LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan...

32
LAP FENOMENA MELEK PADA PEMILU Penelitian ini merupakan ba KE FAKULTAS IL UNIV KOMISI PEM PORAN PENELITIAN POLITIK MASYARAKAT KLUN U 2014 DAN PEMILUKADA 201 agian dari riset partisipasi masyarakat da ERJASAMA ANTARA LMU SOSIAL DAN ILMU POLITI VERSITAS UDAYANA DENGAN MILIHAN UMUM KLUNGKUNG DENPASAR 2015 1 NGKUNG 3 alam pemilu IK

Transcript of LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan...

Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

LAPORAN PENELITIAN

FENOMENA MELEK POLITIK MASYARAKAT KLUNGKUNG

PADA PEMILU 2014 DAN PEMILUKADA 2013

Penelitian ini merupakan bagian dari riset partisipasi masyarakat dalam pemilu

KERJASAMA ANTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS UDAYANA

KOMISI PEMILIHAN UMUM KLUNGKUNG

LAPORAN PENELITIAN

FENOMENA MELEK POLITIK MASYARAKAT KLUNGKUNG

PADA PEMILU 2014 DAN PEMILUKADA 2013

Penelitian ini merupakan bagian dari riset partisipasi masyarakat dalam pemilu

KERJASAMA ANTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS UDAYANA

DENGAN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KLUNGKUNG

DENPASAR 2015

1

FENOMENA MELEK POLITIK MASYARAKAT KLUNGKUNG

PADA PEMILU 2014 DAN PEMILUKADA 2013

Penelitian ini merupakan bagian dari riset partisipasi masyarakat dalam pemilu

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

2

SUSUNAN TIM PENELITI

Penasehat : I Made Kariada SE SH

Penanggungjawab : Dr. Drs. I GPB Suka Arjawa M.Si

Tim Peneliti : Dr. Ni Made Ras Amanda Gelgel S.Sos M.Si

Ni Kadek Dwita Apriani S.IP M.P

Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

3

ABSTRAK

Pemilu atau pemilihan umum berperan penting sebagai ujung tombak kehidupan

berdemokrasi di Indonesia. Dalam mewujudkan pemilu yang demokratis, maka memerlukan

keterlibatan dari segala sektor, baik pemerintah dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum,

Aktor Politik, hingga Partisipan Pemilih. Meningkatnya tingkat melek politik seyogyanya

akan meningkatkan angka partisipasi politik. Klungkung memiliki catatan di mana partisipasi

politiknya cukup tinggi. Namun tingginya angka partisipasi politik ini dapat juga akibat

adanya mobilisasi pemilih yang digerakkan oleh pihak-pihak tertentu. Untuk itu penelitian ini

akan melihat apakah partisipasi ini autonom atau hanya dimobilisasi. Metode dalam

penelitian ini adalah metode kualitatif di mana menggunakan teknik pengumpulan data focus

group discussion, dengan didukung oleh data-data sekunder seperti hasil penelitian. Dari

hasil penelitian diketahui bahwa pemilih di Klungkung masih cenderung tradisional dan

memilih berdasarkan pengaruh psikologis dan pragmatism. Untuk itu cara yang dinilai paling

efektif dalam meningkatkan tingkat melek politik di Klungkung adalah dengan member

pengarahan atau sosialisasi secara langsung kepada masyarakat. Pihak penyelenggara pun

sebaiknya melakukan pendekatan dengan simpul-simpul informasi seperti Bendesa adat

maupun prajuru adat lainnya agar tidak dijadikan alat maupun aktor dalam penggiringan

massa dan suara.

Kata kunci : Melek politik, partisipasi pemilu, Klungkung,

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

4

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Sampul i

Susunan Tim Peneliti Ii

Abstrak iii

Daftar Isi iv

Daftar Gambar iv

Daftar Tabel vi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Permasalahan 2

C. Tujuan 2

D. Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

A. Studi Literatur 4

B. Teori dan Konsep 5

Partisipasi Politik 5

Pemilih Rasional 5

BAB III METODE PENELITIAN 7

A. Lokasi Penelitian 7

B. Bentuk Keluaran 7

C. Pelaksanaan dan Pengorganisasian 8

D. Waktu Pelaksanaan 9

BAB IV PEMBAHASAN 10

A. Pandangan Masyarakat Terhadap Politik 10

B. Pandangan Masyarakat Terhadap Money Politics 14

C. Perilaku Memilih 17

D. Vote Buying/ Money Politics 26

E. Political Literacy 27

F. Political Voluntary 29

BAB V PENUTUP 22

A. Simpulan 22

B. Saran/ Rekomendasi Kebijakan 23

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 1 DAFTAR INFORMAN FOCUS GROUP DISCUSSION 26

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

5

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 4.1. Grafik Atas Pertanyaan “Apakah Anda Merasa Dekat Dengan

Salah Satu Partai Politik?”

11

Gambar 4.2. Grafik Atas Pertanyaan “Apakah Memilih Siapa Yang Menjadi

Anggota Legislatif Merupakan Sesuatu Yang Penting Bagi

Kehidupan Sehari-Hari?

11

Gambar 4.3. Grafik Atas Pertanyaan “Apakah Memilih Siapa Yang Menjadi

Anggota Legislatif Berpengaruh Langsung Pada Kehidupan

Keluarga?”

12

Gambar 4.4. Grafik Atas Pertanyaan “Jika Ada Caleg Yang Memberi Uang,

Apakah Anda Menerima?”

14

Gambar 4.5. Grafik Atas Pertanyaan “ Jika Menerima, Apakah Anda Akan

Memilih/Tidak Caleg Yang Memberi Uang?”

15

Gambar 4.6. Grafik Atas Pertanyaan Jika Menerima, Yang Mana Yang Anda

Pilih Antara Yang Lebih Dulu Atau Lebih Banyak Memberi

Uang?

15

Gambar 4.7. Sifat Wakil Rakyat Yang Diinginkan

17

Gambar 4.8. Latar Belakang Wakil Rakyat Yang Diinginkan

17

Gambar 4.9. Faktor Asal Daerah Dalam Pilihan Politik

17

Gambar 4.10. Faktor Asal Calon Bupati

19

Gambar 4.11. Faktor Figur atau Parpol yang Lebih Penting dalam Memilih Caleg 21

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

6

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

Tabel 3.1. Pembagian Peran KPU 8

Tabel 3.2. Waktu Pelaksanaan 9

Tabel 4.1. Konsumsi Media 13

Tabel 4.2. Tabel Silang Daerah asal dengan Pilihan Bupati 19

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Partisipasi pemilih sejak pemilu 1999 sampai dengan pemilu 2014 bergerak fluktuatif.

Pada pemilu legislatif, penurunan partisipasi pemilih sekitar 10 persen konsisten terjadi

sampai pada Pemilu 2009. Sementara pada pemilu 2014, angka partisipasinya naik

sebesar 5%. Pada kasus pilpres, tercatat dalam pemilu 2014 pertama kalinya dalam

sejarah angka partisipasinya lebih rendah dibandingkan pemilu legislatif. Hal ini

menimbulkan pertanyaan bagaimana dan apa yang menyebabkan angka partisipasi pemilu

cenderung fluktuaatif. Oleh karena itu diperlukan sebuah riset pemilu.

Riset pemilu merupakan salah satu elemen strategis dalam manajemen pemilu. Riset tidak

hanya memberikan rasionalitas akademik mengenai suatu substansi pemilu. Riset lebih

jauh memberikan pijakan empirik mengenai persoalan atas hal yang menjadi perdebatan.

Hasil riset memastikan program dan kebijakan kepemiluan tidak dibangun atas postulat

spekulatif, tetapi dikonstruksi berlandaskan pada argumen empirik dan rasional dengan

proses yang dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam negara demokrasi, partisipasi pemilih menjadi elemen penting demokrasi

perwakilan. Ia adalah fondasi praktik demokrasi perwakilan. Persoalannya, terdapat

sejumlah masalah menyangkut partisipasi pemilih yang terus menggelayut dalam setiap

pelaksanaan pemilu. Sayangnya, persoalan itu tidak banyak diungkap dan sebagian

menjadi ruang gelap yang terus menyisakan pertanyaan.

Beberapa persoalan terkait dengan partisipasi dalam pemilu diantaranya adalah fluktuasi

kehadiran pemilih ke TPS, suara tidak sah yang tinggi, gejala politik uang, misteri derajat

melek politik warga, dan langkanya kesukarelaan politik.

Masalah tersebut perlu dibedah sedemikian rupa untuk diketahui akar masalah dan dicari

jalan keluarnya. Harapannya, partisipasi dalam pemilu berada pada idealitas yang

diimajinasikan. Oleh karena itu, program riset menjadi aktivitas yang tidak terhindarkan

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

8

dalam manajemen pemilu.

Berbicara mengenai riset partisipasi dalam pemilu, tentu kekhasan daerah menjadi suatu

yang amat penting sebagai pijakan pelaksanaan riset. Kabupaten Klungkung merupakan

kabupaten yang memiliki ciri unik dibanding kabupaten lainnya di Bali. Jumlah pemilih

di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis

KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah pemilih di kabupaten ini hanya

153.487 orang atau setara dengan 5,1% dari total pemilih Bali yang menapai angka tiga

juta jiwa. Klungkung juga memiliki kekhasan dibanding wilayah lain di Bali, yakni warna

politik puri (aristokrasi lokal) yang kental dan wilayahnya yang terbagi menjadi dua

bagian utama yaitu Klungkung daratan dan kepulauan Nusa yang terdiri atas Nusa

Penida; Lembongan dan Ceningan. Kekhasan geografis di kabupaten ini menyebabkan

masih ada wilayah-wilayah yang sulit dijangkau, sehingga akses informasi dari dan ke

wilayah itu juga relatif terhambat. Namun demikian, jika dilihat melalui tolok ukur angka

partisipasi di wilayah yang sulit di jangkau itu, tingkat partisipasinya menunjukkan angka

yang cenderung tinggi.

Hal tersebut di atas akhirnya memunculkan pertanyaan besar mengenai model partisipasi

pemilih di wilayah itu, apakah partisipasi pemilihnya adalah partisipasi autonom yang

didasarkan pada tingkat melek politik yang baik ataukah partisipasi yang dimobilisasi

melalui beberapa cara.

B. Permasalahan

Adapun pertanyaan permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat melek politik masyarakat Klungkung dalam pemilukada

2013 dan pemilu 2014?

2. Apakah partisipasi politik masyarakat klungkung merupakan partisipasi yang

autonom atau termobilisasi?

3. Cara apa yang paling efektif untuk meningkatkan tingkat melek politik di

Klungkung?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tingkat melek politik masyarakat Klungkung dalam pemilukada

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

9

2013 dan pemilu 2014

2. Mengetahui model partisipasi politik masyarakat klungkung.

3. Mengetahui cara apa yang paling efektif untuk meningkatkan tingkat melek

politik di Klungkung.

D. Manfaat Penelitian:

1. Mentradisikan kebijakan berbasis riset atas persoalan-persoalan yang berkaitan

dengan manajemen pemilu.

2. Bahan penyusunan kebijakan untuk meningkatkan dan memperkuat partisipasi

warga dalam pemilu dan setelahnya.

3. Menemukan akar masalah atas persoalan-persoalan yang terkait dengan

partisipasi dalam pemilu

4. Terumuskannya rekomendasi kebijakan atas permasalahan yang dihadapi

dalam kaitannya dengan partisipasi dalam pemilu

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Studi Literatur

Studi pemilu memiliki sejarah yang sangat panjang. Sejarahnya berkaitan dengan

keberhasilan gerakan demokrasi pada abad ke-19. Menyebarnya demokrasi juga berati

menyebarnya pemilu ke berbagai negara. Sejak itu juga hasil pemilu dapat dilihat dalam

statistik resmi. Statistik resmi hasil pemilu inilah yang menjadi dasar analisa studi pemilu

pertama. Beberapa kajian di Jerman yang dianggap sebagai tonggak awal dari studi ini, antara

lain hasil studi Eugen Wuzburger (1907) yang meneliti secara mendalam alasan-alasan

golput (Roth,2008:11). Ia menemukan bahwa penyebab utama golput yaitu pemegang hak

suara yang berhalangan hadir pada saat hari pemilu.

Studi yang lebih kontemporer di Amerika Serikat menunjukkan 50% masyarakat

Amerika berpendapat bahwa orang yang tidak peduli dengan hasil pemilu, sah untuk tidak

menggunakan hak pilihnya. Hanya 41% warga Amerika pada pemilu nasional 1996 yang

berpendapat bahwa partisipasi dalam memilih merupakan kewajiban warga negara, sekalipun

ia tak peduli dengan hasil akhir dari pemilu tersebut. (James W. Dkk, 2014; 519). Kampanye

di Amerika Serikat dikatakan tidak diarahkan untuk meningkatkan jumlah orang yang

memberikan suara karena jumlah pemberi suara akan mencapai tingkat tertentu.

Hal lain yang menarik dalam studi pemilu di Amerika Serikat dan negara-negara

Eropa Barat, ditemukan bahwa minat dan kepedulian orang Amerika terhadap politik dan

urusan-urusan publik berada pada level yang sama dengan negara-negara yang tingkat

partisipasinya jauh lebih tinggi. Artinya tingkat partisipasi dalam pemilu tidak selalu

berbanding lurus dengan minat dan kepedulian masyarakat terhadap urusan publik dan

politik. Sangat mungkin tingkat partisipasi yang tinggi tidak didasari oleh tingkat melek

politik yang baik, melainkan karena mobilisasi.

Tingkat partisipasi yang tinggi tidak menjamin kualitas demokrasi di suatu negaraDi

negara-negara yang memiliki kecenderungan otoriter, umumnya tingkat partisipasinya tinggi,

tetapi partisipasinya dimobilisasi, bukan autonom.Di negara yang demokrasinya sudah

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

11

terkonsolidasi, angka golput terlihat lebih tinggi, namun dinamika partisipasi dalam bentuk

lain misalnya dalam mempengaruhi pembuatan kebijakan pun lebih terasa.

B. Teori dan Konsep

Partisipasi Politik

Partisipasi politik menurut Herbert McClosky adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari

warga masyarakat, melalui mana mereka mengambil bagian dlm proses pemilihan penguasa

dan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum.

Penggunaan hak pilih dalam pemilu termasuk kegiatan partisipasi politik karena aktivitas

tersebut mempengaruhi siapa yang duduk sebagai pengambil kebijakan yang secara tidak

langsung mempengaruhi kebijakan yang diambil. Partisipasi politik itu sendiri digolongkan

menjadi dua jenis, yaitu partisipasi autonom dan partisipasi yang dimobilisasi.

Mobilisasi terkoordinasi dipandang penting karena ia memberi dampak besar pada

kehadiran pemilih di TPS. Namun demikian, aktivitas kampanye calon dalam berbagai

pemilihan sangat sedikit diarahkan untuk tujuan mendatangkan emilih ke TPS. Penelitian di

10 negara bagian di Amerika menunjukkan hanya 10% dana kampanye yang digunakan

untuk menyadarkan pemilih datang ke TPS, sedangkan lebih dari 25% dana kampanye

peruntukannya adalah iklan di media.

Kegiatan pemberian suara dalam pemilu (memilih) pada dasarnya tidak jauh berbeda

dengan kegiatan memilih yang biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti

misalnya memilih barang (Evans,2004:3). Tetapi ada satu hal yang harus dicatat dari pilihan

tersebut, Ia tidak hanya berimbas pada individu, melainkan memiliki efek kolektif. Inilah

menjadi pembeda dasar antara voting dan choice. Jika kita memilih barang di pasar untuk kita

beli dan bawa pulang, lalu kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan, maka efeknya akan kita

nikmati sendiri. Hal yang demikian tidak terjadi dalam voting.

Pemilih Rasional

Pemilih dalam pemilu sering kali digolongkan dalam dua jenis yakni pemilih

tradisional dan pemilih rasional. Pemilih rasional biasanya merupakan pemilih yang

mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai pemilu, kandidat dan isu. Untuk

melihat tipologi pemilih ini biasanya digunakan pendekatan pilihan rasional.

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

12

Titik tekan dalam pendekatan pilihan rasional adalah pada pertimbangan untung rugi

dari individu pemilih (Evans,2004:69). Terkait dengan itu, Evans menyebutkan adanya

beberapa kriteria seorang pemilih untuk dapat dikatakan sebagai pemilih rasional. Setidaknya

ada lima kriteria yang ia kemukakan, seperti di bawah ini:

1. Membuat keputusan jika disodorkan beberapa alternatif

2. Mampu membuat urutan preferensi

3. Urutan preferensi individu tidak selalu sama antara individu satu dengan yang

lainnya

4. Menjatuhkan pilihan pada sesuatu yang berada di urutan pertama preferensinya

5. Ketika dihadapkan pada alternatif-alternatif yang sama atau seimbang sehingga ia

tak mungkin membuat urutan preferensi, maka individu itu akan cenderung

menjatuhkan pilihan pada alternatif yang pernah ia pilih sebelumnya.

Jadi perbedaan utama dari pemilih rasional dan yang bukan terletak pada informasi

yang dikumpulkan oleh pemilih untuk kemudian dipergunakan sebagai dasar pertimbangan

dalam menetukan pilihan. Di akhir dari rangkaian itu, pemilih rasional biasanya

mempertimbangkan untung rugi dari pilihannya itu. Dari kriteria tersebut, ada juga penulis

yang mengatakan bahwa pemilih rasional itu sejatinya tidak pernah ada karena pemilih

cenderung menerima informasi secara pasif dan lebih mudah mencerna informasi mengenai

personal kandidat dibandingkan fakta mengenai isu tertentu (Shenkman,2008:43). Sehingga

informasi yang dikumpulkan pemilih tidak ada yang sepenuhnya lengkap.

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

13

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan

menggunakan teknik Focus Group Discussion dan menggunakan sumber-sumber sekunder

seperti hasil penelitian kuantitatif dari beberapa lembaga survei yang menyelenggarakan riset

prapemilukada dan prapemilu legislatif 2014. Metode tersebut dirasa paling tepat untuk

mengumpulkan data mengenai masalah yang telah dipaparkan di bagian terdahulu, karena

tidak semua orang dapat memahami dan menjelaskan secara baik mengenai tingkat melek

politik dari masyarakat Klungkung, oleh sebab itu metode kuantitaif tidak dapat

dipergunakan pada penelitian ini dan pemilihan nara sumber berdasarkan kemampuannya

menjelaskan permasalahan tersebut dianggap metode yang paling tepat. Selain itu, metode

kualitatif memungkinkan peneliti untuk menggali lebih dalam mengenai permasalahan yang

diangkat (Harrison,2009:104).

Pengumpulan data dengan cara FGD ini sedianya akan dilakukan dengan 15 orang

narasumber yang dapat memberikan informasi mengenai masalah yang diangkat dalam

penelitian ini, antara lain: tokoh masyarakat; pemuka agama; aktivis; tokoh LSM; unsur

MMDP; unsur partai politik peserta pemilu; tim pemenangan calon; tokoh pemuda; dan unsur

Panwaslu.

A. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian mencakup seluruh kecamatan di Kabupaten Klungkung

B. Bentuk Keluaran

Secara umum, topik riset menghasilkan keluaran (out put) dalam bentuk (1) Laporan

Hasil Riset, dan (2) Publikasi buku hasil riset. Secara khusus hasil akhir dari riset ini adalah

dipetakannya akar persoalan atau peta masalah serta adanya rekomendasi atas persoalan dari

setiap topik riset. Semua hasil akhir riset tersebut dibuat dalam bentuk hard file dan soft file

baik format word maupun pdf, kemudian dikirimkan ke KPU, melalui alamat email :

[email protected]

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

14

C. Pelaksanaan dan Pengorganisasian

Riset dapat dilaksanakan dengan cara swa-kelola atau dengan melibatkan pihak ketiga,

baik perorangan/tim/lembaga yang mempunyai pengalaman pekerjaan dalam bidang

riset.KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota bertanggungjawab memastikan

pelaksanaan riset dan hasilnya berjalan dengan baik. Berkaitan dengan itu maka setiap

jenjang KPU dilakukan pembagian tugas sebagai berikut ini:

Tabel 3.1: Pembagian Peran KPU

PELAKSANA

TUGAS

KPU 1. Melaksanakan riset tingkat nasional

2. Melakukan supervisi pelaksanaan riset KPU/KIP Kab/Kota

3. Publikasi hasil riset di website KPU

4. Menyusun buku hasil riset

KPU PROVINSI 1. Membagi tema riset untuk setiap KPU/KIP Kab/Kota dalam

lingkup provinsi

2. Mengkoordinasikan dan mengumpulkan laporan pelaksanaan

riset di KPU/KIP Kab/Kota dalam lingkup provinsi

3. Melaporkan rekap pelaksanaan kegiatan riset di KPU/KIP

Kab/Kota dalam lingkup provinsi kepada KPU

KPU KAB/KOTA 1. Melakukan koordinasi dengan KPU Provinsi/KIP Aceh terkait

tema riset

2. Melaksanakan riset tingkat kab/kota

3. Menyampaikan laporan pelaksanaan riset kepada KPU

Provinsi/KIP Aceh dan KPU*

4. Publikasi hasil riset di website KPU/KIP Kab/Kota

* KPU/KIP Kabupaten/Kota dapat menyampaikan laporan pelaksanaan riset kepada KPU

melalui alamat email : [email protected]

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

15

D. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan riset pemilu di KPU Kabupaten/Kota dilaksanakan pada rentang waktu antara

April s.d. Juli 2015.

Tabel 3.2: Waktu Pelaksanaan

No.

Agenda

KPU

KPU Kab/Kota

1. Persiapan dan Maret s.d. Juli 2015 April s.d. Juli 2015

pelaksanaan Riset

2. Publikasi hasil riset Agustus s.d. November Agustus s.d. November

2015 2015

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

16

BAB IV

PEMBAHASAN

Penelitian ini membahas mengenai bagaimana fenomena melek politik pada

masyarakat di Kabupaten Klungkung, Bali. Adapun penelitian ini menggunakan metode

pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif. Di mana menggunakan teknik triangulasi yakni

meneguhkan hasil penelitian berbasiskan kuantifikasi dengan data-data kualitatif yang

didapatkan melalui metode focus group discussion.

Membahas mengenai political literacy atau melek politik maka tidak dapat

terpisahkan dari perilaku memilih. Dalam teori perilaku memilih terdapat tiga pendekatan

yaitu pendekatan sosiologis atau sosial struktural; pendekatan psikologis dan pendekatan

pilihan rasional.

Tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Klungkung memiliki kecenderungan

mengalami peningkatan dari satu pemilu ke pemilu berikutnya. Angka ini seringkali

dijadikan tolak ukur dan cerminan tingkat melek politik masyarakatnya. Untuk itu akan

menarik untuk mengetahui apa fenomena yang mendorong terjaadinya peningkatan angka

partisipasi pemilu di Klungkung, Bali. Asumsi positif dari peningkatan ini adalah

meningkatnya angka melek politik pada masyarakat di Klungkung Bali.

Terdapat beberapa indikator yang dapat menyingkap lebih lanjut mengenai fenomena

ini. Pertama adalah melalui pandangan masyarakat terhadap politik, pandangan masyarakat

terhadap money politics, dan perilaku memilih. Seluruh indikator ini yang akan dibahas

dalam bab analisa data ini satu per satu.

A. Pandangan Masyarakat Terhadap Politik

Tingginya angka partisipasi politik di Kabupaten Klungkung, ternyata tidak sejalan

dengan kedekatan masyarakatnya dengan partai politik.Data Lab. Politik Universitas

Udayana pada tahun 2013 menyatakan bahwa hanya 11 persen dari masyarakat Klungkung

yang merasa memiliki kedekatan dengan partai politik, sedangkan sisanya merasa tidak

memiliki kedekatan dengan partai politik manapun. Hal ini terlihat dalam grafik di bawah ini:

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

GAMBAR 4.1. GRAFIK

APAKAH ANDA MERASA DEKAT DENGAN SALAH SATU PARTAI POLITIK?

Sumber : Lab Politik UNUD, 2013

Dari data yang sama juga diketahui ternyata, terdap

tidak penting untuk memilih anggota

kurang penting. Hanya 30,4 persen yang menyatakan sangat penting. Hal ini terlihat dalam

grafik di bawah ini:

GAMBAR 4.2. GRAFIK ATAS PERTANYAAN “

LEGISLATIF MERUPAKAN SESUATU YANG PENTING BAGI KEHIDUPAN SEHARI

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

Walau angka kesadaran memilih itu penting cukup tinggi, namun sebagian besar responden

menilai bahwa memilih anggota

keluarga mereka. Dan hanya 45 persen saja yang menilai bahwa memilih anggota legislative

berpengaruh pada kehidupan keluarga. Hal ini terlihat dalam gambar grafik di bawah ini:

GAMBAR 4.3. GRAFIK ATAS PERTANYAAN

LEGISLATIF BERPENGARUH LANGSUNG PADA KEHIDUPAN KELUARGA?

GAMBAR 4.1. GRAFIK ATAS PERTANYAAN

APAKAH ANDA MERASA DEKAT DENGAN SALAH SATU PARTAI POLITIK?

Sumber : Lab Politik UNUD, 2013

yang sama juga diketahui ternyata, terdapat 16,6 persen responden yang menilai

tidak penting untuk memilih anggota legislative, sedangkan 9,5 persennya menyatakan

kurang penting. Hanya 30,4 persen yang menyatakan sangat penting. Hal ini terlihat dalam

PERTANYAAN “APAKAH MEMILIH SIAPA YANG MENJADI ANGGOTA

LEGISLATIF MERUPAKAN SESUATU YANG PENTING BAGI KEHIDUPAN SEHARI-

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

Walau angka kesadaran memilih itu penting cukup tinggi, namun sebagian besar responden

enilai bahwa memilih anggota 17egislative tifak akan berpengaruh pada kehidupan

keluarga mereka. Dan hanya 45 persen saja yang menilai bahwa memilih anggota legislative

berpengaruh pada kehidupan keluarga. Hal ini terlihat dalam gambar grafik di bawah ini:

PERTANYAAN APAKAH MEMILIH SIAPA YANG MENJADI ANGGOTA

LEGISLATIF BERPENGARUH LANGSUNG PADA KEHIDUPAN KELUARGA?

17

APAKAH ANDA MERASA DEKAT DENGAN SALAH SATU PARTAI POLITIK?

at 16,6 persen responden yang menilai

, sedangkan 9,5 persennya menyatakan

kurang penting. Hanya 30,4 persen yang menyatakan sangat penting. Hal ini terlihat dalam

APAKAH MEMILIH SIAPA YANG MENJADI ANGGOTA

-HARI?

Walau angka kesadaran memilih itu penting cukup tinggi, namun sebagian besar responden

tifak akan berpengaruh pada kehidupan

keluarga mereka. Dan hanya 45 persen saja yang menilai bahwa memilih anggota legislative

berpengaruh pada kehidupan keluarga. Hal ini terlihat dalam gambar grafik di bawah ini:

APAKAH MEMILIH SIAPA YANG MENJADI ANGGOTA

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

Salah satu kegiatan yang kerap kali

politik di Klungkung adalah kegiatan simakrama. Simakrama adalah salah satu warisan

kearifan lokal di Bali yang merupakan wadah di mana konstituen dapat bertemu muka dan

berbagi pendapat dengan pihak pemerintah atau aktor politik lainnya. Namun d

perkembangannya, ajang simakrama ini kerap kali dijadikan wadah di mana terjadi perjanjian

atau transaksi politik antara konstituen dengan aktor politik. Ironisnya perjanjian atau

transaksi politik ini berada dalam bentuk yang negatif di mana terjadi

mobilisasi suara dan bentuk-bentuk lain dari vote buying. Hal ini pun terjadi di Klungkung

Bali, di mana simakrama dijadikan ajang untuk perjanjian transaksi politik antara calon

dengan masyarakat.

“adat sebaiknya kritis apabila te

menggiring ke satu calon.. hal itu dapat mendistorsi lembaga (adat

red)nya sebagai alat politik”

“Di muslim ada melalui silahturahmi, pakai kelompok pengajian,

melalui remaja. Di muslim juga ada praktik ini ini bukan tradisional tapi

pragmatism ini yang lebih berbahaya. Dan jadi apatis. Harus ada

sosialisasi lebih tepat.”

Dewa Made Tirta juga menambahkan seringkali masyarakat juga berpikir praktis di mana

belum tentu masyarakat memilih calon yang telah menjanjikan uang atau bantuan yang lain.

“Setiap ada simakrama pasti akan mendapatkan sesuatu. Kehadirannya

tergantung dari orang yang akan mendapat sesuatu dari simakrama

tersebut tapi sekarang sudah bergeser, (calon) kena

yang datang pasti didukung tapi pada hari h belum tentu..”

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

kerap kali menjadi wadah komunikasi antara pemilih den

politik di Klungkung adalah kegiatan simakrama. Simakrama adalah salah satu warisan

kearifan lokal di Bali yang merupakan wadah di mana konstituen dapat bertemu muka dan

berbagi pendapat dengan pihak pemerintah atau aktor politik lainnya. Namun d

perkembangannya, ajang simakrama ini kerap kali dijadikan wadah di mana terjadi perjanjian

atau transaksi politik antara konstituen dengan aktor politik. Ironisnya perjanjian atau

transaksi politik ini berada dalam bentuk yang negatif di mana terjadi perjanjian vote buying,

bentuk lain dari vote buying. Hal ini pun terjadi di Klungkung

Bali, di mana simakrama dijadikan ajang untuk perjanjian transaksi politik antara calon

“adat sebaiknya kritis apabila terindikasi simakrama diarahakan untuk

menggiring ke satu calon.. hal itu dapat mendistorsi lembaga (adat

red)nya sebagai alat politik”

I Nyoman Suastika (Partai Hanura)

“Di muslim ada melalui silahturahmi, pakai kelompok pengajian,

melalui remaja. Di muslim juga ada praktik ini ini bukan tradisional tapi

pragmatism ini yang lebih berbahaya. Dan jadi apatis. Harus ada

sosialisasi lebih tepat.”

Mustafit Amna (Ketua MUI Klu

Dewa Made Tirta juga menambahkan seringkali masyarakat juga berpikir praktis di mana

belum tentu masyarakat memilih calon yang telah menjanjikan uang atau bantuan yang lain.

“Setiap ada simakrama pasti akan mendapatkan sesuatu. Kehadirannya

tung dari orang yang akan mendapat sesuatu dari simakrama

tersebut tapi sekarang sudah bergeser, (calon) kena olok-olok.. siapapun

yang datang pasti didukung tapi pada hari h belum tentu..”

18

pemilih dengan aktor

politik di Klungkung adalah kegiatan simakrama. Simakrama adalah salah satu warisan

kearifan lokal di Bali yang merupakan wadah di mana konstituen dapat bertemu muka dan

berbagi pendapat dengan pihak pemerintah atau aktor politik lainnya. Namun dalam

perkembangannya, ajang simakrama ini kerap kali dijadikan wadah di mana terjadi perjanjian

atau transaksi politik antara konstituen dengan aktor politik. Ironisnya perjanjian atau

perjanjian vote buying,

bentuk lain dari vote buying. Hal ini pun terjadi di Klungkung

Bali, di mana simakrama dijadikan ajang untuk perjanjian transaksi politik antara calon

rindikasi simakrama diarahakan untuk

menggiring ke satu calon.. hal itu dapat mendistorsi lembaga (adat-

(Partai Hanura)

“Di muslim ada melalui silahturahmi, pakai kelompok pengajian,

melalui remaja. Di muslim juga ada praktik ini ini bukan tradisional tapi

pragmatism ini yang lebih berbahaya. Dan jadi apatis. Harus ada

(Ketua MUI Klungkung)

Dewa Made Tirta juga menambahkan seringkali masyarakat juga berpikir praktis di mana

belum tentu masyarakat memilih calon yang telah menjanjikan uang atau bantuan yang lain.

“Setiap ada simakrama pasti akan mendapatkan sesuatu. Kehadirannya

tung dari orang yang akan mendapat sesuatu dari simakrama

.. siapapun

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

19

Dewa Made Tirta (Majelis Madya Desa Pakraman Klungkung)

Untuk itu diperlukan peraturan atau himbauan yang dapat mereduksi penyimpangan vote

buying melalui ajang simakrama ini. Salah satu langkah yang harus dilakukan di antaranya

perlunya fasilitasi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten dalam penyelenggaraan simakrama

ini. Dewa Made Tirta juga menambahkan perlunya pemahaman dari para prajuru adat agar

adat tidak tertarik masuk dalam permainan politik yang kotor seperti ini.

“Penegakan hukum untuk simakrama ini masih lemah…”

I Komang Artawan (Mantan Panwaslu Klungkung)

“Maka KPU sebagai penyelenggara kalau bisa simakrama ini dijadikan

pilar sosialisasi yang terdepan artinya tidak saja calon yang aktif tapi

KPU yang mendesain agar tidak hanya dihadiri satu calon saja tapi

beberapa calon.. sehingga masyarakat juga menjadi cerdas .”

I Nyoman Suastika (Partai Hanura)

Selain simakrama bentuk komunikasi lainnya antara calon dan pemilihnya dapat melalui

bentuk komunikasi luar ruang maupun melalui media massa. Media massa terutama televisi

tercatat masih merupakan media favorit yang dikonsumsi oleh masyarakat di Klungkung.

Berdasarkan data Lab Politik FISIP Udayana tahun 2013, 81 persen responden menyatakan

menonton televisi setiap hari. Sedangkan media yang paling jarang dikonsumsi adalah

Internet, di mana 79,8 persen responden menyatakan tidak pernah mengakses internet. Hal ini

terlihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.1. Konsumsi Media

Namun diakui kampanye melalui media massa terutama televisi tidaklah murah, maka bentuk

sosialisasi atau kampanye yang dapat digunakan antara lain adalah melalui komunikasi luar

luar atau alat peraga seperti banner, spanduk, baliho, stiker hingga baju. Namun ada beberapa

pihak yang menyatakan bahwa bentuk apapun tentu saja membutuhkan dana yang cukup

Pola Konsumsi MediaSetiap

hari

3-4 hari

dalam

seminggu

Minimal

seminggu

sekali

JarangTidak

PernahTT/TM

A. Membaca Koran 9,2 12,5 2,2 24,6 49,2 2,4

B. Menonton Televisi 81,0 6,3 ,2 11,2 ,8 ,5

C. Mendengarkan Radio 14,2 5,8 ,8 23,2 52,7 3,2

D. Mengakses Internet 5,6 1,2 ,3 7,8 79,8 5,3

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

besar, dan dikhawatirkan modal yang telah dikeluarkan nantinya akan diharapkan kembali

pada saat menjabat.

“Saat saya mau dikirim baliho dan lain

baju karena kesulitan memasang dan belum tentu baju itu cukup dan

butuh banyak uang nanti ingin kembali.. saya sarankan balihonya

terbatas saja tidak perlu menghabiskan uang.”

Kesadaran pemilih akan politik dan pemilu memang penting dalam alam demokrasi.

Komunikasi politik untuk memupuk kesadaran ini juga penting untuk terus dijaga agar tetap

pada esensinya. Namun apabila dalam prosesnya telah dinodai dengan praktik

politics maka kesadaran yang terbangun pun hanyalah kesadaran semu berbasis pragmatism.

B. Pandangan Masyarakat Terhadap Money Politics

Vote buying atau money politics menjadi salah satu tolak ukur dari melek politiknya

seseorang atau masyarakat. Masyarakat yang telah memiliki

maka akan memiliki kecenderungan untuk tidak menerima praktik

data lab politik Universitas Udayana pada tahun 2013, ada beberapa fakta menarik. Pertama,

ternyata 30 persen masyarakat Klungkung menilai a

legislatif yang menawarkan uang untuk memilih. Hal ini tergambar dalam grafik di bawah

ini:

GAMBAR 4.4. GRAFIK ATAS PERTANYAAN “

Sumber : Lab Politik FISIP Udayan

Namun alasan responden menerima uang yang ditawarkan pun lebih cenderung

pragmatis, di mana hanya 15 persen saja yang memiliki komitmen untuk memilih kandidat

besar, dan dikhawatirkan modal yang telah dikeluarkan nantinya akan diharapkan kembali

“Saat saya mau dikirim baliho dan lain-lain, saya menolak baliho dan

baju karena kesulitan memasang dan belum tentu baju itu cukup dan

butuh banyak uang nanti ingin kembali.. saya sarankan balihonya

terbatas saja tidak perlu menghabiskan uang.”

Nengah Setar, Tokoh Masyarakat Nusa Penida

olitik dan pemilu memang penting dalam alam demokrasi.

Komunikasi politik untuk memupuk kesadaran ini juga penting untuk terus dijaga agar tetap

pada esensinya. Namun apabila dalam prosesnya telah dinodai dengan praktik-praktik money

n yang terbangun pun hanyalah kesadaran semu berbasis pragmatism.

Pandangan Masyarakat Terhadap Money Politics

Vote buying atau money politics menjadi salah satu tolak ukur dari melek politiknya

seseorang atau masyarakat. Masyarakat yang telah memiliki kemelekan dalam berpolitik

maka akan memiliki kecenderungan untuk tidak menerima praktik-praktik vote buying. Dari

data lab politik Universitas Udayana pada tahun 2013, ada beberapa fakta menarik. Pertama,

ternyata 30 persen masyarakat Klungkung menilai akan menerima uang apabila ada calon

legislatif yang menawarkan uang untuk memilih. Hal ini tergambar dalam grafik di bawah

4.4. GRAFIK ATAS PERTANYAAN “JIKA ADA CALEG YANG MEMBERI UANG,

APAKAH ANDA MENERIMA?”

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

Namun alasan responden menerima uang yang ditawarkan pun lebih cenderung

pragmatis, di mana hanya 15 persen saja yang memiliki komitmen untuk memilih kandidat

20

besar, dan dikhawatirkan modal yang telah dikeluarkan nantinya akan diharapkan kembali

baliho dan

baju karena kesulitan memasang dan belum tentu baju itu cukup dan

butuh banyak uang nanti ingin kembali.. saya sarankan balihonya

Setar, Tokoh Masyarakat Nusa Penida

olitik dan pemilu memang penting dalam alam demokrasi.

Komunikasi politik untuk memupuk kesadaran ini juga penting untuk terus dijaga agar tetap

praktik money

n yang terbangun pun hanyalah kesadaran semu berbasis pragmatism.

Vote buying atau money politics menjadi salah satu tolak ukur dari melek politiknya

kemelekan dalam berpolitik

praktik vote buying. Dari

data lab politik Universitas Udayana pada tahun 2013, ada beberapa fakta menarik. Pertama,

kan menerima uang apabila ada calon

legislatif yang menawarkan uang untuk memilih. Hal ini tergambar dalam grafik di bawah

JIKA ADA CALEG YANG MEMBERI UANG,

Namun alasan responden menerima uang yang ditawarkan pun lebih cenderung

pragmatis, di mana hanya 15 persen saja yang memiliki komitmen untuk memilih kandidat

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

yang memberi uang, sedangkan 85 persen lainnya mengatakan walau menerima uang,

responden belum tentu akan memilih calon yang telah memberi responden uang. Hal ini

terlihat dalam gambar grafik di bawah ini:

GAMBAR 4.5. GRAFIK ATAS

MEMILIH/TIDAK CALEG YANG MEMBERI UANG?

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

Data ini cukup menarik untuk ditelusuri lebih lanjut mengenai komitmen responden

itu sendiri terkait dengan pemenuhan janji responden dalam memilih kandidat yang

memberikan uang. Pada pertanyaan berikut yakni siapa yang akan dipilih ap

yang memberikan uang terlebih dahulu ataukah memilih kandidat yang memberi uang lebih

banyak. Data menunjukkan bahwa terdapat 56 persen yang menyatakan akan memilih

kandidat yang memberi uang lebih besar. Selengkapnya dalam gambar di bawah i

GAMBAR 4.6. GRAFIK ATAS PERTANYAAN

PILIH ANTARA YANG LEBIH DULU ATAU LEBIH BANYAK MEMBERI UANG?

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

yang memberi uang, sedangkan 85 persen lainnya mengatakan walau menerima uang,

belum tentu akan memilih calon yang telah memberi responden uang. Hal ini

terlihat dalam gambar grafik di bawah ini:

4.5. GRAFIK ATAS PERTANYAAN “ JIKA MENERIMA, APAKAH ANDA AKAN

MEMILIH/TIDAK CALEG YANG MEMBERI UANG?”

FISIP Udayana, 2013

Data ini cukup menarik untuk ditelusuri lebih lanjut mengenai komitmen responden

itu sendiri terkait dengan pemenuhan janji responden dalam memilih kandidat yang

memberikan uang. Pada pertanyaan berikut yakni siapa yang akan dipilih apakah kandidat

yang memberikan uang terlebih dahulu ataukah memilih kandidat yang memberi uang lebih

banyak. Data menunjukkan bahwa terdapat 56 persen yang menyatakan akan memilih

kandidat yang memberi uang lebih besar. Selengkapnya dalam gambar di bawah i

GRAFIK ATAS PERTANYAAN JIKA MENERIMA, YANG MANA YANG ANDA

PILIH ANTARA YANG LEBIH DULU ATAU LEBIH BANYAK MEMBERI UANG?

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

21

yang memberi uang, sedangkan 85 persen lainnya mengatakan walau menerima uang,

belum tentu akan memilih calon yang telah memberi responden uang. Hal ini

JIKA MENERIMA, APAKAH ANDA AKAN

Data ini cukup menarik untuk ditelusuri lebih lanjut mengenai komitmen responden

itu sendiri terkait dengan pemenuhan janji responden dalam memilih kandidat yang

akah kandidat

yang memberikan uang terlebih dahulu ataukah memilih kandidat yang memberi uang lebih

banyak. Data menunjukkan bahwa terdapat 56 persen yang menyatakan akan memilih

kandidat yang memberi uang lebih besar. Selengkapnya dalam gambar di bawah ini:

JIKA MENERIMA, YANG MANA YANG ANDA

PILIH ANTARA YANG LEBIH DULU ATAU LEBIH BANYAK MEMBERI UANG?

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

22

Bentuk vote buying pun beragam, tidak hanya berbentuk pemberian uang, namun juga

dapat berbentuk pengerahan massa hingga iming-iming fasilitas gratis yang membantu

pemilih memilih dari salah satu kandidat. Hal ini dinyatakan telah terjadi pada saat

pemilukada Klungkung 2013 lalu. Adapun bentuk vote buying adalah dengan melalui sarana

adat hingga fasilitasi prasarana dan sarana menuju Tempat Pemungutan Suara.

“karena ada calon yang menyediakan persiapan fasilitas gratis, kendaraan

dan lain-lain. Ada nuansa adat yang dikatakan mengiring suara ke salah

satu calon, ada perarem yang di buat, bahkan ada orang yang diluar wilayah

berbondong2 ke tps. Ini harus diperhatikan pemerintah yang berkewajiban

menyiapkan prasarana ini bukan calon. Ini bukan demokrasi, tapi apabila

disiapkan fasilitas mau tidak mau mereka memilih yang menyiapkan

fasilitas tersebut.”

Wayan Sutena, MADP Klungkung

Sutena menambahkan praktik ini terjadi dan menjadi tanggung jawab tidak hanya pemilih

namun juga kandidat. Bahkan Sutena menilai sudah tidak terdapat etika politik pada

pemilukada. Sutena menambahkan pentingnya pendidikan politik untuk masyarakat.

“Calon nya jug asudah tidak ada etika dan moral di mana menghalalkan segala

cara untuk kemenangan. Uang di lihat bukan kualitasnya”

Wayan Sutena, MADP Klungkung

Temuan yang perlu diperhatikan lebih lanjut antara lain adalah adanya praktik politik

uang yang telah memasuki ranah adat. Di mana setiap warga wajib memilih apabila tidak

memilih maka akan dikenakan sanksi.

“Di Nusa Penida ada perarem, atau “ancaman” kena sanksi adat ……. 40

ribu pemilih di Nusa Penida 20 rb tinggal di luar Nusa Penida. Ini diadakan

untuk meningkatkan partisipasi namun meungkin melanggar hukum”

I Ketut Pesta, Tokoh Masyarakat Nusa Penida

Praktik-praktik ini ternyata dianggap dapat merusak tatanan demokrasi, di mana

masyarakat terutama menengah ke bawah hanya akan memandang pemilu adalah ajang bagi-

bagi uang dan masyarakat tidak mendapatkan perubahan apapun dari pesta demokrasi ini.

Menurut tokoh masyarakat Nusa Penida, Setar mengatakan bahwa apa yang dijalankan

sekarang telah melenceng.

Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

“Oknum dalam menjalankan politik yang rusak.

ujung-ujungnya uang saja. Pejabat hanya memajukan pribadinya saja. Jangan

hanya ngomong saja bisa disu

ada fasilitasi memobilisasi.

C. Perilaku Memilih

Penentuan pilihan pemilih pun dapat dijadikan indikator dari tingkat melek politik

seseorang atau masyarakat. Secara teori

memilih kandidat, seperti pemilih rasional, pemilih tradisional maupun pendekatan

sosiologis. Berdasarkan data Lab Politik Unud tahun 2013, 41,2 persen menyatakan

menginginkan wakil rakyat yang memiliki sifat

adalah jujur dan bersih dari korupsi. Hal ini terlihat dalam gambar di bawah ini:

GAMBAR 4.7.

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

Latar belakang yang diinginkan dari

politik masyarakat. Berdasarkan data yang dirilis Lab Politik Udayana tahun 2013, latar

belakang yang diinginkan adalah beragam ada yang berbasis merit seperti professional,

maupun latar belakang lainnya seperti toko

dalam gambar grafik di bawah ini:

Oknum dalam menjalankan politik yang rusak. masyarakat Nusa Penida

nya uang saja. Pejabat hanya memajukan pribadinya saja. Jangan

hanya ngomong saja bisa disuap. Saat ini banyak yang main uang saja.. pasti

ada fasilitasi memobilisasi.”

Setar, Tokoh Masyarakat Nusa Penida

Penentuan pilihan pemilih pun dapat dijadikan indikator dari tingkat melek politik

seseorang atau masyarakat. Secara teori terdapat beberapa pendekatan/ alasan penentuan

memilih kandidat, seperti pemilih rasional, pemilih tradisional maupun pendekatan

sosiologis. Berdasarkan data Lab Politik Unud tahun 2013, 41,2 persen menyatakan

menginginkan wakil rakyat yang memiliki sifat merakyat. Adapun sifat lain yang diinginkan

adalah jujur dan bersih dari korupsi. Hal ini terlihat dalam gambar di bawah ini:

7. SIFAT WAKIL RAKYAT YANG DIINGINKAN

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

Latar belakang yang diinginkan dari kandidat pun mencerminkan tingkat melek

politik masyarakat. Berdasarkan data yang dirilis Lab Politik Udayana tahun 2013, latar

belakang yang diinginkan adalah beragam ada yang berbasis merit seperti professional,

maupun latar belakang lainnya seperti tokoh puri, parpol hingga akademisi. Selengkapnya

dalam gambar grafik di bawah ini:

23

enida pada

nya uang saja. Pejabat hanya memajukan pribadinya saja. Jangan

ap. Saat ini banyak yang main uang saja.. pasti

Setar, Tokoh Masyarakat Nusa Penida

Penentuan pilihan pemilih pun dapat dijadikan indikator dari tingkat melek politik

terdapat beberapa pendekatan/ alasan penentuan

memilih kandidat, seperti pemilih rasional, pemilih tradisional maupun pendekatan

sosiologis. Berdasarkan data Lab Politik Unud tahun 2013, 41,2 persen menyatakan

merakyat. Adapun sifat lain yang diinginkan

kandidat pun mencerminkan tingkat melek

politik masyarakat. Berdasarkan data yang dirilis Lab Politik Udayana tahun 2013, latar

belakang yang diinginkan adalah beragam ada yang berbasis merit seperti professional,

h puri, parpol hingga akademisi. Selengkapnya

Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

GAMBAR 4.8. LATAR BELAKANG WAKIL RAKYAT YANG DIINGINKAN

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

Indikator berikutnya adalah apakah daerah asal kandidat menjadi salah

dalam menentukan pilihannya dalam pemilu. Di Klungkung indikator ini hampir seimbang di

mana responden yang menilai asal daerah tidak menjadi masalah sama besarnya dengan

responden yang menilai akan memilih caleg yang asal daerahnya sama. Hal in

grafik di bawah ini:

GAMBAR 4.9. FAKTOR ASAL DAERAH DALAM PILIHAN POLITIK

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

LATAR BELAKANG WAKIL RAKYAT YANG DIINGINKAN

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

Indikator berikutnya adalah apakah daerah asal kandidat menjadi salah

dalam menentukan pilihannya dalam pemilu. Di Klungkung indikator ini hampir seimbang di

mana responden yang menilai asal daerah tidak menjadi masalah sama besarnya dengan

responden yang menilai akan memilih caleg yang asal daerahnya sama. Hal ini terlihat dalam

FAKTOR ASAL DAERAH DALAM PILIHAN POLITIK

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

24

Indikator berikutnya adalah apakah daerah asal kandidat menjadi salah satu dasar

dalam menentukan pilihannya dalam pemilu. Di Klungkung indikator ini hampir seimbang di

mana responden yang menilai asal daerah tidak menjadi masalah sama besarnya dengan

i terlihat dalam

Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

Pada level yang berbeda yakni pada level

cukup berpengaruh dan menjadi

responden tidak masalah akan dipimpin oleh kandidat dari daratan atau pulau. Hal ini terlihat

dalam data di bawah ini:

GAMBAR 4.

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

Namun data di atas ternyata apabila ditelusuri lebih lanjut didapatkan bahwa responden yang

berasal dari Nusa Penida lebih banyak yang memutuskan untuk memilih kandidat bupati yang

berasal dari Nusa Penida saja, walau sebagian besar yakni 57,4 persen menil

kandidat yang akan menjadi bupati. Hal ini menunjukkan bahwa fanatisme masyarakat di

Nusa Penida lebih besar dibandingkan masyarakat di daratan. Hal ini terlihat dalam tabel di

bawah ini:

Tabel 4.2 Tabel Silang

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

Grafik-grafik di atas menggambarkan bahwa karakteristik dan pengelompokan sosial masih

cenderung menjadi hal yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih wakilnya. Perilaku

Ya, pilih kandidat yang dari daratan

Ya, pilih kandidat yang dari

Dipimpin oleh kandidat dari

Pada level yang berbeda yakni pada level pemilihan bupati, faktor asal kandidat

cukup berpengaruh dan menjadi pertimbangan dalam memilih. 56,2 persen menyatakan

responden tidak masalah akan dipimpin oleh kandidat dari daratan atau pulau. Hal ini terlihat

GAMBAR 4.10. FAKTOR ASAL CALON BUPATI

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

Namun data di atas ternyata apabila ditelusuri lebih lanjut didapatkan bahwa responden yang

berasal dari Nusa Penida lebih banyak yang memutuskan untuk memilih kandidat bupati yang

berasal dari Nusa Penida saja, walau sebagian besar yakni 57,4 persen menilai sama saja asal

kandidat yang akan menjadi bupati. Hal ini menunjukkan bahwa fanatisme masyarakat di

Nusa Penida lebih besar dibandingkan masyarakat di daratan. Hal ini terlihat dalam tabel di

Tabel Silang Daerah asal dengan Pilihan Bupati

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

grafik di atas menggambarkan bahwa karakteristik dan pengelompokan sosial masih

cenderung menjadi hal yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih wakilnya. Perilaku

23.4

8.6

11.7

56.2

0 20 40 60

Tidak Jawab

Ya, pilih kandidat yang dari daratan

Ya, pilih kandidat yang dari …

Dipimpin oleh kandidat dari …

25

bupati, faktor asal kandidat

pertimbangan dalam memilih. 56,2 persen menyatakan

responden tidak masalah akan dipimpin oleh kandidat dari daratan atau pulau. Hal ini terlihat

Namun data di atas ternyata apabila ditelusuri lebih lanjut didapatkan bahwa responden yang

berasal dari Nusa Penida lebih banyak yang memutuskan untuk memilih kandidat bupati yang

ai sama saja asal

kandidat yang akan menjadi bupati. Hal ini menunjukkan bahwa fanatisme masyarakat di

Nusa Penida lebih besar dibandingkan masyarakat di daratan. Hal ini terlihat dalam tabel di

grafik di atas menggambarkan bahwa karakteristik dan pengelompokan sosial masih

cenderung menjadi hal yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih wakilnya. Perilaku

80 100

Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

26

pemilih seseorang berkenaan dengan kelompok sosial dari mana individu itu berasal

(Roth,2008:25). Hal itu berarti karakteristik sosial menentukan kecenderungan politik

seseorang. Pengelompokan sosial yang dimaksud disini adalah usia, jenis kelamin, agama,

pekerjaan, kelas sosial ekonomi, kedaerahan, latar belakang keluarga, kegiatan-kegiatan

dalam kelompok-kelompok formal dan informal. Kelompok-kelompok sosial ini dipandang

berpengaruh besar dalam keputusan memilih karena kelompok-kelompok tersebut berperan

dalam pembentukan sikap, persepsi dan orientasi seseorang.

Di Klungkung faktor kedaerahan menjadi faktor yang cukup berpengaruh dalam

perilaku pemilih. Hal ini ditegaskan oleh I Wayan Sukasta, di mana ia menegaskan bahwa

pemilih di Klungkung masih cenderung Tradisional.

“Masih tradisional karena berbaasiskan kewilayahan. Pemilih cenderung

memilih karena ada kesamaan wilayah”

I Wayan Sukasta (Nusa Penida)

Namun pemilih tradisional ini dinilai lebih banyak di Nusa Penida dibandingkan di Daratan.

Hal ini dinyatakan oleh I Komang Artawan.

“Ada perbedaan, di daratan klungkung lebih rasional, di mana mereka juga

memilih dari yang bukan hanya satu wilayah”

I Komang Artawan (Mantan Panwaslu Klungkung)

Majelis Adat Desa Pakraman Klungkung, Wayan Sutena menilai perbedaan faktor

kedaerahan ini juga tergantung dari pada tingkat pemilihannya.

“Pemilukada ada nuansa tingkat partisipasi lebih tinggi di mana ada

fanatisme wilayah”

Wayan Sutena, MADP Klungkung

Faktor fanatisme kedaerahan menjadi faktor penting dalam pemilukada Klungkung lalu.

Dewa Made Tirta dari Majelis Madya Desa Pakraman menilai kedekatan calon dengan

pemilihnya tetap yang terpenting. Ia juga menilai ejekan yang berkembang di masyarakat pun

menyebabkan fanatisme kedaerahan menjadi lebih besar.

“nak uling ditu kal jadi keto? Ini mengugah fanatisme. Ini merubah dari

tradisional ke rasional maupun sebaliknya. Ada rasa jengah..”

Dewa Made Tirta (Majelis Madya Desa Pakraman Klungkung)

Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

Selain pendekatan sosiologis, pendekatan lainnya adalah pendekatan psikologis. Hal ini

tercermin salah satunya dari alasan memilih yang berdasarkan kedekatan psikologis di mana

saat memilih pemilih menjadi akan selalu memilih kandidat atau partai yang sama

pemilu dilaksanakan. Berdasarkan data Lab Politik Unud 2013, masyarakat Klungkung lebih

mementingkan faktor figur dibandingkan faktor parpol dalam memilih calon legislative. 91,2

persen responden menilai figur menjadi lebih penting dibandingkan

terlihat dalam gambar grafik di bawah ini:

GAMBAR 4.11. FAKTOR FIGUR ATAU PARPOL YANG LEBIH PENTING DALAM MEMILIH CALEG?

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

Dengan kata lain pemilih memiliki pilihan yang menetap tanpa dipe

dan komunikasi politik. Kavanagh menjelaskan konsep identifikasi partai sebagai semacam

kedekatan psikologis seseorang dengan satu partai tertentu. Ia menambahkan, konsep

identifikasi partai ini mirip dengan loyalitas partai atau k

partai tertentu (Kavagh,1983:88).

Selain pendekatan sosiologis, pendekatan lainnya adalah pendekatan psikologis. Hal ini

tercermin salah satunya dari alasan memilih yang berdasarkan kedekatan psikologis di mana

akan selalu memilih kandidat atau partai yang sama

Berdasarkan data Lab Politik Unud 2013, masyarakat Klungkung lebih

mementingkan faktor figur dibandingkan faktor parpol dalam memilih calon legislative. 91,2

persen responden menilai figur menjadi lebih penting dibandingkan partai politik. Hal ini

terlihat dalam gambar grafik di bawah ini:

FAKTOR FIGUR ATAU PARPOL YANG LEBIH PENTING DALAM MEMILIH CALEG?

Sumber : Lab Politik FISIP Udayana, 2013

Dengan kata lain pemilih memiliki pilihan yang menetap tanpa dipengaruhi oleh sosialisasi

dan komunikasi politik. Kavanagh menjelaskan konsep identifikasi partai sebagai semacam

kedekatan psikologis seseorang dengan satu partai tertentu. Ia menambahkan, konsep

identifikasi partai ini mirip dengan loyalitas partai atau kesetiaan seorang pemilih terhadap

partai tertentu (Kavagh,1983:88).

27

Selain pendekatan sosiologis, pendekatan lainnya adalah pendekatan psikologis. Hal ini

tercermin salah satunya dari alasan memilih yang berdasarkan kedekatan psikologis di mana

akan selalu memilih kandidat atau partai yang sama tiap kali

Berdasarkan data Lab Politik Unud 2013, masyarakat Klungkung lebih

mementingkan faktor figur dibandingkan faktor parpol dalam memilih calon legislative. 91,2

partai politik. Hal ini

FAKTOR FIGUR ATAU PARPOL YANG LEBIH PENTING DALAM MEMILIH CALEG?

ngaruhi oleh sosialisasi

dan komunikasi politik. Kavanagh menjelaskan konsep identifikasi partai sebagai semacam

kedekatan psikologis seseorang dengan satu partai tertentu. Ia menambahkan, konsep

esetiaan seorang pemilih terhadap

Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

28

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Partisipasi politik masyarakat Klungkung dalam pemilu maupun pemilukada dapat

dikatakan unik. Kabupaten ini memiliki wilayah yang diperkirakan mengalami keterbatasan

dalam akses informasi, oleh karenanya diasumsikan tingkat melek politiknya rendah. Setelah

penelitian dilakukan ternyata diketahui bahwa daerah yang akses informasinya sulit, memiliki

kecenderungan untuk mengandalkan tokoh masyarakat dan tokoh adat setempat sebagai

sumber informasi politik, sehingga forum-forum bernuansa adat seperti simakrama

dipandang lebih efektif untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait dengan hal-hal

yang berkaitan dengan pemilu atau pemilukada. Tidak terbukti bahwa tingkat konsumsi

media yang rendah menyebabkan tingkat melek politik yang rendah, sebab ada sumber

informasi politik alternatif.

Data dalam penelitian inipun memperlihatkan model partisipasi politik masyarakat

Klungkung belum sepenuhnya partisipasi autonom. Di beberapa wilayah seperti Kecamatan

Nusa Penida kerap terjadi mobilisasi pemilih. Keberadaan money politics dan vote buying

diakui oleh masyarakat melalui survei dan tokoh-tokoh masyarakat melalui metode FGD.

Masih eksisnya praktik money politics menjadi indikator untuk menyatakan bahwa pemilih

belum dapat dikatakan autonom ataupun rasional. Pemilih rasional umumnya menentukan

pilihan berdasarkan pertimbangan untung rugi kolektif, bukan untung rugi pribadi/kelompok

atau pertimbangan pragmatis.

Sebagian pemilih di Klungkung dapat dikategorikan sebagai pemilih tradisional sebab

mereka memperlihatkan kecenderungan lebih memilih kandidat berdasarkan kesamaan asal

wilayah; arahan tokoh adat; afiliasi puri dari kandidat; dan identifikasi dengan partai politik

tertentu. Namun demikian, jumlah mereka yang menyatakan bahwa asal wilayah kandidat

bukan pertimbangan utama juga tidak sedikit. Pemilih tipe ini lebih mementingkan citra figur,

misalnya melihat figur sebagai sosok yang merakyat dan jujur.

Terkait dengan sosialisasi politik, masyarakat Klungkung bukan masyarakat pembaca koran

atau pengguna internet. Mereka yang menggunakan internet dan membaca koran setiap hari,

jumlahnya kurang dari 10%. Beberapa narasumber dalam FGD juga menyebutkan bahwa

Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

29

kampanye via sosial media cukup efektif, namun jika dibandingkan dengan efek kampanye

melalui simakrama, jauh lebih efektif simakrama. Hanya saja perlu menjadi catatan bahwa

forum simakrama sering kali menjadi momentum kandidat untuk melakukan vote buying. Tak

jarang mereka yang datang ke sebuah acara simakrama justru menanti “sesuatu” yang akan

dibagikan dalam acara tersebut.

B. Saran/ Rekomendasi Kebijakan

Dalam mengahadapi pemilu dan pemilukada yang akan datang, Klungkung perlu menjadi

salah satu kabupaten yang mendapat perhatian khusus terkait mobilisasi pemilih berkedok

memfasilitasi pemilih sampai di TPS. Mempermudah akses ke TPS, misalnya menyediakan

angkutan gratis menjadi salah satu pilihan cara menekan partisipasi yang termobilisasi. Usaha

lainnya dapat dilakukan dengan mengatur mengenai penyediaan angkutan oleh calon pada

hari pemilihan. Usaha lain yang dapat dilakukan adalah membuat kebijakan di mana pemilih

dapat dipermudah untuk melakukan pencoblosan tanpa harus kembali ke daerah asalnya yang

cenderung terlalu jauh dari dia bermukim/bekerja.

Sosialisasi menjadi hal yang masih sangat penting bagi pemilih Klungkung dalam

menghadapi pemilihan. Proses sosialisasi selama ini harus dievaluasi dan diperbaiki karena

belum maksimal. Sosialisasi melalui forum-forum simakrama dan menggunakan kelihan

banjar atau bendesa sebagai agen komunikasi dipandang sebagai cara untuk meningkatkan

melek politik warga utamanya di wilayah dengan akses informasi terbatas. Namun forum ini

pun perlu diawasi lebih lanjut agar forum simakrama tidak digunakan oleh aktor politik

dijadikan wadah transaksi politik dengan desa adat.

Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

30

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ananta, Aris et.al., 2004 Indonesian Electoral Behaviour: A Statistical Perspective,

Singapore: ISEAS

Bone, Hugh A dan Austin Ranney, 1981, Politics and Voters, USA: McGraw-Hill

Cambell, Angus et. al., 1966 The American Voter USA: Jhon Wiley and Sons, Inc

Clarke, Harold D. et.al., 2004Political Choice in Britain, New York: Oxford University Press

Evans, Jocelyn A. J., 2004, Voting and Voters: An Introduction, London: SAGE Publications

Gaffar, Afan, 1992 Javanese Voters: A Case Study of Election Under a Hegemonic Party

System, Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Harison, Lisa, 2009, Metode Penelitian Politik, terj. Jakarta: Kencana

Kavanagh, Denis, 1983, Political Science and Political Behaviour, London: George Allen &

Unwin

King, Dwight Y., 2003, Half Harted Reform: Electoral Institution and Strugle for Democracy

in Indonesia, USA: Praeger Publishers

Henk Schulte Nordholt, 2010,Bali: Benteng Terbuka 1995-2005 (terj.), Jakarta: KITLV

Nursal, Adman, 2004, Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu, Jakarta Gramedia

Nuryanti, Sri, 2006, “Pilkada Langsung Memperkuat Demokrasi Lokal?,” Pusat Penelitian

Politik: Year Book 2006

Roth, Dieter, 2008, Studi Pemilu Empiris: Sumber, Teori, Instrumen, dan Metode, terj.

Jakarta: Friedrich-Naumann Stiftung fur die Freiheit

Shenkman, Rick, 2008, Just How Stupid Are We?: Facing the Truth about American Voter,

New Yosrk: Basic Book

Upe, Ambo, 2008, Sosiologi Politik Kontemporer: Kajian Tentang Rasionalitas Perilaku

Politik Pemilih diEra Otondomi Daerah, Jakarta: Prestasi Pustaka

Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

31

Jurnal

Eriyanto et.al., “Mesin Partai atau Popularitas Kandidat?”, dalam Kajian Bulanan Lingkaran

Survei Indonesia, No 12, (April 2008)

Ikeda, Ken’ichi et.al, “Dynamics of interpersonal Political Environment and Party

Identificatin: Longitudinal Studies of Voting in Japan and New Zeland”, dalam

Political Psycology, Vol 26 No 4, (Aug. 2005)

Kaspin, Deborah, “The Politics of Ethnicity in Malawi’s Democratic Transition”, dalam

Journal of Modern Afrikan Studies, Vol. 33 No. 4 (Desember, 1995)

Kinzo,Maria D’Alva Gin, “The 1989 Presidential Election: Electoral Behaviour in Brazilian

City”, dalam Journal of Latin American Studies, Vol. 25 No. 3 (May, 1993)

Liddle, R.William dan Saiful Mujani,“Leaderships, Party,and Religion: Explaining Voting

Behavior In Indonesia” dalam Journal Of Democrcy,Vol. 21 No. 2 (April 2010)

Rood, Steven, “Perspective on the Electorals Behaviour of Baguio City (Philipines) Voters in

Transition Era”, dalam Journal of Southeast Asian Studies, Vol. 22 No. 1, (Maret 1991)

Tesis

Agusmawanda, Perilaku Memilih Masyarakat Adat Ternate dalam Pemilihan Legislatif Kota

Ternate 2009, Tesis Magister, (Jakarta: FISIP UI, 2011)

Adnyana, Yudistira, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Memilih dalam Pilkada

Badung 2005, Tesis Magister, (Jakarta: FISIP UI, 2006)

Toruan, Jhonsar L., Perilaku Memilih Pada Pemilihan Kepala Daerah 2005: Studi Kasus

Kemenangan Mardin Sihombing/Marganti Manullang Sebagai Bupati/Wakil Bupati

Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatra Utara, Tesis Magister, (Jakarta:

FISIP UI, 2006)

Page 32: LAPORAN AKHIR PENELITIAN MELEK POLITIK...di Gumi Serombotan ini paling kecil di Bali. Berdasarkan daftar pemilih tetap yang dirilis KPUD Klungkung pada bulan November 2013, jumlah

32

LAMPIRAN 1. DAFTAR INFORMAN FOCUS GROUP DISCUSSION

NO I Nyoman Suastika

1 I Wy Wira Adnyana

2 Dewa Made Tirta

3 I Gd Kusuma

4 Ni Wayan Mariarti

5 I Made Kariada

6

I Wayan Mariarta

7 Wy. Sutena

8 I Km Artawan

9 Purwatiningsih

10 A.A. Gde Anom

11

Mustafit Amna

12

I Nengah Setar

13

I Wayan Sukasta

14

I Nyoman Suarta

15

Ketut Pesta

16

I Wy Supartawan