Laporan AC
-
Upload
fajar-muhammad -
Category
Documents
-
view
55 -
download
2
description
Transcript of Laporan AC
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumber energi baik itu yang habis ataupun dapat diperbarui hingga saat ini
semakin menipis ketersediannya. Air, mineral, batubara, dll, dikonsumsi manusia
secara berlebihan untuk berbagai kebutuhan. Kondisi ini tentunya sangat
mengancam keberlangsungan hidup manusia, dan jika krisis ini terus berlanjut
maka manusia akan semakin sulit bertahan hidup dan mengalami kemunduran
kualitas hidup. Listrik yang merupakan energi primer yang dibutuhkan manusia
saat ini pun semakin langka.
Gejala-gejala krisis seperti pemadaman listrik oleh perusahaan penghasil listrik
di Indonesia khususnya, semakin sering terjadi yang mengakibatkan terganggunya
aktivitas manusia di waktu produktif. Kejadian ini menunjukan bahwa pasokan
listrik di Negara ini belum dapat terpenuhi secara massif, yang disebabkan
kurangnya sumber daya yang memadai. Melihat permasalahan tersebut, maka
sangat dibutuhkan alternatif sumber daya penghasil listrik yang dapat
dimanfaatkan dengan efisien. Perkembangan teknologi di era ini, banyak
menghasilkan gagasan mengenai pemanfaatan sumber energi terbuang, salah satu
contohnya adalah energi terbuang dari suatu mesin refrigerator atau AC.
Panas terbuang dari suatu mesin pendingin dapat terbuang begitu saja ke
lingkungan dengan sia-sia. Sementara energi panas dapat digunakan untuk
menghasilkan listrik, sehingga kekurangan pasokan listrik dapat tertutupi jika
konsep ini dilakukan secara massif oleh banyak orang. Pada praktikum ini, kita
akan mempelajari bagaimana panas terbuang suatu mesin pendingin AC dapat
dikonversi menjadi tenaga listrik dan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-
hari.
1.2. Identifikasi Masalah
Penjelasan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah yaitu
bagaimana prinsip kerja mesin AC, dan bagaimanakah cara mengubah energi
panas terbuang mesin AC menjadi energi listrik?
1.3. Tujuan Percobaan
1. Memahami prinsip kerja AC
2. Memahami cara kerja mesin AC
3. Memahami konversi energi
4. Menentukan temperature air di dalam tangki pemanas
1.4. Metoda Percobaan
Metoda percobaan yang dilakukan pada percobaan ini adalah metoda
eksperimen, yaitu mengambil data dari mesin AC pengubah energy panas menjadi
energy listrik, dan menganalisa parameter-parameter yang ada. Kemudian
digunakan pula metoda riset kepustakaan, yaitu mengumpulkan dasar teori untuk
mendukung analisa.
1.5. Sistematika Penulisan
Bab I : Berisi latar belakang, identifikasi masalah, tujuan percobaan, metoda
(kerangka percobaan), sistimatika penulisan, waktu dan tempat percobaan.
Bab II : Menjelaskan tentang dasar teori yaitu meliputi prinsip kerja AC dan
konversi energy.
Bab III : Berisi alat-alat yang digunakan pada percobaan dan prosedur
percobaan.
Bab IV : Berisi pembahasan tugas pendahuluan yang diberikan pada modul.
1.6. Waktu dan Tempat Percobaan
Waktu percobaan : Selasa, 7 April 2015
Tempat Percobaan : Laboratorium Fisika Energi FMIPA Unpad
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mesin Air Conditioning (AC)
Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisi udara merupakan modifikasi
pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk
memberikan udara yang sejuk dan menyediakan uap air yang dibutuhkan bagi
tubuh. AC juga dimanfaatkan sebagai salah satu cara dalam upaya peningkatan
produktivitas kerja dan kenyamanan manusia dalam beraktivitas dalam ruangan.
Tingkat kenyamanan suatu ruang juga ditentukan oleh temperatur, kelembapan,
sirkulasi dan tingkat kebersihan udara.
Untuk dapat menghasilkan udara dengan kondisi yang diinginkan, maka
peralatan yang dipasang harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan beban
pendinginan yang dimiliki ruangan tersebut.Untuk itu diperlukan survey dan
menentukan besarnya beban pendinginan. Secara garis besar beban pendinginan
terbagi atas dua kelompok,yaitu beban pendinginan sensibel dan beban
pendinginan laten. Beban pendinginan sensibel adalah beban panas yang
dipengaruhi oleh perbedaan suhu, seperti beban panas yang lewat kontruksi
bangunan, peralatan elektronik, lampu, dll. Sedangkan beban pendinginan laten
adalah beban yang dipengaruhi oleh adanya perbedaan kelembaban udara.
Gambar 2.1. Rangkaian mesin AC
2.2. Prinsip Kerja Mesin Pendingin AC
2.2.1. Siklus Aliran Refrigran
Mesin pendingin udara ruangan (Air Conditioner/AC) adalah alat yang
menghasilkan dingin dengan cara menyerap udara panas sekitar ruangan. Proses
udara menjadi dingin adalah akibat dari adanya pemindahan panas. Sedangkan
bahan yang digunakan sebagai bahan pendingin dalam mesin pendingin disebut
refrigeran. Di dalam Air Conditioner dibagi menjadi 2 ruang. Ruang dalam dan
ruangluar. Dibagian ruang dalam udaranya dingin karena adanya proses
pendinginan. Dibagian ruang luar digunakan untuk melepaskan panas ke udara
sekitar.
Secara umum gambaran mengenai prinsip kerja AC adalah:
· Penyerapan panas oleh evaporator
· Pemompaan panas oleh kompresor
· Pelepasan panas oleh kondensor
Prinsip kerjan AC tidak berbeda jauh dengan prinsip pada kulkas, hanya saja
pada AC pemindahan panas diperlukan energi tambahan yang ekstra besar karena
yang udara didinginkan skalanya lebih besar dan banyak. Didalam mesin Air
Conditioner (AC) bentuk refrigeran berubah-ubah bentuk dari bentuk gas ke
bentuk cairan. Pada kompresor refrigeran masih berupa uap, tekanan dan
panasnya dinaikkan dengan cara dimampatkan oleh piston dalam silinder
kompresor. Kemudian uap panas tersebut didinginkan pada saluran pipa
kondensor agar menjadi cairan. Pada saluran pipa kondenser diberi kipas untuk
mempercepat proses pendinginan. Proses pelapasan panas ini disebut teknik
pengembunan. Selanjutnya cairan refrigeran dimasukkan ke dalam evaporator dan
dikurangi tekanannya sehingga menguap dan menyerap panas udara sekitar. Di
dalam AC bagian dalam ruangan, udara dingin disebarkan menggunakan kipas
blower. Dalam bentuk uap (gas) refrigeran dihisap lagi oloeh kompresor.
Demikian proses tersebut berulang terus sampai gas habis terpakai dan harus diisi
kembali.
(a) (b)
Gambar 2.2. (a) Diagram alur AC (b) Diagram aliran refrigerant
2.2.2. Siklus Aliran Udara
Dibagian ruang dalam yang udara di sekitarnya panas akan digantikan oleh
udara yang telah didinginkan melalui kipas blower. Udara panas akan terserap
masuk ke dalam kipas blower dan didinginkan didalam ruang kipas blower.
Gambar 2.3. Siklus aliran udara AC
Di bagian luar ruangan terdapat kondesor yang melepas panas refrigerant setelah
proses pemampatan kompresor. Untuk mempercepat proses pelepasan panas maka
ditambahkan kipas.
2.3. Komponen Utama Mesin Pendingin AC
2.3.1. Refrigerant
Untuk terjadinya suatu proses pendinginan diperlukan suatu bahan yang mudah
dirubah bentuknya dari gas mendadi cair atau sebaliknya (refrigeran) untuk
mengambil panas dari evaporator dan membuangnya dikondensor. Karakteristik
thermodinamika antara lain meliputi temperature penguapan, tekanan penguapan,
temperatur pengembunan, dan tekanan pengembunan.
2.3.2. Kompresor
Kompresor atau pompa isap mempunyai fungsi yang vital. Dengan adanya
kompresor, refrigerant bisa mengalir ke seluruh sistem pendingin. Sistem kerjanya
adalah dengan mengubah tekanan, sehingga terjadi perbedaan tekanan yang
memungkinkan refrigeran mengalir (berpindah) dari sisi bertekanan rendah ke sisi
bertekanan tinggi. Ketika bekerja, refrigerant yang dihisap dari evaporator
dengan suhu dan tekanan rendah dimampatkan sehingga suhu dan tekanannya
naik. Gas yang dimampatkan ini ditekan keluar dari kompresor lalu dialirkan ke
kondensor, tinggi rendahnya suhu dikontrol dengan thermostat.
2.3.3. Evaporator (Penguap)
Evaporator adalah komponen pada sistem pendingin yang berfungsi sebagai
penukar kalor, serta bertugas menguapkan refrigeran dalam sistem, sebelum
dihisap oleh kompresor. Panas udara sekeliling diserap evaporator yang
menyebabkan suhu udara disekeliling evaporator turun. Suhu udara yang rendah
ini dipindahkan ketempat lain dengan jalan dihembus oleh kipas, yang
menyebabkan terjadinya aliran udara. Ada beberapa macam evaporator sesuai
tujuan penggunaannya dan bentuknya dapat berbeda-beda.
Hal tersebut disebabkan karena media yang hendak didinginkan dapat berupa
gas, cairan atau padat. Maka evaporator dapat dibagi menjadi beberapa golongan,
sesuai dengan refrigeran yang ada di dalamnya, yaitu : jenis ekspansi kering, jenis
setengah basah, jenis basah, dan sistem pompa cairan.
2.3.4. Kondensor
Kondensor berfungsi untuk membuang kalor yang diserap dari evaporator dan
panas yang diperoleh dari kompresor, serta mengubah wujud gas menjadi cair.
Banyak jenis kondensor yang dipakai, untuk kulkas rumah tangga digunakan
kondensor dengan pendingin air. Jenis lain kondensor berpendingin air memiliki
pipa-pipa yang dapat dibersihkan.
2.3.5. Katup Ekspansi
Katup ekspansi ini dipergunakan untuk menurunkan tekanan dan untuk
mengekspansikan secara adiabatik cairan yang bertekanan dan bertemperatur
tinggi sampai mencapai tingkat tekanan dan temperatur rendah, atau
mengekspansikan refrigeran cair dari tekanan kondensasi ke tekanan evaporasi,
refrigerant cair diinjeksikan keluar melalui oriffice, refrigerant segera berubah
menjadi kabut yang tekanan dan temperaturnya rendah. Selain itu, katup ekspansi
juga sebagai alat kontrol refrigerasi yang berfungsi :
1. Mengatur jumlah refrigeran yang mengalir dari pipa cair menuju evaporator
sesuai dengan laju penguapan pada evaporator.
2. Mempertahankan perbedaan tekanan antara kondensor dan evaporator agar
penguapan pada evaporator berlangsung pada tekanan kerjanya.
2.3.6. Kipas
Fungsi kipas pada AC digunakan untuk mengalirkan udara dalam sistem. Kipas
yang sering digunakan dalam sistem AC yaitu kipas sentrifugal (blower) dan
kipas propelar. Kipas sentrifugal atau blower diletakkan di dalam ruangan. Fungsi
blower adalah meniup udara dingin di dalam ruangan. Sedangkan kipas propelar
diletakkan di luar ruangan tugasnya membuang udara panas pada sisi belakang
atau aplikasi kondensor.
2.3.7. Motor Listrik
Pada AC, motor listrik dipakai sebagai penggerak kompresor, pompa dan
kipas. Pengubahan energi listrik menjadi energi mekanik dilakukan dengan
memanfaatkan sifat-sifat gaya magnetik.
2.3.8. Thermostat
Thermostat adalah sebuah alat untuk mendeteksi temperatur ruangan operasi agar
tetap pada kondisi temperatur yang diinginkan. Alat pendeteksi yang digunakan
biasanya berupa bimetal yang sensitif terhadap perubahan temperatur ruangan.
Dan alat ini tidak menggunakan arus listrik.
2.4. Termodinamika Sistem Refrigerasi
Pada sistem pendingin, terjadi siklus refrigerasi uap carnot yang merupakan
kebalikan dari siklus daya uap carnot.
Gambar 2.4. Siklus refrigerasi uap carnot
Pada siklus, refrigeran bersirkulasi melalui urutan beberapa komponen. Semua
proses secara internal reversibel. Perpindahan kalor antara refrigeran dan setiap
bagian terjadi tanpa perubahan temperatur, dan tidak ada terjadi ireversibilitas
eksternal. Refrigeran masuk ke evaporator dalam bentuk 2 fase yaitu campuran
cairan dan uap pada titik 4.
Pada evaporator sebagian refrigeran berubah fase dari cair ke uap karena
perpindahan kalor dari daerah yang bertemperatur TC ke refrigeran. Temperatur
dan tekanan refrigeran tetap konstan selama proses dari titik 4 ke titik 1.
Refrigeran kemudian di kompresi secara adiabatik dart titik 1, dimana refrigeran
berada pada kondisi 2 fase campuran cair-uap, ke titik 2 dimana fase menjadi uap
jenuh. Selama proses ini temperatur refrigeran naik dari TC ke TH, dan tekanan
juga naik.
Kemudian refrigeran masuk ke kondenser dimana fase refrigeran akan berubah
menjadi cairan jenuh karena terjadi perpindahan kalor kepada daerah yang
bertemperatur TH. Temperatur dan tekanan tetap konstan selama proses 2 ke 3.
Refrigeran kembali kekondisi pada saat masuk evaporator melalui proses ekspansi
adiabatik pada turbin yaitu titik 3 ke titik 4. Pada proses ini temperatur turun dari
TH ke TC dan juga terjadi penurunan tekanan.
Karena siklus refrigerasi uap Carnot terdiri dari proses reversibel, luas daerah
pada diagaram T-s adalah besar perpindahan kalor. Luas daerah 1-a-b-4-1 adalah
kalor yang ditambahkan ke refrigeran dari daerah dingin dan luas daerah 2-a-b-3-2
adalah kalor yang dilepaskan ke daerah panas. Daerah tertutup 1-2-3-4-1 adalah
perpindahan kalor bersih yang dipindahkan dari refrigeran.
Koefisien performansi (COP) atau β dari siklus refrigerasi adalah:
β=˙Q /¿ m
Wc /m−Wt /m¿
¿Tc(Sa−Sb)
(T H−Tc )−(Sa−Sb)
(1)
2.4.1. Refrigerasi Kompresi Uap
Pada sisi evaporator, laju keseimbangan energi dan massa adalah :
(2)
Laju keseimbangan energi dan massa pada kompresor :
(3)
Pada sisi kondenser :
(4)
Akhirnya refrigeran memasuki katup throtle atau katup ekspansi. Proses ini
disebut proses throttling dimana:
(5)
Tekanan refrigeran menurun karena ekspansi adiabatik ireversibel dan
terjadi kenaikan entropi. Refrigeran keluar dari katup pada titik 4 sebagai
campuran 2 fase cair-uap.
Koefisien performansi sistem seperti gambar 3 adalah :
(6)
2.4.2. Kerja Sistem Kompresi Uap
Pada siklus kompresi uap ideal maka siklusnya adalah 1-2s-3-4-1 pada diagram T-
s pada gambar 2.5.
Gambar 2.5. Gambar diagram T-S siklus kompresi uap
Siklus terdiri dari proses-proses berikut:
Proses 1-2s : kompresi isentropik refrigeran dari titik 1 ke tekanan kondenser pada
titik 2s
Proses 2s-3 : perpindahan kalor dari refrigeran ketika mengalir pada tekanan
konstan melewati kondenser.
Proses 3-4 : proses throttling dari titik 3 ke campuran 2 fase cair-uap.
Proses 4-1 : perpindahan kalor ke refrigeran ketika mengalir pada tekanan konstan
melalui evaporator.
Semua proses diatas secara internal adalah reversibel kecuali pada proses
throttling. Walaupun ada proses ireversibel ini, siklus dianggap ideal. Siklus 1-2-
3-4-1 merupakan siklus aktual dimana terjadi proses ireversibel pada proses
kompresi dari 1 ke 2 dan membutuhkan kerja input yang lebih besar. Efisiensi
kompresor isentropik dirumuskan :
(7)
Hal-hal lain yang merupakan penyimpangan dari kondisi ideal adalah jatuh
tekanan ketika refrigeran mengalir melalui evaporator, kondenser dan sambungan-
sambungan pipa dari berbagai komponen.
BAB III
METODA PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan Percobaan
1. Seperangkat peralatan mesin air conditioner (AC)
Mesin AC yang digunakan adalah tipe split dengan kapasitas 1 hp,
adapun data spesifikasi dari mesin ini adalah sebagai berikut :
Model DG-09Gz
Kapasitas 1 hp (9000 btu/h) = 2636,98 W
Daya listrik 980 Watt
Jenis Refrigerant R-22
Tekanan kondensor = 2,7 Ma
Tekanan evaporator = 0,65 Mpa
Arus listrik = 4,5 – 5,5 Ampere
Tegangan listrik = 220 – 240 V
2. Alat ukur temperatur ruang
3. Alat ukut kelembaban
4. Alat ukur tegangan dan alat ukur arus
5. Alat ukur waktu
6. Alat ukur penukar panas. Alat ukur penukar panas yang digunakan dari
bahan tembaga dan mempunyai konfigurasi koil tipe heliks dengan
diameter pipa ¼ inchi dan panjang 12 m
7. Tangki air
3.2. Prosedur Percobaan
1. Menyusun alat seperti gambar 4
2. Mengukur debit aliran di beberapa titik pengukuran
3. Mengamati kenaikan temperature air dalam tangki terhadap waktu
4. Mengukur COP (Coefisien of performance)sebelum dihubungkan
dengan pemanas. (COP mesin AC menunjukkan perbandingan antara
besarnya kapasitas pendingin dengan daya kompesor)
5. Mengukur COP setelah dihubungkan dengan pemanas
Gambar 4. Blok diagram mesin AC beserta alat pemanasnya
t (menit) T1 (˚C) T2 (˚C) T3 (˚C) T4 (˚C) T5 (˚C) T6 (˚C) P1 (psi) P2 (psi) P3 (psi) V (V) I (A)0 37 51 22 28 38 26 46 155 205 220 2.23 34 60 26 29 49 30 50 185 210 220 2.26 35 63 26 29 39 65 52 190 215 220 2.29 36 65 26 30 39 36 54 195 220 220 2.2
12 36 67 26 30 39 35 54 196 222 220 2.215 37 69 26 30 47 37 55 200 225 220 2.218 37 70 26 30 49 38 55.5 200 225 220 2.221 37 71 26 30 48 39 56 200 225 220 2.224 38 72 26 30 42 42 56 200 225 220 2.227 38 72 26 30 53 41 56 200 227 220 2.230 38 72 26 30 38 55 56.5 200 227 220 2.2
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Percobaan
4.1.1. Pengoperasian AC Sebagai Pendingin Ruangan
t (menit) T1 (˚C) T2 (˚C) T3 (˚C) T4 (˚C) P1 (psi) P2 (psi) P3 (psi) V (V) I (A)0 34 39 24 28 49 185 202 220 2.23 42 50 24 28 53 195 205 220 2.26 47 56 24 28 54 198 213 220 2.29 51 61 25 29 55 200 215 220 2.212 53 64 25 29 56 202 217 220 2.215 54 66 25 29 57 205 220 220 2.218 55 68 26 29 57 205 220 220 2.221 56 69 26 30 57 206 220 220 2.224 56 69 26 30 57 206 220 220 2.227 57 70 26 30 57.5 207 222 220 2.230 57 70 26 30 58 207 222 220 2.2
4.1.2. Pengoperasian AC Sebagai Pendingin Ruangan dan Pemanas Air
t (menit) h1 h2 h4 β0 256.743 257.746 81.1607 174.9993 258.348 259.953 81.1607 110.3746 259.351 261.157 81.1607 98.66599 260.154 261.466 82.4478 135.493
12 260.555 261.98 82.4478 125.01715 260.756 262 82.4478 143.33518 260.957 262.01 82.4478 169.4721 261.157 262.01 83.735 208.07924 261.157 262.01 83.735 208.07927 261.358 262.02 83.735 268.31330 261.358 262.02 83.735 268.313
t (menit) h1 h2 h4 β0 257.345 260.154 81.1607 62.71383 256.743 261.96 82.4478 33.40696 256.943 261.978 82.4478 34.66229 257.144 261.99 83.735 35.7839
12 257.144 262 83.735 35.710315 257.345 262.01 83.735 37.212718 257.345 262.02 83.735 37.133121 257.345 262.03 83.735 37.053924 257.545 262.03 83.735 38.756627 257.545 262.03 83.735 38.756630 257.545 262.03 83.735 38.7566
4.2. Pengolahan Data
4.2.1. Perhitungan COP dan Grafik COP terhadap Waktu
COP dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
β=h1−h4
h2−h1
4.2.1.1. COP Pendingin Ruangan
4.2.1.2. COP Pendingin Ruangan dan Pemanas Air
4.2.1.3. Grafik COP Terhadap Waktu
4.2.2. Grafik Suhu terhadap Waktu
4.2.2.1. Pendingin Ruangan
0 5 10 15 20 25 30 350
10
20
30
40
50
60
70
80
Grafik Suhu terhadap waktu
T1T2T3T4
t (menit)
T (˚
C)
4.2.2.2. Pendingin Ruangan dan Pemanas Air
4.3. Analisa
DAFTAR PUSTAKA
1. Hardianto, Y. 2014. Sistem Refrigasi. http://eprints.undip.ac.id/41112/3/BAB
_II.pdf
2. Yunus, Asyari D. 2010. Termodinamika Teknik II. http://ft.unsada.ac.id/ wp-
content/uploads/2010/02/bab3-tm2.pdf
3. Anonim. 2003. Teknik Dasar AC. http://psbtik.smkn1cms.net/elektro/ jaringan
_akses_pelanggan/teknik_dasar_ac.pdf
0 5 10 15 20 25 30 350
10
20
30
40
50
60
70
80
Grafik Suhu terhadap Waktu
T1T2T3T4T5T6
t (menit)
T (˚
C)