LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PENELITIAN ......LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PENELITIAN JURUSAN...

40
LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015 EVALUASI TERHADAP KESINAMBUNGAN ANTARA MATAKULIAH PADA KURIKULUM JURUSAN ARSITEKTUR, FAKULTAS TEKNIK UNUD Tim Peneliti 1.. Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP (Ketua) 2. Ir. I Made Suarya, MT 3. Dr. Ir. Widiastuti, MT. PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015

Transcript of LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PENELITIAN ......LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PENELITIAN JURUSAN...

  • LAPORAN AKHIR PENELITIAN

    HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015

    EVALUASI TERHADAP KESINAMBUNGAN

    ANTARA MATAKULIAH PADA KURIKULUM

    JURUSAN ARSITEKTUR,

    FAKULTAS TEKNIK UNUD

    Tim Peneliti

    1.. Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP (Ketua)

    2. Ir. I Made Suarya, MT

    3. Dr. Ir. Widiastuti, MT.

    PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS UDAYANA

    2015

  • 2

    HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN

    HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015

    Judul Penelitian : Evaluasi Terhadap Kesinambungan Antara Matakuliah pada

    Kurikulum Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Unud

    Ketua Peneliti : a. Nama Lengkap : Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi,MSP

    b. NIDN / NIP : 0006055703 / 19570506 198403 1 001

    c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

    d. Nomor HP / email : 0816 4703 831 / [email protected]

    Anggota Peneliti (1) : a. Nama Lengkap : Ir. I Made Suarya, MT

    b. NIDN / NIP : 0015105602 / 19561015 199103 2 003

    c. Jabatan Fungsional : Lektor

    d. Nomor HP / email : 081 55766912/ [email protected]

    Anggota Peneliti (2) : a. Nama Lengkap : Dr. Ir. Widistuti, MT

    b. NIDN / NIP : 0015105602 / 19630825

    c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

    d. Nomor HP / email : 081 23651246/ [email protected]

    Biaya Penelitian : - diusulkan ke Jurusan Rp. 10.000.000,- - dana institusi lain Rp. -

    - inkind sebutkan -

    Bukit Jimbaran, 11 September 2015

    Menyetujui,

    Ketua Jurusan Arsitektur

    FT-UNUD

    Ketua Tim Peneliti

    Ir. I Made Suarya, MT

    NIP. 19561015 198601 1 001

    Dr.Ir. Syamsul Alam Paturusi,MSP

    NIP. 19570506 198403 1 001

  • 3

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... 2

    DAFTAR ISI................................................................................................................... 3

    RINGKASAN ................................................................................................................. 4

    BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 5

    1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 5

    1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 7

    1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 7

    1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 7

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................ 9

    2.1. Perencanaan dan Implementasi Kurikulum .............................................................. 9

    2.2. Sosialisasi Rencana Implementasi ............................................................................ 11

    2.3. Teori Perubahan ....................................................................................................... 14

    BAB III METODE PENELITIAN............................................................................... 24

    3.1. Rancangan Penelitian ............................................................................................... 24

    3.2. Lokasi Penelitian ...................................................................................................... 24

    3.3. Jenis dan Sumber Data ............................................................................................. 24

    3.4. Teknik Sampling ...................................................................................................... 25

    3.5. Teknik Pendataan ..................................................................................................... 25

    3.6. Instrumen Penelitian................................................................................................. 25

    3.7. Teknik Analisis Data ................................................................................................ 26

    BAB IV HASIL DAN BAHASAN ..................................................................... 27

    4.1 Kesesuaian antara Materi Pelajaran Teori dengan Satuan Acara Perkuliahan ......... 27

    4.2 Kesamaan Pemahaman Team Teaching Tentang Materi Pelajaran Teori

    yang Akan Diimplementasikan Pada Studio Perancangan Arsitektur ....................... 29

    4.3. Tuntutan Substansi Studio Perancangan Arsitektur Pernah (atau tidak pernah)

    Diberikan Teori Penunjang Sebelumnya .................................................................. 30

    V SIMPULAN DAN SASARAN ........................................................................ 32

    5.1. Simpulan .................................................................................................................. 32

    5.2. Saran ........................................................................................................................ 32

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 33

    LAMPIRAN .................................................................................................................. 35

  • 4

    RINGKASAN

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompatibilitas antara teori yang diberikan

    sebelumnya dengan terapannya pada matakuliah Studio Perancangan Arsitektur

    sebagai inti utama (core) pada kurikulum pembelajaran di Jurusan Arsitektur,

    Fakultas Teknik Unud.

    Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, melalui evaluasi

    pembelajaran di Studio Tugas Akhir sebagai muara seluruh proses pembelajaran di

    Jurusan Arsitektur. Melalui wawancara mendalam (in-depth interview) pada dua

    mahasiswa yang sedang mengikuti studio Tugas Akhir.

    Hasilnya disajikan dalam bentuk tabulasi dari hasil persentasi frekuensi yang

    kemudian dipadukan dengan wawancara terstruktur untuk kemudian di

    interpretasikan secara deskriptif.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa, masih sangat terbatas SAP yang dibuat oleh

    Dosen di jurusan Asitektur. Dari SAP yang dibuat tidak semuanya sesuai dengan yang

    diberikan kepada mahasiswa, bahkan sebagian agak melenceng. Hasil lainnya adalah

    pemahaman antara dosen team teaching tentang kedalaman materi yang dituntut

    dalam studio tidak sama; dan terakhir masih ada kesenjangan antara tuntutan materi studio dengan materi teori yang diberikan sebelumnya. Ada yang terlupa karena jarak

    waktu antara pemberian teori dan aplikasinya di studio terlalu lama. Juga masih ada

    materi yang belum pernah diberikan pada tahapan teori, namun dituntut

    pembuatannya saat studio.

    Katakunci: kompatibilitas, Studio Perancangan Arsitektur, Evaluasi

  • 5

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Proses belajar merupakan suatu proses yang berkesenimbungan dan keberhasilannya

    ditentukan oleh banyak faktor. Proses ini diawali dengan perencanaan kurikulum

    dengan serangkaian ikutannya seperti: (1) Menentukan Profil Lulusan dan Capaian

    Pembelajaran (CP); (2). Memilih dan merangkai Bahan Kajian; (3).Menyusun Mata

    Kuliah, Struktur Kurikulum, dan menentukan SKS; dan (4). Menyusun Rencana

    Pembelajaran dan Satuan Acara Pembelajaran (SAP). Kemudian diikuti dengan

    tahapan Implementasi Kurikulum dan Monitoring Pelaksanaannya. Faktor-faktor

    penentu keberhasilannya sangat ditentukan oleh banyak hal seperti: tenaga pengajar

    sebagai ujung tombak yang berhubungan langsung dengan mahasiswa; sarana dan

    prasarana yang mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar; metode

    pembelajaran dan sistem penilaian dan dukungan pengelolaan (manajemen) termasuk

    administrasi.

    Kurikulum pada Jurusan Arsitektur, Fakultas Tekik Unud sejak berdirinya tahun 1965

    setidaknya telah mengalami tujuh kali penyesuaian. Setiap pergantian kurikulum ini

    didahului dengan tahapan evaluasi tentang efektivitas dan penyesuaian terhadap

    berbagai kebijakan Departemen Pendidikan, perkembangan teknologi,

    perkembangan kebutuhan pasar, masukan dari pengguna lulusan (melalui tracer

    study). Sehingga diharapkan dengan kurikulum baru tersebut mampu menghasilkan

    lulusan yang siap latih1 untuk masuk dalam dunia kerja.

    Untuk itu secara teknis di dalam mengisi mata kuliah dalam pohon kurikulum di

    rancang secara sistematis sedemikian rupa sehingga berkesinambungan dari awal

    semester hingga tugas akhir. Pada pendidikan Arsitektur, salah satu ciri khas yang

    membedakan dengan pendidikan lainnya adalah pada matakuliah inti (core) yaitu

    Studio Perancangan Arsitektur. Seluruh matakuliah lainnya diupayakan menjadi

    dasar pengetahuan yang akan menopang, menunjang dan bermuara pada matakuliah

    inti ini. Kurikulum yang digunakan saat ini memiliki enam studio Perancangan

  • 6

    Arsitektur ditambah satu Studio Tugas Akhir. Hirarki Studio 1 hingga Studio Tugas

    akhir dirancang dengan tingkat kompleksitas dan tingkat kesulitan yang semakin

    meningkat seiring meningkatnya jenjang Studio. Dukungan matakuliah lainnya

    terhadap Studio ada yang bersifat langsung (misalnya matakuliah Metode

    Perancangan, Struktur-Konstruksi, Utilitas) dan ada yang bersifat tidak langsung

    untuk memperkaya (enrichment) wawasan rancangan. Singkatnya, sebaran

    matakuliah untuk mendukung kegiatan Studio terbentuk seperti pohon dengan cabang

    dan rantingnya, dimana Studio adalah batang utamanya.

    Dalam implementasinya, baik pada proses Studio Perancangan maupun saat ujian

    Studio Tugas Akhir, para dosen penguji sering kecewa atas kompetensi yang dimiliki

    mahasiswa. Beberapa kemampuan dasar yang mestinya sudah dikuasai oleh seorang

    mahasiswa pada jenjang tertentu ternyata jauh dari yang diharapkan. Bila terjadi

    hanya pada satu dua mahasiswa, maka kemungkinan masalahnya pada individu

    mahasiswa, tetapi ini hampir bersifat massiv dalam jumlah besar. Bila kondisi ini

    dibiarkan tentu saja dapat merugikan bagi mahasiswa dan institusi pendidikan.

    Ditengah semakin ketatnya persaingan kerja dan tuntutan kualitas kompetensi lulusan

    yang semakin tinggi, maka masalah ini perlu dicarikan solusi pemecahannya.

    Melihat kenyataan seperti ini, pihak jurusan Arsitektur telah melakukan berbagai

    upaya, antara lain dengan diskusi bersama antara pengajar di jurusan, atau membentuk

    semacam panitia adhoc untuk mengadakan evaluasi terhadap proses belajar mengajar.

    Meski demikian, solusi yang diberikan hanya bersifat parsial dan hanya bersifat

    sementara. Dampak perbaikannya belum terlihat secara nyata, bahkan ada yang hanya

    sekedar wacana yang kemudian dilupakan seiring dengan perjalanan waktu dan

    kesibukan lainnya. Beberapa hasil diskusi dosen dalam kelompok kecil, hanya

    diketahui dan disepakati oleh kelompok kecil tersebut tanpa adanya sosialisasi ke

    kelompok pengajar secara menyeluruh.

    Kesenjangan antara harapan terlaksananya kesinambungan antara mata pelajaran yang

    tercantum dalam kurikulum dengan kenyataan absennya beberapa kemampuan dasar

    1 Lulusan S1 Arsitektur, lulusannya BUKAN mencetak Arsitek, tetapi Sarjana Arsitektur. Setelah

    melalui pendidikan tambahan pada Pendidikan Profesi, baru dianggap memiliki kemampuan sebagai

    Arsitek.

  • 7

    yang mestinya sudah dikuasai oleh mahasiswa, menjadi fokus utama dalam penelitian

    ini. Masalah utamanya adalah apa, siapa dimana penyebab tejadinya kesenjangan ini?

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabnya

    dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Apakah materi pelajaran teori yang diberikan sesuai dengan yang tertera dalam

    Satuan Acara Pengajaran?

    2. Apakah materi pelajaran teori yang akan diimplementasikan pada Studio

    Perancangan Arsitektur telah diketahui oleh seluruh team teaching pada

    Studio tersebut?

    3. Apakah substansi yang dituntut pada Studio Perancangan Arsitektur sudah

    pernah diberikan teori penunjang sebelumnya?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan pada Rumusan Masalah pada butir 1.2., maka Tujuan Penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui kesesuaian antara materi yang diberikan ke mahasiswa dengan

    Satuan Acara Pengajaran (SAP)

    2. Mengetahui kesamaan pemahaman materi diantara anggota team teaching

    studio perancangan

    3. Mengetahui kompatibilitas antara teori yang diberikan sebelumnya dengan

    aplikasinya pada Studio Perancangan

    1.4. Manfaat Penelitian

    1.4.1. Manfaat Akademik

    Dengan penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan pemikiran yang dapat

    disumbangkan terhadap perkembangan pendidikan jurusan Arsitektur, khususnya

    tentang evaluasi keruntutan antara matakuliah satu dengan lainnya.

    1.4.2. Manfaat Praktis

    Memberi manfaat langsung terhadap pembenahan dan perbaikan matakuliah pada

  • 8

    jurusan Arsitektur; bagi dosen pengampu mata kuliah untuk selalu mengontrol SAP;

    manfaat bagi koordinator mata kuliah Studio Perancangan, untuk memberikan

    koordinasi antara team teaching menyangkut materi dan cara evaluasi yang akan

    diberikan dalam proses Studio.

  • 9

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Perencanaan dan Implementasi Kurikulum

    Implementasi kurikulum yang baik dihasilkan dari perencanaan yang baik pula.

    Proses perencanaan membutuhkan sumber daya untuk menyelesaikan aktivitas yang

    diharapkan. Hal ini menetapkan dan menentukan bagaimana cara mengatur kebijakan

    yang akan dijalankan tindakan yang direncanakan tersebut. Planninng berlangsung

    sebelum program atau penyerahan program.

    Louis dan Miles (1990) mengemukakan bahwa perencanaan harus diawali dengan

    visi. Dalam riset, mereka menemukan bahwa institusi pendidikan yang sukses dalam

    menerapkan perubahan yang meningkatkan program mereka memiliki staff yang

    memegang gambaran serupa dari apa yang institusi perlukan. Para dosen merasa

    terikat dengan program yang baru dan dikembangkan dan mempunyai semangat

    terhadap inovasi itu.

    Apapun orientasi seseorang kepada kurikulum, tidak ada penyangkalan bahwa

    implementasi itu memerlukan perencanaan, dan perencanaan terfokus pada tiga

    faktor: orang, program, dan proses. Tiga faktor tidak dapat dipisahkan. Seorang

    pengelola pendidikan boleh menekan satu faktor lebih dari yang lain, tetapi tidak ada

    pemimpin yang mahir yang akan mengabaikan tiga faktor sekaligus. Banyak institusi

    pendidikan yang gagal untuk menerapkan program karena mereka mengabaikan

    faktor-faktor tersebut dan menghabiskan dana dan waktu hanya untuk memodifikasi

    program atau proses. Salah satu alasan mengapa banyak kurikulum gagal adalah

    bahwa pembuat kurikulum, khususnya di Perguruan Tinggi, memusatkan energi untuk

    mengubah program tetapi tidak cukup perhatian pada kebutuhan para dosen dan

    perhatian minimal kepada organisasi institusi.

    Incrementalism

    Banyak yang menginginkan perubahan, namun mereka juga takut akan perubahan,

    terutama jika datang dengan cepat atau jika mereka merasakan hanya mempunyai

  • 10

    sedikit kendali atau manfaat atas perubahan tersebut. Fullan dan Goodlad (1991)

    mendeskripsikan bahwa para dosen memiliki sedikit kesempatan untuk berinteraksi

    dengan para sejawatnya. Hal ini merupakan pengasingan yang menghasilkan

    organisasi institusi yang hanya menyatu dalam kelas dan pengaturan jadwal. Seymour

    Sarason juga mengemukakan pengasingan dosen dalam organisasi institusi yang

    secara negatif berdampak pada perubahan. Selanjutnya ia menyatakan bahwa para

    dosen merasakan, secara profesi, mereka adalah milik mereka sendiri. Adalah

    tanggung jawab mereka, dan milik mereka sendiri, untuk memecahkan permasalahan

    mereka. Hal ini menyebabkan para dosen memandang perubahan dalam program

    sebagai suatu aktivitas individu.

    Masalah utama untuk menerapkan kurikulum baru adalah banyak individu dalam

    kebijakan yang umum memandang institusi dan lingkungan mereka sebagai hal yang

    sama saja. Institusi adalah institusi. Mind-set ini menyebabkan individu, dan bahkan

    beberapa pendidik, merasakan bahwa rata-rata implementasi secara umum adalah

    sama saja; tidak perlu melakukan penyesuaian prosedur implementasi yang cocok

    bagi institusi tertentu. Bagaimanapun, pendidik pada intinya sedang membuat kasus

    unik bagi institusi masing-masing. Oleh karenanya, kurikulum baru yang berasal dari

    luar institusi terkait sering menciptakan gegar budaya.

    Institusi dan kurikulum yang kaku berdampak pada peran dosen. Tantangannya adalah

    mendapatkan pendidik untuk berpikir tentang cara baru menciptakan kurikulum dan

    jalan baru untuk pembelajaran di dalam kultur institusi. Memotivasi para dosen untuk

    mengasumsikan peran baru dan bertanggung jawab untuk melaksanakan apa yang

    sudah ditetapkan. Para dosen perlu mempertimbangkan untuk menjadi playrwrigt,

    produsen, dan aktor ‘film’ baru dalam simponi bidang pendidikan. Harus dipikirkan

    juga bagaimana cara memperoleh persetujuan para pengguna lulusan .

    Implementasi, tidak tercipta secara tiba-tiba pada semua dosen. Idealnya, suatu proses

    implementasi membutuhkan cukup waktu bagi dosen untuk mencoba kurikulum baru

    tersebut. Loucks dan Lieberman mengemukakan bahwa dosen berhasil dengan suatu

    kurikulum baru, jika, dosen mengorientasi diri mereka kepada materi dan melibatkan

    diri secara aktif. Pada tahap awal penggunaan kurikulum baru, perlakuannya seperti

    mekanik. Mereka mengikuti panduan dengan penyimpangan yang sedikit dan mereka

  • 11

    mengambil prakarsa untuk membuat perubahan apapun dalam kurikulum itu. Ketika

    mereka sudah mulai terbiasa dengan kurikulum tersebut, mereka mulai

    memodifikasinya.

    2.2. Sosialisasi Rencana Implementasi

    Kapanpun dan dimanapun saat program baru sedang dirancang, saluran komunikasi

    harus dibiarkan terbuka sehingga program yang baru datang bukan sebagai suatu

    kejutan. Diskusi tentang suatu program baru antar para dosen dan tim kurikulum

    adalah kunci sukses implementasi. Yang perlu disadari bahwa komunikasi adalah

    peristiwayang sangat kompleks. Komunikasi menggambarkan transmisi fakta,

    gagasan, nilai-nilai, perasaan, dan sikap dari seseorang kelompok ke yang lain.

    Komunikasi berkaitan dengan pesan antara pengirim dan penerima pesan.

    Komunikasi sebagai pesan antara pengirim dan penerima, harus dipastikan berjalan

    secara efektif, akurat dan bermutu. Untuk meyakinkan bahwa komunikasi berjalan

    dengan baik dan pesan yang dikirimkan sampai, tim kurikulum harus memahami

    saluran komunikasi informal. Karena kadangkala komunikasi formal mengikuti

    pengaturan yang kaku dan birokratis. Komunikasi dapat mengalir sepanjang seluruh

    tingkat organisasi, baik vertikal maupun horisontal antar pemangkukepentingan.

    Komunikasi ke samping akan membentuk networking horisontal antar

    pemangkukepentingan.

    Tantangan komunikasi, formal atau informal, samping, vertikal atau horisontal,

    adalah pesan yang disampaikan dalam bentuk lisan atau bentuk tulis. Informasi

    tentang program baru dapat dikomunikasikan melalui media surat, memo, artikel,

    buku, laporan dan internet.

    Dukungan Implementasi

    Tim kurikulum harus didukung untuk modifikasi program yang direkomendasikan

    untuk memudahkan implementasi. Mereka harus lakukan ini sehingga mereka dapat

    membangun keyakinan diri mereka. Pendidik sering memerlukan pelatihan untuk

    merasakan nyaman dengan program baru.

    Dosen memiliki tanggung jawab utama untuk menerapkan kurikulum, tetapi para

    dosen, jika ingin memiliki pengaruh dalam implementasi dan pengembangan

  • 12

    kurikulum harus memiliki suatu pemahaman yang tepat mengenai konsep kurikulum

    dan bagaimana kurikulum diciptakan. Tanpa dukungan dana yang cukup, usaha untuk

    mendapatkan suatu program yang efektif akan gagal. Dana diperlukan untuk peralatan

    dan material suatu program baru. Juga diperlukan untuk menyediakan dukungan para

    pengajar untuk implementasi. Pada level lokal, ada lima langkah yang dilibatkan

    dalam pendanaan program baru, yaitu persiapan, penerimaan, adopsi, pelaksanaan,

    dan evaluasi.

    Kepercayaan harus dibangun dalam institusi, khususnya antara bidang administrasi

    dan dosen. Kepercayaan adalah penjamin utama kunci sukses inovasi dan

    implementasi. Implementasi adalah suatu usaha emosional dan kolaboratif. Dukungan

    adalah hal penting jika implementasi diharapkan sukses. Lortie menunjuk para dosen

    mengalokasikan mayoritas waktu kerja mereka dalam kelas dengan para mahasiswa

    mereka, oleh karena itu hendaknya mereka memiliki komunikasi minimal dengan

    rekan dan pengampu mereka. Peluang para dosen untuk bekerjasama, berbagi gagasan,

    bersama-sama memecahkan permasalahan, dan dengan cara kerja sama menciptakan

    materi yang memungkinkan implementasi kurikulum dengan baik.

    Implementasi Sebagai Proses Perubahan

    Tujuan pengembangan kurikulum, dengan mengabaikan tingkatan, adalah untuk

    membuat suatu perbedaan untuk memungkinkan para mahasiswa untuk mencapai

    tujuan institusi, tujuan masyarakat, dan, barangkali yang paling penting, capaian dan

    tujuan mereka sendiri. Sederhananya, aktivitas kurikulum adalah aktivitas perubahan.

    Tetapi apa yang terjadi ketika perubahan terjadi? Apa yang merupakan sumber

    perubahan? Dapatkah orang-orang meramalkan konsekuensi perubahan? Dapatkah

    pendidik mengendalikan perubahan yang secara langsung mempengaruhi mereka?

    Tentu saja, orang-orang dapat menggunakan beberapa pengendalian di atas proses

    perubahan, tetapi untuk melakukannya memerlukan pemahaman terhadap perubahan.

    Pemahaman terhadap konsep perubahan dan berbagai jenis perubahan mengijinkan

    individu untuk menentukan sumber perubahan. Hal itu membantu mereka menyadari

    bahwa, sungguhpun mereka tidak bisa benar-benar meramalkan konsekuensi

    perubahan, mereka dapat membuat "terkaan terbaik" meramalkan tentang perubahan

    untuk menghasilkan sesuatu.

    Di dalam pemahaman tentang konsep perubahan, pendidik harus menyadari sikap

    masyarakat tentang implementasi dan perubahan ketika proses perubahan dipengaruhi

  • 13

    oleh pandangan kenyataan umum mereka. Mereka yang menerima model

    pengembangan kurikulum yang logis akan memandang perubahan sebagai sesuatu

    yang dengan tepat mengatur dan mengimplementasikan rencana. Implementasi

    menjadi bagian dari suatu proses perubahan yang linier.

    Mereka yang awam akan merasa perubahan sebagai sesuatu yang tak mungkin dengan

    ketat dikendalikan. Suatu tahap di dalam aktivitas kurikulum, implementasi bukanlah

    sesuatu yang terjadi secara linier. Mengamati implementasi ketika interaksi berarti

    bahwa orang tidak bisa mengalah kepada permintaan obyektifitas dan kuantifikasi.

    Tentu saja, orientasi perubahan ini menunjukkan suatu proses pencerahan individu:

    sikap dan kepercayaan mereka. Pertimbangan yang dibuat oleh konstruksi pribadi dari

    kenyataan mereka dan sikap mereka ke arah hidup dan nilai-nilai yang mereka pegang

    sebagai sesuatu yang suci.

    Dengan mengabaikan orang awam , tidak ada penyangkalan bahwa perubahan dapat

    terjadi dalam berbagai cara. Dua jalan yang paling nyata adalah perubahan lambat

    seperti ketika penyesuaian kecil, misalnya jadwal kuliah, penambahan buku di

    perpustakaan, atau ketika rencana pelajaran atau unit merekrut dosen. Perubahan

    cepat, misalnya pengetahuan baru atau kecenderungan sosial yang berdampak pada

    institusi, pengenalan untuk desain.

    Saat ini, institusi sedang dilibatkan banyak perubahan cepat dibanding perubahan

    lambat. Kita sedang mengalami perubahan cepat yang tidak hanya di dalam basis

    pengetahuan kita: bagaimana fungsi otak, bagaimana pelajaran terjadi, tetapi juga

    perubahan dalam ilmu kependudukan negeri dan terus meningkat keaneka-ragaman

    kelompok di dalam masyarakat. Perubahan cepat sedang terjadi di dalam latar

    belakang keluarga dan sturuktur, subkultur, dan kelompok masyarakat. Pluralisme

    budaya sedang menjadi trend dan menemukan momentumnya. Sebagai tambahan,

    teknologi bidang pendidikan juga sedang trend dan menemukan momentumnya,

    berdampak pada kurikulum dan pengeimplementasiannya.

    Menurut riset, untuk merubah kurikulum yang cepat untuk diterapkan, ada lima

    petunjuk yang harus diikuti, yaitu:

    1. Merancang inovasi untuk meningkatkan prestasi mahasiswa. Maksudnya bahwa

    perubahan tersebut apakah bekerja atau tidak bekerja, bukan mendisain untuk

    peningkatan secara kebetulan menjadi populer hari ini atau besok.

  • 14

    2. Inovasi yang sukses memerlukan perubahan di dalam struktur suatu institusi.

    Dengan perubahan struktural, berarti memodifikasi hal yang utama menyangkut para

    dosen dan mahasiswa, apakah yang ditugaskan di Studio saling berhubungan satu

    sama lain.

    3. Inovasi sedapat mungkin dapat dikendalikan oleh seluruh dosen. Tidak bisa

    menginovasi gagasan mengenai masalah perancangan atau pemikiran solutif ketika

    mahasiswa tidak bisa menggambar teknik.

    4. Implementasi dari usaha perubahan harus organik bukan birokratis. Ketegasan,

    prosedur monitoring, dan aturan bukanlah hal yang memungkinkan untuk perubahan;

    pendekatan yang birokratis ini perlu digantikan dengan pendekatan yang adaptip atau

    organik yang meminimalkan penyimpangan dari perencanaan awal dan mengenali

    permasalahan dan kondisi-kondisi institusi.

    5. Hindarilah sindrom "lakukan sesuatu, kerjakan apapun". Kebutuhan adalah

    suatu yang telah direncankan pada kurikulum, juga untuk memusatkan kegiatan,

    waktu, dan dana yang serasi dan rational.

    2.3. Teori Perubahan

    Perubahan dihasilkan oleh pengetahuan baru, namun kehadiran pengetahuan baru

    tidaklah cukup untuk perubahan. Masyarakat harus mengenali suatu kebutuhan untuk

    berubah. Lovell mengemukakan teori perubahan dalam lima proses: 1)

    kepemimpinan; 2) komunikasi; 3) potensi manusia; 4) problem solving; dan 5)

    evaluasi. Proses ini dapat mendorong ke arah sistem (institusi) kohesi dan kooperasi

    atau konflik dan tegangan.

    Untuk menetapkan perubahan kurikulum harus memahami konteks lingkungan di

    mana akan diterapkan. Suatu audit eksternal harus dibuat pada tahap awal

    pengembangan kurikulum untuk mengumpulkan dan menilai informasi berkenaan

    dengan demografis masyarakat dan sosial budayanya, peraturan, dan aspek yang lain.

    Informasi tentang lingkungan eksternal, melengkapi informasi baru, identifikasi

    harapan baru. Masukan mengenai lingkungan eksternal seperti itu menghasilkan

    ketegangan di dalam sistem pendidikan, dari disequilibrium menuju equilibrium baru.

    Membandingkan teori Wiles's dan Lo Lovell milik Kurt Lewin, yang dianggap

    sebagai bapak teori perubahan, terlihat banyak gagasan yang lebih sederhana. Lewin

    menyatakan bahwa semua orang menemukan diri mereka di dalam lingkungan yang

    terdiri atas kekuatan persaingan: daya penggerak dan kekuatan pengendalian. Ketika

  • 15

    dua hal ini berkekuatan sama, suatu keseimbangan atau timbangan yang hidup

    memungkinkan suatu posisi dalam keadaan stabil atau keadaan tetap pada saat tertentu.

    Bagaimanapun, pada saat daya penggerak mulai menundukkan pengendalian

    kekuatan, akan memicu perubahan. Sepanjang daya penggerak ini lebih kuat, aktivitas

    perubahan akan berlanjut. Ketika pengendalian kekuatan memperoleh kembali daya

    gerak, perubahan akan melambat.

    Model Kekuatan Bidang

    Daya penggerak Pengendalian Kekuatan

    a. Intervensi Pemerintah a. Ketakutan yang tak dikenal

    b. Nilai-Nilai Masyarakat b. Ancaman untuk menggerakkan

    atau hamparan rumput

    c. Perubahan Teknologi c. ketrampilan atau Pengetahuan usang

    d. Ledakan Pengetahuan d. Nilai-Nilai tradisional

    e. Proses Administratif e. Sumber daya yang terbatas

    Tipologi Perubahan

    Para penanggungjawab kurikulum, untuk mengimplementasikannya, perlu

    memahami sifat alami perubahan. Dengan pemahaman, proses perubahan dapat

    menghadapi tantangan dan menyemangati mereka yang dilibatkan. Mereka yang tidak

    mengerti kompleksitas perubahan mungkin untuk memulai tindakan akan

    mengakibatkan perselisihan di dalam organisasi institusi. Bennis mengemukakan

    beberapa jenis perubahan:

    1. Perubahan yang direncanakan adalah perubahan di mana yang dilibatkan itu

    mempunyai kuasa sama dan fungsi. Orang-Orang mengidentifikasi dan mengikuti

    prosedur tepat dalam hubungan dengan aktivitas yang ada. Perubahan yang

    direncanakan menjadi yang ideal.

    2. Perubahan dengan paksaan, ditandai oleh satu orang/kelompok menentukan tujuan

    dan dengan sengaja tidak masuk orang lain yang mengambil bagian. Kelompok

    terkendali mempunyai yang utama menggerakkan dan memelihara kuasa yang

    berbeda menyeimbangkan.

    3. Interaksi Perubahan ditandai oleh penentuan sasaran timbal balik dan suatu

    distribusi kuasa yang sama antar kelompok. Tetapi yang dilibatkan itu sering

  • 16

    kekurangan suatu usaha sengaja; mereka adalah tidak-pasti.

    Kebalikan dari perubahan yang direncanakan adalah perubahan acak atau alami. Jenis

    perubahan ini terjadi dengan tidak ada penentuan sasaran. Sering perubahan alami

    terjadi di institusi. Kurikulum disesuaikan atau dimodifikasi dan diterapkan bukan

    sebagai suatu hasil analisa hati-hati tetapi sebagai tanggapan ke peristiwa yang tidak

    diantisipasi.

    Robert Chin telah membahas tiga jenis strategi perubahan:

    1. Empirical-Rational. Tekanan strategi pada pentingnya kebutuhan perubahan dan

    wewenang untuk menerapkan. Sering institusi kekurangan pendekatan ini untuk

    berubah sebab mereka tidak mengetahui mereka memerlukan suatu perubahan

    maupun keterampilan untuk menerapkan itu.

    2. Normative-Reeducative. Strategi berdasar pada kecerdasan/inteligen dan

    rasionalitas manusia. Manusia akan berubah jika mereka didekati secara rasional dan

    dibuat untuk melihat bahwa mereka harus memodifikasi nilai-nilai, sikap, pemahaman,

    dan ketrampilan mereka.

    3. Power Strategies. Memaksa individu itu mematuhi berbagai keinginan dari mereka

    yang lebih pandai. Strategi paksaan jarang digunakan di dalam institusi, kecuali saat

    luar biasa.

    John McNeil telah menyelidiki proses perubahan dengan penggunaan kompleksitas

    organisator:

    1. Substitution/Penggantian. Ini melukiskan perubahan di mana satu unsur mungkin

    diganti yang lain. Seorang dosen, sebagai contoh, mengganti buku teks dengan buku

    yang lain. Jenis perubahan ini yang paling umum dan yang paling mudah.

    2. Alteration/ Perubahan. Perubahan jenis ini ada ketika seseorang memperkenalkan

    program dan materi atau prosedur baru.

    3. Pertubartion/Gangguan. Perubahan ini bisa jadi pada mulanya mengganggu suatu

    program tetapi kemudian disesuaikan secara penuh oleh perancang kurikulum dengan

    program yang berkelanjutan.

    4. Restructuring/Restrukturisasi. Perubahan ini mendorong ke arah modifikasi sistem.

    Seperti konsep pengajaran baru, seperti perubahan susunan kepegawaian atau team

    pengajar.

    5. Value-Orientation change. Ini adalah pergeseran dalam orientasi kurikulum atau

    filosofi pokok.

  • 17

    Model Implementasi Kurikulum

    Pemilihan Model Implementasi kurikulum sering tergantung pada pilihan filosofis.

    Praktisi dan sarjana melanjutkan pada kebutuhan akan alat-alat yang efektif untuk

    meningkatkan kurikulum dan pengajarannya. Harris mengamati bahwa usul umum

    strategi perubahan meliputi: 1) menjelaskan bentuk otoritas; 2) menyertakan peserta

    dalam penentuan sasaran, pemilihan staf, dan evaluasi; 3) penetapan tanggung-jawab

    dan peran dosen; 4) personil pelatihan dalam strategi perubahan dan teknik resolusi

    konflik; dan 5) perabot perubahan dengan melibatkan dukungan.

    Checklist untuk Menerapkan Perubahan Kurikulum adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana nantinya pribadi dosen yang diubah oleh inovasi?

    2. Berapa banyak waktu persiapan tambahan yang diperlukan untuk inovasi?

    3. Bagaimana nantinya inovasi "cocok" dan ke materi apa mahasiswa diarahkan?

    4. Apa jenis sumber daya material dosen yang akan disajikan?

    5. Apa jenis materi pelajaran baru yang disediakan untuk mahasiswa?

    6. Apa pola teladan interaksi teacher-learner akan dituntut?

    7. Bagaimana permintaan prosedur pengajaran diperlukan yang belum dikuasai

    dosen?

    8. Apa jenis tugas yang akan diberikan?

    9. Standardisasi test yang harus diambil?

    10. Dukungan administrasi terhadap program baru?

    11. Apa yang harus dilakukan orang tua untuk memahami dan mendukung program

    yang baru?

    Menerapkan perubahan di dalam organisasi manapun, termasuk institusi memerlukan

    berbagai tugas pendekatan. Secara esensial menerapkan perubahan meliputi tiga

    langkah, yaitu inisiasi, implementasi, dan pemeliharaan. Inisiasi yaitu perubahan

    mengacu pada penentuan langkah proses implementasi, memperoleh kultur institusi

    yang mau menerima inovasi yang direncanakan. Pada langkah ini, perencana

    menaikkan pertanyaan penting tentang siapa yang akan dilibatkan, yang diharapkan

    dari tingkat dukungan, dan apa yang merupakan status kesiap-siagaan person untuk

    inovasi. Idealnya, pertanyaan ini berkenaan dengan tahap inisiasi ketika

    bagian-bagain dilibatkan dalam aktivitas pengembangan kurikulum.

    Langkah implementasi melibatkan presentasi inovasi dan mendapatkan orang-orang

    untuk mencobanya di dalam kelas mereka atau bidang pendidikan lain yang sesuai. Ini

  • 18

    adalah langkah variasi model-model atau pendekatan untuk tahap implementasi, yang

    mana akan dijelaskan nanti. Tahap yang ketiga adalah maintenance atau pelembagaan,

    dimana sangat esensial untuk monitoring inovasi setelah diperkenalkan. Jika

    pemeliharaan tidak direncanakan untuk inovasi yang diperkenalkan sering memudar

    atau diubah.

    Yang dilibatkan dalam menerapkan program baru harus didukung oleh fakta bahwa

    sebagian besar pekerjaan dari masa lampau beberapa dekade telah melengkapi taktik

    atas bagaimana cara mempengaruhi perubahan dalam institusi. Jon Snyder dan orang

    lain menunjukkan bahwa riset atas implementasi kurikulum memiliki temuan tentang

    kondisi-kondisi yang memudahkan atau menghalangi keseluruhan proses

    implementasi. Sesungguhnya, kita mengetahui banyak tentang proses implementasi,

    dan beberapa peneliti kini lebih sedikit tertarik akan implementasi sebagai proses

    perubahan dan lebih tertarik akan bagaimana implementasi ditetapkan dan dialami

    oleh para dosen dan para mahasiswa.

    Model Overcoming Resistance to Change Model (ORC)

    Menurut Neal Gross, bahwa kegagalan atau sukses usaha perubahan keorganisasian

    yang direncanakan pada dasarnya adalah suatu fungsi menyangkut kemampuan para

    pemimpin untuk mengarahkan perlawanan staf untuk berubah saat tepat, atau pada

    saat pengenalan inovasi. Untuk menerapkan suatu program baru, yaitu

    memperkenalkan perubahan, harus memperoleh penasehat (konsultan) untuk

    program yang baru itu. Diperlukan orang yang bersemangat untuk mulai mengerjakan

    sesuatu yang baru, untuk melintasi batasan-batasan, dan untuk menyelidiki wilayah

    baru. Diperlukan individu yang menyambut keaneka-ragaman gagasan dan pemikiran,

    dan siapa yang menerima dan melakukan koreksi kreatif terhadap kurikulum. Untuk

    menetapkan segmen masyarakat pendukung suatu program baru, harus menunjukkan

    kekhawtiran mereka, perasaan was-was, salah pengertian, dan faktor lain yang bisa

    menghalangi penerimaan terhadap perubahan. Harus diyakinkan tentang nilai-nilai

    mereka, asumsi, kepercayaan, visi mereka telah tercakup di program yang baru itu.

    Harus meyakinkan mereka bahwa akan diperlakukan gagasan mereka secara baik.

    Para leader kurikulum menggunakan model ORC menyadari bahwa mereka harus

    mengidentifikasi dan berhadapan dengan perlawanan dari staff. Tentu saja, beberapa

    menggolongkan suatu model seperti ORC sebagai adopsi concerns-based model.

    Suatu pengambil-alihan pendekatan ini adalah individu itu harus berubah sebelum

  • 19

    organisasi dapat diubah. Juga, perubahan adalah suatu pengalaman yang sangat

    pribadi, dan kita harus mempertimbangkan kepribadian individu untuk berdaya

    melalui proses implementasi atau perubahan. Apalagi, perubahan yang diperkenalkan

    harus menunjuk para dosen dan ‘pemain kurikulum lain’.

    Dalam riset atas implementasi inovasi di perguruan tinggi, Hall dan Loucks mencatat

    bahwa concern dapat dikelompokkan ke dalam empat langkah pengembangan:

    Langkah 1: Unrelated concerns. Para dosen pada tingkatan ini tidak merasa adanya

    suatu hubungan antara diri mereka dengan perubahan yang diusulkan. Sebagai contoh,

    jika suatu ilmu pengetahuan program baru sedang diciptakan dalam suatu institusi,

    seorang dosen pada langkah ini akan sadar akan usaha tetapi tidak akan

    mempertimbangkan bahwa ia akan terpengaruh oleh atau terkait dengan usaha itu.

    Dosen tidak akan menentang perubahan sebab ia benar-benar tidak merasa perubahan

    mempengaruhi daerah profesionalnya atau pribadinya.

    Langkah 2: Personal concerns. Pada tahap ini, individu bereaksi kepada inovasi

    dalam hubungan dengan situasi pribadinya. Ia mempunyai kaitan dengan program

    yang baru, apa dan bagaimana dia sedang lakukan. Contoh, dosen akan merasa bahwa

    ia akan terlibat dengan program yang baru tersebut. Dosen akan menghadapi

    pertanyaan seberapa besar ia akan berkonstribusi dalam perubahan.

    Langkah 3: Task-related concerns. Concern pada tingkatan ini berhubungan dengan

    aplikasi nyata dari inovasi dalam kelas. Contoh, dosen akan mempunyai kaitan dengan

    bagaimana cara yang tepat menerapkan program yang baru. Berapa banyak waktu

    akan diperlukan untuk pengajaran program baru ini? Apakah materi kuliah cukup

    disajikan? Apakah strategi yang terbaik untuk mengajar program yang baru?

    Langkah 4: Impact-related concerns. Ketika bereaksi pada langkah ini, seorang dosen

    jadi lebih terkait dengan bagaimana inovasi akan mempengaruhi organisasi. Dosen

    tertarik akan bagaimana program yang baru mungkin mempengaruhi para mahasiswa,

    para sejawat, dan masyarakat. Kekuatan dosen ingin menentukan dampak program,

    pada apa ia sedang diajarkan. Contoh, memungkinkan para mahasiswa untuk hidup di

    masa datang ?

    Ketika bekerja dengan ORC model, pendidik harus hadapi secara langsung dengan

    perhatian pada langkah-langkah 2, 3, dan 4. Jika mereka mengabaikannya, masyarakat

    tidak akan menerima inovasi.

    Organizational Development Model

  • 20

    Pengembangan tata kelola berarti suatu pendekatan yang agak spesifik untuk

    menyempurnakan perubahan dan peningkatan dalam organisasi. Hal ini merupakan

    suatu usaha untuk meningkatkan suatu pemecahan dan proses pembaruan organisasi,

    terutama sekali melalui hasil diagnosis dan manajemen kolaboratif. Penekanannya

    pada kerjasama kelompok dan kultur organisatoris.

    French and Bell melukiskan tujuh karakteristik yang memisahkan pengembangan

    organisasi dari cara tradisional dalam pengelolaan organisasi, yaitu:

    1. Penekanan pada team-work

    2. Penekanan pada kelompok dan intergroup

    3. Penggunaan riset di bidang ilmu

    4. Penekanan pada kerja sama/kolaborasi di dalam organisasi sebagai kultur yang

    dominan

    5. Perwujudan kultur harus dirasakan sebagai bagian dari kesatuan sistem

    6. Perwujudan organisasi yang bertanggung-jawab atas dan bertindak sebagai

    consultants-facilitators

    7. Penghargaan terhadap dinamika berkelanjutan dari organisasi secara terus

    menerus untuk mengubah lingkungan.

    Pengembangan tata kelola memandang proses implementasi kurikulum sebagai suatu

    proses interaktip berkelanjutan.

    Concerns-Based Adoption Model

    Menggunakan pandangan individu sebagai pendekatan dalam sistem perinstitusian.

    Semua perubahan dimulai dari individu; perubahan individu, dan melalui perilaku

    perubahan mereka, institusi juga berubah. Perubahan terjadi ketika perhatian individu

    diberitahukan. Semua pribadi berubah, dan individu "membeli saham kongsi"

    perubahan dimana mereka memiliki kepemilikan kedua-duanya, yaitu perhatian dan

    proses. Lagipula, mereka harus memandang bahwa hasil dari implementasi

    mempunyai suatu dampak pribadi atas profesionalisme hidup mereka. Sebab

    perubahan dimulai dari individu dan melibatkan individu sepanjang proses perubahan,

    orang harus menyadari bahwa perubahan adalah suatu proses lambat; dan

    memerlukan waktu untuk mewujudkannya; individu memerlukan waktu untuk belajar

    ketrampilan baru, dan merumuskan sikap baru.

    Langkah-langkah perhatian (dosen) berkaitan dengan menerapkan inovasi adalah

    sebagai berikut:

  • 21

    a. Kesadaran inovasi

    b. Kesadaran mengukur informasi

    c. Perhatian untuk diri

    d. Berhubungan dengan kegiatan mengajar

    e. Berhubungan dengan para mahasiswa

    Organizational Parts, Units, and Loops

    Model pengembangan organisatoris dan Concerns-Based Adoption Model

    mendukung sistem berpikir. Kedua-duanya merpertimbangkan tindakan sebagai hal

    yang dilakukan dalam suatu organisasi yang digambarkan oleh suatu sistem hubungan,

    jika tidak ada sistem hubungan yang terlihat: menarik berbagai komponen ke dalam

    kesatuan utuh, kemudian tidak ada organisasi; hanya ada free-floating komponen.

    Dalam situasi seperti itu, perubahan yang direncanakan dalam organisasi, institusi

    dalam situasi kita, perlu mencoba untuk menerima “win—win” atau “win—lose” atau

    tidak sepadan. Dalam menerapkan perubahan akan ada potensi konflik antara

    orang-orang dan kelompok, bahkan di tingkat jurusan. Walaupun konflik akan terjadi,

    harus diatur sedemikian sehingga orang-orang menyadari bahwa semua orang

    berkesempatan menang. Program baru yang sedang diterapkan dalam institusi

    menghadiahi suatu kesempatan untuk semua bagian: para mahasiswa, para dosen,

    jabatan, dan prinsip. Bagaimanapun, implementasi yang baik memerlukan enersi,

    waktu, dan kesabaran. Implementasi, agar berhasil, harus dirasa sebagai suatu usaha

    yang menuntut suatu batasan waktu jangka panjang dan kooperasi dan keterlibatan

    utama antar orang-orang dan jurusan. Lihat tips Kebijaksanaan untuk Promosi

    Perubahan.

    Kebijaksanaan untuk Promosi Perubahan

    Persamaan manusia adalah suatu pertimbangan penting untuk implementasi

    kurikulum. Agen perubahan dan para pemimpin perubahan harus memahami

    orang-orang dan bagaimana mereka bereaksi untuk berubah. Berikut ini adalah

    beberapa gagasan di luar kebiasaan untuk dipertimbangkan:

    1. Kemajuan dari kepastian ke kerancuan. Meyakinkan segalanya bahwa semua

    pada tempatnya sebelum mulai implementasi, dan menyadari bahwa beberapa hal-hal

    tak diduga akan terjadi.

    2. Pertimbangkan beberapa kekacauan dalam ordermu. Dalam journal implementasi,

  • 22

    kadang terjadi kejutan dan kekacauan. Dalam berhadapan kekacauan yang

    direncanakan kita boleh merangsang modifikasi kreatif dalam implementasi kita, dan

    membawa ke dalam hubungan keberadaan yang kita tidak pernah membayangkannya.

    3. Lihat makna sesungguhnya dari perilaku orang

    4. Sadarilah bahwa orang-orang akan menentang perubahan, tetapi harus dilakukan.

    5. Gunakan kemungkinan kekeliruan untuk membangun kredibilitasmu

    6. Bersikap sensitip

    7. Tingkatkanlah mutu permanen ke temporer

    8. Humor pada saat yang tepat.

    Educational Change Model

    Walaupun ada banyak model implementasi, efektivitas dalam memanfaatkannya

    tergantung pada sebagian pada seberapa baik kita menyerap keseluruhan konsep

    implementasi. Michael Fullan telah membahas faktor pokok yang mempengaruhi

    implementasi, yaitu:

    1. Karakteristik perubahan

    a. Relevansi dan Kebutuhanhan perubahan

    b. Kejelasan

    c. Kompleksitas

    d. Mutu dan program bisa dipraktekkan

    2. Karakteristik institusi di tingkat daerah

    f. Sejarah usaha inovatif

    g. Proses Adopsi

    h. Dukungan Administratif pusat

    i. Pengembangan staff dalam jabatan dan keikutsertaan)

    j. Garis Waktu dan sistem informasi

    k. Tampakan dan Karakteristik masyarakat

    3. Karakteristik di level institusi

    l. Karakteristik prinsip dan kepemimpinan

    m. Karakteristik dosen dan hubungan

    n. Karakteristik mahasiswa dan kebutuhan

    4. Karakteristik external menuju sistem lokal

    o. Peran para agen pemerintah

    p. Dana-Dana ekstern

  • 23

    Orang yang ingin menerapkan kurikulum yang baru perlu memahami karakteristik

    dari perubahan yang sedang dirancang. Sering orang akan menentang inovasi sebab

    perubahan tersebut tidak diberitahukan atau, jika diberitahukan, orang itu tidak mau

    memerima oleh perubahan tersebut. Kebutuhan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang

    dijaga. Perubahan pandangan bersamaan dengan nilai-nilai, mereka jadi lebih

    berkeinginan menerima inovasi yang sedang diusulkan.

  • 24

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1. RANCANGAN PENELITIAN

    Berdasakan pada masalah penelitian yang telah dirumuskan pada Bab 1 maka

    penelitian ini akan menggunakan Metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode ini

    dipilih karena feonomena yang akan dipecahkan bersifat abstrak yang

    menghubungkan dua fenomena yaitu: fenomena psikologis (dalam hal ini, faktor

    motivasi) dengan fenomena kegiatan pendidikan (dalam hal ini, proses belajar

    mengajar pada studio perancangan Arsitektur).

    3.2. LOKASI PENELITIAN

    Penelitian ini akan dilakukan pada Studio Tugas Akhir baik yang berlokasi di kampus

    Sudirman. Pengamatan Kampus hanya terbatas pada pencarian data dan informasi

    fisik tentang kondisi, kualitas dan fasilitas yang tersedia.

    Sedangkan data dan informasi yang bersifat opini, pendapat, penilaian, komentar

    mahasiswa yang akan dijadikan sampel tidak terikat dengan lokasi (insitu).

    Wawancara yang dilakukan bisa dilakukan dimana saja (exsitu)

    3.3. JENIS DAN SUMBER DATA

    a. JENIS DATA

    Jenis data yang akan dikumpulkan dapat berupa data angka angka (kuantitatif) seperti

    luas ruang studio, luas ruang “studio” , kapasitas daya tampung ruang. Selain itu juga

    data yang bersifat kualitatif misalnya untuk menilai kualitas sarana dan prasarana

    studio, identifikasi fasilitas yang tersedia dan data lain berupa pendapat, komentar,

    uneg –uneg, penilaian mahasiswa.

    b. SUMBER DATA

    Sebagian besar data akan diperoleh dari sumber primer, artinya peneliti akan mencari

    langsung dari sumber aslinya, baik melalui wawancara maupun observasi langsung di

    lapangan. Sedangkan Data sekunder, misalnya ukuran ruang studio diperoleh dari

  • 25

    data yang sudah dimiliki oleh jurusan atau fakultas (bila tidak ada akan diadakan

    pengukuran sendiri/sumber primer).

    3.4. TEKNIK SAMPLING

    Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive

    sampling, artinya mahasiswa yang akan diwawancarai sengaja dipilih berdasarkan

    pertimbangan akan dapat memberikan informasi yang banyak tentang studio dan

    permasalahannya. Mahasiswa yang akan diwawancarai adalah mahasiswa yang

    sedang dalam proses di Studio Tugas Akhir. Pertimbangannya adalah mahasiswa ini

    sedang berproses menggunakan berbagai kemampuan, menerapkan apa yang mereka

    ketahui dan dapatkan selama kuliah.

    Jumlah sampling tergantung dari jumlah mahasiswa yang sedang mengikuti Studio

    Tugas Akhir, bila jumlahnya banyak akan ditetapkan 10 % dari jumlah tersebut.

    Namun bila jumlahnya sedikit maka akan diambil semuanya (sensus).

    3.5. TEKNIK PENDATAAN

    Data akan diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) terhadap

    responden yang dipilih. Pada wawancara mendalam ini peneliti akan melepas

    responden bercerita sebanyak mungkin apa yang mereka ketahui, rasakan, impiannya,

    serta memperhatikan bahasa tubuh, mimik wajah ketika bercerita. Diusahakan

    sedemikian rupa supaya responden tidak mengetahui bahwa mereka “diwawancarai”,

    diharapkan dengan cara ini diperoleh data yang “alami” tidak dibuat buat, apa adanya.

    Untuk itu rekaman wawancara dilakukan secara tersembunyi (hidden recorder).

    Sedangkan data fisik studio akan dilakukan melaui teknik observasi. Karena peneliti

    adalah juga dosen pembimbing pada studio Perancangan, maka penghayatan dan

    gambaran suasana ruang setidaknya sangat membantu “membaca” ruang ruang yang

    ada.

    3.6. INSTRUMEN PENELITIAN

    Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1. Handphone sebagai alat perekam, bukan alat rekam yang menjolok.

    2. Kamera

    3. Meteran

  • 26

    3.7. TEKNIK ANALISIS DATA

    Langkah langkah analisis penelitian dilakukan beberapa tahap:

    1. Data yang diperoleh dari rekaman wawancara (audio data) ditransfer kedalam

    bahasa tulis (literate data).

    2. Hasil wawancara sebagai faktor intrinsik yang sudah dalam bentuk tulisan,

    dicoding, yaitu diberi tanda misalnya dengan stabilo untuk mencari kata kata

    kunci yang memiliki makna, langkah ini juga sekaligus sebagai upaya reduksi

    data yang banyak menjadi lebih ringkas.

    3. Dari makna kata yang diperoleh, diinterpretasikan sesuai dengan tujuan

    penelitian.

    4. Demikian halnya dengan data data fisik tentang studio, fasilitas sarana dan

    prasarana, suasana ruang (sebagai faktor ekstrinsik) dideskripsikan dan dikaji

    silang dengan hasil wawancara,

    5. Selanjutnya faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik didialogkan dengan teori dan

    kemudian di interpretasikan dan dimaknai

    6. Termasuk dalam pertimbangan analisis adalah interpretasi bahasa tubuh,

    mimik, suasana ruang dibalik yang kasat mata.

    7. Pelaporan penelitian dilengkapi dengan gambar, sketsa,foto .

  • 27

    BAB 4

    HASIL DAN BAHASAN

    4.1 KESESUAIAN ANTARA MATERI PELAJARAN TEORI DENGAN SATUAN

    ACARA PERKULIAHAN (SAP)

    Satuan Acara Perkuliahan (SAP) berfungsi sebagai pedoman kerja dalam

    melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan,

    yaitu :

    Preventif

    Mencegah Dosen dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan yang telah

    ditentukan dalam kurikulum.

    Korektif

    Berfungsi sebagai rambu-rambu yang harus ditaati dan sebagai pedoman dalam

    melaksanakan pendidikan.

    Konstruktif

    Memberikan arah secara rinci bagi pelaksanaan dan pengembangan pendidikan

    yang mengacu pada kurikulum.

    Salah satu kesulitan dalam penelitian ini adalah kenyataan bahwa dari 48 pengajar

    arsitektur hanya sekitar 20 orang (41 %) saja yang memiliki SAP. Dari 20 orang

    tersebut hanya 12 orang yang menyampaikannya di awal kuliah kepada mahasiswa,

    dalam arti menyampaikan secara oral bukan menyampaikan/memberikan secara fisik

    SAP tersebut kepada mahasiswa. Sehingga agak menyulitkan ketika menanyai hal ini

    kepada mahasiswa, misalnya Gde Bambang Yudha (angkatan 2011) menyatakan:

    “ Pak, kami tidak tahu persis, apakah SAP yang disampaikan di awal kuliah sama

    dengan materi yang diberikan kepada kami. Saya lupa dan tidak hapal. Tetapi yang

    jelas bapaknya….memberikan penjelasan di awal kuliah. Juga tidak tahu apakah dosen

    berikutnya (catatan dari peneliti: mungkin ini mata kuliah yang diajar berbanyak dosen)

    mengikuti SAP koordinator mata kuliah” (wawancara 6 September 2015, jam 17.00 di

    rumah).

    Karena materi SAP tidak diberikan kepada mahasiswa sehingga agak menyulitkan

    untuk mengevaluasi implementasinya. Lalu dicoba mencari arsip di jurusan salah satu

    SAP yang dibuat salah satu tenaga pengajar, berdasarkan bahan tersebut diadakan

  • 28

    wawancara kembali ke mahasiswa yang sama dan tanggapannya adalah sebagai

    berikut.

    “seingat saya ada beberapa materi yang sesuai dengan apa yang pak tanyakan…tetapi hanya

    disinggung sepintas….tidak sedetail yang tertera di SAP……bahkan ada juga yang tidak

    tertera justru banyak diterangkan ibunya” (wawancara 14 september 2015 di ruang prodi

    Pascasarjana pariwisata jam 10.00).

    Dari wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa ternyata isi SAP tidak sesuai dengan

    penerapannya di depan kelas. Pengajar lebih banyak berimprovisasi apa yang

    diinginkan dan apa yang diketahui. Menurut Nurudin Zanky2 dalam tulisannya

    “Permasalahan dan Solusi dalam Proses Belajar Mengajar” bahwa berimprovisasi

    terhadap SAP sah sah saja dan malah dianjurkan sebagai variasi atau mengurangi

    kejenuhan, kemonotonan dalam proses belajar mengajar, asalkan tidak keluar dari

    batas prinsip utama SAP.

    Dengan demikian tujuan SAP yang bersifat preventif, korektif dan konstruktif belum

    sepenuhnya bisa tercapai di jurusan arsitektur Unud. Diperlukan adanya suatu

    terobosan kebijakan dari pimpinan untuk “memaksa” para pengajar untuk membuat

    SAP dan menciptakan suatu sistem pengawasan terhadap implementasinya. Di

    beberapa negara maju, mahasiswa memilki keberanian untuk menagih kepada

    pengajar untuk suatu ke alpaan materi yang tidak diberikan sesuai dengan SAP.

  • 29

    4.2 KESAMAAN PEMAHAMAN TEAM TEACHING TENTANG MATERI

    PELAJARAN TEORI YANG AKAN DIIMPLEMENTASIKAN PADA STUDIO

    PERANCANGAN ARSITEKTUR

    Studio Perancangan Arsitektur yang memiliki SKS 6 dan diadakan dua kali dalam

    seminggu dengan durasi 7 jam/pertemuan. Rata rata jumlah dosen yang terlibat dalam

    Studio sekitar 12 orang. Pembagian tugas setiap dosen tergantung dari masing masing

    pengelola Studio. Pada Studio 1 misalnya, setiap dosen bertanggung jawab hanya

    pada satu kelompok mahasiswa dalam hal membimbing dan menilai. Variasi lainnya,

    misalnya pada Studio 6, satu atau dua dosen (tergantung dari jumlah mahasiswa),

    bertanggung jawab pada satu kelompok mahasiswa (membimbing dan menilai) tetapi

    juga secara bergilir juga membimbing dan menilai kelompok lainnya.

    Dari berbagai variasi pengelolaan Studio di atas, masing masing memiliki kelebihan

    dan kelemahan. Paling banyak permasalahan yang ditemui adalah pada bimbingan

    yang bergilir seperti contoh pada Tabel 1

    Tabel 1 Jadwal Tugas Dosen

    Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5

    Dosen A Kelompok1 Kelompok2 Kelompok3 Kelompok4 Kelompok5

    Dosen B Kelompok2 Kelompok3 Kelompok4 Kelompok5 Kelompok1

    Dosen C Kelompok3 Kelompok4 Kelompok5 Kelompok1 Kelompok2

    Dosen D Kelompok4 Kelompok5 Kelompok1 Kelompok2 Kelompok3

    Dosen E Kelompok5 Kelompok1 Kelompok2 Kelompok3 Kelompok4

    Dari Tabel 1 terlihat bahwa setiap jadwal pertemuan, Dosen bertugas pada kelompok

    yang berbeda. Pada setiap pergantian tersebut, kadangkala informasi dan tuntutan

    target dan kedalamannya antara dosen berbeda, sebagaimana yang dialami oleh Gde

    Bambang Yudha.

    “kami mahasiswa jadi bingung pak, ketika asistensi dengan ibu A arahannya seperti

    ini, namun giliran dengan bapak C diberi arahan lain lagi” (wawancara tgl 6

    September pukul 17.00 di rumah).

    Lalu ketika dikejar dengan pertanyaan berikutnya untuk mengetahui siapa yang

    akhirnya diikuti, dengan enteng dan polos dijawab sebagai berikut.

    “ kami lihat lihat dulu pak, misalnya melihat jadwal tugas dosen,……apakah akan

    bertemu lagi dengan dosen yang sama atau tidak, kalau demikiankelompok kami

    2 http://mr-zanky.blogspot.co.id/2008/06/permasalahan-dan-solusi-dalam-proses.html

  • 30

    bikin beberapa versi, tetapi kami lebih cenderung mengikuti dosen yang paling

    menentukan nilai akhir nantinya, hehehe….habis mau mengikuti yang mana?”

    (wawancara 6 September 2015)

    Dari diskusi diskusi diatas terkesan bahwa mahasiswa dalam mengerjakan studio

    bersifat pragmatis, mereka tidak terlalu perduli dengan kebenaran ilmiah, mereka

    lebih cenderung berorientasi pada kelulusan, entah dengan cara apapun.

    Pembelajaran (lesson learned) yang bisa dipetik dari ini adalah bahwa masalah

    ketidak samaan persepsi antara dosen di dalam team teaching bisa diatasi dengan

    komunikasi antara team dalam bentuk koordinasi secara terus menerus mulai dari

    penentuan tugas, target materi dan kedalaman tugas hingga hingga penentuan nilai

    akhir.

    4.3. TUNTUTAN SUBSTANSI STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR

    PERNAH (ATAU TIDAK PERNAH) DIBERIKAN TEORI PENUNJANG

    SEBELUMNYA

    Studio Perancangan Asitektur pada dasarnya adalah kegiatan perancangan (design)

    yang dikerjakan selama satu semester. Durasi waktu yang digunakan cukup panjang

    karena seluruh proses perancangan harus dikerjakan secara komprehensif, mulai dari

    ide, konsep rancangan, pemrograman ruang, dan desain (rancangan tapak, tampak

    bangunan, potongan, detail arsitektural hingga penyajian akhir dalam bentuk

    perspektif). Tentu saja kegiatan ini tingkat kesulitannya berbeda antara satu studio

    dengan studio lainnya. Prinsipnya semakin tinggi studionya semakin kompleks

    pekerjaan yang dilakukan.

    Seluruh rangkaian proses desain yang telah dipaparkan diatas, secara teoritis

    materinya telah diberikan satu semester sebelumnya. Singkatnya, studio adalah

    aplikasi praktek dari teori yang telah didapatkan sebelumnya. Memang tidak mudah

    mengaplikasikan teori dalam praktek, selalu ada penyesuaian penyesuaian terhadap

    kasus tugas yang diberikan.

    Pada saat aplikasi inilah terlihat dan terasa ada bagian bagian tertentu dari rangkaian

    proses desain ini yang kurang, dalam arti teori yang diberikan sebelumnya belum

  • 31

    mampu menjawab atau tidak seimbang dengan tuntutan kedalaman yang diminta

    dalam Studio. Kalau itu tejadi, masih bisa diatasi dengan memperdalam materi

    melalui berbagai sumber (buku, internet). Tetapi yang lebih parah adalah jika materi

    yang dituntut tidak pernah diberikan pada tahapan teori. Misalnya dalam tahapan

    “Transformasi Konsep”, terkesan mahasiswa tidak mengerti apa yang dilakukan,

    meski mereka membuatnya berlembar-lembar, seperti yang dikemukakan oleh Gde

    Bambang Yudha berikut ini.

    “kami tidak pernah diajarkan bagaimana membuat Transformasi Konsep, sehingga

    kami hanya meniru dan mengambi contoh dari kakak senior” (wawancara 6

    September 2015).

    Pertanyaan selanjutnya adalah menanyakan pemahaman terhadap contoh yang

    diberikan oleh kakak kelas mereka. Bambang memberi jawaban sebagai berikut.

    “kami terus terang tidak mengerti, pokoknya apa yang diberikan oleh kakak senior

    langsung saja kami modifikasi sesuai dengan tugas, hehehe…”

    Demikian halnya dengan pengetahuan tentang “Struktur dan Konstruksi Bangunan”

    “ kami memang telah mendapatkan materi tersebut, bahkan dengan berbagai contoh

    contoh, namun kami sudah lupa semuanya………..terlalu lama antara teori dan

    praktenya di studio pak, catatan (catatan peneliti: maksudnya buku kuliahnya) sudah

    tidak tahu dimana disimpan, malas pak mencarinya lagi…..usul saya pak, kalau bisa

    mestinya pada semester yang sama……sehingga masih fresh.”

    Pembelajaran yang bisa dipetik adalah, perlunya pembenahan pada beberapa mata

    kuliah yang langsung berkontribusi pada kegiatan studio, misalnya pada mata kuliah

    “Metode Perancangan” memberikan materi dan latihan yang banyak bagaimana

    membuat “transformasi Konsep” yang baik dan benar.

  • 32

    BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 SIMPULAN

    Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya

    maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

    5.1.1 Masih sangat terbatas SAP yang dibuat oleh Dosen di jurusan Asitektur. Dari

    SAP yang dibuat tidak semuanya sesuai dengan yang diberikan kepada

    mahasiswa, bahkan sebagian agak melenceng dan banyak improvisasi.

    5.1.2 Pemahaman antara dosen team teaching tentang kedalaman materi yang dituntut

    dalam studio tidak sama, sehingga mahasiswa bingung untuk mengambil sikap

    yang pada akhirnya lebih berorientasi pada “kelulusan” ketimbang mengetahui

    secara benar dan ilmiah.

    5.1.3 Ada kesenjangan antara tuntutan materi studio dengan materi teori yang

    diberikan sebelumnya. Ada yang terlupa karena jarak waktu antara pemberian

    teori dan aplikasinya di studio terlalu lama. Juga masih ada materi yang belum

    pernah diberikan pada tahapan teori, namun dituntut pembuatannya saat studio

    (misalnya kegiatan Transformasi konsep).

    5.2 SARAN

    a. Perlu ada kebijakan pada pimpinan untuk “memaksa” setiap dosen koordinator

    mata kuliah untuk membuat SAP. Selain itu perlu dicari suatu mekanisme

    pengawasan pelaksanaan SAP secara konsisten, misalnya pemberdayaan

    mahasiswa untuk mengontrol kesesuaian SAP dan terapannya dikelas.

    b. Koordinasi secara terus menerus antara team teaching di studio menyangkut

    kedalaman target tugas, bentuk penyajian (deskripsi dan gambar) dan setiap

    permasalahn yang timbul pada proses studio berlangsung.

    c. Perlu ada pemberian materi contoh dan latihan bagaimana membuat “transformasi

    konsep” yang baik dan benar.

  • 33

    Daftar Pustaka

    Allan C. Ornstein dan Francis P. Hunkins. 2004. Curriculum: Foundation, Principles,

    And Issues, Fourth Edition. Boston USA: Pearson Education

    Bakarman, Ahmed Abdullah. Quality Evaluation Tool for the Design Studio Practice

    (Pdf)

    Gunarsa, Singgih D. 2007. Konseling dan Psikologi. Jakarta:BPK Gunung Mulia

    Keith, Davis, & Jhon W. Newstrom, 2000. Perilaku Dalam Organisasi .Yogyakarta:

    BPFE.

    Laurens, Joyce M. (ed), 2002. The Design Studio. Surabaya: PCU.

    Louis, Karen Seashore and Miles, Matthew B. 1990. Improving the Urban High

    School: What Works and Why. Pennsylvania: Teachers College Pr.

    Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek,

    Cetakan Kedua. Bandung: Rosdakarya.

    Natawijaya, Rohman dan Moesa, Moein, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Dikti.

    Salama, Ashraf. 1995. New Trends In Architectural Education: Designing the Design

    Studio. North Carolina.

    S. Nasution. 2005. Asas-asas Kurikulum, Cetakan Keenam. Jakarta: Bumi Aksara.

    Sardiman. A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

    Sigit Arifin, Liliany. Manajemen Pengajaran di Studio Disain Arsitektur. Dimensi

    Teknik Arsitektur Vol. 30, No. 1, Juli 2002: 1 – 9

    Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan.

    Fullan, Michael. Goodland, John. 1991. Teacher Development and Educational

    Change

    http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/kurikulum/Panduan Ringkas Menyusun KPT.pdf

    http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/kurikulum/Panduan

  • 34

    LAMPIRAN

    1. BIAYA PENELITIAN

    Total biaya yang dihabiskan adalah Rp.10.000.000 (Dua Puluh Juta Rupiah) yang

    rinciannya dapat dilihat pada Tabel 1

    Tabe 1. Komponen Pembiayaan Penelitian

    No Komponen Pembiayaan Total

    1 Bahan habis pakai dan peralatan 6.000.000

    2 Perjalanan 500.000

    3 Gaji dan Upah 2.000.000

    4 Lain lain 1.500.000

    Jumlah 10.000.000

    2. JADWAL PENELITIAN

    Waktu yang dialokasikan untuk penelitian ini adalah 2 (dua) bulan, terhitung mulai

    bulan Agustus hingga September 2015. Secara terinci kegiatan yang dilakukan dapat

    dilihat pada Tabel 2

    Tabel 2 Tata Kala Penelitian

    No KEGIATAN

    WAKTU

    Agustus September

    II III IV V VI VII VIII

    1 Persiapan

    (Grand tour,

    kajian

    pustaka)

    2 Pendataan

    3 Analisis dan

    Interpretasi

    4 Penyusunan

    laporan

    5 Penggandaan

    dan penjilidan

    5 Penyerahan

    Laporan

  • 35

    3.Justifikasi Anggaran

    A. HONOR

    No. Honor

    Honor/Jam

    (Rp)

    Waktu

    (jam/minggu)

    Jumlah

    Minggu Jumlah (Rp)

    1 Ketua 50000 4 8 1,600,000

    2 Anggota 1 25000 4 7 700,000

    3 Anggota 2 25000 4 7 700,000

    Sub Total A : 3,000,000

    B. PERALATAN PENUNJANG

    No. Material

    Justifikasi

    Pemakaian Volume

    Harga

    Satuan Jumlah (Rp)

    1 Sewa Laptop bulan 1 1,000,000 1,000,000

    2 Sewa printer bulan 1 435,000 435,000

    Sub Total B : 1,435,000

    C. BAHAN HABIS PAKAI

    No. Material

    Justifikasi

    Pemakaian Volume

    Harga

    Satuan Jumlah (Rp)

    1 Amplop folio coklat isi 100 20 Kotak 28,000 560,000

    2 Amplop Samson tebal 100 BH 2,000 200,000

    3 Bateray kecil merk ABC 5 Kotak 21,000 105,000

    4 Buku Agenda 3 BH 27,000 81,000

    5 CD-RW isi 5 Buah 10 Kotak 98,000 980,000

    6 Isi Cutter Besar 2 Kotak 6,000 12,000

    7 Isi pentel hitam 2 Kotak 13,000 26,000

    8 Isolasi bening uk 1x712 yard 12 BH 10,000 120,000

    9 - Kertas HVS A4 80gr 5 rim 45,000 225,000

    10 - Klip Seagul isi 10 Kotak 2 BH 13,000 26,000

    11 - Lem Provinal 112 2 BH 5,000 10,000

    12 - Map Box File Bantek 30 Kotak 24,000 720,000

    13 - Map Holder Plastik 31 Kotak 20,000 620,000

    14 - Map Teka besarinternasional 50 BH 13,000 650,000

    15 - Photocopy 200 Lembar 150 30,000

    16 - Tinta Printer Epson 4 BH 800,000 3,200,000

    Sub Total C : 7,565,000

    D. PERJALANAN

    No. Nama Perjalanan

    Justifikasi

    Perjalanan Volume

    Harga

    Satuan Jumlah (Rp)

    1 Perjalanan ke studio rumahan Darat 1 paket 750,000

    Sub Total D : 750,000

    E. LAIN - LAIN

    No. Nama Kegiatan Justifikasi Volume

    Harga

    Satuan Jumlah (Rp)

    1 Penggandaan Proposal Penelitian 50,000 7 eksemplar 350,000

    2 Penggandaan Lap Penelitian 100,000 13 Eksemplar 1,300,000

    3 Konsumsi (Nasi dan Kue kotak) 40,000 15 kotak 600,000

    Sub Total E : 2,250,000

    TOTAL ANGGARAN : 10,000,000

  • 36

    Lampiran 2. Format Susunan Organisasi Tim Peneliti/Pelaksana dan Pembagian Tugas

    No Nama / NIDN Instansi Asal Bidang Ilmu Alokasi Waktu

    (jam/minggu) Uraian Tugas

    1. Dr.Ir. Syamsul Alam

    Paturusi, MSP

    00-060557-03

    Jurusan

    Arsitektur

    Perencanaan

    Kota

    4 jam/minggu Koordinator

    penelitian

    Menyiapkan

    penelitian

    2. Ir.I Made Suarya, MT Jurusan

    Arsitektur

    Teori dan

    Kritik

    Arsitektur

    4 jam/minggu Koordinasi

    lapangan

    3. Dr.Ir. Widiastuti,MT Jurusan

    Arsitektur

    Perencang

    Knota

    4 jam/minggu Membuat

    laporan

  • 37

    Lampiran 4. Format Biodata Ketua/Anggota Tim Peneliti/Pelaksana

    BIODATA TIM PENELITI

    A. Identitas Diri (Ketua / Anggota) 1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP

    2 Jenis Kelamin Laki

    3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala

    4 NIP/NIK/Identitas lainnya 19570506 198403 1 001

    5 NIDN 00-060557-03

    6 Tempat dan Tanggal Lahir Makassar 6 Mei 1957

    7 E-mail [email protected]

    8 Nomor Telepon/Faks/HP (0361) 734312/0816 4703 831

    9 Alamat Kantor Bukit jimbaran

    10 Nomor Telepon/Faks (0361 703 384)

    11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= orang, S-2= orang; S-3= orang

    12 Mata Kuliah yang Diampu 1. Seminar Tugas Akhir

    2. Metodologi Penelitian

    3. Studio Perancangan Arsitektur 1 dan 6

    B. Riwayat Pendidikan

    S-1 S-2 S-3

    Nama Perguruan Tinggi Unhas ITB Universite de Pau et

    des Pays de l’Adour

    Bidang Ilmu Arsitektur Perencanaan Kota dan

    Wilayah

    Perencanaan Kota

    dan Wilayah

    Tahun Masuk-Lulus 1976 - 1983 1986 - 1988 1997 -2000

    Judul Skripsi/Thesis/Disertasi

    Perancangan Kebun

    Binatang di

    Ujungpandang

    Pengaruh Pariwisata

    Terhadap Pola Tata

    Ruang Perumahan

    Tradisional Bali

    Le problème des

    impacts culturels du

    tourisme À Bali

    (Indonésie) : vers une

    alternative

    planificatrice

    Nama Pembimbing/Promotor Ir.JSG. Undap Dr.Ir. Bambang

    Kusbiantoro, MA, MSc Olivier Soubeyran

    C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

    (Bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)

    No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

    Sumber* Jml.(Juta Rp.)

    1. 2013

    Pola Penggunaan Ruang pada

    Kawasan Tepian Sungai di Denpasar Hibah Jurusan

    arsitektur Rp.15.000.000

    2.

    3.

    *tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber dana lainnya.

    D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 tahun Terakhir

    No. Tahun Judul Pengabdian Kepada

    Masyarakat

    Pendanaan

    *Sumber Jml.(Juta Rp.)

    1. 2013 Penghijauan di Bedugul

    2. 2012 Bilteks di Serangan

  • 38

    3.

    2011 Penataan Ruang Publik di Kopleks

    Perumahan Padang Galeria,

    Denpasar

    *tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber dana lainnya.

    E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

    No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/

    Tahun Nama Jurnal

    1. Pavingisasi Pusat Kota Denpasar :

    Kajian Fungsional dan Estetika..

    Jurnal Terakreditasi Dirjen

    Dikti Depdiknas

    No.108/DIKTI/Kep./2007.

    ISSN 1411-9688. Volume

    10 Nomor 1, Februari

    2010

    Bumi Lestari : Jurnal

    Lingkungan Hidup

    2. Merajut Masa Lalu, Menggapai

    Lingkungan Binaan Hari Esok,

    , Volume 7 Nomor 1

    Februari 2009

    NATAH

    3.

    F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

    No. Nama Pertemuan

    Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

    1.

    Seminar Nasional Reinterpretasi

    Identitas Arsitektur Nusantara.,

    World Heritage di Jatiluwih:

    Untuk Siapa dan Untuk Apa?.

    Prosiding Seminar ISBN no.

    978-602-7776-68-5

    Denpasar, 10

    Oktober 2013

    2.

    International Joint Seminar

    «Architecture and Built

    Heritage ».

    Stagnansi Perkembangan

    Konsep Arsitektur Bali

    Denpasar 11 April

    2013

    3.

    Seminar dalam Rangkaian

    Festival Danau Sentani.

    Dasar dasar Pertimbangan

    Perencanaan Destinasi

    Pariwisata

    Jayapura 15 April

    2013

    4 Seminar Pariwisata

    Berkelanjutan, Program Doktor

    Pascasarjana Pariwisata,

    Elemen Arsitektur Bali Sebagai

    Tengaran (Landmark) Atraksi

    Pariwisata di Bali.

    Denpasar 2 Mei

    2013.

    G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

    No Judul Buku Tahun Jumlah

    Halaman Penerbit

    1.

    Soroh Pande di Bali : Pembentukan « Kasta »

    dan Nilai Gelar (terjemahan Francois

    Guermonprez, Les Pande de Bali : La

    Formation d’une « Caste » et La Valeur d’un

    Titre

    2012 395 Udayana

    University

    Press.

    2.

    H. Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID

    1.

    2.

  • 39

    I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam

    5 Tahun Terakhir

    No Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial

    Lainnya yang Telah Diterapkan Tahun

    Tempat

    Penerapan

    Respon

    Masyarakat

    1.

    2.

    J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 Tahun Terakhir (dari

    pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya)

    No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

    Penghargaan Tahun

    1.

    2.

    Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

    dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai

    ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

    Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu

    persyaratan dalam Hibah Penelitian Jurusan Arsitektur Tahun 2015

    Bukit Jimbaran, 14 Mei 2015

    (Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP)

  • 40

    Lampiran 5. Format Surat Pernyataan Ketua Tim Peneliti

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

    UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN ARSITEKTUR

    Jalan Kampus Bukit Jimbaran - Bali (0361) 703384, 703320 Fax : 703384

    www.ar.unud.ac.id

    SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI

    Yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP

    NIDN / NIP : 00 -060557 -03

    Pangkat / Golongan : Pembina Tk I/IV b

    Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

    Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul :

    EVALUASI TERHADAP KESINAMBUNGAN ANTARA MATAKULIAH PADA

    KURIKULUM JURUSAN ARSITEKTUR, FAKULTAS TEKNIK UNUD

    yang diusulkan dalam ‘Hibah Penelitian Jurusan Arsitektur Tahun 2015’, bersifat

    original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga / sumber dana lain.

    Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya

    bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan

    seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.

    Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

    Bukit Jimbaran, 14 Mei 2015

    Menyetujui,

    Ketua Jurusan Arsitektur FT-UNUD Ketua Tim Peneliti

    (meterai 6000)

    Ir. I Made Suarya,MT

    NIP.19561015 198601 1 001

    Dr.Ir. Syamsul Alam Paturusi,MSP

    NIP. 19570506 198403 1 001