LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD)...

56
LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) UNPAD Perkembangan Pasar Modern Sayuran: Mampukah Petani Meresponnya dan Bagaimanakah Dampaknya Terhadap Usahatani Mereka? Oleh : Elly Rasmikayati Endah Djuwendah Tuti Karyani Dibiayai Oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran Tahun Anggaran 2010 Berdasarkan SPK No 688a/H.6.26/LPPM/PL/2010 Tanggal 29 Maret 2010 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN NOVEMBER 2010

Transcript of LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD)...

Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) UNPAD

Perkembangan Pasar Modern Sayuran: Mampukah Petani Meresponnya dan

Bagaimanakah Dampaknya Terhadap Usahatani Mereka?

Oleh :

Elly Rasmikayati

Endah Djuwendah

Tuti Karyani

Dibiayai Oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran

Tahun Anggaran 2010

Berdasarkan SPK No 688a/H.6.26/LPPM/PL/2010

Tanggal 29 Maret 2010

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

NOVEMBER 2010

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama
Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .................................................................. iii

DAFTAR ISI .................................................................................. iv

DAFTAR TABEL ........................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ..................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................. 4

1.3. Tujuan Penelitian ................................................. 4

1.4. Manfaat Penelitian ............................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pasar dan Perkembangannya ..................... 6

2.2. Pertumbuhan Pasar Modern dan Tradisional ............ 9

2.3. Pasar dan Saluran Pemasaran .................................. 14

2.4. Perkembangan Pasar Modern dan

Dampaknya Terhadap Petani…………………………….. 18

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode dan Tempat Penelitian ................................ 25

3.2. Jenis dan Sumber Data.............................................. 26

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

v

3.3. Data/Informasi yang Diperlukan

(Operasionalisasi Variabel)……………………..….. 26

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Kabupaten Bandung ......................................... 29

4.2. Karakteristik Petani Sayuran ........................................... 30

4.2.1. Umur petani .................................................... 30

4.2.2. Pendidikan Petani .......................................... 31

4.2.3. Mata pencaharian petani responden .............. 33

4.2.4. Pengalaman usahatani sayuran ....................... 34

4.2.5. hasil produksi dan pemasaran sayuran .......... 34

4.3. Potensi Pengembangan Usahatani Sayuran ...................... 38

4.4. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi petani sayuran............ 39

4.5. Perkembangan Pasar Modern: Usahatani Petani Sayuran. 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ..................................................................... 47

5.2. Saran ............................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 48

LAMPIRAN ................................................................................. 50

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

vi

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Operasionalisasi Variabel ............................................ 27

2. Komposisi Responden Petani Berdasarkan Kelompok

Umur ........................................................................... 31

3. Komposisi Responden Petani Sayuran Berdasarkan

Tingkat Pendidikan .................................................... 33

4. Komposisi Responden Berdasarkan Pengalaman

Usahatani Sayuran ...................................................... 34

5. Produktivitas Sayuran Petani Responden ................... 35

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

vii

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Model Permintaan dan Penawaran Sayuran .............. 14

2. Pola Saluran Pemasaran............................................. 17

3. Sistem Pemasaran Sayuran ....................................... 37

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

viii

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Peta Kabupaten Bandung ..................................... 50

2. Curriculum Vitae Peneliti .................................... 51

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Permintaan terhadap sayuran dalam negeri, masyarakat kelas menengah ke

atas serta ekspor sayuran, volumenya terus mengalami peningkatan. Jenis sayuran

yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam dan luar negeri pun sekarang sangat

beragam. Peningkatan permintaan sayuran tersebut disebabkan oleh semakin

bertambahnya jumlah penduduk di dalam negeri dan sudah pasti membutuhkan

pasokan pangan, termasuk sayuran. Selain itu, masyarakat luar negeri serta

sebagian kecil masyarakat Indonesia dengan daya beli yang relatif tinggi, yang

ditunjang oleh kesadaran akan pentingnya kesehatan melalui asupan makanan,

khususnya sayuran mulai meningkat.

Sayuran yang dibutuhkan oleh segmen tersebut mempunyai ciri dan kualitas

tertentu. Misalnya, mereka lebih menyukai sayuran organik dengan kualitas yang

terstandardisasi atau dengan tingkat pestisida minimum. Misalnya, sekarang

banyak disukai sayuran bernilai ekonomi tinggi, seperti paprika, brokoli, zukini

(labu jepang), edamame (labu jepang) yang organik dan minim pestisida.

Kebutuhan komoditas dengan kualifikasi tertentu tersebut merupakan

peluang yang sangat menjanjikan bagi pasar sayuran. Oleh karena itu, diperlukan

sebuah pasar yang dapat menyediakan komoditas sesuai dengan permintaan yang

ada, tidak hanya menyangkut komoditas yang dijual, tetapi juga faktor pendukung

lainnya, seperti kenyamanan tempat berbelanja serta manajemen pasar.

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

2

Meskipun keberadaan pasar tradisional masih mendominasi sebagai pasar

tujuan, baik dari pihak petani sebagai penjual maupun konsumen sebagai pembeli

komoditas, tetapi kondisi pasar tradisional sekarang tidak dapat memenuhi tuntutan

tersebut. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari dalam maupun luar

pasar itu sendiri, seperti buruknya manajemen pasar, banyaknya retribusi,

menjamurnya pedagang kaki lima (PKL), tidak ada jalinan kerja sama dengan

pemasok besar, buruknya manajemen pengadaan dan lain-lain (SMERU, 2007).

Kelemahan tersebut dapat direspon oleh pasar modern yang menawarkan

beragam komoditas berikut pelayanannya sesuai dengan tuntutan pasar.

Perkembangan pasar modern ini terus mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil

studi A.C. Nielsen (2005), pasar modern di Indonesia tumbuh 31,4 persen per

tahun, sedangkan pasar tradisional menyusut 8 persen per tahun.

Sebagian pengusaha Indonesia telah mampu merespon kebutuhan sayuran

dengan kualitas terjaga ini. Beberapa pengusaha telah menjadi supplier sayuran

untuk berbagai pasar modern dalam negeri, seperti Hipermart, Careffour,

Superindo dan Hero. Selain itu, sebagian pengusaha lainnya telah berhasil

melakukan ekspor sayuran ke berbagai negara. Negara-negara tujuan ekspor

sayuran Indonesia terutama Singapura, Malaysia dan Taiwan. Bahkan, sayuran dari

Indonesia sudah dapat menembus pasar Jepang dan Amerika dengan standar

kualitas yang lebih tinggi.

Beberapa pengusaha dan koperasi petani merespon permintaan sayuran

bernilai tinggi tersebut dalam waktu yang cukup lama. Misalnya, seorang

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

3

pengusaha di Parongpong, Bandung telah mampu mengekspor 5-8 ton

paprika dan 2 ton zukini ke Singapura setiap minggunya dalam waktu tiga tahun

terakhir. Dalam Usaha untuk menjaga kuantitas dan kontinuitas pasokan

sayurannya, pengusaha tersebut mengusahakan kebun sendiri serta bekerjasama

dengan petani lain yang mempunyai kemampuan untuk menjaga kualitas dan

kontinuitas pasokan sayuran yang dibutuhkan.

Selain di Jawa, banyak pula pebisnis yang telah melakukan ekspor sayuran,

seperti di Lombok, Riau, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Walaupun demikian,

masih banyak diantaranya yang belum mampu menjaga kontinuitas dan kualitas

sayuran yang diekspornya. Selain pengusaha lokal, sekarang sudah terdapat

beberapa perusahaan asing (PMA) yang bergerak di bidang ekspor sayuran di

Indonesia. Pengusaha-pengusaha tersebut umumnya berasal dari negara-negara

tujuan ekspor sayuran Indonesia, seperti Singapura, Malaysia dan Taiwan.

Umumnya, mereka membuat gudang ditambah packing house melakukan

pengumpulan sayuran dengan membeli komoditas kepada petani setempat atau

petani binaan. Selain itu, dapat pula memanfaatkan jasa pengepul sayuran serta

melakukan pengemasan sebelum dikirim ke negara masing-masing.

Petani yang mampu merespon pasar sayuran modern, sayuran jumlahnya

masih terbatas. Petani sayuran, khususnya yang luas penguasaan lahannya lebih

sempit, memiliki banyak keterbatasan. Umumnya mereka terkendala dengan

tuntutan kualitas dan kontinuitas pasokan yang cukup ketat yang diminta oleh pasar

modern.

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

4

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka terdapat

beberapa rumusan masalah yang akan menjadi fokus kajian dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah dinamika respon petani terhadap permintaan sayuran oleh

pasar modern dibandingkan dengan pasar tradisional?

2. Seberapa jauh, dampak permintaan pasar modern pada usahatani petani

sayuran?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap bagaimana perkembangan

pasar modern sayuran: mampukah petani meresponnya dan bagaimanakah

dampaknya terhadap usahatani meraka. Berdasarkan rumusan masalah pada

penelitian ini, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan dinamika respon petani terhadap permintaan sayuran oleh

pasar modern dibandingkan dengan pasar tradisional.

2. Menggambarkan pola usahatani petani sayuran dalam konteks

perkembangan pasar modern.

3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai keterkaitan antara partisipasi petani dalam pasar modern

dengan dampaknya terhadap usaha tani mereka diharapkan dapat berguna bagi :

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

5

Petani sayuran, agar dapat digunakan untuk memperbaiki kemampuan

usahatani dan pemasarannya.

Pembuat kebijakan bidang agribisnis khususnya untuk pengembangan

produktifitas sayuran dan industrinya, serta para pembuat kebijakan yang

berupaya untuk meningkatkan luas penguasaan lahan petani sebagai bahan

masukan atau informasi.

Peneliti atau pihak lain yang tertarik pada pengembangan agribisnis

Pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang pemasaran sayuran dan

pemberdayaan petani kecil.

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pasar dan Perkembangannya

Istilah pasar dapat diterapkan pada berbagai bidang, misalnya dunia usaha,

teori ekonomi, maupun pemasaran pada umumnya dan pemasaran komoditas

pertanian khususnya. Pasar seringkali didefinisikan sebagai tempat bertemunya

pembeli dan penjual di suatu tempat. Oleh karena itu, pasar menyangkut pembeli,

penjual dan fasilitas pasar (Ratya, 2004). Pasar juga dapat diartikan sebagai tempat

terjadinya penawaran dan permintaan, transaksi, tawar-menawar nilai (harga) dan

atau terjadinya pemindahan kepemilikan melalui suatu kesepakatan antara pembeli

dan penjual. Kesepakatan tersebut dapat berupa kesepakatan harga, cara

pembayaran, cara pengiriman, tempat pengambilan atau penerimaan produk, jenis

dan jumlah produk, spesifikasi, mutu produk serta kesepakatan lain yang

berhubungan dengan pemindahan kepemilikan produk (Said dan Harizt, 2004).

Secara umum, pasar dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu pasar

domestik dan ekspor. Pasar yang berorientasi domestik (identik dengan kualitas

produk rendah) dengan tingkat harga yang relatif rendah. Sedangkan, pasar yang

berorientasi ekspor (identik dengan kualitas produk yang tinggi) dengan tingkat

harga relatif lebih mahal. Pasar ekspor yang merupakan jenis pasar modern

meliputi swalayan, hotel dan restoran serta industri.

Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama dalam hal

kestrukturan pasar. Kestrukturan pasar disini dapat dilihat dari bangunan, suasana

serta fasilitas penunjang pasar. Anggapan pasar tradisional selama ini yaitu pasar

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

7

yang tidak terstuktur, seperti bentuk bangunan yang relatif sederhana dengan

suasana relatif kurang menyenangkan (ruang tempat usaha sempit, sarana parkir

yang kurang memadai dan kurang menjaga kebersihan pasar dan penerangan yang

kurang baik). Barang-barang yang diperdagangkannya merupakan barang

kebutuhan sehari-hari dengan mutu yang kurang diperhatikan, harga barang relatif

murah serta cara pembeliannya dengan sistem tawar-menawar. Selain itu, para

pedagangnya sebagian besar adalah golongan ekonomi lemah dengan cara

berdagang yang kurang profesional. Contoh pasar tradisional tersebut adalah pasar

Inpres.

Sebaliknya, pasar modern adalah pasar yang terstruktur, dimana berada

dalam bangunan, dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) oleh

pembeli. Barang-barang yang dijualnya, selain bahan makanan seperti buah,

sayuran, daging, juga barang-barang yang dapat bertahan lama.1 Menurut Ma'ruf

(2005), gerai/pasar modern mulai beroperasi awal tahun 1960-an di Jakarta. Arti

modern di sini adalah penataan barang menurut keperluan yang sama atau

dikelompokkan di bagian yang sama sehingga dapat dilihat dan diambil langsung

oleh pembeli. Selain itu, terdapat penggunaan alat pendingin udara serta adanya

pramuniaga profesional.

Pada tahun 2004, macam-macam gerai/pasar modern di Indonesia adalah: □

Minimarket, dengan pertumbuhan sebanyak 1.800 buah selama 10 tahun hingga

tahun 2002. Luas minimarket antara 50 - 200 m2;

1 http://id.wikipedia.org/vviki/Pasar

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

8

Convenience store, gerai ini mirip minimarket dalam hal produk yang dijual,

tetapi berbeda dalam harga, jam buka, luas ruang dan lokasi. Convenience

store ada yang buka 24 jam, dengan luas ruang antara 200 - 450 m2 dan

berlokasi di tempat yang strategis. Sebagian produknya sedikit lebih mahal

daripada yang dijual minimarket;

Specialty store, sebagian masyarakat lebih menyukai belanja di toko dimana

pilihan produk tersedia lengkap sehingga tidak hams mencari lagi di toko lain.

Keragaman produk disertai harga yang bervariasi dari yang terjangkau hingga

premium membuat specialty store lebih unggul;

Factory outlet;

Distro atau distribution outlet;

Supermarket, pertumbuhannya sebanyak 700 buah dalam kurun 10 tahun

hingga tahun 2003. Supermarket kecil mempunyai luas ruang antara 300

-1.100 m2, sedangkan supermarket besar mempunyai luas 1.100-2.300 m

2;

Departement store atau toserba (toko serba ada), gerai jenis ini mempunyai

ukuran luas ruang yang beragam, mulai dari beberapa ratus meter persegi,

hingga 2.000 -3.000 m2;

Superstore, luasnya mulai dari 2.300 - 4.700 m2;

Perkulakan atau gudang rabat;

Hypermarket, dengan luas ruang > 5.000 m2.

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

9

2.2. Pertumbuhan Pasar Modern dan Tradisional

Perkembangan pasar di setiap kota/kabupaten di Jawa Barat dalam kurun

waktu 2002-2005 menunjukkan peningkatan, meskipun dengan jumlah dan lokasi

yang tidak merata. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi

Jawa Barat (2002 dan 2005), pada tahun 2005 jumlah pasar di Jawa Barat mencapai

911, terdiri dari 530 pasar tradisional dan 381 pasar modem, termasuk swalayan.

Hal tersebut menunjukkan kenaikan yang signifikan dibandingkan kan dengan

tahun 2002 mencapai 147 pasar. Pada tahun 2002, pasar di Jawa Barat tercatat

sebanyak 764, terdiri dari 506 pasar tradisional dan 258 pasar modern. Peningkatan

jumlah pasar terbesar terjadi di Kabupaten Majalengka, yakni 33 pasar (17

tradisional dan 16 modem). Daerah lain yang peningkatan jumlah pasarnya cukup

besar adalah Kabupaten Bandung (19 modem), Kota Bekasi (1 8 modem) dan

Kota Bandung (10 modern).

Secara umum, peningkatan jumlah pasar, khususnya modem terjadi di

aicotaan. Hal ini mengakibatkan semakin ketatnya persaingan di kalanganan

pedagang eceran. Meskipun jumlah pasar tradisonal masih lebih besar

dibandingkan pasar modem, tetapi pertumbuhannya sangat pesat. Berdasarkan

hasil studi Nielsen (2005), pasar modern di Indonesia tumbuh 31,4 persen per

tahun, sedangkan pasar tradisional menyusut 8 persen per tahun. Selama tahun

2002-2005, pasar tradisional di Jawa Barat tumbuh sekitar 5 persen, sedangkan

pasar modern tumbuh signifikan mencapai 66 persen. Kondisi tersebut

mengkhawatirkan, terutama bagi pelaku usaha di pasar tradisional karena di

beberapa kabupaten/kota, jumlah pasar modern lebih banyak dibandingkan pasar

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

10

tradisional seperti di kabupaten Bandung (42 pasar modern, 29 pasar tradisional),

kota Sukabumi, kota Bogor, kota Depok, dan kota Cimahi.

Akibat dari perkembangan pasar modern tersebut, pasar-pasar tradisional

yang lokasinya berdekatan dengan mall/supermarket/hypermarket mulai

kehilangan pembeli sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu perkembangan

atau bahkan mematikan usaha pelaku perdagangan eceran di pasar tradisional yang

umumnya merupakan pelaku usaha mikro. Sebagai contoh, semenjak kehadiran

hypermarket di Jakarta, pasar tradisional di kota tersebut disinyalir merasakan

penurunan pendapatan dan keuntungan yang drastis, seperti yang dikemukakan

APPSI, bahwa 151 pasar tradisional di Jakarta terancam oleh keberadaan

supermarket, sembilan diantaranya sudah tutup.

Namun, seharusnya kondisinya tidak demikian mengingat banyak kekhasan

yang dimiliki pasar tradisional bila dibandingkan dengan pasar modern, seperti

jual-beli dengan tawar-menawar harga dan suasana yang memungkinkan penjual

dan pembeli menjalin kedekatan. Selain itu, pasar tradisional mempunyai

keuntungan non ekonomi dari sudut pandang kepentingan ekonomi makro, yaitu

penyediaan pilihan kesempatan usaha, penyediaan lapangan kerja, dimana pada

tahun 2006, di Indonesia terdapat 13.450 pasar tradisional dengan sekitar 12,6 juta

pedagang kecil beserta kontribusi outputnya.

Sulitnya pasar tradisional bersaing menghadapi pasar modern disebabkan

oleh beberapa hal, antara lain :

1. kondisi fisik pasar tradisional secara umum tertinggal dibandingkan pasar

modern yang bersih dan nyaman sehingga konsumen lebih tertarik untuk

berbelanja di pasar modern. Sebagai contoh, di Jakarta berdasarkan catatan PD

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

11

Pasar Jaya, dari total 151 pasar, hanya 27 pasar yang aspek fisik bangunannya

masih baik. Sisanya, 111 pasar dalam kondisi fisik bangunan rusak sedang atau

berat dan hanya 13 pasar mengalami rusak ringan;

2. pasar modern berlokasi tidak jauh (kurang dari 10 km) dari lokasi pasar

tradisional yang mengakibatkan semakin banyak konsumen yang beralih ke

pasar modern;

3. dengan kekuatan modal, anak perusahaan atau cabang-cabang hypermarket atau

supermarket kini mudah diakses warga hingga tingkat kelurahan atau

permukiman, sedangkan para pedagang di pasar tradisional umumnya adalah

pengusaha mikro. Disamping itu, pendirian cabang-cabang itu berbasis

waralaba atau sistem sewa sehingga orang bebas membeli lisensinya ataupun

menyewa tempat; serta

4. belum adanya perda yang mengatur mengenai pendirian pasar modem.

Selain itu, disebabkan oleh kurangnya daya dukung karakteristik pedagang

tradisional seperti buruknya manajemen pasar, banyaknya retribusi, menjamumya

pedagang kaki lima (PKL) yang dapat mengurangi pelanggan pedagang pasar serta

minimnya bantuan permodalan yang tersedia bagi pedagang tradisional yang

disebabkan jaminan (collateral) yang tidak mencukupi, tidak adanya skala

ekonomi (economies of scale), tidak ada jalinan kerja sama dengan pemasok besar,

buruknya manajemen pengadaan dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan

dengan keinginan konsumen (Wiboonpongse dan Songsak, 2006).

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

12

Meskipun demikian, pedagang yang menjual makanan segar (daging, ayam,

ikan, sayur dan buah-buahan) masih bisa bersaing dengan supermarket dan

hypermarket mengingat banyak pembeli masih memilih untuk membeli

kebutuhannya di pasar tradisional. Sebagai contoh, pada tahun 2007 di Pasar Induk

Caringin, Bandung, berdasarkan pendapat beberapa pedagang sayuran, penyerapan

sayuran oleh Pasar Induk Caringin rata-rata mencapai 500 ton/bulan dengan

penyaluran hampir 100 persen ke pasar eceran tradisional. Sedangkan, penyaluran

ke pasar modern seperti supermarket dan industri relatif jarang dilakukan.

Namun, jika dilihat dari tingkat petani, perkembangan penyerapan komoditas

oleh pasar modern tersebut relatif semakin berkembang, meskipun penyerapan

sayuran oleh pasar tradisional relatif masih mendominasi. Hal tersebut ditunjukkan

oleh penelitian Natawidjaja (2006), bahwa penyerapan sayuran oleh supermarket,

industri pengolahan, perdagangan antarpulau masing-masing mencapai 6, 4 dan 5

persen. Sedangkan, untuk pasar tradisional mencapai 75 persen.

Keunggulan pasar modern atas pasar tradisional adalah dapat menjual produk

yang relatif sama dengan harga yang lebih murah ditambah dengan kenyamanan

tempat berbelanja dan keragaman pilihan. Supermarket dan hypermarket juga

menjalin kerja sama dengan pemasok besar dan biasanya untuk jangka waktu yang

cukup lama. Hal ini yang menyebabkan supermarket dan hypermarket dapat

melakukan efisiensi dengan memanfaatkan skala ekonomi yang besar. Selain itu,

supermarket melakukan beberapa strategi harga dan non

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

13

harga untuk menarik pembeli. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh SMERU

(2007), pasar modern melakukan berbagai strategi harga seperti strategi limit harga,

strategi pemangsaan lewat pemangkasan harga (predatory pricing) serta

diskriminasi harga antarwaktu (inter-temporal price discrimination), misalnya

memberikan diskon harga pada akhir minggu dan pada waktu tertentu. Sedangkan,

strategi non harga antara lain dalam bentuk iklan, membuka gerai lebih lama,

khususnya pada akhir minggu, bundling/tying (pembelian secara gabungan) dan

parkir gratis.

Keberadaan pasar modern dan perkembangannya menurut Kotler (1997)

dapat menciptakan beberapa keuntungan, yaitu :

1. dari segi tempat, dimana petani dibantu dalam hal penyediaan tempat atau pasar

konsumen dan swalayan berperan sebagai pihak perantara;

2. dari segi waktu, dimana pasar swalayan buka setiap hari sehingga memberi

kemungkinan untuk para konsumen berbelanja setiap saat;

3. dari segi kualitas dan kuantitas, sebagai pengecer yang dapat menyediakan

sayuran dengan kualitas tinggi dan dapat dibeli dalam jumlah yang sesuai

keinginan konsumen;

4. dari beragamnya jenis produk yang ditawarkan, dimana

supermarket/hypermarket dapat mengumpulkan bermacam-macam produk di

satu tempat yang dapat diperoleh konsumen dengan mudah dalam satu

kesempatan berbelanja.

Hal serupa juga dikemukakan oleh para peneliti terdahulu lainnya mengenai

dampak positif dan negatif pasar modern. Menurut Khrisnamurti dan Lusi (2004),

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

14

supermarket secara umum mempengaruhi petani secara positif. Pertama,

supermarket telah mengubah saluran pemasaran dan rangkaian bisnis petani.

Kemudian, sistem usahatani petani yang menjual ke pasar modern berbeda dengan

petani yang tidak terlibat dengan pasar modern. Selanjutnya, supermarket membuat

petani mengenal sayuran dan buah impor.

2.3. Pasar dan Saluran Pemasaran Sayuran

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sayuran. Beberapa provinsi

penghasil utama sayuran adalah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sumatera Barat.

Pasar sayuran utama di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu pasar sayuran segar

dan olahan. Permintaan sayuran segar sebagian besar diperoleh dari produksi

domestik, sedangkan surplusnya diekspor. Berikut merupakan model permintaan

dan penawaran sayuran.

Gambar 1. Model Permintaan dan Penawaran Sayuran

Sumber: Adiyoga, dkk. (2001) E

kspor

Penawaran Domestik

Permintaan Domestik

Harga

Qd Qa Qs Kuantitas

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

15

Berdasarkan Gambar 1, Pw adalah harga dari biaya pemasaran bersih yang

diterima pasar dunia. Saat Pw lebih besar dari harga domestik tanpa harga pasar

(Pa), sejumlah produksi di ekspor. Penurunan ekspor tersebut dapat disebabkan oleh

: (1) pertumbuhan permintaan domestik; (2) penurunan penawaran domestik (atau

peningkatan biaya unit produksi); dan (3) penurunan harga ekspor sebagai akibat

dari jatuhnya permintaan ekpor, peningkatan kompetisi global, atau penurunan

efisiensi pemasaran.

Dilihat dari segi ekonomi, pemasaran merupakan tindakan atau kegiatan yang

produktif, menghasilkan pembentukan kegunaan, yaitu kegunaan tempat, waktu,

hak milik dan bentuk sehingga mempertinggi nilai guna dari suatu barang yang

diminta oleh konsumen. Sedangkan, nilai ekonomi akan menentukan nilai barang

dan jasa bagi individu-individu. Faktor penting yang membentuk nilai ekonomi

adalah produksi, pemasaran dan konsumsi.

Menurut William J. Stanton dalam Swastha dan Irawan (1990), pemasaran

adalah suatu sistem dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk

merencanakan, menentukan harga, mempromosikan serta mendistribusikan barang

dan jasa dalam memuaskan kebutuhan, baik pembeli yang ada maupun pembeli

potensial. Selian itu, pemasaran dapat pula didefinisikan sebagai suatu proses sosial

dan manajerial dari individu dan kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginannya melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran nilai produk dengan

yang lain (Saladin, 2004).

Secara khusus, pemasaran pertanian dapat didefinisikan sebagai jumlah

kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberi kepuasan dari barang atau jasa

Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

16

yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang pertanian, baik

input maupun produk pertanian (Said dan Harizt, 2004). Kegiatan pemasaran tidak

sekedar menyampaikan barang atau jasa dari produsen kepada konsumen, tetapi

juga memperlancar arus barang atau jasa secara paling efisien dengan maksud

untuk menciptakan permintaan yang efektif.

Berkaitan dengan karakteristik dari produk pertanian umumnya memiliki

sifat mudah rusak (perishable), memiliki ukuran yang besar per tumpukan

(bulky/voluminous), beranekaragam mutunya (quality variation) serta musiman

(Ratya, 2004). Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan suatu perlakuan dan

penanganan khusus yang menjadikan kegiatan pemasaran penting adanya,

diantaranya mengenai saluran pemasaran yang dipilih.

Saluran pemasaran dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Umumnya,

didefinisikan sebagai suatu rute atau jalur. Saluran pemasaran dapat berbentuk

sederhana dan dapat pula rum it sekali. Hal tersebut tergantung pada macam

komoditas lembaga pemasaran dan sistem pasar. Sistem pasar yang monopoli

mempunyai saluran pemasaran yang relatif sederhana dibandingkan dengan sistem

pasar yang lain. Komoditas pertanian yang lebih cepat penyalurannya ke tangan

konsumen dan yang tidak mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, biasanya

mempunyai saluran pemasaran yang relatif sederhana (Soetriono, dkk., 2003).

Setiap lembaga pemasaran yang melibatkan diri dalam suatu sistem

pemasaran tertentu, baik komoditas industri atau pertanian, pada dasarnya

mempunyai tujuan imbalan pengorbanan yang telah diberikan oleh lembaga

pemasaran tersebut. Adanya perbedaan kegiatan yang diberikan oleh setiap

Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

17

Produsen

Produsen

Produsen

Pedagang

Pedagang

Pedagang

Pedagang

Pedagang

Pedagang

Konsumen

Konsumen

Konsumen

lembaga pemasaran menyebabkan terjadinya perbedaan harga jual dari satu

lembaga dengan lembaga lainnya hingga tingkat konsumen akhir. Kemudian,

mengingat setiap komoditas mempunyai saluran pemasaran yang berbeda, semakin

banyak lembaga yang terlibat dalam saluran pemasaran, maka akan semakin besar

perbedaan harga yang terjadi pada tingkat produsen dengan tingkat konsumen

akhir.

Selain saluran pemasaran, pola pemasaran komoditas dibedakan menjadi

pola saluran langsung dan tidak langsung. Saluran langsung terjadi apabila

produsen menjual barangnya secara langsung kepada konsumen tanpa melalui

perantara. Sedangkan pada saluran tidak langsung, produsen menjual barangnya

melalui perantara, seperti pedagang besar, pedagang menengah atau pengecer), di

daerah Jawa Barat sebagai sentra sayuran diperkirakan terdapat 1 1 - 1 5 persen

petani sayuran yang mulai berpartisipasi dalam penjualan ke supermarket melalui

bandar besar dan supplier.

Saluran Langsung

Saluran Tidak Langsung

Sumber : Saladini 2004)

Gambar 2. Pola Saluran Pemasaran

Produsen Konsumen

Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

18

2.4. Perkembangan Pasar Modern dan Dampaknya Terhadap Petani

Pada bagian ini akan dijelaskan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai

perkembangan pasar modern. Kemudian, dibahas juga mengenai perkembangan

penelitian mengenai pengaruh positif dan negatif keberadaan dan perkembangan

pasar modern tersebut terhadap para petani kecil.

Ada beberapa hambatan yang dihadapi para petani pedesaan Equador untuk

terlibat langsung di pasar modern : (1) adanya pengenalan varietas baru sayuran dan

manajemen yang berbeda, membuat tidak setiap petani dapat terlibat dalam value

chain sayuran karena mereka masih terbatas sumberdaya dan waktu yang

diperlukan untuk investasi. (2) pembayaran yang relatif lama yaitu sekitar 8 sampai

dengan 45 hari menyulitkan petani kecil karena mereka memerlukan uang tunai

segera untuk keperluan keluarga maupun untuk kepentingan usahatani selanjutnya.

(3) kapasitas produksi petani kecil, walaupun sedang berkembang, masih sangat

terbatas untuk dapat memenuhi permintaan yang relatif besar dari pasar modern,

kemudian kompetisi antar petani kecil, merupakan hambatan untuk membuat

agreement diantara mereka yang membuat mereka sebenarnya dapat membuat

kelompok untuk dapat memenuhi permintaan pasar modern yang besar volumenya.

(4) petani kecil masih dalam hal proses pembentukan modal yang memadai,

penyediaan tenaga kerja dan peningkatan kemampuan manajemen dari kelompok

ataupun koperasi. (5) ketersediaan dan akses terhadap jasa keuangan dan penyuluh

pertanian masih sangat terbatas. (6) permintaan pasar modern terhadap sayuran

cenderung meningkat, tetapi standar kualitas, kebersihan dan birokrasi yang

diminta pasar modern menurut petani terlalu ketat. (7) untuk petani, keberadaan

pihak yang bersedia untuk investasi di sayuran merupakan hal utama untuk

Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

19

menentukan apakah mereka akan menanam sayuran pada masa selanjutnya atau

tidak

Di Afrika Selatan, rantai pasok informal (tradisional) relatif lebih

menguntungkan bagi petani kecil dibandingkan dengan rantai pasok formal

(modern).

Ditambahkan oleh Natawidjaja, dkk. (2006) dimana hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa yang membuat petani sayuran Jawa Barat agak sulit

terhubung ke pasar modern antara lain (1) petani terikat pinjaman modal dengan

bandar, sehingga mencegah untuk memasarkan produknya ke alternatif pasar

lainnya termasuk supermarket. (2) ketiadaan penanganan pasca panen karena

apabila petani hanya menjual grade yang bagus ( grade A dan super) pada supplier

supermarket tidak ada pihak lain yang mau membeli grade sisanya. (3) rendahnya

kepercayaan dan komitmen pada kontrak, supplier supermarket sering mengeluh

atas seringnya kejadian pelanggaran kontrak yang dilakukan oleh petani. (4)

ketiadaan informasi harga dan transparansi; petani merasa mereka tidak diberikan

informasi yang menyeluruh mengenai kondisi pasar sehingga mereka curiga dan

merasa dicurangi. (5) petani merasa volume pemintaan dari supermarket kecil.

Respon ini kebanyakan berasal dari petani yang tidak bermitra dengan supplier

supermarket dan hanya melakukan perjanjian dengan bandar tradisional. (6)

ketiadaan kemitraan dan tidak berfungsinya koperasi petani; jelas bahwa jumlah

kelompok tani dan koperasi yang melakukan fungsi pemasaran sangat sedikit.

Terdapat gambaran yang buruk terhadap kelompok tani dan koperasi setelah

terjadinya revolusi hijau dimana kelompok tani dan koperasi digunakan sebagai

alat kebijakan untuk menyalurkan input pertanian, kredit, serta persediaan stok

Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

20

beras nasional sehingga untuk merubah gambaran tersebut menjadi sulit. (7)

kurangnya supplier supermarket di area produksi. (8) pembayaran tunda yang

dilakukan oleh supermarket juga menjadi masalah dan faktor pembatas, tidak hanya

pada petani saja tetapi juga pada supplier karena mereka harus mencari modal dari

tempat lain untuk menalanginya.

Selanjutnya, produsen skala kecil di pedesaan Uganda yang menghasilkan

susu, buah, dan sayuran dihadapkan pada permasalahan jumlah pasokan yang tidak

tetap, kualitas produk yang rendah, infrastruktur yang tidak memadai, kurangnya

kemampuan dalam berwirausaha, kurangnya pengalaman dalam pemasaran,

ketidaktersediaan kredit pertanian, dan kurangnya memahami metode pertanian

modem. Namun, potensi produsen skala kecil untuk berkembang tetap ada karena

produksi dari keberagaman produk dengan potensi produksi yang tinggi dan

ketersediaan produk sepanjang tahun juga berpotensi dalam nilai tambah

kebanyakan produk dan beberapa implementasi dari inisiatif pemerintah untuk

mendukung mereka. Untuk mengembangkan produsen skala kecil dari buah,

sayuran, dan produk susu, pelaku yang terlibat dalam sektor ini harus dilatih untuk

meningkatkan kualitas produknya dan pemerintah harus memberikan dukungan

dalam hal infrastruktur seperti fasilitas transportasi (fasilitas pendingin), dan

fasilitas gudang yang memadai untuk meminimalisasi berkurangnya kuantitas

produk pasca panen. Produsen skala kecil juga harus difasilitasi dalam

pembentukan organisasi produsen dan menyediakan fasilitas kredit untuk

Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

21

meningkatkan produksi. Permintaan supermarket terhadap volume yang

besar serta konsisten, kualitas pasokan membuat produsen kecil harus memiliki

manajemen yang baik untuk mencapainya hal penting yang harus diperhatikan

antaralain keberadaan irigasi yang baik, tempat pengemasan yang higienis, serta

rantai pendingin. Petani kecil pun harus melakukan konsolidasi dalam hal

pemasarannya melalui kelompok tani sehingga kuantitasnya menjadi besar dan

dapat mengurangi biaya transaksi sehingga petani akan mendapat harga produknya

yang lebih baik. Kesempatan produsen skala kecil Fresh Fruit and Vegetable untuk

masuk dalam rantai pasok supermarket terbatas pada standar kualitas produk yang

diminta supermarket dan keterlibatan produsen skala kecil dalam rantai pasok

supermarket hanya mungkin apabila terdapat intervensi dari pihak lain.

Tetapi, selain hasil penelitian yang menunjukkan bahwa petani kecil

kesulitan dalam era globalisasi ini dan pasar modem berdampak negatif pada pasar

tradisional, ternyata keberadaan pasar modern juga memberikan peluang-peluang

bagi petani untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik. Beberapa penelitian

mengenai hal tersebut diantaranya :

Di Negara Kenya, (1) value chain sayuran telah memberikan peluang untuk

para pengolah di daerah perkotaan dan peluang juga bagi pertumbuhan pasar hasil

pengolah komoditas pertanian di daerah pedesaan. (2) petani kecil perlu melakukan

beberapa hal agar dapat menangkap peluang-peluang tersebut diantaranya:

membentuk kelompok-kelompok pemasaran, membuat asosiasi dengan para

pengolah atau pedagang-pedagang besar. (3) value chain juga

Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

22

membuka peluang terjadinya transfer pelayanan dari pihak pemerintah ke swasta

atau sebaliknya dan dari agricultural extension ke business development yang

melibatkan petani kecil dan menengah. (4) pemerintah perlu untuk menyediakan

lingkungan yang kondusif untuk mendukung pihak swasta agar dapat melakukan

bisnis komoditas pertanian dan pengolahannya dengan lebih efisien. Hal ini

memerlukan adanya investasi besar-besaran pada infrastruktur pemasaran didaerah

pedesaan dan realokasi sumberdaya dari daerah perkotaan ke daerah pedesaan. (5)

khusus untuk sayuran, pertumbuhan supermarket chains belum memberikan peran

yang berarti di Kenya. Hanya ada 2 persen dari seluruh sayuran, buah dan sayuran

yang berakhir dipasarkan pada outlet-outlet di supermarket. Kemudian, baru sekitar

6% rumah tangga di perkotaan yang membeli sayuran dan buah segar di

supermarket. Sayuran juga harganya lebih mahal di supermarket dibanding dengan

pasar tradisional. (6) walaupun total share dari supermarket cenderung mengalami

pertumbuhan dari waktu ke waktu, tetapi perkembangan perdagangan sayuran dan

buah segar lebih lamban dibandingkan dengan makanan lain.(7) supermarket

menjadi semakin penting untuk barang jadi dan komoditas pertanian yang telah

diolah, tetapi untuk sayuran dan buah segar, pasar tradisional, kios-kios kecil, dan

pasar-pasar terbuka lainnya, tetap merupakan outlet utama.

Selanjutnya terdapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa (1) partisipasi

petani kecil dan menengah pada value chain modern, misalnya supermarket telah

meningkatkan peluang kemampuan akses terhadap kredit mereka sehingga akses

terhadap jasa keuangan membesar. (2) Akses terhadap jasa

Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

23

keuangan yang meningkat membuat mereka semakin besar keinginannya untuk

meningkatkan kapasitas produksi yang masuk ke dalam value chain modern

Di daerah pedesaan Kenya, menyatakan bahwa perbandingan antara petani

yang berada pada saluran pasar modern dengan petani yang berada pada saluran

tradisional antara lain : (1) petani yang berada pada saluran pasar modern rata-rata

luas penguasaan lahannya lebih besar dibandingkan dengan petani yang berada

pada saluran tradisional (23-46 acres dan 4-6 acres). Selain itu, lahan yang dimiliki

oleh petani yang berada pada saluran pasar modern persentase penggunaan

irigasinya jauh lebih besar dibandingkan dengan lahan yang dikuasai oleh petani

yang berada pada saluran tradisional. (2) petani yang berada pada saluran pasar

modern memiliki lebih banyak menggunakan pekerja tetap dibandingkan dengan

petani yang berada pada saluran tradisional, tetapi rata-rata jumlah pekerja per acre

nya lebih banyak di lahan petani saluran tradisional. (3) para petani yang berada di

saluran pasar modern memiliki telepon, alat transportasi, dan sebagian besar

memiliki sistem irigasi, dan tempat pengepakan. Hal yang berbeda dengan kondisi

petani pada saluran tradisional dimana kepemilikan telepon saja kurang lebih hanya

sebanyak 30% dari seluruh petani saluran tradisional.

Kemudian, Minot dan Devesh Roy (2007) menyatakan bahwa (1) usahatani

sayotaTi Tnenyetap tenaga lterja "lebih hanyak dibanding usahatani tanaman

pangan lainnya. (2) di supermarket harga eceran konsumen untuk produk olahan

lebih rendah dibanding harga sayuran dan buah-buahan segar. Penelitian mereka

dilakukan di beberapa negara berkembang di Asia dan Afrika.

Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

24

Selanjutnya, Navas (2004) menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh

petani kecil Guatemala yang menjual ke pasar modern tiga kali lebih besar

dibanding petani yang menjual ke pasar tradisional. Kemudian, petani kecil dan

menengah yang terlibat di pasar modern kondisi permodalannya sedang dalam

proses menuju modal mandiri (berasal dari rumah tangga petani sendiri). Demikian

juga dengan Huang et al. (2007) yang menyatakan bahwa petani di China yang

menjual hasil usahataninya ke pasar modern, pendapatannya hampir dua kali lipat

dibanding petani yang menjual ke pasar tradisional.

Page 32: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Objek dan Tempat Penelitian

Objek penelitian ini adalah petani sayuran di kabupaten Bandung. Daerah

Bandung diambil sebagai tempat penelitan karena merupakan salah satu daerah

penghasil sayuran terbesar di Jawa barat, dimana pada tahun 2006, persentase

produksi sayuran Jawa Barat mencapai 34,5 persen dari total produksi sayuran

Indonesia. Selain itu, Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

jumlah penduduk yang sangat padat dengan rata-rata kepemilikan serta penguasaan

lahan petani sayurannya cenderung semakin sempit. Berdasarkan hal tersebut,

diperlukan suatu metode untuk melakukan penelitian ini.

Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode

kualitatif yaitu PRA (Partisipatory Rural Appraisal). Metode ini dilakukan untuk

dapat menggali alasan-alasan mengenai fenomena yang terjadi pada usahatani dan

pemasaran sayuran yang dilakukan petani. Sehingga diharapkan nantinya akan

diperoleh deskripsi yang lebih tajam dan mendalam mengenai kemampuan petani

dalam merespon permintaan pasar modern dan tradisional serta dampaknya

terhadap usahatani sayuran mereka.

Petani sayuran yang akan dipilih adalah mereka yang merespon ke pasar

modern dan mereka yang berhubungan dengan pasar tradisional. Masing-masing

akan diambil secara sengaja sebanyak 10 orang dari kedua kelompok tersebut,

sehingga jumlah petani responden seluruhnya adalah 20 orang.

Page 33: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

26

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam. peneliUau kvi adalah da\a primer dan sekunder.

Data primer diperoleh dari pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.

Informasi yang diperoleh tersebut, kemudian dianalisis secara deskriptif. Sebagai

penunjang, digunakan data sekunder yang berkaitan dengan kedua konsep tersebut.

Data sekunder tersebut dapat berasal dari BPS, hasil penelitian sebelumnya,

internet, Dinas Pertanian serta Dinas Perdagangan.

3.3, Data/Informasi yang diperlukan (Operasionalisasi Konsep/Variabel)

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel

No Variabel Sub Variabel Respon Kualitatif Satuan

Umur Tahun

Banyaknya tanggungan

keluarga

Orang

Tingkat pendidikan Tahun

Non-Capital Asset

Petani

Partisipasi petani dalam

kemitraan

Ya/tidak

Pengalaman usahatani Tahun

Partisipasi petani Ya

I dalam organisasi Tidak

Akses terhadap Ya

kredit Tidak

Luas lahan yang beririgasi Hektar

Aset Petani Kepemilikan asset lain Buah

Luas penguasaan lahan Hektar

Luas kepemilikan lahan Hektar

Page 34: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

27

Tabel lanjutan Operasionalisasi Variabel

II

Permintaan Pasar

Sayuran

Harga jual Rp/Kg

Penyuluhan Ada/tidak

Volume penjualan Ton

Alasan pemilihan pasar

Cara pembayaran Tunai/tidak tunai

Pinjaman modal Rp/Musim

Grading Ada

Tidak Ada

Keuntungan Rp/Hektar

Peningkatan kualitas

komoditas

Meningkat

Tidak meningkat

Persyaratan kualitas Ada

Tidak ada

Kontrak

Tidak kontrak

Respon

Kualitatif Satuan

Kg

Liter

Kg

Local/impor

Kontrak pemasaran Sendiri/fihak lain

Rp/kg

Ya

Tidak

Rp/Musim

Jenis sayuran

Ton

Ton/Hektar

Rp/Hektar

Banyaknya

Page 35: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

28

Tabel lanjutan Operasionalisasi Variabel

No. Variabel Sub Variabel Respon Kualitatif Satuan

Dosis pupuk Kg

Banyaknya pestisida Liter

Volume benih Kg

Jenis bibit Local/impor

Asal bibit Sendiri/fihak

III lain

Harga bibit Rp/kg

Pola Usahatani Sistem irigasi Ya

Tidak

Total modal Rp/Musim

Pola tanam Jenis sayuran

Hasil produksi Ton

Produkti vitas Ton/Hektar

usahatani

Keuntungan usahatani Rp/Hektar

Frekuensi tanam Banyaknya

Page 36: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

29

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Kabupaten Bandung

Kabupaten Bandung adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat,

Indonesia. Ibu kotanya adalah Soreang. Kabupaten Bandung lahir melalui Piagam

Sultan Agung Mataram, yaitu pada ping Songo tahun Alif bulan Muharam atau

sama dengan hari sabtu tanggal 20 April tahun 1641 M. Secara geografis letak

Kabupaten Bandung berada pada 6°,41' - 7°, 19' Lintang Selatan dan diantara

107°22' - 108°5' Bujur Timur dengan luas wilayah 176.239 ha. Batas wilayah

Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut:

• Batas Utara: Kabupaten Bandung Barat;

• Sebelah Timur: Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut;

• Sebelah Selatan: Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur;

• Sebelah Barat: Kabupaten Bandung Barat;

• Bagian Tengah: Kota Bandung dan Kota Cimahi.

Kabupaten Bandung terdiri atas 31 kecamatan, 266 Desa dan 9 Kelurahan.

Dengan jumlah penduduk sebesar 2.943.283 jiwa (Hasil Analisis 2006) dengan

mata pencaharian yaitu disektor industri, pertanian, pertambangan, perdagangan

dan jasa. Sebagian besar wilayah Bandung adalah pegunungan. Di antara

puncak-puncaknya adalah sebelah utara terdapat Gunung Bukit Tunggul (2.200 m),

Gunung Tangkuban Perahu (2.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten Purwakarta.

Sedangkan di selatan terdapat Gunung Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321

m), serta Gunung Papandayan (2.262 in) dan Gunung Guntur

Page 37: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

30

(2.249 m), keduanya berbatasan dengan Kabupaten Garut. Wilayah Kabupaten

Bandung beriklim tropis dipengaruhi oleh angin muson dengan curah hujan

rata-rata berkisar antara 1500 sampai dengan 4000 mm/tahun, suhu rata-rata

berkisar antara 19°C sampai dengan 24°C.

Dengan didukung oleh kondisi geografis dan iklim yang ada di Kabupaten

Bandung maka sektor pertanian menjadi salah satu sektor unggulan bagi daerah

tersebut. Sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani.

Meskipun demikian kebutuhan akan responden petani yang memasarkan hasil

panennya ke pasar tradisional masih terbatas sehingga hanya 5 responden yang

dapat ditemukan, tidak sesuai dengan rencana awal yang akan diambil sebanyak 10

responden. Akhirnya total responden yang diambil dalam penelitian ini adalah

sebanyak 15 orang dengan komposisi 5 orang responden yang memasarkan hasil

panennya ke pasar modern dan 10 orang responden yang memasarkan hasil

panennya ke pasar trsdisional.

4.2. Karakteristik petani Sayuran

4.2.1. Umur petani

Dari segi usia pada umumnya petani yang menanam sayuran adalah petani

yang usianya diatas 25 tahun, hanya ada satu orang petani yang berusia 70 tahun.

Sebagian besar umur petani responden adalah 34 tahun, dengan komposisi untuk

petani termuda 27 tahun dan tertua 70 tahun. Komposisi responden berdasarkan

umur dapat di lihat pada Tabel 2.

Page 38: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

31

Tabel 2. Komposisi Responden Petani Berdasarkan Kelompok Umur

Kelompok Petani

Umur Jumlah (org) Persentase (%)

< 3 0 1 0,67

31-40 6 40

41-50 4 26

>50 5 33,33

Berdasarkan data tersebut berarti bahwa sebagian besar dari petani sayuran

ini masih dapat dikembangkan menjadi usaha yang lebih produktif dan profesional,

karena sebagian besar petani sayuran yang terdapat di Kabupaten Bandung ini

masih berada pada golongan tenaga kerja yang produktif. Umumnya mereka

memiliki keinginan besar untuk memajukan usahataninya, sehingga mereka dapat

meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

Dilihat dari sebaran data pada Tabel. 2 menunjukkan bahwa rendahnya minat

golongan muda untuk terjun ke dunia pertanian. Padahal berdasarkan informasi

yang diperoleh dari para petani bahwasannya sektor pertanian ini masih dapat

dikatakan sebagai sektor unggulan atau primadona karena apabila sektor pertanian

ini digeluti dengan baik dan sungguh-sungguh maka akan mendatangkan

keuntungan secara financial yang cukup besar.

4.2.2. Pendidikan petani

Tingkat pendidikan sangat berperan terhadap respon petani dalam

mengadopsi inovasi dan memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi dimasa

yang akan datang baik yang menyangkut aspek pelaksanaan usahatani, penguasaan

teknologi dan pemasaran hasil panennya. Pendidikan petani diperoleh dari dua

sumber yaitu pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal

Page 39: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

32

diperoleh dari bangku sekolah mulai dari SD sampai perguruan tinggi sedangkan

pendidikan non formal diperoleh seperti dari kursus-kursus atau

pelatihan-pelatihan. Para petani responden masih jarang menerima pendidikan

nonformal, karena akses mereka terhadap sumber informasi cukup sulit apalagi

untuk mendapat penyuluhan dari instansi pemerintah. Kebanyakan dari responden

mendapatkan pendidikan nonformal dari perusahaan-perusahaan pestisida ataupun

dari lembaga lain nonpemerintah yang terkait dengan sektor pertanian. Selain itu

pengetahuan usahatani para responden dalam penelitian ini mereka peroleh dari

pengalamannya pribadi, baik yang mereka peroleh dari tempat kerja sebelumnya

ataupun dari keluarganya sebagai warisan turun-temurun. Meskipun demikian para

petani sebenernya berharap ada perhatian dari pihak pemerintah untuk dapat

memfasilitasi mereka dalam hal yang terkait dengan usahatani misalnya dengan

menyediakan penyuluh pertanian yang memiliki ilmu praktis terkait pertanian yang

mumpuni.

Kondisi petani yang menjadi responden dalam penelitian ini pada umumnya

memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Kebanyakkan dari petani responden ini

hanya sekolah sampai tingkat sekolah dasar, sedangkan yang sekolah sampai SMP

sebanyak 3 orang, SMA sebanyak 2 orang, tidak tamat perguruan tinggi 3 orang

dan perguruan tinggi sebanyak 3 orang. Tingkat pendidikan petani sayuran dapat di

lihat pada Tabel 3.

Page 40: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

33

Tabel 3. Komposisi Responden Petani Sayuran Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Formal Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Perguruan Tinggi (SI & S2) 3 20

2 Tidak Tamat Perguruan Tinggi 3 20

3 SMA 2 13,33

4 SMP 3 20

5 SD 4 26,67

Meskipun tingkat pendidikan petani tersebut masih rendah namun mereka

tetap berusaha untuk dapat meningkatkan usahataninya seoptimal mungkin. Hal itu

ditunjukkan dengan adanya keinginan petani untuk terus meningkatkan

pengetahuannya dengan mengakses berbagai pelatihan.

4.2.3. Mata pencaharian petani responden

Pada umumnya mata pencaharian responden adalah sebagai petani. Selain

sebagai petani sayuran, mereka mempunyai pekerjaan tambahan misalnya sebagai

pedagang atau merangkap sebagai supplier. Berdasarkan data yang diperoleh dari

lapangan bahwa jumlah tanggung keluarga yang menjadi tanggungjawab para

petani jumlahnya tidak lebih dari 6 orang anggota keluarga.

Dengan jumlah tanggungan keluarga yang tidak terlalu banyak dan ditunjang

dengan mata pencahariannya diluar bertani, maka secara keseluruhan taraf hidup

para petani sayuran sudah cukup. Hal itu ditandai dengan sudah cukup terpenuhi

kebutuhan primer keluarganya, bahkan untuk beberapa responden kebutuhan

sekunder dan tersier pun sudah terpenuhi. Dengan demikian sesungguh sektor

pertanian masih dapat dijadikan sebagai salah saktu sektor unggulan sehingga para

pelakunya dapat memperoleh taraf hidup sejahtera.

Page 41: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

34

4.2.4. Pengalaman usahatani sayuran

Pengalaman usahatani sangat membantu dan menunjang petani untuk terus

lebih maju dan sebagai bekal ilmu untuk melakukan usaha selanjutnya. Dengan

pengalaman ini diharapkan petani dapat mengambil keputusan yang terbaik.

Pengalaman petani dalam berusahatani sayuran diukur berdasarkan lamanya petani

responden melakukan usahatani sayuran, baik dalam mengambil keputusan dalam

penggunaan sarana produksi maupun dalam pemasaran hasil.

Tabel 4. Komposisi Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Sayuran

Pengalaman Petani

Usahatani Sayuran Jumlah (org) Persentase (%)

< 5 2 13,33

5 - 1 0 3 20

>10 10 66,67

Sebagian besar dari para petani tersebut memiliki pengalaman dalam

usahataninya adalah lebih dari 10 tahun. Dengan demikian para petani sayuran di

Kabupaten Bandung ini sudah cukup berpengalaman dan tahu jauh mengenai

karakteristik sayuran yang mereka tanam. Namun kondisi sistem usahatani sayuran

yang dijalankan para petani belum optimal, ditandai dengan belum diterapkannya

menajemen usahatani yang tersusun dan teratur dengan baik.

4.2.5. Hasil produksi dan pemasaran sayuran

Produktivitas sayuran antara petani satu dengan yang lainnya menunjukan

variasi yang sangat fluktuatif. Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai

faktor diantaranya tingkat pendidikan. pengalaman usahatani, umur

Page 42: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

35

petani, jumlah tanggungan keluarga dan pelatihan/pembinaan. Dengan melihat

karakteristik petani yang telah diuraikan sebelumnya, maka hasil produksi sayuran

yang diperoleh oleh setiap petani belum optimal. Hal tersebut terjadi karena

keterbatasan pengetahuan petani dalam bercocok tanam sayuran serta ada beberapa

yang diakibatkan oleh keterbatasan modal yang mereka miliki.

Tabel 5. Produktivitas Sayuran Petani Responden

Pertanian Organik (Ikat/Bulan)

Identitas

Responden Kangkung Bayam Pakcoy Sawi

Daun

Ubi Caysin Jabung Kay Ian

A 5000 5000 5000 5000

B 1500 1500 1500 1500

C * 3000 3000 3000 3000

D 8000 4000 2000 3000 800

E 1000 1000 1000 1000 1000 1000

Pertanian Anorganik (Ton/Musim)

Pecay Tomat Cabe Kentang Kubis Bawang

Daun Sawi Wortel

F 50

G 15 25 15

H 60 24

I 25 40 48

J 10 24

K 50 20 25 40 10 30

L 10 0.02 5

M 10

N 7

O 20 30 1.5

Hampir semua petani sayuran anorganik menjual hasil panennya ke bandar,

hanya empat responden petani anorganik yang menjual hasil panennya secara

langsung ke pasar induk. Hal tersebut dilakukan karena apabila mereka menjualnya

melalui bandar maka mereka tidak akan mengeluarkan biaya angkut dan

biaya-biaya yang terkait pemasaran lainnya, semua biaya tersebut ditanggung

Page 43: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

36

oleh bandar sehingga dari hasil penjulannya tersebut akan lebih menguntungkan.

Sedangkan petani yang langsung menjualnya ke pasar induk karena mereka

sekaligus merangkap sebagai bandar (pedagang pengumpul). Namun Keempat

petani yang merangkap sebagai bandar pun tidak menutup kemungkinan

menjualnya melalui bandar untuk beberapa komoditas yang bukan menjadi

prioritasnya, karena skala hasilnya pun tidak terlalu banyak. Alasan lainnya yaitu

disebabkan oleh kurang fahamnya ceruk pasar untuk komoditas tersebut. Dalam

penentuan harganya para petani didasarkan pada harga pasar yang sedang

berkembang, dan penentu harga itu adalah bandar. Meskipun demikian tidak terjadi

penindasan akan harga terhadap petani oleh para bandar, karena informasi harga

yang berkembang selalu diperoleh bandar maupun petani setiap saat. Informasi

harga tersebut diperoleh dari para bandar yang senantiasa setiap saat mencek

perkembangan harga ke pasar baik secara langsung ke pasar ataupun melalui

telepon.

Dalam penjualannya hampir untuk setiap jenis komoditas para petani tidak

melakukan sistem grade, tetapi dilakukan dengan sistem abresan. Alasannya adalah

petani tidak melakukan kegiatan pasca panen seperti sortasi dan grading,

dikeranakan apabila dilakukan sistem grade maka jenis komoditas yang berkualitas

rendah tidak akan terjual dan hanya menjadi sampah. Jika terjadi hal tersebut maka

para petani akan mengalami kerugian. Selain itupun para petani harus menambah

biaya untuk upah tenaga kerja untuk tahapan tersebut. Sortasi dan grading

dilakukan oleh para bandar, sehingga pemasaran hasil dari bandar ke

Page 44: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

37

pasar induk dilakukan dengan sistem grading. Pembayaran dilakukan secara tunai

baik dari bandar ke petani ataupun dari pedagang di pasar induk ke para bandar.

Gambar 3. Sistem Pemasaran Sayuran

Adapun sistem pemasaran yang dilakukan oleh para petani organik di

pasarkan secara langsung oleh setiap petani ke pasar modern. Oleh karena itu

secara otomatis sebelum disalurkan maka hasil sayuran tersebut dilakukan sortasi

dan grading. Komoditas yang tidak masuk kedalam grade yang disyaratkan oleh

pihak pasar maka akan disalurkan ke pasar tradisional dengan harga dasar. Dengan

alasan hanya sekedar untuk kembali modal, tanpa ada keuntungan pun asalkan

tidak mengalami kerugian dan hasil dari sayuran tersebut tidak mubazir menjadi

sampah. Sistem penetapan harga dilakukan dengan cara proses tawar menawar

antara petani dengan pihak manajemen pasar modern yang didasarkan pada biaya

usahatani yang telah dibuat dan diajukan oleh para petaninya. Dengan demikian

para petani tidak mengalami kerugian. Sistem pembayaran yang

PETANI

PEDAGANG

PENGEPUL

PEDAGANG

PASAR INDUK

PEDAGANG

PASAR LOKAL

PEDAGANG

KECIL/KELILING

PENGOLAH

SUPLIER

SUPERMARKET

Page 45: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

38

dilakukan oleh pihak manajemen pasar modern tersebut dilakukan dengan sistem

giro. Giro tersebut ada yang pencairannya per dua minggu ada pula yang

berdasarkan perbandingan misalnya 4 : 1 . Artinya setelah empat kali memasok

barang baru uang pembelian cair satu kali.

4.3. Potensi Pengembangan Usahatani Sayuran

Berdasarkan pada kondisi tofografi maka Kabupaten Bandung mempunyai

potensi yang cukup bagus untuk pengembangan usahatani sayuran. Kondisi lahan

di daerah tersebut memenuhi syarat untuk tumbuhnya sayuran. Selain itu hal yang

menunjukan bahwa daerah Bandung berpotensi untuk pengembangan sayuran

adalah masih banyak terdapat lahan pertanian yang belum digunakan secara

optimal. Selain lahan milik pribadi para petani, petani dapat memperluas lahan

garapannya untuk tanaman sayuran dengan cara menyewa lahan milik orang lain.

Produksi sayuran di Kabupaten Bandung masih berpotensi untuk terus

dikembangkan. Meskipun pada saat ini kondisi pertanian sayuran masih belum

optimal dari segi manajemen, sehingga menyebabkan jumlah produksi yang kurang

optimal dan terkadang permintaan pasar tidak terpenuhi. Semua itu masih dapat

ditanggulangi lagi dengan cara memperbaiki sarana dan prasaran pertanian yang

telah ada.

Pribadi petani dapat diperbaiki dengan cara memberikan tambahan

pengetahuan khususnya mengenai usahatani sayuran baik secara formal maupun

informal. Petani akan sangat tertarik apabila diadakan pelatihan dan pembinaan

tentang usahatani sayuran baik dari pemerintah atau swasta. Para petani sayuran

Page 46: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

39

memiliki motivasi yang tinggi untuk memperbaiki kondisi usahataninya didukung

pula oleh usia para petani yang termasuk dalam golongan usia produktif.

Selain dari pribadi petani pengembangan produksi sayuran dapat dilakukan

dengan menambah luas areal tanaman sayuran. Petani dapat saja dengan mudah

memperluas lahan sayuran yang menjadi garapannya, tetapi dalam pelaksanaannya

para petani sayuran masih terbentur dengan keterbatasan modal dan faktor teknis.

Dengan demikian untuk lebih mengoptimalkan keberlangsungan usahatani sayuran

diperlukan adanya bantuan modal dan fasilitas-fasilitas-teknis atau non teknis.

Selain itu dalam pengembangan produksi sayuran ini diperlukan adanya kerjasama

antara petani, pemerintah, masyarakat dan instansi-instansi lainnya yang terkait

dengan usahatani sayuran.

4.4. Kesulitan-kesulitan yang dihadapipetani sayuran

Kondisi petani sayuran di Kabupaten Bandung secara kuantitas memiliki

jumlah yang banyak, namun dari segi kualitas teknik budidaya para petani pada

umumnya masih sederhana. Maksudnya adopsi terhadap inovasi-inovasi akan

teknologi pertanain masih kurang. Meskipun seperti itu kegiatan usaha tani sayuran

ini merupakan mata pencaharian utama. Pada dasarnya para petani di Kabupaten

Bandung dapat lebih meningkatkan taraf hidup mereka dengan cara menggali nilai

tambah yang dimiliki oleh setiap komoditas sayuran tersebut, sehingga mereka

tidak hanya menjualnya dalam bentuk sayuran segar melainkan dapat menjualnya

dalam bentuk hasil olahan dari sayuran tersebut.

Belum mampunya petani dalam memenuhi kebutuhan konsumen disebabkan

oleh beberapa aspek antara lain lemahnya penerapan leknologi tepat guna,

Page 47: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

40

penerapan jaminan mutu masih lemah, penguasaan terhadap informasi masih

terbatas, lemahnya sumber daya petani serta sarana dan prasarana usahatani yang

belum memadai. Selain hal-hal tersebut di atas sedikitnya modal yang dimiliki

petani menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh para petani. Dengan

keterbatasan modal yang ada menyebabkan petani sulit untuk memperbaiki pola

usaha taninya. Karena pada saat ini segala sesuatu akan maju apabila ditunjang

dengan permodalan yang cukup.

Dalam upaya penambahan modal usahataninya, para petani mendapatkan

bantuan modal dari beberapa sumber seperti pinjaman dari bandar atau pinjam ke

bank. Bagi responden dalam penelitian ini yang merangkap sebagai petani besar

dan bandar, meraka tidak terlalu merasa kesulitan dalam melakukan perputaran

modal karena pendapatan yang diperoleh dari usahataninya cukup untuk

membiayai kehidupan keluarga dan usahataninya.

Selain kendala yang diuraikan di atas kendala lain yang dihadapi oleh petani

anorganik adalah kenaikan harga pupuk dan pestisida. Kenaikan harga tersebut

tidak diimbangi dengan kenaikan harga jual sayuran. Sedangkan kendala yang

dihadapi oleh para petani sayuran organik adalah dalam hal perluasan lahan

garapan sehingga green house dan media tanam tidak cukup tersedia karena harus

memakan biaya yang sangat besar. Selain itu untuk beberapa orang petani sayuran

organik mereka sulit mendapatkan lesensi resmi atau sertifikasi sebagai sayuran

organik.

Kurangnya penyuluhan baik teknis ataupun nonteknis mengenai usahatani

sayuran yang disampaikan kepada petani berakibat terhadap kurang optimalnya

Page 48: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

41

usaha tani sayuran yang dijalankan. Padahal pada kenyataannya di lapangan para

petani sangat mengharapkan adanya penyuluhan mengenai usaha tani sayuran baik

dari pihak pemerintah maupun swasta. Semua hal tersebut terjadi di petani kecil,

sedangkan bagi petani besar dengan pengalaman yang cukup penyuluhan pertanian

tidak terlalu dibutuhkan karena terkadang cara bertani yang disampaikan para

penyuluh kurang tepat perlakuannya dibandingkan dengan metode yang telah

diterapkan oleh para petani.

Masalah lainnya yang dihadapi para petani sayuran adalah fluktuasi harga

sayuran yang tinggi dan cuaca yang tidak menentu sehingga menyebabkan tanaman

mereka rusak. Dengan demikian menyebabkan para petani kesulitan dalam

menaksir harga yang akan terbentuk di pasar, kecuali bagi petani besar dengan

sarana dan prasarana yang menunjang serta pendidikan yang memadia, sedikitnya

mampu untuk dapat memprediksi harga. Dengan harga yang tidak menentu ini

berakibat pada keberhasilan petani dalam usahanya, karena tidak jarang terjadi

harga jual hasil panen sayurannya hanya ditampung dengan harga yang sangat

rendah sehingga menimbulkan kerugian. Jangankan mendapatkan keuntungan atau

minimalnya kembali modal tetapi biaya-biaya yang sudah dikeluarkan untuk usaha

tani mereka tidak tertutupi.

4.5. Perkembangan Pasar Modem: Usahatani Petani Sayuran

Secara makro, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran pasar

modern telah mengancam eksistensi pasar tradisional. Ritel modern terus

mengalami pertumbuhan yang pesat setiap tahunnya sehingga keberadaannya

memang berpotensi sangat besar untuk menggerus ritel kecil/tradisional

Page 49: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

42

terlebih lagi didukung dengan perubahan pola belanja dari masyarakat yang

semakin modern dan semakin membutuhkan hadirnya ritel modern.

Dengan adanya perkembangan pasar modern pada dasarnya membukakan

peluang pasar baru bagi para petani sayuran untuk memasarkan hasil panennya.

Sebagian besar supermarket dan hypermarket telah mengembangkan pangsa pasar

mereka pada sektor eceran dengan membuka cabang-cabang baru di berbagai kota

besar di Indonesia dan memberikan alokasi yang semakin besar kepada pangsa

makanan segar dan bernilai tinggi. Selain itu yang mendorong peluang pasar

sayuran cukup menjanjikan adalah konsumsi makanan segar mengalami kenaikan.

Konsumsi sayuran telah mengalami peningkatan walaupun pada tingkatan yang

lambat dibandingkan dengan produk hortikultura lainnya. Konsumen menjadi

semakin sadar dan peka tentang kesehatan maupun keamanan makanan.

Meskipun peluang pasar sayuran cukup terbuka luas, namun bukan berarti

petani sudah berhasil secara maksimal menembus semua peluang pasar tersebut.

Pada umumnya petani menjual hasil produksi sayurannya kepada pedagang

pengumpul. Pedagang pengumpul datang ke petani, bukan petani yang membawa

hasil produksinya ke pedagang. Petani biasanya berhubungan dengan pedagang

tertentu dan hubungan itu lebih didasarkan atas saling kepercayaan. Tidak semua

petani menjual kepada pedagang, beberapa petani memiliki kontrak dengan pasar

modern seperti Griya dan Superindo. Ada juga petani yang menjual kepada petani

besar (titip jual) yang umumnya sudah memiliki jaringan pemasaran yang baik.

Pedagang pengumpul menjual sayuran kepada pedagang-pedagang besar di

pasar Induk atau pasar-pasar tradisional besar yang umumnya berada di kota-kota

Page 50: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

43

besar. Pedagang pengumpul biasanya sudah memiliki langganan tertentu di pasar

induk tersebut. Pedagang besar di pasar induk ini menjual kepada sesama pedagang

di pasar induk atau agen yang nantinya akan memasok ke industri ataupun pasar

modern lainnya seperti supermarket dan hypermarket. Supermarket pun

memperoleh sayuran dari supplier yang telah ditunjuk berdasarkan kontrak

tertentu.

Berdasarkan pada uraian di atas menunjukkan bahwasannya sebagian besar

petani belum mampu untuk menembus pasar modern. Kalaupun sayuran tersebut

sampai masuk ke pasar modem (supermarket dan hypermarket), hal itu terjadi

setelah melalui saluran pemasaran yang panjang. Dengan demikian maka share

penjualan yang diterima oleh para petani nilainya kecil, karena share penjualan

tersebut lebih banyak dinikmati oleh para pedagang perantara. Pasar modern hanya

mampu ditembus oleh para petani organik dan petani besar.

Hasil dari penelitian di lapangan bahwasannya para petani organik mampu

bertahan dalam melakukan pasokan ke pasar modern adalah sikap mental dalam

menghadapi risikonya lebih besar dibandingkan dengan para petani anorganik.

Selain itu didorong oleh alasan awal kenapa mereka memilih segmen pertanian

organik adalah karena adanya pasar modem, karena hasil dari pertanian organik

harga jualnya tidak akan masuk kalau harus dipasarkan ke pasar tradisional. Para

petani organik pun mampu mengadapi tantangan dalam mendobrak alur birokrasi

yang cukup kompleks dalam prosedural kontraknya.

Pasar modern pun dapat ditembus oleh para petani anorganik. Petani

anorganik yang mampu memasok ke pasar modem adalah para petani besar yang

Page 51: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

44

umumnya merangkap sebagai bandar. Karena syarat yang diajukan untuk mampu

menembus pasar modern adalah kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang stabil,

petani besar mampu menjaga hal tersebut sedangkan kalau petani kecil tidak bisa

menjaga kestabilan dari ketiga syarat tersebut. Ketika memasarkan ke pasar modem

sebenamya lebih memberikan jaminan kepastian harga. Meskipun demikian para

petani tersebut tidak mampu mempertahankan kerjasama dengan pasar modem

dikarenakan tidak kuatnya para petani dalam menjalani prosedur yang cukup rumit

dari pihak pasar modem.

Para petani merasa ribet dengan syarat-syarat yang diajukan oleh pasar

modem. Dari segi tahapan kerja yang harus dilakukan para petani pun lebih

kompleks karena harus melakukan tahapan sortasi dan grading. Oleh karena itu

petani harus menambah jumlah tenaga untuk melakukan proses tersebut, sehingga

berakibat pula pada penambahan biaya yang harus dikeluarkan. Artinya dengan

jaminan harga yang diberikan lebih baik daripada pasar tradisional pun tidak

menjamin keuntungan para petani meningkat karena seiring dengan itu biaya yang

dikeluarkan pun bertambah. Selain itu dengan adanya kerja sama dengan pasar

modem yang hanya menerima barang dengan kualitas tinggi (grade A)

menyebabkan petani kesulitan untuk memasarkan sayuran sisa (grade B dan C).

Hal itu menyebabkan petani harus melakukan dua kali negosiasi dengan saluran

pemasaran yang berbeda, sehingga waktu mereka tidak efisien dan tidak efektif.

Dengan demikian para petani lebih memilih untuk kembali memasarkan

sayurannya ke pasar tradisional.

Page 52: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

45

Faktor lain yang menyebabkan para petani anorganik memutuskan hubungan

kerja sama dengan pasar modern adalah sistem pembayaran yang dilakukan pasar

modem dengan sistem giro. Sistem giro itu paling cepat bisa cair dalam jangka

waktu dua minggu, bahkan ada yang menerapkan sistem pembayaran dengan cara

order akan dibayar setelah memasok barang empat kali dan order yang dibayamya

tersebut adalah hanya order yang pertama sedangkan yang tiga sisanya akan

dibayar kemudian sesuai dengan sistem pembayaran sebelumnya. Dengan sistem

pembayaran yang seperti itu membuat petani kesulitan untuk melanjutkan usaha

tani mereka karena modal yang dimilikinya terbatas apabila terjadi penangguhan

pembayaran hasil panen.

Perkembangan pasar modem dapat dikatakan berpengaruh secara langsung

terhadap usaha tani para petani organik karena hanya pasar modem yang mampu

menjangkau harga dari sayuran organik. Sedangkan bagi pertanian anorganik

keberadaan pasar modem berpengaruh secara tidak langsung karena setelah

sayuran tersebut masuk pasar induk maka akan disalurkan kembali ke pasar

tradisional di tingkat kabupaten/kecamatan atau dijual ke pasar modem. Sehingga

dengan semakin berkembangnya pasar modem maka permintaan sayuran dari

petani pun akan meningkat.

Berdasarkan dari hasil penelusuran di lapangan ditemukan bahwa salah satu

dari petani responden dalam penelitian ini pemah mengekspor sayurannya ke

malayasia dan singapura selama 8 tahun (1995-2003). Aktivitas ekspor ini tidak

berlanjut terus sampai sekarang karena produk sayuran dari Indonesia kalah

Page 53: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

46

bersaing dengan Negara lain terutama Thailand. Salah satu penyebabnya yaitu

terlalu besarnya residu pestisida yang terkandung dalam sayuran dari Indonesia.

Page 54: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

47

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Keberadaan pasar modern baru dapat di respon dengan baik oleh para

petani organik, sedangakan para petani anorganik belum dapat

meresponnya secara total. Karena prosedur yang diajukan oleh pasar

madern terlalu rumit untuk dapat ditembus oleh para petani anorganik yang

notabene modalnya tidak terlalu kuat.

2. Adanya permintan sayuran bagi pasar modem berdampak baik secara

langsung ataupun tidak langsung terhadap usaha tani para petani.

Berdampak langsung terhadap permintaan sayuran organik dan tidak

langsung berpengaruh terhadap permintaan sayuran anorganik. Pada

dasamya dengan berkembangnya pasar modem membukakan peluang baru

bagi pangsa pasar sayuran.

5.2. Saran

1. Pemerintah atau pihak swasta yang berkepentingan dengan usahatani

sayuran hendaknya menyediakan bantuan modal dalam bentuk kredit tanpa

anggunan atupun pinjaman modal dengan tingkat suku bunga yang rendah.

2. Dalam upaya memberikan perlindungan terhadap produk sayuran dalam

negeri seyogyanya pemerintah mampu mengatur dan melakukan

pembatasan dalam penjualan benih sehingga pasokan sayuran akan tersedia

dengan cukup dan harga akan stabil.

Page 55: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

48

DAFTAR PUSTAKA

Huang, J., Zhurong Huang.,Huanyong Zhi.,Yunhua Wu dan Xiangfang Niu. 2007.

Production, Marketing and Impact of Market Chain Change on Farmer in

China: Case Study of Cucumber and Tomato in Shandong Province (Micro

study of Component 1 (China) Recoverning Market Program). Center for

Chinese Agricultura Policy. Chinese Academy of Sciences.

Khrisnamurti, B dan Lusi. F. 2004. Final Report Research on Supermarket Supply

Chains in Indonesia. Centre for Development Studies. Bogor Agricultural

University.

Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Prehallindo.

Ma'ruf, Hendri. 2005. Pemasaran Ritel. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Minot, Nicholas dan Devesh Roy. 2007. Impact of High-Value Agriculture and

Modern Marketing Channels on Poverty : An Analytical Framework. Draft

submitted for consideration as an IFPRI Food Policy Review. Markets,

Trade and Institutions Division International Food Policy Research

Institute. Washington, D.C.

Natawidjaja, Ronnie S., Trisna Insan Noor, Tomy Perdana, Elly Rasmikayati,

Sjaiful Bachri dan Thomas Reardon. 2006. Component Regoverning

Market Programme : Restructuring of Agrifood Chains in Indonesia,

Indonesia National and local Meso Study (Modules 1 and 2 of C I ) Report.

Center for Agricultural Policy and Agribusiness Studies Padjadjaran

University.

Navas, Luis Geovanny Flores. 2004. Small Lettuce Farmers Access to Dynamic

Markets in Guatemala. Thesis of Department of Agricultural Economics :

Michigan State University.

Nielsen, A.C. 2005. Tren Pembeli dan Ritel Asia Pasifik 2005. Melalui

http://www.acnielsen.de/pubs/documents/RetailandShopperTrendsAsia

2005. pdf (24/12/08).

Ratya. Anindita. 2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Surabaya : Papyrus.

Page 56: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA(LITMUD) …pustaka.unpad.ac.id/.../01/13-Perkembangan-Pasar-Modern-Sayuran.pdf · Ada beberapa perbedaan pasar modern dan tradisional terutama

49

Said, E. Gumbira dan A. Harizt Intan. 2004. Manajemen Agribisnis. Cetakan

Kedua. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Said, E. Gumbira dan A. Harizt Intan. 2004. Manajemen Agribisnis. Cetakan

Kedua. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Saladin, Djaslim. 2004. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan,

Pelaksanaan dan Pengendalian. Bandung : Linda Karya.

Soetriono, Anik Suwandari, dan Rijanto. 2003. Pengantar Ilmu Pertanian Agraris,

Agribisnis, dan Industri. Jember : Bayu Media Publishing.

Swashta, Basu dan Irawan. 1990. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta :

Liberty.

Wiboonponse, Aree dan Songsak Sriboonchitta. 2006. Securing Small Producer

Participation in Restructured National and Regional Agri - Food Systems:

The Case of Thailand : Mengamankan Partisipasi Produsen Kecil dalam

Sistem Agro-Makanan Nasional dan Regional Yang Terestrukturisasi :

Kasus Thailand. Regoverning Markets

<http://www.regovemingmarkets.org (27/12/08).

Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia. 2006. Pasar.

Melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar (27/12/08).