LAPORAN AKHIR PENELITIAN BIDANG ILMU TEKNIK … · 0 laporan akhir penelitian bidang ilmu teknik...
Transcript of LAPORAN AKHIR PENELITIAN BIDANG ILMU TEKNIK … · 0 laporan akhir penelitian bidang ilmu teknik...
0
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
BIDANG ILMU TEKNIK ELEKTRO
TAHUN 2015
PROTOTIPE ANEMOMETER DIGITAL
YANG PORTABLE
Tim Peneliti :
NYOMAN PRAMAITA, S.T., M.T., Ph.D. NIDN. 0009047108
Dibiayai dari Dana (DIPA BLU) Universitas Udayana,
Nomor : DIPA-042.04.2.400107/2015, Tanggal 15 April 2015.
Dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana,
Nomor : 2391.2/UN14.1.31/PN/2015, Tanggal 22 Juni 2015,
Tentang : Hibah Penelitian Bidang Ilmu Teknik Elektro bagi Dosen Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Tahun 2015.
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Oktober 2015
1
2
RINGKASAN
PROTOTIPE ANEMOMETER DIGITAL YANG PORTABLE
Anemometer merupakan peralatan yang sangat penting dalam menentukan
arah dan kecepatan angin. Namun anemometer konvesional kebanyakan bersifat
fixed dan tampilannya analog. Hal ini menyebabkan anemometer sulit untuk
dibawa di dalam melakukan survey dan agak sulit dalam hal pembacaan, sehingga
anemometer digital diharapkan mampu mengatasi permasalahan ini.
Penelitian ini bertujuan merancang dan membangun prototipe anemometer
digital berbasis mikrokontroler AT89S51. Metode yang digunakan yaitu metode
rancang bangun. Untuk merancang prototipe anemometer digital digunakan data
primer dari hasil survey dan percobaan ditambah data dari buku – buku dan
internet.
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat mewujudkan sebuah
anemometer digital berbasis mikrokontroler AT89S51, dapat memperdalam
pemahaman teori dan dapat dijadikan referensi di dalam pembuatan anemometer.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu anemometer digital berbasis mikrokontroler
AT89S51 dapat digunakan untuk mengukur kecepatan dan arah angin. Akan tetapi
kecepatan angin yang dapat diukur maksimum 40 knot.
Kata kunci : anemometer, mikrokontroler, dan digital.
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nyalah penyusunan laporan akhir penelitian Dana (DIPA BLU)
Universitas Udayana tahun anggaran 2015 ini, dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya. Penelitian Dana (DIPA BLU), Universitas Udayana tahun anggaran
2015 ini mengambil judul “ PROTOTIPE ANEMOMETER DIGITAL YANG
PORTABLE ”.
Dalam penyusunan laporan akhir penelitian Dana (DIPA BLU),
Universitas Udayana tahun anggaran 2015 ini, kami banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran, baik secara langsung maupun tidak langsung, dari berbagai
pihak. Untuk itu ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan
kepada :
1. Bapak Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, M.T., Ph.D., selaku Dekan
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
2. Bapak Ir. I Nyoman Setiawan, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Udayana dan sekaligus pembimbing penelitian
ini.
3. Istri, dan ketiga anak kami di rumah, yang telah memberikan dukungan dan
doanya dalam penelitian ini.
4. Teman-teman seperjuangan penelitian di lingkungan Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Udayana, yang telah memberi motivasi dalam
penyusunan laporan akhir penelitian Dana (DIPA BLU), Universitas Udayana
tahun anggaran 2015 ini.
Laporan akhir penelitian Dana (DIPA BLU), Universitas Udayana tahun
anggaran 2015 ini mungkin penuh dengan keterbatasan dan kekurangan. Oleh
sebab itu saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan
penulisan laporan akhir penelitian Dana (DIPA BLU), Universitas Udayana tahun
4
anggaran 2015 ini. Semoga laporan akhir penelitian Dana (DIPA BLU),
Universitas Udayana tahun anggaran 2015 ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bukit Jimbaran, Oktober 2015
Peneliti
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecepatan angin adalah salah satu variable yang sangat penting
diperhatikan dalam kehidupan kita. Dari kecepatan angin kita dapat mengetahui
kondisi cuaca pada suatu tempat. Hal ini sering digunakan oleh Badan
Meteorologi dan Geofisika untuk menentukan ramalan cuaca pada suatu daerah /
kawasan tertentu. Angin yang terlalu kencang bisa menjadi pertanda akan
munculnya badai ataupun angin puting beliung. Dengan mengetahui perubahan
kecepatan angin lebih dini, maka bahaya yang akan muncul akan dapat diketahui
lebih cepat. Selain kecepatannya, arah angin juga sangat penting diperhatikan di
dalam dunia penerbangan, olahraga dirgantara, maupun di bidang pelayaran. Di
dalam dunia penerbangan, pesawat yang akan take-off maupun landing harus
menuju ke arah yang berlawanan dengan arah angin untuk mempertahankan
aerodinamik atau daya angkat pesawat.
Kecepatan maupun arah angin dapat diukur dengan menggunakan
peralatan anemometer. Alat ini banyak ditemui di stasiun meteorologi dan
geofisika. Akan tetapi alat ini kebanyakan bersifat fixed (tidak dapat dibawa ke
mana-mana) dan harga yang cukup mahal. Selain itu, masih banyak juga
anemometer yang belum menggunakan display digital sehingga agak sulit dalam
pembacaan.
Berdasarkan hal di atas maka penulis melalui penelitian ini bermaksud
merancang prototipe alat anemometer dengan tampilan digital untuk memudahkan
pembacaan serta dengan harga yang relatif murah. Rangkaian ini akan
menggunakan mikrokontroler AT89S51 karena mikrokontroler ini sangat
menunjang untuk sistem otomatisasi dan display digital. Untuk mengetahui
kecepatan dan arah angin mikrokontroler AT89S51 akan dipadukan dengan sensor
inframerah yang dipasang pada propeler dan flap pada anemometer dan hasilnya
akan ditampilkan pada LCD karakter 2x16.
1
6
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana merancang dan merealisasikan prototipe Anemometer digital
berbasis mikrokontroler AT89S51.
2. Bagaimana unjuk kerja prototipe Anemometer digital berbasis
mikrokontroler AT89S51.
1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Melihat luasnya permasalahan yang ada maka pada penelitian ini dibatasi
hanya dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Menggunakan mikrokontroler AT89S51 sebagai unit pengendali utama.
2. Menggunakan LCD sebagai tampilan dari sistem.
3. Mikrokontroler AT89S51 menggunakan catu daya berupa baterai 5 V.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Membangun sebuah prototipe anemometer digital yang portable.
2. Mengetahui unjuk kerja prototipe anemometer digital yang portable.
1.5 Manfaat
Dengan laporan penelitian ini maka diharapkan beberapa manfaat yang
dapat diperoleh, yaitu:
1. Bagi para akademisi dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam perancangan
dan pengembangan anemometer.
2. Menghasilkan anemometer dengan harga yang murah dengan tampilan digital
yang portable yang dapat dibawa ke mana-mana.
7
1.6 Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan Latar Belakang yaitu menjelaskan hal-hal yang
melatar belakangi pengambilan judul, Rumusan Masalah menjelaskan
masalah-masalah yang akan dibahas, Tujuan Penelitian berisi hal-hal
yang ingin dicapai dari penelitian, Manfaat Penelitian menjelaskan
manfaat yang diharapkan, Ruang Lingkup dan Batasan Masalah berisi
batasan-batasan topik bahasan dan Sistematika Pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan teori-teori yang menunjang penelitian, di antaranya yaitu teori
mengenai mikrokontroler, LCD, infra merah, dan kecepatan angin.
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT
Menjelaskan Tujuan Penelitian yaitu hal-hal yang ingin dicapai dari
penelitian dan menjelaskan Manfaat Penelitian yang diharapkan,
BAB IV METODE DAN PERANCANGAN
Menguraikan tentang Tempat dan Waktu Penelitian, Data, Sumber Data,
Jenis Data, Rancangan Penelitian, Bahan dan Alat Penelitian, Cara
Penelitian dan Pengambilan Data, Analisis Data dan Alur Analisis.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi uraian hasil penelitian. Pada Bab ini diuraikan perhitungan-
perhitungan serta bahasa program yang digunakan dalam merancang
rangkaian anemometer digital. Selain itu pada bab ini juga akan dibahas
unjuk kerja dari rangkaian anemometer digital dengan berbasis
mikrokontroler AT89S51.
BAB VI PENUTUP
Berisi simpulan yang dapat diambil serta saran-saran untuk pihak yang
terkait.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler AT89S51 sering disebut sebagai single chip
microcomputer karena dapat digunakan langsung sebagai unit pengontrol
tanpa memerlukan bantuan komponen digital lain. AT89S51 merupakan
sebuah microcomputer 8 bit CMOS, low power dengan 4 Kbyte PEROM
(Programable and Eraseable Read Only Memory) dan dapat diprogram ulang
dalam sistem dengan menggunakan program ISP Flash Programer. IC ini
dibuat sesuai dengan instruction set dari MCS-51. Beberapa keunggulan dari
AT89S51 adalah: (Setiawan,2005)
1. Mempunyai flash perom internal dengan kapasitas 4 KByte.
2. RAM internal 128 byte.
3. Dua buah timer / counter 16 bit
4. Sebuah port serial dengan control serial full duplex UART.
5. Empat buah port parallel bidirectional dengan beberapa fungsi khusus.
6. Lima buah jalur interupsi (2 buah interupsi external dan 3 buah interupsi
internal)
7. Oscilator dan rangkaian pewaktu terdapat di dalam IC.
8. Kecepatan pelaksana instruksi setiap siklus 1 mikrodetik pada frekuensi
detak 12 MHz.
Mikrokontroler AT89S51 dikemas dalam kemasan standar DIL
(Dual in Line) 40 pin dan masing-masing mempunyai konfigurasi pin ,
pewaktu / timing dan karakteristik listrik yang sama. Dengan 4 Kbite flash
perom internal atau On Chip kita dapat mengisi atau menghapus program
sesuai dengan keinginan kita. AT89S51 dapat mengakses 64 Kbyte memori
program external , mempunyai 32 jalur I/O yang diwujudkan dalam bentuk 4
port paralel, 1 port terdiri dari 8 jalur atau 8 data bit dan sebuah receive buffer,
satu serial I/O dua arah sehingga mikrokontroler ini dapat menerima byte
kedua dari data sebelum byte data yang diterima sebelumnya oleh receiver
4
9
register dan AT89S51dapat mengirim dan menerima data secara bersamaan.
Konfigurasi pin dari Mikrokontroler AT89S51 dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Konfigurasi pin Mikrokontroler AT89S51
Pada Gambar 2.1 diperlihatkan konfigurasi pin-pin pada
Mikrokontroler AT89S51. Keping Mikrokontroler AT89S51 mempunyai 40
pin, 32 pin diantaranya untuk keperluan port program. Fungsi dari pin-pin
pada Mikrokontroler AT89S51 dapat dikelompokkan menjadi: sumber
tegangan, pin kristal, pin kontrol, pin I/O dan pin interupsi. Fungsi dari tiap-
tiap pin adalah sebagai berikut: (Setiawan,2005)
1. Vcc
Pin untuk catu daya 5 Volt DC
2. GND
Pin ground sumber tegangan
3. Port 0
Merupakan bidirectional I/O port 8 bit dengan konfigurasi open drain,
setiap output port dapat menahan 8 buah TTL input. Saat logika ”1”
diberikan ke setiap pin pada port 0, maka pin tersebut dapat digunakan
sebagai high impedance input.
10
Port ini juga dapat dikonfigurasikan sebagai low order address /data bus
yang termultiplek selama terjadi pengaksesan program dan memori
eksternal.
Pada mode ini port 0 memiliki internal pull-up.
Port 0 juga menerima byte kode selama flash programing, dan dapat
mengeluarkan byte-byte kode tersebut selama verifikasi program ini
berlangsung.
4. Port 1
Merupakan bidirectional I/O port 8 bit dengan pull-up internal. Setiap
buffer output port 1 dapat menahan atau memberikan (sink/source) arus
kepada 4 buah TTL input. Saat logika ”1” diberikan ke port ini, maka pin
tersebut akan diberi pull- high oleh internal pull-up sehingga dapat
digunakan sebagai pin input. Sebagai pin input, pin-pin pada port 1 yang
telah menjadi pull-low, secara external akan memberikan arus IIL
dikarenakan adanya internal pull-up. Port 1 juga menerima low order
address byte selama flash programming dan verifikasi program.
5. Port 2
Merupakan bidirectional I/O port 8 bit dengan pull-up internal. Setiap
buffer output port 2 dapat menahan atau memberikan (sink/source) arus
kepada 4 buah TTL input. Saat logika ”1” diberikan ke port ini, maka pin
tersebut akan diberi pull- high oleh internal pull-up sehingga dapat
digunakan sebagai pin input. Sebagai pin input, pin-pin pada port 2 yang
telah menjadi pull-low, secara external akan memberikan arus IIL
dikarenakan adanya internal pull-up.
Port 2 juga menerima low order address byte selama flash programming
dan verifikasi program.
6. Port3
Merupakan bidirectional I/O port 8 bit dengan pull-up internal. Setiap
buffer output port 3 dapat menahan atau memberikan (sink/source) arus
kepada 4 buah TTL input. Saat logika ”1” diberikan ke port ini, maka pin
tersebut akan diberi pull- high oleh internal pull-up sehingga dapat
11
digunakan sebagai pin input. Sebagai pin input, pin-pin pada port 3 yang
telah menjadi pull-low, secara external akan memberikan arus IIL
dikarenakan adanya internal pull-up. Port 3 juga menerima beberapa
sinyal kontrol selama flash programming dan verifikasi program. Selain
itu port 3 juga mempunyai beberapa fungsi khusus seperti yang
diperlihatkan oleh tabel 2.1:
7. RESET
Reset high input pada pin ini selama dua machine cycle pada oscillator
bekerja akan me-reset Mikrokontroler AT89S51.
8. ALE/PROG
Address Latch Enable akan mengeluarkan pulsa untuk menahan bit rendah
sebuah alamat selama mengakses memori eksternal. Pin ini juga
merupakan input pulsa bagi Program (PROG) selama flash programing.
Pada operasi normal ALE bernilai pada rata-rata 1/6 dari frekuensi
oscillator dan bisa juga digunakan untuk timer eksternal atau tujuan clock.
9. PSEN
Program Store Enable merupakan sinyal pengontrol yang membolehkan
program memori eksternal masukan ke dalam bus selama proses
pemberian / pengambilan instruksi.
10. EA/VPP
Bila pin ini diberi logika tinggi (high), maka Mikrokontroler AT89S51
akan melaksanakan instruksi dari memori program internal. Bila
Tabel 2.1 Fungsi khusus port 3
12
dihubungkan ke ground maka Mikrokontroler AT89S51 akan mengakses
seluruh lokasi memori eksternal terlebih dahulu. Pin ini juga menerima
tegangan programing 12 Volt (Vpp) selama flash programming untuk IC
yang memerlukan 12 Volt Vpp. EA mesti disambungkan ke Vcc untuk
eksekusi program internal dan EA mesti disambungkan ke Vcc untuk
eksekusi program internal dan EA mesti disambungkan ke GND untuk
eksekusi program aksternal.
11. XTAL 1
Merupakan input bagi penguat oscillator inverting dan ranglaian
pengoperasian internal clock
12. XTAL 2
Merupakan output dari oscillator inverting. Pin ini dipakai bila
menggunakan oscillator crystal.
2.2 Liquid Crystal Display (LCD)
LCD yang digunakan di dalam tugas akhir ini yaitu LCD Character
2x16 yaitu mempunyai lebar display 2 baris dan 16 kolom seperti terlihat
pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Liquid Crystal Display
Display karakter pada LCD diatur oleh pin EN, RS dan RW. Jalur
EN dinamakan Enable. Pin ini digunakan untuk memberitahu LCD bahwa
sedang ada data yang dikirim. Untuk mengirimkan data, maka pin EN harus
dibuat logika low ”0”. Ketika jalur RS dan RW telah siap, set pin EN dengan
logika ”1” dan tunggu untuk sejumlah waktu tertentu dan berikutnya set EN
ke logika ”0” lagi. Fungsi dari 16 pin pada LCD dapat dilihat pada tabel 2.2.
13
Jalur RS adalah jalur Register Select. Ketika RS berlogika “0”, data
akan dianggap sebagai sebuah “perintah” atau instruksi. Ketika RS berlogika
“1” data yang dikirim adalah data text yang akan ditampilkan pada display
LCD.
Pin RW adalah jalur control Read/Write. Ketika RW belogika “0”
maka informasi pada bus data akan dituliskan pada layer LCD. Ketika RW
berlogika “1” maka program akan melakukan pembacaan memori dari LCD.
Sedangkan pada aplikasi umum pin RW selalu diberi logika “0”.
Bus data terdiri dari 4 atau 8 jalur (bergantung pada mode operasi
yang dipilih oleh user). Pada bus data 8 bit, jalur diacukan sebagai DB0 s/d
DB7.
Tabel 2.2 Fungsi Pin pada LCD
PIN Nama Fungsi
1 VSS Ground voltage
2 VCC +5V
3 VEE Contrast voltage
4 RS Register Select
0 = Instruction Register
1 = Data Register
5 R/W Read/ Write, to choose write or read mode
0 = write mode
1 = read mode
6 E Enable
0 = start to lacht data to LCD character
1= disable
7 DB0 LSB
8 DB1 -
9 DB2 -
10 DB3 -
11 DB4 -
12 DB5 -
13 DB6 -
14 DB7 MSB
15 BPL Back Plane Light
16 GND Ground voltage
14
2.3 Anemometer
Angin adalah udara yang bergerak dari satu tempat ke tempat
lainnya. Angin berhembus dikarenakan karena suatu tempat mendapat
intensitas sinar matahari yang lebih banyak dibandingkan tempat
lainnya.Permukaan yang panas menyebabkan suhu udara di atasnya naik.
Udara yang panas akan mengembang dan menjadi lebih ringan. Karena lebih
ringan dibandingkan udara di sekitarnya maka udara itu akan naik. Begitu
udara panas itu naik, tempatnya semula akan digantikan oleh udara di
sekitarnya, terutama udara dari atas yang lebih dingin dan berat. Proses ini
terjadi terus menurus sehingga akibatnya kita akan merasakan pergerakan
udara atau yang secara umum kita sebut angin.
Berat udara di atas permukaan tanah akan memberikan tekanan
kepada bumi. Udara yang mengembang menghasilkan tekanan yang
rendah.Sebaliknya udara yang berat akan menghasilkan tekanan yang tinggi.
Angin bertiup dari daerah yang bertekanan udara tinggi ke daerah yang
bertekanan udara rendah. Semakin besar perbedaan tekanannya, makin besar
pula kecepatan anginnya.
Rotasi bumi menyebabkan angin tidak bertiup lurus. Rotasi bumi
menyebabkan coriolis force yang menyebabkan angin berbelok. Di belahan
bumi utara angin berbelok arah ke kanan sedangkan di belahan bumi selatan
angin berbelok arah ke kiri. (Soren Krohn,2002)
Gambar 2.3 Proses terjadinya angin
15
Kecepatan angin akan berfluktuasi terhadap waktu dan tempat. Di
Indonesia kecepatan angin pada siang hari lebih kencang dibandingkan pada
malam hari. Di beberapa tempat pada malam hari malah tidak ada pergerakan
udara yang signifikan. Kecepatan udara akan berbanding lurus terhadap
ketinggian dimana kecepatan angin pada permukaan akan semakin rendah
seperti terlihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Grafik kecepatan angin menurut ketinggian udara
Kecepatan angin juga dipengaruhi oleh kontur dari permukaan. Di
daerah perkotaan yang mana banyak terdapat gedung dan bangunan
kecepatan anginnya akan rendah. Sementara itu daerah yang lapang akan
memiliki kecepatan angin yang lebih tinggi. Faktor kepadatan benda di atas
permukaan bumi (porositas) juga mempengaruhi kecepatan angin.
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
kecepatan angin. Ada beberapa jenis anemometer. Salah satunya yaitu
anemometer yang terdiri atas propeler dan flap. Propeler berhubungan
16
dengan pengukur kecepatan angin sedangkan flap berhubungan dengan
penunjuk arah angin. Contoh propeler dan flap dapat dilihat pada gambar 2.6
Gambar 2.6 Propeler dan flap untuk menentukan kecepatan dan arah angin
Berikut adalah penggolongan angin menurut skala beaufort yang banyak
digunakan oleh lembaga meteorologi di seluruh dunia.
Tabel 2.3 Penggolongan angin menurut skala beaufort
Bilangan
Beaufort
(force)
Kecepatan
Angin Tinggi
Gelombang
(feet)
Deskripsi
menurut
WMO*
Efek Terlihat di Laut Efek Terlihat di
Darat
knot mph
0 0-1 0-1
-
Udara
tenang
(Calm) Laut seperti cermin
1 1 - 3 1 - 3 0.25 Udara
bertiup
ringan Riak kecil-kecil tanpa buih
2 4 - 6 4 - 7 0.5 - 1 Angin sepoi-
sepoi ringan Riak kecil; Puncak-puncak riak ombak berkilau seperti
kaca
3 7 – 10 8 - 12 2 - 3 Angin sepoi-
sepoi lembut Riak berukuran besar;
Puncak riak terpecah dengan buih putih di
atasnya
4 11-16 13-18 3½ - 5 Angin sepoi-
sepoi sedang Ombak kecil dan memanjang; jumlah buih
putih semakin banyak
17
5 17-21 19-24 6 - 8 Angin sepoi-
sepoi segar/
semilir Ombak berukuran sedang
dan lebih memanjang;buih putih berjumlah banyak
6 22-27 25-31 9½-13 Angin sepoi-
sepoi
kencang Ombak berukuran besar, buih putih di mana- mana,
banyak spray
7 28-33 32-38 13½-19 Angin
mendekati
kencang Ombak besar memecah
membentuk berisan - barisan
8 34-40 39-46 18-25 Angin
kencang Ombak agak tinggi dan memanjang; Ujung ombak
mulai melengkung; buih
ombak berlapis-lapis
9 41-47 47-54 23-32 Angin
sangat
kencang
Ombak tinggi; Laut mulai menggulung; buih sangat
banyak; cipratan air
mengurangi jarak pandang
10 48-55 55-63 29-41 Badai Ombak sangat tinggi
dengan puncak yang
menggantung; Laut berwarna putih karena
banyak busa; jarak
pandang terbatas
11 56-63 64-72 37-52 Badai kuat
(Violent
storm) Ombak sangat tinggi. Laut
ditutupi buih putih; jarak pandang sangat terbatas
12 64 ke atas
73 ke atas
45 ke atas Topan
(Hurricane) Udara mengandung buih
air laut; Laut benar-benar
putih dipenuhi busa dan cipratan air laut; jarak
pandang sangat minim.
World Meteorological Organization
Devised by British Rear-Admiral, Sir Francis Beaufort in 1805 based on observations of the effects of the wind
2.4 IC Timer 555
IC timer 555 merupakan komponen yang memberi solusi praktis dan relatif
murah untuk berbagai aplikasi elektronik yang berkenaan dengan pewaktuan
(timing). Terutama dua aplikasinya yang paling populer adalah rangkaian pewaktu
Tabel 2.3 Lanjutan
18
monostable dan osilator astable. Rangkaian internal komponen ini terdiri dari
komparator dan flip-flop yang direalisasikan dengan banyak transistor.
IC ini didesain sedemikian rupa sehingga hanya memerlukan sedikit
komponen luar untuk bekerja. Diantaranya yang utama adalah resistor dan
kapasitor luar (eksternal). IC ini memang bekerja dengan memanfaatkan prinsip
pengisian (charging) dan pengosongan (discharging) dari kapasitor melalui
resistor luar tersebut.Rangkaian astable dibuat dengan mengubah susunan resistor
dan kapasitor luar pada IC 555 seperti gambar 2.8. Ada dua buah resistor Ra dan
Rb serta satu kapasitor eksternal C yang diperlukan. Prinsipnya rangkaian astable
dibuat agar memicu dirinya sendiri berulang-ulang sehingga rangkaian ini dapat
menghasilkan sinyal osilasi pada keluarannya.
Pada saat power supply rangkaian ini dihidupkan, kapasitor C mulai
terisi melalui resistor Ra dan Rb sampai mencapai tegangan 2/3 VCC. Pada saat
tegangan ini tercapai, komparator A dari IC 555 mulai bekerja mereset flip-flop
dan seterusnya membuat transistor Q1 ON. Ketika transisor ON, resitor Rb seolah
dihubung singkat ke ground sehingga kapasitor C membuang muatannya
(discharging) melalui resistor Rb. Pada saat ini keluaran pin 3 menjadi 0 (GND).
Ketika discharging, tegangan pada pin 2 terus turun sampai mencapai
1/3 VCC. Ketika tegangan ini tercapai, giliran komparator B yang bekerja dan
kembali memicu transistor Q1 menjadi OFF. Ini menyebabkan keluaran pin 3
kembali menjadi high (VCC). Demikian seterusnya berulang-ulang sehingga
terbentuk sinyal osilasi pada keluaran pin 3. Terlihat di sini sinyal pemicu
(trigger) kedua komparator tersebut bekerja bergantian pada tegangan antara 1/3
VCC dan 2/3 VCC. Inilah batasan untuk mengetahui lebar pulsa dan periode osilasi
yang dihasilkan. Misal diasumsikan T1 adalah waktu proses pengisian kapasitor
Gambar 2.7 Pin diagram IC 555
19
yang diisi melalui resistor Ra dan Rb dari 1/3 VCC sampai 2/3 VCC. Diasumsikan
juga T2 adalah waktu discharging kapasitor melalui resistor Rb dari tegangan 2/3
VCC menjadi 1/3 VCC. Dengan perhitungan eksponensial dengan batasan 1/3 VCC
dan 2/3 VCC maka dapat diperoleh :
t1 = ln(2) (Ra+Rb)C = 0.693 (Ra+Rb)C……………………………………. (2.1)
t2 = ln(2) RbC = 0.693 RbC……………………………………………….. (2.2)
Besarnya periode :
T= t1 + t2 ………………………………………………………..………… (2.3)
Frekuensi Pengulangan Pulsa (PRF) :
PRF = 1,44 : (C.Ra + 2 C.Rb)…………………………………………..... (2.4)
Tanda untuk rasio spasi= t1 : t2 = (Ra+Rb) Rb…………………………… (2.5)
Gambar 2.8 Rangkaian osilator astable
Persentasi duty cycle dari sinyal osilasi yang dihasilkan dihitung dari
rumus T1/T. Jadi jika diinginkan duty cycle osilator sebesar (mendekati) 50%,
maka dapat digunakan resistor Ra yang relatif jauh lebih kecil dari resistor Rb.
t1
t2
T
20
2.5 Infra Merah
Sinar infra merah adalah pancaran sinar elektromagnetik yang
mempunyai gelombang lebih panjang dibandingkan sinar tampak namun
lebih pendek jika dibandingkan gelombang microwave. Sinar infra merah
mempunyai panjang gelombang antara 750 nm sampai 1 mm. Tubuh manusia
pada kondisi normal dapat memancarkan gelombang infra merah dengan
panjang gelombang 10 mikron.
Dalam sistem telekomunikasi, sinar infra merah digolongkan
menjadi beberapa band seperti pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Penggolongan sinar infra merah
Band Descriptor Wavelength range
O band Original 1260–1360 nm
E band Extended 1360–1460 nm
S band Short wavelength 1460–1530 nm
C band Conventional 1530–1565 nm
L band Long wavelength 1565–1625 nm
U band Ultralong wavelength 1625–1675 nm
Passive InfraRed Sensor (PIR) adalah peralatan elektronik yang
dapat mengukur pancaran sinar infra merah. LED dan Phototransistor dipilih
sebagai sensor pada peralatan ukur ini.LED sebagai sumber cahaya infra
merah dan Phototransistor sebagai penerima / detektor cahaya infra merah.
Simbol dari komponen infrared emitting diode seperti pada gambar 2.9.
Gambar 2.9 Simbol Infrared Emitting Diode
21
Detektor cahaya infrared yang umum digunakan adalah photo
transistor .Simbol dari komponen phototransistor seperti pada gambar 2.10.
Gambar 2.10. Simbol dari komponen photo transistor
2.6 Operational Amplifier
Operational amplifier atau Op-amp biasanya terdiri atas tiga bagian utama
yaitu differential amplifier, voltage amplifier, serta output amplifier. Differential
amplifier pada komponen ini berfungsi memberikan fungsi common mode
rejection, input differential, dan frequency response terhadap DC. Dengan teknik
tertentu rangkaian ini akan memberikan impedansi input yang cukup besar.
Skema operational amplifier dapat dilihat pada gambar 2.11.
Diff.
Amp
Voltage
Amp
Output
Amp
Inverting
input
Noninverting
input
+ V
Gambar 2.11 Operational amplifier.
- V
22
Bagian kedua merupakan high gain voltage amplifier. Bagian ini terdiri
atas atas beberapa transistor yang dirangkai secara Darlington. Bagian ini mampu
memberikan penguatan hingga 200.000 kali.Bagian terakhir merupakan
rangkaian complementary emiter follower. Ini menyebabkan Op-amp memiliki
impedansi output yang rendah. Dengan demikian Op-amp bisa mengalirkan arus
ke beban hingga beberapa miliampere.
Input teminal diberi label “+” dan “-“. Input “-“ disebut input inverting
sedangkan input “+” disebut input noninverting. Jika sinyal input diberikan ke
input “-“ sedangkan input “+” dihubungkan ke ground maka sinyal output akan
berbeda fase 1800 dengan sinyal masukannya.Apabila sinyal input diberikan ke
input “+” sedangkan input “-“ yang dihubungkan ke ground maka outputnya
akan sefase dengan sinyal input. (Millmann,1992)
Pada gambar 2.12 dapat dilihat rangkaian sederhana operational amplifier
sebagai inverting amplifier. Pada rangkaian ini diberikan input,Vi, melalui resistor
R1 pada kaki inverting input. Sementara itu kaki input noninverting dihubungkan
ke ground. Output dari operational amplifier dihubungkan kembali dengan kaki
inverting input melalui Rf yang merupakan tahanan feedback.Untuk menentukan
penguatan dari rangkaian inverting amplifier dapat dihitung dengan menggunakan
rumus: (Boylestad,2002)
i
f
o VR
RV *
1
.....................................................................................(2.6)
Gambar 2.12 Operational amplifier sebagai inverting amplifier
Vi Vi Vo
R1
Rf
-
+
Op-
Amp
23
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT
3.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Membangun sebuah prototipe anemometer digital yang portable.
2. Mengetahui unjuk kerja prototipe anemometer digital yang portable.
3.2 Manfaat
Dengan laporan penelitian ini maka diharapkan beberapa manfaat yang
dapat diperoleh, yaitu:
1. Bagi para akademisi dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam perancangan
dan pengembangan anemometer.
2. Menghasilkan anemometer dengan harga yang murah dengan tampilan digital
yang portable yang dapat dibawa ke mana-mana.
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan mulai awal Juni sampai dengan akhir
September 2015 (16 minggu). Penelitian dilakukan di :
1. Laboratorium Dasar Teknik Elektro (DTE) Gedung DI Lantai 2, JTE – F.T.
UNUD Kampus Bukit Jimbaran, Kab. Badung,
2. Rumah tempat tinggal peneliti, di Jln. Jayagiri XV No. 12 Denpasar.
4.2 Data
4.2.1 Sumber Data
Data-data yang digunakan dalam pembuatan alat ini bersumber dari
internet, buku-buku literatur, dan sumber-sumber lain.
4.2.1 Jenis Data
Jenis Data yang digunakan di dalam pembuatan alat ini adalah data primer,
yaitu data-data tentang karakteristik dari komponen, kecepatan angin dan data
sekunder dari buku-buku literatur.
4.3 Bahan dan Alat yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan di dalam pembuatan anemometer digital ini
antara lain:
a. Komponen-komponen elektronika
1. Mikrokontroler AT89S51 (1 buah)
2. Liquid Crystal Display / LCD (1 buah)
3. Kapasitor (6 buah)
4. Resistor (10 buah)
5. Variable resistor (2 buah)
6. Dioda (2 buah)
7. Infrared emitting diode (1 buah)
25
8. Phototransistor (1 buah)
9. IC TL084 (1 buah)
10. Speaker (1 buah)
11. IC 7404 (1 buah)
12. IC LM555 (2 buah)
13. Regulator tegangan LM7805 (1 buah)
14. Baterai kotak 9 Volt (3 buah)
15. Kristal 12 MHz (1 buah)
16. Kincir Angin (1 buah)
17. Saklar (2 buah)
18. LED (3 buah)
b. Alat Bantu yang digunakan antara lain:
1. Solder
2. Pencabut timah
3. Timah
4. Kabel Jumper
5. Kabel Pelangi
6. Terminal
7. Kabel ISP
c. Perangkat lunak yang diperlukan
1. ISP flash programing versi 1.3
2. ASEM51
3. Notepad
4. Compiler atmel
5. Protel Schematic 1.0
26
4.4 Alur Perancangan Alat
Alur perancangan alat dapat dilihat pada gambar 4.1:
Gambar 4.1 Alur perancangan alat
Mulai
Studi literature dan bahan
Perencanaan dan pembuatan hardware
Y
T
Pengujian
Hasil Uji?
Perbaikan
Y
T
Pengujian
Hasil Uji?
Perbaikan Perencanaan dan pembuatan software
Penggabungan Alat
Y
T
Pengujian
Hasil Uji?
Perbaikan
Pengujian keseluruhan system / Kalibrasi
Y
T
Pengujian
Hasil Uji?
Perbaikan
Selesai
27
4.5 Diagram Blok Perangkat Keras Anemometer Digital
Diagram blok perancangan alat dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Diagram blok anemometer digital
Blok-blok ini terdiri dari:
a. Sensor pada propeler berfungsi memberikan input data jumlah putaran
propeler yang akan dihitung oleh mikrokontroler untuk mengetahui kecepatan
angin. Blok ini terhubung dengan port 1.0.
b. Sensor pada flap berfungsi memberikan input untuk mengetahui arah angin.
Blok ini terhubung dengan port 2.0 sampai dengan port 2.7.
c. Alarm berfungsi memberikan peringatan apabila angin bertiup terlalu kencang.
Blok ini terhubung dengan port 3.1.
d. LCD type M1632 sebagai penampil data. Blok ini berada pada port 0.0 s/d
port 0.7 sebagai port data, RS port 3.6 dan EN port 3.7
e. Timer berfungsi sebagai pewaktu untuk men-trigger mikrokontroler agar
memproses data kecepatan angin yang disimpan di register.
P 1.0 Port 2
P1.1 P3.1
MIKROKONTROLER
AT89S51
SENSOR PADA
PROPELER
SENSOR PADA
FLAP
DISPLAY LCD
ALARM
TIMER
Catu Daya
+5V (baterai)
28
4.6 Perancangan Sistem Tiap Blok
4.6.1 Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler AT89S51 bekerja pada level tegangan TTL yaitu sebesar 5
Volt DC. Tegangan Vcc + 5 Volt ini dihubungkan ke pin 40 Mikrokontroler
AT89S51. Pin 20 dari Mikrokontroler ini dihubungkan ke ground. Port 1,2 dan 3
bersifat I/O dengan internal pull-up sedangkan port 0 tidak bersifat internal pull-
up sehingga outputnya harus dipasangkan resistor ke Vcc di luar Mikrokontroler
AT89S51 dengan nilai 1 KΏ. Untuk frekuensi kerja digunakan oscillator 12 MHz
dimana berdasarkan data sheet besarnya nilai kapasitor 30±10pF. Untuk lebih
jelasnya sistem minimum Mikrokontroler AT89S51 dapat dilihat pada gambar
4.4.
Gambar 4.4 Sistem minimum Mikrokontroler AT89S51
Input dari sensor
pada propeler
Input dari
sensor
pada flap
Output
Ke LCD
S
+ 5v
C 10μF
R 8,2 KΩ
+ 5v
+ 5v
12 MHz
C 30pF Ke LCD
AT89S51
P1.0
P1.1
P1.2
P1.3
P1.4
P1.5 /MOSI
P1.6 /MISO
P1.7 /SCK
Rst
P 3.0 (RXD)
P 3.1 (TXD)
P 3.2 (INT0)
P 3.3 (INT1)
P 3.4 (T0)
P 3.5 (T1)
P 3.6 (WR)
P 3.7 (RD)
X-Tal 1
X-tal 2
GND
Vcc
P0.0 (AD 0)
P0.1 (AD 1)
P0.2 (AD 2)
P0.3 (AD 3)
P0.4 (AD 4)
P0.5 (AD 5)
P0.6 (AD 6)
P0.7 (AD7 )
EA / Vpp
ALE / PROG
PSEN
P2.7 (A15)
P2.6 (A14)
P2.5 (A13)
P2.4 (A12)
P2.3 (A11)
P2.2 (A10)
P2.1 (A 9)
P2.0 (A 8)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
40
39
38
37
36
35
34
33
32
31
30
29
28
27
26
25
24
23
22
21
C 30pF
Input dari timer
Output
ke alarm
29
Tabel 4.1 Pemakaian port/pin Mikrokontroler AT89S51
PORT/PIN PENGGUNAAN
P0.0 – P0.7 Jalur data LCD
P1.0 Sensor kecepatan pada propeler
P1.1 Timer
P1.5 – P1.7 ISP programer cable
P2.0 – P2.7 Sensor arah angin pada flap
P3.6 dan P3.7 Pin EN dan RS pada LCD
Pin 9 Reset
Pin 18 dan 19 Crystal
Pin 20 Ground
Pin 31 dan 40 Vcc ( +5V)
P3.1 Alarm
4.6.2 Perancangan Rangkaian Sensor Kecepatan Angin pada Propeler
Rangkaian ini berfungsi untuk mengukur kecepatan angin. Sensor pada
propeler terdiri atas sepasang sensor infra merah. Sensor infra merah terdiri atas
infrared emitting diode dan photo transistor yang saling berhadapan. Infrared
emitting diode berfungsi memancarkan sinar infra merah dan photo transistor
berfungsi menerima sinar infra merah. Di antara infrared emitting diode dan photo
transistor terdapat lempeng propeler yang dapat berputar apabila terkena
hembusan angin. Output rangkaian sensor kecepatan angin dihubungkan dengan
port 1.0 mikrokontroler AT89S51 seperti ditunjukkan oleh gambar 4.5.
Apabila lempeng propeler tepat tegak lurus terhadap tranceiver infra
merah maka sinar infra merah akan terhalang oleh lempeng sehingga sinar infra
merah tersebut tidak dapat diterima oleh phototransistor. Jika phototransistor
tidak menerima sinar infra merah maka output rangkaian sensor inframerah yang
masuk ke mikrokontroler AT89S51 adalah bit 1. Begitu juga sebaliknya, jika
lempeng penghalang sudah tidak lagi menghalangi sinar infra merah dari infrared
emitting diode menuju phototransistor maka output rangkaian sensor kecepatan
angin yang masuk ke mikrokontroler AT89S51 adalah bit 0.
30
Gambar 4.5 Perancangan pemasangan rangkaian sensor kecepatan angin pada propeler
Mikrokontroler AT89S51 akan berfungsi sebagai counter untuk
menghitung jumlah bit 1 yang diterima. Jumlah bit yang diterima dalam satu
periode tertentu kemudian dibandingkan oleh Mikrokontroler AT89S51 dengan
data base untuk mengetahui kecepatan angin pada saat itu. Kecepatan angin
ditampilkan dalam satuan knot. Data kecepatan angin akan ditampilkan tiap 3
detik.
Adapun gambar rangkaian sensor sinar infra merah ditunjukkan oleh
gambar 4.6. Pada rancangan ini digunakan operational amplifier sebagai penguat
dengan pertimbangan untuk memudahkan perhitungan. Selain itu operational
amplifier juga mamiliki faktor penguatan yang relafif stabil. Penulis memilih IC
TL 084 karena di dalam IC ini terdapat 4 buah operational amplifier sehingga
tidak terlalu banyak memerlukan IC.
Infrared emiting dioda pada rangkaian ini dipasang forward bias dan
berfungsi mengubah arus listrik menjadi sinar infra merah. Sebuah resistor
dipasang seri dengan infrared emiting dioda. Dari data sheet diperoleh nilai
tegangan infrared emiting dioda (VL)sebesar 1,5 Volt dan besarnya arus forward
(If) yang melewatinya yaitu 20 mA. Dari data di atas maka dapat dihitung
besarnya tahanan seri (Rs) dapat dihitung yaitu:
infrared emitting diode
lempeng propeler
angin
Photo transistor
propeler
AT89S51
31
175
20
)5,15(
S
S
F
LS
R
mA
vR
I
VVccR
Karena di pasaran tidak ada resistor dengan nilai 175 Ω maka digunakan resistor
dengan nilai yang mendekati yaitu 180 Ω.
Sinar dari infrared emiting diode ini kemudian diterima oleh
phototransistor untuk diubah kembali menjadi arus listrik. Besar kecilnya arus
yang melewati phototransistor sangat dipengaruhi intensitas sinar infra merah
yang diterimanya. Arus ini kemudian mempengaruhi besarnya tegangan yang
masuk ke kaki non-inverting input pada operational amplifier TL 084.
Pada saat sinar infra merah yang diterima phototransistor maksimum
maka phototransistor akan mengalami saturasi. Pada saat ini tegangan pada kaki
kolektor phototransistor menjadi nol Volt sehingga tegangan yang masuk ke kaki
non-inverting input juga menjadi 0 Volt. Pada saat saturasi penulis membatasi
besar arus yang melalui phototransistor (Is) sebesar 5mA, sehingga pada kaki
kolektor dipasang sebuah tahanan (Rc) dengan nilai:
KRc
Rc
mA
vRc
Is
VccRc
1
1000
5
5
Saat tegangan pada kaki inverting input nol Volt maka pada saat ini
operational amplifier seolah rangkaian non-inverting amplifier dimana output dari
operational amplifier sangat tergantung tegangan pada kaki non-inverting input.
Tegangan ini kemudian diperkuat dengan besar penguatan (A) tergantung nilai
dari Rf dan Rs. Tegangan output operational amplifier diatur agar dikenal oleh
Mikrokontroler AT89S51 sebagai logika ”1”. Logika ”1” biasanya diasumsikan
dengan tegangan +5 V. Jika diasumsikan tegangan minimum pada kaki non-
inverting input adalah 1 Volt maka untuk mencapai logika ”1” operational
32
amplifier harus mempunyai penguatan (A) sebanyak 5 kali. Sehingga untuk
menentukan besar nilai Rs dan Rf dapat dihitung sebagai berikut:
RsR
Rs
R
Rs
R
Rs
RA
F
F
F
F
4
4
15
1
Jika digunakan nilai Rf sebesar 1000 Ω maka besar nilai Rs dapat dihitung, yaitu:
Rs = Rf : 4
Rs = 1000 : 4
Rs = 250 Ω
Nilai resistor yang mendekati nilai ini adalah 220 Ω.
Pada kaki non-inverting input operational amplifier dihubungkan dengan
variabel resistor (VR) yang nilai tahanannya dapat diubah-ubah. Adapun dipasang
variabel resistor pada kaki ini yaitu untuk mengatur besarnya tegangan pada kaki
non-inverting input operational amplifier. Pada saat tidak ada sinar infra merah
diterima oleh phototransistor tegangan pada kaki non-inverting input harus sama
dengan tegangan pada kaki inverting input. Hal ini dimaksudkan agar pada saat
sinar dari infrared emiting dioda terhalang oleh lempeng maka output dari
operational amplifier menjadi nol Volt dan Mikrokontroler AT89S51
mengenalinya sebagai logika ”0”. Ini terjadi karena sifat common mode rejection
pada operational amplifier dimana input pada kaki inverting input dan non-
inverting input akan saling mengurangi, baru kemudian dikuatkan (amplified).
Variabel resistor (VR) ini dihubungkan ke Vcc dan ground sehingga
seolah membentuk voltage devider. Semakin besar nilai tahanan pada kaki VR
yang terhubung kaki inverting input operational amplifier terhadap ground maka
semakin besar pula tegangan yang masuk ke inverting input operational
amplifier. Jika VR diatur maksimum yaitu sebesar 1000 Ohm maka tegangan yang
masuk ke kaki non-inverting input menjadi +5 Volt.Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 4.6.Jika tahanan pada VR tepat 500 Ohm atau setengah dari
33
nilai VR maka besarnya tegangan pada kaki non-inverting input operational
amplifier yaitu:
VoltV
VxV
in
in
5,2
51000
500
Karena pada saat phototransistor terhalang lempeng ouput operational
amplifier adalah bit 0 maka pada outputnya ditambahkan inverter yaitu IC 7404
yang berfungsi membalikkan logika 0 menjadi logika 1. Dengan dipasangnya IC
inverter maka output rangkaian sensor kecepatan angin ke port 1.0 mikrokontroler
AT89S51 pada saat terhalang lempeng adalah bit 1 dan pada saat tidak terhalang
lempeng adalah bit 0.
+5 V
Gambar 4.6 Rangkaian Sensor Inframerah pada propeler
4.6.3 Perancangan Rangkaian Sensor Arah Angin pada Flap
Pada gambar 4.7 dapat dilihat rancangan blok diagram untuk menentukan
arah angin. Di bagian luar alat akan dipasangkan flap yang dapat bebas berputar
mengikuti arah angin. Flap ini dihubungkan dengan sebuah lempeng yang berisi
tangkai switch dan terhubung sumber tegangan + 5 V. Lempeng akan ikut
berputar jika flap berputar. Pada bagian bawah lempeng dipasangkan 8 buah plat
seng di tiap-tiap arah mata angin. Tiap-tiap plat tidak terhubung satu sama lain.
Plat–plat ini masing – masing terhubung dengan salah satu port 2 mikrokontroler
AT89S51.
220Ω
180 Ω
VR 1KΩ
+ 5v
1 KΩ 1KΩ
2 - 4
1
3 +
11
TL
084 Ke P1.0
IC 7404
3 4
34
Pada saat terkena angin, flap akan berputar sesuai arah angin. Putaran flap
akan diikuti oleh putaran lempeng dan tangkai switch. Selama berputar tangkai
switch akan mengenai salah satu dari delapan buah lempeng seng.
Gambar 4.7 Perancangan pemasangan sensor pada flap
Lempeng seng yang terkena tangkai switch mendapat arus listrik dan akan
meneruskannya ke kaki port 2 mikrokontroler AT89S51 yang terhubung
kepadanya. Kaki port 2 itu mendapat tegangan sebesar + 5V dan menganggapnya
sebagai bit 1 (high).
Tabel 4.2 Hubungan port pada AT89S51 dengan arah mata angin
Mikrokontroler AT89S51 akan mengenali kaki port mana yang mendapat
bit 1. Jika yang mendapat bit 1 adalah port 2.0 maka mikrokontroler AT89S51
akan mengirim data ke LCD bahwa pada saat itu angin bertiup ke arah utara. Jika
PORT AT89S51 ARAH ANGIN
2.0 UTARA
2.1 TIMUR LAUT
2.2 TIMUR
2.3 TENGGARA
2.4 SELATAN
2.5 BARAT DAYA
2.6 BARAT
2.7 BARAT LAUT
Tangkai switch
Ke port 2
AT89S51 8 buah lenpeng seng
Lempeng yang
dapat berputar
flap
35
yang mendapat bit 1 adalah port 2.1 maka mikrokontroler AT89S51 akan
mengirim data ke LCD bahwa pada saat itu angin bertiup ke arah timur laut.
Begitu seterusnya sesuai tabel 3.2
4.6.4 Perancangan IC Timer 555
IC 555 di dalam rancangan ini berfungsi sebagai timer untuk menentukan
waktu pembacaan register pada Mikrokontroler AT89S51. Register ini berisi
jumlah bit yang telah terkumpul dari hasil sensor pada propeler.Timer diatur agar
kecepatan angin dapat dibaca pada LCD setiap 3 detik. Untuk itu IC 555 diatur
agar menghasilkan bit 1 setiap 3 detik yang dihubungkan dengan Port 1.1
Mikrokontroler AT89S51. Bit 1 pada port 1.1 ini akan memicu Mikrokontroler
AT89S51 untuk memproses bit-bit yang telah terkumpul yang kemudian akan
dibandingkan dengan database kecepatan angin.
Untuk mengatur agar IC 555 menghasilkan bit 1 (on time) yang singkat
sedangkan bit 0 (off time) yang lebih panjang cukup sulit, maka pada rancangan
ini diperlukan sebuah inverter. Inverter ini akan mengubah bit 1 menjadi bit 0 dan
demikian juga sebaliknya. Inverter yang akan digunakan yaitu IC 7404 yang
cukup mudah didapat di pasaran. Dengan demikian maka diatur agar IC 555
menghasilkan bit 1 yang lebih panjang yaitu sekitar 2 detik dan bit 0 hanya sekitar
1 detik. Jadi total periode gelombang output rangkaian timer ini yaitu:
T = t1 + t2 = (2 + 1) detik = 3 detik.
Frekuensi gelombang output rangkaian timer ini yaitu:
F = 1 : T = 1 : 3 detik = 0,3333 Hz
Duty cycle gelombang output rangkaian timer ini yaitu:
D = t1 : T = (1 : 3) detik
= 0,3333 atau 33,33 %
Di dalam rangkaian timer ini digunakan kapasitor 2,2 µF. Untuk
mendapatkan t2 sebesar 1 detik maka besarnya Rb dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
36
74,909.655
10*2,2*693,0
1
*693,0
**693,0
6
2
2
Rb
F
SRb
C
tRb
CRbt
Untuk memudahkan mencari komponen maka di dalam rangkaian ini penulis
menggunakan nilai Rb yang agak mendekati nilai di atas yaitu 680 KOhm.
Setelah mendapat nilai Rb maka dilanjutkan dengan menghitung nilai Ra.
Besar tahanan Ra dapat dihitung sebagai berikut:
49,819.631
000.680494,819.311.1
000.68010*2,2*693,0
2
*693,0
*)(693,0
6
1
1
Ra
Ra
F
SRa
RbC
tRa
CRbRat
Nilai resistor yang mendekati nilai tersebut adalah 680 KOhm.
Frekuensi pengulangan pulsa dapat dihitung:
prf = 1,44 : (C Ra + 2 CRb)
= 1,44 : (2,2 .10-6 *6,8.104 + 2 *2,2 .10-6 *6,8.104)
= 9,625
Tanda untuk rasio spasi:
= t1 : t2
= 2 detik : 1 detik
= 2
Setelah mengetahui nilai komponen – komponen pada IC 555 maka rangkaian
timer secara lengkap dapat dilihat pada gambar 4.8
37
Gambar 4.8 Rangkaian timer IC 555
4.6.5 Perancangan Rangkaian Alarm
Rangkaian alarm di dalam rancangan ini berfungsi untuk memberi
peringatan apabila kecepatan angin tergolong ekstrim ( 10 s/d 12 knot). Pada saat
anemometer digital berbasis mikrokontroler AT89S51 ini mendeteksi kecepatan
angin tersebut maka secara otomatis mikrokontroler AT89S51 mengatur port 3.1
menjadi berlogika 1 sehingga tegangan pada port ini menjadi sekitar 5 Volt.
Tegangan pada port 3.1 ini menjadi Vcc rangkaian alarm sehingga pada saat
mendapat tegangan sebesar 5 V rangkaian alarm yang merupakan rangkaian
oscillator astable langsung bekerja menghasilkan gelombang.
Output dari rangkaian ini dihubungkan dengan speaker yang berfungsi
mengubah gelombang listrik menjadi gelombang suara. Agar dapat didengar oleh
telinga manusia maka frekuensi yang dihasilkan oleh rangkaian alarm harus
berada pada kisaran frekuensi audio yaitu antara 20 s/d 20.000 Hz. Rangkaian
timer secara lengkap dapat dilihat pada gambar 4.9
Gambar 4.9 Rancangan rangkaian alarm
Rb 680K Ω
Ra
330K Ω
U3 LM555 1 8
2 7
3 6
4 5
Ke
P3.1
2.2µF
C
2.2 µF Rb
680K Ω
Ra
680KΩ
IC 555
+5 V
1 8
2 7
3 6
4 5
t1
t2
T
2 1
IC 7404
38
P0.3 P0.2
P0.0
P0.3
P0.1
4.7 Interface Driver LCD
LCD digunakan untuk menampilkan hasil pengolahan data dari
Mikrokontroler AT89S51 berupa kecepatan dan arah angin. Gambar interface
driver LCD 16x2 dengan mikrokontroler ditunjukkan oleh gambar 4.10.
Gambar 4.10 Perancangan interface driver LCD
Hubungan dari pin LCD dengan mikrokontroler ditunjukkan oleh tabel
4.3. Pin 7 sampai dengan pin 14 merupakan pin untuk data (sebanyak 8 pin). Pin-
pin ini dihubungkan dengan port 0 mikrokontroler. Selain pin data, terdapat juga
pin RS dan pin EN yang berfungsi pada saat mikrokontroler mengirimkan data
maupun instruksi ke LCD. Pin ini masing-masing terhubung dengan port 3.6 dan
port 3.7.
Tabel 4.3 Hubungan pin LCD ke mikrokontroler
PIN LCD PORT MIKROKONTROLER
PIN 4 (RS) Port 3.6
PIN 6 (EN) Port 3.7
PIN 7 (DB0) Port 0.0
PIN 8 (DB1) Port 0.1
PIN 9 (DB2) Port 0.2
PIN 10 (DB3) Port 0.3
PIN 11 (DB4) Port 0.4
PIN 12 (DB5) Port 0.5
PIN 13 (DB6) Port 0.6
PIN 14 (DB7) Port 0.7
Alur kerja program driver LCD ditunjukkan oleh gambar 4.11:
P0.7
P0.6
P0.5
P0.4
P0.3
P0.2
P0.1
P0.0
P3.7
P3.6
39
Gambar 4.11 Alur kerja program driver LCD
Penjelasan mengenai gambar 4.11 yaitu:
Pada saat LCD dihidupkan yang pertama kali dilakukan yaitu menghapus
isi LCD / clear display. Setelah itu dilanjutkan dengan mengatur lebar data yang
diinginkan. Data yang dikirim 8 bit sekaligus. Selanjutnya yaitu mengatur kursor
apakah ditampilkan atau tidak. Yang terakhir yaitu mengatur pergeseran karakter
apakah ke kanan atau ke kiri dengan mengeset increment/decrement.
Berikut adalah cuplikan sub rutin untuk penulisan tampilan di LCD.
RS_LCD equ P3.6
EN_LCD equ P3.7
Start:
Mov DPTR,#Awalan ;isi data pointer dengan awalan
Lcall Init_lcd ;panggil inisialisai lcd
Lcall tulis_char ;panggil subrutin tulis karakter
Lcall tulis_data ;panggil subrutin penulisan data
tulis_char:
mov r3,#16 ;isi R3 dengan 16
mov r1,#80h ;isi R1 dengan 80h
call tulis_inst ;panggil subrutin pengiriman address
ret;
tulis_data:
clr a ; A = 0
movc a,@a+dptr ; A = [A+ DPTR]
mov r1,A ; R1 = A
inc dptr ; DPTR = DPTR +1
call tulis_lcd ; panggil subrutin tulis karakter ke LCD
djnz r3,tulis_data ; r3 kurangi 1 lalu ulangi terus tulis_data
hingga r3=0
ret
;
Lanjutan………………………
Mulai
Hapus Layar
Atur function set
Atur kursor dan display
Mengatur increment / decrement
Selesai
40
Secara garis besar cara kerja programnya adalah pada saat dihidupkan
maka pada LCD akan ditampilkan tulisan awalan yaitu “Anemometer Siap”.
Setelah itu pada LCD akan ditampilkan kecepatan angin dan arahnya.
4.8 Catu Daya
Pada rancangan ini digunakan catu daya dengan tegangan konstan.
Mengingat seluruh komponen di dalam rancangan ini adalah komponen yang
sangat peka terhadap perubahan tegangan dan seluruh komponen dirancang
dengan tegangan Vcc sebesar 5 Volt maka catu daya harus mampu mensuplay
tegangan +5 Volt DC yang konstan. Untuk memenuhi kebutuhan itu maka peneliti
memasang regulator IC LM7805 untuk mendapatkan tegangan yang stabil
sebesar 5 Volt.
Gambar 4.12 Catu daya
Regulator tegangan ini juga berfungsi untuk mengantisipasi terjadinya
hubungan singkat pada beban. IC LM7805 ini dipadukan dengan baterai 9 Volt
yang merupakan sumber tegangan DC 9 Volt. Dipilih sumber tegangan baterai
yaitu untuk menunjang mobilitas dari rancangan anemometer digital ini. Adapun
pemasangan IC LM7805 ditunjukkan oleh gambar 4.12.
IC LM7805 Baterai 9V +
- C 10 μF GND +5 V
41
4.9 Penggabungan perangkat keras secara keseluruhan
Penggabungan seluruh perangkat keras secara keseluruhan ditunjukkan
oleh gambar 4.13.
Gambar 4.13 Rangkaian perangkat keras secara keseluruhan
Untuk pembahasan penggabungan perangkat keras secara keseluruhan
akan diuraikan secara lengkap pada bab selanjutnya meliputi proses kerja sensor
D3
D2
+5
V
R7
8,2
KΩ
C4
30pF
LCD R8
8,2
KΩ
5
v
C2
10μF
+ 5v
+ 5v
5v
P3.6 &P3.7
P0.0 –
P0.7
VR 1KΩ
12 MHz
C3
30pF
U1
AT89S51 P1.0
P1.1
P1.2
P1.3
P1.4
P1.5 /MOSI
P1.6 /MISO
P1.7 /SCK
Rst
P 3.0
(RXD)
P 3.1 (TXD)
P 3.2
(INT0)
P 3.3
(INT1)
P 3.4 (T0)
P 3.5 (T1)
P 3.6 (WR)
P 3.7 (RD)
X-Tal 1
X-tal 2
GND
Vcc
P0.0 (AD 0)
P0.1 (AD 1)
P0.2 (AD 2)
P0.3 (AD 3)
P0.4 (AD 4)
P0.5 (AD 5)
P0.6 (AD 6)
P0.7 (AD7 )
EA / Vpp
ALE /
PROG
PSEN
P2.7 (A15)
P2.6 (A14)
P2.5 (A13)
P2.4 (A12)
P2.3 (A11)
P2.2 (A10)
P2.1 (A 9)
P2.0 (A 8)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
40
39
38
37
36
35
34
33
32
31
30
29
28
27
26
25
24
23
22
21
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
GND
Vcc
VEE
RS
R /
W
EN
DB 0
DB 1
DB 2
DB 3
DB 4
DB 5
DB 6
DB 7
V+B
L
V-
BL
5v
+5 V
C 1
1µF R2
680K Ω
R1
680KΩ
U2
LM555
+5 V
1 8
2 7
3 6
4 5
+ 5v
R6
680K Ω
R5 330K Ω
U3
LM555
1 8
2 7
3 6
4 5
R10
220Ω
R7
180 Ω
VR 1KΩ + 5v
R9 1 KΩ R8
1KΩ
1
3 +
11
IC 7404
3 4 2 - 4
1
3 + 11
+5 V
IC 7404
1 2
R3
8,2 KΩ R4
8,2 KΩ
C5 2.2µF
D1
Q1 U4
42
pada propeler, sensor pada flap maupun alur kerja program. Visualisasi perangkat
keras rancangan rangkaian anemometer digital dapat dilihat pada gambar 4.14.
Gambar 4.14 Visualisasi rancangan anemometer digital
4.10 Perancangan perangkat lunak
Perangkat lunak yang direncanakan yaitu proses pembuatan program
utama dari keseluruhan perangkat lunak yang dibuat. Perancangan diagram alir
rangkaian anemometer digital dapat dilihat pada gambar 4.15.
Langkah pertama adalah perencanaan diagram alur, penulisan bahasa
assembly dan mensimulasikannya dengan software. Jika terjadi kesalahan pada
program maka akan dilakukan program ulang ke dalam Mikrokontroler AT89S51.
Pada saat LCD pertama kali dinyalakan maka dilakukan inisialisasi LCD
untuk meng-clear display pada LCD serta mengatur sistem pengiriman data
maupun kursornya. Proses berikutnya yaitu menentukan arah angin. Pada proses
ini Mikrokontroler AT89S51 juga menunggu bit input dari 8 port yang terhubung
dengan sensor pada flap untuk mengetahui arah angin pada saat itu.
Mikrokontroler AT89S51 akan mengecek apakah ada bit input dari port utara.
Sensor kecepatan
angin
propeler
Sensor arah angin
LCD
flap
Papan
Rangkaian
43
Jika ada maka akan dibandingkan datanya dengan database untuk ditampilkan
pada LCD.
Gambar 4.15 Diagram alir program
Jika tidak ada bit input pada sensor utara maka dilanjutkan dengan
memeriksa port timur laut. Jika ada maka dilakukan proses yang sama dengan di
T
Y
T
START
INISIALISASI
LCD
JALANKAN
TIMER
TUNGGU INPUT
DARI PORT 1.0
SIMPAN BIT 1 DI
REGISTER
HITUNG
JUMLAH BIT 1
BANDINGKAN
DENGAN
DATABASE (DB)
ADA INPUT
DARI TIMER?
TAMPILKAN DI LCD “KECEPATAN ANGIN”
T
Y APAKAH
TIMUR LAUT
T
Y APAKAH
TIMUR ?
T
Y APAKAH
TENGGARA ?
T
Y APAKAH
SELATAN ?
T
Y APAKAH
BARATDAYA
T
Y APAKAH
UTARA?
T
Y APAKAH
BARAT ?
Y APAKAH
BARAT
LAUT
BANDINGKAN
DENGAN DATABASE
(DB)
TAMPILKAN DI LCD “ARAH ANGIN”
selesai
TAMPILKAN DI LCD “MENCARI ARAH ANGIN”
44
atas. Jika tidak ada maka dilanjutkan dengan memeriksa port berikutnya yaitu
port timur. Jika sama sekali tidak ada input pada sensor arah maka pada LCD
ditampilkan tulisan ”Mencari Arah Angin”.
Proses berikutnya yatu menghitung kecepatan angin. Kecepatan angin
dihitung dengan cara menghitung jumlah bit yang berasal dari port 1.0 dalam
rentang waktu yang ditentukan oleh rangkaian timer. Selama timer belum
memberi input bit 1 ke port 1.1 maka alat akan menunggu input bit digital dari pot
1.0 yang terhubung dengan rangkaian sensor kecepatan di propeler. Jika ada bit
”1” yang diterima oleh port Mikrokontroler AT89S51 maka bit tersebut akan
disimpan ke dalam register di dalam Mikrokontroler AT89S51.
Setelah timer mengirim bit 1 ke port 1.1 maka akan dihitung jumlah bit
”1” yang terkumpul di register. Data ini kemudian dibandingkan dengan data base
kecepatan angin. Data yang cocok dengan data base yang tersimpan di dalam
ROM Mikrokontroler AT89S51 kemudian dikirim ke LCD untuk ditampilkan.
Demikian proses ini berlanjut sesuai dengan gambar 4.15.
45
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.Realisasi Perangkat Keras Anemometer Digital
Dari perancangan pada Bab IV diperoleh anemometer digital berbasis
mikrokontroler AT89S51 yang dapat mengukur kecepatan angin dan mengetahui
arah angin. Alat ini portable sehingga mudah dibawa untuk survey di lapangan
seperti terlihat pada gambar 5.1.
(a)
(b)
Gambar 5.1 Anemometer digital berbasis mikrokontroler AT89S51
a) Tampak bagian dalam
b) Tampak bagian luar
48
flap propeler
AT89S51
Sensor pada
propeler
Switch arah angin
LCD LED timer
46
5.2 Pengujian dan Pembahasan Perangkat Keras
Pengujian dilakukan terhadap setiap bagian / blok perangkat keras yang
telah dirancang pada bab IV dengan menggunakan multimeter. Blok-blok
perangkat keras yang diuji yaitu:
a. Port paralel mikrokontroler AT89S51
b. Rangkaian sensor arah angin dengan tampilan LCD
c. Rangkaian timer
d. Rangkaian sensor kecepatan angin
e. Rangkaian alarm
5.2.1 Pengujian dan Pembahasan Port Paralel Mikrokontroler AT89S51
Port paralel minimum sistem mikrokontroler AT89S51 dapat digunakan
sebagai I/O jika dalam kondisi awal pin pada tiap port berlogika tinggi (high).
Untuk menguji kondisi awal port paralel mikrokontroler AT89S51 dilakukan
sesuai gambar 5.2 .
Sebelum pengujian, ke dalam mikrokontroler AT89S51 di-download
program untuk menguji kondisi awal port paralel mikrokontroler AT89S51.
Pengukuran dilakukan dengan cara menempelkan probe voltmeter ke salah satu
pin port paralel mikrokontroler AT89S51.
Pengujian kondisi awal port paralel mikrokontroler AT89S51 dilakukan
satu per satu ke tiap port secara berurutan. Pertama kali dilakukan pengujian
terhadap Port 0. Melalui program diatur agar Port 0 berada dalam kondisi high.
Kondisi high ini dipertahankan selama kira – kira 1 menit dengan cara memanggil
sub rutin delay. Dalam rentang waktu 1 menit tersebut dilakukan pengukuran ke
delapan pin port 0 (pin 32 s/d 39). Pada 1 menit berikutnya port 0 di-set ke
kondisi low. Selama 1 menit ini kembali dilakukan pengukuran untuk mengetahui
tegangan pada delapan buah pin port 0.
Langkah berikutnya dilakukan dilakukan pengukuran pada port 1, port 2,
dan port 3 dengan cara yang hampir sama dengan pengukuran port 0.
47
Gambar 5.2 Diagram blok pengukuran port paralel AT89S51
Cuplikan potongan program untuk menguji kondisi awal port paralel
mikrokontroler AT89S51 adalah sebagai berikut:
Setb P0 ;Set Port 0 ke kondisi high (bit 1)
Call Delay ;Panggil delay
Clr P0 ;Set Port 0 ke kondisi low (bit 0)
Call Delay ;Panggil delay
Setb P1 ;Set Port 1 ke kondisi high (bit 1)
Call Delay ;Panggil delay
Clr P1 ;Set Port 1 ke kondisi low (bit 0)
Call Delay ;Panggil delay
Setb P2 ;Set Port 2 ke kondisi high (bit 1)
Call Delay ;Panggil delay
Clr P2 ;Set Port 2 ke kondisi low (bit 0)
Call Delay ;Panggil delay
Setb P3 ;Set Port 3 ke kondisi high (bit 1)
Call Delay ;Panggil delay
Clr P3 ;Set Port 3 ke kondisi low (bit 0)
Call Delay ;Panggil delay
End ;selesai
Hasil pengukuran pada masing-masing port mulai dari port 0 hingga port
3 pada mikrokontroler AT89S51 dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Kondisi awal port paralel
PORT NO PIN LOGIKA TEGANGAN
0 32 s/d 39 High 4,36 V
Low 0,00 V
1 1 s/d 8 High 4,36 V
Low 0,00 V
2 21 s/d 28 High 4,36 V
Low 0,00 V
3 10 s/d 17 High 4,36 V
Low 0,00 V
Voltmeter
Mikrokontroler AT89S51 Port 0
Port 1
Port 2
Port 3
48
Gambar 5.3 Pengukuran kondisi awal port paralel AT89S51
Dari hasil pengukuran yang dilakukan, kondisi output setiap port paralel
dari minimum sistem mikrokontroler AT89S51 sesuai dengan program yang
dimasukkan. Hal ini menandakan sistem minimum yang dirancang telah dapat
digunakan sebagai I/O. Pengukuran kondisi awal port paralel dari minimum
sistem mikrokontroler AT89S51 dapat dilihat pada gambar 5.3
5.2.2 Pengujian Sensor Arah Angin dengan Tampilan LCD
Sesuai dengan perancangan alat pada bab III, sensor arah dihubungkan
dengan port 2 mikrokontroler AT89S51 dan LCD dihubungkan dengan port 0
dan port 3. Diagram blok pengukuran sensor dapat dilihat pada gambar 5.4.
Pengujian sensor dilakukan dengan memutar flap sensor arah angin dengan tangan
ke 8 buah sensor secara bergantian.
Sensor arah angin berupa switch yang terdiri atas bagian yang dapat
berputar bersama flap dan bagian yang diam (fix). Sensor yang dapat berputar
berupa tangkai yang diberi tegangan ± 5 Volt. Bagian lainnya yaitu terdiri atas 8
buah lempeng plat yang masing-masing terhubung dengan port 2 mikrokontroler
AT89S51.Plat yang sejajar dengan flap akan mendapat tegangan sebesar + 5V
sehingga salah satu dari delapan buah port 2 mikrokontroler AT89S51 yang
terhubung dengan sensor itu akan berlogika 1.
Mikrokontroler AT89S51 akan mengenali port yang mendapat bit 1 dan
mengirim tulisan ke LCD arah angin pada saat tersebut.
4,36 Volt
49
Gambar 5.4 Blok diagram pengujian sensor arah angin
Realisasi switch yang digunakan sebagai sensor arah angin dapat dilihat
pada gambar 5.5
Gambar 5.5 Switch pada sensor arah
Bahasa yang digunakan untuk membuat program pembacaan sensor arah
angin adalah bahasa assembly.Cuplikan program untuk sensor arah angin adalah
sebagai berikut:
Startarah:
Jnb SensorUtara,BukanUtara ;Jika SensorUtara bit 0 lompat
ke BukanUtara
Mov DPTR,#PesanUtara ;Copy data PesanUtara ke DPTR
Lcall Posisi2 ;panggil subrutin Posisi2
Ljmp baca ;lompat ke baca
BukanUtara:
Jnb SensorTimurLaut,BukanTimurLaut; Jika SensorTimurLaut
bit 0 lompat ke BukanTimurLaut
Mov DPTR,#PesanTimurLaut ;Copy PesanTimurLaut ke DPTR
Lcall Posisi2 ;panggil subrutin posisi2
Ljmp baca ;lompat ke baca
BukanTimurLaut:
Jnb SensorTimur,BukanTimur ;Jika SensorTimur bit 0
lompat ke BukanTimur
Mov DPTR,#PesanTimur ;Copy PesanTimur ke DPTR
Lcall Posisi2 ;panggil subrutin posisi2
Ljmp baca ;lompat ke baca
AT89S51
LCD
Sensor Arah
Voltmeter
Port 2 Port 0
Bagian switch
yang dapat
berputar
50
BukanTimur:
Jnb SensorTenggara,BukanTenggara;Jika SensorTenggara bit 0
lompat ke BukanTenggara
Mov DPTR,#PesanTenggara ;Copy PesanTenggara ke DPTR
Lcall Posisi2 ;panggil subrutin posisi2
Ljmp baca ;lompat ke baca
BukanTenggara:
Jnb SensorSelatan,BukanSelatan;Jika SensorSelatan bit 0
lompat ke BukanSelatan
Mov DPTR,#PesanSelatan ;Copy PesanSelatan ke DPTR
Lcall Posisi2 ;panggil subrutin posisi2
Ljmp baca ;lompat ke baca
BukanSelatan:
Jnb SensorBaratDaya,BukanBaratDaya;Jika SensorBaratDaya
bit 0 lompat ke BukanBaratDaya
Mov DPTR,#PesanBaratDaya ;Copy PesanBaratDaya ke DPTR
Lcall Posisi2 ;panggil subrutin posisi2
Ljmp baca ;lompat ke baca
BukanBaratDaya:
Jnb SensorBarat,BukanBarat ;Jika SensorBarat bit 0
lompat ke BukanBarat
Mov DPTR,#PesanBarat ; Copy PesanBarat ke DPTR
Lcall Posisi2 ;panggil subrutin posisi2
Ljmp baca ;lompat ke baca
BukanBarat:
Jnb SensorBaratLaut,BukanBaratLaut; Jika SensorBaratLaut
bit 0 lompat ke BukanBaratLaut
Mov DPTR,#PesanBaratLaut ;Copy PesanBaratLaut ke DPTR
Lcall Posisi2 ;panggil subrutin posisi2
Ljmp baca ;lompat ke baca
BukanBaratLaut:
Mov DPTR,#CariArah ;Copy CariArah ke DPTR
Lcall Posisi2 ;panggil subrutin posisi2
jmp Startarah ;lompat ke Startarah
PesanUtara:
DB 'ARAH:Utara 000'
PesanTimurLaut:
DB 'ARAH:Tm.Laut 045'
PesanTimur:
DB 'ARAH:Timur 090'
PesanTenggara:
DB 'ARAH:Tenggara135'
PesanSelatan:
DB 'ARAH:Selatan 180'
PesanBaratDaya:
DB 'ARAH:Br.Daya 225'
PesanBarat:
DB 'ARAH:Barat 270'
PesanBaratLaut:
DB 'ARAH:Br.Laut 315'
CariArah:
DB 'MencariArahAngin'
dst..................
Penjelasan mengenai cuplikan program di atas adalah sebagai berikut:
51
Pembacaan sensor pertama kali dimulai dari sub rutin StartArah yang
merupakan subrutin untuk membaca sensor utara. Jika sensor utara (port 2.0)
masih dalam kondisi low (bit 0) maka langkah selanjutnya langsung melompat ke
sub rutin BukanUtara. Tapi jika sensor utara dalam kondisi high (bit1) maka
dilanjutkan dengan langkah meng-copy isi PesanUtara ke dalam data pointer
(DPTR). PesanUtara merupakan salah satu isi data base kalimat yang akan
ditampilkan di LCD.
Langkah selanjutnya yaitu memanggil sub rutin Posisi2. Sub rutin ini
merupakan rangkaian perintah – perintah untuk menampilkan data pada LCD.
Pada sub rutin ini diatur agar PesanUtara ditampilkan pada baris kedua LCD.
Setelah sub rutin Posisi2 selesai dilaksanakan maka pada LCD akan muncul
tulisan ”ARAH:Utara 000”.
Setelah muncul informasi mengenai arah di LCD langkah selanjutnya
yaitu memanggil sub rutin baca. Sub rutin baca merupakan rangkaian perintah
untuk membaca sensor kecepatan (port 1.0) dan output rangkaian timer (port1.1).
Seperti yang disebutkan sebelumnya, jika sensor utara dalam kondisi low
(bit 0) dan ternyata sensor Timur Laut dalam kondisi high (bit1) maka ke dalam
data pointer (DPTR) yang di-copy-kan adalah isi PesanTimurLaut. Langkah
berikutnya hampir sama dengan sub rutin StartArah yaitu memanggil subrutin
Posisi2 sehingga pada LCD akan tampil kalimat”ARAH:Tm.Laut 045”.
Apabila sensor utara dan sensor timur laut ternyata dalam kondisi low (bit
0) maka dilanjutkan dengan membaca sensor timur. Jika sensor timur juga
ternyata dalam kondisi low (bit 0) maka dilanjutkan dengan pembacaan sensor –
sensor lainnya secara berurutan yaitu sensor tenggara, sensor selatan, sensor barat
daya, sensor barat, dan terakhir sensor barat laut.
Pembacaan sensor berlanjut sampai salah satu sensor terbaca dalam
kondisi high (bit1). Setelah ditemukan sensor yang dalam kondisi high (bit1)
maka DPTR diisi dengan pesan dari data base arah angin yang sesuai. Namun
apabila pembacaan dari sensor utara hingga sensor barat laut tidak ada ditemukan
satupun sensor yang dalam kondisi low (bit 0) maka pada DPTR di-copy pesan
52
CariArah sehingga pada saat ditampilkan di LCD akan muncul tulisan
”MencariArahAngin”.
Tabel hasil pengujian sensor arah dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Pengujian sensor arah
ARAH YANG DIUJI PORT AT89S51 TEGANGAN TULISAN PADA LCD
UTARA 2.0 4,8 V ARAH UTARA 000
TIMUR LAUT 2.1 4,8 V ARAH TIMUR LAUT 045
TIMUR 2.2 4,8 V ARAH TIMUR 090
TENGGARA 2.3 4,8 V ARAH TENGGARA 135
SELATAN 2.4 4,8 V ARAH SELATAN 180
BARAT DAYA 2.5 4,8 V ARAH BARAT DAYA 225
BARAT 2.6 4,8 V ARAH BARAT 270
BARAT LAUT 2.7 4,8 V ARAH BARAT LAUT 315
- - 0 V MENCARI ARAH ANGIN
Foto hasil pengujian sensor arah seperti terlihat pada gambar 5.6.
Gambar 5.6 Tampilan LCD pada saat pengujian sensor arah
Dari hasil pengujian terhadap sensor arah angin seperti yang ditunjukkan
oleh gambar 5.6 dan tabel 5.2 maka rangkaian sensor arah angin telah bekerja
sesuai dengan hasil rancangan penulis pada Bab IV.
5.2.3 Pengujian Timer
Sesuai dengan rancangan pada bab IV, rangkaian timer berfungsi
mengatur waktu untuk memproses data bit yang ada pada register mikrokontroler
AT89S51 agar dapat ditampilkan pada LCD. Timer diatur agar data kecepatan
53
angin dapat ditampilkan pada LCD tiap 3 detik. Untuk men-trigger agar port 1.1
mengenali sinyal dari rangkaian timer maka port 1.1 harus diberi logika high (bit
1) minimal sekitar 0,5 detik.
Dari rumus 2.1 dan 2.2 untuk menghitung panjang bit yang ditulis pada
bab II adalah tidak mungkin membuat output IC 555 dalam kondisi low lebih
lama dan kondisi high lebih singkat. Untuk itu diperlukan suatu inverter yang
dapat membalikkan kondisi output IC 555 dari kondisi high ke low dan begitu
juga sebaliknya dari kondisi low ke high. Dengan cara demikian kondisi high
yang diberikan ke port 1.1 mikrokontroler AT89S51 dapat diatur menjadi lebih
singkat dibandingkan kondisi low-nya. Inverter yang digunakan di dalam
rangkaian ini yaitu IC 7404. Pada saat ouput rangkaian timer dalam kondisi low
maka sensor kecepatan angin akan membaca dan menyimpan bit 1. Setelah ouput
rangkaian timer dalam kondisi high barulah data dari sensor kecepatan angin itu
diproses untuk mengetahui arah angin.
Untuk memudahkan pengamatan kondisi logika pada output rangkaian
timer maka dipasang komponen Light Emiting Diode (LED) sebelum dan sesudah
IC 7404. Apabila output dalam kondisi high maka LED akan menyala dan jika
output dalam kondisi low maka LED akan padam. Blok diagram pengujian timer
dapat dilihat pada gambar 5.7.
Gambar 5.7 Blok diagram pengujian rangkaian timer
Dari perhitungan dalam perancangan di Bab IV diatur sehingga port 1.1
mikrokontroler AT89S51 mendapat bit 0 selama sekitar 2 detik dan mendapat bit
1 selama sekitar 1 detik. Untuk mengukur lama bit tersebut digunakan peralatan
oscilloscope . Selain itu juga dilakukan pengujian dengan cara mengamati kondisi
AT89S51
Timer
Voltmeter
Port 1.1
54
LED pada saat menyala dan padam.Untuk mengukur tegangan output digunakan
voltmeter / oscilloscope.Pengukuran tegangan output rangkaian timer dengan
menggunakan voltmeter dapat dilihat pada gambar 5.8
Gambar 5.8 Pengukuran tegangan output rangkaian timer
Hasil pengujian rangkaian timer dicatat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Pengujian timer
LOGIKA TEGANGAN
(Volt)
WAKTU (Detik)
Hasil perhitungan Hasil pengukuran
dengan stopwatch
HIGH 2,20 1’ 0’59”
LOW 0 2’ 2’45”
Dari hasil pengukuran yang dicatat pada tabel 5.3 didapat hasil tidak sama
persis dengan perhitungan namun tidak jauh menyimpang dari batas toleransi. Hal
ini disebabkan nilai pembulatan dan toleransi pada komponen resistor serta
kapasitor yang digunakan di dalam rangkaian timer.
5.2.4 Pengujian Sensor Kecepatan Angin dengan Tampilan LCD
Rangkaian ini berfungsi untuk mengukur kecepatan angin. Sensor pada
propeler terdiri atas sepasang sensor infra merah. Sensor infra merah terdiri atas
infrared emitting diode dan photo transistor yang saling berhadapan. Infrared
emitting diode berfungsi memancarkan sinar infra merah dan photo transistor
berfungsi menerima sinar infra merah. Di antara infrared emitting diode dan photo
2,20 Volt
55
transistor terdapat sebuah lempeng propeler yang dapat bergerak berputar. Output
rangkaian sensor kecepatan angin dihubungkan dengan port 1.0 mikrokontroler
AT89S51.
Apabila lempeng propeler tepat tegak lurus terhadap tranceiver infra
merah maka sinar infra merah akan terhalang oleh lempeng sehingga sinar infra
merah tersebut tidak dapat diterima oleh phototransistor. Jika phototransistor
tidak menerima sinar infra merah maka output rangkaian sensor inframerah yang
masuk ke mikrokontroler AT89S51 adalah bit 1. Begitu juga sebaliknya, jika
lempeng penghalang sudah tidak lagi menghalangi sinar infra merah dari infrared
emitting diode menuju phototransistor maka output rangkaian sensor kecepatan
angin yang masuk ke mikrokontroler AT89S51 adalah bit 0.
Untuk menguji bekerja tidaknya sensor kecepatan ini dilakukan dengan
pengukuran tegangan pada port 1.0 mikrokontroler AT89S51. Pada saat
phototransistor terhalang lempeng dan tidak menerima sinyal infra merah maka
port 1.0 mikrokontroler AT89S51 harus mendapat bit 1 yang ditandai dengan
menyalanya LED dan sebaliknya pada saat phototransistor tidak terhalang
lempeng maka pada port 1.0 mendapat bit 0 dan LED padam.
Diagram blok pengujian rangkaian sensor kecepatan angin dapat dilihat
pada gambar 5.9.
Gambar 5.9 Blok diagram pengujian sensor kecepatan angin
Untuk mengetahui kecepatan angin, maka harus ada data mengenai
hubungan kecepatan angin dengan jumlah putaran propeler kincir angin yang
dirancang. Data ini akan menjadi dasar dalam pembuatan data base software
anemometer digital yang akan di-download ke dalam mikrokontroler AT89S51.
Untuk mendapatkan data korelasi antara kecepatan angin dan jumlah putaran
AT89S51
LCD
Sensor
Kecepatan
Voltmeter
Port 1.0 Port 0
56
propeler maka penulis melakukan uji banding dengan peralatan anemometer yang
ada di Stasiun Meteorologi dan Geofisika yang secara rutin telah dikalibrasi.
Tabel 5.4 Korelasi kecepatan angin dan jumlah putaran propeler dalam 3 detik.
KECEPATAN ANGIN
(Knots) JUMLAH PUTARAN
0 0
0,5 1
1 2
1,5 3,5
2 4
2,5 5,5
3 6
3,5 7
4 8
5 10,5
6 12
Data mengenai korelasi antara kecepatan angin dan jumlah putaran
propeler diperoleh dengan cara menghitung jumlah putaran propeler dalam
jangka waktu 3 detik pada saat kecepatan tertentu. Pengukuran juga tidak dapat
dilakukan pada semua level kecepatan mengingat kecepatan angin yang tidak
menentu dan ada kecepatan angin yang bersifat ekstrim yang sangat jarang
terjadi. Hasil pengukuran korelasi antara kecepatan angin dan jumlah putaran
propeler dapat dilihat pada tabel 5.5 dan grafik 5.1.
0
2
4
6
8
10
12
14
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6
Putaran
Grafik 5.1 Korelasi kecepatan angin dan jumlah putaran propeler dalam 3 detik.
Kecepatan angin
Jml. Putaran
(knot)
57
Setelah diperoleh data korelasi antara kecepatan angin dan jumlah putaran
propeler langkah selanjutnya yaitu menggunakan data pada tabel 5.5 sebagai
acuan dalam membuat software data base kecepatan angin. Karena data mengenai
korelasi antara kecepatan angin dan jumlah putaran propeler tidak lengkap maka
data kecepatan yang tidak tercantum pada tabel 5.5 dibuat dengan perkiraan
korelasi data secara linier. Cuplikan program untuk kecepatan angin adalah
sebagai berikut:
baca:
clr P1.0 ;port 1.0 dibuat kondisi low
jnb P1.0,cek ;jika P1.0 low maka lompat ke cek
jnb P1.0,$ ;jika P1.0 high maka tunggu hingga low lg
inc r5 ;R5 + 1
call cek ;panggil cek
cek: jb P1.1,speed_0;jika P1.1 high lompat ke speed_0
call speed_z ;panggil speed_z
speed_z:
CJNE R4,#0b,speed_1 ;jika isi R4 ≠ nol lompat ke speed_1
Mov DPTR,#kecepatan_0 ;isi DPTR pesan kecepatan_0
Lcall Posisi ;panggil Posisi
Ljmp Startarah ;loncat ke Startarah
speed_0:
mov a,r5 ;copy data R5 ke accumulator
mov r4,a ;copy data accumulator ke R4
mov r5,#0 ;kosongkan R5
CJNE R4,#0b,speed_1 ;jika R4 ≠ nol lompat ke speed_1
Mov DPTR,#kecepatan_0 ;isi DPTR pesan kecepatan_0
Lcall Posisi ;panggil Posisi
Ljmp Startarah ;loncat ke Startarah
speed_1:
CJNE R4,#1,speed_2 ;jika isi R4 ≠ 1 lompat ke speed_2
Mov DPTR,#kecepatan_1 ;isi DPTR pesan kecepatan_1
Lcall Posisi ;panggil Posisi
Ljmp Startarah ;loncat ke Startarah
speed_2:
CJNE R4,#2,speed_3 ;jika isi R4 ≠ 2 lompat ke speed_3
Mov DPTR,#kecepatan_2 ;isi DPTR pesan kecepatan_2
Lcall Posisi ;panggil Posisi
Ljmp Startarah ;loncat ke Startarah
speed_3:
CJNE R4,#3,speed_4 ;jika isi R4 ≠ 3 lompat ke speed_4
Mov DPTR,#kecepatan_3 ;isi DPTR pesan kecepatan_3
Lcall Posisi ;panggil Posisi
Ljmp Startarah ;loncat ke Startarah
kecepatan_0:
DB '0.0knot calm'
kecepatan_1:
DB '0.5knot calm'
kecepatan_2:
DB '1.0knot calm'
dst ...........................................
58
Berikut adalah penjelasan mengenai cuplikan program di atas:
Setelah anemometer berhasil melakukan pembacaan arah mata angin,
langkah berikutnya yaitu menghitung kecepatan angin. Pertama kali yang
dilakukan adalah me-reset port 1.0 menjadi berlogika 0. Langkah selanjutnya
yaitu mikrokontroler AT89S51 akan menunggu input bit 1 pada port 1.0 yang
berasal dari sensor kecepatan angin. Apabila port 1.0 masih dalam kondisi low
maka langsung loncat ke subrutin cek untuk memeriksa apakah pada port 1.1 telah
menerima input dari timer.Apabila pada port 1.0 nantinya diterima bit 1 maka
ditunggu sampai bit ini kembali ke kondisi low kembali. Hal ini bertujuan untuk
memisahkan antara bit 1 dengan bit lainnya karena pada kecepatan tertentu
panjang bit 1 yang diterima tentunya juga berbeda-beda. Hal ini juga bertujuan
untuk mengenali jika pada suatu saat sensor kecepatan angin dalam kondisi
nyangkut.
Setelah bit 1 kembali lagi ke kondisi low maka mikrokontroler AT89S51
akan melakukan increment terhadap isi register R5 (data R5 +1). Langkah ini
untuk menghitung dan menyimpan bit 1 yang telah terbaca di register R5. Setelah
itu dilanjutkan dengan sub rutin cek. Sub rutin ini berfungsi mengecek port 1.1
apakah sudah menerima bit 1 dari rangkaian timer. Jika yang diterima masih bit 0
maka langkah dilanjutkan ke speed_z. Langkah ini bertujuan pada saat aneometer
pertama kali dihidupkan dan belum ada data kecepatan angin yang diproses
karena belum menerima bit 1 dari timer maka pada LCD ditampilkan kecepatan
saat itu adalah 0 knot.
Jika pada saat sub rutin cek dijalankan ternyata port 1.1 telah menerima bit
1 dari rangkaian timer maka langkah selanjutnya langsung loncat ke sub rutin
speed_0. Pada sub rutin speed_0 data dari register R5 di-copy ke accumulator (A)
untuk kemudian di-copy ke register R4. Setelah data di-copy ke R4 kemudian
data di R5 dihapus (reset) untuk mulai menghitung bit 1 dari awal lagi yang akan
digunakan untuk menghitung kecepatan angin pada 3 detik berikutnya.
Langkah berikutnya yaitu membandingkan data jumlah bit yang telah di-
copy ke R4 dengan data base kecepatan angin. Jika misalnya ternyata di R4
tercatat ada 1 buah bit 1 dalam 3 detik maka sub rutin yang cocok adalah sub rutin
59
speed_1 dan pada data pointer (DPTR) akan di-copy pesan kecepatan_1. Setelah
itu dilanjutkan dengan memanggil sub rutin posisi yang berisi rangkaian perintah
untuk menampilkan pesan di DPTR pada baris pertama LCD. Setelah pesan
mengenai kecepatan angin dan kategori angin berhasil ditampilkan di LCD maka
langkah berikutnya yaitu loncat kembali ke Startarah untuk mulai lagi pembacaan
arah angin.
Software yang sudah benar dan lengkap kemudian di-download ke dalam
mikrokontroler AT89S51 dengan ISP flash programing.
Hasil dari pengujian rangkaian sensor kecepatan angin dapat dilihat pada
tabel 5.5.
Tabel 5.5 Hasil pengujian sensor kecepatan
KONDISI
PHOTOTRANSISTOR TEGANGAN Port 1.0 KONDISI LED
Tidak terhalang 0 V Padam
Terhalang propeler 2,74 V Menyala
Foto pengujian rangkaian sensor kecepatan angin dapat dilihat pada gambar 5.10
Gambar 5.10 Gambar pengukuran tegangan sensor kecepatan angin
Dari hasil pengujian rangkaian sensor kecepatan angin didapat hasil yang
sesuai dengan rancangan pada bab IV sehingga anemometer digital dapat
digunakan untuk mengukur kecepatan angin.
2,74 Volt
Sensor infra
merah propeler
60
5.2.5 Pengujian Alarm
Rangkaian alarm di dalam rancangan ini berfungsi memberikan peringatan
apabila kecepatan angin yang terukur tergolong ekstrim. Rangkaian alarm
terhubung dengan port 3.1 mikrokontroler AT89S51. Pada saat berhembus angin
yang tergolong badai dan topan (10 s/d 12 knot) maka port 3.1 yang semula
berlogika 0 (low) akan berubah menjadi berlogika 1 (high) dengan tegangan
sekitar 4,36 Volt.
Karena port 3.1 yang merupakan Vcc bagi rangkaian alarm mendapat
tegangan sekitar +5V maka akan menyebabkan IC 555 di dalam rangkaian alarm
berosilasi. Proses osilasi ini terus berlangsung selama Port 3.1 dalam kondisi high
karena rangkaian alarm ini adalah rangkaian osilator astable. Output dari
rangkaian alarm ini berupa gelombang square yang dihubungkan dengan speaker.
Gelombang listrik berupa gelombang square IC 555 diubah menjadi gelombang
suara oleh speaker sehingga dapat didengar oleh telinga manusia berupa suara
alarm.
Diagram blok pengujian rangkaian dapat dilihat pada gambar 5.12.
Pengujian ini untuk mengetahui kondisi port 3.1 mikrokontroler AT89S51 pada
saat kecepatan angin yang ekstrim dilakukan dengan cara mengukur tegangan
pada port 3.1 mikrokontroler AT89S51 dengan menggunakan voltmeter dan
mengamati kondisi speaker.
Gambar 5.11 Blok diagram pengujian rangkaian alarm
Hasil pengukuran port 3.1 mikrokontroler AT89S51 dengan menggunakan
voltmeter dapat dilihat pada tabel 5.6.
AT89S51
Alarm
Voltmeter
Port 3.1
Speaker
61
Tabel 5.6 Pengujian port 3.1 dan rangkaian alarm
Kondisi Port Tegangan P3.1 Kondisi Alarm
Low 0 V Diam
High 4,36 V Bunyi
5.3 Cara Kerja Anemometer secara Keseluruhan
Perangkat lunak yang telah dirancang pada Bab IV ditulis ke dalam
EPROM internal mikrokontroler AT89S51 melalui port 1 yang dihubungkan
dengan port paralel (LPT1) komputer. Software yang digunakan untuk download
program ke mikrokontroler AT89S51 yaitu ISP flash programing. Isi lengkap
software anemometer digital berbasis mikrokontroler AT89S51 ini dapat dilihat di
halaman lampiran.
Gambar 5.12 Download program anemometer digital ke dalam AT89S51
Untuk mengetahui apakah perangkat lunak yang dirancang telah sesuai
dengan yang direncanakan, maka dilakukan pengujian dengan menggabungkan
antara perangkat keras dan lunak.
Setelah perangkat keras dan lunak terhubung dengan baik maka
anemometer digital bisa dihidupkan untuk pengujian. Pada saat pertama kali
Buka file *.hex
dengan software ISP
lalu tekan A
62
dihidupkan maka anemometer digital akan melakukan inisialisasi LCD. Langkah
selanjutnya yaitu dilakukan pembacaan sensor arah.
Pembacaan sensor dimulai dari sensor arah utara. Jika sensor utara belum
menerima bit maka dilanjutkan dengan membaca sensor timur laut. Jika sensor
timur laut juga belum menerima bit 1 maka dilajutkan dengan sensor timur,
sensor tenggara, sensor selatan, sensor barat daya, sensor barat, dan sensor barat
laut secara berurutan. Jika semua sensor arah belum menemukan arah angin yang
pas maka pada LCD akan muncul tampilan seperti pada tabel 5.7 (1).
Setelah salah satu sensor menerima bit maka mikrokontroler AT89S51
akan mengenali sensor mana yang mengirimkan bit 1. Setelah dibandingkan
dengan data base, data mengenai arah angin itu lalu ditampilkan di LCD pada
baris kedua. Jika misalnya yang mengirim bit 1 adalah sensor arah selatan maka di
LCD akan ditampilkan data seperti tabel 5.7 (2)
Langkah berikutnya setelah menampilkan arah angin adalah menampilkan
kecepatan angin. Kecepatan angin ditampilkan setiap 3 detik, menunggu trigger
yang berasal dari rangkaian timer IC 555. Selama belum ada input dari timer yang
terhubung dengan port 1.1 , maka mikrokontroler AT89S51 hanya melakukan
sensing pada port yang dipasang pada propeler. Jika sensor kecepatan itu
menerima bit 1 maka bit itu disimpan ke register internal mikrokontroler
AT89S51.
Pada saat mikrokontroler AT89S51 menerima trigger dari rangkaian timer
maka mikrokontroler AT89S51 akan menghitung bit – bit 1 yang telah terkumpul
di register. Jumlah bit 1 itu kemudian dibandingkan dengan data base kecepatan
angin. Setelah ditemukan kecepatan yang cocok maka data itu ditampilkan di
LCD.Data yang ditampilkan di LCD berupa kecepatan angin dalam satuan knot
dan kategori angin. Data kecepatan angin ditampilkan pada baris pertama LCD
seperti terlihat pada gambar 5.7(3)
63
Tabel 5.7 Tampilan pada LCD
No Kondisi Anemometer Tampilan LCD
1 Belum ada input
2 Ada input dari sensor
arah angin
3 Ada input dari sensor
arah angin dan sensor
kecepatan angin
Setelah program berjalan maka dilakukan pengujian kembali dengan cara
membandingkan kecepatan yang ditunjukkan oleh anemometer di Stasiun
Meteorologi dan Geofisika dengan anemometer digital rancangan penulis.
Percobaan dilakukan sebanyak 5 kali. Data hasil perbandingan kedua
anemometer tersebut dapat dilihat pada tabel 5.8.
64
Tabel 5.8 Perbandingan kecepatan angin anemometer konvensional dan digital
KECEPATAN ANGIN ANEMOMETER (Knots)
Konvensional Percobaan I Percobaan II Percobaan III Percobaan IV Percobaan V
0 0 0 0 0 0
0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
1 1 1 0,5 0,5 0,5
1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
2 2 2 2 2 2
2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
3 3 3 3 3 3
3,5 3 3 3,5 3,5 3
4 4 4 4 4 4
4,5 4,5 4,5 5 4,5 4
5 5 4,5 5 5 5
6 6 6 6 6 6
6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6
7 6,5 7 6,5 6,5 7
7,5 7,5 7 7,5 7,5 7,5
8 8 8 8 7,5 8
Tabel 5.8 menunjukkan perbandingan antara kecepatan angin yang
ditunjukkan oleh anemometer di Stasiun Meteorologi dan Geofisika dengan
anemometer digital rancangan penulis. Dari tabel 5.8 dapat dilihat jumlah
pembacaan yang tidak sama (menyimpang) sebanyak 15 kali dari total 80 kali
pembacaan. Dengan demikian deviasi / penyimpangan pembacaan anemometer
digital dengan berbasis mikrokontroler AT89S51 adalah sebesar:
%75,18%100*80
15%100*
.
.
pembacaanjml
kesalahanjmlx
Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan anemometer digital
dengan berbasis mikrokontroler AT89S51 dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif untuk menentukan arah dan kecepatan angin. Namun untuk
65
mendapatkan hasil pembacaan yang lebih presisi maka untuk ke depan
anemometer digital dengan berbasis mikrokontroler AT89S51 masih perlu
disempurnakan lagi.
Gambar 5.13 Salah satu anemometer di Balai Meteorologi dan Geofisika Bali
Selain itu anemometer digital berbasis mikrokontroler AT89S51 lebih
mudah dibaca dibandingkan terhadap anemometer konvensional seperti terlihat
pada gambar 5.14
(a) (b)
Gambar 5.14 Perbandingan tampilan anemometer
a) Anemometer konvensional
b) Anemometer digital berbasis AT89S51
5.4 Cara Pengoperasian Alat
Pengoperasian anemometer digital berbasis mikrokontroler AT89S51
sangat mudah. Berikut akan dijelaskan cara pengoperasiannya.
1) Letakkan anemometer digital berbasis mikrokontroler AT89S51 di lokasi yang
akan diukur kecepatan dan arah anginnya. Pastikan tidak ada benda yang
menghalangi angin dalam radius ± 15 meter. Taruhlah anemometer di bidang
datar agar tidak mudah jatuh. Untuk memudahkan pembacaan LCD,
anemometer digital berbasis mikrokontroler AT89S51 dapat diletakkan di atas
meja atau di atas benda yang agak tinggi.
66
2) Atur penunjuk arah utara agar tanda panah menunjuk ke arah utara.
3) Tekan kedua buah saklar ke posisi ON untuk menghidupkan anemometer
digital berbasis mikrokontroler AT89S51. Pada saat kedua buah saklar berada
pada posisi ON maka LCD, LED pada timer dan LED pada propeler akan
menyala.
4) Lakukan pengamatan terhadap informasi arah dan kecepatan angin yang
muncul pada LCD.
5.5 Konsumsi Daya
Anemometer digital berbasis mikrokontroler AT89S51 hasil rancangan
penulis menggunakan baterai kotak 9 Volt DC sebagai sumber tegangan. Agar
anemometer tersebut beroperasi normal diperlukan 1 buah baterai 9 Volt. Akan
tetapi untuk memperoleh hasil yang optimal dan durasi waktu penggunaan yang
lebih lama maka akan lebih baik jika digunakan 2 buah baterai 9 Volt yang
dipasang secara paralel. Pada tabel 5.9 dapat dilihat perbandingan lama waktu
hidup (on time duration) menggunakan 1 buah baterai 9 Volt dengan merk yang
berbeda-beda.
Tabel 5.9 Perbandingan on time duration baterai 9 Volt.
MERK BATERAI 9 VOLT LAMA PENGGUNAAN
ABC 5 Jam
EVEREADY 6 Jam
ALKALINE 7 Jam 15 Menit
ENERGIZER 7 Jam 45 Menit
67
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan maka dapat ditarik kesimpulan
berupa:
1. Mikrokontroler AT89S51 dapat dikoneksikan dengan LCD, sensor arah,
sensor kecepatan, rangkaian alarm dan rangkaian timer melalui port-port
paralel 8 bit yang telah dimiliki oleh mikrokontroler AT89S51 untuk
menunjukkan arah dan kecepatan angin.
2. Pengujian pada blok rangkaian sensor arah angin, sensor kecepatan angin,
rangkaian timer dan alarm telah sesuai dengan rancangan sehingga dapat
digunakan untuk menentukan arah dan kecepatan angin .
3. Anemometer digital berbasis mikrokontroler AT89S51 hanya dapat
digunakan pada kecepatan angin maksimum 40 knot.
6.2 Saran
Beberapa saran dari peneliti :
1. Agar peralatan yang dirancang berjalan sesuai dengan yang diharapkan,
maka dalam pemilihan komponen gunakanlah komponen dengan kualitas
yang baik.
2. Bagian mekanik pada bagian propeler dan flap terbuat dari besi yang
mudah berkarat sehingga dapat mempengaruhi perputaran propeler. Untuk
itu perlu dilakukan kalibrasi secara rutin untuk menghasilkan pembacaan
kecepatan angin yang lebih akurat.
3. Untuk pengembangan lebih lanjut agar data dari anemometer digital ini
dapat dikirim melalui media transmisi sehingga dapat disimpan di
komputer dan dapat dibaca ditempat yang jauh.
68
DAFTAR PUSTAKA
1. Boylestad, Robert. 2002. Electronic Devices and Circuit Theory. New
Jersey : Prentice Hall International
2. Malvino,1996. Prinsip Prinsip Elektronika. Jakarta. Erlangga
3. Nalwan,Paulus Andi.2003. Teknik Antarmuka dan Pemrograman
Mikrokontroler AT89S51. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
4. Sudjadi. 2005. Teori dan Aplikasi Mikrokontroler. Semarang : Graha Ilmu
5. Setiawan, Rachmad. 2005. Mikrokontroler Mcs-51. Surabaya: Graha Ilmu
6. Setiawan, Sulhan. 2006. Mudah dan Menyenangkan Belajar
Mikrokontroler. Yogyakarta : Andi
7. www.atmel.com Data sheet AT89S51
8. www.diodes.com Data sheet dioda
9. www.fairchild.com Data sheet Infrared
10. www.microtips.com.tw Data sheet LCD
11. www.mytutorialcafe.com situs mikrokontroler umum
12. www.delta-electronic.com datasheet LCDHD44780U
13. www.datasheetcatalog.com datasheet Dioda 1N4007
14. www.datasheetcatalog.com datasheet Transistor BC 547
15. www.datasheetcatalog.com datasheet Regulator 7805 dan 7812
16. www.datasheetcatalog.com datasheet IC 7404
17. www.datasheetcatalog.com datasheet IC 74LS244
18. www.maxim.com datasheet RTC DS1287
69
Daftar Riwayat Hidup
I. Pengusul / Peneliti :
A. IdentitasDiri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Nyoman Pramaita, ST, MT, Ph.D
2 Jabatan Fungsional Lektor
3 Jabatan Struktural -
4 NIP / NIK / Identitas lainnya 19710409 199702 1 004
5 NIDN 0009047108
6 Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 9 April 1971
7 Alamat Rumah Jalan Jayagiri XV No. 12 Denpasar
9 Nomor Telepon / Faks / HP 081239781152
10 Alamat Kantor Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,Universitas
Udayana
11 Nomor Telepon / Faks 0361703315
12 Alamat e-mail [email protected]
13. Mata Kuliah yang Diampu
1. Analisa Sinyal dan Sistem
2. Teknologi Informasi
3. Sistem Komunikasi Data
4. Pengolahan Sinyal Digital
5. Sistem Komunkasi Bergerak dan Nirkabel
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Universitas
Brawijaya
Institut Teknologi
SepuluhNopember
Liverpool John
Moores University
Bidang Ilmu Telekomunikasi Telekomunikasi
Multimedia
Electronic and
Electrical
Engineering
Tahun Masuk - Lulus 1990-1995 2001-2003 2011-2014
Judul Skrips / Thesis /
Disertasi
Studi Evaluasi dan
Perencanaan Jaringan
Telepon di Sentral
Ubung
AnalisaUnjukKerja
Sistem V-BLAST
padaKanal Flat
Fading yang
Berkorelasi
Hybrid Orthogonal
Code Sequences for
High-Density
Synchronous CDMA
Systems
Nama Pembimbing /
Promotor
1. Ir. Budiono Mismail,
MSEE, PhD
2. Ir. Ratu Ratnaningsih
Lubis
1.Dr. Ir.
Gamantyo H.,
M.Eng 2. Ir. Achmad
Mauludiyanto, MT
Dr. Princy Johnson
70
C. Pengalaman Penelitian
Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jml (Rp)
1 2010 Rancang Bangun Sistem Komunikasi Radio
Digital sebagai Remote Kontrol Saklar
Lampu pada Bangunan Berbudaya Bali
Hibah
Unggulan
UNUD
Rp. 50.000.000
D. PengalamanPengabdianKepadaMasyarakat
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan
Sumber* Jml (JutaRp)
1 1998 Pembimbing KKN di Desa Kramas,
Gianyar
2 2015 Perencanaan dan Pengawasan Instalasi
Kelistrikan Gedung Pasangan Tetap di
Bale Banjar Peken Desa Pakraman
Sangsit Dauh Yeh, Kecamatan Sawan,
Kabupaten Buleleng
PNBP Unud Rp. 10.000.000
Dst
* Tuliskan sumbe rpendanaan : Penerapan IPTEKS-SOSBUD, Vucer,
VucerMultitahun, UJI, Sibermas, atau sumber lainnya.
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah
No. Judul Artikel Ilmiah
Volume/ Nomor / Tahun Nama Jurnal
1 Analisa Unjuk Kerja
Sistem V-BLAST pada
Kanal Flat Fading yang
Berkorelasi
Vol. 3, No. 2,
Desember 2004,
ISSN:1693-2951
Teknologi Elektro,
Unud
2 Simulasi Unjuk Kerja MIMO dengan
Arsitektur VBLAST pada Kanal
Fading Rayleigh
Vol. 3, No. 1,
Desember 2006,
ISSN: 1693-2951
Teknologi Elektro,
Unud
3 Rancang Bangun Sistem Komunikasi
Radio Digital sebagai Remote
Kontrol Saklar Lampu pada
Bangunan Berbudaya Bali
Vol. 9, No.1, Januari
2010, ISSN: 1693-
2951
Teknologi Elektro,
Unud
4 Novel Hybrid Code Sequence for
High Density Wireless Network
Vol 1 (2014), eISSN:
2354-6026
IPTEK Journal of
Proceedings Series,
ITS
71
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan /
Seminar Ilmiah
No. Judul Makalah AcaraSeminar Tempat dan
Tahun
1 Novel Hybrid Code
Sequence for High Density
Wireless Network
4th International Conference on
Applied Technology, Science
and Arts
ITS, 2013
Denpasar, September 2015
( Nyoman Pramaita, ST, MT, Ph.D )
72
II. Pembimbing :
Identitas Diri :
Nama : Ir. I Nyoman Setiawan, MT. Tempat/tanggal lahir : Gianyar, 29 Desember 1963 Alamat : Br. Jasri, Desa Belega, Kab. Gianyar,
Telp. (0361) 945208, HP. 081338721408 NIP : 19631229 199103 1 001 / NIDN : 002912631 Jabatan Fungsional / Struktural : Lektor Kepala / Ketua Jurusan Pendidikan :
Jejang Pendidikan
Tempat Tahun Lulus Gelar
S1 ITS 1990 Ir. (Insinyur)
S2 ITS 1999 M.T. (Magister Teknik)
Hasil Penelitian / Karya Ilmiah / Pengalaman Kerja :
No Judul Publikasi/Penerbit Tahun
1.
Pengembangan Metode Analisis Aliran Daya Untuk Menentukan Besar kWh Tak Terjual Akibat Pemadaman Pada Jaringan Distribusi.
Proceedings ECCIS 2000 Universitas Brawijaya Malang
2000
2.
Analisis Aliran daya Jaringan Distribusi Radial 20 kV dengan metode yang lebih efisien.
Majalah Energi & Listrik PLN-LMK Jakarta
2001
3 Rencana Umum Kelistrikan Daerah Bali
Bapeda Provinsi Bali
2003
4
Peningkatan Kwalitas Pembelajaran Elektronika Daya Untuk Menghasilkan Lulusan Teknik Elektro Yang Bermutu
Proceeding Research And Studies TPSDP Dirjen Dikti
2004
5
Usaha Untuk memperbaiki Profil Tegangan Pada Sistem Distribusi Di Bali (Hibah Pekerti Tahun I )
Hibah Pekerti I Lembaga Penelitian Universitas Udayana
2004
6
Usaha Untuk memperbaiki Profil Tegangan Pada Sistem Distribusi Di Bali (Hibah Pekerti Tahun II)
Hibah Pekerti II Lembaga Penelitian Universitas Udayana
2005
7
Profil Tegangan Sistem Distribusi Tenaga Listrik Pada Area Jaringan Bali Timur.
TPSDP Universitas Udayana
2005
73
8 Kajian Pasokan Energi Listrik Bali PT. PLN (Persero)
Distribusi Bali / 2005
2005
9 Perencanaan Sistem Distribusi Tenaga Listrik
PT. PLN (Persero) Distribusi Bali
2005
10 Pembuatan Desain Rencana Pusat Listrik Tenaga Mikro Hidro.
Dinas Pertambangan dan Energi / 2005
2005
11 Pembuatan Desain Rencana Pusat Listrik Tenaga Surya.
Dinas Pertambangan dan Energi / 2005
2005
12
Analisa Profil Tegangan dan Usaha untuk Mengatasinya pada Penyulang-Penyulang yang melayani Daerah Pariwisata yang sedang berkembang di Bali
Jurnal Transistor, Vol. 7 No. 1, Juli 2006, ISSN: 1411-366X
2006
13
Studi perancangan KV Meter Untuk Mengukur Tegangan Pesawat X-Ray
Teknik Elektro Unud 2006
14
Penentuan angka keluar peralatan untuk evaluasi keandalan sistem distribusi tenaga listrik di Bali
Hibah Bersaing Lembaga Penelitian Universitas Udayana
2007
15
Bali Electrical Energy Demand : Forecast and Supplay Strategies
Proseding Seminar Nasional XIV _ FTI- ITS Surabaya,22 – 23 Juli 2009
2009
16
Usaha mengatasi Krisis Energi dengan memanfaatkan Aliran Sungai Pangkung sebagai Pembangkit Energi Listrik Alternatif
Proseding Seminar Nasional Teknologi Industri XV 2011 ITS Surabaya,12 Mei 2011
2011
Denpasar, 01 Desember 2012
Ir. I Nyoman Setiawan, MT. NIP. 19631229 199103 1 001