Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

87
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, banyak masalah yang dihadapi yaitu menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai orientasi pembangunan nasional di satu pihak, pemerataan dan penanggulangan kemiskinan sebagai acuan pembangunan nasional di pihak lain. Pemahaman tentang profil kemiskinan merupakan prasyarat bagi ketetapan strategi penanggulangan kemiskinan. Kemiskinan merupakan fenomena yang bersifat komplek dan multi dimensional (Tjokrowinoto, 1996:122). Rendahnya tingkat hidup yang seringkali dijadikan alat pengukur kemiskinan, pada hakekatnya hanyalah merupakan suatu mata rantai dari sejumlah faktor yang mewujudkan sidroma kemiskinan. Kabupaten pacitan sebagai salah satu kabupaten yang masih mempunyai angka kemiskinan sebesar dan beberapa tahun masuk dalam delapan kabupaten tertinggal di Provinsi Jawa Timur. Delapan kabupaten tersebut adalah Kabupaten Pacitan, Sampang, Bangkalan, Pamekasan, Trenggalek, Bondowoso, Madiun dan Situbondo. Hal tersebut berdasarkan kriteria dasar diantaranya kondisi perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, infrastruktur, kemampuan keuangan lokal, aksesibilitas. LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 1

Transcript of Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

Page 1: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, banyak masalah yang

dihadapi yaitu menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai orientasi pembangunan

nasional di satu pihak, pemerataan dan penanggulangan kemiskinan sebagai acuan

pembangunan nasional di pihak lain. Pemahaman tentang profil kemiskinan

merupakan prasyarat bagi ketetapan strategi penanggulangan kemiskinan.

Kemiskinan merupakan fenomena yang bersifat komplek dan multi dimensional

(Tjokrowinoto, 1996:122). Rendahnya tingkat hidup yang seringkali dijadikan alat

pengukur kemiskinan, pada hakekatnya hanyalah merupakan suatu mata rantai dari

sejumlah faktor yang mewujudkan sidroma kemiskinan.

Kabupaten pacitan sebagai salah satu kabupaten yang masih mempunyai

angka kemiskinan sebesar dan beberapa tahun masuk dalam delapan kabupaten

tertinggal di Provinsi Jawa Timur. Delapan kabupaten tersebut adalah Kabupaten

Pacitan, Sampang, Bangkalan, Pamekasan, Trenggalek, Bondowoso, Madiun dan

Situbondo. Hal tersebut berdasarkan kriteria dasar diantaranya kondisi

perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, infrastruktur, kemampuan

keuangan lokal, aksesibilitas. Walaupun Pacitan pada saat ini sudah termasuk dalam

kabupaen terentaskan namun angka kemiskinan masih cukup tinggi. Hal ini dapat

dilihat dari data BPS sebagai berikut:

No Keterangan 2010 2011 2012*)

1. Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,53 6,67 6,73 2. Penduduk Miskin (%) 19,5**) 18,13 17,07 3. Tingkat Pengangguran Terbuka

(%) 0,87 2,70 1,16

4. Jumlah Penduduk pertengahan tahun (jiwa)

540.881 542.127 543.391

Tabel 1. Data Kabupaten Pacitan

Fakta yang lain disebutkan oleh Kabid Penempatan Tenaga Kerja

Dinsosnakertrans yang dilansir oleh Antara News tahun sepanjang tahun 2012

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 1

Page 2: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

jumlah pengangguran di Kabupaten Pacitan mencapai belasan ribu orang. Berdasar

data latar belakang pendidikan, mayoritas pengangguran di Pacitan didominasi

lulusan SMP atau yang sederajat. Diperkirakan jumlah itu akan lebih besar karena

data yang terekam di Dinsosnakertrans tersebut hanya berpedoman pada data

administratif. Acuannya pada pencari kartu kuning selama 2012. Sesuai data

diketahui berdasar jenjang pendidikan, lulusan sekolah total pencarikerja pada tahun

2012 sebagai berikut:lanjutan pertama yang belum memiliki pekerjaan mencapai

6.277 orang. Diikuti lulusan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 1.700 orang, SMA/SMK

sekitar 1.000 orang, sarjana sebanyak 318 orang, dan diploma sebanyak 83 orang.

Total sepanjang tahun 2012 ada 16.000 orang di Kabupaten Pacitan yang

menganggur. Jumlah tersebut tentu mempunyai andil yang cukup signifikan akan

tingginya kemiskinan di kabupaten pacitan.

Dari berbagai masalah diatas, perlu adanya Strategi penanggulangan

kemiskinan cepat dan menyeluruh untuk menanggulangi maslah kemiskinan di

Kabupaten Pacitan. Kabupaten Pacitan sebenarnya sudah melakukan berbagai

upaya untuk menekan jumlah kemiskinan, namun belum efektif dalam

pelaksanaannya. Pelayanan, penanganan, dan penanggulangan kemiskinan selama

ini masih dilaksanakan lintas sektoral dan oleh beberapa SKPD. Agar pelayanan,

penanganan, dan penanggulangan kemiskinan lebih efektif, efisien dan dapat

ditangani lebih fokus perlu dibentuk Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan

Kemiskinan (UPTPK) Kabupaten Pacitan. Penanganan kemiskinan merupakan

salah satu prioritas kebijakan pembangunan Kabupaten Pacitan yang tertuang dalam

RPJMD Tahun 2011-2016 yang menekankan pada upaya perbaikan secara

berkesinambungan.

Dengan adanya UPTPK, akan terpetakan data kemiskinan di Kabupaten

Pacitan secara lebih valid. Unit ini nantinya akan melayani semua bentuk pelayanan

kepada masyarakat miskin, seperti: pelayanan kesehatan, pendidikan, sosial

kemasyarakatan. Selain melakukan pelayanan terhadap warga miskin, unit ini juga

bertugas untuk pengintegrasian data kemiskinan di Kabupaten Pacitan. Pasalnya,

data yang ada di masing-masing Satuan Kerja (Satker) saat ini belum sesuai

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 2

Page 3: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

kenyataan di lapangan, sehingga banyak warga miskin yang belum terdata. Padahal

pemerintah pusat hanya mempercayakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Adanya UPTPK, diharapkan ke depan jumlah warga miskin akan berkurang.

Semua warga miskin di Pacitan, dipersilakan datang ke Kantor UPTPK jika ada

masalah apapun. Nantinya petugas UPTPK yang akan mengurusnya jika masalah

yang diadukan terkait Satker lainnya. Misalnya minta bantuan biaya sekolah, bisa

datang ke UPTPK. Petugas UPTPK yang akan menghubungkan dengan Dinas

Pendidikan. Inilah contoh bentuk pelayanan terpadu. Oleh karena itu, dibutuhkan

sebuah regulasi yang mengatur bagaimana UPTPK Kabupaten Pacitan dapat segera

diwujudkan sehingga pelayanan, penanganan, dan penangulangan kemiskinan dapat

berjalan efektif dan tepat sasaran. Oleh karena hal tersebut tim kami melakukan

Kajian Penanganan Kemiskinan di Kabupaten Pacitan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dalam kegiatan pengkajian

ini dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengukur penanganan kemiskinan di Kabupaten Pacitan?

2. Bagaimana mendorong UPTPK Kabupaten Pacitan dapat segera terwujud?

C. Tujuan Pengkajian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, kegiatan pengkajian ini bertujuan

untuk:

1. Merumuskan rekomendasi strategi pengukuran penanganan kemiskinan di

Kabupaten Pacitan;

2. Merumuskan draft Raperda untuk mendorong terwujudnya UPTPK

Kabupaten Pacitan.

D. MANFAAT PENGKAJIAN

Hasil Pengkajian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengambil kebijakan,

khususnya pemerintah Kabupaten Pacitan dalam pengembangan program

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 3

Page 4: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

penanggulangan kemiskinan yang ditangani secara terpadu dan berkelanjutan

dengan pembentukan Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan

Kabupaten Pacitan, sehingga pelayanan, penanganan, dan penangulangan

kemiskinan dapat berjalan efektif dan tepat sasaran.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 4

Page 5: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masalah Kemiskinan

Kemiskinan dan keterbelakangan merupakan fenomena sosial yang menjadi

atribut negara-negara dunia ketiga. Fenomena ini juga merupakan kebalikan dari

kondisi yang dialami oleh negara-negara maju yang memiliki atribut sebagai “

model”. Untuk memahami definisi dan asal mula kemiskinan dan keterbelakangan,

kita dapat melakukan kajian dengan cara :

1. Mengadakan telaah terhadap kemiskinan dan kosakata kemiskinan seperti

yang dilakukan oleh Friedmann (1992: 160) dan Korten (1985: 67);

2. Membandingkan dengan konsep-konsep modernisasi sebagai kebalikan

yang diametral dari kemiskinan dan keterbelakangan seperti yang

dikemukakan oleh para pakar yang terkumpul dalam ontology

“Modernization : The Dinamics of Growth” (Myron Weiner, 1967).

Hampir di setiap negara, kemiskinan selalu terpusat di tempat-tempat

tertentu, yaitu biasanya di perdesaan atau di daerah-daerah yang kekurangan sumber

daya. Persoalan kemiskinan juga selalu berkaitan dengan masalahmasalah lain,

misalnya lingkungan. Beban kemiskinan paling besar terletak pada kelompok-

kelompok tertentu. Kaum wanita pada umumnya merupakan pihak yang dirugikan.

Dalam rumah tangga miskin, mereka sering merupakan pihak yang menanggung

beban kerja yang lebih berat dari pada kaum pria. Demikian pula dengan anak-anak,

mereka juga menderita akibat adanya ketidak merataan tersebut dan kualitas hidup

masa depan mereka terancam oleh karena tidak tercukupinya gizi, pemerataan

kesehatan dan pendidikan. Selain itu timbulnya kemiskinan sangat sering terjadi

pada kelompok-kelompok minoritas tertentu.

Kemiskinan berbeda dengan ketimpangan distribusi pendapatan (inequality).

Perbedaan ini sangat perlu ditekankan. Kemiskinan berkaitan erat dengan standar

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 5

Page 6: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

hidup yang absolut dari bagian masyarakat tertentu, sedangkan ketimpangan

mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat. Pada tingkat

ketimpangan yang maksimum, kekayaan dimiliki oleh satu orang saja dan tingkat

kemiskinan sangat tinggi.

Menurut Kuncoro, (1997: 102–103). Mengemukakan bahwa kemiskinan

didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum.

Definisi tersebut menyiratkan tiga pernyataan dasar, yaitu:

1. Bagaimanakah mengukur standar hidup ?

2. Apa yang dimaksud dengan standar hidup minimum ?

3. Indikator sederhana yang bagaimanakah yang mampu mewakili masalah

kemiskinan yang begitu rumit ?

Untuk memahami lebih jauh persoalan kemiskinan ada baiknya

memunculkan beberapa kosakata standar dalam kajian kemiskinan (Friedmann,

1992: 89) sebagai berikut :

1. Powerty line (garis kemiskinan). Yaitu tingkat konsumsi rumah tangga

minimum yang dapat diterima secara sosial. Ia biasanya dihitung

berdasarkan income yang dua pertiganya digunakan untuk “keranjang

pangan” yang dihitung oleh ahli statistik kesejahteraan sebagai persediaan

kalori dan protein utama yang paling murah.

2. Absolute and relative poverty (kemiskinan absolut dan relatif). Kemiskinan

absolut adalah kemiskinan yang jatuh dibawah standar konsumsi minimum

dan karenanya tergantung pada kebaikan (karitas/amal). Sedangkan relative

adalah kemiskinan yang eksis di atas garis kemiskinan absolut yang sering

dianggap sebagai kesenjangan antara kelompok miskin dan kelompok non

miskin berdasarkan income relatif.

3. Deserving poor adalah kaum miskin yang mau peduli dengan harapan

orang-orang non-miskin, bersih, bertanggungjawab, mau menerima

pekerjaan apa saja demi memperoleh upah yang ditawarkan.

4. Target population (populasi sasaran adalah kelompok orang tertentu yang

dijadikan sebagai objek dan kebijakan serta program pemerintah. Mereka

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 6

Page 7: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

dapat berupa rumah tangga yang dikepalai perempuan, anak-anak, buruh

tani yang tak punya lahan, petani tradisional kecil, korban perang dan

wabah, serta penghuni kampung kumuh perkotaan.

Friedmann juga merumuskan kemiskinan sebagai minimnya kebutuhan

dasar sebagaimana yang dirumuskan dalam konferensi ILO tahun 1976. Kebutuhan

dasar menurut konferensi itu dirumuskan sebagai berikut:

1. Kebutuhan minimum dari suatu keluarga akan konsumsi privat (pangan,

sandang, papan dan sebagainya).

2. Pelayanan esensial atas konsumsi kolektif yang disediakan oleh dan untuk

komunitas pada umumnya (air minum sehat, sanitasi, tenaga listrik,

angkutan umum, dan fasilitas kesehatan dan pendidikan).

3. Partisipasi masyarakat dalam pembuatan keputusan yang mempengaruhi

mereka.

4. Terpenuhinya tingkat absolut kebutuhan dasar dalam kerangka kerja yang

lebih luas dari hak-hak dasar manusia.

5. Penciptaan lapangan kerja (employment) baik sebagai alat maupun tujuan

dari strategi kebutuhan dasar.

Batas garis kemiskinan yang digunakan setiap negara ternyata berbeda-beda.

Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup.

Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang

dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan

digunakan patokan 2.100 kalori per hari. Adapun pengeluaran kebutuhan minimum

bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka

barang dan jasa. Selama periode 1976 sampai 1993, telah terjadi peningkatan batas

garis kemiskinan, yang disesuaikan dengan kenaikan harga barang-barang yang

dikonsumsi oleh masyarakat. Batas garis kemiskinan ini dibedakan antara daerah

perkotaan dan pedesaan.

Garis kemiskinan lain yang paling dikenal adalah garis kemiskinan Sajogyo,

yang dalam studi selama bertahun-tahun menggunakan suatu garis kemiskinan yang

didasarkan atas harga beras. Sajogyo mendefinisikan batas garis kemiskinan sebagai

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 7

Page 8: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

tingkat konsumsi per kapita setahun yang sama dengan beras. Dengan menerapkan

garis kemiskinan ini kedalam data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional)

dari tahun 1976 sampai dengan 1987, akan diperoleh persentasi penduduk yang

hidup di bawah kemiskinan (dalam Kuncoro, 1997: 116).

Kemiskinan bersifat multidimensional, dalam arti berkaitan dengan aspek

sosial, ekonomi, budaya, politik dan aspek lainnya (Sumodiningrat, 1989: 26).

Sedangkan Kartasasmita (1997: 234) mengatakan bahwa kemiskinan merupakan

masalah dalam pembangunan yang ditandai dengan pengangguran dan

keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Masyarakat

miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya

kepada kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang

mempunyai potensi lebih tinggi(Kartasasmita, 1997: 234). Hal tersebut senada

dengan yang dikatakan Friedmann yang mengatakan bahwa kemiskinan sebagai

akibat dari ketidak-samaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuatan sosial

(Friedmann , 1992: 123).

Namun menurut Brendley (dalam Ala, 1981: 4) kemiskinan adalah

ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan pelayanan-pelayanan

yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas. Hal ini diperkuat

oleh Salim yang mengatakan bahwa kemiskinan biasanya dilukiskan sebagai

kurangnya pendapatan untuk memperoleh kebutuhan hidup yang pokok (Salim

dalam Ala, 1981: 1). Sedangkan Lavitan mendefinisikan kemiskinan sebagai

kekurangan barang-barang dan pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu

standar hidup yang layak.

B. Faktor Penyebab Kemiskinan

Menurut Baswir, (1997: 23), Sumodiningrat, (1998: 90). Secara

sosioekonomis, terdapat dua bentuk kemiskinan, yaitu :

1. Kemiskinan absolut adalah suatu kemiskinan di mana orang-orang miskin

memiliki tingkat pendapatan dibawah garis kemiskinan, atau jumlah

pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum,

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 8

Page 9: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

kebutuhan hidup minimum antara lain diukur dengan kebutuhan pangan,

sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan, kalori, GNP per kapita,

pengeluaran konsumsi dan lain-lain.

2. Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan

perbandingan antara suatu tingkat pendapatan dengan tingkat pendapatan

lainnya. Contohnya, seseorang yang tergolong kaya (mampu) pada

masyarakat desa tertentu bisa jadi yang termiskin pada masyarakat desa

yang lain.

Di samping itu terdapat juga bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus

menjadi faktor penyebab kemiskinan (asal mula kemiskinan). Ia terdiri dari: (1)

Kemiskinan natural, (2) Kemiskinan kultural, dan (3) Kemiskinan structural

(Kartasasmita, 1996: 235, Sumodiningrat, 1998: 67, dan Baswir, 1997: 23).

1. Kemiskinan Natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang

miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak

memiliki sumberdaya yang memadai baik sumberdaya alam, sumberdaya

manusia maupun sumberdaya pembangunan, atau kalaupun mereka ikut

serta dalam pembangunan, mereka hanya mendapat imbalan pendapatan

yang rendah. Menurut Baswir (1997: 21) kemiskinan natural adalah

kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat,

sakit, usia lanjut atau karena bencana alam. Kondisi kemiskinan seperti ini

menurut Kartasasmita (1996: 235) disebut sebagai “Persisten Poverty” yaitu

kemiskinan yang telah kronis atau turun temurun. Daerah seperti ini pada

umumnya merupakan daerah yang kritis sumberdaya alamnya atau daerah

yang terisolir.

2. Kemiskinan Kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok

masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya

di mana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan.

Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi

dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah

tingkat kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 9

Page 10: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

menurut ukuran yang dipakai secara umum. Hal ini sejalan dengan apa yang

dikatakan Baswir (1997: 21) bahwa ia miskin karena faktor budaya seperti

malas, tidak disiplin, boros dan lain-lainnya.

3. Kemiskinan Struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh

faktorfaktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil,

distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan

ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat

tertentu (Baswir, 1997: 21). Selanjutnya Sumodiningrat (1998: 27)

mengatakan bahwa munculnya kemiskinan struktural disebabkan karena

berupaya menanggulangi kemiskinan natural, yaitu dengan direncanakan

bermacam-macam program dan kebijakan. Namun karena pelaksanaannya

tidak seimbang, pemilikan sumber daya tidak merata, kesempatan yang tidak

sama menyebabkan keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata pula,

sehingga menimbulkan struktur masyarakat yang timpang. Menurut

Kartasasmita (1996: 236) hal ini disebut “accidental poverty”, yaitu

kemiskinan karena dampak dari suatu kebijaksanaan tertentu yang

menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat.

Masalah-masalah kemiskinan tersebut di atas menurut Nurkese (dalam

Sumodiningrat. 1999: 150) sebagai suatu “lingkaran setan kemiskinan” yang

meliputi enam unsur, yaitu : Keterbelakangan, Kekurangan modal, Investasi rendah,

Tabungan rendah, Pendapatan rendah, Produksi rendah. Lain halnya dengan

pendapat Chambers yang mengatakan bahwa inti dari masalah kemiskinan dan

kesenjangan sebenarnya, di mana “deprivation trap” atau jebakan kemiskinan ini

terdiri dari lima unsur yaitu: Kemiskinan, Kelemahan jasmani, Isolasi, Kerentanan,

Ketidakberdayaan. Kelima unsur tersebut saling kait mengait antara satu dengan

yang lain dan saling mempengaruhi (Chambers, 1983 : 145-147).

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 10

Page 11: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

C. Pemberdayaan Keluarga Miskin

Dalam mengkaji pemberdayaan, sebagianbesar literatur mengakui

pentingnya rumah tangga sebagai sumber utama pemberdayaan . Rumah tangga

disini dapat diartikan sebagai sekelompok penduduk yang hidup dibawah satu atap,

makan dari panci yang sama, dan bersama-sama terlibat dalam proses pembuatan

keputusan sehari-hari. Pada dasarnya, rumah tangga merupakan suatu unit yang

proaktif dan produktif. Sebagai unit dasar dari masyarakat sipil, maingmasing

rumah tangga membentuk pemerintahan dan ekonomi dalam bentuk

miniatur(Pranarka dalam Priyono, 1998; 61).

Menurut Friedmann(1992:32-33), rumah tangga menempatkan tiga macam

kekuatan, yaitu sosial, politik, dan psikologis. Kekuatan sosial menyangkut akses

terhadap dasar-dasar produksi tertentu suatu rumah tangga, misalnya informasi,

pengetahuan dan ketrampilan. Partisipasi dalam organisasi sosial, dan sumber-

sumber keuangan. Bila ekonomi rumah tangga tersebut meningkatkan aksesnya

pada dasar-dasar produksi diatas, maka kemampuannya dalam menentukan dan

mencapai tujuannya juga meningkat. Peningkatan akses rumah tangga terhadap

dasar-dasar kekayaan produktif mereka.

Pemahaman keluarga dibedakan menurut pendekatannya. Pendekatan

struktural fungsional memandang keluarga sebgai group kecil yang memiliki ciri

tertentu(struktur dan fungsi) untuk memelihara kelangsungan hidup (Soemardjan,

1986: ). Pendekatann antropologi memandang keluarga memilikiarti yang berbeda

sesuai adat istiadat setempat. Secara umum memiliki ciri-ciri yang relatif sama,

terbentuk dari ikatan perkawinan yang diakui masyarakat, daerah dan adopsi sesuai

dengan adat, merupakan unit orang yang berinteraksi, diidentifikasi sebagai sistem

penanaman kekerabatan ( Geertz, 1985 ). Didalam wadah keluarga, penting untuk

melengkapi pembagian kerja dan fungsi(peranan) yang terorganisasi berdasarkan

status setiap anggota keluarga yang terdiri ayah, ibu, dan anak (Sumantri, 2000)

Penggunaan kata “empowerment” dan “to empower” diterjemahkan menjadi

pemberdayaan dan memberdayakan. Konsep empowerment (pemberdayaan) yang

dirintis oleh Friedmann (1992: 124) memunculkan adanya 2 (dua) premis mayor,

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 11

Page 12: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

yaitu “kegagalan dan harapan” dalam memandang konsepkonsep keneysian.

Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model-model pembangunan ekonomi

terdahulu dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan menjamin kelestarian

lingkungan yang berkelanjutan. Sedangkan harapan muncul karena adanya model-

model pembangunan alternatif yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan

gender, persamaan antar generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai.

Kegagalan dan harapan menurut Friedman bukanlah merupakan alat ukur dari hasil

kerja ilmu sosial melainkan lebih merupakan cermin dari nilai-nilai normatif dan

moral yang berkembang dalam lokalitas. Kegagalan dan harapan akan terasa sangat

nyata pada tingkat individu dan masyarakat. Pada tingkat yang lebih luas, yang

dirasakan hanyalah gejala dari kegagalan dan harapan. Dengan demikian,

pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya adalah nilai kolektif dari pemberdayaan

individu.

Sementara itu Blanchard(2001: 6) mendefisikan bahwa pemberdayaan

sebagai upaya untuk menguraiakan belenggu yang membelit masyarakat terutama

yang berkaitan dengan pengetahuan, pengalaman, motivasinya.

“The real essence of empowerment comes from releasing the knowledge,

experience, and motivarional power that is already in people but is being

severely underutilized”

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan

martabat lapisan masyarakat di mana kondisi sekarang tidak mampu untuk

melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain,

memberdayakan adalah meningkatkan kemampuan dan meningkatkan

kemandirian masyarakat. Konsep partisipasi yang aktif dan kreatif atau seperti

yang dikemukakan oleh Paul dalam Cohen sebagai berikut:

“Participation refers to an active process whereby beneficiaries influence

the direction and excution of development projects rather than merely

receive a share of project benefits”.

Definisi di atas memandang keterlibatan masyarakat mulai dari tahap

pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil evaluasi (Cohen &

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 12

Page 13: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

Uphoff, 1980: 215-223). Partisipasi mendukung masyarakat untuk mulai sadar akan

situasi dan masalah yang dihadapinya, serta berupaya untuk mencari jalan keluar

yang dapat dipakai demi mengatasi masalahnya. Partisipasi juga membantu

masyarakat miskin untuk melihat realitas sosial ekonomi dan proses desentralisasi

yang dilakukan dengan memperkuat “Delivery system” (sistem distribusi) di tingkat

bawah.

Soetrisno (1995: 74) menyatakan bahwa ada dua definisi partisipasi yang

beredar di masyarakat yaitu: Definisi pertama partisipasi rakyat dalam

pembangunan sebagai dukungan rakyat terhadap rencana proyek pembangunan

yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya

partisipasi masyarakat dalam definisi inipun disamakan dengan kemauan rakyat

untuk ikut menanggung biaya pembangunan baik berupa uang maupun tenaga

dalam melaksanakan proyek pembangunan pemerintah. Dipandang dari sudut

sosiologis definisi ini tidak dapat dikatakan sebagai partisipasi rakyat dalam

pembangunan melainkan mobilisasi rakyat dalam pembangunan. Definisi kedua

partisipasi dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat antara perencana

dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan

hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat

dalam pembangunan tidak hanya diukur dengan kemauan rakyat untuk menanggung

biaya pembangunan tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk ikut

menentukan arah dan tujuan proyek yang dibangun diwilayah mereka serta ada

tidaknya kemauan rakyat untuk secara mandiri melestarikan hasil proyek itu.

Sementara itu para ahli yang berpendapat bahwa partisipasi dikonsepsikan

secara baru sebagai suatu insentif moral yang mengijinkan kaum miskin yang tidak

berdaya untuk merundingkan insentif-insentif material baru bagi diri mereka dan

sebagai suatu terobosan yang memperbolehkan masyarakat grassroot berhasil

mendapatkan jalan menuju bidang-bidang makro pembuatan keputusan. Dengan

demikian, partisipasi merupakan aspek terpenting dalam upaya memberdayakan

masyarakat baik secara individu maupun kelompok.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 13

Page 14: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

Kemampuan masyarakat untuk “mewujudkan” dan “mempengaruhi” arah

serta pelaksanaan suatu program ditentukan dengan mengandalkan power yang

dimilikinya sehingga pemberdayaan (empowerment) merupakan tema sentral atau

jiwa partisipasi yang sifatnya aktif dan kreatif.

“Participation is concerned with the distribution of power in society, for it is

power which enables groups to determine which needs, and whose needs

will be met through the distribution of resources” (Curtis, et. Al., 1978: 1).

Pemberdayaan merupakan the missin ingredient (unsur tersembunyi) dalam

mewujudkan partisipasi masyarakat yang aktif dan kreatif. Secara sederhana,

pemberdayaan mengacu pada kemampuan masyarakat untuk mendapatkan dan

memanfaatkan akses ke dan kontrol atas sumber-sumber hidup penting.

Upaya masyarakat miskin melibatkan diri dalam proses pembangunan

melalui power yang dimilikinya merupakan bagian dari pembangunan manusia

(personal/human development). Pembangunan manusia merupakan proses

kemandirian (self-reliance), kesediaan bekerjasama dan toleran terhadap sesamanya

dengan manyadari potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat terwujud dengan

menimba ilmu dan ketrampilan baru, serta aktif berpartisipasi dalam pembangunan

ekonomi, sosial, dan politik dalam komunitas mereka.

Bagaimana pemberdayaan masyarakat merupakan satu masalah sendiri yang

berkaitan dengan hakekat dari kekuasaan, serta hubungan antar individu atau

lapisan-lapisan sosial yang lain. Pada dasarnya setiap individu dilahirkan dengan

kekuasaan. Hanya saja kadar dari kekuasaan itu akan berbeda antara satu individu

dengan individu yang lain. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling

terkait (interlinking factors) antara lain seperti pengetahuan, kemampuan, status,

harta, kedudukan, dan jenis kelamin. Faktor-faktor yang saling terkait itu pada

akhirnya membuat hubungan antar individu dengan dikotomi subyek (penguasa)

dan obyek (yang dikuasai). Bentuk relasi sosial yang dicirikan dengan dikotomi

subyek dan obyek tersebut merupakan relasi yang ingin “diperbaiki” melalui proses

pemberdayaan.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 14

Page 15: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

Pemberdayaan merupakan proses rekonstruksi hubungan antara subyek dan

obyek. Proses ini mensyaratkan adanya pengakuan subyek atas kemampuan atau

power yang dimiliki obyek. Secara garis besar, proses ini melihat pentingnya flow

of power (transfer kekuasaan) dari subyek ke obyek. Pemberian kekuasaan,

kebebasan dan pengakuan dari subyek ke obyek dengan memberinya kesempatan

untuk meningkatkan hidupnya dengan memakai sumber daya tersebut. Pada

akhirnya, kemampuan individu miskin untuk dapat mewujudkan harapannya dengan

pemberian pengakuan oleh subyek merupakan bukti bahwa individu tersebut

memiliki kekuasaan/daya. Dengan kata lain, mengalirnya daya ini dapat terwujud

suatu upaya aktualisasi diri dari obyek untuk meningkatkan hidupnya dengan

memakai daya yang ada padanya serta dibantu juga dengan daya yang dimiliki

subyek. Dalam pengertian yang lebih luas, hasil akhir dari proses pemberdayaan

adalah beralihnya fungsi individu yang semula obyek menjadi subyek (yang baru),

sehingga relasi sosial yang ada nantinya hanya akan ditandai dengan relasi antar

subyek (lama) dengan subyek (baru) yang lain. atau proses pemberdayaan adalah

mengubah pola relasi lama subyek-obyek menjadi relasi subyek-subyek.

Dengan demikan, transfer kekuasaan ini merupakan faktor yang penting

dalam mewujudkan pemberdayaan. Terdapat dua perspektif atas dimensi power itu,

yaitu perspektif distributif yang menghambat pemberdayaan, dan perspektif

generatif yang cenderung mendukung pemberdayaan (Mas’oed, 1994: 100-101).

Bila power ditinjau dalam perspektif distributif, maka ia bersifat zero-sum dan

sangat kompetitif. Kalau yang satu mempunyai daya berarti yang lain tidak tidak

punya. Kalau satu pihak memperoleh tambahan daya, berarti pihak yang lain

kehilangan. Dalam hubungan kekuasaan seperti ini, aktor yang berperilaku rasional

dianggap tidak mungkin bekerjasama karena hanya akan merugikan diri sendiri.

Kalau pemberdayaan si miskin dapat dilakukan dengan mengurangi kekuasaan si

pemegang kekuasaan, maka pasti si penguasa akan berusaha mencegah proses

pemberdayaan itu.

Sebaliknya, yang berlaku pada sisi perspektif generatif bersifat positivesum.

Artinya, pemberian pada pihak lain dapat meningkatkan daya sendiri. Kalau daya

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 15

Page 16: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

suatu unit sosial secara keseluruhan meningkat, semua anggotanya dapat menikmati

bersama-sama. Dalam kasus ini, pemberian daya kepada lapisan miskin secara tidak

langsung juga akan meningkatkan daya si pemberi, yaitu si penguasa. Dengan

menggunakan kajian teori yang ditawarkan oleh Sarah Cook dan Steve ini, maka

perubahan yang akan dihasilkan merupakan suatu perubahan yang bersifat

terencana karena input yang akan digunakan dalam perubahan telah diantisipasi

sejak dini sehingga out put yang akan dihasilkan mampu berdaya guna secara

optimal.

Upaya pemberdayaan dapat juga dilakukan melalui 3 (tiga) jurusan

(Kartasasmita, 1995: 4) yaitu:

1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang.

Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan masyarakat

memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan. Pemberdayaan adalah

upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong, memberikan

motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta

berupaya untuk mengembangkan.

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).

Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah yang lebih positif dan nyata,

penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke berbagai

peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya dalam

memanfaatkan peluang.

3. Memberdayakan mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan

harus dicegah yang lemah menjadi semakin lemah, dan menciptakan

kebersamaan serta kemitraan antara yang sudah maju dan yang belum

maju/berkembang. Secara khusus perhatian harus diberikan dengan

keberpihakan melalui pembangunan ekonomi rakyat, yaitu ekonomi usaha

kecil termasuk koperasi, agar tidak makin tertinggal jauh, melainkan justru

dapat memanfaatkan momentum globalisasi bagi pertumbuhannya.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 16

Page 17: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

Namun Friedmann juga mengingatkan bahwa sangatlah tidak realistic

apabila kekuatan-kekuatan ekonomi dan struktur-struktur di luar masyarakat madani

diabaikan. Oleh karena itu, menurut Friedmann pemberdayaan masyarakat tidak

hanya sebatas ekonomi saja namun juga secara politis, sehingga pada akhirnya

masyarakat akan memiliki posisi tawar menawar yang kompetitif, baik secara

nasional maupun internasional. Paradigma pemberdayaan ingin mengubah kondisi

yang serba sentralistik ke situasi yang lebih otonom dengan cara memberi

kesempatan pada kelompok orang miskin untuk merencanakan dan kemudian

melaksanakan program pembangunan yang mereka pilih sendiri, kelompok orang

miskin ini, juga diberi kesempatan untuk mengelola pembangunan, baik yang

berasal dari pemerintah maupun pihak luar (Soetrisno, 1995: 80).

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan

yang menyangkut diri masyarakat sendiri merupakan unsur yang sungguh penting

dalam hal ini. Dengan dasar pandang demikian, maka pemberdayaan masyarakat

amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengalaman demokrasi.

Dalam konteks dan alur pikir ini Friedmann (1992: 34) menyatakan:

“The empowerment approach, which is fundamental to alternative

development, places the emphasis on autonomy in decesion making of

territotially organized communities, local self-reliance (but not autarchy)

democracy and experiental social learning”.

Titik fokus dari pemberdayaan ini adalah lokalitas, karena civil society,

menurut Friedmann lebih siap diberdayakan lewat isu-isu lokal. Empowerment

dapat berarti menumbuhkan kekuasaan dan wewenang yang lebih besar kepada si

miskin. Hal senada diberikan oleh Paulo Freire (dalam Soetrisno, 1995: 27) yang

menyatakan bahwa empowerment bukanlah sekedar memberi kesempatan pada

rakyat untuk menggunakan sumber-sumber alam dan dana pembangunan saja, akan

tetapi lebih dari itu, empowerment merupakan upaya untuk mendorong masyarakat

untuk mencari cara menciptakan kebebasan dari struktur-struktur yang represif

(bersifat menekan). Dengan kata lain, empowerment berarti partisipasi masyarakat

dalam politik. Rumusan lain tentang konsep empowerment ini ditemui dalam

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 17

Page 18: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

pernyataan Schumacher yang kurang berbau politik dan lebih menekankan pada

halhal sebagai berikut:

“Economic development can succed only if it is carried forward as a broad

popular ‘movement reconstruction’ with the primary emphasis on the full

utilization of the drive, enthusiasm, intelligence and labour power of every

one” (Schumacher, 1973: 132).

Dengan demikian pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep

pembangunan ekonomi dan politik yang merangkum berbagai nilai sosial. Konsep

ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat “people centered,

participatory, empowering, and sustainable” (Berpusat pada rakyat, partisipatoris,

memberdayakan dan berkelanjutan) (Chambers, 1983: 290).

Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar

(basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan

lebih lanjut (safety net). Alternatif konsep pertumbuhan ini oleh Friedmann (1992:

68) disebut sebagai alternative development (pembangunan alternatif) yang

menghendaki “inclusive democracy, appropriate economic growth, gender equality

and intergenarational equity” (demokrasi inklusif, pertumbuhan ekonomi yang

memadai, kesetaraan gender dan persamaan antara generasi). Konsep ini tidak

mempertentangkan pertumbuhan dengan pemerataan, karena, keduanya tidak harus

diasumsikan sebagai “incompatible and anthithetical” (tidak cocok dan antitetis).

Konsep ini mencoba melepaskan diri dari perangkap “Zero sum game” dan “trade-

off” (prinsip pilih salah satu). Ia bertitik tolak dari pandangan bahwa dengan

pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan serta akan

menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan. Oleh karena itu seperti dikatakan oleh

Kirdar dan Silk (dalam Kartasasmita, 1996: 90), “the right kinds of growth”

(pertumbuhan yang benar), yakni bukan pertumbuhan vertikal yang menghasilkan

“trickle-down” seperti yang terbukti tidak berhasil, tetapi yang bersifat horisontal

(horizontal flows), yakni broadly based, employment intensive, and

compartmentalized (berbasis luas, intensif tenaga kerja, dan saling melengkapi).

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 18

Page 19: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

D. Program Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan

Dalam mengatasi dampak krisis ekonomi pemerintah Indonesia

merencanakan berbagai program, yang dalam konteks internasional dikenal sebagai

“social safety net” (jaring pengaman sosial /JPS) dan “compensatory programs”,

yang sekaligus dipadukan dengan program pengentasan kemiskinan atau “poverty

ellevation”.

Program JPS merupakan suatu upaya khusus untuk menanggulangi kondisi

sosial ekonomi masyarakat agar tidak semakin terpuruk Atau dengan kata lain

program JPS dilaksanakan untuk memutar kembali roda perekonomian rakyat

melalui tahapan “penyelamatan” (rescue), yang sifatnya mendesak dan harus

ditangani secepat mungkin dan tahapan “pemulihan” (recovery). Untuk

memberdayakan masyarakat miskin. Kedua tahapan ini merupakan strategi

pelaksanaan Program JPS menuju pada tingkat pembangunaan dan pertumbuhan

ekonomi yang normal.

Pada prinsipnya program JPS bertujuan untuk membantu penduduk miskin

agar tidak menjadi sangat terpuruk dan agar dapat hidup layak. Sementara itu

program kompensasi atau “compensatory programs” lebih bersifat jangka pendek,

dan bertujuan untuk menolong penduduk yang terkena dampak sementara akibat

kebijaksanaan penyesuaian struktural ekonomi, seperti pekerja yang terkena

pemutusan hubungan kerja (PHK), masyarakat yang terkena akibat langsung dari

adanya kenaikan (penyesuaian) harga bahan bakar minyak (BBM), dan sebagainya.

Sedangkan program pengentasan kemiskinan merupakan program jangka panjang

yang dilakukan secara berkesinambungan oleh pemerintah. Oleh karena itu,

program pengentasan kemiskinan tidak harus sejajar atau diadakan, semata-mata

karena adanya program penyesuaian structural ekonomi. Berdasarkan konsep

pemikiran di atas, Kantor Menteri Kesra dan Taskin mengembangkan dan

mencanangkan suatu program yang disebut “Gerakan Terpadu Pengentasan

Kemiskinan” (Gerdu Takin). Gerdu Taskin merupakan program pengentasan

kemiskinan yang terpadu dan menyeluruh yang dilakukan oleh Pemerintah,

kalangan swasta, lembaga swadaya dan organisasi kemasyarakatan (LSOM),

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 19

Page 20: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

masyarakat luas dan keluarga miskin itu sendiri. Keunggulan program Gerdu Taskin

ini adalah “keterpaduan tujuan dan sasaran” untuk menanggulangi sebab-sebab

terjadinya kemiskinan, sehingga kondisi kesejahteraan penduduk target program

yang lebih baik dapat dicapai. Tujuan dan sasaran ini ditindak lanjuti dengan

berbagai perangkat dan strategi, seperti kebijaksanaan, peraturan-peraturan dan

produk hukum lainnya, program, proyek, dan kegiatan yang mempunyai dampak

langsung terhadap perubahan positif pada faktor-faktor penyebab kemiskinan

tersebut di atas. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah menumbuhkan dan

mengembangkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia.

Atas dasar hal tersebut, maka prinsip dasar yang di terapkan dalam Gerdu Taskin

secara nasional, meliputi:

1. Memperlakukan keluarga/penduduk miskin sebagai subyek, dengan

melibatkan keluarga sasaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan

penilaian.

2. Dukungan yang diberikan diarahkan untuk menanggulangi kemiskinan,

memberdayakan masyarakat dan keluarga miskin, mencegah timbulnya

kemiskinan, dan melindungi keluarga miskin sesuai dengan kebutuhan dan

potensi yang dimiliki keluarga sasaran, serta memberikan peluang yang ada

di lingkungannya.

3. Dukungan yang diberikan secara menyeluruh dalam bentuk kebijaksanaan,

peraturan, program dan kegiatan-kegiatan yang membantu keluarga miskin

untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, menumbuhkan wawasan,

pengetahuan, sikap dan perilaku ekonomi yang produktif, serta memberikan

kemampuan dan akses yang lebih besar untuk mengembangkan usaha dan

meningkatkan kesejahterannya.

4. Pengembangan potensi keluarga/penduduk miskin dilakukan melalui

pendekatan kelompok dengan disertai pendamping mandiri yang berasal dari

instansi pemerintah, kalangan swasta, LSOM, dan masyarakat.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 20

Page 21: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Jenis Pengkajian

Kegiatan pengkajian “Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan”

Tahun Anggaran 2013 ini merupakan pengkajian kualitatif yang bersifat deskriptif

dan didukung dengan data/informasi baik kuantitatif maupun kualitatif.

B. Lokasi Dan Waktu Pengkajian

Pengkajian dilakasanakan di SKPD/ Lembaga Lingkup Pemerintah

Kabupaten Pacitan. Waktu pengkajian selama 4 (empat) bulan (Maret - Juni 2013).

C. Subjek Pengkajian

Subjek pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan meliputi:

1. Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan.

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan.

3. Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan Kabupaten Pacitan.

4. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pacitan.

5. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pacitan.

6. Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pacitan.

7. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pacitan.

8. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Pacitan.

9. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Pacitan.

10. Bagian Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Kabupaten Pacitan.

11. Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten

Pacitan.

12. Tim Penggerak PKK Kabupaten Pacitan.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 21

Page 22: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

D. Metode Pengumpulan Data

Data/informasi dikumpulkan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu:

melalui pengamatan (observasi), wawancara mendalam dan terstruktur, diskusi

kelompok terarah (FGD) dan studi dokumen.

1. Observasi

Penggunaan metode ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan,

ruang peralatan, para pelaku dan juga aktivitas sosial yang sedang

berlangsung dan yang berhubungan dengan penanganan kemiskinan di

Kabupaten Pacitan dan untuk membuat pemetaan masyarakat miskin.

Dalam observasi ini dibutuhkan data-data untuk mendukung

pengkajian tentang penanganan kemiskinan di Kabupaten Pacitan. Berikut

data yang dibutuhkan tersebut:

No Dinas Data yang Dibutuhkan

1 Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan 1. Perda kaitannya dengan orang miskin (rumah, kesehatan, pangan, pendidikan, dan pekerjaan)

2. Profil bantuan kesehatan, pendidikan, pangan, berapa banyak

3. Pengelolaan Bos dan Bosda2 Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan 1. Perda kaitannya dengan orang miskin (rumah,

kesehatan, pangan, pendidikan, dan pekerjaan)2. Profil bantuan kesehatan, pendidikan, pangan,

berapa banyak3. Pengelolaan lansia di pacitan 4. Pengelolaan jamkesmas untuk orang miskin

3 Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan Kabupaten Pacitan

1. Perda kaitannya dengan orang miskin (rumah, kesehatan, pangan, pendidikan, dan pekerjaan)

2. Rencana tata ruang dan wilayah terkait dengan kemiskinan

3. Profil orang miskin (dewasa, anak, dan lansia) dimana mereka berada

4 Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pacitan

1. Perda kaitannya dengan orang miskin (rumah, kesehatan, pangan, pendidikan, dan pekerjaan)

2. Pengelolaan lansia di pacitan3. Pengeoalaan raskin4. Pengelolaan jamkesmas unt orang miskin5. Pengelolaan Pelatihan kerja untuk orang miskin6. Profil APBD - Realisasi APBD untuk orang miskin

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 22

Page 23: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

2012, dan rencana 2013 bagaimana?5 Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Pacitan1. Profil orang miskin (dewasa, anak, dan lansia)

dimana mereka berada2. Pengelolaan lansia di pacitan3. Pengelolaan raskin4. Pengelolan jamkesmas unt orang miskin

6 Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pacitan

1. Pengelolaan Pelatihan kerja untuk orang miskin2. Perda kaitannya dengan orang miskin (rumah,

kesehatan, pangan, pendidikan, dan pekerjaan)7 Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Pacitan1. Perda kaitannya dengan orang miskin (rumah,

kesehatan, pangan, pendidikan, dan pekerjaan)2. Rencana tata ruang dan wilayah terkait dengan

kemiskinan3. Profil orang miskin (dewasa, anak, dan lansia)

dimana mereka berada4. Profil APBD - Realisasi APBD untuk orang miskin

2012, dan rencana 2013 bagaimana?8 Badan Pemberdayaan Masyarakat

dan Pemerintahan Desa Kabupaten Pacitan

1. Perda kaitannya dengan orang miskin (rumah, kesehatan, pangan, pendidikan, dan pekerjaan)

2. Rencana tata ruang dan wilayah terkait dengan kemiskinan

3. Profil orang miskin (dewasa, anak, dan lansia) dimana mereka berada

4. Profil bantuan kesehatan, pendidikan, pangan, berapa banyak

5. Pengelolaan lansia di pacitan6. Pengelolaan raskin7. Pengelolaan Pelatihan kerja untuk orang miskin

9 Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Pacitan

1. Perda kaitannya dengan orang miskin (rumah, kesehatan, pangan, pendidikan, dan pekerjaan)

2. Profil orang miskin (dewasa, anak, dan lansia) dimana mereka berada

3. Pengelolaan jamkesmas untuk orang miskin

10 Bagian Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Kabupaten Pacitan

1. Profil APBD - Realisasi APBD untuk orang miskin 2012, dan rencana 2013 bagaimana?

11 Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten Pacitan

1. Profil bantuan kesehatan, pendidikan, pangan, berapa banyak

2. Profil APBD - Realisasi APBD untuk orang miskin 2012, dan rencana 2013 bagaimana?

3. Pengelolaan lansia di pacitan4. Pengelolaan raskin5. Pengelolaan jamkesmas untuk orang miskin

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 23

Page 24: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

12 Tim Penggerak PKK Kabupaten Pacitan

1. Profil orang miskin (dewasa, anak, dan lansia) dimana mereka berada

Tabel 2. Instrumen Data Penelitian

2. Wawancara Mendalam

Wawancara dimaksudkan untuk memperoleh data/informasi yang

lebih lengkap mengenai penanganan kemiskinan di Kabupaten Pacitan.

Melalui wawancara mendalam, diperoleh gambaran tentang perkembangan

masyarakat miskin, layanan penunjang, dan aspek-aspek sosio-kultural

lainnya. Pemaparan life history ini lebih tepat ditetapkan pada keluarga

sebagai unit analisisnya. Oleh karenanya, penyusunan life history harus

terlebih dahulu menunjuk. Teknik ini juga untuk mengkonfirmasikan

tentang data yang diperoleh dari obsevasi. Berikut daftar pertanyaan untuk

wwawancara stake holder di Kabupaten Pacitan :

1. Arah strategi penanggulangan kemiskinan?

2. Perumusan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan

yang diprakarsai pemerintah?

3. Perumusan rencana aksi penanggulangan kemiskinan?

4. Proporsi anggaran penanggulangan kemiskinan?

5. Trend prosentase anggaran penanggulangan kemiskinan?

3. Wawancara Terstruktur

Teknik wawancara terstruktur digunakan untuk mencermati apresiasi

masyarakat sebagai salah satu enabling factors digunakan untuk merekam

pelayanan bantuan kemiskinan dan apresiasi masyarakat terhadapnya.

4. Diskusi Kelompok Terarah (FGD)

Metode pengumpulan data/informasi melalui diskusi kelompok

terarah (FGD) dilakukan dengan menggali data/informasi dengan cara

mempertemukan stakeholder terkait, dalam suatu forum diskusi dengan

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 24

Page 25: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

jumlah terbatas mengenai strategi penanganan kemiskinan di Kabupaten

Pacitan. Diskusi Kelompok Terarah (FGD) ini sekaligus digunakan untuk

melakukan pengecekan kebenaran atas data/informasi yang telah

dikumpulkan melalui teknik lain, seperti : observasi, wawancara, dan simak

dokumen agar dapat diperoleh keabsahan atau validitas data/informasi.

5. Studi Dokumen

Pengumpulan data/informasi melalui studi dokumen dilakukan

dengan menyimak dan mengkaji dokumen yang berkaitan dengan

penanganan kemiskinan, sebagai bahan untuk melengkapi data/informasi

pengkajian.

E. Validitas Data

Uji keabsahan data/informasi dilakukan melalui trianggulasi sumber, baik

responden/informan, kondisi lapangan, peserta diskusi kelompok terarah (FGD)

maupun data/informasi eksisting yang terkait.

F. Metode Analisis Data

Data/informasi dianalisis dengan menggunakan Metode Analisis Interaktif

dan Analisis SWOT (KEKEPAN).

1. Analisis Interaktif

Teknik analisis data/informasi yang akan digunakan pada

pengkajian ini adalah teknik analisis interaktif (interactive model of

analysis). Teknik analisis interaktif memiliki 3 (tiga) komponen, yakni

reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (Miles & Huberman,

2003). Komponen-komponen dari model analisis interaktif tersebut dalam

kontek pengkajian yang akan dilakukan ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Reduksi Data (Data Reduction): merupakan proses seleksi,

pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang ada

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 25

Page 26: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

dalam catatan lapangan berkaitan dengan penanganan kemiskinan di

Kabupaten Pacitan. Data/informasi dari lapangan yang berupa hasil

wawancara/kuesioner atau rangkuman data/informasi sekunder yang

ditranskripsikan dalam bentuk laporan, kemudian direduksi dan

dipilih hal yang menonjol. Dengan melakukan reduksi

data/informasi, peneliti akan memperoleh data/informasi yang akurat,

karena peneliti dapat mengecek apakah ada data/informasi

pengkajian yang sama dengan yang diperoleh sebelumnya, sehingga

dapat menghindari adanya ketumpangtindihan (overlapping).

b. Penyajian Data (Data Display): merupakan suatu rakitan organisasi

data/informasi dalam bentuk klasifikasi atau kategorisasi yang

memungkinkan penarikan kesimpulan pengkajian mengenai

penanganan kemiskinan di Kabupaten Pacitan dapat dilakukan.

Dalam hal ini display meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau

skema, jaringan kerja, keterkaitan kegiatan, dan tabel yang terkait

dengan penanganan kemiskinan di Kabupaten Pacitan.

c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing): merupakan suatu

pengorganisasian data/informasi yang telah terkumpul, sehingga

dapat dibuat suatu kesimpulan akhir mengenai penanganan

kemiskinan di Kabupaten Pacitan. Dalam awal pengumpulan

data/informasi, peneliti berusaha memahami keteraturan, pola,

pernyataan, konfigurasi, arahan sebab akibat dan proposisi-proposisi.

Peneliti bersikap terbuka dan skeptis. Kesimpulan yang pada awalnya

kurang jelas, kemudian meningkat secara eksplisit dan memiliki

landasan yang kuat. Kesimpulan akhir baru dapat dibuat apabila

seuruh proses pengumpulan data/informasi mengenai penanganan

kemiskinan di Kabupaten Pacitan telah berakhir.

2. Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan analisis yang digunakan untuk melihat

faktor internal yang terdiri atas kekuatan (Strengths) dan kelemahan

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 26

Page 27: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

(Weaknesses) serta faktor eksternal yang terdiri atas peluang

(Opportunities) dan ancaman (Threats). Faktor–faktor tersebut pada

dasarnya merupakan faktor pendorong dan faktor penghambat, yang

dalam pengkajian ini diaplikasikan pada masalah yang berhubungan

dengan penanganan kemiskinan di Kabupaten Pacitan.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 27

Page 28: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Dasar Kebijakan Penanganan Kemiskinan Kabupaten Pacitan

Penanggulangan Kemiskinan adalah salah satu kebijakan dari program

pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terncana dan bersinergi dengan

dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam

rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat. Upaya tersebut sesuai dengan

visi Bupati Pacitan yang tercantum dalam RPJMD Tahun 2011-2016.

Kebijakan penanganan kemiskinan di Kabupaten Pacitan didasarkan pada :

a. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan.

b. Instruksi Presiden RI no. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang

Berkeadilan, Pembangunan Pro-Rakyat, Keadilan untuk Semuadan

Pencapaian Tujuan Milenium.

c. Keputusan Presiden No 10/2011 tentang Tim Koordinasi Peningkatan dan

Perluasan Program Pro-Rakyat

d. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa

Timur Tahun 2010-2014 dan selanjutnya dijabarkan pada kebijakan Gubernur

Jawa Timur, dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program

pro-rakyat, pro-poor dan pro-job.

e. Peraturan Daerah No. 11 tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Tahun 2011-2016 yang memuat 6 (enam) Prioritas

Kabupaten Pacitan 2011-2016

f. Keputusan Bupati No. 13 tahun 2011 tentang Indikator Keluarga Miskin di

Kabupaten Pacitan.

g. Keputusan Bupati Pacitan No. 188.45/19.A/408.21/2012 tentang Tim

Koordinasi dan Sekretariat Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten

Pacitan

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 28

Page 29: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

h. Keputusan Bupati Pacitan nomor 188.45/239.A/KPTS/408.21/2012 Tentang

Tim Teknis Penyusun dan Pelaksana Program ‘GRINDULU MAPAN”

Kabupaten Pacitan tahun 2012

B. Indikator Kemiskinan Kabupaten Pacitan

Kabupaten Pacitan mempunyai dasar dalam menilai sebuah keluarga masuk

dalam kategori miskin atau tidak, hal tersebut dituangkan dalam Keputusan Bupati

No. 13 tahun 2011 tentang Indikator Keluarga Miskin di Kabupaten Pacitan. Berikut

kesimpulan dari indikator kemiskinan Kabupaten Pacitan :

No Aspek Indikator Operasional

1 Penghasilan

Penghasilan kepala keluarga kurang dari Rp 600.000,- (enam ratus ribu rupiah) per bulan atau petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 HaTidak memiliki tabungan uang atau barang yang mudah dijual senilai Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah), seperti sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya

2 Kesehatan

Tidak mampu membayar biaya pengobatan (rawat jalan) di Puskesmas dan jaringan lainnyaHanya mampu makan 1 (satu) atau 2 (dua) kali sehariHanya mengkonsumsi daging/susu/ayam/ikan laut 1 (satu) kali dalam semingguSumber air minum dari sumur/mata air yang tidak terlindungi /sungai/air hujanTidak memiliki fasilitas buang air besar (BAB) atau bergabung dengan tetangga

3 PendidikanPendidikan tertinggi kepala rumah tangga adalah tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD

4 EkonomiSatu tahun hanya mampu membeli satu pasang pakaian baru per jiwaBahan bakar untuk memasak sehari hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah

5 Perumahan

Luas lantai rumah/bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per anggota keluargaLantai rumah/bangunan tempat tinggal dari tanahDinding rumah/bangunan tempat tinggal dari bamboo/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa plesterPenerangan rumah tidak menggunakan listrik

Tabel 4. Indikator Keluarga Miskin Kabupaten Pacitan

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 29

Page 30: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

Dari indikator tersebut, Kabupaten Pacitan telah melakukan pendataan

penduduk miskin yang masuk di dalam indikator keluarga miskin, berikut datanya :

NO KECAMATANSTATUS

KESEJAHTERAAN 1

STATUS KESEJAHTERAAN

2

STATUS KESEJAHTERAAN

3JUMLAH

1 2 3 4 5 6

1 DONOROJO 886 1.215 1.439 3.540

2 PUNUNG 641 758 782 2.181

3 PRINGKUKU 424 741 1.004 2.169

4 PACITAN 311 463 957 1.731

5 KEBONAGUNG 510 780 1.122 2.412

6 ARJOSARI 1.313 1.110 1.121 3.544

7 NAWANGAN 2.404 2.221 1.848 6.473

8 BANDAR 3.259 2.019 1.143 6.421

9 TEGALOMBO 3.311 2.994 2.472 8.777

10 TULAKAN 2.586 2.683 2.875 8.144

9 NGADIROJO 707 1.054 1.408 3.169

10 SUDIMORO 982 1.102 969 3.053

  JUMLAH 17.334 17.140 17.140 51.614

1. Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah2. Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 11% - 20% terendah3. Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 21% - 30% terendahTabel 5. Data Keluarga Miskin Kabupaten Pacitan Per Kecamatan Tahun 2011

C. Angka Kemiskinan Kabupaten Pacitan

Tahun Prosentase

2008 21,17 %

2009 19,01%

2010 19,50%

2011 18,13%

2012 17,00%

Sumber : BPS Kab. Pacitan

Tabel 6. Angka Kemiskinan Kabupaten Pacitan

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 30

Page 31: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

Pada Tahun 2008 angka kemiskinan Kabupaten Pacitan tercatat sebesar 21,17% dan

tahun 2009 terus berkurang mencapai angka 19,01%, namun meningkat lagi

menjadi 19,50% pada Tahun 2010, pada Tahun 2011 turun kembali menjadi

18,13%, kemudian dengan adanya beberapa program yang langsung menyentuh

pada masyarakat miskin berdampak pada penurunan angka kemiskinan menjadi

17% pada Tahun 2012.

D. Penanganan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Tahun 2012

Untuk menangani masalah kemiskinan di Kabupaten Pacitan, Pemerintah

Daerah Kabupaten Pacitan malalui SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)

merencanakan program dan merealisasikan program penanganan kemiskinan sesuai

dengan Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

1. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD

Dinas Cipta Karya, Tata Ruang Dan Kebersihan Kabupaten Pacitan

Tahun 2012

No Nama Kegiatan Keluaran

1 Pembangunan sarana air bersih Tersedianya air bersih bagi masyarakat

2 Pembangunan Sarana Sanitasi Tersedianya sarana sanitasi bagi masyarakat

3 Peningkatan Jalan Lingkungan Terbangunnya jalan lingkungan yang layak bagi akses transportasi masyarakat

4 Pengadaan Semen (PC) Terbangunnya insfrastruktur perdesaan dan sarana permukiman

5 Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa (pembangunan/perbaikan jalan lingkungan

Terbangunnya jalan lingkungan yang layak bagi akses transportasi masyarakat

6 Program Pembangunan Insfrastruktur

Terbangunnya prasarana jalan pedesaan

7 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)-Mandiri Perkotaan

Pembangunan TRIDAYA (lingkungan, sosial, ekonomi) bagi masyarakat miskin

8 Fasilitas dan Stimulasi Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni

Tersedianya rumah yang layak dan sehat bagi masyarakat

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 31

Page 32: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

(RTLH)9 Bantuan Sosial Bedah Rumah Tersedianya rumah yang layak dan sehat

bagi masyarakat10 Perbaikan Rumah Tidak Layak

Huni (RTLH) dari Dana CSR Bank Jatim

Tersedianya rumah yang layak dan sehat bagi masyarakat

11 Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Tersedianya rumah yang layak dan sehat bagi masyarakat

12 Bedah Rumah Tersedianya rumah yang layak dan sehat bagi masyarakat

Tabel 7. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD Dinas Cipta Karya, Tata Ruang Dan Kebersihan Kabupaten

Pacitan

Titik berat program penanggulangan kemiskinan dari SKPD Dinas

Cipta Karya, Tata Ruang Dan Kebersihan Kabupaten Pacitan adalah

perbaikan sarana dan prasarana untuk menunjang pengentasan kemiskinan di

Kabupaten Pacitan. Pemenuhan air bersih dan sanitasi dilaksanakan di

seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Pacitan. Sedangkan program

perbaikan infrastruktur yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi dan

kemudahan akses jalan di laksanakan di seluruh kecamatan di Kabupaten

Pacitan. Untuk program lainnya adalah program bedah rumah yang bertujuan

untuk menyediakan rumah layak dan sehat bagi masyarakat di seluruh

wilayah Kecamatan di Kabupaten Pacitan.

2. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD

Dinas Koperasi, Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Pacitan

Tahun 2012

NO Nama Kegiatan Keluaran

1 Biaya Operasional Bergulir

Jumlah KUMKM yang menerima dana bergulir

2 Fasilitas Pengembangan usaha kawasan

Terlaksananya bintek pengolahan hasil laut

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 32

Page 33: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

minapolitan 3 fasilitas Pengembangan

UMKMTerlaksananya kegiatan pelatihan kerajinan di kab Pacitan dan terlaksananya orientasi pengrajin ke luar daerah

4 Pelatihan Industri Kerajinan Batu Alam

Terlaksananya pelatihan bagi industri kerajinan batu alam dan terlaksananya pengadaan bantuan sarana bagi industri kerajinan batu alam

5 Pelatihan Pemasaran dan Kemasan Bagi Industri kecil keripik

Terlaksananya pelatihan bagi industri kerajinan keripik dan terlaksananya pengadaan bantuan sarana produksi bagi industri

6 Pengembangan Bagi Industri Makanan Ringan

Terlaksnanya pelatihan bagi industri makanan (roti dan jamur) dan terlaksananya pengadaan bantuan sarana produksi bagi industri makanan ringan (roti dan jamur)

7 Pelatihan Teknis dan Bantuan Sarana Bagi Perbengkelan

Terlaksananya pelatihan bagi industri perbengkelan dan terlaksananya pengadaan bantuan sarana bagi industri perbengkelan

   8 Pengembangan Industri

Berbahan Baku Sumber Daya Alam

Terlaksananya pelatihan industri berbahan baku sumber daya alam( batako dan daving ) dan terlaksananya pengadaan bantuan sarana bagi industri berbahan sumber daya alam (batako)

9 Pengembangan Industri Berbasis One Village One Product (OVOP)

Terlaksananya kegiatan pelatihan teknis mencanting bagi pengrajin industri kerajinan batik Pacitan dan terlaksananya kegiatan pelatihan teknis desain / motif batik Pacitan dan terlaksananya pengadaan bantuan sarana bagi pengrajin industri kerajinan sosialisasi haKI dan terlaksananya pembuatan intalasi pengolahan ali limbah industri batik

10 Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah

Terlaksananya kegiatan pelatihan teknis Manajemen dan kewirausahaan dan terlaksananya kegiatan teknis boros bagi pengrajin batu mulia dan terlaksananya kegiatan magang bagi pengrajin perak/monel dan terlaksananya pengadaan bantuan sarana bagi peserta pelatihan boros dan terlaksananya pengadaan batu mulia untuk pelatihan

11 Pengembangan Industri Gula Kelapa Organik

Terlaksananya pelatihan teknis ICS bagi pengrajin gula organik dan terlaksananya pengadaan bantuan sarana bagi pengrajin gula organic

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 33

Page 34: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

12 Pengembangan industri meubelair kabupaten pacitan

terlaksananya pelatihan desain finishing bagi pengrajin meubelair dan terlaksananya pengadaan bantuan sarana bagi pengrajin meulebair

13 Pengembangan industri konveksi kabupaten pacitan

terlaksananya pelatihan bagi pengrajin koveksi/bordir dan terlaksananya pengadaan bantuan sarana bagi pengrajin konveksi/bordir

14 Pelatihan wirausaha dan fasilitas bagi industri kerajinan bambu

terlaksananya kegiatan wirausaha bagi industri kerajinan bambu pacitan dan terlaksananya pengadaan bantuan sarana bagi industri kerajinan bambu

15 Pelatihan dan fasilitas sarana bagi industri batu bata

terlaksananya pelatihan teknis bagi pengrajin batubara dan terlaksananya pengadaan bantuan sarana bagi industri batubata

16 pelatihan dan fasilitas sarana bagi industri genteng

terlaksananya pelatihan teknis bagi pengrajin genteng dan terlaksananya pengadaan bantuan sarana bagi industri genteng

17 Pelatihan teknis industri olahan kedelai

terlaksananya pelatihan teknis pembuatan bagi pengrajin olahan kedelai dan terlaksananya pengadaan bantuan sarana bagi pengrajin olahan kedelai

18 Pelatihan Teknis Industri Makanan Olahan

Terlaksananya pelatihan teknis pembuatan dan kemasan bagi pengrajin makanan olahan dan terlaksananya pengadaan bantuan sarana bagi pengrajin makanan olahan

19 Pelatihan dan fasilitas kewirausahaan

Magang bagi industri kerajinan kayu olahan, pelatihan teknis bagi industri kecil batubata dan industri kecil olahan hasil laut dan fasilitas bantuan sarana bagi industri olahan kayu, anyaman bambu, batu bata dan olahan hasil laut

 20 Peningkatan

keterampilan Masyarakat/Industri kecil Menengah (IKM) di lingkungan industri rokok

terlaksananya kegiatan pendatang bagi industri kecil menengah formal dan non formal

21 Pembinaan dan fasilitasi pedagang industri hasil tembakau/rokok

terlaksananya kegiatan pembinaan bagi pedagang di industri rokok di Kab.Pacitan

22 Pembinaan bagi pengrajin industri kecil

adanya kerja sama antara UKM dan koperasi dengan koperasi dengan industri hasil

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 34

Page 35: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

batik (sharring app) tembakau dalam hal pengadaan bahan baku

Tabel 8. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD Koperasi, Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Pacitan

Program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan oleh SKPD

Koperasi Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Pacitan berbasis pelatihan

maupun pendidikan untuk berwirausaha bagi seluruh masyarakat Kabupaten

Pacitan, pelatihan dan pembinaan dilakukan sesuai dengan potensi yang ada di

tiap-tiap kecamatan maupun desa di wilayah Kabupaten Pacitan. Program

program yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan maupun

meningkatkan pendapatan masyarakat.

3. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD

Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Tahun 2012

No. Nama Kegiatan KeluaranVolume

Lokasi Kegiatan

Jumlah Satuan

1. Jamkesmas Meringankan biaya pelayanan kesehatan

1 pt24

puskesmas

2. Jampersal Meringankan biaya pelayanan kesehatan

1 pt24

puskesmas

3. Jamkesda Meringankan biaya pelayanan kesehatan

1 pt24

puskesmas

4.Pemberian MP-ASI

Tercukupinya kebutuhan MP-ASI bagi balita gakin 6-24 bln

5 ton  

Tabel. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan

Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan melaksanakan program pegentasan

kemiskinan dengan tujuan meringankan biaya pelayanan kesehatan bagi

keluarga miskin untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Program yang ada

yaitu Jamkesmas dan Jampersal bersumber dari APBN, dimana Dinas

Kesehatan bertugas mengawasi dan melaksanakan Jamkesmas dan Jampersal

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 35

Page 36: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

sesuai dengan aturan yang berlaku. Jamkesda dan pemberian MP-ASI

bersumber dari APBD Kabupaten Pacitan dan Dinas Kesehatan bertanggung

jawab penuh dalam pelaksanaan program tersebut. Semua program dilaksanakan

di seluruh wilayah Kabupaten Pacitan, dan mencakup seluruh warga miskin

Kabupaten Pacitan.

4. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD

Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Pacitan Tahun

2012

No. Nama Kegiatan KeluaranVolume

Jumlah Satuan

1.

Fasilitasi Manajemen Usaha bagi keluarga miskin

Terciptanya usaha keluarga miskin

8 KUBE

2.Komunitas Adat Terpencil (KAT)

Tertanggulanginya keterpencilan

120 Orang

3.

Monitoring, Evaluasi dan pelaporan Data Rumah Tidak Layak Huni

Terbangunnya Rumah Layak Huni

50 Orang

4.

Pendayagunaan bagi keluarga penyandang cacat dan Eks. Trauma

Terwujudnya usaha penyandang cacat

50 Kambing

6.

Pendidikan dan Pelatihan keterampilan pencari kerja

Terlatihnya tenaga kerja siap pakai

10 Orang

7.

Perluasan lapangan kerja dan pengurangan pengangguran

Berkurangnya pengangguran

72 Orang

8. Pengerahan dan fasilitasi perpindahan serta penempatan

Terpenuhinya kebutuhan SDM

25 KK

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 36

Page 37: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

Transmigrasi

9.

Rehab Sarana Rumah Tidak Layak Huni

Terwujudnya rumah yang layak huni

300 KK

10.Sarana dan prasarana lingkungan

Terwujudnya lingkungan yang sehat dan bersih

4 Unit

11.

Usaha Ekonomi Produktif KUBE penduduk miskin

Terwujudnya usaha, pendapatan penduduk miskin meningkat

31 Kelompok

12.

Pengembangan dan peningkatan perluasan kesempatan kerja

Terlaksanya penanganan tenaga kerja pengangguran dan setengah pengangguran pedesaan

104 OB

Tabel 9. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Pacitan

Program penanggulangan kemiskinan dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Kabupaten Pacitan menitikberatkan kepada pembinaan dan

pelatihan skill kepada mayarakat agar siap untuk bekerja untuk mengurangi

pengangguran. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pacitan

juga bekerjasama dengan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang Dan Kebersihan

Kabupaten Pacitan melaksanan program rehab sarana rumah layak huni untuk

mewujudkan rumah layak huni bagi warga miskin dan meningkatkan sarana dan

prasarana untuk mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih. Khusus warga

miskin Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pacitan

melaksanakan program KUBE untuk mewujudkan usaha dan meningkatkan

pendapatan penduduk.

5. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD

Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan Tahun 2012

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 37

Page 38: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

NONAMA

KEGIATANKELUARAN VOLUME SATUAN LOKASI

1 Bantuan Siswa Miskin SD

Membantu meringankan biaya pendidikan siswa miskin SD

8188 Siswa miskin SD

Siswa miskin SD N/S SeKabupaten Pacitan (12 Kecamatan)

2 Bantuan Siswa Miskin SMP

Membantu meringankan biaya pendidikan siswa miskin SMP

3402 Siswa miskin SMP

siswa miskin SMP N/S SeKabupaten Pacitan

3 Bantuan Siswa miskin SMA/SMK

Membantu meringankan biaya pendidikan siwa miskin SMA/SMK

1100,1181 Siswa miskin

SMA/SMK

12 lembaga SMA/SMK di kabupaten Pacitan

4 BOS SLTAMembantu meringankan biaya pendidikan siswa miskin SMA/SMK

1067 Siswa miskin

SMA/SMK

12 lembaga SMA/SMK di kabupaten Pacitan

Tabel 10. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan dari SKPD Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan

Unruk menanggulangi kemiskinan di Kabupaten Pacitan, Dinas

Pendidikan Kabupaten Pacitan melaksanakan program BOS SLTA dan bantuan

siswa miskin untuk siswa SD, SMP maupun SMA/SMK di wilayah Kabupaten

Pacitan yang bersumber dari APBN maupun APBD. Program bantuan siswa

miskin mencakup warga miskin yang ada di Kabupaten Pacitan.

6. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD

Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa Kabupaten

Pacitan Tahun 2012

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 38

Page 39: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

NO. Nama Kegiatan KeluaranVolume

Jumlah Satuan

 1  GRINDULU MAPAN

 Meningkatnya keberdayaan RTSM

 67 RTSM KK

2 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ( PNPM-MP )

Meningkatnya keberdayaan masyarakat perdesaan

11 Kec, 146 Desa

kec, desa

3 Bantuan Keuangan Desa

Meningkatnya sarana dan prasarana desa

9 Kec, 40 Desa Kec, Desa ( Pembuatan jalan desa dan Rumah Hijau )

4 Fasilitasi Pembentukan BUMDes

Terbentuknya BUMDes

36 BUMDes

5 Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah ( PMT-AS )

Meningkatnya Asupan Gizi Peserta didik sekolah dasar

12 Kec, 12 SD SD Terpencil

6 Alokasi Dana Desa '-PRWM

Meningkatnya Keberdayaan Masyarakat Desa ( RTM )

12 Kec, 538 Unit

Kec, unit

Tabel 11. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa Kabupaten Pacitan

Unruk menanggulangi kemiskinan di Kabupaten Pacitan, Badan

Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Pacitan melaksanakan program-program

yang bertujuan meningkatkan keberdayaan masyarakat desa khususnya warga

miskin menjadi lebih sejahtera, meliputi seluruh wilayah Kabupaten Pacitan.

7. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD

Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Pacitan Tahun 2012

NO NAMA KEGIATAN KELUARANVOLUME

JUMLAH SATUAN1 APP Bantuan sarana produksi 2 paket

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 39

Page 40: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

    Pembinaan 80 orang

2Jalin Kesra penanganan RTSM Domba 42 paket

  Bidang Perternakan Kambing lokal 2 paket    Ayam Buras 36 paket    Itik 13 paket

3Jalin Kesra penanganan RTSM Paket benih dan pupuk 15 paket

  Bidang Pertanian      Tabel 12. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD

Dinas Tanaman Pangan Dan Peternakan Kabupaten Pacitan

Untuk menanggulangi kemiskinan diperlukan ketahanan pangan yang

cukup, oleh sebab itu SKPD Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten

Pacitan membuat program untuk ketahanan pangan dan pemberdayaan terhadap

masyarakat berupa bantuan dan pembinaan tentang tanaman pangan dan hewan

ternak di beberapa kecamatan di Kabupaten Pacitan.

8. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan Tahun 2012

NO Nama Kegiatan KeluaranVolume

Jumlah Satuan

1 Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan Pasien Miskin yang mendapatkan layanan di Rumah Sakit

1.395 kunjungan

2 Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

Pemegang Kartu Jamkesmas dapat mengakses layanan kesehatan

5,008 kunjungan

Tabel 13. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan bekerjasama dengan Dinas

Kesehatan Kabupaten Pacitan melaksanakan program Jamkesmas dan pelayanan

terhadap warga miskin

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 40

Page 41: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

9. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD

Bagian Administrasi Perekonomian Setda Kabupaten Pacitan Tahun 2012

NO Nama KegiatanVolume

Jumlah Satuan

1 Bantuan Raskin 1.395 RTM2 Bantuan Raskinda 1.615 RTM

Tabel 14. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD Bagian Administrasi Perekonomian Setda Kabupaten Pacitan

SKPD Perekonomian Kabupaten Pacitan melaksanakan program bantuan beras

untuk warga miskin Raskin yang disuplai dari APBN dan Raskinda yang disuplai dari

APBD diperuntukkan warga miskin di seluruh wilayah Kabupaten Pacitan

10. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD

Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Pacitan Tahun 2012

NO. Kegiatan KeluaranVolume

Jumlah Satuan

1 2 3 4 51 Optimalisasi Sarana

Pembudidayaan Ikan Air Tawar

tersedianya sarana dan prasarana budidaya ikan

       -sarana budidaya 1 paket    -pakan ikan 600 kg    -mesin pembuat pakan

ikan1 unit

2 Pengembangan Budidaya Ikan Lele

Tersedianya : 

 

    -benih lele 35.000 ekor    -pakan ikan 3.300 pakan    -sarana budidaya 60 unit3 Pengembangan Budidaya

Mina Paditersedianya :

  

    -benih ikan nila 24.000 ekor    -pakan ikan 300 kg    -pupuk 9 kg4 Pengembangan Prasarana terbangunnya demplot 2 paket

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 41

Page 42: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

Budidaya Ikan Air Tawar (DAK)

kolam percontohan

5 Magang Pembenihan Nila Best jumlah pembudidayaan yang ikut magang

5 orang

6 Pengembang Budidaya Ikan Nila

Tersedianya 

 

    -benih ikan nila 63.750 ekor    -pakan 4.140 kg    -sarana budidaya 35 unit7 Peningkatan Aplikasi

Teknologi Penangkapan Ikanterlaksananya peningkatan aplikasi teknologi penangkapan ikan

135 orang

8 Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendapatan Ikan (DAK)

terbangunnya jalur labuh perahu, jalan, jembatan, tempat perbaikan jaring, sarana air bersih, listrik, lampu navigasi

12 paket

  -lanjutan pembangunan jalan PPI Srengit

 

 

 

-pembangunan rabat jalan PPI Katipugal

 

 

 

  -Pembangunan Rabat Jalan PPI Bakung

 

 

 

  - Peningkatan jalan PPI Sumberejo

  

 

  -pembangunan jembatan PPI Kaliuluh

 

 

 

  -pembangunan jaringan air bersih PPI Worowari

 

 

 

  -peningkatan jalur labuh perahu PPI Jetak

  

 

  -peningkatan jalur labuh perahu PPI Klayar

  

 

  -pembangunan tempat perbaikan jaring PPI Tawang

  

 

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 42

Page 43: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

  -pembangunan fasilitasi navigasi pelayaran

 

 

 

  -pengadaan instalasi listrik PPI Kaliuluh

 

 

 

  -pengadaan instalasi listrik PPI Bakung

 

 

 

  -pengadaan instalasi listrik PPI Katipugal

 

 

 

9 Pengembangan Sarana Perikanan Tangkap (DAK)

tersedianya alat tangkap 4 paket

  -Pengadaan Jaring insang monofilamen

     

  -pengadaan jaring insang melenium

     

  -pengadaan jaring insang nylon

     

  -pengadaan pancing rawai      10 Pelatihan pembudidaya ikan

dan nelayanjumlah pembudidaya ikan dan nelayan yang terlatih

30 orang

11 Peningkatan Mutu Hasil Perikanan

jumlah poklahsar yang terlatih

60 orang

12 Pengadaan Sarana Pengolahan dan Pemasaran (DAK)

jumlah los ikan yang terbangun

2 paket

  -pembangunan los pasar ikan Kec.Bandar

     

  -pembangunan los pasar ikan Kec. Kebonagung

     

13 Diversifikasi Pengolahan Hasil Perikanan

jumlah poklahsar yang terlatih

30 orang

14 Promosi Produk Perikanan terlaksananya promosi produk perikanan (Gemarikan)

12 lokasi

15 Peningkatan Sarana dan Pemasaran Produk Perikanan

terbangunnya sarana pengolahan dan pemasaran produk

2 paket

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 43

Page 44: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

perikanan  -pembangunan kios pemasaran

produk perikanan     

  -peningkatan prasarana dan sarana pengolahan dan pemasaran

     

16 Restocking Ikan dan Pembinaan Kelompok di Perairan Umum

terlaksananya penebaran benih ikan di perairan umum

   

    -benih nila 500.000 ekor    -benih bawal 5.000 ekor    -benih udang vanname 400.000 ekor

17 Anti Poverty Program (APP) bidang perikanan

tersalurnya :    

    -benih ikan lele 30.000 ekor    -pakan ikan 3.000 kg    -sarana budidaya 10 paket    terlaksananya pelatihan 40 orang

18 Budidaya Rumput Laut tersedianya benih rumput laut

425 kg

    tersedianya sarana budidaya rumput laut

9 paket

19 Pembangunan jalan produksi dan saluran irigasi perpipaan (DAK)

Terbangunnya akses jalan masuk ke wilayah sentra budidaya ikan

3 paket

  -pembangunan rabat jalan      

  -pembuatan saluran irigasi perpipaan di Kec. Bandar

     

  -pembuatan saluran irigasi perpipaan di Kec. Ngadirojo

     

         20 Pengembangan Desa Pesisir

Tar tersalurkannya BLM 3 paket

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 44

Page 45: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

21 Pengembangan Usaha Mina Perdesaaan (PUMP) Perikanan Tangkap

tersalurkannya BLM 20 kelompok

22 Pengembangan Usaha Mina Perdesaaan (PUMP) Perikanan Budidaya

tersalurkannya BLM 23 kelompok

23 Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) P2HP

tersalurkannya BLM 11 kelompok

Tabel 15. Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan Dari SKPD Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan

SKPD Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan menitikberatkan program

penanggulangan kemiskinan di daerah pesisir pantai untuk lebih mengoptimalkan

hasil tangkapan laut maupun budidaya perikanan melalui pembinaan yang

berkelanjutan. SKPD Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan juga

melaksanakan program perbaikan sarana dan prasarana pendapatan ikan.

E. Analisis Swot Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten

Analisis SWOT

STRENGTHS Kabupaten Pacitan

mempunyai potensi kekayaan alam yang melimpah

Sokongan dana pengentasan kemiskinan cukup banyak

WEAKNESSES Masih ada daerah yang

terpencil SDM warga pacitan masih

kurang

OPPORTUNITIES Banyak potensi alam

Kabupaten Pacitan yang belum dimaksimalkan

potensi perikanan dan pertanian Kabupaten Pacitan masih kurang dimaksimalkan

STRATEGI S–O Mengembangkan kebijakan

yang bisa meningkatkan pendapatan warga

Mengembangkan potensi perikanan dan kelautan untuk meningkatkan pendapatan masyrakat

STRATEGI W–O Melakukan pembinaan dan

pelatihan khususnya untuk peningkatan pendapatan warga

Meningkatkan sarana dan prasarana

THREATS STRATEGI S–T STRATEGI W–T

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 45

Page 46: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

Bantuan dari pemerintah untuk pengentasan kemiskinan masih kurang

Memaksimalkan alokasi dana untuk pengentasan kemiskinan dengan kolaborasi APBN dan APBD

Memberdayakan masyarakat di daerah dalam memaksimalkan potensi yang ada dan memaksimalkan dana bantuan untuk meningkatkan kesejahteraan.

Tabel 16. Analisis SWOT Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Pacitan

F. Hasil Analisis

Hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Pacitan, diantaranya:

1. Dengan adanya program penanggulangan kemiskinan maka angka kemiskinan

Kabupaten Pacitan turun dari 18,13% pada tahun 2011 menjadi 17% pada tahun

2012.

2. Belum adanya pembinaan mental dan psikologis bagi warga miskin yang bertujuan

untuk mendapatkan mentalitas yang sehat dan kuat dalam menghadapi masa depan.

Jika mental sehat dicapai, maka individu memiliki integrasi, penyesuaian dan

identifikasi positif terhadap orang lain. Dalam hal ini, individu belajar menerima

tanggung jawab, menjadi mandiri dan mencapai integrasi tingkah laku.

3. Di Kabupaten Pacitan sudah ada program GRINDULU MAPAN yang telah

dilaksanakan, akan tetapi kurang maksimal karena hanya menurunkan angka

kemiskinan menjadi 17%. Untuk memaksimalkan program penanganan kemiskinan

yang telah dilaksanakan, diperlukan suatu lembaga yang berfungsi sebagai

pelaksana program GRINDULU MAPAN maupun program penanganan

kemiskinan lainnya, yaitu Lembaga Pelayanan Terpadu Percepatan Pennggulangan

Kemiskinan (LPTPPK) Kabupaten Pacitan.

4. Belum adanya lembaga yang memberikan pelayanan secara langsung di tiap-tiap

kecamatan maupun desa berkaitan dengan program pengentasan kemiskinan.

5. Kurang meratanya program penanganan kemiskinan di tiap-tiap kecamatan,

program penanganan kemiskinan belum maksimal sampai ke pelosok desa.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 46

Page 47: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

a) Lembaga Pelayanan Terpadu Percepatan Pennggulangan Kemiskinan

(LPTPPK)

Kemiskinan merupakan permasalahan yang mendesak dan memerlukan

langkah-langkah penanganan dan pendekatan secara sistemik terpadu dan

menyeluruh dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar warga

Negara secara layak. Selama ini pelayanan kemiskinan bersifat parsial hal ini sangat

sulit untuk menyatukan persepsi dalam hal penanggulangan kemiskinan karena data

kemiskinan tidak terintegrasi sehingga data antar satker di pemda dengan BPS

sering tidak sama dan tidak sinkron , disamping itu pelayanan kemiskinan secara

parsial akan memperpanjang birokrasi, dengan terbentukknya LPTPPK maka

seluruh layanan mengenai kemiskinan akan dilayani secara sistemik di satu tempat

(one stop service). Lembaga Pelayanan Terpadu Percepatan Pennggulangan

Kemiskinan merupakan suatu unit pelayanan terpadu lintas sektoral dalam

menyelenggarakan penanggulangan kemiskinan. Berikut rekomendasi struktur

organisasi LPTPPK:

Bagan 2. Struktur Organisasi LPTPPK

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 47

KEPALA

SUB BAGIAN

TATA USAHA

SEKSIPenanggulangan Kemiskinan Berbasis Pendidikan

SEKSIPenanggulangan Kemiskinan Berbasis Kesehatan

SEKSIPenanggulangan Kemiskinan Berbasis Sarana Dan Prasarana

SEKSIPenanggulangan Kemiskinan Berbasis Sosial Dan Ekonomi

SEKSIData Pelaporan Dan Pengaduan Masyarakat

DESA DESADESA DESA DESA DESA

KEC KEC KEC

PendidikanKesehatan

Sarana Dan Prasarana

Sosial Dan Ekonomi

Pelaporan Dan Pengaduan Masyarakat

Database LPTPPKDatabase LPTPPK

LPTPPK

SKPD

BPS

Bursa Kerja

Bantuan Siswa Miskin

Beasiswa Siswa Miskin

Dana BOS

Bantuan Kesehatan

LSM

Organisasi Masyarakat

PNPM

Bantuan Sarana Prasarana

Page 48: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

Bagan 3. Kerangka Berpikir LPTPPK

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 48

LPTPPK Sesuai Seksi (Pendidikan, Kesehatan, Sosial Ekonomi, Sarana Prasarana, Pengaduan Masyarakat)

Masyarakat

Perabot Lengkap

Membawa

Cek DatabaseInduk

ADA TIDAK ADA

Tim Teknis Seksi

Rekomendasi

Kartu Miskin

TIDAK YA

SKPD / LPTPPK

DIDATA

KONTAK LAPANGAN

REKOMENDASI

TIDAK YA

Verifikasi Lapangan:LPTPPK, KECAMATAN, DESA

TIDAK YA

Page 49: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

Bagan 4. Mekanisme LPTPPK

Tugas Pokok LPTPPK

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 49

Page 50: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

1. LPTPPK dipimpin oleh seorang Kepala LPTPPK yang disetarakan setingkat

Pejabat Struktural Eselon III/a; dalam melaksanakan tugas berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

2. Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang

disetarakan setingkat Pejabat Struktural eselon IV/a, dalam melaksanakan

tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala LPTPPK.

3. Seksi dijabat oleh seorang Kepala Seksi yang disetarakan setingkat Pejabat

Struktural eselon IV/a, dalam melaksanakan tugas berada dibawah dan

bertanggungjawab kepada Kepala LPTPPK.

4. LPTPPK mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, penanganan, dan

penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Pacitan

5. Pengkajian dan pelaksanaan analisis pelayanan, penanganan, dan

penanggulangan kemiskinan.

6. Perumusan kebijakan teknis bidang pelayanan, penanganan, dan

penanggulangan kemiskinan.

7. Pengkoordinasian terhadap pelayanan, penanganan, dan penanggulangan

kemiskinan dengan SKPD terkait.

8. Penanganan penyelesaian pengaduan masyarakat sesuai bidang tugas.

9. Pengkajian, penghimpunan, dan pembaharuan (updating) database

kemiskinan sesuai bidang tugas.

10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Bupati.

b) Prosedur Pelayanan LPTPPK

a. Penerbitan Kartu Miskin

1. Kartu MISKIN adalah kartu untuk semua masyarakat miskin (maskin)

yang masuk database kemiskinan nasional TNP2K

2. Maskin non database yang mengajukan diri/diusulkan (untuk selanjutnya

dinyatakan masuk/tidak masuk kategori maskin setelah dilakukan

verifikasi oleh petugas LPTPPK /petugas lain yang ditunjuk) dapat

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 50

Page 51: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

memperoleh Kartu MISKIN setelah secara resmi masuk dalam database

TNP2K tahun selanjutnya

3. Digunakan sebagai pengganti kelengkapan administrasi bagi maskin

yang ingin mendapatkan semua layanan di LPTPPK baik layanan

kesehatan, layanan pendidikan, layanan sarana prasarana dan layanan

sosial ekonomi)

4. Berlaku untuk periode 1 (satu) tahun

5. Setelah 1 tahun diadakan perpanjangan kartu MISKIN sesuai dengan

database TNP2K terbaru

b. Pelayanan Kesehatan di LPTPPK:

1) Rekomendasi Keringanan/Pembebasan Biaya Perawatan Kesehatan

(Diberi Kartu Miskin)

2) Rekomendasi Rujukan Perawatan Kesehatan Ke Pemberi Pelayanan

Kesehatan 3 (PPK3)

3) Pemberian Obat dan Alat Kontrasepsi

c. Pelayanan Sosial Ekonomi di LPTPPK:1) Bantuan Sosial PMKS

2) Jaminan Sosial Penyandang Cacat Berat

3) Jaminan Sosial Lanjut Usia Terlantar

4) Pemberian RASKIN

5) Pemugaran perumahan/bedah rumah

6) Bantuan Peralatan Home Industri KK Miskin

7) Pelatihan Teknologi Tepat Guna

d. Pelayanan Pendidikan di LPTPPK:

1. Bantuan Biaya Pendidikan Siswa Miskin

2. Bantuan Biaya Pendidikan Nonformal (Kejar Paket C)

3. Bantuan Penanganan Pekerja Anak & Anak Putus Sekolah

4. Pemberian Lifeskill untuk Siswa Sekolah

BAB V

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 51

Page 52: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Secara umum, dilihat dari beberapa program penanggulangan kemiskinan

yang dilaksanakan SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pacitan

sudah mencakup beberapa hal, yaitu: kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial

serta penambahan sarana prasarana melalui program GRINDULU MAPAN,

namun pelaksanaannya belum optimal dan terukur atau terpetakan jumlah

masyarakat miskin.

2. Penanggulangan kemiskinan belum secara terpadu dilaksanakan oleh suatu

lembaga/unit khusus seperti Lembaga/Unit Pelayanan Terpadu Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan (LPTPPK).

3. Belum adanya program pembinaan mental dan psikologis untuk warga

miskin.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat direkomendasikan sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan pelayanan terhadap warga miskin yang berada di daerah

yang jauh dari pusat Kabupaten, diperlukan Lembaga/Unit Pelayanan Terpadu

Percepatan Pennggulangan Kemiskinan yang bertanggungjawab langsung kepada

Bupati, dengan pelaksana teknis berada di tiap-tiap Kecamatan di wilayah

Kabupaten Pacitan.

2. Perlu pembentukan Lembaga/Unit Pelayanan Terpadu Percepatan Pennggulangan

Kemiskinan sebagai pelaksana program GRINDULU MAPAN dan program

penanggulangan kemiskinana lainnya dengan didasari Peraturan Bupati tentang

tugas pokok dan fungsi Lembaga Unit tersebut.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 52

Page 53: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

3. SDM Lembaga/Unit Pelayanan Terpadu Percepatan Pennggulangan Kemiskinan

harus sesuai dan mempunyai kompetensi di bidang penanganan kemiskinan yang

ditangani.

4. Diperlukan program penanggulangan kemiskinan menurut tingkatannya secara

terpadu dan berkesinambungan serta pengawasan/monitoring yang teratur:

a. Keluarga Miskin

b. Keluarga Hampir Miskin

c. Keluarga Rentan Miskin

5. Program penanggulangan kemiskinan dibuat klaster-klaster supaya lebih terfokus

dalam pelaksanaan program kemiskinan, yaitu :

a. Seksi Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pendidikan.

Seksi ini fokus pada penanggulangan kemiskinan di bidang pendidikan

formal maupun non formal, misalnya melaksanakan program BOS, bantuan

siswa miskin, beasiswa terhadap warga miskin dan lainnya

b. Seksi Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Kesehatan.

Seksi ini fokus pada pelayanan kesehatan untuk warga miskin misalnya

pelaksanaan Jamkesmas, Jampersal, Jamkesda, bantuan peningkatan gizi

masyarakat, dan lainnya.

c. Seksi Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Sosial dan Ekonomi.

Seksi ini fokus pada pelayanan sosial dan ekonomi warga miskin, yang

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama di bidang

ekonomi, misalnya kesejahteraan pangan, pelatihan kerja, pembinaan/

pelatihan kelautan dan perikanan, pembinaan/pelatihan pertanian,

optimalisasi potensi wisata dan lainnya.

d. Seksi Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Sarana Dan Prasarana.

Seksi ini fokus pembenahan sarana dan prasarana warga miskin, misalnya

rumah layak huni, bedah rumah, perbaikan akses jalan di wilayah terpencil,

bantuan alat produksi untuk mengolah hasil pertanian/kelautan/perikanan

dan lainnya.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 53

Page 54: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

e. Seksi Data Pelaporan Dan Pengaduan Masyarakat.

Seksi ini berfungsi sebagai pengawas dalam pelaksanaan program

penanggulangan kemiskinan. Tujuan Seksi ini adalah mewujudkan program

penanggulangan kemiskinan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

6. Untuk memperkuat posisi kebijakan penanganan kemiskinan diperlukan

Peraturan Daerah/ Peraturan Bupati untuk mendasari kebijakan penanganan

kemiskinan yang terukur mengenai pelaksanan penanggulangan kemiskinan.

7. Membangun jaringan kerjasama (networking) antara Pemerintah Kabupaten

Pacitan dengan lembaga mitra seperti LSM dalam pelaksanaan program

penanggulangan kemiskinan

8. Meningkatkan peranserta masyarakat terhadap penanggulangan kemiskinan.

9. Memberikan pembinaan mental dan psikologis untuk warga miskin yang

bertujuan untuk mendapatkan mentalitas yang sehat dan kuat dalam menghadapi

masa depan.

10. Penanganan kemiskinan bidang pendidikan hanya sebatas pemberian beasiswa

untuk siswa miskin. Bantuan pendidikan selain berupa uang, sebaiknya para siswa

miskin diberi bekal kemampuan untuk hidup (lifeskill) supaya setelah selesai

sekolah bisa meningkatkan kesejahteraan hidup individu maupun keluarganya.

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 54

Page 55: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

DAFTAR PUSTAKA

Baswir, Revrisond (1997), “Agenda Ekonomi Kerakyatan” pustaka Pelajar, Yokyakarta.

Bayo, Ala (1981), “Kemiskinan dan strategi memerangi Kemiskinan”, Liberty, Yokyakarta.

Blanchard, Ken, John P. Carlos, Alan Randolph((2001), Three Keys to Empowerment: Release the Power within People for Ashtonishing Results, Berret-Koehler Publishers, Inc, San Francisco.

Chambers, Robert (1983), “Rural Development” : Putting the last First, Longman, London.

Cohen, John M. dan Normat T. Uphoff (1980), “Participation’s Place in Rural Development: seeking Clarity trough Specificity” dalam World Development.

Dewanta, Awan Setya dkk(1995), Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia, Aditya Media, Yogyakarta.

Freire, Paulo (1970), “A Pedagogy of the Oppressed”, Pengguin, London Friedmann, John (1992), “Empowerment: The Politics of Alternative Development”, Blacwell Book, Cambridge Mass.

Geertz, Hildred(1985), Keluarga Jawa, Jakarta, grafiti press

Gibson, James L(1993), Organisasi dan Manajemen, Jakarta, Erlangga

Kartasasmita, Ginanjar (1995), “Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tinjauan Administrasi”, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Dalam Ilmu Administrasi Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Malang, 27 Mei 1995.

Kompas, 2000, Jakarta Riuh Rendah Belanja dan Keruwetan Ekonomi. 14 November. Hlm. 33.

Kuncoro, Mudrajad (1997), “Ekonomi Pembangunan (Teori, Masalah dan Kebijakan)”, Edisi I, UPP AMP YKIN, Yokyakarta.

Mubyarto, (1995)Kaji Tindak IDT 1994 –1997, Aditya Media, Yogyakarta

Nasir, M, Metode Penelitian (1999), Ghalia Indonesia, Jakarta

Nurgiyanto, Burhan, Statistik Terapan (2000), Gajah Mada University Press, Yogyakarta

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 55

Page 56: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

Priyono, Onny S& AMW Pranaka(1996), Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan, dan Implementasi, Jakarta, CSIS

Sayogyo (1996), “Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum pangan”, Aditya Media, Yokyakarta.

Soegiono (1997), “Metode Penelitian Administratif”, Alfabeta Bandung.

Soemardjan, Selo(1986), Perubahan Sosial di Jogjakarta, GMU Press

Soetrisno, R. (1999), “Pengentasan Kemiskinan dan Perubahan Sosial (Studi Kasus di Desa Ngaliman, Kecamatan Sawahan Kabupaten Daerah Tingkat II Nganjuk), Tesis PPSUB, Malang.

Solimun,( 2002), Sturctural Equation Modelling, Malang, Universitas Negeri Malang

Sugiyono, (2003), statistika untuk Penelitian, bandung, CV Alfabeta

Sugiyono,(1993), Metode Penelitian Administrasi, Bandung, CV Alfabeta

Sumarti, Titik (2000) Penguatan Aspirasi Budaya Lokal sebagai Landasan Membangun Keluarga di Pedesaan, Jurnal Sosiologi Indonesia no 4.

Suparno, Imam Utomo. 1999 Rencana Strategi dan Kebijaksanaan Pembangunan Daerah Jawa Timur tahun 1999-2003. Dalam Anshari Thayeb. Jawa Timur Dalam Perspektif Negara dan Masyarakat. Surabaya: Yayasan Lubuk Hati.

Suyanto, Bagong(1999), Pemberdayaan dan Resistensi Diskursif Masyarakat Miskin, Thesis PPS Unair

Tjokroamijojo, Bintoro (1985), “Pengantar Administrasi Pembangunan”, LP3ES, Jakarta.

Tjokrowinoto, Mulyarto, 1996, Pengembangan Kawasan dalam rangka Penanggulangan Kemiskinan, Jakarta

Weiner, Myron, (ed) (1967), “Modernization: The Dinamics Of Growth, (Voice of AmericaForum Lectures)”, Cambridge Mass, 1967.

----------,“Efektifitas Dana Bantuan Desa dalam Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Jombang, Balitbangda Kabupaten Jombang, 2004

----------,“Juklak Program Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdu Taskin)”, Tahun 2003

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 56

Page 57: Laporan Akhir Kemiskinan Pacitan

----------,“Program Jaring Pengaman Sosial”, Tim Koordinasi Pengelolaan Program Jaring Pengaman Sosial 1999/2000

----------,“Program Pembangunan Nasional 2001-2005”, Propenas 2001-2005.----------,“Rencana Induk Pengentasan Kemiskinan Kabupaten Jombang Tahun 2003”,

Bappeda Kabupaten Jombang, 2003

SUMBER LAIN :

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant On

Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak

Ekonomi, Sosial dan Budaya;

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah;

8. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan

Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;

9. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan;

LA Pengkajian Penanganan Kemiskinan Di Kabupaten Pacitan 57