LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN...

43
MAK : 5036.0459B LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PUPUK DAN BAHAN ORGANIK Tahun Anggaran 2011 BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG PENGEMBANGAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011

Transcript of LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN...

Page 1: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

MAK : 5036.0459B

LAPORAN AKHIR

KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PUPUK

DAN BAHAN ORGANIK

Tahun Anggaran 2011

BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG PENGEMBANGAN PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2011

Page 2: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

LAPORAN AKHIR

KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PUPUK

DAN BAHAN ORGANIK

Tahun Anggaran 2011

Oleh: Irawan

E. Husen A. Abas Id.

T.Budhyastoro

Satker BALAI PENELITIAN TANAH

BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2011

Page 3: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RDHP : Percepatan Pengembangan Inovasi Teknologi Pupuk dan Bahan Organik

2. Penanggungjawab RDHP a. Nama : Dr. Irawan b. Pangkat/Golongan : Pembina/IVb c. Jabatan Fungsional : Peneliti Madya

3. Lokasi Kegiatan : BPTP NAD, Sumsel, Bali, Maluku Utara, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Barat

Jangka waktu 5 tahun Tahun dimulai 2010

4. Biaya Penelitian TA 2011 Rp. 182.000.000,- (Seratus delapan puluh dua juta rupiah)

5. Sumber Dana : DIPA/RKAKL Satker : Balai Penelitian Tanah Tahun Anggaran 2011

Mengetahui, Kepala Balai Penelitian Tanah

Dr. Sri Rochayati, M.Sc. NIP.19570616 198603 2 001

Penanggung Jawab RDHP

Dr. Irawan

NIP.19581128 198303 1 002

Page 4: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

Laporan akhir tahun ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................ii

DAFTAR TABEL ................................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ iii

RINGKASAN ....................................................................................................................... iv

SUMMARY ............................................................................................................................ iv

I. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2. Dasar Pertimbangan .................................................................................................... 3

1.3. Tujuan ......................................................................................................................... 4

1.4. Keluaran yang Diharapkan.......................................................................................... 4

1.5. Perkiraan manfaat dan dampak dari kegiatan yang dirancang .................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 6 2.1. Kerangka Teoritis ........................................................................................................ 6 2.2. Hasil -hasil kegiatan sebelumnya ................................................................................ 8 III. METODOLOGI ............................................................................................................. 10 3.1. Pendekatan ................................................................................................................ 10 3.2. Ruang lingkup dan Lokasi kegiatan .......................................................................... 10

3.3. Bahan dan Metode penelitian ...................................................................................11 3.4. Analisis risiko pelaksanaan kegiatan ........................................................................ 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 14 4.1. Hasil ....................................................................................................................... 14 4.2. Pembahasan ............................................................................................................ 23 V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 25 VI.PRAKIRAAN DAMPAK HASIL KEGIATAN ............................................................ 25 VII. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 26

Lampiran-Lampiran ………………………………………………………………. 27

Page 5: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

Laporan akhir tahun iii

DAFTAR TABEL

No Teks hal 1. Distribusi bahan dan alat untuk BPTP lokasi kegiatan, 2011 ......................................22

DAFTAR GAMBAR

1. Proporsi jumlah peserta pelatihan berdasarkan tingkat pendidikan ............................. 16

2. Proporsi jumlah peserta pelatihan yang sudah mengetahui alat uji tanah dan pupuk sebelum pelatihan (%) .................................................................................................. 17

3. Proporsi jumlah peserta pelatihan yang sudah mengetahui terminologi aspek pemupukan berimbang pada padi sawah sebelum pelatihan (%) ................................ 17

4. Pendapat peserta pelatihan mengenai manfaat alat uji tanah dan pupuk dalam menunjang kegiatan dan tugas pokoknya sehari-hari .................................................. 18

5. Pendapat para peserta pelatihan mengenai manfaat materi pelatihan pemupukan berimbang (PB), cara penggunaan alat uji tanah sawah (PUTS), dan kegiatan sosialisasi SL-PTT bagi Pemandu Lapangan (PL) SL-PTT ........................................ 18

6. Pendapat para peserta pelatihan mengenai penyajian materi pelatihan pemupukan berimbang (PB) dan cara penggunaan PUTS ............................................................. 19

7. Proporsi jumlah peserta pelatihan yang berpendapat bahwa penerapan konsep pemupukan berimbang akan meningkatkan produktivitas padi sawah dan pendapatan petani (%) ..................................................................................................................... 19

8. Pendapat peserta pelatihan mengenai dasar penentuan dosis pupuk padi sawah di wilayah kerjanya (%) ................................................................................................... 20

9. Proporsi jumlah peserta pelatihan yang merasa yakin akan dapat menggunakan dan melatihkan alat uji tanah sawah setelah peletahihan (%) ............................................ 20

10. Produk Balittanah yang sangat diperlukan oleh peserta pelatihan (%) ........................ 21

DAFTAR LAMPIRAN

1. Notulen hasil rapat dalam rangka koordinasi internal kegiatan RDHP 2011 ............ 27

2. Dokumentasi surat pemberitahuan rencana kegiatan RDHP ke BPTP. ............. 29

3. Dokumentasi surat pelatihan teknik KTA/DSS SPLaSH ........................................... 30

Page 6: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

iv

RINGKASAN Kegiatan percepatan pengembangan inovasi teknologi pupuk dan bahan organik merupakan kegiatan diseminasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pemandu lapangan (PL) SL-PTT di tingkat provinsi dan/atau kabupaten dalam hal prinsip-prinsip pemupukan berimbang dan penggunaan perangkat uji tanah, serta pembuatan pupuk organik berkualitas, Selain itu, juga bertujuan untuk monitoring penerapan teknologi pupuk dan pengelolaan lahan pada lokasi SL-PTT padi, jagung dan kedelai. Kegiatan ini dilaksanakan melalui koordinasi dengan BPTP binaan Balai Penelitian Tanah, yakni di Provinsi NAD, Sumatera Selatan, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, dan Bali. Ruang lingkup kegiatan adalah berupa: (1) Pendampingan dan pengawalan penerapan teknologi inovasi pupuk, bahan organik dan pengelolaan lahan pada lokasi SL-PTT melalui pelatihan dan penyediaan perangkat uji tanah, dekomposer dan nodulin, dan (2) Monitoring penerapan teknologi pemupukan dan pengelolaan lahan. Metode pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan mengadakan: (1) koordinasi dengan BPTP dan instansi terkait setempat dalam rangka pelatihan mengenai pemupukan berimbang, penggunaan perangkat uji tanah; dan pembuatan pupuk organik yang berkualitas, (2) penyediaan PUTS, PUTK, PUP, dekomposer, dan nodulin; dan (3) Monitoring lapangan. Rencana kegiatan tersebut sudah dilakukan sebagaimana disajikan pada laporan ini.

SUMMARY

The acceleration of innovative fertilizer and organic matter development activities is constitute of dissemination activity which have objectives: to enhance skill of extension workers and agricultural practitioners related to SL-PTT development in term of producing good quality of organic fertilizer, balance fertilization and skill in using soil test kits (PUTS/PUTK/PUP). Beside, the purposes are also to monitor the application of fertilizer and land management technologies in farmer’s level within SL-PTT sites. These activities will be held in BPTP sites which are guided by ISRI, namely Province of NAD, South Sumatera, Bali, North Maluku, North Sulawesi, and West Kalimantan. The scope of activities consists of: (1) guiding and supervision of technology implementation related to fertilizer, organic matter, and land management in SL-PTT sites by providing soil test kits, decomposer, and its training, and (3) Monitoring the application of fertilizer and land management technologies in SL-PTT sites. The methods of activity implementation will be done through (1) coordination with IAIT and RAS in holding training on producing good quality organic fertilizer, balance fertilization and using soil test kits; (2) Providing soil and fertilizer test kits, decomposer and nodulin; and (3) Field monitoring. Results of those activities are described in this report.

Page 7: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pupuk merupakan salah satu komponen penting dalam proses produksi pertanian, oleh

karena itu inovasi teknologi di bidang pupuk (anorganik, organik, hayati) harus terus

dikembangkan, baik dalam pengembangan formula baru, peningkatan efektivitas maupun

peningkatan efisiensi penggunaannya. Selain pupuk, pengembangan inovasi di bidang

formulasi pembenah tanah juga sangat dibutuhkan untuk pengembangan lahan kering yang

pada umumnya mempunyai tingkat produktivitas rendah karena terkendala oleh sifat-sifat tanah

yang telah mengalami kemunduran.

Penggunaan pupuk oleh petani di lahan sawah ataupun lahan kering sejak empat dekade

terakhir diketahui belum berimbang karena berbagai hal, antara lain karena mahalnya harga

atau kelangkaan pupuk tertentu seperti KCl dan SP-36. Sebagian besar petani padi sawah dan

palawija hanya menggunakan pupuk nitrogen dalam bentuk urea karena harganya yang murah

(pupuk bersubsidi) dan pengaruhnya bisa langsung dilihat dalam pertumbuhan vegetatif

tanaman, sedangkan pupuk P dan K tidak banyak digunakan.

Akibat pengelolaan hara yang kurang tepat serta tidak digunakannya bahan organik

sebagai salah satu input, telah terjadi penurunan kadar bahan organik tanah di lahan sawah

maupun lahan kering. Hasil kajian yang dilakukan Kasno et al. (2000) menunjukkan bahwa

sekitar 65% tanah sawah di Indonesia berkadar C-organik di bawah batas kritis (< 2%), dan

hanya 35% yang berkadar C-organik > 2 %, inipun terjadi pada lahan sawah yang bergambut.

Hasil kajian Balai Penelitian Tanah menunjukkan 49,5% lahan sawah beririgasi teknis di

Kabupaten Karawang mempunyai kadar bahan organik rendah dan rendah-sedang, 30,6% lahan

sawah berkadar bahan organik sedang-tinggi dan tinggi, serta sisanya (19,9%) berkadar bahan

organik sedang (Laporan Tahunan 2009, hal 104). Kadar bahan organik tanah berkorelasi

positif dengan produktivitas tanaman padi sawah dimana makin rendah kadar bahan organik

makin rendah produktivitas lahan (Karama et al., 1990).

Pengembangan pertanian lahan kering saat ini kurang optimal akibat kendala biofisik

lahan dan produktivitas tanah yang rendah serta tingkat erosi tanah yang relatif tinggi. Lahan

kering di luar Jawa pada umumnya bersifat masam (pH rendah), kandungan kation basa dan

bahan organik rendah, kahat unsur hara makro khususnya P, dan di sisi lain ketersediaan

oksida Fe, Al tinggi sehingga dapat meracuni tanaman. Rendahnya bahan organik tanah

disebabkan laju pelapukan (perombakan dan oksidasi) bahan organik berjalan cepat karena

Page 8: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

2

suhu udara dan curah hujan atau kelembaban tanah yang tinggi di daerah tropis, sementara

pengembalian bahan organik ke tanah relatif sedikit.

Penerapan pengelolaan hara terpadu perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas

lahan kering secara berkelanjutan. Pengelolaan hara terpadu mensyaratkan penggunaan pupuk

organik dan anorganik secara proposional sebagai sumber hara tanaman. Secara kuantitatif,

kandungan hara pupuk organik relatif rendah, namun keunggulan lain dari pupuk organik dapat

memperbaiki sifat kimia, fisika, dan biologi tanah serta meningkatkan efisiensi pemupukan.

Pupuk organik disamping dapat mensuplai hara makro dalam jumlah kecil juga dapat

menyediakan unsur mikro sehingga dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal

atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang.

Kebutuhan hara setiap jenis tanaman sangat spesifik, tergantung produk yang

dihasilkannya. Dalam upaya untuk mencukupi nutrisi tanaman yang spesifik tersebut, telah

dibuat beberapa formula pupuk makro untuk beberapa tanaman (Setyorini et al., 2006). Selain

pupuk, pengembangan formula pembenah tanah juga terus dilakukan, sehubungan dengan

banyaknya lahan pertanian dengan kualitas tanah yang semakin menurun atau telah mengalami

degradasi. Berbagai hasil penelitian menunjukkan formulasi bahan pembenah tanah berbahan

dasar organik dan mineral telah terbukti mampu meningkatkan produktivitas lahan pertanian

yang telah terdegradasi, salah satunya adalah formula pembenah tanah Beta yang berkomposisi,

antara lain kadar air 4-5%, C-organik 19-23%, dan KTK 58-70 cmol (+)/kg (Dariah et al.,

2008).

Berbagai teknologi di bidang pemupukan dan rekayasa pupuk dan pembenah tanah

tersebut perlu disebarluaskan agar diadopsi oleh petani/pengguna, oleh karena itu diperlukan

diseminasi berupa pelatihan pemupukan berimbang dan pemanfaatan bahan organik di sentra-

sentra produksi pertanian lahan sawah dan lahan kering, khususnya di lokasi SL-PTT..

Pada tahun 2009 kegiatan diseminasi tersebut telah dilakukan bekerja sama dengan

BPTP Jawa Barat, BPTP Jawa Timur, BPTP Bali, BPTP Lampung, dan BPTP Sumatera Barat

dibawah koordinasi BBSDLP dan BBP2TP. Pada TA 2010 kegiatan percepatan inovasi

teknologi pupuk dan bahan organik dilanjutkan dengan mengacu pada Surat Keputusan Kepala

Badan Litbang Pertanian No. 210/2009 tentang Tugas UK/UPT dalam pengawalan dan

pendampingan SL-PTT. Sesuai dengan isi SK tersebut tugas Balai Penelitian Tanah adalah: (1)

melakukan koordinasi dan membantu BPTP dalam melakukan pengawalan dan pendampingan

60% lokasi SL-PTT padi, jagung, dan kedelai di wilayah yang sudah ditetapkan, (2)

Page 9: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

3

menyediakan nara sumber/pakar teknologi pengelolaan lahan dan hara tanaman (padi, jagung,

dan kedelai) untuk membantu Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Penyuluh Pertanian dalam

diseminasi teknologi spesifik lokasi melalui SL-PTT, dan (3) melakukan supervisi teknologi.

Balai Penelitian Tanah memperoleh mandat untuk membina enam lokasi BPTP, yakni NAD,

Sumatera Selatan, Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, dan Maluku Utara. Dalam rangka

melaksanakan mandat tersebut Balai Penelitian Tanah akan melakukan pelatihan, menyediakan

dekomposer, nodulin, dan perangkat uji tanah untuk mendukung SL-PTT padi, jagung, dan

kedelai, serta melakukan supervisi dan monitoring penerapan inovasi teknologi pupuk dan

bahan organik pada lokasi SL-PTT tersebut.

1.2. Dasar Pertimbangan

• Telah dihasilkan formula pupuk (anorganik, organik dan hayati) dan pembenah tanah untuk

meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan. Teknologi ini perlu

diperkenalkan kepada petani/pengguna dan penyuluh pertanian agar diadopsi, khususnya

melalui pelatihan kepada para pemandu lapangan (PL) SL-PTT.

• Alat bantu untuk menentukan dosis pupuk menggunakan PUTS untuk padi sawah dan

PUTK untuk jagung dan kedelai yaitu PUTK telah mulai digunakan dan diapresiasi oleh

pengguna pada awal tahun 2006 hingga kini. Demikian juga alat uji pupuk (PUP) sangat

diperlukan untuk melindungi petani dari peredaran pupuk palsu. Agar penggunaan alat-alat

tersebut lebih optimal dan memasyarakat, maka diperlukan sosialisasi dan pelatihan

pemanfaatannya kepada pemandu lapangan SL-PTT tingkat provinsi (PL-2) dan

kabupaten/kota (PL-3).

• Balai Penelitian Tanah telah membuat website yang berisi tentang informasi mengenai

perangkat uji tanah sehingga para penyuluh dan petugas pertanian, serta petani dapat

mengakses melalui internet.

• Program pemupukan berimbang melalui pengelolaan hara terpadu yang memanfaatkan

pupuk anorganik, pupuk organik, dan pupuk hayati harus terus digalakkan. Materi tersebut

perlu disebarluaskan kepada PL-2 dan PL-3 melalui pelatihan.

• Bahan dasar dan cara pembuatan kompos sangat beragam oleh karena itu kualitas atau

mutu pupuk organik yang dihasilkannya sangat bervariasi. Berkaitan dengan hal tersebut,

untuk meningkatkan kemandirian petani dalam membuat pupuk organik, diperlukan

Page 10: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

4

pemahaman tentang manfaat pengomposan, kualitas atau mutu bahan dasar kompos serta

teknik pengomposan yang benar. Di sisi lain pembuatan mikroba lokal (MOL) berbasis

sumberdaya setempat perlu dikembangkan sehingga petani bisa membuat dekomposer

secara mandiri.

• Tugas pembinaan BPTP oleh Balittanah dari Badan Litbang Pertanian sebagaimana

dituangkan dalam SK Kepala Badan Litbang Pertanian No. 210/2009.

1.3. Tujuan

Jangka pendek:

1. Melakukan pendampingan dan pengawalan penerapan teknologi pada SL-PTT padi,

jagung, dan kedelai melalui peningkatan keterampilan pemandu lapangan (PL) SL-PTT

mengenai penggunaan perangkat uji tanah dan pupuk, perangkat lunak konservasi tanah

dan air (SPLaSH/GeoSPLaSH) serta teknik pembuatan pupuk organik.

2. Monitoring penerapan inovasi teknologi pupuk dan pengelolaan bahan organik pada lokasi

SL-PTT padi, jagung dan kedelai.

Jangka panjang:

Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan akses penyuluh/petugas pertanian dan kontak

tani terhadap inovasi teknologi pupuk dan pengelolaan bahan organik, konservasi tanah dan

air (KTA), dan mempercepat adopsi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas

lahan.

1.4. Luaran yang diharapkan

Jangka pendek :

1. Minimal 100 orang pemandu lapangan SL-PTT mampu secara mandiri menggunakan

perangkat uji tanah dan pupuk untuk menyusun rekomendasi pemupukan, menggunakan

perangkat lunak KTA mengetahui cara-cara pembuatan pupuk organik/kompos

berkualitas, dan memahami prinsip pemupukan berimbang.

2. Penerapan inovasi teknologi pupuk dan pengelolaan bahan organik di lokasi SL-PTT

dilakukan sesuai rekomendasi.

3. Informasi umpan balik dari PL-SLPTT dan/atau kontak tani tentang penerapan inovasi

teknologi pupuk dan pengelolaan bahan organik pada lokasi SL-PTT.

Page 11: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

5

Jangka panjang :

Para pemandu lapangan SL-PTT dapat mengakses inovasi teknologi pupuk, pembenah

tanah, pengelolaan bahan organik yang efektif, dan KTA untuk mendukung peningkatan

produktivitas tanah dan tanaman.

1.5. Perkiraan manfaat dan dampak dari rencana kegiatan

Teknologi inovasi pupuk dan bahan organik merupakan komponen teknologi dasar dan

pilihan yang harus diterapkan pada lokasi SL-PTT padi dan palawija. Penerapan teknologi

tersebut secara massal atau bersama-sama oleh petani pada satuan wilayah SL-PTT

diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas padi dan palawija sesuai dengan yang

ditargetkan di masing-masing daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan

para petani dan mempertahankan swasembada pangan.

Page 12: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

Sisa tanaman, hewan, atau kotoran hewan, juga sisa jutaan makhluk kecil yang berupa

bakteri jamur, ganggang, hewan satu sel, maupun banyak sel merupakan sumber bahan organik

yang sangat potensial bagi tanah. Apabila bahan tersebut dikelola dengan baik, akan sangat

berguna untuk perbaikan sifat fisik, kimia dan hayati tanah, dan sekaligus mengurangi dampak

negatif terhadap lingkungan. Sebelum mengalami proses perombakan atau dekomposisi, sisa

hewan dan tumbuhan ini tidak berguna bagi tanaman, karena unsur hara terikat dalam bentuk

organik yang tidak dapat diserap tanaman. Dengan adanya dekomposisi, bahan organik akan

dipecah menjadi bahan-bahan yang lebih sederhana dan menyediakan unsur hara yang berguna

bagi tanaman. Pirngadi (2009) menyatakan bahwa penggunaan bahan organik dapat

meningkatkan hasil padi secara nyata (16%).

Kualitas kompos sangat tergantung dari bahan dasarnya, meskipun kandungan haranya

rendah, kompos dapat mensuplai unsur hara makro dan mikro, asam-asam organik serta zat

tumbuh tanaman. Apabila menggunakan bahan-bahan yang sulit lapuk dan berlignin tinggi,

sampah kota atau limbah industri, maka kompos yang dihasilkan kurang baik kualitasnya.

Dalam upaya untuk memperbaiki kualitas nutrisi kompos, maka dapat dilakukan penambahan

bahan-bahan pengkaya yang berasal dari bahan mineral atau bahan alami serta mikroba.

Teknologi pengkayaan kompos ini perlu disosialisasikan kepada produsen atau petani agar

kompos yang dihasilkan mempunyai mutu yang baik.

Pupuk organik yang selama ini dikenal dengan nama kompos, sesuai dengan kadar C-

organik dan fungsinya di dalam tanah dibagi menjadi dua kelompok yaitu : (1) pupuk organik,

bila kandungan C-organik >12% dan berfungsi sebagai pemasok hara bagi tanaman, dan (2)

pembenah tanah bila kadar C-organik 7-12% bila ditujukan untuk memperbaiki kesuburan

tanah yang telah mengalami degradasi (Menteri Pertanian, 2006).

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) merupakan alat untuk mengukur kadar hara P dan K

serta pH tanah yang dapat dikerjakan oleh penyuluh pertanian atau petani secara langsung di

lapangan. Hasil analisis P dan K tanah dengan PUTS ini selanjutnya digunakan sebagai dasar

penyusunan rekomendasi pupuk P dan K spesifik lokasi untuk tanaman padi sawah dengan

produktivitas setara IR-64 (Setyorini, et al., 2006).

Page 13: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

7

Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) terdiri atas satu set alat dan bahan kimia untuk

analisis kadar hara tanah lahan kering yang dapat digunakan di lapangan dengan relatif cepat,

mudah, murah dan cukup akurat. PUTK ini dirancang untuk mengukur kadar P, K, bahan

organik, pH tanah dan kebutuhan kapur. PUTK dikemas dalam tas berukuran panjang 33 cm,

lebar 15,5 cm dan tinggi 17 cm. Perkiraan berat setelah diisi bahan pereaksi sekitar + 3 kg

sehingga memudahkan untuk dibawa ke lapangan.

Prinsip kerja PUTS dan PUTK ini adalah mengukur hara P dan K tanah yang terdapat

dalam bentuk tersedia secara semi kuantitatif dengan metode kolorimetri (pewarnaan).

Pengukuran kadar P dan K tanah dikelompokkan menjadi tiga katagori yaitu rendah (R), sedang

(S), dan tinggi (T).

Di tingkat lapangan masih terdapat gap pemanfaatan inovasi teknologi pertanian oleh

petani dengan apa yang dilakukan oleh peneliti pada skala percobaan lapangan. Gap atau

senjang penerapan inovasi teknologi pertanian tersebut menghasilkan gap juga pada

produktivitas tanah yang dicapai petani jika dibandingkan dengan tingkat percobaan lapangan.

Hasil kajian Zaini et al. (2009) senjang hasil padi sawah di Banten antara rata-rata praktek

petani dengan praktek terbaik oleh petani mencapai 1,022 t/ha, kemudian antara rata-rata petani

dengan hasil tingkat percobaan mencapai 3,135 t/ha.

Hasil penelitian Balai Penelitian Tanah (Laporan Tahunan Tahun 2009) menunjukkan hal

yang serupa. Di lokasi demplot Pesisir Selatan (Sumbar) produktivitas padi pada tingkat

teknologi petani hanya 3,15 t GKP /ha, sedangkan pada perlakuan dengan teknologi pemupukan

dan pembenah tanah mencapai 4,07 s/d 4,95 t GKP/ha. Kemudian di lokasi demplot Gianyar

(Bali) produktivitas jagung pada tingkat petani hanya 8,95 – 9,00 t pipilan/ha, sedangkan

dengan perlakuan teknologi pemupukan dan pembenah tanah mencapai 9,6 – 12,6 t pipilan/ha.

Kondisi tersebut menunjukkan sangat diperlukannya diseminasi inovasi teknologi

pertanian kepada para petani, antara lain berupa inovasi teknologi pupuk melalui pelatihan

kepada para petugas lapangan pertanian (PL dan LO), penyuluh pertanian lapangan, dan kontak

tani.

Page 14: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

8

2.2. Hasil-hasil kegiatan sebelumnya

Perangkat Uji Tanah dan Pupuk (PUTS, PUTK dan PUP)

Sejak tahun 2005 hingga kini PUTS telah beredar sekitar 6.000 unit, sedangkan PUTK

yang diluncurkan pada awal 2007 telah diapresiasi oleh pengguna sekitar 500 unit. Peralatan

tersebut dipergunakan oleh petugas lapangan dinas pertanian, penyuluh pertanian, kelompok

tani dan praktisi pertanian di seluruh Indonesia. Saat ini juga telah dikembangkan perangkat uji

pupuk (PUP) yang berguna untuk melindungi petani dari peredaran pupuk palsu. Sosialisasi dan

pelatihan penggunaan PUTS, PUTK, dan PUP tersebut harus terus dilakukan agar pemahaman

para pengguna terhadap perangkat uji tanah dan pupuk tersebut terus meningkat dan lebih baik.

Kemasan dan peralatan penunjang yang terdapat dalam PUTS, PUTK, dan PUP dapat

terus dipergunakan dengan cara mengisi ulang tabung (refill) pengekstrak yang telah habis

dipergunakan. Kualitas, kuantitas, dan proses isi ulang sama dengan kemasan utamanya.

Pengujian kualitas dengan cara menerapkan sistem Quality Control, dimana hasil produksi refill

diuji dengan contoh tanah standar dan dibandingkan dengan bagan warna yang tersedia.

Pereaksi kimia PUTS, PUTK, dan PUP diproduksi di Laboratorium Uji Tanah, Balai Penelitian

Tanah.

Pada tahun 2010 Balai Penelitian Tanah telah mendistribusikan sebanyak 46 buah refill

PUTS, 15 set PUTK, 200 kg Mdec dan 2 kg nodulin untuk membantu BPTP binaan Balittanah

dalam pendampingan dan pengawalan kegiatan SL-PTT di masing-masing wilayah kerjanya.

Pelatihan inovasi teknologi pupuk dan bahan organik

Kegiatan pelatihan sudah dilakukan sejak tahun 2009 dengan lokasinya di Provinsi Jawa

Barat, Jawa Timur, Bali, Lampung, dan Sumatera Barat. Kemudian pada tahun 2010 kegiatan

pelatihan dilakukan di lingkup BPTP binaan Balai Penelitian Tanah, yakni BPTP NAD,

Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Bali, Sulawesi Utara dan Maluku Utara. Beberapa hal

yang sudah dilakukan dan dihasilkan dari kegiatan RDHP ini, khususnya pada TA 2009 dan

2010, secara ringkas adalah sebagai berikut:

1. Peserta pelatihan pada TA 2009 mencapai 295 orang, terdiri atas para petani kooperator

demplot pemupukan berimbang, para petani anggota Poktan dan perwakilan Gapoktan,

para penyuluh pertanian lapangan, staf lapangan Prima Tani, staf kantor desa dan staf

Dinas Pertanian setempat. Lokasi kegiatannya di Kabupaten Ngawi (Jatim), Subang

Page 15: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

9

(Jabar), Gianyar (Bali), Pesawaran (Lampung) dan Kabupaten Pesisir Selatan (Sumatera

Barat).

2. Pada tahun 2009 juga Balai Penelitian Tanah telah memberikan masing-masing satu set

perangkat uji tanah kepada para petani melalui Pengurus Gapoktan dan BPTP di lokasi

Demplot Pemupukan Berimbang di Kabupaten Ngawi, Subang, Gianyar, Pesawaran dan

Kabupaten Pesisir Selatan.

3. Pada tahun 2010 telah didistribusikan refill PUTS dan PUTK (lengkap) kepada BPTP

binaan Balittanah, yakni BPTP NAD (6 dan 1), Sumsel (14 dan 4), Kalbar (12 dan 2), Bali

(5 dan 0), Sulut (8 dan 8) dan Malut (1 dan 0).

4. Pada TA 2010 peserta pelatihan mencapai 277 orang. Berbeda dengan tahun 2009 kegiatan

pelatihan tahun 2010 diperuntukkan bagi petugas lapangan pertanian, baik sebagai PL

(pemandu lapangan), LO (liaison officer), atau penyuluh pertanian lingkup SL-PTT.

Lokasi pelaksanaan pendampingan sesuai dengan BPTP binaan Balittanah, yakni BPTP

NAD di Banda Aceh, BPTP Sumatera Selatan di Palembang, BPTP Kalimantan Barat di

Pontianak dan Kabupaten Sambas, BPTP Sulawesi Utara di Manado, BPTP Maluku Utara

di Subaim, dan BPTP Bali di Kabupaten Tabanan.

5. Materi pelatihan TA 2010 mencakup pengomposan dan pembuatan MOL, pemupukan

berimbang, penggunaan perangkat uji tanah dan pupuk, dan sosialisasi teknologi unggulan

hasil Balittanah. Namun demikian belum semua BPTP binaan Balittanah memperoleh

semua materi pelatihan tersebut, misalnya BPTP Sulut dan Malut baru memperoleh

pelatihan mengenai pemupukan berimbang dan penggunaan perangkat uji tanah.

6. Umpan balik atau pendapat para peserta pelatihan terkait dengan subtansi/materi pelatihan

adalah sebagai berikut: (a) kegiatan pelatihan telah menambah pengetahuan mengenai

dekomposer dan perangkat uji tanah dan pupuk bagi lebih dari 80% peserta, (b) produk

Balittanah yang diperkenalkan, seperti Mdec, Tithoganik, Beta, Smesh, PUTS/PUTK, dan

PUP akan bermanfaat hingga sangat bermanfaat bagi peserta, termasuk bagi PL-SLPTT,

(c) materi pelatihan yang diberikan termasuk mudah hingga sangat mudah untuk

dimengerti oleh peserta, dan (d) materi pelatihan yang diberikan dinilai bermanfaat hingga

sangat bermanfaat bagi peserta.

Page 16: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

10

III. METODOLOGI

3.1. Pendekatan

Percepatan pengembangan inovasi teknologi pupuk dan bahan organik dilakukan

melalui pendekatan: (1) pelatihan mengenai prinsip-prinsip pemupukan berimbang, jenis dan

kualitas pupuk, konservasi tanah dan air, dan percepatan pembuatan pupuk organik, (2)

penyediaan dan pelatihan penggunaan perangkat uji tanah dan pupuk, dan (3) monitoring

pemanfaatan inovasi teknologi pupuk dan pengelolaan lahan pada lokasi SL-PTT. Kegiatan-

kegiatan tersebut akan dilakukan melalui kerjasama dengan BPTP/dinas teknis terkait di lokasi

yang telah ditentukan.

Lokasi kegiatan mencakup BPTP binaan Balai Penelitian Tanah sesuai dengan isi SK

Ka Badan Litbang Pertanian No. 210/2009. Dengan demikian lokasi kegiatan TA 2011 sama

dengan TA 2010. Materi pelatihan akan melanjutkan kegiatan TA 2010, sebagai contoh materi

pelatihan untuk BPTP Sulut dan Malut akan difokuskan pada pengelolaan bahan organik,

konservasi tanah, dan penggunaan PUP karena pada TA 2010 kedua BPTP tersebut sudah

memperoleh materi pelatihan mengenai pemupukan berimbang dan penggunaan PUTS dan

PUTK. Demikian juga di BPTP Sumatera Selatan dan NAD materi utama pelatihan difokuskan

pada aspek konservasi tanah dan penggunaan PUP. Namun demikian secara umum sudahk

dikenalkan berbagai produk dan teknologi unggulan Balittanah, baik berupa alat,

pupuk/pembenah tanah, software, maupun kebijakan berupa Permentan atau peraturan lainnya.

Peserta pelatihan pada TA 2011 secara fungsional adalah sama dengan TA 2010 yakni

PL-SLPTT, tetapi secara personal akan berbeda yakni para PL-SLPTT tingkat provinsi dan/atau

kabupaten yang belum pernah memperoleh kesempatan pelatihan TA 2010 atau tahun-tahun

sebelumnya. Penetapan peserta pelatihan menjadi kewenangan penuh BPTP setempat dan dinas

terkait di daerah.

3.2. Ruang Lingkup dan Lokasi Kegiatan

Pada TA 2011 telah dilakukan dua hal berikut:

1. Pendampingan dan pengawalan penerapan inovasi teknologi pupuk, bahan organik dan

pengelolaan lahan pada lokasi SL-PTT melalui pelatihan pemandu lapangan SL-PTT

tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Materi pelatihan meliputi aspek pemupukan,

pembuatan pupuk organik dengan menggunakan dekomposer, konservasi tanah dan air

Page 17: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

11

sesuai dengan agro-ekosistemnya. Guna mendukung kegiatan tersebut akan disediakan

perangkat uji tanah PUTS dan PUTK, alat uji pupuk PUP, dekomposer, dan

nodulin/bionutrient. Produk atau teknologi hasil Balittanah tersebut dapat diaplikasikan

pada areal LL SL-PTT atau demfarm oleh BPTP.

2. Monitoring penggunaan inovasi teknologi pupuk dan bahan organik pada lokasi SL-PTT.

Kegiatan ini dilaksanakan di lokasi BPTP yang menjadi binaan Balittanah, dengan

urutan prioritas mencakup Provinsi Sulawesi Utara (SL-PTT padi dan jagung), Maluku Utara

(SL-PTT padi), Sumsel (SL-PTT padi, jagung, kedelai), Bali (SL-PTT padi), NAD (SL-PTT

padi dan jagung), dan Kalimantan Barat (SLPTT padi, jagung). Pelaksanaan kegiatan

dilakukan melalui koordinasi dengan BPTP dan Pemda setempat, serta Balit Komoditas terkait.

Berdasarkan arahan dari BBP2TP sinergi pengawalan atau pendampingan inovasi teknologi

pada lokasi SL-PTT sebagaimana disajikan pada Gambar 1. Pada prinsipnya setiap intansi

(UK/UPT) berkoordinasi dengan BPTP setempat.

Gambar 1. Sinergi pendampingan inovasi teknologi SL-PTT

2.3. Bahan dan Metode

Bahan

• bahan ATK yaitu alat tulis (pensil dan ball poin), kerta HVS, tinta printer, disket, CD, penghapus, spidol, penggaris, dan sebagainya.

• PUTS (40 unit), PUTK (12 unit), PUP (6 unit), Mdec (150 kg), Nodulin/Bionutrient (5 kg)

Page 18: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

12

• bahan pelatihan, seperti leaflet, dekomposer, nodulin/bionutrient, bahan baku kompos,

bahan baku MOL, dan lainnya.

Peralatan Pelatihan

• Peralatan yang digunakan adalah LCD, komputer/laptop, PUTS, PUTK, PUP, blender,

ember plastik, cangkul, sekop, pisau lapang, dan lainnya.

Metode

Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik dan Penggunaan PUTS/PUTK

a. Pembuatan Pupuk Organik

Pembuatan pupuk organik berbahan dasar insitu dengan teknik pengomposan yang baik

dan benar memerlukan pendemontrasian/praktek di lapangan sehingga teknologi tersebut dapat

langsung dilihat, diamati dan dipelajari oleh pemandu lapangan SL-PTT dan pemerhati

pertanian lainnya. Metode pengomposan Balitanah akan diperagakan sesuai dengan jenis bahan

organik yang tersedia in situ.

Dalam rangka mendukung kegiatan pelatihan tersebut Balittanah menyediakan

dekomposer Mdec sekitar 150 kg dan nodulin/bionutrient sekitar 5 kg untuk SL-PTT padi dan

palawija.

b. Penyediaan dan pelatihan Penggunaan PUTS/PUTK/PUP dan SPLaSH

Pada tahun 2011 Balittanah telah menyediakan 40 unit PUTS, 12 unit PUTK, dan 6 unit

PUP untuk mendukung SL-PTT padi dan palawija. Distribusi alat uji tanah didasarkan pada

luasan SL-PTT di masing-masing BPTP, sedangkan PUP dibagi rata masing-masing 1 unit PUP

untuk satu BPTP. Kegiatan pelatihan terdiri atas sesi pemberian materi teori dan diskusi di

kelas serta sesi praktek di lapangan. Materi teori yang disampaikan mencakup pemahaman

prinsip-prinsip pengomposan, penerapan konservasi tanah dan air, pemupukan berimbang dan

penggunaan PUTS, PUTK, dan PUP. Pelatihan tentang konservasi tanah dan air dilakukan

dengan pendekatan penggunaan perangkat lunak SPLaSH.

c. Monitoring Penerapan Inovasi Teknologi Pupuk dan Pengelolaan Lahan

Kegiatan monitoring terhadap pemanfaatan inovasi teknologi pupuk dan pengelolaan bahan

organik dilakukan pada lokasi SL-PTT padi dan palawija. Dilakukan dengan observasi

lapangan dan/atau wawancara/diskusi dengan PL SL-PTT dan/atau kontak tani.

Page 19: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

13

Hal-hal yang dikaji mencakup penggunaan pupuk, pengelolaan bahan organik/sisa

tanaman, dan koservasi tanah sesuai dengan agro-ekosistemnya serta produktivitasnya. Lokasi

kegiatan monitoring tersebut secara prioritas adalah BPTP Sumatera Selatan dan NAD.

d. Analisis risiko pelaksanaan kegiatan

Ada beberapa faktor risiko yang ditengarai berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan

dalam RDHP ini. Beberapa diantaranya adalah : (1) perubahan kebijakan di tingkat Badan

Litbang Pertanian terkait dengan SK Kepala Badan Litbang Pertanian No 210 tahun 2009

mengenai tupoksi UK/UPT dalam pengawalan kegiatan SL-PTT, (2) event

nasional/internasional dan/atau bencana alam, dan (3) kenaikan harga barang/jasa yang cukup

ekstrim sehingga akan berpengaruh terhadap harga pengadaan alat uji tanah, Mdec, nodulin,

dan tarif transportasi udara (tiket pesawat).

Terkait dengan faktor risiko pertama kegiatan diseminasi ini menyesuaikan dengan

prioritas akibat perubahan kebijakan tersebut, baik dalam hal lokasi maupun subtansi kegiatan

sejauh perubahan kebijakan tersebut berlangsung di awal tahun 2011. Apabila perubahan

kebijakan tersebut terjadi pada pertengahan tahun, bahkan menjelang akhir tahun maka sulit

untuk melakukan penyesuaian.

Terkait dengan faktor risiko kedua maka kegiatan dalam RDHP ini akan ditiadakan pada

lokasi-lokasi kegiatan yang terkena bencana alam atau bertepatan dengan penyelenggaraan

event internasional, seperti SEA Games dan dialihkan ke lokasi lain atau peningkatan intensitas

kegiatan pada lokasi lain dengan sepengetahuan kepala institusi. Kemudian terkait dengan

faktor risiko ketiga kegiatan dalam RDHP ini akan difokuskan pada lokasi atau substansi yang

dapat terjangkau setelah dilakukan perhitungan ulang mengenai dampak peningkatan harga

barang/jasa/transportasi terhadap ketersediaan dana dalam kegiatan ini.

Dalam pelaksanaannya tidak ada sumber dan faktor risiko yang terjadi sehingga kegiatan

diseminasi dapat dilaksanakan dengan normal sebagaimana direncanakan.

Page 20: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil

Kegiatan yang dilakukan selama TA 2011 pada kegiatan diseminasi ini adalah sebagai berikut:

1. Pembahasan proposal rencana kegiatan.

2. Koordinasi internal dan eksternal dengan instansi terkait, termasuk BPTP lokasi kegiatan. 

3. Nara sumber dalam Workshop Pendampingan SL-PTT

4. Pelatihan Pemandu Lapangan SL-PTT

5. Pengadaan dan pengiriman alat uji tanah dan bahan MDEC/nodulin

6. Penggalian umpan balik (feed back).

Pembahasan proposal rencana kegiatan

Kegiatan pembahasan proposal rencana kegiatan RDHP ini sudah dilakukan di lingkup

Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan (BBSDLP) pada akhir tahun 2010 hingga awal tahun

2011. Kegiatan pembahasan proposal meliputi presentasi oleh penanggungjawab rencana

kegiatan dan diskusi. Perbaikan naskah proposal rencana kegiatan didasarkan pada masukan

lisan dari floor saat diskusi dan masukan tertulis dari Tim Evaluator. Tim Evaluator proposal

tersebut diangkat oleh Kepala Balai Penelitian Tanah.

Koordinasi

Koordinasi mencakup koordinasi internal, yakni di dalam tim anggota pelaksana

kegiatan dan koordinasi eksternal, yakni dengan instansi terkait. Koordinasi internal di dalam

anggota Tim dilakukan melalui rapat dan dengan cara komunikasi via email, tilpon, dan sms.

Mengingat kegiatan ini merupakan lanjutan dari tahun sebelumnya dan anggota Timnya relatif

sama maka mengenai kegiatan koordinasi internal tersebut tidak menjadi masalah. Anggota

Tim dari masing-masing kelompok peneliti sudah mengetahui peran masing-maisng dalam

rencana kegiatan ini.

Koordinasi internal dilakukan dalam bentuk rapat Tim pelaksana kegiatan dan

komunikasi via email. Salah satu rapat tim lengkap dalam rangka koordinasi internal dilakukan

pada 9 Juni 2011. Salah satu hasil koordinasi internal tersebut adalah rencana pelaksanaan

kegiatan pelatihan aspek konservasi tanah di BPTP Sulawesi Utara. Pelatihan pengeloaan bahan

organik, khususnya pembuatan kompos dan MOL diprioritaskan di BPTP Malut sebagai tindak

lanjut dari pelaksanaan kegiatan RDHP TA 2010.

Page 21: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

15

Koordinasi dalam rangka pendampingan penerapan teknologi pertanian dalam kegiatan

SL-PTT dilakukan dengan instansi terkait, terutama Puslitbangtan, BBP2TP dan BPTP.

Kegiatan koordinasi dilakukan baik melalui konsultasi tatap muka, surat menyurat, dan

komunikasi melalui email.

Nara sumber Workshop Pendampingan Teknologi

Penyediaan nara sumber dilakukan pada kegiatan Workshop Pendampingan Teknologi

SL-PTT padi, kedelai, dan jagung di Provinsi NAD pada 26 Mei 2011 dan temu lapang dan

sosialisasi kegiatan SL-PTT di Sulawesi Utara pada tanggal 12 April 2011.

Dalam kegiatan workshop Pendampingan SL-PTT di Provinsi NAD Tim RDHP

Balittanah (Dr. Wiwik Hartatik) menyajikan topik tentang “Pemupukan Berimbang”. Penyajian

materi berupa presentasi dan diskusi. Beberapa hal yang didiskusikan selama membahas materi

tersebut dengan 51 orang peserta workshop adalah sebagai berikut:

(a) Para penyuluh pertanian lapangan menyarankan agar setiap PPL diberi PUTS dalam

rangka memberikan rekomendasi pemupukan padi sawah

(b) Penetapan rekomendasi pemupukan dengan PUTS sebaiknya dilakukan setiap musim

tanam atau minimal dua musim tanam sekali pada pertanaman padi sawah intensif (IP

300), sedangkan untuk padi sawah dengan IP 200 cukup pada setiap 4 musim tanam.

(c) Kualitas pupuk organik dan kotoran hewan (kohe) bervariasi tergantung dari jenis

/kualitas pakan, umur ternak, dan kesehatan ternak. Aplikasi pupuk organik harus pada

kondisi yang matang supaya tidak terjadi persaingan hara dengan tanaman dan

meningkatkan reduksi tanah. Aplikasi pupuk organik dan perbaikan drainase tanah

merupakan upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah berpasir dan tergenang.

(d) Prinsip-prinsip pertanian organik yaitu tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia,

bibit/benih non GMO, lahan bebas dari cemaran pestisida dan logam berat, air irigasi

yang digunakan juga bebas cemaran residu pupuk/pestisida kimia dan logam berat, tidak

menggunakan bahan aditif pada proses pasca panen. Secara umum proses pertanian

organik mengacu pada SNI No 01-6729-2002 tentang Pangan Organik. Kemudian

faktor penting untuk meningkatkan produksi pertanian organik adalah dengan

meningkatkan kualitas pupuk organik melalui pengayaan dengan bahan alami seperti

fosfat alam, dolomite, dan pupuk hayati.

Page 22: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

16

Demikian halnya ketika BPTP Sulut melakukan kegiatan sosialisasi demontrasi farming SL-

PTT di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulut Tim RDHP Balai Penelitian Tanah (Ir. A. Kasno,

M.Si.) menjadi nara sumber dengan menyajikan topik “Pemupukan Berimbang untuk

Peningkatan Produksi Padi”. Kegiatan sosialisasi tersebut dihadiri oleh Bupati Kepala Daerah

Kab. Minahasa Tenggara, Asisten 1 dan 2, serta anggota DPRD.

Pelatihan PL SL-PTT

Kegiatan pelatihan PL-SLPTT dilakukan di BPTP Sulawesi Utara dan BPTP Maluku

Utara, serta pelatihan khusus aspek perencanaan konservasi tanah di BPTP Sulawesi Utara.

Pelatihan SL-PTT padi di Sulawesi Utara dilakukan di Desa Molompar II Utara,

Kecamatan Tombatu Timur, Kab. Minahasa Tenggara. Materi pelatihan dari Tim RDHP Balai

Penelitian Tanah adalah terkait dengan pemupukan berimbang, penggunaan PUTS dan BWD

untuk menyusun rekomendasi pemupukan spesifik lokasi, sedangkan dari BPTP setempat

mengenai hasil denfarm padi sawah Kab. Minahasa Tenggara. Tujuan kegiatan adalah untuk

memberikan pembekalan/pelatihan bagi PL-SLPTT padi di Kabupaten Minahasa Tenggara

tentang “Pemupukan Berimbang”. Jumlah peserta pelatihan sebanyak 50 orang, terdiri atas para

pemandu lapangan (PL) SL-PTT, para camat dan kontak tani.

Berdasarkan jenis kelaminnya peserta pelatihan terdiri atas laki-laki (56%) dan

perempuan (44%). Kemudian berdasarkan tingkat pendidikan formalnya sebagian besar (72%)

peserta pelatihan adalah lulusan sekolah lanjutan dan sisanya adalah diploma (17%) dan sarjana

(11%), sebagaimana disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Peserta pelatihan SL-PTT berdasarkan tingkat pendidikan formal

Page 23: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

17

Berikut ini disajikan beberapa hal terkait dengan hasil evaluasi pelatihan PL SL-PTT

padi di Sulawesi Utara, khususnya mengenai materi pemupukan berimbang padi sawah

(a) Pengetahuan awal peserta pelatihan terkait dengan materi pelatihan

Materi pelatihan masih relatif baru bagi sebagian besar peserta pelatihan. Sebagaimana

disajikan pada Gambar 2 dan Gambar 3 hanya sebagian kecil peserta pelatihan yang sudah

mengetahui materi yang dilatihkan, yakni PUTS (16,7%), PUTK (22,2%), PUP (22,2%),

Permentan No 40/2007 terkait dengan rekomendasi dosis pemupukan spesifik lokasi (16,7%),

perhitungan kebutuhan pupuk majemuk untuk menentukan dosis rekomendasi padi sawah, dan

status hara tanah (50%). Materi pelatihan yang sudah cukup dikenal oleh peserta pelatihan

sebelum mengikuti acara pelatihan adalah bagan warna daun atau BWD (77,8%), konsep atau

terminologi efisiensi penggunaan pupuk (72,2 %), dan pemupukan berimbang (100%). Dengan

demikian kegiatan pelatihan ini telah meningkatkan pengetahuan para pemandu lapangan SL-

PTT sekitar 50-83,3% untuk materi alat uji tanah dan pupuk, serta Permentan No 40/2007.

Gambar 2. Proporsi peserta pelatihan yang sudah mengetahui/mengenal alat uji tanah &

pupuk sebelum pelatihan (%)

Gambar 3. Proporsi peserta pelatihan yang sudah mengetahui terminologi aspek

pemupukan berimbang sebelum pelatihan (%)

Page 24: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

18

(b) Manfaat materi pelatihan bagi peserta

Menurut pendapat para peserta pelatihan materi yang dilatihkan oleh Tim Balittanah

dinilai sangat bermanfaat dengan skore terendah 4,8 dan skore tertinggi 5,0 dari selang 1-5

dimana nilai 1 – 5 itu menggambarkan selang antara tidak bermanfaat hingga sangat

bermanfaat. Hasil penilaian peserta pelatihan tersebut disajikan pada Gambar 4 dan 5.

 

 Gambar 4: Pendapat peserta pelatihan mengenai manfaat alat uji tanah dan pupuk dalam menunjang

kegiatan dan tugas sehari-hari (skore: 1-5=tidak bermanfaat-sangat bermanfaat)  

 

Gambar 5. Pendapat peserta pelatihan mengenai manfaat materi pelatihan pemupukan berimbang (PB), cara penggunaan alat uji tanah (PUTS), dan kegiatan sosialisasi SL-PTT bagi Pemandu Lapangan (PL) SL-PTT (skore 1-5=tidak bermanfaat –sangat bermanfaat)

(c) Cara penyajian materi pelatihan

Cara penyajian materi pelatihan menurut pendapat para peserta tergolong mudah untuk

dimengerti sebagaimana disajikan pada Gambar 6. Sebagian besar peserta pelatihan juga

Page 25: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

19

merasa yakin bahwa penerapan konsep pemupukan berimbang pada penentuan dosis

pemupukan padi sawah akan meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani, sebagaimana

disajikan pada Gambar 7. Di sisi lain ada sebagian kecil peserta pelatihan yang tidak

mengetahui dasar penentuan dosis pemupukan padi sawah di wilayah kerjasanya. Sebagaimana

disajikan pada Gambar 8 sekitar 22% peserta menyatakan dasar penentuan dosis pemupukan

padi sawah tidak jelas atau tidak diketahuinya. Namun demikian 66,7% peserta pelatihan

berpendapat bahwa analisis tanah telah dijadikan dasar untuk penentuan pemupukan padi

sawah.

Gambar 6.Pendapat peserta pelatihan mengenai penyajian materi pelatihan pemupukan berimbang

(PB) dan cara penggunaan PUTS (skore 1-5= sangat susah dimengerti – mudah dimengerti).

 

 Gambar 7. Proporsi peserta pelatihan yang berpendapat bahwa penerapan pemupukan berimbang

akan meningkatkan produktivitas padi sawah dan pendapatan petani (%)

 

Page 26: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

20

Gambar 8. Pendapat peserta pelatihan mengenai dasar penentuan dosis pupuk

padi sawah di wilayah kerjanya (%)

(d) Kemampuan peserta untuk menggunakan dan/atau melatihkan materi pelatihan

Salah satu indikator keberhasilan pelatihan adalah adanya peningkatan kemampuan

peserta untuk menggunakan atau bahkan melatihkan materi pelatihan tersebut. Hasil evaluasi

menunjukkan bahwa sebagian besar peserta menyatakan mampu untuk menggunakan PUTS

dan BWD setelah mengikuti pelatihan dan sebagian besar dari mereka bahkan akan mampu

untuk melatihkannya kepada pemandu lapangan SL-PTT yang lainnya (Gambar 9).

Gambar 9. Jumlah peserta pelatihan yang merasa yakin akan dapat menggunakan dan

melatihkan alat uji tanah (PUTS) setelah pelatihan (%)

Guna mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dari hasil pelatihan para peserta

sangat memerlukan dukungan instansi terkait untuk memperoleh alat uji tanah tersebut.

Berdasarkan keperluannya, sebagian besar peserta pelatihan sangat memerlukan produk

Balittanah berupa PUTS, lalu PUTK dan PUP (Gambar 10).

Page 27: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

21

Gambar 10. Produk Balittanah yang sangat diperlukan oleh peserta pelatihan (%)

Pelatihan pendamping lapangan SL-PTT padi di Maluku Utara dilakukan di Aula BPTP,

5 Oktober 2011 dengan topik : Apresiasi Inovasi Teknologi Pertanian. Acara dimulai pada

pukul 9.00 WIT yang dibuka oleh Kepala Sub Bagian TU (Novyarjasri Saleh, SP) yang

mewakili Kepala BPTP Maluku Utara dan selesai pada pukul 17.30 WIT yang ditutup oleh

Kepala BPTP Maluku Utara (Dr. Ismail). Peserta pelatihan ada 50 orang termasuk empat orang

nara sumber.

Kegiatan pelatihan dibagi menjadi dua sesi, yakni (1) Sesi masalah pangan dan

perbenihan dengan nara sumber Dr. Ir. MR Suhartanto, M.Si., dan Dr. Ir. Endah R. Palupi,

M.Sc., dari Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB, dan (2) Sesi Sosialisasi Produk dan

Teknologi Unggulan Balittanah serta Teori dan Praktek Pengomposan dengan Mdec dan cara

pembuatan MOL dengan nara sumber Dr. Irawan dan Drs. Edi Santosa, MS dari Balai

Penelitian Tanah, Bogor.

Materi yang disampaikan dari Balittanah terkait dengan sosialisasi produk dan teknologi

unggulan Balittanah mencakup penjelasan mengenai PUTS, PUTK, PUP, SPLaSH, Mdec,

Biobus, Nodulin, dan Bionutrient. Kemudian mengenai praktek pengomposan dengan Mdec

menggunakan bahan dasar sisa-sisa tanaman jagung dan kotoran sapi, sedangkan pembuatan

MOL berbahan dasar bedogol pisang dan rebung bambu.

Di dalam sesi diskusi dan praktek beberapa hal yang ditanyakan oleh peserta adalah:

cara atau prosedur untuk memperoleh perangkat uji tanah, perbedaan pengomposan aerobik dan

anaerobik, tempat pengomposan di dalam lubang, ciri-ciri kompos yang sudah matang dan cara

penggunaannya, cara penggunaan dan manfaat/fungsi MOL. Pada akhir kegiatan pelatihan

dilakukan evaluasi. Secara umum peserta pelatihan merasakan adanya tambahan manfaat, baik

Page 28: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

22

berupa pengetahuan maupun teknik khususnya mengenai teknologi uji tanah yang dihasilkan

oleh Balittanah, pengomposan dan pembuatan MOL. Secara spesifik hasil evaluasi pelatihan

tersebut diuraikan di bawah ini.

(a) Karakteristik peserta pelatihan

Berdasarkan jenis kelamin peserta pelatihan didominasi oleh laki-laki (81,5%) dan sisanya adalah

perempuan. Tingkat pendidikan formal peserta adalah SLTA (40,7%), sarjana (29,6%), dan sisanya

lulusan SLTP dan SD. Status pekerjaan peserta adalah kontak tani atau pengurus kelompok tani dan

gabungan kelompok tani (44,4%), penyuluh pertanian (33,3%), pejabat struktural (14,8%) dan sisanya

adalah peneliti.

(b) Penilaian peserta mengenai pelatihan

Menurut pendapat peserta materi pelatihan dinilai cukup bermanfaat (rata-rata skore >3), metode

pelatihan cukup baik (skore > 3), alat bantu yang digunakan cukup memadai (skore > 3), partisipasi

peserta juga cukup baik (skore > 3), diskusi atau tanya jawab cukup hidup (skore > 3), dan secara umum

penyelenggaraan pelatihan dinilai cukup baik (skore > 3) sebagaimana disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11. Penilaian peserta mengenai pelatihan

(c) Manfaat pelatihan dalam menambah pengetahuan dan keterampilan

Berdasarkan hasil skoring kegiatan pelatihan telah menambah pengetahuan dan keterampilan yang nyata

bagi peserta. Hasil penilaian peserta mengenai hal itu disajikan pada Gambar 12 dan Gambar 13.

Tambahan pengetahuan mengenai pembuatan MOL paling tinggi dimana rata-rata skore sebelum

pelatihan sekitar 2,4 meningkat menjadi 4,0 setelah pelatihan. Kemudian tambahan keterampilan

pembuatan kompos dan pembuatan MOL adalah sama, yakni rata-rata skore awal 2,5 meningkat

menjadi 3,8 setelah pelatihan. Materi pengomposan dan pembuatan MOL tersebut merupakan materi

yang paling disukai oleh peserta pelatihan (45%) dibanding dengan tiga materi lainnya.

Page 29: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

23

Gambar 12. Manfaat pelatihan dalam menambah pengetahuan

Gambar 13. Manfaat pelatihan dalam meningkatkan keterampilan

Semua peserta pelatihan (100%) menyatakan akan mempunyai kesempatan untuk melatihkan materi

pelatihan tersebut kepada pihak/orang lain. Namun demikian, ada 14,8% peserta yang belum

mengetahui siapa atau pihak mana yang akan dilatihnya. Sasaran pelatihan bagi peserta adalah penyuluh

pertanian, kontak tani, petani dan lingkungan keluarga terdekat.

Peserta pelatihan juga menyampaikan saran dan masukan, beberapa diantaranya adalah : waktu

pelatihan terutama prakteknya perlu ditambah, intensitas pelatihan untuk penyuluh perlu ditambah,

lokasi pelatihan perlu juga di daerah atau tingkat kabupaten, dan materi pelatihan perlu ditambah dengan

aspek pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Pelatihan perencanaan konservasi tanah dan air yang dilakukan di BPTP Sulawesi Utara diikuti oleh 33

orang peserta. Materi pelatihan fokus pada dua topik, yakni peranan konservasi tanah dan air dalam

pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) dan penggunaan DSS atau software SPLaSH dan GeoSPLaSH

untuk perencanaan teknik konservasi tanah dan air di dalam suatu wilayah. Kedua topik tersebut

Page 30: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

24

disampaikan oleh dua orang nara sumber dari Tim RDHP, sedangkan pihak penyelenggara dan

pengundang peserta pelatihan menjadi tanggungjawab BPTP Sulawesi Utara.

Peserta pelatihan perencanan KTA berdasarkan jenis kelamin terdiri atas laki-laki (66,7%) dan

perempuan (33,3%). Berdasarkan status pekerjaannya peserta pelatihan terdiri atas penyuluh pertanian

(51,5%), peneliti (24,2%), pejabat struktural (18,2%), dan petugas pengamat hama atau POPT (6,1%).

Hasil evaluasi pelatihan perencanaan KTA tersebut disajikan pada Gambar 14, Gambar 15, dan Gambar

16. Penyelenggaraan pelatihan perencanaan KTA dinilai sangat baik oleh peserta pelatihan, khususnya

berkaitan dengan alat bantu pelatihan yang digunakan, kemudian materinya dinilai bermanfaat,

diskusinya hidup, dan secara umum dinilai baik (Gambar 14).

Gambar 14. Penilaian peserta mengenai pelatihan perencanaan KTA

Tambahan pengetahuan peserta terkait dengan materi pelatihan juga cukup signifikan. Sebelum

pelatihan pengetahuan peserta mengenai terminologi, teknik KTA, software atau DSS, dan erosi tanah

rata-rata skorenya kurang dari 2,5 sedangkan setelah pelatihan rata-rata skore mengenai hal tersebut

lebih dari 3,5 kecuali untuk aspek software (Gambar 15). Selanjutnya tambahan keterampilan peserta

pelatihan juga meningkat cukup tinggi dari rata-rata skore kurang dari 2,5 menjadi lebih dari 3,5

(Gambar 16).

Saran peserta pelatihan yang dominan terkait dengan perlunya praktek lapangan mengenai penerapan

teknik KTA dan saran tersebut sejalan dengan pendapat 100% peserta yang menyatakan agar Balai

Penelitian Tanah melakukan penelitian lapangan mengenai KTA di wilayah Sulawesi Selatan,

khususnya terkait dengan penyelematan wilayah DAS yang ada di sekitar Danau Tondano.

Page 31: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

25

Gambar 15. Tambahan pengetahuan peserta dari pelatihan perencanaan KTA

Gambar 16. Tambahan keterampilan peserta dari pelatihan perencanaan KTA

Pengadaan dan pengiriman bahan dan alat

Pengadaan dan pengiriman bahan dan alat dalam rangka pendampingan SL-PTT

sebagaimana disajikan pada Tabel 1 sudah dilaksanakan. Bahan penelitian berupa Mdec

didistribusikan untuk seluruh BPTP lokasi kegiatan yang jumlahnya disesuaikan dengan luasan

SL-PTT di masing-masing lokasi, sedangkan nodulin hanya dibagikan kepada BPTP yang ada

SL-PTT kedelainya, yakni NAD dan Sumsel. Perangkat uji tanah sawah (PUTS) didistribusikan

kepada BPTP berdasarkan luasan SL-PTT, sedangkan PUTK dan PUP didistribusikan secara

merata ke semua BPTP lokasi kegiatan.

Page 32: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

26

Tabel 1. Distribusi Mdec, nodulin, dan alat uji tanah dan pupuk untuk BPTP lokasi kegiatan, 2011

BPTP lokasi kegiatan MDEC

(kg)Nodulin

(kg)PUTS (unit)

PUTK (unit)

PUP (unit)

BPTP NAD (Banda Aceh) 40 2 9 2 1

BPTP SUMSEL (Palembang) 43 3 10 2 1 BPTP KALBAR (Pontianak) 40 10 2 1 BPTP SULUT (Manado) 20 5 2 1 BPTP BALI (Denpasar) 5 3 2 1

BPTP MALUT (Tidore Kep.) 10 5 2 1

JUMLAH 158 5 42 12 6

Penggalian umpan balik

Guna mengetahui umpan balik dari BPTP dan kontak tani telah dilakukan diskusi dengan

Penanggungjawab/Koordinator Kegiatan dan Liaison Officer (LO) SL-PTT di BPTP Kalimatan

Barat, Sumatera Selatan, Maluku Utara, dan NAD. Kemudian diskusi dengan kontak tani

dilakukan di lokasi SL-PTT binaan BPTP Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat. Hasil

penggalian umpan balik disajikan di bawah ini.

(a) Pemanfaatan M-dec

M-Dec yang diberikan oleh Balittanah kepada BPTP Kalimantan Barat lebih banyak digunakan

sebagai bahan untuk pengomposan jerami di lokasi demplot PTT. Selain itu distribusi M-Dec

pada lokasi lain dilakukan melalui pelatihan pengomposan jerami, yakni setiap kelompok tani

yang telah dilatih memperoleh 3 bungkus M-Ded, baik untuk praktek lebih lanjut maupun untuk

membuat kompos jerami di masing-masing lokasinya. Pendistribusian Mdec di Kalimantan

Barat oleh BPTP sebagaimana disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi M-DEC di Kalimantan Barat

No. Lokasi Penyebaran Jumlah M-Dec yang diberikan

1. Desa Twi Mentibar Kec. Selakau Kab. Sambas 2 bungkus 2. Desa Maktangguk Kec. Tebas Kab. Sambas 2 bungkus 3. Desa Pangkalan Kongsi Kec. Tebas Kab. Sambas 1 bungkus 4. Desa Sepuk Tanjung Kec. Sebawi Kab. Sambas 2 bungkus 5. Desa Parit Baru Kec. Salatiga Kab. Sambas 1 bungkus 6. Desa Singaraya Kec. Semparuk 1 bungkus 7. Desa Lomoanak Kec. Menjalin 2 bungkus 8. Desa Salaas Kec. Mempawah Hulu 2 bungkus

Page 33: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

27

9. Desa Pauh Kec. Sompak 4 bungkus 10 Poktan Sumber Samubue I dan II Desa Menjalin Kec.

Menjalin 2 bungkus

11. Desa Andeng Kec. Sengah Temila 3 bungkus 12. Poktan Aksi Muda I Desa menjalin Kec. Menjalin 2 bungkus 13 Poktan barage II Desa Selaas Kec. Mempawah Hulu 3 bungkus 14. Poktan Saloro dan Buratek B desa Sompak Kec.Sompak 4 bungkus

Kegiatan pelatihan pengomposan dengan menggunakan Mdec sebagai dekomposernya oleh

BPTP Kalimantan Barat dilakukan pada tingkat kelompok tani (desa). Pada Tabel 3 disajikan

informasi kegiatan pelatihan yang sudah dilakukan tersebut.

Tabel 3. Pelatihan penggunaan M-DEC sebagai dekomposer oleh BPTP Kalimantan Barat Kabupaten Bengkayang

No. Lokasi Jumlah peserta

1. Desa Bangun Sari Kec. Teriak 30 orang

2 BP3K Bengkayang (desa Bumi emas) Kec. Bengkayang

30 orang

3. Desa Gerantung (demplot PTT padi sawah) Kec. Monterado

30 orang

4. Desa Magmaman Karya kec. Lumar 15 orang

5. Bp3K Kec. Capkala 30 orang

6. BP3K Kec. Monterado 20 orang

7. Desa Belimbing Kec. Lumar 30 orang

8. Desa lembang Kec. Sanggau Ledo 30 orang

9. Desa Sukadamai Kec. Ledo 30 orang Kabupaten Kubu Raya

No. Lokasi Jumlah peserta

1 Desa Sungai Raya Kec. Sungai Raya 30 petani

2 Desa Mega Timur Kec. Sungai 30 petani

3. Desa Sungai Rengas Kec. Sungai kakap 30 petani Kabupaten Landak

No. Lokasi Jumlah peserta

1 Desa Lomoanak Kec. Menjalin 20 orang

Page 34: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

28

2 Desa Salaas Kec. Mempawah Hulu 20 orang

3 Desa Pauh Kec. Sompak 21 orang

4. Poktan Sumber Samubue I dan II Desa Menjalin Kec. Menjalin

51 orang

5. Desa Andeng Kec. Sengah Temila 30 orang

6. Poktan Aksi Muda I Desa menjalin Kec. Menjalin

32 orang

7. Poktan barage II Desa Selaas Kec. Mempawah Hulu

30 orang

8. Poktan Saloro dan Buratek B desa Sompak Kec.Sompak

30 orang

Kab. Sambas No. Lokasi Jumlah peserta

1. Desa Twi Mentibar Kec. Selakau 30 orang 2. Desa Maktangguk Kec. Tebas 20 orang 3. Desa Sepuk Tanjung Kec. Sebawi 30 orang

Kab. Sanggau No. Lokasi Jumlah peserta

1. Desa Makkawing Kec. Balai 30 orang

Berdasarkan hasil pengamatan BPTP Kalimantan Barat waktu pengomposan jerami dengan

Mdec paling cepat 16 hari dan paling lama 25 hari. Kualitas kompos yang dihasilkan

dinyatakan tergolong sedang-baik, cara pengomposan dinilai tergolong mudah.

Mengenai pengaruh penggunaan kompos terhadap hasil padi, BPTP Kalimantan Barat belum

mengkajinya secara khusus karena dalam kegiatan demplot PTT teknologi yang digunakan

merupakan teknologi yang sudah matang. Disamping itu sebagian besar jerami padi

dikembalikan ke sawah walaupun tidak dikomposkan. Namun demikian jika dilihat dari aspek

pertumbuhan, tanaman padi dengan kompos jerami itu lebih baik dibandingkan dengan jerami

yang tidak dikomposkan, anakannya lebih banyak dan lebih hijau yang kemungkinan

memberikan produktivitas yang lebih baik.

Dekomposer komersial yang biasa dikenal dan digunakan oleh petani Kalimantan Barat adalah

EM-4, nanum EM-4 tersebut umumnya untuk pengomposan pupuk kandang bukan jerami.

Sebagian besar jerami hanya dihamparkan saja tidak dikomposkan. Selain EM-4 petani juga

Page 35: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

29

mengenal dekomposer Trichoderma yang tidak tersedia di pasaran tapi UPTPH menyediakan

biangnya.

Kendala atau kelemahan Mdec sebagai dekomposer menurut PL-SLPTT adalah (1) masa

kadarluarsa M-Dec terlalu cepat dan (2) M-Dec belum tersedia di toko-toko pertanian yang ada

di Kalimantan Barat maupun di Kabupaten sehingga keberlanjutan penggunaannya di lapangan

akan sulit, sedangkan kelebihannya adalah waktu dekomposisi lebih cepat (kurang dari 1 hari)

apabila teknik aplikasinya tepat.

Berkaitan dengan hal itu berikut ini adalah saran dari PL-SLPTT Kalimantan Barat terkait

dengan M-Dec:

• Selama ini pengenalan M-Dec ke petani hanya terbatas dengan adanya pelatihan pengomposan jerami sebagai bentuk pendampingan teknologi SL-PTT oleh BPTP dan belum dapat dilakukan pada seluruh unit SL-PTT yang ada di kabupaten karena keterbatasan M-DEC yang ada sehingga belum dapat dikenal oleh seluruh petani. Untuk ke depan agar M-Dec dapat dikenal oleh petani sebaiknya M-Dec dapat diperbanyak oleh petani sendiri, sedangkan Badan Litbang hanya menyediakan biangnya saja.

• Untuk keberlanjutan penggunaan M-Dec dan dapat diaplikasikan oleh petani sebaiknya M-Dec dapat tersedia di toko-toko pertanian yang ada di kabupaten.

• Masa kadaluarsa penggunaan M-Dec sebaiknya dalam waktu 1 – 2 tahun sehingga penggunaannya tidak terkendala dengan masa kadarluarsa yang relatif lebih singkat.

Pemanfaatan M-dec di BPTP Sumatera Selatan adalah untuk sarana/bahan pelatihan

pengomposan pada PL III (Tk. Kabupaten dan kecamatan) dan sebagian M-Dec didistribusikan

ke lokasi demplot/denfarm untuk pembuatan kompos jerami dan pupuk kandang.

Agak berbeda dengan pengalaman BPTP Kalimantan Barat, proses pengomposan jerami

dengan dekomposer M-Dec di BPTP Sumatera Selatan relatif lebih lama, yakni paling cepat 24

hari dan paling lama 40 hari dengan kualitas kompos tergolong sedang. Proses pemanfaatan M-

Dec dalam pengomposan dinilai tergolong mudah dilakukan. Kendala utama terkait dengan M-

Dec adalah ketersediaan di pasar yang sulit bagi petugas dan petani.

Demikian halnya BPTP Maluku Utara menggunakan M-Dec sebagai alat/sarana pelatihan PL-

SLPTT tingkat kabupaten, kecamatan (PPL) dan desa (Kelompok tani). Prooses pengomposan

jerami dan pupuk kandang dengan M-Dec paling cepat 14 hari dan paling lama 21 hari dengan

kualitas hasil komposnya tergolong sedang. Cara pengomposan dengan M-Dec dinilai

tergolong mudah dilakukan. Kemudian kendala terkait dengan M-Dec adalah bahan tersebut

Page 36: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

30

tidak tersedia di pasar sehingga proses dan dampak penyuluhan & pelatihan pemanfaatan M-

Dec sebagai dekomposer tidak akan ada keberlanjutannya.

(b) Pemanfaatan alat uji tanah

Pemanfaatan alat uji tanah yang diberikan oleh Balittanah kepada BPTP pada umumnya

digunakan sebagai sarana/alat pelatihan Pemandu Lapangan SL-PTT di tingkat kabupaten

(Bapeluh atau BP4K), kecamatan (BPP), dan desa (Kelompok tani). Sebagai contoh BPTP

Kalimantan Barat melakukan pelatihan penggunaan alat uji tanah di beberapa kabupaten seperti

disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pelatihan PUTS/PUTK di BPP dan kelompoktani di Kalimantan Barat

Kabupaten Bengkayang

No. Lokasi Jumlah peserta

1. Desa Bangun Sari Kec. Teriak 30 orang

2 BP3K Bengkayang (desa Bumi emas) Kec. Bengkayang 30 orang

3. BP3K Samalantan ( desa Samalantan) Kec. Samalantan 30 orang

5. Desa Magmaman Karya kec. Lumar 15 orang

5. Bp3K Kec. Capkala 30 orang

6 BP3K Kec. Monterado 20 orang

7 Desa Belimbing Kec. Lumar 30 orang

8 Desa lembang Kec. Sanggau Ledo 30 orang

9 Desa Sukadamai Kec. Ledo 30 orang Kabupaten Kubu Raya

No. Lokasi Jumlah peserta

1 Desa Sungai Raya Kec. Sungai Raya 30 orang

2 Desa Mega Timur Kec. Sungai 30 orang

3 Maju Jaya Desa Sungai Jawi Kec. Batu Ampar 23 orang

4 BPP Desa Teluk Nangka Kec. Kubu 20 orang

5 Harapan Jaya Olak-Olak Kubu Kec. Kubu 30 orang

6 Pal IX Kec. Sungai Kakap 20 orang

7. Desa Sungai Rengas Kec. Sungai kakap 30 orang

8. Desa Limbung Kec. Sungai Raya 20 orang

9. Sungai Deras Kec. Teluk Pakedai 30 orang

10. BPP Kec. Teluk Pakedai 20 orang

Page 37: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

31

11. Gapoktan Tunas Baru Desa Lingga Kec. Sungai Ambawang

30 orang

12. Margo Mulyo Desa Rada I Kec. Teluk Pakedai 20 orang

13. Gema Karya Desa Rasau Jaya I Kec. Rasau Jaya 30 orang

14 Gapoktan Usaha Karya Mandiri Desa Kuala Mandor A Kec. Kuala Mandor B

30 orang

Kabupaten Landak

No. Lokasi Jumlah peserta

1 BPP kecamatan Mempawah Hulu 20 orang

2 Desa Mentoyek 20 orang 

3 Desa Salumang 25 orang 

4 BPP Sompak 20 orang 

5 Desa Pakumbang 20 orang 

6 Desa Kayu Tanam 25 orang 

7 Desa Sepahat 20 orang 

8. Desa Saham 20 orang 

9. Desa Tunang 30 orang 

10 Desa Semade 20 orang 

11 Desa Bagak 20 orang 

12. Desa Mamek 20 orang  Kabupaten Sambas

No. Lokasi Jumlah peserta

1. BPP Selakau, Desa Twi Mentibar Kec. Selakau 30 orang

2. BPP Semparuk 7 orang

3. BPP Kec. Pemangkat 15 orang

4. BPP Sejangkung 15 orang

5. Desa Maktangguk kec. Tebas 20 orang

6. BPP Teluk Keramat 25 orang

7. Desa Sebubus Kec. Paloh 30 orang

8. Desa Semangau kec. Sambas 30 orang

9. Desa Nibung Kec. Paloh 30 orang Sanggau

No. Lokasi Jumlah peserta

Page 38: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

32

1. Desa Tunggal Bhakti, Kec. Kembayan 30 orang

2. Desa Semayang, Kec. Kembayan 15 orang

3. Desa Kasromegro, Kec. Beduwai 15 orang

4. Desa Pegadang, Ked. Sekayam 15 orang

5. Desa Mak Kawing, Kec. Balai 20 orang

6. Desa Nekam, Kec. Entikong 20 orang

Beberapa kendala memanfaatkan PUTS/PUTK untuk menentukan dosis pemupukan padi sawah

di lapangan, antara lain:

• Perangkat uji tanah (PUTS) belum tersedia di kelompok tani meskipun tersedia di BPP.

• Sebagian besar BPP belum memiliki PUTS/PUTK. BPP yang sudah memiliki, seperti di Kab. Landak dan Kubu Raya umumnya hanya 1 unit PUTS/BPP, sedangkan jumlah desa pendampingan penyuluh dalam satu kecamatan cukup banyak dan jarak antar desa atau jarak dari BPP ke desa-desa cukup jauh.

• Hasil rekomendasi PUTS/PUTK berupa pemupukan dalam bentuk pupuk tunggal, sedangkan aplikasinya di lapangan petani umumnya menggunakan pupuk majemuk sehingga hasil rekomendasi pemupukan tersebut harus dikonversi lagi ke dalam bentuk pupuk majemuk.

BPTP Sumatera Selatan menggunakan alat uji tanah (PUTS dan PUTK) untuk pelatihan PL-

SLPTT tingkat kabupaten dan kecamatan (penyuluh pertanian, pengamat hama, KCD) dan

kontak tani/pengurus poktan dan gapoktan di tingkat desa. Alat uji tanah tersebut digunakan

untuk penentuan dosis pupuk pada denfarm padi sawah serta jagung dan kedelai pada lahan

kering. Lebih jauh hasil pengamatan petugas lapangan menunjukkan aplikasi dosis

permupukan rekomendasi padi sawah memberikan hasil yang lebih tinggi atau ada peningkatan

produksi. Produktivitas padi sawah pada areal denfarm atau LL mencapai 6-8 ton GKG/ha

sedangkan pada areal petani (SL-PTT) hanya 5-6 ton GKG/ha. Takaran pemupukan pada areal

denfarm padi adalah Urea 200 kg/ha, NPK Phonska 100 kg/ha, dan pupuk organik 300 kg/ha,

sedangkan takaran pupuk pada padi sawah petani umumnya adalah urea 150 kg/ha dan NPK

Phonska 100 kg/ha.

Secara garis besar hasil diskusi dengan BPTP NAD mengenai pemanfaatan alat uji tanah

disarikan sebagai berikut:

Page 39: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

33

• Alat PUTS yang diberikan oleh Balittanah digunakan oleh BPTP untuk kegiatan pelatihan PL-SLPTT tingkat kabupaten, kecamatan dan petani langsung di lapangan.

• Pengaruh penggunaan alat PUTS sangat nyata terhadap upaya efisiensi penggunaan pupuk nitrogen di wilayah NAD.

• Pengaruh penggunaan PUTS juga nyata terhadap peningkatan produktivitas padi

• Menurut PPL dan petani padi sawah penggunaan alat PUTS sangat membantu dalam penentuan dosis pupuk rekomendasi spesifik lokasi.

• Tidak ada kendala yang berarti dalam penggunaan PUTS

• Kemampuan untuk memiliki PUTS masih terbatas, baik pada tingkat institusi maupun petani.

• Sekitar 50% petani di NAD sudah menggunakan pupuk sesuai dengan dosis rekomendasinya.

• Respon Dinas Pertanian setempat (Provinsi dan Kabupaten) terhadap penggunaan PUTS sangat baik dan hal itu dijadikan salah satu materi pelatihan PL-SLPTT

4.2.Pembahasan

Guna memenuhi kebutuhan konsumsi pangan di masa depan Pemerintah telah

menargetkan peningkaan produksi pangan, khususnya padi, jagung dan kedelai masing-masing

3,0 %/th, 10,0%/th dan 20,05%/th selama periode tahun 2010-2014. Capaian produksi tersebut

diperlukan untuk mempertahankan swasembada beras dan jagung, serta kedelai pada tahun

2014. Salah satu langkah yang ditempuh oleh Pemerintah, khususnya melalui Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian dan Ditjen Tanaman Pangan adalah dengan mengembangkan

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). SL-PTT merupakan suatu

pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani

melalui perakitan komponen teknologi yang bersinergi antara yang satu dengan lainnya,

diterapkan secara partisipatif oleh petani, sehingga menjadi paket teknologi spesifik lokasi.

Balai Penelitian Tanah mempunyai peran penting dalam pengembangan SL-PTT antara

lain terkait dengan penerapan konsep pemupukan berimbang, pengelolaan bahan organik, dan

konservasi tanah dan air pada lahan kering, khususnya untuk menunjang SL-PTT palawija

(jagung, kedelai, padi ladang). Beberapa produk dan teknologi unggulan Balittanah terkait

dengan tugas pendampingan SL-PTT antara lain berupa alat uji tanah dan pupuk, dekomposer,

nodulin, dan DSS SPLaSH untuk perencanaan konservasi tanah.

Page 40: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

34

Penerapan konsep pemupukan berimbang ditujukan untuk beberapa tujuan secara

simultan, yakni meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, produktivitas tanaman dan

pendapatan petani. Pengelolaan bahan organik juga sangat erat kaitannya dengan peningkatan

efisiensi penggunaan pupuk dan peningkatan produktivitas tanaman melalui perbaikan

kesuburan tanah, baik kimia, fisik, maupun biologi. Penerapan konsep pemupukan berimbang

dan pengelolaan bahan organik perlu dilakukan secara massal oleh petani sehingga dampaknya

akan signifikan secara nasional, baik dalam hal penghematan pupuk, perbaikan kesuburan

tanah, peningkatan produksi dan pendapatan petani.

Pada TA 2011 Balittanah telah berkoordinasi dengan lima lokasi BPTP, yakni NAD,

Sumsel, Kalbar, Malut, dan Bali untuk melakukan pendampingan penerapan teknologi pada

areal SL-PTT/Denfarm melalui kegiatan penyediaan nara sumber dalam workshop SL-PTT,

pelatihan pemandu lapangan (PL) SL-PTT, pengiriman alat uji tanah dan pupuk serta nodulin,

dan penggalian umpan balik. Penyediaan nara sumber dalam workshop SL-PTT dilakukan di

BPTP NAD yang diikuti oleh 51 orang peserta. Pada workshop tersebut Tim Balittanah

menyampaikan topik pemupukan berimbang yang merupakan komponen teknologi utama untuk

SL-PTT padi.

Kegiatan pelatihan PL-SLPTT dilakukan di BPTP Sulawesi Utara (dua kali) dan

Maluku Utara (satu kali). Sekitar 129 orang telah berpartisipasi sebagai peserta pelatihan pada

salah satu dari tiga topik berikut: pemupukan berimbang, perencanaan konservasi tanah dan air,

dan pengelolaan bahan organik. Kegiatan pelatihan tersebut nyata dapat meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan mengenai materi yang dilatihkan. Hasil

evaluasi juga menunjukkan bahwa materi pelatihan sangat diperlukan oleh para peserta dan cara

penyajian materi pelatihan dinilai tergolong mudah untuk dimengerti.

Seluruh peserta menyatakan bahwa mereka mempunyai kesempatan untuk melatihkan

kembali materi pelatihan kepada pihak/orang lain terkait dengan tugas pokok mereka. Fakta

tersebut sangat mendukung upaya penyebarluasan teknologi, khususnya terkait dengan

pemupukan berimbang, pengelolaan bahan organik dan perencanaan teknik KTA. Namun

demikian kegiatan pelatihan tidak bisa menjamin seluruh peserta pelatihan akan dapat langsung

menggunakan atau bahkan melatihkan kembali ke pihak lain karena beberapa faktor,

diantaranya keragaman peserta dalam hal umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan

pengalaman kerja menjadi petugas pertanian, selain itu juga ketersediaan bahan/sarana

pelatihan seperti alat uji tanah dan M-Dec di lapangan sulit bahkan tidak ada.

Page 41: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

35

Pengadaan dan pengiriman M-Dec dan nodulin berjalan sesuai rencana dimana kedua

bahan pelatihan tersebut sudah dapat dilaksanakan sebelum Juni 2011 kepada semua BPTP

lokasi kegiatan. Kemudian pengadaan dan pengiriman PUTS, PUTK dan PUP untuk BPTP

Sulawesi Utara dan Maluku Utara sudah dilaksanakan sebelum Agustus 2011, tetapi untuk

BPTP lainnya mengalami keterlambatan. Hal itu akan menjadi pelajaran untuk kegiatan TA

2012 sehingga keterlambata pengadaan dan pengiriman alat uji tanah kepada BPTP tidak

terulang lagi.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Beberapa hal yang sudah dilakukan dalam rangka kegiatan RDHP Percepatan

Pengembangan Inovasi Teknologi Pupuk dan Bahan Organik dalam bentuk pendampingan

penerapan teknologi SL-PTT adalah sebagai berikut:

1. Koordinasi, baik internal maupun eksternal dengan instansi terkait, terutama BPTP

2. Pelatihan Pemandu Lapangan (PL) SL-PTT di BPTP Provinsi Sulawesi Utara dan

Maluku Utara

3. Penyediaan nara sumber Workshop Pemupukan Berimbang dalam rangka

Pendampingan SL-PTT di Provinsi NAD

4. Pengadaan dan pengiriman alat uji tanah dan pupuk serta Mdec dan nodulin untuk

semua BPTP lokasi kegiatan.

5. Penggalian umpan balik dari BPTP NAD mengenai penggunaan/pemanfatan

teknologi/produk Balittanah, khususnya PUTS, PUTK, PUP, DSS SPLaSH.

Kegiatan pelatihan kepada PL-SLPTT telah dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan peserta secara signifikan. Materi pelatihan, khususnya pemupukan berimbang

yang disertai dengan cara penggunaan alat uji tanah dan pupuk dan pengelolaan bahan organik

yang dilengkapi dengan cara pembuatan kompos dan MOL sangat diperlukan oleh para peserta

pelatihan.

Para peserta pelatihan mempunyai kesempatan untuk menyebarluaskan hasil-hasil

pelatihan kepada pihak lain tetapi perlu ada dukungan program dan finansial dari Pemda

setempat agar hal itu dapat diwujudkan, misalnya peneliti (PL-SLPTT) BPTP melatih para

penyuluh yang ada di Bakorluh (Tk. Provinsi), Bapeluh atau BP4K (Tk. Kabupaten), dan BPP

(Tk. Kecamatan) atau secara berjenjang hingga ke tingkat desa (Poktan).

Page 42: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

36

Berdasarkan umpan balik dari BPTP keberadaan M-Dec dan perangkat uji tanah yang

dikirimkan oleh Balittanah sangat membantu dalam kegiatan pendampingan teknologi SL-PTT,

terutama dalam hal pelatihan dan penentuan dosis pemupukan pada lokasi SL-PTT. Kemudian

petugas SL-PTT (LO) menyatakan bahwa penerapan konsep pemupukan berimbang dapat

meningkatkan produktivitas padi dan palawija dibandingkan dengan cara/takaran pupuk

kebiasaan petani.

VI. PRAKIRAAN DAMPAK HASIL KEGIATAN

Dampak pelaksanaan kegiatan ini mencakup beberapa hal, yakni (1) peningkatan

pengetahuan dan keterampilan para PL SL-PTT mengenai pemupukan berimbang, penggunaan

alat uji tanah, pengomposan dan pembuatan MOL, serta penggunaan perangkat lunak SPLaSH,

(2) peningkatan efisiensi penggunaan pupuk pada tingkat petani sehingga terjadi penghematan

pupuk, peningkatan produksi dan pendapatan petani, dan (3) perangkat uji tanah dan pupuk

akan semakin dikenal dan digunakan secara lebih luas oleh petani dan praktisi pertanian

sehingga meningkatkan daya popularitas Balai Penelitian Tanah sebagai sumber inovasi

pemupukan berimbang dan pengelolaan bahan organik.

Page 43: LAPORAN AKHIR KEGIATAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lapakhir2011/lap... · laporan akhir kegiatan diseminasi hasil penelitian

 

 

37

VII. DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanah, 2010. Laporan Tahunan. Balai Penelitian Tanah. Bogor

Hartatik, W., D. Setyorini, L.R. Widowatidan S. Widati. 2005. Penelitian teknologi pengelolaan hara pada budidaya pertanian organik. Laporan Akhir 2005. Balai Penelitian Tanah Badan Litbang Pertanian.

Karama, S.S., A.R. Marzuki, dan I. Manwan. 1990. Penggunaan pupuk organik pada tanaman pangan. Prosiding Lokakarya Nasional Penggunaan Pupuk V. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Hal:395-425.

Kasno, A., Nurjaya dan Diah Setyorini. 2003. Status C-organik lahan sawah di Indonesia. Prosiding Kongres Nasional VIII Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI). Padang 21-23 Juli 2003.

Menteri Pertanian, 2006. Peraturan Menteri Pertanian No. 02/Pert/HK.060/2/2006 tentang Pupuk Organik dan Pembenah Tanah. Deptan 2006.

Pirngadi, K. 2009. Peran bahan organik dalam peningkatan produksi padi berkelanjutan mendukung ketahanan pangan nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian: 2 (1). Hal 48-64. Badan Litbang Pertanian.

Setyorini, D., D. Suriadikarta, D. Santoso, A.Kasno dan W. Suastika. 2006. Pengembangan pupuk majemuk NPK Pusri untuk tanaman pangan dan hortikultura serta pembentukan Desa Binaan Pusri. Balai Penelitian Tanah. Badan Litbang Pertanian.