LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

37
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK) STUDI ETNOFARMAKOLOGI DAN DISTRIBUSI PENGETAHUAN TENTANG PEMANFAATAN TANAMAN OBAT MASYARAKAT BOGOR Oleh : MUSHODDIK, M.Pd (NIDN. 0308048701/Ketua) HUSNIN NAHRY YARZA, M.Pd (NIDN. 0302069002/Anggota) NOMOR KONTRAK PENELITIAN 364/F.03.07/2018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA 2019

Transcript of LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

STUDI ETNOFARMAKOLOGI DAN DISTRIBUSI PENGETAHUAN TENTANG

PEMANFAATAN TANAMAN OBAT MASYARAKAT BOGOR

Oleh :

MUSHODDIK, M.Pd (NIDN. 0308048701/Ketua)

HUSNIN NAHRY YARZA, M.Pd (NIDN. 0302069002/Anggota)

NOMOR KONTRAK PENELITIAN 364/F.03.07/2018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2019

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

i

HALAMAN PENGESHAN PENELITIAN DOSEN PEMULA (PDP)

Judul Penelitian : Studi Etnofarmakologi dan Distribusi Pengetahuan Tentang Pemanfaatan Tanaman Obat Masyarakat Bogor

Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Mushoddik, M.Pd

b. NPD/NIDN : 0308048701

c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli /IIIa

d. Fakultas/Program Studi : KIP/ Geografi

e. Nomor HP : +62 852-6389-7252 f. e-mail : [email protected]

Anggota Peneliti I

a. Nama Lengkap : Husnin Nahry Yarza, M.Pd

b. NPD/NIDN : 0302069002

c. Fakultas/Program Studi : KIP/Biologi

Lama Penelitian : 1 Tahun

Luaran Penelitian 1. Publikasi Internasional Confrence

Luaran tambahan 2. HAKI

Biaya Penelitian Rp. 12.000.000;

Mengetahui Jakarta, 15 Juni 2019 Ketua Program Studi

(Dr. Moh. Balya Ali Sya’ban, M.Pd) NIDN. 0311087605

Ketua Peneliti

(Mushoddik, M.Pd) NIDN. 0308048701

Menyetujui Dekan FKIP UHAMKA

(Dr. Desvian Bandarsyah, M.Pd) NIDN. 0317126903

Ka. Lemlitbang UHAMKA

(Prof.Dr. Suswandari, M.Pd NIDN. 0020116601

Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

ii

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

iii

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

iv

RINGKASAN

Pengetahuan tentang tumbuhan obat dianggap penting untuk saat ini dan masa yang akan

datang. Pengobatan tradisional dengan tumbuhan obat merupakan pengobatan yang efektif,

efesien, aman, dan ekonomis. Pemanfaatan tanaman untuk pengobatan dan pemeliharaan

kesehatan sejalan dengan upaya back to nature yang kini digemari bahkan oleh bangsa barat.

Melihat hal tersebut maka upaya konservasi terhadap tumbuhan obat perlu dilakukan. Maka

dari itu perlu dilakukan pendataan mengenai tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat.

mengetahui penggunaan jenis-jenis tanaman obat dan pengolahannya serta mengetahui

pengetahuan etnofarmakologi masayarakat di Bogor. Penelitian dan proses identifikasi

dilakukan dari bulan Juni-September 2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

yang dilakukan dengan metode Informant Consensus Factor dengan cara wawancara. Teknik

pemilihan responden dilakukan dengan metode purposive sampling. Identifikasi tanaman

dilakukan di Herbarium Bogoriense. Hasil penelitian menunjukkan tercatat 48 jenis tanaman

berkhasiat obat dari 32 famili yang digunakan oleh masyarakat lokal untuk mengobati berbagai

macam penyakit. Bagian tumbuhan yang banyak digunakan sebagai obat adalah bagian daun,

akar, rimpang, batang, buah, bunga dan seluruh bagian tanaman. Pengolahan tanaman

berkhasiat obat menggunakan cara sederhana yakni dengan ditumbuk atau diparut, dipanaskan

dengan api atau dilayukan, direbus, direndam dan digunakan langsung tanpa proses pemasakan

atau perebusan.

Kata kunci: Tanaman obat, Etnofarmakologi, Konservasi, Bogor

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................................

IDENTITAS USULAN PENELITIAN .......................................................................

RINGKASAN .............................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................................

B. Perumusan Masalah ..........................................................................................

C. Tujuan ..............................................................................................................

D. Urgensi .............................................................................................................

BAB II. KAJIAN PUSTAKA .......................................................................................

A. Filogenetik Molekuler .......................................................................................

B. Ethnofarmakologi .............................................................................................

C. Analisis filogenetik ...........................................................................................

D. Peran tanaman Obat ..........................................................................................

E. Stade of the Art ..................................................................................................

F. Roadmap Penelitian ...........................................................................................

BAB III. METODE PENELITIAN ..............................................................................

A. Alur Penelitian ……………………………......................................................

B. Lokasi Penelitian ……………………………………………...........................

C. Metode Penelitian .............................................................................................

D. Subyek Penelitian .............................................................................................

E. Langkah Kerja Penelitian ...................................................................................

F. Pengumpulan Data .............................................................................................

G. Analisis Data .....................................................................................................

H. Indikator Capaian Hasil .....................................................................................

I. Fishbond Penelitian ............................................................................................

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................

A. Hasil Penelitian ...............................................................................................

B. Pembahasan .....................................................................................................

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................

i

ii

iii

v

vii

1

1

2

3

4

4

4

5

6

7

8

10

11

11

11

11

13

13

14

14

14

16

18

19

21

22

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

vi

BAB VI. LUARAN PENELITIAN ............................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................

LAMPIRAN .................................................................................................................

30

31

34

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia yang dikenal sebagai negara megadiversity, tidak hanya kaya akan

keanekaragaman flora, fauna dan ekosistemnya tetapi juga memiliki keanekaragaman suku

atau etnis dengan pengetahuan tradisional dan budaya yang berbeda dan unik. Salah satu

contoh tradisi masyarakat Indonesia yang masih hingga sekarang adalah penggunaan

sumber daya alam tumbuhan untuk keperluan adat dan pengobatan (Surata, Gata and

Sudiana, 2015). Ribuan jenis tanaman tumbuh subur hampir setiap kepulauan di Indonesia.

Diperkiran jenis flora yang ada di Indonesia adalaha ±3000-4000 species tanaman (Salim

and Munadi, 2017). Tumbuhan yang melimpah tersebut banyak dimanfaatkan untuk

ekspor, industri furniture, rumah, kertas, pakan ternak dan obat. Bagian tanarnan yang

biasa dirnanfaatkan sebagai bahan obat yaitu umbi (tuber), akar (radix), batang (ligna),

daun (folia), Bunga (fructus), biji (semen), dan sebagainya (Razaq et al., 2017; Tuasha,

Petros and Asfaw, 2018). Bagian tanaman yang sering digunakan untuk pengobatan

umumnya adalah daun dan buah (Fetati and Lassouani, 2018). Pada bagian daun banyak

terdapat senyawa metabolit sekunder yang sangat bermanfaat untuk pengobatan (Susilo

and Suciati, 2016).

Hingga kini, banyak tanaman obat yang dimanfaatkan oleh industri untuk

digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat generik. Meskipun jumlah obat generik di

pasaran cukup banyak, namun kebanyakan masyarakat Indonesia masih menyakini kasiat

obat herbal alami guna mengatasi berbagai penyakit (Salim and Munadi, 2017; Tuasha,

Petros and Asfaw, 2018). Selain untuk penyembuhan, obat herbal juga digunakan untuk

pencegahan penyakit (preventif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) serta peningkatan

kesehatan atau daya tahan tubuh (Ou‑yang et al., 2018). Selain itu, tanaman dapat juga

digunakan sebagai obat untuk mengobati berbagai penyakit pada hewan ternak. Di India,

54 jenis tanaman obat telah digunakan pribumi untuk mengobati 12 macam penyakit pada

hewan ternak diantaranya adalah Oryza sativa, Datura metel, dan Azadirachta indica

(Parthiban et al., 2016). Tanaman seperti serai, inai dan pandan merupakan tanaman yang

paling banyak dimanfaatkan untuk kesehatan dan menghilangkan bau badan di Malaysia

(Razak, Othman and Pahang, 2017).

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

2

Tradisi penggunaan tumbuhan sebagai bahan ramuan obat tradisional merupakan

tradisi dan kepercayaan yang dilakukan secara turun temurun (Brouwer et al., 2005;

Rosero-Toro et al., 2018). Kajian ilmiah pun telah banyak dilakukan oleh para peneliti

hingga kini muncullah berbagai obat generic (Walujo, 2011). Namun masih banyak lagi

senyawa aktif pada tanaman yang perlu diteliti. Pengobatan tradisional di beberapa negara

Asia seperti Singapura, Filipina dan Thailand telah berkembang dan maju, sedangkan di

Indonesia pengobatan tradisional tertinggal jauh. Hal ini ditunjukkan dalam penulisan

jenis tumbuhan obat dan makalah ilmiah internasional, Indonesia hanya menyumbang

karya ilmiah 0,0012% jauh lebih kecil dari Singapura, sedangkan Jepang menyumbang

8% (Salim and Munadi, 2017). Oleh karena itu, inventarisasi tanaman obat alami yang

masih dimanfaatkan dan dilestarikan oleh masyarakat sangat penting dilakukan dan perlu

diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia secara luas. Kegiatan ini penting untuk

dilakukan karena data yang dikumpulkan dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.

Pengetahuan tentang manfaat tanaman obat merupakan kekayaan ilmu

pengetahuan yang tinggi nilainya (Fonseca and Balick, 2018). Pengalaman tersebut

menjadi dasar berkembangnya ilmu pengobatan hingga sekarang. Pengobatan dengan

ramuan tradisional sangat beragam di setiap daerah dan suku di Indonesia. Sehingga,

karakteristik tanaman obat yang bermanfaat juga sangat beragam. Masyarakat di Provinsi

Bogor yang masih tinggal di pedesaan umumnya masih mempercayai dan menggunakan

tanaman disekitarnya sebagai pengobatan. Seperti masyrakat suku Badui yang jauh dari

sarana kesehatan seperti pukesmas masih menggunakan tanaman sebagai pengobatan

berbagai penyakit dan menjaga kesehatan tubuh (Iskandar and Iskandar, 2015).

Saat ini, banyak orang (kebanyakan yang tinggal diperkotaan) sudah jarang yang

menggunakan tumbuhan secara langsung untuk pengobatan. Sehingga masyarakat tidak

mengenali tumbuhan-tumbuhan yang bermanfaat untuk kesehatan. Oleh karena itu

tumbuhan-tumbuhan berkhasiat obat yang ada di sekitar masyarakat perlu digali kembali,

didata dan dipublikasikan untuk mendukung pengembangan tanaman obat yang tumbuh

disekitar lingkungannya. Inventarisasi jenis tumbuhan obat, potensi pemanfaatannya

sebagai tumbuhan obat, pengolahan dan cara memperoleh tumbuhan obat di masyarakat

di Provinsi Bogor belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

jenis-jenis tanaman local yang masih dimanfaatkan sebagai obat dan mengetahui tingkat

pengetahuan masyarakat tentang etnofarmakologi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah pengetahuan masyarakat umum dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai obat

tradisional.

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

3

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil perumusan masalah penelitian

sebagai berikut:

1. Tumbuhan apa sajakah yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat di Bogor?

2. Bagaimakah distribusi pengetahuan dan pemahaman jenis tanaman obat yang

dimaafaatkan oleh masyarakat di Bogor?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ethnofarmakologi dan

distribusi pengetahuan tanaman obat oleh masyarakat Bogor beserta inventarisasi jenis-

jenis tanaman obat dan penggunaannya.

D. Urgensi Penelitian

Pengetahuan tradisional selalu membentuk fondasi untuk pengembangan semua

obat-obatan modern yang berasal dari tumbuhan di seluruh dunia sebagai hasil dari tindak

lanjut ilmiah dari pengetahuan tradisional atau etnis. Bogor terletak di antara pulau

Sumatra, Jawa-barat dan Jakarta, dengan populasi penduduk mencapai 12.548.986 jiwa.

Morfologi wilayah Bogor secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu morfologi

dataran, perbukitan landai-sedang (bergelombang rendah-sedang) dan perbukitan terjal.

Variasi topografi Provinsi Bogor didukung dengan keanekaragaman hayati yang unik

ditambah dengan keragaman etnis. Bagian yang paling menarik dari kekayaan floristik di

Bogor adalah tingkat keanekaragaman tanaman endemisme yang tinggi dan berbagai jenis

vegetasi yang terkait dengan suku Sunda. Tak jarang penduduknya banyak yang

memanfaatkan produk hayati sebagai obat.

Jika dibandingkan dengan literatur tumbuhan obat yang digunakan masyarakat

Bogor dengan masyarakat lainnya di Indonesia, tanaman obat memiliki khasiat yang

berbeda dengan aktivitas yang telah diteliti. Misalnya, djalantir yang digunakan untuk

gatal karena gigitan serangga, memiliki aktivitas antimikroba (Lamrani and Rachida,

2018). Demikian juga dengan lidah buaya yang digunakan untuk menyembuhkan sakit

perut (Christaki and Florou-Paneri, 2010; Scala et al., 2013). Kemudian, daun babadotan

dimanfaatkan sebagai peluruh kemih (Kinasih, Supriyatna and Rusputa, 2013). Melihat

banyaknya pemanfaatan tumbuhan alami sebagai obat, maka menjadi sesuatu hal yang

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

4

penting untuk mengkasi etnofarmakologi tumbuhan local yang ada di Bogor. Hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai basis data dalam mengembangkan obat-obatan

yang potensial yang belum pernah diproduksi sebelumnya. Lebih lanjut, karakterisasi

pengetahuan masyarakat local dapat digunakan sebagai acuan pengembangan penelitian

dibidang farmasi.

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. State of The Art

Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada refernsi penelitian sebelumnya yang

berhubungan dengan tema penelitian ini.

Tabel 1. State of the Art Penelitan

No Referensi Penelitian Isi Penelitian 1. “An ethnobotanical study in

Midyat (Turkey), a city on the silk road where cultures meet”. Peneliti: Ali Akgul, Ayfer Akgul, Serdar G. Senol, Hasan Yildirim, Ozcan Secmen and Yunus Dogan. Jurnal: Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine Vol. 14:12 Tahun: 2018 doi 10.1186/s13002-017-0201-8

Penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan penggunaan ethnobotanical tanaman lokal dan membuat persediaan ethnobotanical tanaman langka menggunakan wawancara kualitatif. 368 spesimen tanaman digunakan sebagai sampel. Hasilnya 92 spesies tanaman yang digunakan secara tradisional di Midyat dan sekitar Turki. Di antara 92 taksa (129 penggunaan), 35% digunakan untuk keperluan medis, 22% untuk makanan, 13% untuk hewan ternak, 7% sebagai tanaman hias dan pewarna, 6% sebagai sapu, 4% untuk lateks dan sebagai wewangian, 4 % untuk teh herbal, sirup gula dan anggur, 3% untuk keperluan pertanian, dan 6% untuk tujuan lain. Penilaian komparatif menunjukkan bahwa Teucrium polium (0,51), Matricaria aurea (0,26), Alcea setosa (0,21), dan Malva neglecta (0,21) memiliki UV tercatat tertinggi, dan taksa berikut memiliki UV antara 0,10-0,20: Anthemis cotula (0,12) , Allium cepa (0,13), Alcea striata subsp. striata (0,14), Crupina crupinastrum (0,12), Papaver rhoeas (0,13), Salvia multicaulis (0,14), Thymbra spicata (0,11), dan Vicia pannonica subsp. striata (0,15). Penelitian ini menunjukkan penggunaan ethnobotanical dari 21 taksa dan penggunaan spesies endemik yaitu: Alkanna trichophila var. mardinensis, Centaurea kurdica, Centaurea stapfiana, dan Sideritis libanotica subsp. linearis. Selain itu, Thymbra sintenisii adalah spesies yang tercatat yang diklasifikasikan sebagai spesies langka dan ekstensif digunakan di wilayah tersebut (Akgul et al., 2018).

2. “Plants traditionally used to make Cantonese slow-cooked soup in China.”.

Lǎo huǒ liàng tāng (Cantonese slow-cooked soup, CSCS) adalah sejenis sop yang sangat populer sebagai makanan pembuka di Guangdong, Cina. makanan ini berfungsi

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

6

Peneliti: Yujing Liu, Qi Liu, Ping Li, Deke Xing, Huagang Hu, Lin Li, Xuechen Hu and Chunlin Long. Jurnal: Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine. Vol. 14: 4 doi:10.1186/s13002-018-0206-y

sebagai perawatan kesehatan, tanaman obat dan bahan utama CSCS. Tujuan penelitian ini untuk mendokumentasikan spesies tanaman yang digunakan untuk CSCS di Guangdong, Cina, dan mengetahui fungsi etnomedis terkait tanaman, termasuk nama lokal mereka, bagian yang digunakan, rasa, sifat, persiapan sebelum memasak, habitat, dan status konservasi. wawancara semi-terstruktur dilakukan pada 63 orang lokal dan 48 pemilik restoran sup (111 wawancara). Sebanyak 97 spesies tanaman dari 46 marga dan 90 genera tercatat telah digunakan di CSCS di daerah penelitian. Menu yang direkam terdiri dari satu atau beberapa spesies tanaman, dengan masing-masing digunakan untuk tujuan yang berbeda. Mereka diklasifikasikan menjadi 11 fungsi, dengan membersihkan panas menjadi fungsi obat yang paling umum. Dari 97 spesies, 19 tumbuh di alam liar, 8 spesies liar dan dibudidayakan, dan 70 spesies dibudidayakan. Akar dan buah adalah bagian tanaman yang paling umum digunakan sebagai bahan Lǎo huǒ liàng tāng (CSCS). Menurut kriteria evaluasi nasional, 6 spesies ini terdaftar di “daftar merah China” termasuk dua spesies langka, dua spesies yang terancam punah, satu spesies hampir terancam, dan satu spesies rentan. QI, FUI, dan EI dari 97 spesies dalam penelitian ini bervariasi antara 0,09 dan 1, 0,23 dan 9,95, dan 0,45 dan 6,58, masing-masing (Liu et al., 2018).

3. “First Report on the Ethnopharmacological Uses of Medicinal Plants by Monpa Tribe from the Zemithang Region of Arunachal Pradesh, Eastern Himalayas, India”. Peneliti: Tamalika Chakraborty, Somidh Saha and Narendra S. Bisht. Jurnal: Plants. Vol. 6: 13. Tahun: 2017. doi:10.3390/plants6010013

Studi ini bertujuan untuk mengetahui praktek etnofarmakologi tradisional pada obat dengan mencampur beberapa produk tanaman dari spesies yang berbeda di India, Himalaya Timur. Dalam studi ini, mereka melaporkan untuk pertama kalinya penggunaan ethnofarmakologi dari 24 obat-obatan dan prosedur penggunaanya, serta 53 spesies tanaman yang digunakan untuk obat-obatan yang digunakan oleh suku Monpa. Penelitian ini menekankan kebutuhan mendesak tentang prosedur penggunaan obat tradisional sebagai penyembuh luka sebelum pengetahuan tradisional masyarakat terpencil tersebut berubah akibat perkembangan jaman. Mereka mendokumentasikan dan mendeskripsikan 24 ethnomedicines yang dibuat oleh masyarakat tradisional berdasarkan 53 spesies. Obat-obatan tersebut terdiri dari 53 jenis tumbuhan tanaman obat milik 21 marga. Obat-obatan tradisional ini

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

7

paling sering digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti radang sendi, nyeri rematik, malaria, batuk dan pilek, disentri, dll. Selain itu, mereka mencatat deskripsi obat-obatan untuk pengobatan penyakit seperti epilepsi (Pambrey) , herpes (Bukbukpa-khaksa-chandongbra), dan edema (Darshek sheng nye putpoo) yang jarang dilaporkan dalam penelitian sebelumnya (Chakraborty, Saha and Bisht, 2017).

B. Etnofarmakologi

Etnobotani menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ilmu botani mengenai

pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam keperluan kehidupan sehari-hari dan adat suku

bangsa. Etnobotani berasal dari dua kata Yunani yaitu Ethnos dan botany. Etno berasal

dari kata Ethnos yang berarti memberi ciri pada kelompok dari suatu populasi dengan latar

belakang yang sama baik dari adat istiadat, karakteristik, bahasa dan sejarahnya,

sedangkan botany adalah ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan (Nolan and Turner,

2011; Watkins, 2013). Dengan demikian etnobotani berarti kajian interaksi antara manusia

dengan tumbuhan atau dapat diartikan sebagai studi mengenai pemanfaatan tumbuhan

pada suatu budaya tertentu. Etnofarmakologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang

kegunaan tumbuhan yang memiliki efek farmakologi dalam hubungannya dengan

pengobatan dan pemeliharaan kesehatan oleh suatu suku/etnis (Voeks, 2017). Kajian

etnofarmakologi adalah kajian tentang penggunaan tumbuhan yang berfungsi sebagai obat

atau ramuan yang dihasilkan penduduk setempat untuk pengobatan (Voeks and Rashford,

2013). Studi etnofarmakologi merupakan bagian dari etnobotani yang lebih spesifik ke

arah pemanfaatan tumbuhan sebagai obat (Bhat et al., 2013).

Etnobotani merupakan kajian tentang pola perilaku kelompok masyarakat atau

dalam mengatur sistem pengetahuannya terhadap tumbuhan yang ada disekitarnya.

Pengetahuan tumbuhan ini digunakan untuk berbagai keperluan seperti keperluan

ekonomi, keperluan spriritual dan keperluan adat budaya dan lainnya. Studi etnobotani

memberikan data yang penting untuk pengembangan obat-obatan generik (Roué et al.,

2016). Data yang biasa dikumpulkan biasanya meliputi nama ilmiah, nama lokal, bentuk

morfologi tanaman, habitat dan lainnya. Ruang lingkup penelitian etnobotani dapat

dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu: (1) kelompok nyata yang berkaitan dengan

pemanfaatan tanaman untuk keperluan hidup seperti pangan, obat-obatan, kosmetik, racun

dan lain-lain. (2) Kelompok abstrak yang berkaitan dengan pemanfaatan tumbuhan untuk

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

8

berbagai keperluan upacara adat seperti pernikahan, kematian, kehamilan sampai

kelahiran (Walujo, 2011).

Studi etnofarmakologi memberikan kontribusi yang besar dalam proses pengenalan

sumber daya hayati sebagai obat-obatan (Brouwer et al., 2005). Hal ini merupakan salah

satu langkah dalam mendukung pelestarian kearifan lokal oleh masyarakat. Etnobotani

juga dapat membantu masyarakat mengenal pemanfaatan tanaman yang berpotensi

sebagai obat melalui kajian etnofarmakologi (Kujawska et al., 2017). Dalam hal ini adalah

upaya untuk mempelajari kelompok masyarakat dalam mengatur sistem pengetahuan

anggotanya menghadapi tetumbuhan dalam lingkungannya, yang digunakan tidak saja

untuk keperluan ekonomi tetapi juga untuk keperluan spiritual dan nilai budaya lainnya

(Nolan and Turner, 2011). Dengan demikian termasuk kedalamnya adalah pemanfaatan

tumbuhan oleh penduduk setempat atau suku bangsa tertentu. Pemanfaatan yang dimaksud

disini adalah pemanfaatan baik sebagai bahan obat, sumber pangan, dan sumber kebutuhan

hidup manusia lainnya. Disiplin ilmu lainnya yang terkait dalam penelitian etnobotani

adalah antara lain linguistik, antropologi, sejarah, pertanian, kedokteran, farmasi dan

lingkungan.

C. Tanaman Obat

Masyarakat Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan berbagai tanaman

yang tumbuh dilingkungan sekitarnya untuk dijadikan sebagai obat dalam upaya

mengatasi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman obat secara turun temurun

telah diwariskan kepada generasi berikutnya dan dilestarikan sampai sekarang terutama

didaerah pedesaan (Salim and Munadi, 2017). Obat di Indonesia dapat dikelompokan

menjadi tiga yaitu jamu yang merupakan ramuan tradisional yang belum teruji secara

klinis, obat herbal yaitu obat yang berasal dari bahan alam yaitu tumbuhan yang telah

melewati uji praklinis, sedangkan obat fitofarma adalah obat yang berasal dari bahan alam

yang sudah melewati uji praklinis dan klinis (Soldati and Albuquerque, 2016).

Obat tradisional adalah obat yang berasal dari tanaman yang diramu secara khusus

untuk digunakan sebagai pengobatan (Mathur and Sundaramoorth, 2013). Obat tradisional

biasanya berupa campuran bahan-bahan alami yang secara turun-temurun dipercaya

memiliki manfaat farmakologis. Pada dasarnya tanaman obat tradisional dibagi menjadi

dua yaitu: obat tradisonal yang diketahui dan dipercaya masyarakat mempunyai khasiat

dapat menyembuhkan penyakit atau mencegah timbulnya penyakit, sedangkan obat

modern adalan obat yang berasal dari tanaman yang telah diketahui dan diuji secara klinis

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

9

mengandung senyawa atau bahan bioaktif dapat menyembuhkan penyakit dan sudah

dikemas menjadi bentuk pil dan kapsul (Tuasha, Petros and Asfaw, 2018).

D. Wilayah Bogor

Bogor adalah sebuah Kabupaten di provinsi Jawa barat yang terletak 25 km sebelah

Selatan dari pusat Jakarta, Indonesia. Wilayah ini berbagi perbatasan dengan propinsi

Banten sebelah Barat hingga Utara dan 6 wilayah kabupaten dan kota yaitu Cianjur,

Sukabumi, Karawang, Purwakarta, Bekasi, dan Depok (Gambar 1). Wilayah ini memiliki

luas total 2.663,81 km2 dengan variasi morfologi dataran yang relatif rendah di bagian

Utara (15 mdpl) hingga dataran tinggi di bagian Selatan (2000 mdpl). Penelitian dilakukan

di Empat lokasi pemantauan yaitu Cisarua, Cileungsi, Cibinong, dan Parung Panjang, yang

terletak antara 6°19'-6°44' latitude dan 106°01' - 107°103' longitude. Bogor berada di

antara kaki Gunung Gede, Gunung Halimun, dan Gunung Salak sehingga membuat

kawasan Bogor sering dilanda hujan orografi. Bogor memiliki iklim tropis sangat basah di

bagian Selatan dan iklim tropis basah di bagian Utara, dengan rata -rata curah tahunan

2.500 mm/tahun. Wilayah ini memiliki 3 tipe morfologi yaitu dataran, perbukitan sedang

(bergelombang rendah-sedang), dan perbukitan terjal dengan suhu rata-rata 25,8oC,

kelembaban 81,5% (BPS, 2018).

Kabupaten Bogor memiliki populasi penduduk tertinggi di Propinsi Jawa barat yaitu

mencapai 11,08 % (5.715.000 Jiwa) dengan laju pertumbuhan tertinggi di Indonesia yaitu

mencapai 2.145 jiwa/km2. Wilayah ini ditempati empat suku yaitu suku Sunda 69%, suku

Jawa 21%, suku Betawi (4%), dan suku lainnya (6%). Secara profesi, kebanyakan orang

adalah Pedagang (31.90%), sedangkan sisanya adalah buruh, pegawai negeri, karyawan,

petani, buruh tetap, beberapa memiliki usaha kecil sendiri dan pengangguran (68.10%).

E. Distribusi pengetahuan obat

Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, obat tradisional adalah bahan

atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik

atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk

pengobatan berdasarkan pengalaman. Sediaan obat tradisional yang digunakan masyarakat

saat ini disebut dengan herbal medice atau fitofarmaka (Leso et al., 2017). Tumbuhan obat

mempunyai khasiat yang bekerja sebagai antioksidan, antiradang, analgesik, dan lain-lain

yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit (Sharifi-Rad et al., 2017). Hal ini

tidak terlepas dari adanya kandungan bahan kimia tumbuhan obat yang berasal dari

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

10

metabolisme sekunder. Setiap tumbuhan menghasilkan bermacam-macam senyawa kimia

yang merupakan bagian dari proses normal dalam tumbuhan (Elansary et al., 2015; Leso

et al., 2017).

Kalau kita melihat prospek dari tumbuhan obat untuk dijadikan fitofarmaka memang

cukup besar, asalkan potensi ini dikembangkan seperti yang dilakukan di Cina dan India

misalnya. Namun secara umum tumbuhan obat juga mempunyai kelemahan. Beberapa

kelemahan antara lain:

1. Sulitnya mengenali jenis tumbuhan, dan berbedanya nama tumbuhan berdasarkan

daerah tempatnya tumbuh.

2. Kurangnya sosialisasi tentang manfaat tumbuhan obat, terutama dikalangan profesi

dokter.

3. Penampilan tumbuhan obat yang berkhasiat berupa fitofarmaka yang kurang menarik

dan kurang meyakinkan, dibanding dengan penampilan obat-obat paten.

4. Kurangnya penelitian yang komprehensif dan terintegrasi dari tumbuhan obat ini di

kalangan dokter.

5. Belum adanya upaya pengenalan dini terhadap tumbuhan yang berkhasiat obat di

institusi pendidikan, yang sebaiknya dimulai dari pendidikan dasar.

Pengetahuan tradisional atau pengetahuan lokal sering diistilahkan dengan sebutan

kearifan tradisional (Parthiban et al., 2016). Kearifan adalah semua bentuk pengetahuan,

keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun

perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis (Khallouki et al., 2017).

Kearifan tradisional menyangkut pengetahuan, pemahaman adat dan kebiasaan tentang

manusia, alam, dan bagaimana relasi diantara semua penghuni komunitas ekologis harus

dibangun (M.K and B.O, 2017).

Sistem pengetahuan yang dimiliki masyarakat secara tradisi merupakan salah satu

bagian dari kebudayaan suku bangsa itu sendiri, yang mana melibatkan hubungan antara

manusia dengan lingkungan yang ditentukan oleh kebudayaan setempat sebagai

pengetahuan yang diyakini serta menjadi sistem nilai (Khallouki et al., 2017). Pengobatan

tradisional merupakan salah satu pengetahuan tradisional masyarakat berupa semua upaya

pengobatan dengan cara lain di luar ilmu kedokteran berdasarkan pengetahuan yang

berakar pada tradisi tertentu dan dilakukan secara turun temurun (Doyle, Asiala and

Fernández, 2017). Selain itu pengobatan tradisional juga telah teruji memberikan

sumbangsihnya terhadap kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

11

F. Roadmap Penelitian

Rencana kegiatan penelitian ini disajikan dalam roadmap penelitian sebagai berikut:

Gambar 1. Roadmap penelitian

Daun

Akar

Buah

Batang

Biji

Bunga

Pengobatan

Pakan ternak Furniture

Kesehatan Kuisioner

Kamera

Alat tulis

Manfaat Tanaman

Cara penggunaan

Penyebaran

Habitat

Jenis tanaman

Manusia

Pengetahuan

Perlengkapan

Wawancara

Analisis

Data

Publikasi

HAKI Uji klinis

Proses

Tindak lanjut

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

12

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alur Penelitian

Gambar 2. Alur Penelitian

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan Agustus 2018 sampai bulan

April 2019. Penelitian dilakukan di Provinsi Bogor dengan mengambil sampel tempat

secara acak di tiap Kabupaten. Wawancara dan pengumpulan sampel tanaman dilakukan

secara langsung kepada masyarakat setempat diikuti dengan inventarisasi tanaman yang

ditemukan di lapangan.

C. Metode Pelaksanaan

Penelitian dilakukan dengan cara survey sekaligus mengumpulkan data dari

masyarakat menggunakan metode snowball sampling. snowball sampling artinya

pengumpulan data diperoleh dari sumber utama yang dapat bercabang menjadi beberapa

sumber informasi. Informan di tentukan berdasarkan keterangan dari tokoh masyarakat,

Pengumpulan

data Jenis tanaman

Analisi Data

Survey

Pengumpulan referensi

Wawancara

Publikasi

Informan Informan Informan Informan

Nilai guna

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

13

kepala adat, kepala suku, kepala desa, kepala kampung dan masyarakat setempat (Mathur

and Sundaramoorth, 2013).

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah variasi genotif dari 4 jenis tumbuhan lumut atau

bryophyte dari genus Marchantia, yaitu Marchantia emarginata (Em), Marchantia

geminate (Ge), Marchantia paleacea (Pa) dan Marchantia polymorpha (Po). Untuk

mendapatkan atau mengetahui genotif tersebut maka digunakan metode ISSR.

E. Langkah Kerja

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:

1. Observasi

Observasi dilakukan pada saat awal penelitian yang meliputi survey lokasi, penentuan

lokasi dan studi literatur. Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi dan

gambaran yang jelas apabila keterangan yang dimiliki tentang masalah yang diteliti

masih kurang jelas.

2. Penentuan Informan

Sampling informan dilakukan dengan cara mencari informasi dari masyarakat

menggunakan metode Snowball sampling dengan penentuan jumlah sampel yang

semula kecil kemudian dikembangkan untuk mencari informan yang lain guna

memperbesar data dan meningkatkan validitas sehingga informasi yang diperoleh dapat

menjawab masalah yang diteliti. Informan ditentukan berdasarkan rekomendasi atau

keterangan dari tokoh masyarakat, kepala adat, kepala suku, kepala desa/kampung dan

masyarakat setempat (Surata, Gata and Sudiana, 2015). Teknik Snowball sampling

melibatkan beberapa sampel yang berhubungan dengan penelitian. Sampel atau

informan setelah diwawancari kemudian diminta memberikan rekomendasi informan

lain untuk diwawancarai, demikian seterusnya hingga data dianggap cukup untuk suatu

daerah/lokasi. Melihan Provinsi Bogor yang sangat luas, maka lokasi ditentukan secara

random sampling.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh dan mengumpulkan data nyata dari penduduk

yang menggunakan tanaman obat. Data wawancara berupa keterangan lisan dari

narasumber atau responden tertentu. Metode wawancara pada penelitian ini dilakukan

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

14

secara semi terstruktur yaitu dengan mewawancarai responden dengan beberapa

pertanyaan yang sudah dibuat, kemudian pertanyaan tersebut satu persatu diperdalam

untuk mencari informasi atau keterangan lebih lanjut. Kegiatan wawancara ini

dilakukan guna mendapatkan data jenis-jenis tanaman obat yang masih digunakan oleh

penduduk lokal (Iskandar and Iskandar, 2015; Aziz et al., 2018). Pedoman wawancara

yang digunakan antara lain berisi pertanyaan mengenai nama lokal tanaman, bagian

yang dimanfaatkan, sejarah tumbuhan yang dimanfaatkan, asal pengetahuan yang

didapat mengenai pemanfaatan tanaman tersebut, cara menggunakannya dan cara

pelestariannya.

4. Dokumentasi

Dokumentasi kegiatan penelitian berupa lembar kuisioner dan rekaman wawancara

dengan informan. Selain itu, dokumentasi juga dilakukan dengan mengambil gambar

saat wawancara dan terhadap spesies tanaman yang ditemukan. Sampel tumbuhan yang

ditemukan dideterminasi dengan buku taksonomi. Pengumpulan data dilakukan dengan

cara wawancara kemudian dimasukkan ke dalam lembar kuisioner yang telah disusun

secara terstruktur. Data yang terkumpul didokumentasikan untuk kemudian dilakukan

analisis.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis

deskriptif digunakan untuk menggambarkan jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan, bagia-bagian

yang dimanfaatkan, cara penggunaanya dan pengolahannya. Untuk mendukung hasil penelitian

ini, analisis data juga dilakukan terhadap data informan seperti usia, jenis kelamin, pendidikan dan

pekerjaan. Selajutnya, data tanaman obat yang terkumpul dihitung nilai guna (use value) dengan

mengacu pada rumus Philips dan Gentry (1993) sebagai berikut (Lamrani and Rachida, 2018):

UVis= ∑����

���

Keterangan: UVis : nilai kegunaan (manfaat) suatu jenis tertentu (i) yang dsisampaikan oleh informan (s) ∑Vis: jumlah seluruh keguanaan jenis (i) yang dijelaskan setiap kali bertanya Nis : jumlah total informan yang diwawancarai untuk nilai guna jenis

G. Indikator Capain Hasil Penelitian

Hasil akhir atau target yang diharapkan dari penelitian ini adalah publikasi jurnal

ilmiah Internasioanl sesuai yang telah dikemukan. Hasil penelitian yang dipublikasikan

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

15

adalah karakteristik etnofarmakologi dari jenis tanaman yang ditemukan. masing-masing

spesies

Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskrispi Wilayah Penelitian

Telah dilakukan penelitian mengenai etnofarmakologi dan distribusi pengetahuan tentang

pemanfaatan tanaman obat masyarakat Bogor. 4 kabupaten yaitu Kabupaten Lebak,

Serang, Pandeglang, dan Tangerang telah dipilih secara random sampling sebagai tempat

pengambilan sampel. Metode survey menurut Sugiyono (2010) digunakan untuk

mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti

melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner,

test, wawancara terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam eksperimen).

Responden ditentukan secara purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu. Selama survei, 25 orang telah diwawancarai

yang tersebar di 4 lokasi sampling. Usia rata-rata responden bervariasi antara 40 dan 81

tahun dan lebih dari 50% berusia diatas 50 tahun.

B. Hasil

Pengetahuan tradisional selalu membentuk dasar untuk pengembangan semua obat-obatan

modern yang diturunkan dari tumbuhan sebagai hasil dari tindak lanjut ilmiah pengetahuan

tradisional atau etnis. Semua adalah penyembuh tradisional, jamu, pemburu atau orang nomaden

tua dengan pengetahuan tentang tanaman. Hasil penelitian menunjukan terdapat 48 jenis

tanaman, terdiri dari 32 famili, yang dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat sekitar

Bogor.

Table 1. Jenis tanaman yang dimanfaatkan masyarakat sekitar Bogor sebagai tanaman obat.

No. Famili Nama Ilmiah Nama Umum/ Lokal

1. .

Acantaceae

Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees Sambiloto Strobilanthes crispa Bl. Keji beling/ Pecah beling

Hamigraphis alternata (Burm.f.) T. Anderson Sambung darah/ Sambang getih/ Reundeu beureum

2.

Annonaceae

Cananga odorata (Lamk.) Hook & Thomson Kenanga Annona muricata L. Sirsak/ Nangka selong Annona squamosa L. Srikaya/ Sarikaya

3. Apocynaceae Allamanda cathartica L. Alamanda 4. Araliaceae Polyscias scutellaria (Burm.f.) Fosberg. Mangkokan 5. Asparagaceae Dracaena angustifolia (Medik.) Roxb. Suji 6. Asteraceae Eclipta prostrata L. Urang-aring 7. Basselanceae Anredera cordifolia (Ten.) Steenis Binahong 8. Caricaceae Carica papaya Pepaya

9. Compositae

Vernonia amygdalina Delile Asia Afrika/ daun insulin Chromolaena (L.) R.M. King & H. Rob. Daun Merdeka/ enye-enye

10. Crassulaceae Bryophyllum pinnatum (Lam.) Oken Syn. Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.

Sosor bebek/ cocor bebek

Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

17

Terdapat 32 famili, jumlah dari masing-masing famili yang di dapat antara lain

famili Acantaceae (3 spesies), Annonaceae (3 spesies), Apocynaceae (1 spesies),

Araliaceae (1 spesies), Asparagaceae (1 spesies), Asteraceae (1 spesies), Basselanceae(1

spesies), Caricaceae (1 spesies), Compositae (2 spesies), Crassulaceae (1 spesies),

Cucurbitaceae (1 spesies), Euphorbiaceae (4 spesies), Lamiaceae (2 spesies), Leguminosae

(4 spesies), Lyhtraceae (1 spesies), Malvaceae (1 spesies), Melastomataceae (1 spesies),

Menispermaceae (1 spesies), Oxalidaceae (1 spesies), Pandanaceae (1 spesies),

Phyllanthaceae (1 spesies), Piperaceae (2 spesies), Pocynaceae (1 spesies), Rosaceae (1

spesies), Rubiaceae (1 spesies), Rutaceae (2 spesies), Solanaceae (1 spesies), Talinaceae

(3 spesies), Tymelaeaceae (1 spesies), Xanthorrhoeaceae (1 spesies), dan Zingiberaceae (4

spesies).

Table 2. Jenis tanaman yang dimanfaatkan masyarakat sekitar Bogor sebagai tanaman obat.

11. Cucurbitaceae Cucumis sativus L. Timun Mungil/ Timun Kelinci

12. Euphorbiaceae

Jatropha curcas L. Jarak Pagar Jatropha grossidentata Pax & K. Hoffm Jarak Ulung/ Jarak Merah

Jatropha multifida L. Jarak Tintir/ Penicilin/ daun yodium

Euphorbia tirucalli L. Patah Tulang

13. Lamiaceae

Ocimum americanum L. Kemangi/ Seraung Orthosiphon aristatus (Blume) Miq. Kumis kucing

14. Leguminosae

Clitoria ternatea L. Kembang Telang Cynometra cauliflora L. Namnam/ Anjing-anjingan Abrus precatorius L. Saga rambat Tamarindus indica L. Asem

15. Lyhtraceae Punica granatum L. Delima 16. Malvaceae Hibiscus sabdariffa L. Rosella

17. Melastomataceae

Melastoma malabathricum L. Senggani/ Harendong

18. Menispermaceae Tinospora crispa (L.) Hook.f. & Thomson Brotowali 19. Oxalidaceae Averrhoa curambola L. Belimbing Manis 20. Pandanaceae Pandanus amaryllifolius Roxb. Pandan 21. Phyllanthaceae Sauropus androgynus (L.) Merr. Katuk

22. Piperaceae

Piper betle L. Sirih Piper crocantum Ruiz & Pav. Sirih Merah

23. Pocynaceae Catharanthus roseus Tapak Dara 24. Rosaceae Rosa × felicita Moldenke Mawar Merah Muda 25. Rubiaceae Morinda citrifolia Mengkudu

26. Rutaceae

Citrus sinensis (L.) Osbeck Jeruk Peras Murraya paniculata (L.) Jack Kemuning

27. Solanaceae Physalis angulata L. Ceplukan/ Cecendetan 29. Talinaceae Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn Poslen/ Ginseng 30. Tymelaeaceae Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Mahkota Dewa

31. Xanthorrhoeaceae

Aloe vera (L.) Burm.f. Lidah buaya

32. Zingiberaceae

Zingiber montanum (J. Koenig) Limk ex A. Dietr

Bangle/ Panglai

Zingiber officinale Roscoe Jahe Curcuma longa L. Kunyit/ Koneng Languas galangal Lengkuas/ Laja

Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

18

No. Nama Ilmiah Bagian yang digunakan

Manfaat Cara pengolahan

1. Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees

Daun Diabetes Direbus lalu diminum airnya.

2 Strobilanthes crispa Bl. Daun Kencing batu, batu ginjal

Direbus lalu diminum airnya.

3 Hamigraphis alternata (Burm.f.) T. Anderson

Daun Sulit buang air seni, batu ginjal

Direbus lalu diminum airnya. Untuk batu ginjal makan daun reundeu segar sebagai lalapan.

4 Cananga odorata (Lamk.) Hook & Thomson

Bunga

Malaria, asma, sesak napas, bronkitis, sakit kuning

Direbus lalu diminum airnya atau diseduh dengan air panas, tutup rapat dan dinginkan lalu minum.

5 Annona muricata L. Daun Diabetes, kolesterol, asam urat

Direbus lalu diminum airnya.

6 Annona squamosa L. Daun Asam urat Direbus lalu diminum airnya.

7 Allamanda cathartica L. Daun Bisul Ditumbuk lalu balurkan pada tempat yang sakit.

8 Polyscias scutellaria (Burm.f.) Fosberg.

Daun Luka, menyuburkan rambut

Ditumbuk lalu taruh diatas luka kemudian dibalut kain. Untuk rambut, iris-iris daun mangkokan lalu campurkan dengan minyak kelapa.

9 Dracaena angustifolia (Medik.) Roxb.

Daun Batuk, luka Direbus lalu diminum airnya.

10 Eclipta prostrata L. Seluruh bagian tanaman

Menghitamkan rambut, mencegah rambut beruban sebelum waktunya

Ditumbuk lalu gosokan pada rambut dan kulit kepala

11 Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

Seluruh bagian tanaman

Diabetes, stroke, asam urat

Direbus lalu diminum airnya

12 Carica papaya Buah Sembelit Dikupas lalu dimakan

13 Vernonia amygdalia Delile

Daun Tekanan darah tinggi, kolesterol, Diabetes

Direbus lalu diminum airnya

14 Chromolaena (L.) R.M. King & H. Rob.

Daun Luka Ditumbuk lalu taruh diatas luka

15

Bryophyllum pinnatum (Lam.) Oken Syn. Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.

Daun Bisul, koreng atau luka

Ditumbuk, lalu disaring airnya diminum dan ampasnya tempelkan pada bagian tubuh yang terdapat kelainan kulit

16 Cucumis sativus L. Buah

Asma, bronkitis, penyakit kuning, mengatur kadar gula darah

Makan buahnya sebagai lalapan atau langsung.

17 Jatropha curcas L. Daun Gatal-gatal Panaskan daun segar di atas api sampai lemas, lalu letakan pada bagian tubuh yang gatal.

18 Jatropha grossidentata Pax & K.Hoffm

Daun Kembung, Susah buang air besar

Panaskan daun segar di atas api sampai lemas, tempelkan pada perut selagi hangat.

19 Jatropha multifida L. Daun atau Getah

Luka baru Getah daun jarak yang masih muda diteteskan pada luka.

20 Euphorbia tirucalli L. Batang atau Getah

Sakit gigi Teteskan getah pada kapas, lalu sumbatkan kapas pada gigi yang sakit atau berlubang.

21 Ocimum americanum L. Seluruh bagian tanaman

Bau badan, panu Dimakan langsung sebagai lalapan

22 Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.

Seluruh bagian tanaman

Batu ginjal, diabetes, melancarkan air seni, darah tinggi

Direbus lalu diminum airnya.

23 Clitoria ternatea L. Bunga Radang mata merah Rendam bunga sampai air menjadi biru, lalu gunakan untuk mencuci mata.

24 Cynometra cauliflora L. Buah dan daun

Diare, sembelit, melancarkan air seni, diabetes, darah

Buah dikupas dan dimakan langsung atau dirujak. Untuk daun direbus lalu diminum airnya.

Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

19

tinggi, pelangsing tubuh

25 Abrus precatorius L. Daun Sariawan, batuk, serak, amandel, sakit tenggorokan

Direbus atau diseduh dengan air panas, lalu diminum airnya.

26 Tamarindus indica L. Buah dan Daun

Batuk Direbus lalu diminum airnya.

27 Punica granatum L. Buah Kanker, penyakit jantung

Dikupas, lalu dimakan secara langsung

28 Hibiscus sabdariffa L. Bunga

Tekanan darah tinggi, meningkatkan sistem imun

Direbus lalu diminum airnya.

29 Melastoma malabathricum L.

Daun Luka bakar, luka berdarah

Ditumbuk lalu taruh diatas luka kemudian dibalut kain

30 Tinospora crispa (L.) Hook.f. & Thomson

Batang Diabetes, rematik Direbus lalu diminum airnya.

31 Averrhoa curambola L. Buah Sakit tenggorokan, Batuk

Dikunyah/ dimakan langsung

32 Pandanus amaryllifolius Roxb.

Daun Tidak nafsu makan, diabetes

Direbus lalu diminum airnya.

33 Sauropus androgynus (L.) Merr.

Daun Mengatasi anemia, melancarkan air susu

Dimasak sebagai sayur.

34 Piper betle L. Daun

Keputihan, bau badan atau mulut, radang, meredakan mimisan

Direbus lalu gunakan airnya membasuh atau kumur-kumur. Untuk mimisan, daun segar digulung, kemudian dimasukan ke dalam lubang hidung.

35 Piper crocantum Ruiz & Pav.

Daun Keputihan, bau badan prostat, batuk, jantung

Direbus lalu gunakan airnya membasuh atau minum.

36 Catharanthus roseus Daun Malaria, tekanan darah tinggi, asma

Direbus lalu diminum airnya.

37 Rosa × felicita Moldenke

Bunga Jerawat Rendam bunga mawar pada air hangat, lalu gunakan airnya untuk membasuh muka

38 Morinda citrifolia Buah Tekanan darah tinggi, Diabetes

Ditumbuk atau diparut dan diperas dengan kain, lalu diminum.

39 Citrus sinensis (L.) Osbeck

Buah Batuk Diperas lalu minum.

40 Murraya paniculata (L.) Jack

Daun Pelangsing tubuh, haid tidak teratur

Direbus lalu diminum airnya.

41 Physalis angulata L. Seluruh bagian tanaman

Batuk, diabetes Direbus lalu diminum airnya.

42 Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn

Akar Bisul, bengkak Direbus lalu diminum airnya.

43 Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.

Buah Diabetes Iris daging buah, keringkan lalu seduh dengan air/rebus panas kemudian minum

44 Aloe vera (L.) Burm.f. Gel dari daun

Kencing Manis, wasir, rambut Rontok

Direbus lalu diminum. Untuk rambut rontok gosokan gel pada kulit kepala.

45 Zingiber montanum (J. Koenig) Limk ex A. Dietr

Rimpang Demam Ditumbuk atau diparut, saring hasil parutan lalu minum.

46 Zingiber officinale Roscoe

Rimpang Batuk Ditumbuk atau diparut lalu tambahkan air hangat dan minum

47 Curcuma longa L. Rimpang Nyeri haid, Sakit perut

Ditumbuk atau diparut, saring hasil parutan lalu minum.

48 Languas galangal Rimpang Panu Ditumbuk, lalu oleskan dibagian tubuh yang terdapat kelainan kulit

Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

20

Dalam pembuatan ramuan obat dari tanaman, tentu saja diperlukan bagian tanaman

yang berkhasiat untuk mencegah atau menyembuhkan suatu penyakit. Berikut ini adalah

persentase penggunaan bagian tanaman obat oleh masyarakat.

Gambar 1. Persentase bagian tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat Umumnya cara pengolahan obat dilakukan dengan cara direbus, namun cara mengolah

tanaman menjadi ramuan obat sangat beragam. Persentase cara pengolahan tanaman obat oleh masyarakat Bogor, tertera pada Gambar 2.

Gambar 2. Persentase bagian tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat Bogor.

C. Pembahasan

Tercatat 48 jenis tanaman, terdiri dari 32 famili yang digunakan oleh masyarakat

setempat sebagai obat tradisional (Tabel 1). Tanaman yang sering digunakan berasal dari

famili zingiberaceae karena tanaman ini mudah ditanam dan ditemukan. Rimpang

zingiberaceae mengandung banyak minyak atsiri dan alkaloid yang berkhasiat sebagai

bahan obat (Washikah, 2016). Zingiberaceae biasanya digunakan untuk mengobati

demam, batuk, nyeri haid, sakit perut dan panu.

Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

21

Bagian tanaman yang digunakan yaitu, daun, akar, batang, rimpang, buah, dan

seluruh bagian tanaman (Gambar 1). Cara pengolahan yang biasa digunakan oleh para

responden yaitu ditumbuk atau diparut, direbus, dipanaskan dengan api (dilayukan),

direndam dan juga digunakan secara langsung atau tanpa proses pemasakan atau perebusan

terlebih dahulu. Berdasarkan jenis penyakit yang diobati, tanaman obat yang dimanfaatkan

masyarakat Bogor dapat digolongkan menjadi: 1) obat luka dan penyakit kulit; 2) obat

penyakit dalam seperti malaria, diabetes, kolesterol, penyakit kuning, batu ginjal, asam

urat, darah tinggi, nyeri haid dan sakit perut; 3) obat gejala influenza seperti demam, batuk

dan pilek; 4) obat diare.

Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa persentase penggunaan bagian tanaman pada

daun 50%, rimpang 8%, buah 16%, seluruh bagian tanaman 10%, bunga 10%, batang 4%,

akar 2%. Persentase penggunaan bagian tanaman yang paling banyak adalah daun yaitu

50%. Hal itu mungkin disebabkan oleh jumlah dan luas daun lebih besar dibanding bagian

lain. Selain itu daun memiliki zat klorofil. Zat ini bersifat antiseptik terhadap bakteri

(Joseph, dkk., 2002). Pengolahan daun juga lebih mudah dilakukan dibandingkan bagian

tubuh tanaman lainnya.

Cara pengolahan (Gambar 2) penggunaan tumbuhan obat oleh masyarakat

tergolong sederhana yaitu 23% ditumbuk atau diparut, 50% direbus, 4% dipanaskan

dengan api atau dilayukan, 19% digunakan langsung, dan 4% dengan cara direndam. Cara

pengolahan yang paling banyak digunakan yaitu dengan cara direbus, merebus adalah cara

efektif untuk mendapatkan kandungan yang terdapat pada tanaman. Perebusan terhadap

tanaman herbal akan menyebabkan terjadinya perpindahan senyawa-senyawa aktif dari

simplisia ke dalam air (Purwanto, 2016).

Citrus sinensis (L.) Osbeck, merupakan salah satu contoh tanaman yang

dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat Bogor. Bagian buah dari tanaman jeruk

dipercaya daat menyembuhkan batuk. Jeruk peras, seperti namanya cara mengolah jeruk

cukup diperas lalu minum airnya. Pentingnya jeruk manis (Citrus sinensis L.) pada

kesehatan manusia yaitu untuk pengobatan arteriosklerosis, pencegahan kanker, batu

ginjal, perut borok dan penurunan kadar kolesterol, tekanan darah tinggi dan penguatan

sistem kekebalan, sehingga bakteri atau virus tidak mudah masuk kedalam tubuh. Manfaat

kesehatan yang didapat dengan mengkonsumsi jeruk berasal dari vitamin, terutama

vitamin C, senyawa fitokimia seperti liminoid, synephrine, hesperidin flavonoid, polifenol,

pektin dan lain-lain (Etebu & Nwauzoma, 2014).

Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

22

Curcuma longa L., merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai obat

oleh masyarakat, dipercaya dapat mengurangi nyeri haid dan sakit perut. Bagian tanaman

yang digunakan yaitu rimpang. Cara pengolahan hampir sama dengan famili zingiberaceae

lainnya, yaitu ditumbuk atau diparut lalu disaring dan air hasil parutan diminum. Rhizoma

atau rimpang tanaman kunyit yang mengandung phellandrene (1%), sabinene (0.6%),

cineol (1%), borneol (0.5%), zingiberene (25%) dan sesquiterpenes (53%). Kandungan

bahan alami kunyit asam bisa mengurangi keluhan dismenore primer seperti curcumine

dan anthocyanin akan bekerja dalam menghambat reaksi cyclooxygenase sehingga

menghambat atau mengurangi terjadinya inflamasi. Sehingga akan mengurangi atau

bahkan menghambat kontraksi uterus. Mekanisme penghambatan kontraksi uterus melalui

curcumine adalah dengan mengurangi influks ion kalsium (Ca2+) ke dalam kanal kalsium

pada sel-sel epitel uterus (Melin & Soleha, 2016).

Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

23

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Inventarisasi jenis tanaman obat yang dimanfaatkan masyarakat Bogor berhasil

mengidentifikasi 48 jenis tanaman obat yang berasal dari 32 famili. Famili zingiberaceae

paling banyak digunakan sebagai obat oleh masyarakat Bogor dibandingkan 32 famili

lainnya. Masyarakat Bogor memanfaatkan tanaman obat untuk mengobati obat luka dan

penyakit kulit, obat penyakit dalam seperti malaria, diabetes, kolesterol, penyakit kuning,

batu ginjal, asam urat, darah tinggi, nyeri haid dan sakit perut, obat gejala influenza seperti

demam, batuk dan pilek, dan obat diare. Penggunaan bagian tanaman obat terbanyak

adalah daun dan cara pengolahan tanaman obat yang paling banyak digunakan yaitu

dengan cara direbus.

B. Saran

Perlu dilakukan kajian penelitian yang lebih luas atau memperbanyak sample untuk

lebih merepresentatifkan hasil. Studi literatur yang kami lakukan telah membuktikan

bahwa hamper 95% jenis tanaman telah dimanfaatkan untuk pengobatan. Kajian medis

untuk tanaman yang ditemukan sangat penting untuk dilakukan guna mengungkap

kebenaran secara ilmiah.

Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

24

BAB VI LUARAN PENELITIAN

Luaran yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah artikel ilmiah yang akan dipublikasikan pada jurnal nasional. Jurnal yang menjadi target publikasi adalah sebagai berikut:

IDENTITAS JURNAL 1 Nama Jurnal Jurnal Biosains

2 Website Jurnal https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/biosains/in

dex

3 Status Makalah Submited

4 Jenis Jurnal Nasional

4 Tanggal Submit June 17, 2019

5 Bukti Screenshot submit

IDENTITAS SEMINAR 1 Nama Jurnal

2 Website Jurnal

3 Status Makalah

Page 32: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

25

4 Jenis Prosiding

4 Tanggal Submit

5 Bukti Screenshot submit

IDENTITAS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL 1 Nama Karya

2 Jenis HKI

3 Status HKI

4 No Pendaftaran

Page 33: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

26

DAFTAR PUSTAKA

Akgul, A. et al. (2018) ‘An ethnobotanical study in Midyat (Turkey), a city on the silk road where cultures meet’, Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine, 14(1), pp. 1–18. doi: 10.1186/s13002-017-0201-8.

Aziz, M. A. et al. (2018) ‘Traditional uses of medicinal plants practiced by the indigenous communities at Mohmand Agency, FATA, Pakistan’, Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine, 14(1), pp. 1–16. doi: 10.1186/s13002-017-0204-5.

Bhat, J. a et al. (2013) ‘Informants’ consensus on ethnomedicinal plants in Kedarnath Wildlife Sanctuary of Indian Himalayas’, Journal of Medicinal Plants Research, 7(4), pp. 148–154. doi: 10.5897/JMPR12.599.

Brouwer, N. et al. (2005) ‘An Ethnopharmacological Study of Medicinal Plants in New South Wales’, Molecules, 10(10), pp. 1252–1262. doi: 10.3390/10101252.

Chakraborty, T., Saha, S. and Bisht, N. (2017) ‘First Report on the Ethnopharmacological Uses of Medicinal Plants by Monpa Tribe from the Zemithang Region of Arunachal Pradesh, Eastern Himalayas, India’, Plants, 6(1), p. 13. doi: 10.3390/plants6010013.

Christaki, E. V. and Florou-Paneri, P. C. (2010) ‘Aloe vera : A plant for many uses Aloe vera : A plant for many uses’, Journal of Food, Agriculture & Environment, 8(2), pp. 245–249.

Doyle, B. J., Asiala, C. M. and Fernández, D. M. (2017) ‘Relative importance and knowledge distribution of medicinal plants in a Kichwa community in the Ecuadorian Amazon’, Ethnobiology Letters, 8(1), pp. 1–14. doi: 10.14237/ebl.8.1.2017.777.

Elansary, H. O. et al. (2015) ‘Diversity of plants, traditional knowledge, and practices in local cosmetics: A case study from Alexandria, Egypt’, Economic Botany, 69(2), pp. 114–126. doi: 10.1007/s12231-015-9308-9.

Fetati, A. and Lassouani, A. (2018) ‘Chemical Composition of Leaves and Fruits of a South Algerian Pistacia Atlantica Desf. Ecotype’, pp. 1415–1417.

Fonseca, F. N. and Balick, M. J. (2018) ‘Plant-Knowledge Adaptation in an Urban Setting: Candomblé Ethnobotany in New York City’, Economic Botany, (X), pp. 1–15. doi: 10.1007/s12231-018-9405-7.

Iskandar, J. and Iskandar, B. S. (2015) ‘Studi etnobotani keanekaragaman tanaman pangan pada “Sistem Huma” dalam menunjang keamanan pangan Orang Baduy’, in PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, pp. 1265–1272. doi: 10.13057/psnmbi/m010601.

Khallouki, F. et al. (2017) ‘Ethnobotanic, ethnopharmacologic aspects and new phytochemical insights into moroccan argan fruits’, International Journal of Molecular Sciences, 18(11). doi: 10.3390/ijms18112277.

Kinasih, I., Supriyatna, A. and Rusputa, R. N. (2013) ‘Uji toksisitas ekstrak daun babadotan (ageratum conyzoides linn) terhadap ikan mas ( cyprinus carpio linn.) Sebagai organisme non-target’, Jurnal Istek, 7(2), pp. 121–132. Available at: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/istek/article/view/255.

Kujawska, M. et al. (2017) ‘Medicinal plant diversity and inter-cultural interactions between indigenous guarani, criollos and polish migrants in the subtropics of Argentina’, PLoS ONE, 12(1), pp. 1–21. doi: 10.1371/journal.pone.0169373.

Page 34: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

27

Lamrani, M. and Rachida, A. (2018) ‘Rapid risk assessment to harvesting of wild medicinal and aromatic plant species in Morocco for conservation and sustainable management purposes’, Biodiversity and Conservation. Springer Netherlands. doi: 10.1007/s10531-018-1565-3.

Leso, L. K. et al. (2017) ‘Ethnobotany at a local scale: Diversity of knowledge of medicinal plants and assessment of plant cultural importance in the Polokwane local municipality, South Africa’, Botany Letters. Taylor & Francis, 164(1), pp. 93–102. doi: 10.1080/23818107.2016.1268064.

Liu, Y. et al. (2018) ‘Plants traditionally used to make Cantonese slow-cooked soup in China’, Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine, 14(1). doi: 10.1186/s13002-018-0206-y.

M.K, O. and B.O, A. (2017) ‘Cheklist of Plants Used Traditionally to treat Menstrual Disorders in Ekiti-State, Nigeria. Need for Conservation as a Sustainable Practice in Healthcare Management in Rural Areas.’, IOSR Journal of Pharmacy and Biological Sciences, 12(01), pp. 10–16. doi: 10.9790/3008-1201041016.

Mathur, M. and Sundaramoorth, S. (2013) ‘Census of approaches used in quantiative ethbobotany’, Studies on Ethno-Medicine, 7(1), pp. 31–58. doi: 10.1080/09735070.2013.11886445.

Nolan, J. M. and Turner, N. J. (2011) ‘Ethnobotany: The Study of People-Plant Relationships’, in Ethnobiology. John Wiley & Sons, Inc, pp. 133–147. doi: 10.1002/9781118015872.ch9.

Ou‑yang, S. et al. (2018) ‘2018 - Ou‑yang - Dioscorea nipponica Makino.pdf’, Chemistry Central Journal, 12(57). doi: 10.1186/s13065‑018‑0423‑4.

Parthiban, R. et al. (2016) ‘Quantitative traditional knowledge of medicinal plants used to treat livestock diseases from Kudavasal taluk of Thiruvarur District, Tamil Nadu, India’, Brazilian Journal of Pharmacognosy. Sociedade Brasileira de Farmacognosia, 26(1), pp. 109–121. doi: 10.1016/j.bjp.2015.07.016.

Razak, N. I. A., Othman, R. and Pahang, J. T. (2017) Ethnobotanical Study on Plant Materials Used in Malay Traditional Post-partum Bath (Mandi Serom) Among Malay Midwives in Kedah, Proceedings of the Second International Conference on the Future of ASEAN (ICoFA) 2017 – Volume 2. Springer Singapore. doi: 10.1007/978-981-10-8471-3.

Razaq, M. et al. (2017) ‘Influence of nitrogen and phosphorous on the growth and root morphology of Acer mono’, Plos One, 12(2), p. e0171321. doi: 10.1371/journal.pone.0171321.

Rosero-Toro, J. H. et al. (2018) ‘Cultural significance of the flora of a tropical dry forest in the Doche vereda (Villavieja, Huila, Colombia)’, Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine, 14(1), pp. 1–16. doi: 10.1186/s13002-018-0220-0.

Roué, M. et al. (2016) Indigenous and Local Knowledge of Biodiversity and Ecosystem Services in Europe and Central Asia. Edited by K. McLean. Paris: UNESCO.

Salim, Z. and Munadi, E. (2017) Info komoditi tanaman obat. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Available at: http://bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/12/Isi_BRIK_Tanaman_Obat.pdf.

Page 35: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

28

Scala, K. Di et al. (2013) ‘Chemical and physical properties of aloe vera (Aloe barbadensis Miller) gel stored after high hydrostatic pressure processing’, Food Science and Technology (Campinas), 33(1), pp. 52–59. doi: 10.1590/S0101-20612013005000002.

Sharifi-Rad, J. et al. (2017) Biological activities of essential oils: From plant chemoecology to traditional healing systems, Molecules. doi: 10.3390/molecules22010070.

Soldati, G. T. and Albuquerque, U. P. (2016) ‘Are the evolutionary implications of vertical transmission of knowledge conservative?’, Ethnobiology and Conservation, 5(2016), pp. 1–9. doi: 10.15451/ec2016-6-5.2-1-09.

Surata, I. K., Gata, I. W. and Sudiana, I. M. (2015) ‘Studi Etnobotanik Tanaman Upacara Hindu Bali sebagai Upaya Pelestarian Kearifan Lokal’, 05, pp. 265–284.

Susilo and Suciati, R. (2016) ‘Studies of Morphological and Secondary Metabolites Variaty of Mosses (Bryophyta) in Cibodas, West Java’, Int. J. Adv. Res, 4(12), pp. 2320–5407. doi: 10.21474/IJAR01/2536.

Tuasha, N., Petros, B. and Asfaw, Z. (2018) ‘Medicinal plants used by traditional healers to treat malignancies and other human ailments in Dalle District, Sidama Zone, Ethiopia’, Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine, 14(1), pp. 1–21. doi: 10.1186/s13002-018-0213-z.

Voeks, R. (2017) ‘Ethnobotany’, in The International Encyclopedia ofGeography. John Wiley & Sons, Ltd. doi: 10.1002/9781118786352.wbieg0300.

Voeks, R. and Rashford, J. (2013) ‘African ethnobotany in the Americas’, Ethnobotany Letters, 4, pp. 107–109. doi: 10.1007/978-1-4614-0836-9.

Walujo, E. B. (2011) ‘Sumbangan ilmu etnobotani dalam memfasilitasi hubungan manusia dengan tumbuhan dan lingkungannya’, Jurnal Biologi Indonesia, 7(2), pp. 375–391.

Watkins, C. (2013) ‘African ethnobotany in the Americas’, African Ethnobotany in the Americas. Taylor & Francis, LLC. doi: 10.1007/978-1-4614-0836-9.

Page 36: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

29

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan

Page 37: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

1