990021001

Dosen Pendamping

Drs. Trisnadi Widyaleksono C. P., M.Si.

NIDN. 0015126305

Page 3: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

3

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang jenis, persebaran serta dominansi komunitas cacing tanah di

jalur hijau Kota Surabaya, yaitu pada stasiun penelitian di JL. Diponegoro, JL. Darmo, JL.

A. Yani, JL. Kertajaya, dan JL. HR. Muhammad. Sampling dilakukan dengan mengambil

cacing tanah pada plot berukuran 20x20 cm2 dengan kedalaman 10 cm. Setelah itu

dilakukan sortasi dan diawetkan dengan formalin 4% untuk selanjutnya dilakukan

identifikasi. Berdasarkan hasil identifikasi bahwa terdapat 12 jenis cacing tanah yang

ditemukan di jalur hijau tersebut. Jalan Darmo memiliki nilai indeks diversitas yang paling

tinggi sebesar 1,67 sedangkan Jalan Kertajaya memiliki jumlah individu yang ditemukan

hanya 3 ekor dengan spesies yang sama dan diperkirakan terdapat 1250 ekor/100m2. Indeks

diversitas cacing tanah paling rendah sebesar 0 yang terdapat pada Jalan Kertajaya. Jenis

cacing yang paling mendominasi Bimastos parvus.

Kata kunci : Surabaya, jalur hijau, diversitas dan distribusi, cacing tanah

Page 4: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

4

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat, hidayah serta

Inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir Program Kreativitas Mahasiswa

(PKM) bidang penelitian yang berjudul “SITUS CINTA (Diversitas dan Distribusi

Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau di Kota Surabaya”. Laporan akhir ini tersusun atas

beberapa bab, yaitu bab pendahuluan, tinjauan pustaka, metode pendekatan, pelaksanaan

program, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran. Setiap isi dari bab tersebut

terangkai secara komperehensif untuk melaksanakan penelitian mengenai diversitas dan

distribusi cacing tanah pada jalur hijau di kota Surabaya.

Laporan akhir ini merupakan salah satu syarat wajib yang disusun untuk

melaksanakan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian. Penyusunan

laporan akhir ini sesuai dengan ketentuan teknis penyusunan yang ada di Universitas

Airlangga. Semoga laporan akhir ini dapat diterima serta dapat memberikan manfaat pada

mahasiswa, serta perguruan tinggi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Surabaya, Juli 2013

Penyusun

Page 5: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

5

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pencemaran udara menyebabkan penurunan kesehatan dan lingkungan.

Permasalahan dapat berupa gangguan pernapasan, saraf, kanker, penyakit jantung, hingga

penurunan IQ. Hal ini menjadi alasan akan pentingnya keberadaan Ruang Terbuka Hijau

(RTH). Jalur hijau merupakan suatu tempat dimana biasanya dimanfaatkan para pejalan

kaki serta tempat dimana bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman penghijauan.

Mengingat sangat pentingnya jalur hijau tersebut, maka diperlukan pengelolaan untuk

menjaga kesuburan tanah agar kondisi tanamannya juga tetap terjaga.

Tanah yang subur sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Organisme dalam

tanah sangat berperan dalam proses dekomposisi, aliran karbon, redistribusi dan siklus

unsur hara, bioturbasi dan pembentukan struktur tanah (Anderson, 1994). Cacing tanah

merupakan organisme yang berperan penting dalam menyuburkan tanah. Aktivitas cacing

tanah mempengaruhi laju dekomposisi bahan organtik tanah sehingga dapat meningkatkan

ketersediaan unsur hara dan kesuburan tanah (Subler et al., 1998). Karena fungsinya

tersebut maka bila pada jalur hijau tersebut mempunyai populasi cacing tanah yang

berlimpah, maka proses penyuburan dan kesuburan tanah jalur hijau dapat terjaga.

Disamping itu dengan terjaganya kesuburan tanah jalur hijau secara alami dengan

keberadaan cacing tanah, memungkinkan menurunkan biaya perawatan jalur hijau. Oleh

karena itu, perlu dilakukannya penelitian awal untuk mengetahui diversitas dan distribusi

cacing tanah pada jalur hijau (jalur hijau) di kota Surabaya.

Perumusan Masalah

Pada jalur hijau di Kota Surabaya, (1) Jenis cacing tanah apa sajakah yang

ditemukan pada beberapa jalur hijau di Surabaya? (2) Bagaimana persebaran berbagai jenis

cacing tanah yang ditemukan pada jalur hijau di Surabaya? (3) Jenis cacing tanah apakah

yang mendominasi di jalur hijau Kota Surabaya?

Tujuan Program

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis cacing tanah yang dapat ditemukan

di beberapa jalur hijau di kota Surabaya, mengetahui persebaran komunitas cacing tanah

tersebut di jalur hijau dan mengetahui jenis cacing tanah yang mendominasi di beberapa

jalur hijau di kota Surabaya.

Luaran yang Diharapkan

Dapat mengetahui jenis cacing tanah yang tersebar pada jalur hijau di kota

Surabaya. Sehingga melalui upaya ini diharapkan dapat mengoptimalkan produktivitas

(kesuburan) dan fungsi jalur hijau dengan cara memanfaatkan keberadaan cacing tanah

tersebut.

Kegunaan Program

Manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menciptakan jalur hijau di kota Surabaya yang terawat dan produktif.

2. Memanfaatkan keberadaan cacing tanah yang memiliki kemampuan dekomposisi

sehingga diharapkan mampu menyuburkan jalur hijau.

Page 6: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Tanah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi tanah adalah permukaan bumi

atau lapisan bumi atas sekali, keadaan bumi di suatu tempat; permukaan bumi yang diberi

batas, bahan-bahan dari bumi, bumi sebagai bahan sesuatu (pasir, cadas, napal dan

sebagainya). Keadaan tanah berkaitan dengan tekstur tanah, kadar air tanah, pengolahan

tanah (Wesley, 1973). Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah (Hardjowigeno,

1995). Dalam segi kesuburan, tekstur memegang peranan penting dalam pertukaran ion,

sifat penyangga, kejenuhan basa dan sebagainya.

Kadar air tanah adalah jumlah air tanah yang tekandung dalam pori-pori tanah dalam

suatu massa tanah tertentu. Kadar air tanah dapat berubah-ubah pada tiap kedalaman karena

merupakan bagian tanah yang tidak stabil. Perubahan kadar air tanah tersebut dapat

menyebabkan perubahan nilai tahanan penetrasi dan densitas (bulk density) tanah. Kadar air

juga dapat dinyatakan dalam persen volume, yaitu persentase volume air terhadap volume

tanah.

Pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan memperbaiki sifat-sifat fisik tanah yang

buruk yang terjadi selama pertumbuhan sebelumnya, seperti pemadatan tanah atau

kehilangan strukrur tanah terutama akibat hujan dan lintasan mesin-mesin. Oleh sebab itu,

pengolahan tanah ditujukan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan, seperti penembusan

akar yang kurang dalam, aerasi dan porositas tanah yang buruk, dan adanya lapisan tapak

bajak.

Tinjauan Umum Cacing Tanah

Cacing tanah termasuk binatang invertebrata (tidak bertulang belakang). Ia hidup di

dalam tanah yang gembur dan lembab. Cacing tanah mempunyai potensi memberi

keuntungan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia (Budiarti dan Asiani, 1993).

Menurut Barnes (1987), ciri-ciri dari cacing tanah adalah hidupnya di dalam tanah di daerah

tropis, morfologi tubuhnya berbentuk bilateral simetris, silindrik, reproduksi hermaprodit.

Bentuk cacing tanah yang dewasa, ditandai dengan adanya gelang (clitellum) pada

tubuhnya. Cacing dewasa akan menghasilkan kokon dan setiap kokon akan menghasilkan

rata-rata 4 ekor cacing muda (Budiarti dan Asiani, 1993).

Cacing tanah memiliki syarat hidup optimum yang diperlukan untuk bertahan hidup.

Berikut adalah syarat hidup optimum cacing tanah (a) Suhu. Suhu yang ekstrim tinggi atau

rendah dapat mematikan cacing tanah. (b) Kelembapan tanah. Menurut Rukmana (1999),

kelembaban ideal untuk cacing tanah adalah antara 15%-50%, namun kelembaban

optimumnya adalah antara 42%-60%. (c) pH tanah. Cacing tanah sangat sensitif terhadap

keasaman tanah, karena itu pH merupakan faktor pembatas dalam menentukan jumlah

spesies yang dapat hidup pada tanah tertentu. Dari penelitian yang telah dilakukan, secara

umum didapatkan cacing tanah menyukai pH tanah sekitar 5,8-7,2 karena dengan kondisi

ini bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan.

Penyebaran vertical maupun horizontal cacing tanah sangat dipengaruhi oleh pH tanah

(Edwards & Lofty, 1977). (d) Vegetasi. Menurut Suin (1982), pada tanah dengan vegetasi

dasarnya rapat, cacing tanah akan banyak ditemukan, karena fisik tanah lebih baik dan

sumber makanan yang banyak ditemukan berupa seresah. (e) Tekstur tanah. Tekstur tanah

sangat mempengaruhi kehidupan cacing di dalam tanah. Bila tekstur tanah pasir maka tidak

ada cacing tanah, karena kelembapan pada tanah pasir tidak memadai untuk kehidupan

cacing. (f) Bahan organik. Menurut Russel (1988), bahan organik mempengaruhi sifat

Page 7: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

7

fisik-kimia tanah dan bahan organik tersebut merupakan sumber pakan untuk menghasilkan

energi dan senyawa pembentukan tubuh cacing tanah.

Peranan Cacing Tanah

Secara umum peranan cacing tanah sebagai bioamelioran (jasad hayati penyubur dan

penyehat) tanah terutama melalui kemampuannya dalam memperbaiki sifat-sifat tanah,

seperti ketersediaan hara, dekomposisi bahan organik, pelapukan mineral, sehingga mampu

meningkatkan produktivitas tanah (Hanafiah, 2005).

Hegner & Engeman (1978) menyatakan bahwa pembentukan pori-pori tanah

dilakukan oleh cacing tanah sehingga campuran bahan organik dan anorganik membentuk

bahan-bahan lain yang tersedia bagi tanah. Cacing tanah juga dapat meningkatkan daya

serap tanah dalam menyerap air pada waktu hujan. Oleh sebab itu, persediaan air dalam

tanah akan lebih stabil, sehingga menjamin pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman

yang baik akan menyebabkan daun-daun tumbuhan lebih baik.

Tomati et. al. (1988) dalam Morario (2009) juga menyatakan bahwa tanah dengan

kepadatan populasi cacing tanahnya tinggi akan menjadi subur, sebab kotoran cacing tanah

(kasting) yang bercampur dengan tanah merupakan pupuk yang kaya akan nitrat organik,

fosfat, dan kalium yang membuat tanaman mudah menerima pupuk yang diberikan ke

tanah, disamping formasi bahan organik tanah dan mendistribusikan kembali bahan organik

di dalam tanah.

Kegiatan cacing tanah menerowongi tanah dapat membentuk pori mikro yang

mantap dan sambung menyambung melancarkan daya hantar air, memudahkan proses

pertukaran gas, menyediakan medium yang baik bagi pertumbuhan akar (Notohadiprawiro,

1998).

Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang

berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota,

kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga,

kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau diklasifikasi berdasarkan status kawasan,

bukan berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya (Fandeli et al., 2004). Berdasarkan

Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan ruang terbuka hijau di

Wilayah Perkotaan, Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang

lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur

dimana di dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan.

Dalam ruang terbuka hijau, pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman

atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah. Penghijauan di jalan umum biasanya berbentuk

penanaman pohon di bagian jalan yang disebut jalur hijau. Jalur hijau dapat berada di

median atau tengah jalan untuk jalan raya atau jalan dua arah maupun di kanan dan kiri

jalan. Sering pula dijumpai jalan yang di kanan kirinya sudah dibuatkan jalur khusus untuk

pejalan kaki (pedestrian) masih dapat pula ditanami pohon (Nazaruddin, 1996).

Hasni (2008) menyatakan yang dimaksud dengan jalur hijau atau green belts adalah

daerah penyangga yang diproyeksikan di sekeliling batas (administratif) kota. Sabuk hijau

penyangga umumnya berbentuk memanjang, bahkan bisa mencapai puluhan kilometer,

namun jarak lebar jalur hijau ini relatif pendek, di mana ukuran pendek tidaknya tergantung

pada kebutuhan yang disesuaikan dengan kondisi alam serta jenis kegiatan penduduk yang

akan dilakukan di dalamnya.

Page 8: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

8

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode sistematis yang bersifat Purpostive Sampling

yaitu pengambilan bahan yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat

oleh peneliti (Sopiyudin, 2009). Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksplorasi

sehingga tidak diperlukan kajian mengenai variabel bebas, variabel terikat dan variabel

kontrol. Penelitian ini dilakukan pada selama 17 (tujuh belas) minggu dalam 6 tahap.

Tahap-tahap penelitian tersebut meliputi tahap persiapan, tahap sampling pendahuluan,

tahap survei, tahap sampling, tahap identifikasi, dan tahap evaluasi dan pelaporan akhir

(Gambar 1).

Gambar 1. Metode Penelitian

Tahap Persiapan

Pada tahap ini, sebelum melakukan pengambilan sampel cacing tanah, dilakukan

perizinan formal pada pemerintah Kota Surabaya melalui BAKESBANGPOL & LIMAS

Kota Surabaya dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya.

Tahap Sampling Pendahuluan

Pada tahap ini, kami melakukan sampling pendahuluan di taman FST UNAIR untuk

mendapatkan sampel pembanding. Pada tahap ini juga kami mempelajari teknik-teknik

sampling yang benar dengan dosen pembimbing.

Tahap Survei

Pada tahap ini, kami mulai melakukan survei lokasi-lokasi sampling. Kami akan

melakukan sampling di lima jalur hijau yang terdapat pada jalan-jalan utama Kota

Surabaya. Kelima jalan tersebut yaitu Jl. Diponegoro dan Jl. Darmo (Surabaya Pusat), Jl. A.

Yani (Surabaya Selatan), Jl. Kertajaya (Surabaya Timur) dan Jl. HR. Muhammad (Surabaya

Barat).

Tahap Sampling

Penentuan titik sampling dilakukan dengan melihat ada tidaknya kasting cacing

tanah pada permukaan tanah di jalur hijau. Pada masing-masing titik sampling dibuat plot

berukuran 20 x 20 cm dengan kedalaman 10 cm. Setiap jalan diambil 2 plot dengan

pengulangan 2 kali. Penggalian tanah dilakukan dengan menggunakan sekop lalu

ditempatkan pada wadah plastik. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 08.00-10.00

WIB. Selanjutnya cacing tanah yang ada pada tanah tersebut disortir. Cacing tanah yang

didapatkan, dikumpulkan dan dibersihkan dengan air serta dihitung jumlahnya, kemudian

dimasukkan ke dalam botol sampel lalu diberi formalin 4%. Cacing tanah yang telah

diawetkan ini dibawa ke Laboratorium Basah FST UNAIR untuk diidentifikasi.

Page 9: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

9

Tahap Identifikasi

Sampel cacing tanah yang telah diawetkan, terlebih dahulu dikelompokkan sesuai

dengan ukuran tubuhnya. Selanjutnya dideterminasi warna tubuh bagian bawah perutnya

(dorsal side) dan bagian antara kepala dan clitellum dan diidentifikasi berdasarkan acauan

Worm Watch (2000).

Tahap Evaluasi dan Pelaporan Akhir

Setelah diidentifikasi dan diketahui jenis-jenis cacing yang ditemukan, dilakukan

analisis data mengenai Kepadatan Populasi, Kepadatan Relatif masing-masing jenis,

Frekuensi Kehadiran dan Indeks Diversitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kepadatan populasi (K) menurut Odum (1971)

Keterangan :

K = kelimpahan organisme untuk cacing tanah dinyatakan dalam individu/400cm2

tanah

a = jumlah organisme

b = luas bor tanah (cm)

s = ulangan pengambilan contoh tanah

Kepadatan Relatif (KR) menurut Suin dan Iswandi (1994)

Frekuensi Kehadiran (FK) menurut Suin dan Iswandi (1994)

Indeks Diversitas (H’) menurut Krebs (1985)

Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman jenis (spesies)

pi = perbandingan antara jumlah spesies atau genus total = ni/Ni

S = jumlah spesies/genus

Menurut Wilhm (1975), nilai indeks ini diklasifikasikan atas tiga kategori, yaitu :

H’ < 1 = Keanekaragaman rendah, penyebaran individu tiap spesies/genus rendah dan

kestabilan komunitas rendah

1 < H’ < 3 = keanekargaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies atau genus

sedang dan kestabilan komunitas sedang

H’ > 3 = Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap jenis spesies/genus

tinggi dan kestabilan komunitas tinggi

Page 10: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

10

IV. PELAKSANAAN PROGRAM

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2013 di 5 (lima) lokasi jalur hijau

yaitu jalur hijau pada Jl. Diponegoro, Jl. Darmo, Jl. Kertajaya, Jl. A. Yani dan Jl. HR.

Muhammad Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur.

Tahapan Pelaksanaan/Jadwal Faktual Pelaksanaan

Jadwal kegiatan program dilaksanakan berdasarkan sebagaimana tertuang pada tabel

berikut.

Tabel 1. Jadwal Faktual Pelaksanaan Kegiatan

No Tahapan

Tahun 2013

Februari Maret April Mei Juni

4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan

2 Sampling Pendahuluan

3 Survei

4 Sampling

5 Identifikasi

6 Evaluasi & Pelaporan Akhir

Instrumen Pelaksanaan

Instrumen yang digunakan berupa tanah sampling dan formalin 4 % serta peralatan

berupa botol-botol penyimpanan, sekop mini, peralatan laboratorium dan alat tulis.

Rekapitulasi Rancangan dan Realisasi Biaya

Total biaya yang disetujui untuk program kreatif mahasiswa ini oleh DIKTI adalah

Rp 6.500.000,00 (enam juta lima ratus ribu rupiah). Perincian pengeluaran berdasarkan

jenis pengeluaran sampai dengan laporan akhir penelitian diberikan dalam tabel berikut.

Tabel 2. Rincian Penggunaan Biaya

No Jenis Pengeluaran Jumlah Biaya

Rancangan Realisasi

1 Alat pengambilan sampel Rp. 500.000,00 Rp. 740.000,00

2 Wadah pemilahan Rp. 300.000,00 Rp.85.500,00

3 Alat Kantor dan Administrasi Rp. 400.000,00 Rp. 272.300,00

4 Transportasi Rp. 600.000,00 Rp. 500.000,00

5 Pinset Rp. 100.000,00 Rp. 52.000,00

6 Sarung tangan Rp. 50.000,00 Rp. 133.000,00

7 Masker Rp. 100.000,00 Rp. 77.200,00

8 Formalin Rp. 200.000,00 Rp. 15.000,00

9 Wadah penyimpanan Rp. 300.000,00 Rp. 874.500,00

10 Tissu Rp. 25.000,00 Rp. 30.400,00

11 Pulsa HP dan modem internet Rp. 750.000,00 Rp. 831.000,00

12 Dokumentasi Rp. 200.000,00 Rp. 77.500,00

13 Fotocopy dan Print Rp. 100.000,00 Rp. 18.600,00

14 Konsumsi Rp. 300.000,00 Rp. 525.400,00

Page 11: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

11

Tabel 2. Rincian Penggunaan Biaya (lanjutan)

15 Lup Rp. 750.000,00 Rp 20.000,00

16 Laporan akhir Rp. 200.000,00 Rp. 59.500,00

Total Rp. 4.875.000,00 Rp. 4.311.900,00

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan hal yang penting dalam penataan ruang

perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung, salah satu contohnya adalah jalur hijau

(jalur hijau). Jalur hijau merupakan suatu tempat dimana biasanya digunakan oleh para

pejalan kaki serta bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman penghijauan. Oleh sebab itu,

penting dilakukan pengelolaan untuk menjaga kesuburan tanah. Salah satu organisme yang

mempunyai peran penting dalam penyuburan tanah adalah cacing tanah. Aktivitas cacing

tanah mempengaruhi laju dekomposisi bahan organtik tanah sehingga dapat meningkatkan

ketersediaan unsur hara dan kesuburan tanah.

Penelitian ini dilakukan di jalur hijau Kota Surabaya. Lokasi sampling cacing tanah

pada Jl. Diponegoro, Jl. Darmo, Jl. A. Yani, Jl. HR. Muhammad, dan Jl. Kertajaya. Dasar

pertimbangannya adalah Jl. A. Yani merupakan pintu gerbang Kota Surabaya bagian

selatan, Jl. HR. Muhammad mewakili Kota Surabaya bagian barat, Jl. Kertajaya mewakili

Kota Surabaya bagian timur, Jl. Darmo dan Jl. Diponegoro mewakili Kota Surabaya bagian

pusat. Dalam pengambilan sampel dilakukan selama 3 bulan, mulai dari bulan Maret sampai

bulan Mei 2013. Teknik pengambilan cacing tanah yang dilakukan bersifat Purpostive

Sampling yaitu pengambilan bahan yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti (Sopiyudin, 2009). Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksplorasi

sehingga tidak diperlukan kajian mengenai variabel bebas, variabel terikat dan variabel

kontrol.

Jenis Cacing Tanah dan Nilai Kepadatan Cacing Tanah yang Ditemukan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang diversitas dan distribusi cacing

tanah pada jalur hijau di Kota Surabaya didapatkan seperti yang terlihat pada Tabel 3

berikut ini.

Tabel 3. Cacing Tanah yang Ditemukan pada Lokasi-Lokasi Penelitian

No Spesies/Jenis Lokasi

I II III IV V

1 Aporrectodea longa - + - - -

2 Aporrectodea rosea + + + + +

3 Aporrectodea trapezoides - + - - -

4 Aporrectodea tuberculata + - - + -

5 Aporrectodea turgidaa + + - + +

6 Bimastos parvus + + - + +

7 Dendrodrilus rubidus + + - - -

8 Eisenia foetida + - - - -

9 Lumbricus castaneus + + - - -

10 Lumbricus festivus + + - + +

11 Lumbricus rubellus - + - - -

12 Sparganophilus eiseni + - - - -

Jumlah Spesies yang ditemukan 9 9 1 5 4

Page 12: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

12

Keterangan : + = ditemukan; - = tidak ditemukan; Lokasi I = Jl. Diponegoro; Lokasi II = Jl.

Darmo; Lokasi III = Jl. Kertajaya; Lokasi IV = Jl. A. Yani; Lokasi V = Jl. HR.

Muhammad;

Didapatkan sebanyak 9 jenis cacing tanah yang ditemukan di 2 lokasi berbeda yaitu

pada lokasi I Jl. Diponegoro dan lokasi II di Jl. Darmo. Kemudian 5 jenis cacing ditemukan

di lokasi IV Jl. A. Yani, 4 jenis cacing di lokasi V Jl. HR. Muhammad. Sedangkan jumlah

paling sedikit yaitu 1 jenis cacing ditemukan di lokasi III Jl. Kertajaya. Keberadaan jenis

cacing tanah yang didapatkan pada kelima lokasi menunjukkan bahwa masing-masing

lokasi memiliki kondisi faktor fisik-kimia lingkungan yang mendukung kehidupan cacing

yang berbeda-beda. Faktor fisik-kimia lingkungan yang mendukung kehidupan cacing tanah

diantaranya adalah pH tanah dan kandungan bahan organik.

Menurut Hanafiah (2005), pH tanah sangat mempengaruhi populasi dan aktivitas

cacing tanah sehingga menjadi faktor pembatas penyebaran dan spesiesnya. Selain itu

menurut Edward dan Lofty (1977), cacing tanah sangat sensitif terhadap keasaman tanah,

karena itu pH merupakan faktor pembatas dalam menentukan jumlah spesies yang dapat

hidup pada tanah tertentu. Cacing tanah menyukai pH tanah sekitar 5,8-7,2. Sehingga dapat

dikatakan penyebaran cacing tanah secara vertikal maupun horizontal dipengaruhi oleh pH

tanah. Selain itu keberadaan cacing spesies cacing tanah pada suatu areal ditentukan oleh

kandungan bahan organik areal tersebut (Wallwork, 1970). Pada penelitian ini tidak

dilakukan pengukuran terhadap faktor-faktor fisik-kimia tanah di masing-masing lokasi.

Tanda-tanda khusus jenis cacing tanah yang ditemukan pada masing-masing lokasi

dan gambar dari tiap spesies pada Gambar 2 sebagai berikut.

Aporrectodea longa

Aporrectodea rosea

Aporrectodea trapezoids

Warna kepala : gelap/gelap

keunguan

Warna ekor : lebih pucat

Bentuk tubuh : panjang &

ramping

Warna tubuh : pucat atau

kemerahan

Panjang tubuh : 20-110 mm

Segmen tubuh : 100-150

Warna tubuh : abu-abu hingga

merah muda

Panjang tubuh : 80-140 mm

Segmen tubuh : 100-200

Aporrectodea tuberculata

Aporrectodea turgida

Bimastos parvus

Warna tubuh : abu-abu

pucat

Panjang tubuh : 90-150 mm

Segmen tubuh : 152-194

Warna kepala : pink pucat

Warna ekor : abu-abu pucat

Panjang tubuh : 60-85 mm

Segmen tubuh : 120-150

Warna tubuh : merah kecoklatan

Warna perut : pucat

Panjang tubuh : 17-85 mm

Segmen tubuh : 85-124

Page 13: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

13

Dendrodrilus rubidus

Eisenia foetida

Lumbricus castaneus

Warna tubuh : hitam

kemerahan

Warna perut : pucat

Panjang tubuh : 20-100 mm

Segmen tubuh : 50-120

Warna tubuh : pink cerah

hingga merah

keunguan/coklat keunguan

Panjang tubuh : 35-130 mm

Segmen tubuh : 65-120

Warna tubuh : coklat

kacang/coklat keunguan

Warna perut : coklat/kuning

Warna klitellum : oranye

Panjang tubuh : 30-70 mm

Segmen tubuh : 82-100

Lumbricus festivus

Lumbricus rubellus

Sparganophilus eiseni

Warna tubuh : merah

kecoklatan

Panjang tubuh : 48-108 mm

Segmen tubuh : 100-143

Warna tubuh : merah

kecoklatan/merah keunguan

Warna perut : kuning pucat

Panjang tubuh : 25-105 mm

Segmen tubuh : 95-120

Warna tubuh : gelap

Bentuk tubuh : ramping

Panjang tubuh : 150-200 mm

Gambar 2. Tiap-tiap spesies cacing yang ditemukan (Sumber: Hasil identifikasi)

Kepadatan Cacing Tanah

Nilai kepadatan cacing tanah menunjukkan banyak sedikitnya jenis-jenis cacing

tanah yang mendiami suatu lokasi. Berikut ini adalah hasil pengukuran kepadatan cacing

tanah dari 5 lokasi sampling yang dilakukan, dimana nilai kepadatan dinyatakan dalam

bentuk persentase (%) atau dapat disebut dengan kepadatan relatif. Berikut ini adalah nilai

kepadatan masing-masing jenis cacing tanah yang ditunjukkan dalam bentuk grafik

kepadatan relatif dalam gambar 3.

Gambar 3. Grafik Kepadatan Relatif Cacing Tanah

Page 14: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

14

Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa lokasi yang memiliki nilai kepadatan

tertinggi yaitu 100% adalah lokasi III yaitu Jl. Kertajaya. Pada lokasi tersebut, jenis cacing

yang memiliki kepadatan tertinggi hanya jenis Aporrectodea rosea saja yang ditemukan.

Sehingga dapat dikatakan jenis cacing tanah tersebut mendominasi di lokasi tersebut. Pada

lokasi V yaitu Jl. HR. Muhammad juga memiliki nilai kepadatan yang tinggi yaitu

Aporrectodea rosea, tetapi spesies tersebut tidak mendominasi melainkan ada spesies lain

yang memiliki kepadatan tertentu walaupun nilainya kecil yaitu Aporrectodea turgid,

Bimastos parvus, dan Lumbricus festivus dengan nilai kepadatan relatif masing-masing 8%.

Pada lokasi lain yaitu I, II, dan IV masing-masing tidak memiliki cacing tanah yang

kepadatannya didominasi oleh satu jenis saja, melainkan ada beberapa jenis cacing tanah

lain yang ada di masing-masing lokasi tersebut. Jenis cacing dengan nilai kepadatan

tertinggi di antara ketiga lokasi tersebut ada di lokasi I yaitu Bimastos parvus sebesar

50,7%.

Berdasarkan hasil tersebut terdapat berbagai tingkatan nilai kepadatan dari masing-

masing jenis cacing. Ada spesies yang memiliki nilai kepadatan yang mendominasi di suatu

lokasi yaitu Aporrectodea rosea di Jl. Kertajaya, ada jenis cacing yang nilai kepadatannya

cukup mendominasi tetapi ada beberapa spesies lain yang ditemukan yaitu di lokasi V Jl.

HR. Muhammad, dan ada juga jenis-jenis cacing yang nilai kepadatannya tidak

mendominasi karena ada lebih dari satu jenis cacing tanah yang ditemukan di lokasi

tersebut, yaitu lokasi I Jl. Diponegoro, II Jl. Darmo, dan IV Jl. A. Yani. Hal tersebut

disebabkan karena masing-masing jenis cacing memiliki kisaran toleransi yang berbeda

terhadap kondisi lingkungan, seperti sifat fisik-kimia tanah yaitu pH, kelembapan, kadar

organik tanah, dan kadar air. Sebagaimana menurut Wallwork (1970) bahwa kepadatan

cacing tanah pada suatu areal umumnya dipengaruhi oleh faktor fisik sperti kelembapan,

vegetasi, dan mikrohabitat.

Pada gambar 3 tersebut khususnya pada lokasi III Jl. Kertajaya nilai kepadatan

tertinggi dan terendahnya adalah 12,5 individu/m3 dengan nilai kepadatan relatif sebesar

100% (halaman lampiran). Hal tersebut disebabkan karena hanya satu jenis cacing saja yang

ditemukan yaitu Aporrectodea rosea. Kondisi lingkungan ketika dilakukan sampling

cenderung memiliki tanah yang kering dan cenderung berpasir. Tumbuhan yang ada hanya

berupa pohon-pohon besar dan sangat sedikit sekali jenis lain. Kondisi tanah yang seperti

itu mengindikasikan kandungan bahan organik yang kurang. Hal tersebut dapat menjadi

faktor kurangnya keberadaan cacing tanah di lokasi tersebut. Karena menurut Hanafiah

(2005), distribusi bahan organik dalam tanah berpengaruh terhadap cacing tanah, karena

terkait dengan sumber nutrisinya sehingga pada tanah miskin bahan organik hanya sedikit

jumlah cacing tanah yang dijumpai. Sehingga berdasarkan hal tersebut, untuk meningkatkan

nilai kepadatan jenis cacing tanah di lokasi III Jl. Kertajaya agar tidak didominasi satu jenis

cacing tanah saja diperlukan suatu upaya pengolahan tanah di lokasi tersebut, agar

habitatnya yang semula hanya sesuai untuk satu jenis cacing tanah menjadi sesuai untuk

berbagai jenis cacing tanah. Semakin banyak jenis cacing tanah maka diharapkan kesuburan

tanah semakin baik.

Frekuensi Kehadiran (%) dan Konstansi Cacing Tanah pada Masing-Masing Lokasi

Frekuensi kehadiran cacing merupakan nilai untuk mengetahui sebagaimana sering

suatu spesies tersebut muncul pada lokasi pengambilan. Frekuensi kehadiran

menggambarkan distribusi cacing tanah yang bergantung pada kondisi lingkungan

habitatnya.

Berdasarkan nilai kepadatan relatif yang sebelumnya ditentukan, selanjutnya dapat

diketahui nilai frekuensi kehadiran (FK) dan konstansi cacing tanah dari yang ditemukan.

Page 15: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

15

Berdasarkan gambar 4 berikut menyajikan grafik nilai Frekuensi kehadiran (%) dari kelima

lokasi pengambilan.

Gambar 4. Grafik Nilai FK (%) Masing-Masing Lokasi Pengamatan

Gambar 4 menunjukkan bahwa dari seluruh lokasi penelitian terdapat nilai FK

tertinggi bersifat absolut dengan nilai FK 83,33% yaitu jenis cacing Lumbricus festivus di

lokasi I Jl. Diponegoro, 83,33% yaitu jenis cacing Lumbricus festivus dan Bimastos parvus

di lokasi II Jl. Darmo. Pada lokasi IV Jl. A. Yani dan HR. Muhammad nilai FK tertinggi

bersifat konstan yaitu 66,67% jenis cacing Bimastos parvus dan Aporrectodea rosea pada

lokasi IV, serta Aporrectodea rosea untuk lokasi V. Sedangkan pada lokasi III Jl. Kertajaya

nilai FK tertinggi bersifat aksidental yaitu 16,67% jenis Aporrectodea rosea. Nilai FK di

lokasi III Jl. Kertajaya cenderung paling rendah jika dibandingkan dengan lokasi yang lain.

Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan secara fisik-kimia, ketersediaan air dan unsur hara

kurang mendukung untuk kehidupan cacing. Pada saat dilakukan pengambilan sampel

kondisi tanah cenderung kering dan berpasir.

Kelimpahan Cacing Tanah

Tabel 6. Kelimpahan Cacing Tanah Pada Masing-Masing Lokasi Penelitian

No Lokasi Jumlah

(ekor)

Luasan

(cm2)

konversi Kelimpahan

(ekor/100m2)

1 Jl. Diponegoro 75 2400 1000000 31250

2 Jl. Darmo 45 2400 1000000 18750

3 Jl. Kertajaya 3 2400 1000000 1250

4 Jl. A. Yani 25 2400 1000000 10416,7

5 Jl. HR. Muhammad 25 2400 1000000 10416,7

Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa dari setiap lokasi penelitian terdapat nilai

kelimpahan (ekor/100m2). Nilai kelimpahan tertinggi dengan nilai 31.250 ekor/100m

2

berlokasi di JL. Diponegoro, nilai kelimpahan 18.750 ekor/100m2

berlokasi di Jl. Darmo,

nilai kelimpahan 10.416,7 ekor/100m2

berlokasi pada Jl. A. Yani dan Jl. HR. Muhammad,

dan nilai kelimpahan 1.250 ekor/100m2

berlokasi di Jl. Kertajaya. Nilai kelimpahan pada Jl.

Kertajaya rendah dibandingkan dengan lokasi yang lain dikarenakan jumlah cacing yang

ditemukan pada Jl. Kertajaya sedikit (berjumlah 3 ekor) karena pada pengambilan sampel di

Page 16: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

16

Jl. Kertajaya kondisi tanah cenderung kering dan berpasir, sehingga berpengaruh pada nilai

kelimpahan yang rendah di lokasi tersebut.

Diversitas Cacing Tanah

Berikut ini adalah nilai diversitas masing-masing jenis cacing yang ditemukan pada

lima lokasi penelitian.

Tabel 7. Diversitas Cacing Tanah pada Masing-Masing Lokasi Penelitian

No Lokasi H’ Keterangan

1 Jl. Diponegoro 1,50 Keanekaragaman sedang

2 Jl. Darmo 1,67 Keanekaragaman sedang

3 Jl. Kertajaya 0 Keanekaragaman rendah

4 Jl. A. Yani 1,39 Keanekaragaman sedang

5 Jl. HR. Muhammad 0,81 Keanekaragaman rendah

Berdasarkan hasil pada Tabel 7 tersebut dapat diketahui bahwa dari kelima lokasi

penelitian memiliki diversitas yang rendah sampai sedang. Tinggi dan rendahnya

keanekaragaman jenis cacing tanah disebabkan karena memiliki individu yang relatif

sedikit, dan penyebaran jenis cacing tanah tidak meluas. Menurut Naughton (1998) dalam

Kaisang (2004), umumnya keanekaragaman mengarah pada keanekaragaman spesies yang

pengukurannya melalui jumlah spesies dalam komunitas dan kelimpahan relatifnya.

Rendahnya keanekaragaman dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah

faktor lingkungan.

Pengaruh cacing tanah pada penyediaan hara bagi pertumbuhan seharusnya

diperhitungkan untuk menekan penggunaan pupuk. Cacing tanah mempengaruhi siklus dan

perubahan dari hara di dalam tanah melalui peranannya pada sifat biologi, kimia dan fisik

tanah. Menurut Suin (1982), besar pengaruh dari cacing dipengaruhi oleh kelompok secara

ekologi dan ukuran cacing, tumbuhan, bahan induk tanah, iklim, waktu, dan sejarah

penggunaan. Agregat yang dibentuk oleh cacing memiliki stabilitas terhadap air yang lebih

tinggi.

Jalur hijau di kota yang padat seperti Surabaya menjadi sangat penting sebagai

upaya meminimalkan polusi udara akibat transportasi dan industri. Jalur hijau di Kota

Surabaya hendaknya berkondisi baik dengan adanya pepohonan dan tanaman yang mampu

menyerap polutan. Untuk menjaga kondisi jalur hijau agar sesuai dengan fungsinya maka

pemerintah Kota Surabaya harus menjaga dan merawat jalur hijau tersebut. Penggunaan

cacing tanah sebagai upaya untuk menjaga kondisi jalur hijau agar tetap optimal dapat

dijadikan pilihan. Terlebih lagi pemanfaatan cacing tanah tidak memerlukan biaya yang

mahal seperti halnya penggunaan pupuk, melainkan pemenuhan kondisi jalur hijau yang

sesuai dengan cacing tanah tersebut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan cacing tanah di jalur hijau Kota Surabaya

khususnya di Jalan Diponegoro, Darmo, Kertajaya, A. Yani dan HR. Muhammad

didapatkan 12 jenis spesies cacing tanah. Dari kelima lokasi tersebut lokasi III Jl. Kertajaya

cenderung memiliki jumlah spesies yang paling sedikit. Sehingga untuk bisa memperbaiki

kesuburan tanah di lokasi tersebut perlu dilakukan peningkatan kualitas tanah agar dapat

meningkatkan produktivitas cacing tanah dan tingkat kesuburannya dapat ditingkatkan

tanpa perlu penggunaan pupuk. Cacing tanah dapat mengubah sifat fisik dan kimia tanah,

memperlancar proses mineralisasi bahan organik, dan menstabilkan siklus hara (Parkin dan

Berry, 1994). Cacing tanah dan sekresinya kaya akan hara dan dalam bentuk yang tersedia

Page 17: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

17

bagi tanaman. Sebagai contoh cairan ekstrak cacing tanah mengandung Mn 1,19 mg/kg, Zn

3,00 mg/kg, Ca 1,11 mg/kg, Cu 0,36 mg/kg, Mg 35,40 mg/kg, Fe 7,62 mg/kg, Na 70,80

mg/kg, K 328,40 mg/kg, dan Se 0,20 mg/kg. Namun jenis dan kandungan hara bervariasi

tergantung kondisi lingkungan tempat hidupnya (Parkin dan Berry, 1994). Sehingga

penerapan untuk menyuburkan tanah di jalur hijau, penggunaan cacing tanah dapat menjadi

pilihan.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, selanjutnya dapat disimpulkan sebagai

berikut.

1. Jenis cacing tanah yang ditemukan di jalur Jl. Diponegoro, Darmo, Kertajaya, A.Yani

dan HR. Muhammad terdiri atas 12 spesies yaitu: Aporrectodea longa, Aporrectodea

rosea, Aporrectodea trapezoids, Aporrectodea tuberculata, Aporrectodea turgid,

Bimastos parvus, Dendrodrilus rubidus, Eisenia foetida, Lumbricus castaneus,

Lumbricus festivus, Lumbricus rubellus, dan Sparganophilus eiseni.

2. Jenis cacing tanah yang mendominasi berdasarkan nilai frekuensi kehadiran (FK) adalah

jenis Lumbricus festivus dan Bimastos dengan nilai FK 83,33%.

3. Keanekaragaman cacing tanah di lokasi jalur hijau Jl. Diponegoro, Darmo, dan A. Yani

tergolong sedang. Sedangkan keanekaragaman cacing tanah di Jl. Kertajaya dan HR.

Muhammad tergolong rendah.

Saran

Kesuburan tanah pada jalur hijau sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.

Organisme tanah, salah satunya cacing tanah sangat berperan dalam proses penyuburan

tanah. Oleh sebab itu, pemanfaatan organisme tanah seperti cacing tanah dapat menjadi

pilihan untuk mengganti penggunaan pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah

khususnya pada jalur hijau. Sehingga biaya yang akan dikeluarkan untuk perawatan jalur

hijau dapat diminimalkan dengan memanfaatkan cacing tanah sebagai penyubur tanah alami

pengganti pupuk. Pemanfaatan cacing tanah yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan

kesuburan tanah adalah cacing tanah yang sudah memiliki cincin atau sudah dewasa seperti

jenis Sparganophilus eiseni. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang distribusi dan

komposisi cacing tanah yang lain agar dapat dibandingkan dengan yang didapatkan pada

kelima lokasi survei, sehingga selanjutnya dapat diketahui jenis cacing tanah yang paling

sesuai digunakan untuk menyuburkan jalur hijau di Kota Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, 1994. Fungsional Attributes of Biodiversity in landuse System: In D.J.

Greenland and I. Szabolcs (eds). Soil Resiliense and Sustainable land Use. CAB

International. Oxon.

Barnes, R., 1987. Invertebrate Zoology. Philadelphia: Saunders Co. Publishing.

Budiarti dan Asiani, 1993. Cacing Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Edward, C. H. dan Lofty, J. R., 1977. Biology of Earthworm. London: Chapman and Hall.

Fandeli, C., Kaharuddin dan Mukhlison, 2004. Perhutanan Kota. Yogyakarta: Fakultas

Kehutanan UGM.

Hanafiah, K. A., 2005. Biologi Tanah Ekologi dan Makrobiologi Tanah. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Page 18: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

18

Hardjowigeno, S., 1995. Ilmu tanah. Jakarta: Akademika Presindo.

Hasni, 2008. Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah, Dalam Konteks UUPA-

UUPR-UUPLH. Edisi I. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hegner, R. W. dan Engeman, J. G., 1978. Invertebrate Zoology. New York: Mac Milan.

Kaisang, S., 2004. Keanekaragaman Jenis Vegetasi Pada Kebun Hutan di Desa Bolapapu

Kecamatan Kulawi Kabupaten Donggala TNLL. Skripsi. Fakultas Pertanian Palu:

Universitas Tadulako.

Krebs, C. J., 1985. Experimental Analysis of distribution Of Abudance. Third Edition. New

York: Haper & Row Publisher.

Morario, 2009. Komposisi dan Distribusi Cacing Tanah Di Kawasan Perkebunan Kelapa

Sawit PT. Moeis dan Di Perkebunan Rakyat Desa Simodong Kecamatan Sei Suka

Kabupaten Batu Bara. Skripsi. Departemen Biologi. Medan: USU.

Nazaruddin, 1996. Penghijauan Kota. Cetakan Kedua. Jakarta: Penebar Swadaya.

Notohadiprawiro, T., 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hlm. 29.

Odum, E.P., 1971. Fundamental of Ecology. Edisi III. Philadelphia: Sounders College

Publishing.

Parkin, T. B. dan Berry, C. E., 1994. Nitrogen Transformations Associated with Earthworm

Casts. Soil. Biol. Biochem. Vol 26 (9) : 1233-1238.

Rukmana, H. R., 1999. Budi Daya Cacing Tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Russel, E. W., 1988. Soil Condition and Plant Growth. Eleventh Edition. Longman

Scientific & Technical. New York: The United States with John Wiley & Sons.

Sopiyudin, 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian

Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Subler, S., Edwards C. dan Metzger J., 1998. Comparing Vermicompost and Compost.

BioCycle 39. Hlm. 63-66.

Suin, N. M., 1982. Cacing Tanah dari Biotop Hutan, Belukar dan Kebun di Kawasan

Gambung-Jawa Barat. Tesis. Bandung: ITB. Hlm. 72-74.

Suin, N. M. dan Iswandi., 1994. Pemanfaatan Cacing Tanah pada Onggokan Sampah dan

Tanah Sekitarnya. Laporan Penelitian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Pusat Studi Lingkungan Hidup. Padang: Universitas Andalas. Hlm. 1-9.

Wallwork, J. A., 1970. Ecology of Soil Animal. London: McGraw-Hill Book Company.

Hlm. 58-74.

Wilhm, J. L., 1975. Biological Indicator of Pollution in River Ecological. London:

Blackwell Scientific Publication.

Wesley, L. D., 1973. Mekanika Tanah. Jakarta: Badan Penerbit Pustaka Umum.

Worm Watch, 2000. Taxonomic Key.

http://www.naturewatch.ca/english/wormwatch/about/key/images/taxonomic_key.gi

f

Page 19: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

19

LAMPIRAN

Lampiran 1. DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

1. Biodata Anggota I

a. Nama Lengkap : Monica Astrid Respa Putri

b. NIM : 081011005

c. Jurusan : Ilmu dan Teknologi Lingkungan

d. Universitas : Airlangga

e. Alamat Rumah : Jl. Ikan Cucut No. 21 Perum. Tambakrejo Indah Waru Sidoarjo

f. No Tel./HP : 081934659548

g. Alamat email : [email protected]

j. Tanda Tangan :

2. Biodata Anggota II

a. Nama Lengkap : Farah Rizki Octavia

b. NIM : 081011029

c. Jurusan : Ilmu dan Teknologi Lingkungan

d. Universitas : Airlangga

e. Alamat Rumah : Jl. Arif Rahman Hakim No.14 A

f. No Tel./HP : 085648321007

g. Alamat email : [email protected]

j. Tanda Tangan :

3. Biodata Anggota III

a. Nama Lengkap : Titi Tiara Anasstasia

b. NIM : 081011053

c. Jurusan : Ilmu dan Teknologi Lingkungan

d. Universitas : Airlangga

e. Alamat Rumah : Mulyorejo pertanian No.7 Surabaya

f. No Tel./HP : 085730117293

g. Alamat email : [email protected]

j. Tanda Tangan :

4. Biodata Anggota IV

a. Nama Lengkap : Ony Virnanda Pratama

b. NIM : 081111002

c. Jurusan : Ilmu dan Teknologi Lingkungan

d. Universitas : Airlangga

e. Alamat Rumah : Kedung Pengkol V/7D Surabaya

f. No Tel./HP : 08973152169

g. Alamat email : [email protected]

j. Tanda Tangan :

Page 20: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

20

Lampiran II. TABEL-TABEL

Tabel 4. Kepadatan (individu/m2) dan Kepadatan Relatif Populasi Cacing Tanah pada

Masing-Masing Lokasi Penelitian

No Jenis

Lokasi I Lokasi II Lokasi III Lokasi IV Lokasi V

K KR

(%) K

KR

(%) K

KR

(%) K

KR

(%) K

KR

(%)

1 Aporrectodea

longa 0 0 4,2 2,2 0 0 0 0 0 0

2 Aporrectodea

rosea 8,3 2,7 12,5 6,7 12,5 100 37,5 36 79,2 76

3 Aporrectodea

trapezoids 0 0 8,3 4,4 0 0 0 0 0 0

4 Aporrectodea

tuberculata 12,5 4 0 0 0 0 4,2 4 0 0

5 Aporrectodea

turgid 8,3 2,7 4,2 2,2 0 0 8,3 8 8,3 8

6 Bimastos

parvus 158,3 50,7 75 40 0 0 33,3 32 8,3 8

7 Dendrodrilus

rubidus 20,8 6,7 12,5 6,7 0 0 0 0 0 0

8 Eisenia foetida 4,2 1,3 0 0 0 0 0 0 0 0

9 Lumbricus

castaneus 20,8 6,7 8,3 4,4 0 0 0 0 0 0

10 Lumbricus

festivus 75 24 54,2 28,9 0 0 20,8 20 8,3 8

11 Lumbricus

rubellus 0 0 8,3 4,4 0 0 0 0 0 0

12 Sparganophilus

eiseni 4,2 1,3 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 312,5 100 187,5 100 12,5 100 104,2 100 104,2 100

Keterangan : K = Kepadatan; KR = Kepadatan Relatif.

Page 21: LAPORAN AKHIR PKM-P SITUS CINTA (Diversitas Dan Distribusi Cacing Tanah) Pada Jalur Hijau Di Kota Surabaya

21

Tabel 5. Frekuensi Kehadiran (%) dan Konstansi Cacing Tanah pada Masing-Masing Lokasi Penelitian

Jenis Lokasi I Lokasi II Lokasi III Lokasi IV Lokasi V

FK (%) Konstansi FK (%) Konstansi FK (%) Konstansi FK (%) Konstansi FK (%) Konstansi

Lumbricus festivus 83.33 Absolut 83.33 Absolut 0.00 Aksidental 50.00 Konstan 33.33 Asesoris

Dendrodrilus rubidus 33.33 Asesoris 33.33 Asesoris 0.00 Aksidental 0.00 Aksidental 0.00 Aksidental

Lumbricus castaneus 33.33 Asesoris 33.33 Asesoris 0.00 Aksidental 0.00 Aksidental 0.00 Aksidental

Aporrectodea turgid 33.33 Asesoris 16.67 Aksidental 0.00 Aksidental 33.33 Asesoris 33.33 Asesoris

Lumbricus rubellus 0.00 Aksidental 16.67 Aksidental 0.00 Aksidental 0.00 Aksidental 0.00 Aksidental

Bimastos parvus 66.67 Konstan 83.33 Absolut 0.00 Aksidental 66.67 Konstan 16.67 Aksidental

Aporrectodea rosea 33.33 Asesoris 50.00 Konstan 16.67 Aksidental 66.67 Konstan 66.67 Konstan

Aporrectodea tuberculata 33.33 Asesoris 0.00 Aksidental 0.00 Aksidental 16.67 Aksidental 0.00 Aksidental

Eisenia foetida 16.67 Aksidental 0.00 Aksidental 0.00 Aksidental 0.00 Aksidental 0.00 Aksidental

Aporrectodea trapezoids 0.00 Aksidental 16.67 Aksidental 0.00 Aksidental 0.00 Aksidental 0.00 Aksidental

Aporrectodea longa 0.00 Aksidental 16.67 Aksidental 0.00 Aksidental 0.00 Aksidental 0.00 Aksidental

Sparganophilus eiseni 16.67 Aksidental 0.00 Aksidental 0.00 Aksidental 0.00 Aksidental 0.00 Aksidental

Keterangan: Nilai FK : 0-25% = Sangat jarang (aksidental)

Nilai FK : 25-50% = Jarang (asesoris)

Nilai FK : 50-75% = Sering (konstan)

Nilai FK : 75-100% = Sangat sering (absolut)