LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING HB...1 LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING JUDUL...
Embed Size (px)
Transcript of LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING HB...1 LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING JUDUL...

1
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN HIBAH BERSAING
JUDUL PENELITIAN
OLEH
Ir. Yurleni, MSi NIDN 0013066801
Dr. Ir. Hj. Mardalena, MP NIDN 0019016303
Prof. Dr. Ir. Ulil Amri, MS NIDN 0005025504
Dibiayai oleh DIPA UNJA/DIPA DP2M dengan No. Kontrak
77/UN21.6/PL/2014 Tanggal 12 Maret 2014 Sesuai dengan
Perjanjian Pelaksanaan Hibah Bersaing No: 107/UN21/PL/2014
Tanggal 10 Maret 2014
UNIVERSITAS JAMBI
November 2014
IDENTIFIKASI MOLEKULAR BAKTERI ASAM LAKTAT PADA
DURIAN FERMENTASI DAN APLIKASINYA TERHADAP
RUMEN MODIFIER TERNAK RUMINANSIA
211/ ILMU PETERNAKAN

2
RINGKASAN
Yurleni, Amri dan Mardalena: Identifikasi molekuler bakteri asam laktat pada
durian fermentasi dan aplikasinya terhadap rumen modifier ternak ruminansia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak ruminansia, sumber protein untuk pertumbuhan selain berasal dari pakan, juga berasal dari mikrob rumen. Peningkatan aktivitas dan populasi mikrob rumen dapat dilakukan dengan rumen modifier yaitu dengan menambahkan probiotik dari bakteri asam laktat (BAL) potensial yang berasal dari durian fermentasi. Penelitian bertujuan untuk menguji sifat-sifat bakteri hasil isolasi untuk dikembangkan sebagai probiotik dan karakterisasi BAL potensial sebagai antimikrob serta identifikasi molekuler dengan 16S rRNA terhadap beberapa isolat BAL yang ada pada durian fermentasi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu Universitas Jambi dan identifikasi molekuler di PAU IPB, Bogor. Penelitian meliputi isolasi dan pemurnian koloni BAL, identifikasi morfologi koloni BAL secara mikrobiologi dengan pewarnaan gram, uji aktifitas anti bakteri dan anti jamur dan identifikasi BAL potensial pada durian fermentasi menggunakan gen 16S rRNA dengan Polymerase Chain Reaction
(PCR). Hasil penelitian adalah Ditemukan isolate BAL potensial probiotik dari durian
fermentasi asal Jambi jenis durian local (DFY1), stabil pada pH 4.37 dan 6.
Menggunakan metode pengkulturan didapatkan jumlah BAL pada pengenceran
10-9
adalah 6,2 x 106 CFU/g dan dari serangkaian uji kandidat BAL didapatkan
isolat DFY1 mempunyai sifat probiotik yaitu, mempunyai aktivitas antimikroba
terhadap bakteri pathogen (salmonella typhimurium, ATCC 14028; Escherichia
coli ,ATCC 25922; Bacillus cereus dan Staphylococcus aureus, ATCC 25923)
dan tahan terhadap 0.3 dan 0.5% garam empedu. Dengan menggunakan sekuen
16S rDNA isolat BAL teridentifikasi sebagai Lactobacillus sp, Lactobacillus
plantarum strain NRIC, Lactobacillus praplantarum strain RTA-18 , walaupun
demikian ketiganya
Key word : Isolasi molekuler, Bakteri asam laktat, Durian fermentasi, Rumen
modifier.

3
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan pembuatan laporan akhir Hibah Bersaing yang berjudul
“Identifikasi Molekuler Bakteri Asam Laktat Pada Durian Fermentasi dan
Aplikasinya Terhadap Rumen Modifier Ternak Ruminansia”.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Direktorat Jenderal Pendididikan Tinggi (DIKTI) yang telah mendanai penelitian
Hibah Bersaing ini dan tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada
Lembaga Penelitian Universitas Jambi, Rektor Universitas Jambi dan Dekan
Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Kepala Laboratorium
Pusat Antar Universitas (PAU) IPB, bogor beserta laborannya serta Kepala
Laboratorium Terpadu Universitas Jambi beserta laborannya yang telah
membantu dalam penelitian ini hingga terselesaikannya laporan ini.
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan bagi penulis dalam penerapan penelitian selanjutnya.
Jambi, November 2014
Penulis

4
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………. vii
BAB I. PENDAHULUAN
- Latar Belakang ............................................................. 1
- Urgensi Penelitian........................................................ 2
- Perumusan Masalah..................................................... 3
- Tujuan Penelitian......................................................... 3
- Manfaat Penelitian...................................................... 3
- Keluaran yang Diharapkan.......................................... 4
BAB II. STUDI PUSTAKA
- Bakteri Asam Laktat (BAL).......................................... 5
- Durian Fermentasi ....................................................... 7
BAB III. METODE PENELITIAN........................................ 9
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………… 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 26
LAMPIRAN .................................................................................. 30

5
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rataan jumlah koloni BAL pada berbagai tingkat pengenceran ….. 14
2. Karakteristik morfologis BAL penelitian ………………………….. 16
3. Rataan TPC pertumbuhan BAL penelitian (CFU/g) …………. 17
4. Uji ketahanan isolate DFY1 terhadap garam empedu (koloni) … 20
5. Hasil pengukuran uji antagonis isolate DFY1 sebagai
antimikroba pada pH 4.37 dan pH 6 ………………………….. 21
6. Hasil analisis BLAST sekuen DNA pada isolate DFY1 ………… 25

6
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat (BAL) …… 11
2. Bagan alir proses pembuatan durian fermentasi …………………… 12
3. Kultur murni isolate BAL DFY1 yang menunjukkan adanya zona bening
disekitar koloni.(a. zona bening sekitar koloni, b.koloni bakteri ….. 14
4. Isolat bakeri gram positif, (a). berbentu batang (basil);
(b). berbentuk bulat …………………………………………… 15
5. Kurva Pertumbuhan BAL …………………………………………… 18
6. Hasil uji ketahanan isolatDFY1 terhadap garam empedu ………….. 20
7. Hasil pengukuran uji antagonis isolate DFY1 sebagai
antimikroba pada pH 4.37 dan pH 6 …...................................... 23
.

7
BAB. I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan produktivitas ternak terkendala oleh ketersediaan pakan, baik
secara kuantitas maupun kualitas. Kondisi ini diperparah pada saat musim
kemarau. Kandungan protein yang rendah dan serat kasar yang tinggi pada pakan
ternak dapat menurunkan efisiensi penggunaan pakan dan kesehatan ternak,
karena tidak mencukupi kebutuhan hidup pokok. Bahan pakan yang mengandung
protein kasar < 7 % menyebabkan aktivitas mikrob rumen terhambat, karena
kekurangan unsur nitrogen sehingga pemanfaatan karbohidrat oleh mikrob rumen
tidak maksimal (Marthen et al, 2009). Didalam rumen semua zat-zat makanan
mengalami proses fermentasi dan hidrogenasi oleh mikrob rumen. Jumlah dan
jenis mikrob yang berkembang dalam rumen dapat dimodifikasi (rumen modifier)
dengan penambahan jenis pakan tertentu. Pemberian pakan dengan konsentrat
tinggi (65%) pada ternak kerbau dan sapi menyebabkan bakteri proteolitik lebih
berkembang dibandingkan dengan bakteri selulolitik dan amilolitik (Yurleni et al.
2013).
Upaya meningkatkan nilai gizi pakan ternak dan aman penggunaannya
adalah dengan memanfaatkan jasa mikrob khususnya bakteri asam laktat (BAL).
Rekayasa bioteknologi dengan menggunakan isolat bakteri asam laktat yang
diperoleh dari tanaman dan buah-buahan, karakteristiknya berbeda dengan BAL
yang berasal dari produk hewan karena pada tanaman terdapat senyawa metabolit
sekunder bioflavonoid yang bersifat antioksidan (Okade, 2003). Menurut Urnemi
et al. (2012), hasil fermentasi buah-buahan seperti kakao dapat menghasilkan
BAL potensial yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti
(Eschericia coli NBRC 14237, Staphylococcus aureus NBRC 13276, Listeria
monocytogenesis, Bacillus subtilis NBRC 3134 dan Salmonella typii ).
Penggunaan BAL sebagai probiotik dan antibiotik alami pada pakan ternak
adalah untuk mengurangi penggunaan antibiotik sintetis dan efek negatif dari
konsumsi antibiotik terus menerus. Penggunaan antibiotik terus menerus akan
mengakibatkan resistensi terhadap mikrob tertentu dan sangat berbahaya bagi

8
lingkungan. Selain itu pada ternak akan meninggalkan residu pada produk ternak
seperti daging/karkas dan susu.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka dilakukan identifikasi molekuler
terhadap BAL yang berasal dari durian fermentasi melalui proses isolasi,
identifikasi morfologi, karakteristik biokimia, identifikasi DNA molekuler hingga
dapat ditemukan kandidat probiotik menggunakan 16S rRNA dengan teknik PCR.
Urgensi Penelitian
Durian fermentasi berbentuk seperti pasta berwarna putih kekuningan
memiliki aroma khas dan tajam. Di Provinsi Jambi durian fermentasi ditemukan
ketika musim durian tiba dan hampir seluruh rumah makan dan restoran dijumpai
makanan dengan menu utama durian fermentasi yang dimasak dengan ikan patin
maupun ikan sungai lainnya. Durian fermentasi umumnya dijadikan sebagai
bumbu masakan dengan rasa sedikit asam. Rasa asam durian fermentasi dikaitkan
dengan asam yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat (BAL) selama proses
fermentasi.
Melalui proses fermentasi, daging durian dapat disimpan selama 2 bulan
sampai 1 tahun. Sifat awet yang ditunjukkan oleh durian fermentasi sangat baik
untuk kesehatan, diduga BAL yang terdapat dalam durian fermentasi bersifat
sebagai probiotik. Durian mengandung karbohidrat yang cukup tinggi yaitu 25,7
% (Hanum et al. (1977), sehinggan bakteri asam laktat dapat berkembang biak
dengan baik. Bakteri asam laktat yang berasal dari durian fermentasi akan
mampu membunuh bakteri patogen di dalam rumen dan mendesak bakteri
patogen keluar dari usus. Hal ini membuat kondisi usus lebih sehat, dan proses
pencernaan berjalan baik (Purwati et al., 2005). Selain itu selama proses
fermentasi, terjadi perombakan senyawa-senyawa makro molekul oleh bakteri
asam laktat serta sifat awet yang ditunjukkan oleh durian fermentasi sangat baik
untuk kesehatan ternak karena pengawetan yang terjadi tidak menggunakan bahan
kimia.
Untuk mendapatkan BAL yang potensial perlu dilakukan isolasi,
identifikasi morfologi, karakteristik biokimia, identifikasi DNA molekuler,
purifikasi dan uji bakteriosin hingga dapat digunakan sebagai kandidat probiotik
untuk menjaga kesehatan. BAL potensial diaplikasikan di bidang kesehatan,

9
keamanan pangan dan bidang peternakan sebagai probiotik/supplement (Yunenshi
et al., 2011). BAL dapat diisolasi dari tanaman dan buah-buahan, akan tetapi
karakteristiknya akan berbeda dengan BAL yang berasal dari produk hewan
karena pada tanaman terdapat senyawa metabolit sekunder bioflavonoid yang
bersifat antioksidan (Okade, 2003). Hal inilah yang menarik untuk diteliti untuk
mendapatkan stater BAL baru dari durian fermentasi sebagai probiotik melalui
proses isolasi dan karakterisasi molekul bakteri asam laktat dan selanjutnya
probiotik asal durian fermentasi diaplikasikan pada ternak ruminansia.
Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah BAL yang berpotensi sebagai probiotik dapat membunuh bakteri
patogen dalam rumen sapi.
2. Bagaimana potensi isolat-isolat BAL tersebut sebagai antimikroba patogen di
dalam rumen ternak sapi.
3. Apakah spesies BAL tersebut dapat diidentifikasi secara DNA molekuler
dengan menggunakan 16S rRNA ?
Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Melakukan isolasi BAL, skrining dan penentuan aktifitas antimikrob dari
durian fermentasi.
2. Mempelajari karakterisasi BAL yang potensial sebagai antimikrob dari durian
fermentasi.
3. Melakukan identifikasi molekuler dengan 16S rRNA terhadap beberapa isolat
BAL yang potensial.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan menemukan spesies BAL yang berpotensi
sebagai kandidat probiotik untuk pakan ternak sapi sebagai rumen modifier dalam
meningkatkan proses fermentasi pada rumen ternak.

10
Keluaran yang Diharapkan
Ditemukan BAL dari durian fermentasi sebagai probiotik yang telah
diidentifikasi menggunakan gen 16S rRNA dan dikarakterisasi molekular.

11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bakteri Asam Laktat (BAL)
Pada proses fermentasi dihasilkan mikroorganisme salah satunya adalah
Bakteri Asam Laktat (BAL). BAL didefinisikan sebagai bakteri pembentuk asam
laktat dalam metabolisme karbohidrat dan terdiri dari berbagai macam kelompok
bakteri gram positif. BAL memiliki peranan penting dalam pengawetan bahan
pangan dan melawan bakteri patogen melalui senyawa peptida antimikroba. BAL
umumnya digunakan sebagai starter untuk fermentasi daging dan sayuran, industri
fermentasi saos, bahan flavor, dan juga berperan dalam perubahan aroma, warna,
serta kualitas nutrisi produk fermentasi. BAL dikenal sebagai Food Grade
Microorganism atau dikenal sebagai mikroorganisme yang Generally Recognized
As Safe (GRAS) yaitu mikroorganisme yang tidak beresiko terhadap kesehatan
dan bahkan berguna bagi kesehatan (Surono, 2004).
Bakteri asam laktat (BAL) adalah bakteri yang diperoleh dari hasil
fermentasi. BAL merupakan bakteri Gram positif, pada proses fermentasi BAL
mampu mengubah glukosa (fruktosa dan sukrosa) menjadi asam laktat yang
dinamakan fermentasi asam laktat. Genus bakteri yang tergolong kepada BAL
adalah Carnobacterium, Enterococcus, Lactobacillus, Lactococcus, Leuconostoc,
Pediococcus, Streptococcus, Propionibakterium (Nettles dan Barefoot, 1993).
Terbentuknya asam laktat, dapat menurunkan nilai pH lingkungan
pertumbuhannya 3-4.5 yang menimbulkan rasa asam. Kondisi ini mengakibatkan
pertumbuhan dari beberapa jenis mikroorganisme patogen lainnya terhambat
(Seppo, 2004 dan Afrianto, 2006)).
BAL biasa digunakan sebagai bahan pengawet makanan, karena mampu
memproduksi asam organik, menurunkan pH lingkungan dan mensekresikan
senyawa yang mampu menghambat bakteri patogen seperti H2O2, diasetil, CO2,
asetaldehi, asam-asam amino dan bakteriosin. BAL tergolong kedalam bakteri
probiotik, karena melihat manfaat dan kandungan yang terdapat di dalamnya.
Probiotik adalah suplemen mikroba hidup yang memberikan efek positif kepada
manusia atau hewan dengan memperbaiki mikroflora usus (Surono, 2004).
Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi dapat meningkatkan

12
kesehatan manusia ataupun ternak dengan cara menyeimbangkan mikroflora
dalam saluran pencernaan jika dikosumsi dalam jumlah yang cukup. Probiotik
mempunyai kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol serum darah
(Kusumawati et al., 2003).
Salah satu senyawa yang dihasilkan oleh BAL adalah bakteriosin.
Bakteriosin merupakan senyawa protein yang dieksresikan oleh bakteri yang
bersifat menghambat pertumbuhan bakteri lain terutama yang memiliki
kekerabatan erat secara filogenetik. Bakteriosin mudah terdegradasi oleh enzim
proteolitik dalam pencernaan manusia dan hewan. Penelitian tentang bakeriosin
yang dihasilkan BAL semakin banyak berkembang, sehingga semakin banyak
pula jenis bakteriosin baru yang ditemukan. Bakteriosin tersebut dapat digunakan
sebagai antibiotik alami, karena memiliki kemampuan sebagai antibakteri patogen
yang dapat menghancurkan sel-sel bakteri tersebut sehingga perkembangannya
terganggu.
BAL bersifat antimikroba, membunuh bakteri patogen, tidak membunuh
bakteri baik, BAL disebut dengan probiotik (Purwati dan Syukur, 2006). Sebelumnya
Silalahi (2000) menyatakan, kemampuan probiotik dapat membunuh bakteri
patogen karena, probiotik memiliki senyawa H2O2 , CO2, asetaldehid dan
Bacteriocin. Kemampuan bakteriosin sebagai antimikrobial biasanya digunakan
indikator patogen Eschericia coli NBRC 14237, Staphylococcus aureus NBRC
13276, Listeria monocytogenesis, Bacillus subtilis NBRC 3134 dan Salmonella
typhosa, Lima bakteri ini sering ditemukan menginfeksi manusia secara langsung
maupun melalui makanan. (Purwati, 2003) dan (Syukur, 2011).
Penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan probiotik untuk
penurunan kadar kolesterol adalah pada telur ayam dengan persentase penurunan
5% pemberian 3,2 x 106 CFU/g Bacillus subtilis (Mahdavi et al., 2005). ). Yousefi
dan Karkoodi (2007) juga sudah telah melakukan penelitian pada ayam broiler,
dimana penurunan kadar kolesteril pada kuning telur ayam dengan pemberian
probiotik Thepax® yaitu 9% (dengan pemberian 0,05% probiotik) dan pemberian
Saccaromyces (ragi) yaitu 7,3% (dengan pemberian 0,15% ragi). Penurunan
kolesterol pada kuning telur ayam dengan pemberian Lactococcus plantarum asal
blondo dalam ransum ayam petelur menurunkan kadar kolesterol kuning telur

13
pada pemberian 3 ml (3,9 x 108 CFU/g) probiotik dengan persentase penurunan
53,6% (Purwati, 2011).
Kemampuan BAL menurunkan kadar kolesterol disebabkan karena
kemampuannya menghasilkan enzim bile salt hydrolase (BSH) (Loin, et al.,
2005). BSH mampu mendekonjugasi asam empedu sehingga menghasilkan garam
empedu bebas atau terdekonjugasi yang akan disekresi melalui feses (Surono,
2004 dan Loin, et al., 2005). Pembentukan garam empedu bebas yang disekresi
melalui feses ini dapat menurunkan kadar kolesterol.
Penelitian BAL pada susu, yogurt, dadih, keju dan aplikasinya terhadap
penurunan kolesterol telah banyak diteliti. Penelitian penurunan kolesterol pada
daging ayam dengan pemberian Lactococcus plantarum asal blondo dalam
ransum, mampu menurunkan kadar kolesterol kuning telur ayam petelur pada
pemberian 3 ml (3,9 x 108 CFU/g) (Purwati, 2011). Pemberian 3 ml (3x
0,127x108 CFU/g) Pediococcus pentosaceus asal fermentasi buah kakao telah
dapat menurunkan kadar kolesterol itik lokal secara signifikan (Urnemi et al.,
2012).
2.2. Durian Fermentasi
Durian fermentasi adalah hasil fermentasi dari buah durian yang memiliki
bau yang khas dan warna kuning krem dan banyak dikonsumsi di Malaysia dan
Indonesia sebagai lauk dan bumbu (Battcock dan Ali, 1998; Gandjar, 2000).
Durian fermentasi berupa campuran bubur durian dengan garam yang
difermentasi dalam kondisi anaerob dalam wadah tertutup. Fermentasi biasanya
membutuhkan waktu sekitar 4-7 hari dan tekstur daging durian berubah dari
bentuk padat menjadi konsistensi semi padat dengan bau dan rasa asam dominan.
Keasaman durian fermentasi dilaporkan sekitar 2,8-3,6%. Rasa asam tempoyak
dikaitkan dengan asam yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat (BAL) selama
fermentasi. (Amin et al., 2004, Leisner et al., 2002).
Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri asam laktat
merupakan mikroorganisme yang dominan dalam durian fermentasi (Amiza et al.,
2006). Komposisi kimia dari buah durian dengan kandungan gula 15-20% (Ketsa
dan Daengkanit, 1998) dapat mendukung pertumbuhan bakteri asam laktat.
Dilaporkan bahwa spesies Lactobacillus merupakan bakteri asam laktat yang

14
diisolasi dari durian fermentasi asal Indonesia dan Malaysia. Strain BAL dan
mikroorganisme lainnya bervariasi tergantung dari mana durian fermentasi dibuat.
Lb. plantarum, Lb. brevis, Lb. mali, Lb. fermentum ditemukan pada durian
fermentasi asal Malaysia (Leisner et al., 2001). Leisner et al., (2002) melaporkan
spesies baru Lactobacillus, L. durianis sp., terisolasi dari tempoyak Malaysia.
BAL lainnya yang ada pada durian fermentasi dari Malaysia adalah Leuconostoc
mesenteroides.

15
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dirancang selama 2 (dua) tahun. Penelitian tahun pertama,
isolasi BAL dilakukan di Laboratorium Terpadu Universitas Jambi dan
identifikasi BAL secara molekuler di Laboratorium PAU IPB, Bogor. Pada Tahun
kedua akan dilakukan penelitian secara in vitro berdasarkan hasil penelitian pada
tahun 1. Penelitian tahun 2 direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Nutrisi
Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi
Penelitian Tahun Pertama
Prosedur pembuatan bakteri asam laktat (BAL) dari durian fermentasi adalah :
1. Isolasi dan Pemurnian Koloni Bakteri Asam Laktat
Proses pengkayaan (enrichment), yaitu 1 gram sampel dicampurkan
kedalam 9 ml MRS Broth (Difco), dihomogenkan sehingga didapatkan
pengenceran 1: 9 atau 10-1n
kemudian dimasukan kedalam inkubator pada suhu
370C selama 24 jam. Sampel diencerkan menggunakan 0.9 ml MRS Broth pada
tabung eppendorf melalui proses pengenceran (serial delution) sampai 10-7
dengan cara diambil 0.1 ml dari enrichment/10-1
lalu ditambahkan kedalam
tabung eppendorf yang berisi 0.9 ml MRS Broth, sehingga didapatkan
pengenceran 10-2
, diambil 0.1 ml dari pengenceran 10-2
ditambahkan kedalam
tabung eppendorf yang berisi 0.9 ml MRS Broth sehingga didapatkan
pengenceran 10-3
dan seterusnya hingga didapatkan pengenceran 10-7
. Kemudian
dilanjutkan dengan proses penanaman (planting) dimana diambil 0.1 ml dari
tabung eppendorf pada pengenceran 10-7
kemudian ditanam pada medium MRS
agar (Difco), diratakan dengan menggunakan hockey stick, diinkubasi dalam
inkubator pada suhu 370C selama 48 jam, setelah 48 jam dihitung jumlah koloni
BAL dengan menggunakan alat Quebec Colony Counter. Pemurnian dilakukan
Setelah 48 jam, Single Colony yang mencirikan bakteri asam laktat yang tumbuh
dipindahkan ke media de Mann Rogosa Sharpe (MRS). Agar untuk pemurnian
koloni kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 ºC, dilakukan 2 x
pemurnian dan identifikasi morfologi dengan pewarnaan Gram (Purwati et al
2005).

16
2. Identifikasi Morfologi Koloni BAL secara Mikrobiologi dengan
Pewarnaan Gram
Identifikasi morfologi Bakteri Asam Laktat (BAL) dilakukan dengan dua
cara, yaitu identifikasi makroskopis dan mikroskopis. Makroskopis yang diamati
adalah bentuk, warna, tepian koloni BAL yang tumbuh pada medium MRS agar.
Identifikasi mikroskopis yaitu bentuk sel, dengan pewarnaan Gram. Pewarnaan
diawali dengan pengambilan biakan bakteri tunggal dari medium dengan
menggunakan jarum ose, bakteri diratakan di atas kaca benda (preparat) yang
telah dibersihkan dengan alkohol, lalu dikeringkan di atas bunsen atau alat
pengering, ditetesi dengan zat warna crystal violet, kemudian ditunggu selama 1
menit agar zat warna meresap oleh bakteri, lalu dibilas dengan air mengalir dan
ditetesi dengan larutan iodine kompleks, kemudian ditunggu selama 1 menit, lalu
dibilas dengan air mengalir, dicuci dengan alkohol dengan cara mencelupkan ke
dalam alkohol encer, ditetesi dengan zat warna safranin, lalu ditunggu 30 detik,
setelah itu dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop 10 kali lipat dapat
dilihat hasil uji gram bakteri (Urnemi,2012).
3. Uji Aktifitas Antibakteri dan Antijamur BAL Durian Fermentasi
Uji in vitro (dilakukan dengan menggunakan bakteri dan jamur pathogen
yaitu Escherichia coli (NBRC 14237), Staphylococcus aureus (ATCC 6539),
Staphylococcus typhi (P2KIM colection), Bacillus subtilis (BTCC 612), Listeria
monocytogenes (BTCC B693), Fusarium sp, Aspergilus sp dan Candida sp.
Metode yang digunakan adalah metode paper disc (modifikasi metode Yamato et
al. 2003). Pengamatan terhadap zona bening yang terbentuk pada jam ke-3, 5, 8
dan 24 jam.
4. Identifikasi BAL Potensial Durian Fermentasi 16S rRNA dengan
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Identifikasi BAL di awali dengan isolasi genom menggunakan metode
Sambrook & Russel (2001). Genom yang di dapat dijadikan sebagai template
untuk reaksi PCR. PCR dilakukan dengan membuat larutan reaction mixture
dengan volume total sebesar 50 µl dibuat berdasarkan komposisi sebagai berikut
38 µl ddH2O, 5 µl 10x PCR buffer, 1,5 µl 50 mM MgCl2, 1 µl 10 mM dNTP, 0,5
µl primer F1, 0,5 µl primer R1, 0,5 µl Taq Polimerase, dan 3 µl DNA template.
Semua larutan reaction mixture kemudian dimasukkan ke dalam mesin thermal

17
cycler PCR. Mesin thermal cycler PCR diatur berdasarkan suhu dan waktu yang
telah dioptimasi dengan kondisi predenaturasi 96oC selama 5 menit, denaturasi
96oC selama 1 menit, annealing 55
oC selama 1 menit, polimerisasi 72
oC selama 3
menit, dan polimerisasi akhir 72oC selama 3 menit.
Cara kerja Isolasi BAL (Bakteri Asam Laktat) dapat dilihat pada Gambar
berikut ini :
Gambar 1. Skema Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat (BAL)
Preenrichment : 1 g durian fermetasi + 9 ml de Mann Rogosa Sharpe (MRS) Broth (Pengenceran 1 : 10),
Pengenceran 10-1 dimasukkan dalam an aerobik jar,
diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam dengan
suhu 37 ºC
Serial Pengenceran
0,1 ml Pengenceran 110 + 0,9 ml de Mann
Rogosa Sharpe (MRS) Broth
(Pengenceran 1 : 10), Pengenceran 72 1010
100 µl dari serial pengenceran 10-7
diinokulasikan
pada media de Mann Rogosa Sharpe (MRS) Agar,
dimasukkan dalam an aerobik jar, diinkubasi
dalam inkubator selama 48 jam dengan suhu 37 ºC
Single Colony yang mencirikan BAL yang
tumbuh dipindahkan
ke media MRS Agar untuk pemurnian koloni
kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 ºC
Pewarnaan Gram
Uji PCR (Polymerase Chain
Reaction)

18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pembuatan Durian Fermentasi
Durian fermentasi atau tempoyak adalah sejenis bubur durian yang rasanya
asam. Pembuatan durian fermentasi penelitian ini adalah secara tradisional. Buah
durian yang telah matang dikupas dan diambil isinya. Isi buah durian dipisahkan
antara daging dengan bijinya, kemudian daging durian tanpa biji ditambah garam
sebanyak 2% (b/b) dan dimasukkan kedalam stopples yang tertutup rapat
selanjutnya difermentasi pada suhu ruang selama satu minggu (Gambar 2).
Gambar 2. Bagan alir proses pembuatan durian fermentasi
Tujuan dari fermentasi durian yang dilakukan sendiri adalah untuk
memperoleh hasil fermentasi yang tidak tercemar oleh mikroba pathogen lain.
Jika menggunakan durian fermentasi yang dijual di pasar, tidak dapat diketahui
umur fermentasi sehingga sampel yang digunakan tidak homogen dan
dikhawatirkan tercemar dengan bakteri lainnya.
Durian matang
Pegupasan buah
durian
Buah durian tanpa kulit
kulit
Pemisahan antara daging dengan biji
Daging durian tanpa biji
biji
Fermentasi
Garam
Tempoyak

19
Pada hari ke tujuh rasa dan aroma durian berubah dan mempunyai bau
yang khas. Perubahan ini disebabkan oleh mikroorganisme yang menguraikan
senyawa-senyawa yang terkandung dalam substrat durian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terjadi perubahan pH selama proses fermentasi. pH durian
fermentasi berkisar antara 3.2 - 3.8. Pada proses fermentasi menghasilkan asam-
asam organik yang merupakan hasil hidrolisis senyawa kompleks seperti
karbohidrat, asam lemak dan juga sebagai hasil aktivitas pertumbuhan bakteri
yang menghasilkan asam laktat, asam asetat, etanol dan CO2 (Yulia dkk., 2013).
4.2. Isolasi dan Pemurnian Koloni Bakteri Asam Laktat
Isolat bakteri yang digunakan pada penelitian ini berasal dari durian
fermentasi jenis durian lokal Jambi. Hasil isolasi dan inkubasi bakteri selama 48
jam didapatkan bakteri asam laktat sebanyak 10 koloni yang ditandai dengan
adanya zona bening disekeliling koloninya. Untuk mendapatkan bakteri asam
laktat dari hasil seleksi, ditandai dengan adanya zona bening disekitar koloni
setelah inkubasi 2-3 hari (Djide dan Wahyudin 2008). Karena bakteri asam laktat
akan menghasilkan asam laktat yang akan bereaksi dengan CaCO3, Setelah masa
inkubasi 2-3 hari, disekitar koloni yang tumbuh pada media akan terlihat adanya
daerah bening akibat terbentuknya Ca-laktat yang larut dalam media. Salah satu
isolat yang menunjukkan adanya zona bening pada sekitar koloninya tampak pada
Gambar 3.
a
b
Gambar 3. Kultur murni isolate BAL DFY1 yang menunjukkan
adanya zona bening disekitar koloni.(a. zona bening
sekitar koloni, b.koloni bakteri

20
Total koloni asam laktat yang dihasilkan pada pengenceran 10-4
- 10-9
seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan jumlah koloni BAL pada berbagai tingkat pengenceran
No Tingkat pengenceran Jumlah koloni BAL (CFU/g)
1.
2
3
4
5
6
10-4
10-5
10-6
10-7
10-8
10-9
3.8 x 106
1.0 x 107
1.3 x 107
8.1 x 106
6.0 x 106
6.2 x 106
Jumlah koloni bakteri asam laktat yang dihasilkan pada pengenceran 10-9
adalah 6,2 x 106 CFU/g. Hasil ini sesuai dengan ketentuan pangan probiotik
menurut FAO/WHO bahwa penambahan pangan probiotik harus memperhatikan
kesehatan inang tempat bakteri hidup konsentrasi itu berkisar antara 106- 10
7
CFU/mL tujuan ini agar terjadi keseimbangan mikroflora di usus. (Nur 2005).
Setelah dilakukan pengamatan secara makroskodan didapatkan kultur
murni kemudian dilakukan pengamatan secara makroskopis terhadap 10 isolat
yang menunjukkan karakteristik probiotik. Bakteri yang tumbuh dengan koloni
tunggal diremajakan dalam media MRS cair, kemudian digoreskan pada media
padat dalam anaerobik jar untuk memverifikasi kemurniannya. Isolat setelah
diremajakan ditumbuhkan selama 24 jam pada media MRS cair dalam anaerobik
jar agar pertumbuhannya lebih baik dan diinkubasi pada suhu 37 0C, selanjutnya
dilanjutkan dengan uji karakterisasi koloni.
4.3. Identifikasi Morfologi Koloni BAL secara Mikrobiologi dengan
Pewarnaan Gram
Identifikasi isolat BAL dari durian fermentasi dilakukan secara
mikroskopis dan makroskopis. Secara makroskopis pengamatan meliputi uji
katalase, bentuk koloni dan warna koloni, sedangkan secara mikroskopis berupa
pewarnaan gram untuk mengamati bentuk sel bakteri (Gambar 4).

21
Gambar 4. Isolat bakeri gram positif, (a). berbentu batang
(basil); (b). berbentuk bulat
Hasil identifikasi morfologi koloni hampir sama dan seragam dengan
bentuk bundar warna berkisar putih, krem, permukaan cembung, tepi rata atau
serabut, permukaan mengkilat dan empuk teksturnya. Semua isolat menunjukkan
karakteristik khusus yang dimiliki bakteri asam laktat, seperti Gram positif, reaksi
katalase negative dan tidak membentuk endospora . Isolat DYF 2, 3 dan 4 sel nya
berbentuk batang sedangkan 6 (enam) isolate lainnya berbentuk bulat (DFY1,
DFY5, DFY6, DFY7, DFY8, DFY9, DFY10). Identifikasi BAL yang didapat
hampir seragam sehingga untuk uji selanjutnya menggunakan isolate DFY1,
DYF2 dan DYF5 dengan bentuk morfologi bulat dengan bentuk sel batang
pendek.
Surono (2004), menyatakan bahwa variasi karakteristik bakteri asam l
aktat normal terjadi, namun yang mutlak adalah sifatnya sebagai bakteri Gram
positif. Karakteristik koloni dan pengujian gram semuanya menunjukkan hasil
positif, karena selnya berwarna ungu tua. Hasil ini ditunjang oleh pendapat
Purwati (2003) dan Urnemi dkk, (2012) yang menyatakan bahwa salah satu teknik
pewarnaan yang paling penting untuk mengidentifikasi bakteri adalah dengan
metode Gram atau pewarnaan Gram. Identifikasi isolat bakteri asam laktat hasil
pengamatan secara makroskopis dapat dilihat pada Tabel 2
Tujuan identifikasi dengan pewarnaan Gram adalah untuk
mengelompokkan bakteri berdasarkan reaksi kimia. Pewarnaan Gram akan
a b

22
membagi bakteri menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram negative,
perbedaan ini disebabkan karena lapisan dinding sel bakteri yang berbeda.
Tabel 2. Karakteristik morfologis BAL penelitian
Jenis
isolate
Warna
koloni
Pewarnaan
gram
Uji
katalase
morfologi
DFY 1
DFY2
DFY3
DFY4
DFY5
DFY6
DFY7
DFY8
DFY9
DFY10
Putih susu
Putih susu
Putih susu
Putih susu
Putih susu
Putih susu
Putih susu
Putih susu
Putih susu
Putih susu
Gram positif
Gram positif
Gram positif
Gram positif
Gram positif
Gram positif
Gram positif
Gram positif
Gram positif
Gram positif
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Bulat, bentuk sel batang pendek
Batang, susunan tunggal rantai
pendek
Batang, susunan tunggal rantai
pendek
Batang, susunan tunggal rantai
pendek
Bulat, bentuk sel batang pendek
Bulat, bentuk sel batang pendek
Bulat, bentuk sel batang pendek
Bulat, bentuk sel batang pendek
Bulat, bentuk sel batang pendek
Bulat, bentuk sel batang pendek
Menurut Sneath et al, (1986) dan Hayakawa (1992), kelompok bakteri
asam laktat yang berbentuk batang (rod) termasuk juga kokobasili dan batang
kurus, katalase negative, tergolong Lactobacillus. Sedangkan bakteri yang
berbentuk bulat dengan susunan rantai panjang maupun pendek termasuk kedalam
genus Streptococcus (Fardiaz 1992).
Bakteri asam laktat bersifat non motil dan menghasilkan berbagai senyawa
metabolit lainnya disamping asam laktat. Uji katalase merupakan salah satu uji
untuk mengidentifikasi mikroba yang mampu menghasilkan enzim katalase yang
digunakan untuk memecah hydrogen peroksida yang terbentuk dari proses
respirasi aerob dan bersifat toksik terhadap bakteri, menjadi dihidrogen oksida
(H2O) dan oksigen (O2) yang tidak bersifat toksik lagi. Hasil uji katalase isolate
penelitian memperlihatkan semuanya negative. Djide dan Wahyudin (2008)
menjelaskan bahwa reaksi katalase menunjukkan hasil positif bila terbentuk
gelembung udara yang mengindikasikan terbentuknya gas O2 dan hasil negatif
jika tidak menunjukkan adanya gelembung gas. Hasil uji katalase terhadap ke-10

23
isolat menunjukkan hasil negatif untuk semua isolat, tidak terdapat gelembung gas
pada H2O2 yang telah disuspensikan dengan isolat bakteri, tampak pada tabel 2.
Hal ini menunjukkan bahwa isolat bakteri asam laktat tersebut bersifat
homofermentatif (Djide dan Wahyudin, 2008).
4.4. Kurva tumbuh BAL
Penggunaan isolate BAL dapat dilakukan dengan isolat tunggal ataupun
campuran. BAL dengan kultur tunggal kemungkinan bisa kurang efektif, tetapi
pengaruh yang dihasilkan akan mudah dipelajari. BAL dengan kultur campuran
kemungkinan lebih efektif kalau terjadi sinergi antar isolat dan adanyasimbiosa
mutualisma dengan inang. Akan tetapi juga bisa kurang efektif bila terjadi
persaingan antar kultur. Pada penelitian ini untuk menentukan kultur tunggalnya
dapat diketahui dari pola pertumbuhan isolatnya. Proses fermentasi sangat
dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan bakteri asam laktat. Beberapa faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan asam laktat adalah kadar garam,
suhu, pH dan tersedianya karbohidrat sebagai sumber makanan Pelczar dan Chan
(2005). Untuk pertumbuhan yang ideal bagi bakteri asam laktat perlu dibuat suatu
kondisi yang optimal. Kurva tumbuh BAL bertujuan mengetahui fase logaritmik
pertumbuhan BAL yang merupakan fase untuk pengujian. Untuk mengetahui
kurva tumbuh kultur atau isolate di inkubasi selama 48 jam pada suhu 370C
kemudian disebar mulai 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 24 jam. Rataan waktu pertumbuhan
BAL penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 5.
Tabel 3. Rataan TPC pertumbuhan BAL penelitian (CFU/g)
Waktu (jam) Jumlah bakteri
Isolat DYF1
Jumlah bakteri
Isolat DYF2
Jumlah bakteri
Isolat DYF5
0
1
2
3
4
5
6
24
62 x 106
46 x 106
50 x 106
152 x 106
582 x 106
273 x 106
612 x 106
20 x 106
70 x 106
58 x 106
105 x 106
239 x 106
432 x 106
266 x 106
722 x 106
52 x 106
83 x 106
33 x 106
62 x 106
140 x 106
488 x 106
169 x 106
659 x 106
40 x 106

24
Puncak pertumbuhan bakteri asam laktat yang diamati terjadi pada jam
keempat dengan jumlah bakteri isolat DFY1, DFY2 dan DFY5 masing-masing
adalah 588 x 106
, 432 x 106
dan 488 x 10
6 CFU/g dan jam ke 6 masing-masing
dengan jumlah bakteri 611 x 106
, 722 x 10
6, 659 x 10
6 CFU/g kemudian menurun
sampai jam ke 24.
Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa pertumbuhan bakteri DFY1lebih
tinggi dibandingkan dengan DFY2 dan DFY5. Dari gambar 3 diatas terlihat
bahwa fase pertumbuhan BAL terdiri dari 3 fase yaitu fase lag, fase eksponensial,
fase stasioner dan fase kematian (Urnemi dkk, 2012). Pada fase lag peningkatan
jumlah bakteri berlangsung lambat hal ini disebabkan bakteri sedang melakukan
proses aklimatisasi terhadap kondisi lingkungan (pH, suhu dan nutrisi). Fase lag
pada BAL potensial penelitian terjadi selama jam ke-0 sampai jam ke-4. Fase
selanjutnya adalah fase eksponensial yang merupakan fase dimana pertumbuhan
bakteri berlangsung sangat cepat. Pada pertumbuhan isolate BAL DFY1, 2 dan 5
fase eksponensial terjadi pada jam ke 4 sampai jam ke 7. Fase berikutnya adalah
fase stasioner pada fase ini tidak terjadi penambahan bakteri karena jumlah sel
yang tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Fase pertumbuhan stasioner
terjadi mulai jam ke-8 sampai jam ke-24. Penurunan ini disebabkan karena nutrien
dalam media dan cadangan energy mulai menipis.
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1 2 3 4 5 6 7 8
Ju
mla
h b
ak
teri
( x 1
06
) C
FU
/g
Waktu (jam)
Isolat
DYF1
Isolat
DYF2
Isolat
DYF5
Gambar 5. Kurva Pertumbuhan BAL

25
4.5. Uji Ketahanan BAL terhadap garam empedu
Mikroflora normal yang terdapat di dalam saluran pencernaan dan
mempunyai ketahanan yang bervariasi terhadap garam empedu salah satunya
adalah Lactobacillis. Ketahanan terhadap garam empedu merupakan prasarat
suatu isolat untuk dapat membentuk koloni dan melakukan aktivitas metabolism
pada inang (Havenaar et al, 1992). Uji ketahanan BAL terhadap garam empedu
diuji menggunakan larutan Oxgall Bile (GE) pada konsentrasi 0.3 % dan 0.5 %
dengan lama waktu 0 dan 3 jam.. Sebagai kontrol diuji BAL yang ditumbuhkan
hanya pada media MRS. Pertumbuhan isolate ditandai dengan adanya endapan
pada medium dan medium berubah warna menjadi keruh. Hasil uji terhadap
garam empedu tampak pada Gambar 6 dibawah ini.

26
Gambar 6. Hasil uji ketahanan isolatDFY1 terhadap garam empedu

27
Hasil rataan uji ketahanan hidup isolate BAL DFY1 pada kondisi adanya
garam empedu disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji ketahanan isolate DFY1 terhadap garam empedu (koloni)
Kode
isolate
MRS MRS +0.3% GE MRS+0.5% GE
Inkubasi
0 jam 3 jam
Inkubasi
0 jam 3 jam
Inkubasi
0 jam 3 jam
DFY1
10 -5
112/112 222/237 150 /173 238 / 240 205 / 212 199 / 210
10 -6
17/27 47 / 62 16 / 18 36 / 40 45 /50 45 / 44
10 -7
1/2 5 / 8 1 / 3 3 / 4 3 / 5 4 /6
Isolat DFY1 mampu bertahan hidup dan tumbuh pada medium yang
mengandung garam empedu sintetik (Oxgall Bile) dengan konsentrasi 0.3% dan
0.5% setelah 3 jam inkubasi. Isolat yang di uji sampai pengenceran 10-6
masih
dapat bertahan hidup pada medium yang mengandung Oxgall bile 0.5%. penelitian
Iniguez-Palomares et al. (2007) melaporkan bahwa isolat BAL tidak memiliki
resistensi terhadap CPBS (conjugated porcine bile salts) pada konsentrasi lebih
dari 0.1 % garam empedu. Empedu yang dikeluarkan di usus halus dapat merusak
bakteri karena efeknya dalam menghancurkan membran sel. Untuk beberapa
bakteri, seperti bakteri asam laktat yang memiliki enzim hidrolase (BSH = bile
salt hydrolase) yang bekerja terhadap garam empedu, sehingga BAL memiliki
kemampuan menghidrolisis garam empedu dan mengurangi kelarutannya. Untuk
meningkatkan viabilitas bakteri agar dapat melalui saluran pencernaan bagian
atas dapat dilakukan dengan metode enkapsulasi bakteri dengan alginat dan susu
skim (Chavarri et al. 2010).
4.6. Uji antagonis Bal dengan Salmonella, E. Coli, B. Cereus dan S. Aureus
Uji antagonis BAL bertujuan untuk melihat aktivitas antagonis BAL hasil
isolasi durian fermentasi terhadap empat bakteri patogen sebagai indicator bakteri
yaitu salmonella typhimurium (ATCC 14028), Escherichia coli (ATCC 25922),
Bacillus cereus dan Staphylococcus aureus (ATCC 25923) berupa zona hambat.
Daya hambat suatu senyawa anti bakteri dapat diketahui dengan melakukan uji

28
antagonis menggunakan difusi sumur agar. Metode ini sering digunakan untuk
penentuan jenis senyawa antibakteri yang dihasilkan. Aktivitas hambatan terhadap
pertumbuhan bakteri patogen yang diujikan tampak sebagai zona bening
disekeliling sumur agar. Hasil pengukuran uji antagonis BALpotensial sebagai
antimikroba ditampilkan pada Tabel 5 dan Gambar 7.
Tabel 5. Hasil pengukuran uji antagonis isolate DFY1 sebagai antimikroba pada pH 4.37 dan pH 6.
Jenis bakteri patogen
Diameter zona hambat (cm)
Pada pH 4.37 Pada pH 6
Lingkaran
sumur
Lingkaran
zona bening
Ling.sumur Lingkaran
zona bening
P1 P 2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
Bacillus cereus
S almonella
typhimurium
Esceria coli
Staphylococcus
aureus
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
1.3
1.3
1.1
1.2
1.2
1.3
1.1
1.2
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
1.2
1.1
1
1.1
1.1
1.1
1
1.1

29
Gambar 7. Lingkaran sumur dan zona bening isolat DFY1
pada uji terhadap beberapa bakteri patogen
Kriteriapenting yang digunakan untuk memilih isolat BAL yang akan
digunakan sebagai agensia probiotik adalah kemampuannya untuk menghambat
pertumbuhan bakteri patogen enterik yang menjadi penghuni saluran pencernaan.
Harimurti, et al. (2007) menggunakan Escherichia coli (gram negatif) sebagai
indikator bakteri enterik. Sementara itu Sari (2012) menggunakan bakteri
Staphylococcus aureus (gram positif) sebagai bakteri uji. Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus digunakan sebagai bakteri uji dalam penelitian ini
berdasarkan perbedaan gramnya. Sebagaimana diketahui, bakteri gram negatif dan
bakteri gram positif memiliki komponen dinding sel yang berbeda, sehingga
dalam proses penghambatan pertumbuhannyapun berbeda. Surono (2004)
menjelaskan bahwa beberapa jenis bakteri asam laktat menghasilkan bakteriosin,
suatu peptida yang bersifat antibakteri, toksin yang berupa protein yang dapat
mencegah pertumbuhan bakteri.
Hasil penelitian pada isolate DFY1 menunjukkan diameter zona hambat yang
tinggi yaitu mencapai 1 – 1.3 cm. Diameter zona hambat hasil penelitian ini jauh lebih

30
tinggi dibandingkan dengan yang didapat oleh Urnemi dkk (2012) dan Yulia dkk (2013)
pada isolate BAL asal fermentasi kakao varietas Trinitario/hibrida berkisar 27.00–32.50
mm dan 9.5-18 mm. Isolate DFY1 merupakan BAL paling potensial pada uji
antimikrobial karena memiliki zona hambat yang tinggi. Hasil uji daya hambat pada
penelitian ini sesuai dengan Surono (2004) yang menyatakan bahwa kebanyakan
bakteriosin yang dihasilkan oleh probiotik bersifat bakterisidal yaitu membunuh bakteri
dan bukan hanya menghambat, sebagai akibat dari hilangnya kemampuan potensi
membran.
Bakteri asam laktat digunakan sebagai probiotik untuk meningkatkan mikrobiota
normal usus inangnya karena kemampuannya menghasilkan berbagai zat antimikroba
termasuk asam laktat, alkohol, karbondioksida, diasetil, hydrogen peroksida, bekteriosin
dan metabolit lainnya (( Gaggia et al. 2010). Nouri et al. (2010) dan Heravi et al.
(2011), menyatakan bahwa Isolat-isolat BAL menunjukkankemampuan untuk
menghambat pertumbuhan patogen kemungkinan melaluikompetisi sel dalam
mendapatkan tempat dan makanan, penurunan pH lingkungandan produksi asam
organik atau bakteriosin. Asam organik yang dihasilkan olehBAL seperti asam
laktat dan asam asetat menghambat pertumbuhan bakteripatogen karena
kemampuan asam dalam bentuk tidak terdisosiasi menembusmembran sitoplasma,
sehingga menghasilkan pH intraseluler yang rendah danmengganggu proton motif
force transmembran (Alakomi et al. 2000).
4.7. Identifikasi BAL Potensial Durian Fermentasi 16S rRNA dengan
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Hasil uji PCR terhadap isolate BAL DFY1 asal fermentasi durian
menunjukkan intensitas fragmen yang dihasilkan tinggi dan layak digunakan
untuk kegiatan sekuensing. Identifikasi BAL dengan PCR sangat berpotensi
digunakan untuk mengetahui jenis bakteri asam laktat yang berperan pada
fermentasi durian tersebut. Penjajaran sekuen nukleotida 16S rRNA isolate
DFY1(1337 basa) dengan sekuen database GenBank terlihat menunjukkan bahwa
isolate DFY1 memiliki kemiripan dengan spesies lactobacillus (Tabel 5). Hasil
amplifikasi gen 16S rRNA dengan Polymerase Chain Reaction (PCR)
dibandingkan dengan analisis BLAST sekuen DNA. Analisis BLAST dilakukan
dengan tujuan membandingkan data sekuen yang dimiliki dengan sekuen-sekuen
dari berbagai penjuru dunia dari bakteri yang didepositkan pada database atau gen

31
bank sekuen publik. Analisis BLAST dilakukan secara online pada website NCBI
http://www.ncbi.nlm.nih.gov.Jenis ini memiliki kemampuan memproduksi anti
mikroba yang dapat menghambat berbagai bakteri pathogen.
Beberapa makanan tradisional Indonesia dari produk fermentasi memiliki
potensi sebagai probiotik, misalnya dadih dari Sumatra Barat. Lactococcus lactis
ssp lactis R-22, leuconostoc paramesenteroides R-51, Leuconostoc
paramesentroides R-26 dan Lactobacillus casei ssp R-52 adalah galur dari hasil
isolasi dadih yang diketahui memenuhi syarat sebagai probiotik (Surono 2004).
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa isolate terpilih mempunyai kemiripan 99%
dengan lactobacillus sp.
Tabel 6. Hasil analisis BLAST sekuen DNA pada isolate DFY1.
Accession Number (nomor aksesi)
Maksimum
skor
Hasil identifikasi
JX193619.1
AB362769.1
KJ802481.1
S 2172
S 2170
S 2167
Lactobacillus sp T2R2C12 (99%)
Lactobacillus plantarum strain NRIC 1960
(99%)
Lactobacillus praplantarum strain RTA-18
1960 (99%)

32
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil dan pembahas dapat diambil kesimpulan sebagaiberikut :
Ditemukan isolate BAL potensial probiotik dari durian fermentasi asal Jambi jenis
durian local (DFY1), stabil pada pH 4.37 dan 6. Menggunakan metode
pengkulturan didapatkan jumlah BAL pada pengenceran 10-9
adalah 6,2 x 106
CFU/g dan dari serangkaian uji kandidat BAL didapatkan isolat DFY1
mempunyai sifat probiotik yaitu, mempunyai aktivitas antimikroba terhadap
bakteri pathogen (salmonella typhimurium, ATCC 14028; Escherichia coli
,ATCC 25922; Bacillus cereus dan Staphylococcus aureus, ATCC 25923) dan
tahan terhadap 0.3 dan 0.5% garam empedu. Dengan menggunakan sekuen 16S
rDNA isolat BAL teridentifikasi sebagai Lactobacillus sp, Lactobacillus
plantarum strain NRIC, Lactobacillus praplantarum strain RTA-18 , walaupun
demikian ketiganya
Saran
Untuk mendapatkan probiotik yang tahan terhadap lingkungan pencernaan
ruminansia sebagai rumen modifier perlu diaplikasikan lebih lanjut. Pemberian
probiotik perlu diperhatikan dosis yang tepat dan aplikasikan pada ternak
ruminansia secara in vitro dan in vivo.

33
DAFTAR PUSTAKA
Alakomi HL, Skytta E, Saarela M, Mattila-Sandholm T, Latva-Kala K, Helander
IM. 2000. Lactic acid permeabilizes gram-negative bacteria by disrupting
the outer membrane. Appl Environ Microb, 66:2001-2005.
Amin, M.A., Zakiah, J., & Khim, Ng. L. (2004). Effect of salt on tempoyak
fermentation and sensory evaluation. Journal of Biology Science, 4, 650-
653.
Amiza, M.A., Zakiah, J., Khim, Ng L., & Lay K.W. (2006). Fermentation of
tempoyak using isolated tempoyak culture Research Journal of
Microbiology, 1,243-254.
Arora, S. P. 1989. Microbes Digestion in Ruminant. 2nd ed. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Battcock, M., & Ali, S.A. (1998). Fermented fruits and vegetables, a
globalperspective FAO Agricultural Services Bulletin No 134, Rome,
Italy.
Chavarri, M, Marano I, Ares R, Ibanez FC, Marzo F, Villaran MC. 2010.
Microencapsulation of a probiotic and prebiotic in alginate-chitosan
capsules improves survival in stimulated gastro-intestinal conditions. Int J
Food Microbiol. 142: 185-189.
Djide, M.N dan E. Wahyuddin. 2008. Isolasi Bakteri Asam Laktat dari Air Susu
Ibu dan Potensinya dalam Penurunan Kadar Kolesterol Secara In-vitro.
Majalah Farmasi dan Farmakologi. Vol 12 (3).
FAO/WHO. 2002. Joint FAO/WHO Working Group Report on Drafting
Guidelines for the Evaluation of Probiotics in Food. London.
Fuller, R. 2002. Probiotic. What They are and What They Do. http://D: Probiotic.
What they and what do. Htm 1.
Gaggia F, Mattarelli P, Biavati B. 2010. Review : Probiotics and prebiotics in
animal feeding for safe food production. Int J of Food Microbiol.
141:S15–S28.
Gandjar, I. (2000). Fermentations of the far east. In RK Robinson,.C.A. Batt P.D.
Patel, (eds). Encyclopedia of Food Microbiology. New York: Academic
Press. 767-773.
General Laboratory Procedures. 1966. Department of Dairy Science. University of
Wisconsin. Madison.
Heravi RM, Kermanshahi H, Sankian M, Nassiri MR, Moussavi AH, Nasiraii LR,
Varasteh AR. 2011. Screening of lactobacilli bacteria isolated
fromgastrointestinal tract of broiler chickens for their use as probiotic.
African J. of Microbiol. Res. 5:1858-1868.
Hungate, R.E. 1966. The Rumen and It’s Mikrobes. Department of Bacteriology
and Agriculture Experiment Station University of California. Davis
California Academy Press. London.
Iniguez-Palomares C, Perez-Morales R, Acedo-Felix E. 2007. Evaluation of
probiotic properties in Lactobacillus isolated from samll intestine of
piglets. Microbiologia: 49:46-54.

34
Ketsa, S. & Daengkanit, T. (1998). Physiological changes during postharvest
ripening of durian fruit (Durio zibethinus Murray), The Journal of
Horticultural Science & Biotechnology, 73, 575-577.
Leisner, J.J., Vancanneyt, M., Rusul, G., Pot, B., Lefebvre, K., Fresi, A., & Tee,
LK. (2001). Identification of lactic acid bacteria constituting the
predominating microflora in acid-fermented condiment (tempoyak)
popular in Malaysia. International Journal of Food Microbiology, 63,149-
157.
Leisner, J.J., Vancanneyt, M., Lefebvre, K., Vandemeulebroecke, K., Hoste, B.,
Vilalta, N.E., Rusul, G., & Swings, J. (2002). Lactobacillus durianis
sp.nov., isolated from an acid-fermented condiment (tempoyak) in
Malaysia. International Journal of. Systematic and Evolutionary
Microbiology, 52, 927-931.
Mahdavi, A.H., H.R. Rahmani and J. Pourezza. 2005. Effect of probiotic
supplements on egg quality and laying henn’s performance. International
Journal of Poultry Science. 4 (7): 488-492.
Mansoub, N.H. 2010. Effect of probiotic bacteria utilization on serum cholesterol
and triglycerides contents and perormance of broiler chickens. Global
Veterinaria. 5 (3): 184-186.
Mardalena, L. Warly, E. Nurdin, R.W.R. Ningrat and S. Novianti. 2013. Feed
Supplement Evaluation of Pineapple Rind ((Ananas comosus L. Merr) and
Micro Mineral as Antioxidant Source to Rumen Fermentation of Etawah
Dairy Goats. J. Ind. Trop. Animal Agric. (Proses Terbit).
Marthen ML. Poppi DP and Stuart RM. 2009. Kuantifikasi efisiensi sintesis
protein mikroba rumen pada sapi jantan yang mengkonsumsi rumput tropis
segar. JITV14(2): 110-117.
McDonald, P., R.a. Edwards and J.F.D. Greenhalgh. 2002. Animal Nutrition. 5th
Ed. Longman. London.
Miller, T.L and M.J. Wollin. 2001. Inhibition of growth of methane-producing
bacteria of the ruminant forestomach by hydroxymethylglutaryl-SCoA
reductase inhibitors. J. Diry Sci. 84:1445-1448.
Nouri M, Rahbarizadeh F, Ahmadvand D, Moosakhani F, Sadeqzadeh E,
Lavasani S, Vishteh VK. 2010. Inhibitory effects of Lactobacillusalivarius
and Lactobacillus crispatus isolated from chicken gastrointestinal tract on
Salmonella enteritidis and Escherichia coli growth. Iranian J of
Biotechnol, 8: 32-37.
Nur, H. S., 2005, Pembentukan asam organik oleh isolat bakteri asam laktat pada
media ekstrak daging buah durian (Durio zibethinus Murr.). Bioscientiae,
Volume 2, Nomor 1: 15-24
Okade, S. 2003. Lactic acid bacteria of plant origin; Characteristic and
application. Proceedings. The 2nd
Asia Confrence of Lactic Acid Bacteria,
Taipei. 14-15.
O’sullivan, L., R.P., C. Ross and C. Hill. 2002. Potential of bactriocin-producing
lactic acid bacteria for improvements in food safety and quality
Biochemic. Elsevier. 593-604.
Purwati, E., S Syukur dan Z. Hidayat. 2005. Lactobacillus sp. Isolasi dari
Biovicophitomega sebagai Probiotik. Di dalam Prooceding LIPI, Jakarta. Sas User’r. 1985. Guide: Statistics. Ed. Joyner SP. Sas Institute Inc.

35
Stanton, C., G. Gardiner, H. Meehan, K. Collins, G. Fitzgerald, P.B. Lynch and
R.P. Ross. 2001. Market potential for probiotics. A.m Journal Clin. Nutr.
73: 476-483s.
Steel RGD, Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan
Biometrik.Sumantri B, Penerjemah. Jakarta: Gramedia. Terjemahan dari:
Principle and Procedures of Statistics.
Syukur, S, Urnemi, E. Purwati, Jamsari and Fajrul. 2011. Screening and in vitro,
protease activities from lactic acid bacteria associated wioth green cacao
fermentation in West Sumatera, in Proceeding International Seminar
Microbiology and Deseases. Yokohama, Japan. 15-20.
Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Bogor. Departemen
Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Surono, I.S. 2004. Probiotik, Susu Fermentasi dan Kesehatan. PT Zitri. Cipta
Karya, Jakarta.
Tahir, I., S. Sumarsih, dan S. D. Astuti. 2008. Kajian Penggunaan Limbah Buah
Nenas Lokal (Ananas comosus, L) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Nata.
Seminar Nasional Kimia XVIII, Jurusan Kimia FMIPA UGM,
Yogyakarta.
Tiley JMA. and Terry RA. 1966. A two stage technique for the in vitro digestion
of forage crop. Journal of British Grassland 18 : 104 – 111
Urnemi, S. Syukur, E. Purwati, I. Sanusi, Jamsari. 2012. Potensi bakteri asam
laktat sebagai kandidat probiotik penghasil bakteriosin terhadap mikroba
pathogen asal fermentasi kakao varietas Criollo. Jurnal Riset teknologi
Industri (LIPI). Vol. 6. No.13.
Yunenshi, F., S. Syukur dan E. Purwati. Pengaruh pemberian probiotik
Pediococcus pentosaceus asal fermentasi kakao hibrid terhadap penurunan
kolesterol telur itik pitalah. Masters Thesis. Program Pasca Sarjana
Universitas Andalas. Padang.
Yulia D, Sumaryati S dan Jamsari. 2013. Isolasi, karakterisasi dan identifikasi
DNA bakteri asam laktat (BAL) yang berpotensi sebagai antimikroba dari
fermentasi kakao varietas hybrid (Trinitario). Jurnal kimia Unand,
Padang.Volume 2 (2): 92-102.
Yurleni, R. Priyanto, E. Gurnadi dan K.G. Wiryawan. 2013. The effect of
protected lemuru fish oil on rumen microbes and its fermentation in
buffaloes and cattle. Jurnal Veteriner volume 14, No.3. Edisi
September2013. (Akan diterbitkan).

36
LAMPIRAN
Sequences producing significant alignments:
Select for downloading
or viewing reports Description
Max
score
Total
score
Query
cover
E
value Ident Accession
1 Select seq
gb|JX193619.1|
Lactobacillus sp.
T2R2C12 16S ribosomal
RNA gene, partial
sequence
2172 2172 99% 0.0 97% JX193619.1
2 Select seq
dbj|AB362769.1|
Lactobacillus plantarum
gene for 16S rRNA,
partial sequence, strain:
NRIC 1960
2170 2170 99% 0.0 97% AB362769.1
3 Select seq
gb|KJ802481.1|
Lactobacillus
paraplantarum strain
RTA-8 16S ribosomal
RNA gene, partial
sequence
2167 2167 99% 0.0 97% KJ802481.1
4 Select seq
gb|KJ779100.1|
Lactobacillus plantarum
strain MG26 16S
ribosomal RNA gene,
partial sequence
2167 2167 99% 0.0 97% KJ779100.1
5 Select seq
gb|KJ784537.1|
Lactobacillus sp. SMG67
16S ribosomal RNA
gene, partial sequence
2167 2167 99% 0.0 97% KJ784537.1
6 Select seq
dbj|AB733108.1|
Lactobacillus plantarum
gene for 16S rRNA,
partial sequence, strain:
CIF17AN2
2167 2167 99% 0.0 97% AB733108.1
7 Select seq
gb|JX232290.1|
Lactobacillus plantarum
strain P86 16S ribosomal
RNA gene, partial
sequence
2167 2167 99% 0.0 97% JX232290.1

37
Lactobacillus sp. T2R2C12 16S ribosomal RNA gene, partial sequence
Sequence ID: gb|JX193619.1|Length: 1533Number of Matches: 1
Related Information
Range 1: 73 to 1380GenBankGraphics Next Match Previous Match First Match
Alignment statistics for match #1
Score Expect Identities Gaps Strand Frame
2172 bits(2408) 0.0() 1295/1330(97%) 23/1330(1%) Plus/Plus
Features:
Query 7
TTGATTGGTGCTTGCATCATGATTTACATTTGAGTGAGTGGCGAACTGGTGAGTAACACG 66
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sbjct 73
TTGATTGGTGCTTGCATCATGATTTACATTTGAGTGAGTGGCGAACTGGTGAGTAACACG 132
Query 67
TGGGAAACCTGCCCAGAAGCGGGGGATAACACCCTGGAAACAGATTGCTAATACCGCATA 126
||||||||||||||||||||||||||||||||| |||||||||||
||||||||||||||
Sbjct 133 TGGGAAACCTGCCCAGAAGCGGGGGATAACACC-TGGAAACAGAT-
GCTAATACCGCATA 190
Query 127
ACAAATTTGGCCCGCATGGTCCGGGTTTGAAAAAATGGTTTGGGCTATCACTTTTGGATG 186
|||| || || ||||||||||||||||||||| | ||| ||
||||||||||||||||||
Sbjct 191 ACAACTT-GGACCGCATGGTCCGGGTTTGAAAGA-
TGGCTTCGGCTATCACTTTTGGATG 248
Query 187
GTCCCCGCGGCGTATTAGCTAGATGGTGAGGTAACGGCTCCCCCATGGCAATGATACGTA 246
||||| |||||||||||||||||||||||||||||||||| ||
||||||||||||||||
Sbjct 249 GTCCC-GCGGCGTATTAGCTAGATGGTGAGGTAACGGCTCACC-
ATGGCAATGATACGTA 306

38
Lactobacillus plantarum gene for 16S rRNA, partial sequence, strain: NRIC 1960
Sequence ID: dbj|AB362769.1|Length: 1505Number of Matches: 1
Related Information
Range 1: 31 to 1339GenBankGraphics Next Match Previous Match First Match
Alignment statistics for match #1
Score Expect Identities Gaps Strand Frame
2170 bits(2406) 0.0() 1294/1330(97%) 22/1330(1%) Plus/Plus
Features:
Query 7
TTGATTGGTGCTTGCATCATGATTTACATTTGAGTGAGTGGCGAACTGGTGAGTAACACG 66
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sbjct 31
TTGATTGGTGCTTGCATCATGATTTACATTTGAGTGAGTGGCGAACTGGTGAGTAACACG 90
Query 67
TGGGAAACCTGCCCAGAAGCGGGGGATAACACCCTGGAAACAGATTGCTAATACCGCATA 126
||||||||||||||||||||||||||||||||| |||||||||||
||||||||||||||
Sbjct 91 TGGGAAACCTGCCCAGAAGCGGGGGATAACACC-TGGAAACAGAT-
GCTAATACCGCATA 148
Query 127
ACAAATTTGGCCCGCATGGTCCGGGTTTGAAAAAATGGTTTGGGCTATCACTTTTGGATG 186
|||| |||| |||||||||||| |||||||| | ||| ||
||||||||||||||||||
Sbjct 149 ACAACATTGGACCGCATGGTCCGAGTTTGAAAGA-
TGGCTTCGGCTATCACTTTTGGATG 207
Query 187
GTCCCCGCGGCGTATTAGCTAGATGGTGAGGTAACGGCTCCCCCATGGCAATGATACGTA 246
||||| |||||||||||||||||||||||||||||||||| ||
||||||||||||||||
Sbjct 208 GTCCC-GCGGCGTATTAGCTAGATGGTGAGGTAACGGCTCACC-
ATGGCAATGATACGTA 265

39
Lactobacillus paraplantarum strain RTA-8 16S ribosomal RNA gene, partial sequence
Sequence ID: gb|KJ802481.1|Length: 1522Number of Matches: 1
Related Information
Range 1: 73 to 1380GenBankGraphics Next Match Previous Match First Match
Alignment statistics for match #1
Score Expect Identities Gaps Strand Frame
2167 bits(2402) 0.0() 1294/1330(97%) 23/1330(1%) Plus/Plus
Features:
Query 7
TTGATTGGTGCTTGCATCATGATTTACATTTGAGTGAGTGGCGAACTGGTGAGTAACACG 66
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sbjct 73
TTGATTGGTGCTTGCATCATGATTTACATTTGAGTGAGTGGCGAACTGGTGAGTAACACG 132
Query 67
TGGGAAACCTGCCCAGAAGCGGGGGATAACACCCTGGAAACAGATTGCTAATACCGCATA 126
||||||||||||||||||||||||||||||||| |||||||||||
||||||||||||||
Sbjct 133 TGGGAAACCTGCCCAGAAGCGGGGGATAACACC-TGGAAACAGAT-
GCTAATACCGCATA 190
Query 127
ACAAATTTGGCCCGCATGGTCCGGGTTTGAAAAAATGGTTTGGGCTATCACTTTTGGATG 186
|||| || || |||||||||||| |||||||| | ||| ||
||||||||||||||||||
Sbjct 191 ACAACTT-GGACCGCATGGTCCGAGTTTGAAAGA-
TGGCTTCGGCTATCACTTTTGGATG 248
Query 187
GTCCCCGCGGCGTATTAGCTAGATGGTGAGGTAACGGCTCCCCCATGGCAATGATACGTA 246
||||| |||||||||||||||||||||||||||||||||| ||
||||||||||||||||
Sbjct 249 GTCCC-GCGGCGTATTAGCTAGATGGTGAGGTAACGGCTCACC-
ATGGCAATGATACGTA 306