laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

42
LAPORAN AKHIR Penerapan Ipteks PELATIHAN KADER KESEHATAN PEDULI TB DALAM PENEMUAN DAN PENGAWAS MENELAN OBAT PENDERITA TUBERKULOSIS DI KABUPATEN BULELENG Oleh: dr. I Made Kusuma Wijaya, S.Ked.,M.Kes (Ketua) NIP. 197512152008121001 dr. Ni Made Sri Dewi Lestari, S.Ked.,M.Kes. NIP. 198202072008122002 dr. Ni Putu Dewi Sri Wahyuni, S. Ked.M.Kes. NIP.197906212008122002 Dibiayai dari DIPA UNDIKSHA dengan SPK Nomor: 227/UN48.15/LPM/2015 JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2015

Transcript of laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

Page 1: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

LAPORAN AKHIR Penerapan Ipteks

PELATIHAN KADER KESEHATAN PEDULI TB DALAM

PENEMUAN DAN PENGAWAS MENELAN OBAT

PENDERITA TUBERKULOSIS DI

KABUPATEN BULELENG

Oleh:

dr. I Made Kusuma Wijaya, S.Ked.,M.Kes (Ketua)

NIP. 197512152008121001

dr. Ni Made Sri Dewi Lestari, S.Ked.,M.Kes.

NIP. 198202072008122002

dr. Ni Putu Dewi Sri Wahyuni, S. Ked.M.Kes.

NIP.197906212008122002

Dibiayai dari DIPA UNDIKSHA dengan SPK Nomor:

227/UN48.15/LPM/2015

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2015

Page 2: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

2

Page 3: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

3

PRAKATA

Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmatNya laporan kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di PPTI

Cab. Buleleng dapat terlaksana dengan baik. Laporan dibuat dengan tujuan untuk

mempertanggungjawabkan kegiatan dan memberikan informasi tentang proses

perencanaan dan pelaksanaan dari awal hingga akhir kegiatan serta hasil yang didapat dari

pelaksanaan kegiatan ini.

Penulis menyadari bahwa isi dari laporan ini jauh dari kesempurnaan, sehingga

perlu sumbangsih dari para pembaca terutama hal yang terkait tentang tata tulis dan

substansi laporan. Terlaksananya kegiatan ini dari awal hingga pembuatan laporan akhir ini

berkat bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Ketut Suma, M.S selaku ketua LPM Undiksha Singaraja atas bantuannya

dalam hal memberikan fasilitas sehubungan dengan pengurusan dana untuk

pelaksanaan kegiatan.

2. Prof. Dr. I Nyoman Kanca, M.S selaku dekan FOK Undiksha Singaraja yang telah

memberikan kemudahan dalam pengurusan ijin peminjaman alat-alat yang dibutuhkan

dalam pelaksanaan kegiatan.

3. PPTI Cabang Buleleng yang telah bersedia bekerjasama dalam kegiatan P2M ini

4. Para peserta, atas kerjasamanya dalam mengikuti pelatihan sehingga pelaksanaan P2M

dapat berjalan sesuai rencana

5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuannya

baik pemikiran maupun material pada kegiatan ini

Demikian laporan pengabdian pada masyarakat ini, semoga atas segala bantuan yang

diberikan mendapat imbalan yang sepadan dari Tuhan yang Maha Esa.

Singaraja, 28 September 2015

Penulis

Page 4: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

4

DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................. i

Halaman Pengesahan .............................................................................................. ii

Prakata .......................................................................................................... iii

Daftar Isi .......................................................................................................... iv

BAB I. Pendahuluan

a. Analisis Situasi ........................................................................................... 1

b. Identifikasi dan Perumusan Masalah ......................................................... 2

c. Tujuan Kegiatan ................................................................................. 2

d. Manfaat Kegiatan ................................................................................. 3

BAB II. Kajian Pustaka

a. Tuberkulosis ............................................................................................... 4

b. Kader Kesehatan ........................................................................................ 8

c. Pengawas Menelan Obat (PMO) ............................................................... 11

d. Penemuan Penderita Tuberkulosis ............................................................. 13

BAB III. Metode Pelaksanaan

a. Kerangka Pemecahan Masalah ................................................................. 15

b. Metote Kegiatan ........................................................................................ 15

c. Khalayak Sasaran ....................................................................................... 15

d. Rancangan Evaluasi ................................................................................... 16

BAB IV. Hasil dan Pembahasan

a. Hasil Kegiatan .......................................................................................... 17

b. Pembahasan ............................................................................................... 19

BAB V. Penutup

a. Simpulan ............................................................................................. 20

b. Saran ......................................................................................................... 20

Daftra Pustaka

Lampiran-Lampiran

Page 5: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

5

BAB I

PENDAHULUAN

A. ANALISIS SITUASI

Penyakit tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat di dunia, dimana diperkirakan terdapat 9 juta penduduk dunia terserang

penyakit TBC dengan kematian 3 juta jiwa. Penyakit TB ini menjadi masalah terutama di

negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut World Health Organization

(WHO), Indonesia merupakan negara dengan kasus TBC terbesar ketiga di dunia, setelah

Cina dan India (WHO 2009).

WHO memperkirakan di Indonesia setiap tahunnya terjadi 539.000 kasus baru TBC

(semua tipe) sedangkan TBC Paru sebesar 236.029 kasus dengan kematian karena TBC

sekitar 250 orang per hari (WHO 2009). Propinsi Bali yang merupakan salah satu propinsi

di Indonesia juga masih mengalami masalah dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis.

Di propinsi Bali pada tahun 2009 ditemukan 7 kasus per 100.000 penduduk sedangkan

pada tahun 2010 ditemukan 10 kasus per 100.000 penduduk jadi disana tampak tren

peningkatan kasus TBC Paru di Bali (Depkes RI 2008).

Berdasarkan hasil riskesdas Provinsi Bali tahun 2007 untuk kejadian TBC, dari

sembilan kabupaten/kota yang ada di Bali, prevalensi penyakit TBC tertinggi di Kabupaten

Buleleng. Pada tahun 2011 prevalensi TBC di kabupaten Buleleng sebesar 47,22 dan CDR

(Case Detection Rate) sebesar 36,09% dari target 75% serta angka keberhasilan

pengobatan sebesar 75,78% dari target 85% (Kemenkes RI 2011). Dari data diatas

diketahui bahwa jumlah kasus TBC masih tinggi di kabupaten bulelng dengan persentase

penemuan yang masih rendah dan angka kesembuhan yang juga masih rendah.

Jadi penyakit tuberkulosis di Kabupaten Buleleng masih menjadi masalah yang perlu

mendapat perhatian, hal ini ditambah lagi dengan semakin meningkatnya kasus Aquired

Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang diderita oleh masyarakat Buleleng. Dari data

terakhir didapatkan Buleleng menempati urutan ke dua dalam jumlah penderita AIDS

setelah kota Denpasar. Kota Denpasar menempati urutan teratas dengan penderita 1.117

kasus, menyusul Buleleng 443 kasus dan Badung 434 kasus (Depkes RI 2008).

Dari data diatas diketahui bahwa jumlah kasus TBC masih tinggi di kabupaten buleleng

dengan persentase penemuan yang masih rendah dan angka kesembuhan yang juga masih

rendah. Kader merupakan kunci keberhasilan program pengendalian kasus tuberkulosis.

Keberadaan kader di masyarakat dalam pengendalian kasus TBC sangat strategis karena

Page 6: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

6

kader dapat berperan sebagai penyuluh, membantu menemukan tersangka penderita secara

dini, merujuk penderita dan sekaligus pengawas menelan obat bagi penderita TBC secara

langsung. Pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan yang masih kurang akan

mengakibatkan rendahnya penemuan penderita tuberkulosis dan rendahnya angka

kesembuhan penderita.

B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

Jumlah kasus tuberkulosis masih sangat tinggi di kabupaten buleleng, namun angka

penemuan kasus dan angka keberhasilan pengobatan penderita tuberkulosis masih rendah.

Dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis tersebut diterapkan strategi DOTS yang

memfokuskan pada penemuan dan pengobatan terhadap penderita tuberkulosis. Dalam

strategi tersebut melibatkan berbagai pihak termasuk kader kesehatan.

Berdasarkan atas hasil wawancara dan pengamatan dilapangan terhadap beberapa

orang kader kesehatan ditemukan bahwa kader kesehatan tidak dapat melaksanakan

kegiatannya secara maksimal terutama dalam hal penemuan kasus tuberkulosis, dimana hal

tersebut disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan kader kesehatan tentang penyakit

tuberkulosis.

Disamping itu masih ditemukannya penderita putus obat yang dapat disebabkan oleh

karena pengobatan yang membutuhkan waktu yang lama dengan pengawasan yang kurang.

Hal tersebut tentunya akan mengganggu pelaksanaan program penanggulangan penyakit

tuberkulosis di kabupaten Buleleng.

C. TUJUAN KEGIATAN

Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan judul

“Pelatihan Kader Kesehatan Peduli TB Dalam Penemuan dan Pengawas Menelan Obat

(PMO) Penderita Tuberkulosis di Kabupaten Buleleng” adalah:

a. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada kader kesehatan dalam hal

penemuan penderita tuberkulosis di Kabupaten Buleleng.

b. Mempersiapkan kader-kader kesehatan sebagai pengawas menelan obat bagi

penderita tuberkulosis yang sedang dalam masa pengobatan di Kabupaten

Buleleng.

c. Meningkatkan kemampuan kader kesehatan dalam penanggulangan penyakit

tuberkulosis di Kabupaten Buleleng dan dapat mengimbaskan kemampuannya

tersebut kepada masyarakat disekitarnya.

Page 7: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

7

D. MANFAAT KEGIATAN

Adapun manfaat yang akan diperoleh setelah melakukan “Pelatihan Kader Kesehatan

Peduli TB Dalam Penemuan dan Pengawas Menelan Obat (PMO) Penderita Tuberkulosis

di Kabupaten Buleleng” adalah:

a. Dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan kader kesehatan

dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis di Kabupaten Buleleng (Penemuan

dan Pengawas Menelan Obat (PMO) Penderita Tuberkulosis).

b. Terwujudnya masyarakat yang peduli terhadap penyakit tuberkulosis di Kabupaten

Buleleng

Page 8: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

TBC yaitu Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru,

tetapi dapat juga menyerang organ lainnya. Sumber penularan adalah pasien TBC paru

dengan BTA positip, yaitu pada waktu pasien batuk atau bersin dapat menyebarkan kuman

ke udara dalam bentuk percikan ludah (droplet). Droplet yang mengandung kuman dapat

bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau

droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan dan daya tahan tubuh seseorang

dalam keadaan lemah pula (Depkes RI 2007).

Gejala utama dari pasien TBC adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.

Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,

sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,

berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih satu bulan. Gejala-

gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC, seperti

bronkiektasis, bronchitis kronis, asthma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat prevalensi

TBC di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke pelayanan

kesehatan dengan gejala seperti tersebut diatas, dianggap sebagai tersangka (tersangka)

pasien TBC dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Depkes

RI 2007).

Resiko penularan tergantung dari tingkat penularan dengan percikan dahak. Pasien

TBC paru dengan BTA positip memberikan kemungkinan resiko penularan lebih besar dari

pasien TBC paru dengan BTA negatif. Resiko penularan setiap tahunnya ditunjukan

dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI), yaitu proporsi penduduk yang

beresiko terinfeksi TBC selama satu tahun. ARTI sebesar 1% berarti 10 orang diantara

1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Faktor

yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TBC adalah daya tahan tubuh

yang rendah, diantaranya adalah infeksi HIV/AIDS dan gizi buruk (Depkes RI 2007).

Sumber penularan adalah pasien TBC paru dengan BTA positip, yaitu pada waktu

pasien batuk atau bersin dapat menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan ludah

(droplet). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar

selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam

Page 9: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

9

saluran pernafasan dan daya tahan tubuh seseorang dalam keadaan lemah pula (Depkes RI

2007).

Daya penularan dari seseorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan dari dalam paru-parunya. Makin tinggi derajat positip dari hasil pemeriksaan

dahak secara mikroskopis makin mudah untuk menularkan. Bila hasil pemeriksaan dahak

negatif maka pasien tersebut tidak menular, dari seseorang yang terinfeksi ditentukan oleh

konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Penemuan kasus adalah komponen yang sangat penting dalam pemberantasan penyakit

tuberkulosis paru dan hampir semua penyakit menular lainnya. Tujuan penemuan kasus

adalah untuk menentukan sumber infeksi dalam masyarakat yang berarti mencari orang

yang mengeluarkan basil tuberkulosis untuk diobati. Untuk mendapatkan orang yang

mengeluarkan basil tuberkulosis tersebut sebelumnya tentu kita harus menemukan

tersangka penderita TBC. Yang dimaksud dengan tersangka penderita TBC Paru adalah

seorang penderita batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih dan dapat diikuti gejala

tambahan seperti batuk bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, nafsu makan menurun,

penurunan berat badan, malaise, berkeringat di malam hari walaupun tanpa melakukan

kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Walaupun gejala-gejala diatas juga

dapat ditemukan pada penderita penyakit paru lainnya, tetapi karena prevalensi TBC di

Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala

tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka pasien TBC dan perlu dilakukan

pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Depkes RI 2007).

Pada program penanggulangan dan pemberantasan TBC paru di Indonesia dengan

strategi DOTS, angka kesembuhan sudah cukup meningkat namun angka penemuan masih

sangat rendah. Penemuan penderita tuberkulosis pada orang dewasa dilaksanakan secara

pasif, artinya penyaringan penderita tersangka TBC paru yang dilaksanakan pada mereka

yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan, ini sangat dipengaruhi oleh faktor

individu penderita untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan. Karena tersangka yang

mempunyai gejala TBC dengan kemauan sendiri memeriksakan diri ke sarana kesehatan.

Kegiatan ini harus didukung dengan penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan

maupun oleh masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan, cara ini disebut passive

promotive case finding. Penemuan penderita pada anak sebagian besar didasarkan pada

gambaran klinis, foto rontgen dan uji tuberkulin (Depkes RI 2007).

Pada orang dewasa diagnosis TBC paru didapatkan dari hasil pemeriksaan dahak.

Semua tersangka TBC diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-

Page 10: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

10

pagi-sewaktu (SPS). Diagnosis TBC Paru pada orang dewasa ditegakan dengan

ditemukannya kuman TBC (BTA positif). Pada program TBC nasional , penemuan BTA

melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan dahak

dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari

kunjungan yang berurutan berupa sewaktu-pagi-sewaktu (SPS).

1. S (sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat tersangka TBC datang berkunjung pertama

kali. Pada saat pulang, tersangka membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan

dahak pagi pada hari kedua.

2. P (pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada hari kedua, segera setelah bangun tidur.

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di unit pelayanan kesehatan (UPK)

3. S (sewaktu) : dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak

pagi. Pemeriksaan lain seperti foto thorak, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan

sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.

Bila diagnosis telah ditegakakan dengan pemeriksaan dahak ataupun radiologis

sehingga dapat diperoleh klasifikasi dari penderita TBC tersebut maka dapat dilakukan

pengobatan. Pengobatan tuberkulosis sudah dimulai sejak tahun 1882, sejak Robert Koch

menemukan basil tuberkulosis. Di Indonesia program penanggulangan TBC paru secara

nasional telah dilaksanakan pengobatan TBC paru 3 tahap yaitu :

1. Obat jangka panjang (1969-1978)

2. Obat jangka menengah (1978-1995)

3. Obat jangka pendek 3 kategori dengan strategi DOTS (1995-sekarang).

Tujuan pengobatan TBC paru adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah

kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan risiko penularan. Pengobatan yang

dianjurkan oleh WHO dan IULTLD tahun 1996 dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis

(OAT) standar yang terdiri dari : Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Streptomycin dan

Ethambutol dengan standar yang dinyatakan dalam kategori 1, kategori 2, kategori 3 dan

sisipan. Obat-obat yang digunakan dal,am pengobatan tuberkulosis dapat dibagi kedalam 2

kategori yaitu OAT primer dan OAT sekunder. OAT primer lebih tinggi kemanjurannya

dan lebih baik keamanannya dari OAT sekunder. Berdasarkan paduan obat tersebut diatas

maka program TBC paru di Indonesia menggunakan paduan OAT yang disediakan dalam

bentuk paket dengan tujuan memudahkan pemberian obat kepada penderita dan menjamin

kelangsungan pengobatan sampai selesai satu paket untuk setiap penderita dalam satu masa

pengobatan. Pada pengobatan dengan strategi DOTS OAT dibagi dalam 3 kategori yaitu:

1. Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)

Page 11: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

11

Pada tahap intensif obat ini terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid dan

Etambuto. Obat ini diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE). Kemudian

dilanjutkan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniazid dan Rifampisisn diberikan

3 kali dalam seminggu selama 4 bulan. Obat ini diberikan untuk penderita (a) Penderita

baru TBC paru BTA positif, (b) Penderita baru TBC paru BTA negatif, rontgen positif

yang sakit berat, (c) Penderita TBC extra paru berat. Untuk seorang penderita baru

BTA positif diberikan satu paket kombipak kategori 1 berisi 114 blister harian yang

terdiri 60 blister HRZE untuk tahap awal (intensif) dan 54 blister HR untuk tahap

lanjutan masing-masing dikemas dalam dos kecil dan disatukan dalam 1 dos besar.

Fase pengobatan pada kategori 1 :

(a) Pengobatan fase intensif yaitu pemberian OAT setiap hari selama 2 bulan (2

HRZE). Bila hasil pemeriksaan dahak ulang BTA positif pada akhir bulan ke 2

maka pengobatan diteruskan dengan obat sisipan (HRZE) selama 1 bulan. Setelah

pengobatan sisipan maka dilakukan pemeriksaan dahak ulang, kemudian diteruskan

dengan fase lanjutan tanpa melihat hasil pemeriksaan BTA.

(b) Pengobatan fase lanjutan bila pemeriksaan dahak ulang BTA (-) pada akhir bulan

ke 2 maka diteruskan dengan pengobatan (4 H3R3) fase lanjutan selama 4 bulan

diberikan 3 kali dalam seminggu, demikian pula fase lain untuk diberikan pada

yang telah selesai OAT.

2. Kategori 2 (2HRZES/HRSE/5H3R3E3)

OAT ketegori 2 ini diberikan untuk penderita BTA positif yang sudah pernah makan

OAT selama lebih sebulan yaitu :

a. Penderita kambuh (relaps)

b. Penderita gagal (failure)

c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)

Fase pengobatan ketegori 2 yaitu :

1). Pengobatan fase intensif yaitu pemberian OAT setiap hari selama 3 bulan terdiri

dari 2 bulan diberikan HRZE dan suntikan Streptomycin setiap hari, suntikan

diberikan setelah menelan obat di UPK. Kemudian dilanjutkan setiap hari HRZE

selama satu bulan. Bila hasil pemeriksaan dahak ulang BTA positif pada akhir

bulan ke 3, pengobatan diteruskan dengan OAT sisipan selama satu bulan. Setelah

pengobatan sisipan dilanjutkan pemeriksaan dahak ulang, kemudian diteruskan

dengan fase lanjutan tanpa melihat hasil pemeriksaan BTA.

Page 12: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

12

2). Pengobatan fase lanjutan bila : pemeriksaan dahak ulang BTA negatif pada akhir

bulan ke 3 maka diteruskan dengan pengobatan (5H3R3E3), fase lanjutan selama 5

bulan diberikan 3 kali dalam seminggu, demikian pula fase lanjutan diberikan pada

penderita yang telah selesai OAT sisipan.

3. Kategori 3 (2HRZ/4H3R3)

Kategori 3 ini diberikan untuk :

a. Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan.

b. Penderita ekstra paru ringan yaitu TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa, TBC

kulit, TBC tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.

4. OAT sisipan (HRZE)

Pada akhir bulan ke 2 maka diteruskan dengan pengobatan (4H3R3) fase lanjutan.

Apabila pada pemberian pengobatan kategori 1 atau kategori 2 pemeriksaan dahak

setelah fase intensif hasil BTA masih (+) maka diberikan obat sisipan (HRZE) setiap

hari selama 1 bulan.

B. Kader Kesehatan

a). Pengertian

Kader adalah istilah umum yang dipergunakan untuk tenaga-tenaga yang berasal dari

masyarakat, dipilih oleh masyarakat dan bekerja bersama masyarakat dan untuk

masyarakat secara sukarela. Kader adalah seorang yang karena kecakapannya atau

kemampuannya diangkat, dipilih dan atau ditunjuk untuk memimpin pengembangan

kesehatan disuatu tempat atau desa.

Kader masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih

untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta

untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian

pelayanan kesehatan. Para kader masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang

pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan

menghitung secara sederhana.

Kader masyarakat bertanggungjawab terhadap masyarakat setempat serta pimpinan-

pimpinan yang ditunjuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat

melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari

sebuah tim kesehatan. Para kader masyarakat itu mungkin saja bekerja secara full-time

atau part-time (bekerja penuh atau hanya memberikan sebagian dari waktunya) di bidang

Page 13: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

13

pelayanan kesehatan, mereka itu tidak dibayar dengan uang atau bentuk lainnya oleh

masyarakat setempat atau oleh pusat kesehatan masyarakat.

Syarat agar bisa menjadi kader adalah setiap warga desa setempat laki-laki maupun

perempuan yang bisa membaca dan menulis huruf latin, mempunyai waktu luang,

memiliki kemampuan dan mau bekerja sukarela dan tulus iklas (Rahaju 2005).

b). Aktivitas Kader

Tugas-tugas yang harus dilaksanakan seorang kader masyarakat, akan amat berbeda-

beda dan bervariasi antara satu tempat dibanding tempat lainnya atau antara satu negara

dibandingkan dengan negara lainnya.

Tugas-tugas mereka itu akan meliputi pelayanan kesehatan dan pembangunan

masyarakat, tetapi yang harus mereka lakukan itu seyogyanya terbatas pada bidang-bidang

atau tugas-tugas yang pernah diajarkan pada mereka. Mereka harus benar-benar menyadari

tentang keterbatasan yang mereka miliki. Mereka tidak dapat diharapkan mampu

menyelesaikan semua masalah-masalah yang dihadapinya, namun benar-benar diharapkan

bahwa mereka akan mampu menyelesaikan masalah-masalah umum yang terjadi di

masyarakat dan amat mendesak untuk diselesaikan. Tugas kader akan ditentukan,

mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya

membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang

diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.

Adapun kegiatan pokok yang secara umum perlu diketahui oleh kader dan semua pihak

dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut didalam maupun

diluar posyandu antara lain:

a). Kegiatan yang dapat dilakukan kader di posyandu adalah:

- Melaksanakan pendaftaran.

- Melaksanakan penimbangan bayi dan balita.

- Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan.

- Memberikan penyuluhan.

- Memberi dan membantu pelayanan.

- Merujuk.

b). Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar posyandu adalah:

1. Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulangan

penyakit menular

2. Mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan Posyandu.

Page 14: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

14

3. Kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan

permasalahan yang ada:

- Pemberantasan penyakit menular.

- Penyehatan rumah.

- Pembersihan sarang nyamuk.

- Pembuangan sampah.

- Pemberian pertolongan pertama pada penyakit.

- Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.

4. Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan dan melaksanakan survei mawas

diri, membahas hasil survei, menyajikan dalam MMd, menentukan masalah dan

kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan kegiatan penanggulangan

masalah kesehatan bersama masyarakat, membahas pembagian tugas menurut

jadwal kerja.

5. Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi wawan muka (kunjungan), alat

peraga dan percontohan.

6. Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk gotong royong,

memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan

dilaksanakan dan lain-lain.

7. Memberikan pelayanan, yaitu membagi obat, membantu mengumpulkan bahan

pemeriksaan, mengawasi pendatang didesanya dan melapor, memberikan

pertolongan pemantauan penyakit, memberikan pertolongan pada kecelakaan dan

lainnya

8. Melakukan pencatatan, yaitu:

- KB atau jumlah Pus, jumlah peserta aktif dsb

- KIA : jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya

- Imunisasi : jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang

diimunisasikan

- Gizi: jumlah bayi yang ada, mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan yang

naik timbangan

- Diare: jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan dan dirujuk

9. Melakukan pembinaan mengenai lima program keterpaduan KB-kesehatan dan

upanya kesehatan lainnya.

Page 15: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

15

- Keluarga pembinaan yang untuk masing-masing untuk berjumlah 10-20KK atau

diserahkan dengan kader setempat hal ini dilakukan dengan memberikan

informasi tentang upanya kesehatan dilaksanakan.

- Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan.

Tugas kader dalam pengendalian penyakit tuberkulosis meliputi pelayanan kesehatan

dan pembangunan masyarakat termasuk disini adalah melakukan penyuluhan tentang

penyakit tuberkulosis di posyandu dan lingkungan sekitarnya, menemukan tersangka

tuberkulosis dan merujuknya ke puskesmas, mencatat dan mengawasi serta membina

penderita tuberkulosis dan melakukan pembinaan kepada keluarga penderita tuberkulosis.

Kiranya perlu ditekankan bahwa para kader masyarakat itu tidaklah bekerja dalam

suatu ruangan yang tertutup, namun mereka itu bekerja dan berperan sebagai seorang

pelaku dari sebuah sistem kesehatan karena itulah mereka harus dibina, dituntun serta

didukung oleh para pembimbing yang lebih terampil dan berpengalaman. Mereka harus

mampu mengetahui tentang kapan dan dimana memperoleh petunjuk, mereka juga harus

mampu merujuk dan mencari bantuan bagi seorang penderita yang benar-benar sedang

menderita atau mencarikan pengubatan bagi seorang penderita yang cara-cara

penenganannya dan pengobatannya diluar kemampuan. Dari hal ini dapat ditekankan mutu

pelayanan yang diberikan kader itu tergantung pada keterampilan dan dedikasi dari

masing-masing individu, dan juga tergantung pada mutu pelatihan yang pernah didapatnya,

pengamatan terhadap keterampilan mereka dilapangan maupun dukungan kepercayaan

yang diberikan kepada mereka, jaringan komunikasi yang diberikan kepada mereka, dan

juga tergantung pada sistem yang memungkinkan dilakukannya rujukan penderita,

misalnya ke puskesmas, ke rumah sakit, ke poliklinik swasta dan lain-lainnya. Keaktifan

kader dapat dilihat dari ada atau tidaknya dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai tugas

yang diembannya.

C. PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO)

Pengobatan TB memerlukan jumlah obat yang cukup banyak (minimal 4 obat/hari pada

fase awal dan 2 obat/hari pada fase lanjutan) dan lama pengobatan yang panjang (minimal

6 bulan). Bila ada penyakit lain maka jumlah obat menjadi lebih banyak lagi dan pada

beberapa jenis TB memerlukan masa pengobatan yang lebih panjang. Masalah lain adalah

masyarakat sering menghindari kontak dengan penderita TB, mengisolasi, memisahkan

peralatan makan, kebersihan, pakaian dan lain-lain. Keadaan tersebut membuat penderita

TB merasa malu, rendah diri dan bahkan bisa depresi, sehingga ada kemungkinan pasien

Page 16: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

16

tidak mau konsultasi ke petugas kesehatan, malas minum obat, atau menghentikan

pengobatan.

Penderita TB paru yang tidak berobat atau minum obat tapi tidak sesuai pedoman akan

berisiko penyakitnya makin parah dan menulari orang di sekitarnya saat yang bersangkutan

batuk atau bersin. Akibatnya jumlah penderita TB makin banyak dan program

pemberantasan TB jadi semakin berat. Salah satu usaha untuk menjamin pasien tetap

semangat menelan obat sampai sembuh adalah menyiapkan seseorang untuk mendampingi

pasien TB, disebut PMO (Pengawas Menelan Obat).

a. Siapa yang menjadi PMO

PMO sebaiknya sudah ditetapkan sebelum pengobatan TB dimulai. Bila pasien mampu

datang berobat teratur maka paramedis atau petugas sosial dapat berfungsi sebagai PMO,

namun bila sulit datang berobat rutin maka PMO sebaiknya seseorang yang tinggal

serumah atau dekat rumah pasien. Beberapa pilihan yang dapat menjadi PMO adalah:

Petugas kesehatan

Orang lain (kader, tokoh masyarakat, dll)

Suami, istri, keluarga, orang serumah

Selama perawatan di rumah sakit yang bertindak sebagai PMO adalah petugas rumah sakit.

b. Syarat PMO

Bersedia dengan sukarela membantu pasien TB sampai sembuh selama pengobatan

dengan obat anti TB (OAT) dan menjaga kerahasiaan bila penderita juga

HIV/AIDS

Diutamakan petugas kesehatan, pilihan lain adalah kader kesehatan, kader

dasawisma, kader PPTI , kader PKK atau anggota keluarga yang disegani pasien

c. Tugas PMO

Bersedia mendapat penjelasan di poliklinik

Melakukan pengawasan terhadap pasien dalam hal minum obat

Mengingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal yang telah

ditentukan

Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratus sampai selesai

Page 17: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

17

Mengenali efek samping ringan obat dan menasehati pasien agar tetap mau

menelan obat

Merujuk pasien bila efek samping semakin berat

Melakukan kunjungan rumah

Menganjurkan anggota keluarga untuk memeriksa dahak bila ditemui gejala TB

D. PENEMUAN PENDERITA TUBERKULSIS

a). Pengertian Penemuan Pasien Tuberkulosis Paru

Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis, penentuan

klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam

kegiatan program penanggualangan TB. Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular,

secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB

di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling

efektif di masyarakat (Depkes RI, 2008)

b). Strategi Penemuan

a. Penemuan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan tersangka pasien dilakukan

di unit pelayanan kesehatan; didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh

petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan

tersangka TB.

Setiap orang yang datang ke UPK yang mempunyai tanda dan gejala TB, dianggap

sebagai tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara

mikroskopis langsung.

b. Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama mereka yang BTA positif dan pada

keluarga anak yang menderita TB yang menujukkan gejala sama, harus diperiksa

dahaknya.

c. Penemuan secara aktif dari rumah kerumah, dianggap tidak cost efektif.

c). Pemeriksaan Dahak Mikroskopis

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan

pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk menegakkan

diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam

dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).

Page 18: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

18

d). Diagnosis TB Paru.

a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi

– sewaktu (SPS).

b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB

(BTA). Pada program TB Nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak

mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan

dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai

dengan indikasinya.

c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan Foto toraks saja.

Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga

sering terjadi overdiagnosis.

d. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.

e). Indikator Penemuan Pasien Baru Tuberkulosis Paru

Untuk menilai kemajuan atau keberhasilan penanggulangan program Penanggulangan

TB digunakan beberapa indikator. Indikator penanggulangan TB secara nasional ada 2

yaitu Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate = CDR) dan Angka keberhasilan

Pengobatan (Succes Rate = SR)

Page 19: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

19

BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Kerangka Pemecahan Masalah

a. Melakukan observasi dan wawancara ke lapangan untuk mengumpulkan

permasalahan yang dihadapi kader kesehatan dalam pelaksanaan penanggulangan

penyakit tuberkulosis di kabupaten Buleleng.

b. Mengadakan penjajagan untuk malakukan kerjasama dengan PPTI Kabupaten

Buleleng dalam pelatihan kader kesehatan.

c. Melaksanakan kegiatan dalam bentuk “Pelatihan Kader Kesehatan Peduli TB

Dalam Penemuan dan Pengawas Menelan Obat (PMO) Penderita Tuberkulosis di

Kabupaten Buleleng”

d. Malakukan pembinaan dan pendampingan kepada kader-kader kesehatan di

lapangan.

e. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat

f. Membuat laporan penyelenggaraan kegiatan pengabdian masyarakat.

B. Metode Kegiatan

Metode yang dipergunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah:

a. Metode ceramah yaitu untuk menyampaikan materi-materi tentang penyakit

tuberculosis baik tentang definisi, gejala, diagnosis, pengobatan, pencegahan,

penemuan kasus dan penanggulangan penyakit tuberculosis.

b. Metode praktek atau demonstrasi yaitu untuk mendemonstrasikan teknik-teknik

penemuan penderita

c. Metode diskusi yaitu untuk mendiskusikan kembali materi yang telah disampaikan

sehingga terjadi interaksi timbal balik antara para peserta dengan peserta dan antara

peserta dengan pelatih.

d. Metode partisipatif yaitu melakukan pendampingan dan pembinaan kader kesehatan

dengan langsung berhadapan dengan penderita tuberkulosis di lapangan.

C. Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran strategis dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini

adalah kader kesehatan yang ada di masyarakat di wilayah Kabupaten Buleleng yang

berjumlah 20 orang

Page 20: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

20

D. Rancangan Evaluasi

Keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat dilihat dari

hasil evaluasi sepanjang pelaksanaan kegiatan yaitu :

a. Ketekunan dan keterlibatan seluruh peserta dalam kegiatan pelatihan.

b. Peningkatan pengetahuan/pemahaman kader kesehatan tentang penyakit tuberkulosis

melalui pre-test dan post-test. Indikator 90% peserta pelatihan mendapatkan nilai ≥85.

c. Peningkatan keterampilan kader kesehatan dalam penemuan kasus serta sebagai PMO

dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis, melalui tugas, tanya jawab serta

demonstrasi. Indikator 90% kader dapat melakukan penyuluhan, menentukan tersangka

TB dan melaksanakan peran sebagai PMO

Page 21: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kegiatan

Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh kader kesehatan kabupaten buleleng

dalam menemukan tersangka tuberkulosis serta dalam pengawasan menelan obat penderita

tuberkulosis maka program pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk

pelatihan kader kesehatan peduli TB dalam penemuan dan pengawas menelan obat

penderita tuberkulosis di Kabupaten Buleleng. Pelatihan kader kesehatan peduli TB dalam

penemuan dan pengawas menelan obat penderita tuberkulosis di Kabupaten Buleleng

menghadirkan narasumber yaitu dr. A.A. Oka Sulakmi dan Made Rudy Ariawantara

dengan pesertanya adalah kader kesehatan yang ada di masyarakat yang berjumlah 20

orang. Pelatihan ini dilaksanakan di gedung PPTI Cabang Buleleng, Singaraja pada hari

selasa, 7 Juli 2015. Adapun mekanisme dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian pada

masyarakat tersebut adalah sebagai berikut:

a). Tahap perencanaan kegiatan

1. Melaksanakan pertemuan dengan PPTI Cabang Buleleng untuk membahas perihal:

a. Koordinasi tim pelaksanaan kegitan P2M

b. Perencanaan Teknik Pelaksanaan Pengabdian Pada Masyarakat

c. Penetapan kader kesehatan yang akan mengikuti kegiatan pelatihan

d. Penetapan Narasumber

e. Penetapan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan p2m

f. Persiapan Pembagian Tugas (Kepanitian)

2. Mengumpulkan dokumen dan arsip.

3. Mempersiapkan bahan-bahan serta peralatan dalam pelatihan

4. Melaksanakan P2M.

5. Merumuskan hasil P2M untuk dijadikan dasar meningkatkan mutu pengabdian

masyarakat

b). Tahap pelaksanaan kegiatan

Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan ini adalah

sebagai berikut :

1. Registrasi Peserta

Page 22: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

22

2. Pembukaan yang didahului dengan doa kemudian laporan Ketua Panitia P2M, dan

dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua PPTI Cabang Buleleng. Ibu Ketua PPTI

menyatakan bahwa kegiatan P2M dengan tema “Pelatihan Kader Kesehatan Peduli

TB dalam Penemuan dan Pengawas Menelan Obat Penderita Tuberkulosis di

Kabupaten Buleleng” sangat penting karena dapat meningkatkan pengetahuan

kader kesehatan dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis di Kabupaten

Buleleng ini. Pelatihan ini juga akan dapat meningkatkan keterampilan peserta

dalam penemuan tersangka TB dan dalam pengawas menelan obat penderita TB

3. Setelah acara pembukaan dilanjutkan dengan kudapan

4. Penyajian Materi

Dibagi dalam 4 sesi, yaitu:

a. Sesi I : Pendahuluan. Dalam sesi ini dilakuka perkenalan antar

peserta serta dari tim PPTI Cabang Buleleng dan tim p2m Undiksha

b. Sesi II : Materi Dasar Tentang TB

c. Sesi III : Materi Peran Kader Kesehatan

d. Sesi IV : Rencana Kerja Kader Kesehatan

5. Penyajian materi dasar tentang TB disampaikan oleh narasumber 1. Setelah

penyajian materi acara dilanjutkan dengan diskusi multiarah mengenai TB. Peserta

P2M terlihat sangant antusias dalam diskusi ini yang terlihat dengan banyaknya

pertanyaan, saran dan masukan dari peserta.

6. Kemudian peserta diberikan waktu istirahat untuk makan siang

7. Setelah makan siang acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi kedua

oleh narasumber 2 yang memaparkan tentang peran kader kesehatan.

8. Materi terakhir adalah Penyusunan Rencana Kerja Kader Kesehatan

9. Setelah menyelesaikan seluruh sesi pelatihan kemudian acara ditutup oleh ketua

panitia P2M

Selama kegiatan, peserta terlihat sangat antusias mengikuti acara P2M. Hal ini terbukti

dari tidak ada peserta yang izin selama kegiatan berlangsung. Beberapa dokumen penting

sebagai bukti terselenggaranya kegiatan P2M “Pelatihan Kader Kesehatan Peduli TB

dalam Penemuan dan Pengawas Menelan Obat Penderita Tuberkulosis di Kabupaten

Buleleng” yaitu Surat-surat dalam rangka pelatihan, daftar hadir peserta dan foto-foto

kegiatan. Semua dokumen tersebut disajikan pada lampiran.

Page 23: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

23

c). Tahap evaluasi

Dalam pelatihan Kader Kesehatan Peduli TB ini, evaluasi dilaksanakan terhadap

peserta pelatihan yang dilaksanakan dengan memberikan pre-test pada awal kegiatan dan

post-test pada akhir kegiatan pelatihan. Disamping itu, evaluasi juga dilaksanakan melalui

pemberian tugas dan demonstrasi pada peserta pelatihan yang dilaksanakan selama

kegiatan pelatihan tersebut berlangsung. Dari hasil evaluasi tersebut didapatkan terjadinya

peningkatan pengetahuan dan pemahaman kader kesehatan terhadap penyakit tuberkulosis

serta penanggulangannya pada 18 peserta (90%).

Setelah dilaksanakannya pelatihan tersebut, sebagai tindak lanjut dilaksanakan pula

pendampingan berupa evaluasi dan pembinaan terhadap kader kesehatan. Kegiatan

pendampingan tersebut dilaksanakan dengan mengunjungi masing-masing desa dimana

kader tersebut melaksanakan kegiatannya. Dari hasil kegiatan tersebut didapatkan bahwa

secara umum kader kesehatan sudah dapat melaksanakan penemuan tersangka tuberkulosis

dan juga sebagai pengawas menelan obat penderita tuberkulosis. Namun dalam

pelaksanaan kegiatan tersebut ada beberapa kader kesehatan mengalami kendala baik

dalam hal penemuan tersangka tuberkulosis ataupun sebagai pengawas menelan obat

penderita tuberkulosis. Adapun beberapa kendala yang dihadapi adalah beberapa orang

yang telah diperiksa dahaknya ternyata hasilnya masih negatif. Dari hasil pendampingan

yang dilakukan diketahui bahwa kader belum spesifik dalam menentukan tersangka seperti

gejala-gejala yang tidak sesuai dengan TB dan juga pada saat pengambilan dahak ternyata

hanya didapatkan ludah/air liur sehingga hasil pemeriksaannya juga hasilnya tidak baik.

Pada saat pendampingan tersebut lebih ditekankan lagi tentang gejala yang spesifik untuk

penderita tuberkulosis. Kader kesehatan dalam menemukan tersangka TB juga telah

mengadakan penyuluhan tentang penyakit tuberkulosis kepada masyarakat dalam berbagai

pertemuan. Namun mereka mengalami kendala saat penyampaian materi karena mereka

tidak mempunyai bahan/brosur yang bisa diberikan kepada masyarakat dan untuk

solusinya dapat menggunakan materi yang telah diberikan kepada kader kesehatan saat

pelatihan dan diusulkan untuk membuat/menggandakan brosur tentang penyakit

tuberkulosis kepada instansi terkait. Disamping itu pula kendala yang dialami kader

sebagai pengawas menelan obat adalah jarak penderita dengan rumah kader yang cukup

jauh. Untuk solusinya dilakukan dengan membina salah satu keluarga penderita sebagai

pengawas rutin setiap hari dan kader datang mengawasi ke tempat penderita secara

berkala. Disamping itu ada pula beberapa kader yang belum mendapatkan kepercayaan

Page 24: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

24

dari masyarakat, sehingga apa yang disampaikan kader kesehatan tidak mau diikuti oleh

masyarakat.

B. Pembahasan

Pada pelatihan Kader Kesehatan Peduli TB dalam Penemuan dan Pengawas Menelan

Obat Penderita Tuberkulosis di Kabupaten Buleleng, kader kesehatan terlebih dahulu

diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit tuberkulosis serta pentingnya

penemuan tersangka tuberkulosis dan pengawas menelan obat dalam penanggulangan

penyakit tuberkulosis ini di masyarakat. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular

langsung yang disebabkan oleh kuman TBC yaitu Mycobacterium tuberculosis yang pada

umumnya menyerang jaringan paru, tetapi dapat juga menyerang organ lainnya. Sumber

penularan adalah pasien TBC paru dengan BTA positip, yaitu pada waktu pasien batuk

atau bersin dapat menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan ludah (droplet).

Gejala utama dari pasien TBC adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk

dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak

nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat

malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih satu bulan. Gejala-gejala tersebut

diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC, seperti bronkiektasis, bronchitis

kronis, asthma, kanker paru dan lain-lain.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa penyakit tuberkulosis ini merupakan

penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TBC dan bukanlah penyakit keturunan

seperti anggapan yang selama ini ada di masyarakat. Sehingga dalam penanggulangan

penyakit tuberkulosis ini maka memutuskan rantai penularan menjadi faktor sangat

penting. Untuk dapat memutuskan rantai penularan tersebut maka penemuan sumber

penularan dan mengobatinya hingga sembuh harus dilakukan. Seperti yang kita ketahui

bahwa jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia masih sangat banyak dengan jumlah

tenaga kesehatan yang terbatas tentu tidak dapat melaksanakan penanggulangan TB

tersebut secara maksimal karena itu peran kader kesehatan sangatlah penting dalam

penemuan tersangka tuberkulosis dan sebagai pengawas menelan obat. Depkes RI

menyatakan bahwa keberadaan kader di masyarakat sangat strategis karena kader dapat

berperan sebagai penyuluh, membantu menemukan tersangka penderita secara dini,

merujuk penderita dan sekaligus pengawas menelan obat bagi penderita TBC secara

langsung.

Page 25: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

25

Salah satu tantangan yang dihadapi kader kesehatan dalam penemuan tersangka

tuberkulosis adalah bagaimana dapat menentukan seseorang kemungkinan menderita

penyakit tuberkulosis tersebut secara tepat karena apabila dilakukan secara tidak tepat

tentunya akan merugikan orang tersebut. Disamping akan menghabiskan waktu, mereka

juga akan mendapatkan citra negatif dari masyarakat karena di beberapa daerah masih

menganggap penyakit tuberkulosis ini sebagai penyakit keturunan. Dan seringkali kader

kesehatan dianggap sebagai seseorang yang sok pintar. Melalui pelatihan ini kader

kesehatan diberikan pengetahuan/ pemahaman tentang penyakit tuberkulosis dan

keterampilan dalam menentukan tersangka tuberkulosis sehingga dapat menentukan

tersangka tuberkulosis secara tepat dan dapat memberikan penjelasan kepada masyarakat

sehingga mereka lebih dipercaya oleh masyarakat.

Disamping itu pengobatan penyakit tuberkulosis yang memerlukan waktu yang cukup

lama (6 bulan) akan menyebabkan kebosanan dari penderita tuberkulosis sehingga akan

menimbulkan putus obat yang menyebabkan terjadinya reisten obat pada penderita tersebut

yang tentunya akan menambah berat dalam proses pengobatannya sehingga pengawas

menelan obat memegang peranan yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan

pengobatan penderita tuberkulosis tersebut. Yang sering menjadi permasalahan dalam

pengawasan ini adalah penderita yang menyatakan telah meminum obatnya namun karena

rasa bosan mereka tidak meminumnya hanya mengambil obat lalu obat tersebut mereka

buang atau sembunyikan. Untuk mengatasi hal tersebut tentunya disini peran kader

kesehatan sangatlah penting dalam memberikan penjelasan tentang pentingnya keteraturan

minum obat serta akibatnya apabila tidak minum obat secara teratur sehingga

menimbulkan kesadaran pada penderita. Dimana dalam pelatihan ini telah ditegaskan

bagaimana peran kader kesehatan sebagai pengawas menelan obat penderita tuberkulosis.

Setelah diberikan pelatihan oleh narasumber, kader kesehatan yang hadir sebagai

peserta dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit tuberkulosis serta

penanggulangannya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pre-test dan post-test yang telah

dikerjakan oleh kader kesehatan, dimana telah terjadi terjadinya peningkatan pengetahuan

kader kesehatan tentang penyakit tuberkulosis setelah diberikannya pelatihan. Disamping

itu kader kesehatan juga menjadi lebih terampil dalam menentukan tersangka tuberkulosis

yang dapat diketahui dari tugas dan demonstrasi yang dilakukan oleh kader kesehatan.

Sehingga dengan mengikuti pelatihan ini kader kesehatan mendapatkan beberapa manfaat

yaitu mereka mendapatkan informasi yang jelas tentang penyakit tuberkulosis serta

penanggulangannya karena selama ini mereka kurang memahami yang mana disebut

Page 26: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

26

sebagai tersangka tuberkulosis serta mengapa penderita harus diawasi dalam meminum

obat TB.

Setelah pelatihan tersebut, sebagai tindak lanjut dilaksanakan pendampingan berupa

evaluasi dan pembinaan terhadap kader kesehatan. Dari hasil kegiatan tersebut didapatkan

bahwa secara umum kader kesehatan sudah dapat melaksanakan penemuan tersangka

tuberkulosis dan sebagai pengawas menelan obat penderita tuberkulosis walaupun dalam

pelaksanaan kegiatan tersebut ada beberapa kader kesehatan yang mengalami kendala

namun hal tersebut dapat diatasi dengan beberapa solusi yang telah diberikan.

Page 27: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

27

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang berupa

pelatihan kader kesehatan peduli TB dalam penemuan tersangka dan pengawas menelan

obat penderita tuberkulosis di Kabupaten Buleleng dapat ditarik kesimpulan bahwa

pelaksanaan kegiatan p2m tersebut telah berhasil dengan baik yang dapat diketahui dari

hasil yaitu:

a. Terjadi peningkatan pengetahuan dan pemahaman .kader kesehatan tentang

penyakit tuberkulosis serta penanggulangannya

b. Terbentuknya keterampilan kader kesehatan dalam penemuan tersangka serta

pengawas menelan obat penderita tuberkulosis

B. Saran

Berdasarkan pelatihan yang telah dilaksanakan pada kader kesehatan di kabupaten

buleleng dalam penemuan tersangka dan pengawas menelan obat penderita tuberkulosis,

ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan:

1. Bagi kader kesehatan, hendaknya dapat mengetahui dan memahami pentingnya

penemuan tersangka dan pengawas menelan obat sehingga program

penanggulangan penyakit tuberkulosis dapat berjalan dengan baik sehingga

pemberantasan penyakit tuberkulosis ini dapat terwujud.

2. Bagi dinas kesehatan, dapat melaksanakan pelatihan kader kesehatan secara

berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan peran kader kesehatan dalam

penanggulangan penyakit tuberkulosis.

Page 28: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

28

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2007. Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis, edisi 2 cetakan

pertama. Jakarta

-------------- 2008. Laporan riskesdas 2007 Provinsi Bali. Badan Penelitian Dan

Pengembangan Kesehatan. Jakarta

-------------- 2010a. Tuberculosis Indonesian fact. Jakarta

-------------- 2010b. Situasi Epidemiologi TB Indonesia. Subdit TB Depkes RI

Kemenkes RI. 2010. Buku Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Direktorat Bina

Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan RI

-------------- 2011. Strategi nasional pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Kementrian

Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan

Metropolitan. 2008. TBC-HIV/AIDS di Bali mengkhawatirkan. http://metro

politan.inilah.com/read/detail/62218/tbc-hivaids-di-bali mengkhawatirkan diunduh

11 November 2011

Muchtar A. 2006. Farmakologi obat antituberkulosis (OAT) sekunder. Jurnal Tuberkulosis

Indonesia. 3(2): 23-29.

PPTI. 2008. Kontribusi PPTI dalam program penanggulangan TB. Jakarta: Pengurus Pusat

PPTI

Rahaju B. 2005. Kader masyarakat. Jakarta: Depkes RI

Trisnawati G. 2008. Pelatihan peningkatan kemampuan kader dalam penanganan

tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja Puskesmas Gemolong II Sragen. Jurnal Warta.

11(2): 150-158.

WHO. 2009. Global tuberculosis control epidemiology, strategy, financing. World Health

Organization

Wongsokusumo B. 2010. Media komunikasi dan informasi perkumpulan pemberantasan

tuberkulosis. Jakarta: PPTI.

Wahyudi E. 2010. Hubungan pengetahuan sikap dan motivasi kader dengan penemuan

suspek tuberculosis paru di Puskesmas Sanankulon

Page 29: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

29

Lampiran 1. Surat-surat P2M

Page 30: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

30

Page 31: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

31

Page 32: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

32

Page 33: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

33

Lampiran 2. Daftar Hadir Peserta

Page 34: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

34

Lampiran 3. Foto-Foto Kegiatan P2M

Gambar 1. Registrasi Peserta

Gambar 2. Berdoa

Page 35: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

35

Gambar 3. Laporan Ketua Panitia

Gambar 4. Sambutan Ketua PPTI Cabang Buleleng

Page 36: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

36

Gambar 5. Perkenalan

Page 37: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

37

Gambar 6. Pemaparan materi dari narasumber 1

Gambar 7. Diskusi narasumber 1

Page 38: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

38

Gambar 8. Istirahat makan siang

Gambar 9. Pemaparan materi narasumber 2

Page 39: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

39

Gambar 10. Diskusi peserta

Gambar 11. Pemaparan tentang rencana kerja kader kesehatan

Page 40: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

40

Gambar 12. Post-test

Gambar 13. Penutup

Page 41: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

41

Gambar 14. Penyerahan piagam

Page 42: laporan akhir pelatihan kader kesehatan peduli tb dalam penemuan ...

42

Lampiran 4. Peta Lokasi

Lokasi Kegiatan