laporan

18

Click here to load reader

description

laporan 2

Transcript of laporan

Page 1: laporan

Laporan Praktikum Tgl : 3 Maret 2015SediaanFarmasidanTerapiUmum Waktu : 08.30 – 11.00WIB

Kelompok : 08 Pagi

SERBUK TAK TERBAGI

Oleh:

No.

Nama mahasiswa NIM Tandatangan

1. FirdauziAkar W. B04110094

2. Filika A. S. B04110129

LABORATORIUM FARMASIDEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWANINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015

Page 2: laporan

PENDAHULUAN

Latar belakang

Kampsul merupakan bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih macam obat dan bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai (Ansel 1989). Selain dapat dibuat dengan gelatin sapi, kapsul juga dapat dibuat dengan rumput laut untuk mengatasi pasien yang vegetarian. Mothes dan Dublanc merupakan dua orang Perancis yang biasa dihubungkan

dengan penemuan kapsul gelatin yang terdiri dari satu bagian, berbentuk lonjong,

ditutup dengan setetes larutan pekat gelatin panas sesudah diisi. Kapsul yang

terdiri dari dua bagian ditemukan oleh James Murdock dari London (Lachman

1994). Gelatin larut dalam air panas dan dalam cairan lambung yang hangat,

kapsul gelatin melepaskan isinya dengan cepat. Gelatin sebagai protein dicerna

dan diabsorbsi (Anief, 2000).

           Kapsul keras biasanya terbuat dari gelatin yang terdiri dari

cangkang kapsul bagian badan dan bagian tutup kapsul. Kedua bagian tutup

kapsul ini akan saling menutupi bila dipertemukan dan bagian tutupnya akan

menyelubungi bagian badan kapsul. Gelatin mempunyai beberapa kekurangan,

jika disimpan dalam keadaan lembab atau berair dapat menjadi media mikroba

hidup dan berkembang. Sebagai contoh yang lain, cangkang kapsul gelatin

menjadi rapuh jika disimpan pada kondisi kelembaban relatif yang rendah.

Selanjutnya, Kapsul gelatin tidak dapat menghindari efek samping obat yang

mengiritasi lambung, seperti Indometasin.

 Ada beberapa macam penggolongan kapsul, yakni kapsul keras, kapsul

lunak, kapsul tepung, dan kapsul salut enterik. Kapsul keras biasanya digunakan

untuk obat berbentuk padat atau cair yang tidak mudah rusak. Cangkang kapsul

ini umumnya berbentuk tabung silinder berujung bulat, terdiri dari wadah tertutup

dan terbuat dari gelatin dan air. Kapsul kenyal dapat disi dengan zat padat,

setengah padat, atau cairan. Sama halnya dengan kapsul keras, kapsul kenyal

terbuat dari gelatin dan air, untuk kekenyalannya ditambah gliserol atau sorbitol.

Page 3: laporan

Kapsul lunak memiliki kelebihan lebih mudah ditelan oleh pasien. Kapsul tepung

disebut juga ouwel yang dibuat dari amilum atau tepung ditambah dengan air dan

zat pengawet. Bantuk kapsul ini umumnya bulat atau silinder. Kapsul salut enterik

adlah kapsul yang disalut sedemikian rupa sehingga tidak larut dalam lambung

tetapi larut dalam usus (Chaerunnisa, 2009). Praktikum kali ini akan mempelajari

cara pembuatan obat menggunakan media kapsul keras yang diisi dengan sediaan

pulveres yang berfungsi sebagai obat sakit perut.

TujuanTujuan dilakukan praktikum ini adalah mengetahui cara pembuatan obat

kapsul pulveres.

TINJAUAN PUSTAKA

Kapsul

Kapsul sering didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat dimana terdapat

satu atau lebih macam obat dan bahan tambahan laiinnya yang dimasukkan

kedalam cangkang atau wadah kecil yang umumnya dibuat dari gelatin yang

sesuai. Kapsul yang terbuat dari gelatin bisa menjadi keras atau lunak tergantung

dari bahan tambahan saat pembuatan kapsul. Kapsul gelatin yang keras sering

digunakan oleh ahli farmasi dalam menggabungkan obat dalam bentuk serbuk.

Sedangkan kapsul gelatin lunak dibuat dari gelatin yang ditambahkan dengan

gliserin atau alkohol polivalen dan sorbitol supaya gelatin bersifat elastis. Kapsul

lunak juga sering diisi dengan sediaan yang berbentuk semisolid atau cair

(Blodinger 1994).

Kapsul keras tidak boleh digunakan untuk bahan-bahan yang sangat mudah

mencair dan sangat mudah menguap. Bahan yang mudah mencair akan

memperlunak kapsul, sedangkan bahan yang mudah menguap akan mengeringkan

kapsul dan menyebabkan kerapuhan. Oleh sebab itu, dehidrasi dapat dihambat

Page 4: laporan

dengan menggunakan sedikit minyak inert pada campuran serbuk sediaan obat

yang akan dimasukkan ke dalam kapsul. Kapsul yang disimpan di tempat yang

lembab akan dengan mudah dirusak oleh mikroba, maka menurut Lachman

(1994) sebaiknya pada pembuatan kapsul ditambah dengan bahan pengawet untuk

mencegah timbulnya jamur dalam kapsul.

Sediaan dalam bentuk kapsul memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan dari sediaan bentuk kapsul, adalah: bentuknya menarik dan praktis,

cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa dan

berbau tidak enak, mudah ditelan dan aka melindungi bahan sediaan obat yang

berada di dalam kapsul dari asam lambung sehingga sediaan obat dapat di cerna

dengan baik, dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis

yang berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien, serta kapsul dapat diisi dengan cepat

karena tidak memerlukan zat tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil

maupun tablet. Kekurangan dari sediaan kapsul adalah, tidak dapat gunakan untuk

membungkus zat-zatyang mudah menguap karena pori-pori kapsul tidak dapat

menahan penguapan, tidak bisa untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap

lembab), tidak bisa untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul,

dan tidak bisa untuk balita.

Parasetamol

Gambar 1: Struktur parasetamol (Lacy 2006)

Parasetamol atau disebut juga dengan asetaminofen termasuk dalam

golongan obat penurun demam (antipiretik) dan penghilang nyeri (analgesik)

untuk nyeri ringan hingga sedang (Kibbe, A.H. 2000). Akan tetapi parasetamol

tidak menimbulkan iritasi di lambung sehingga bisa diminum sebelum makan.

Berbeda dengan obat analgesic yang lain seperti aspirin dan ibuprofen,

parasetamol tidak memiliki sifat antiradang. Maka parasetamol tidak tergolong

dalam obat jenis NSAID. Penggunaan parasetamol dalam dosis normal tidak akan

mengiritasi mukosa lambung atau menyebabkan embolus pada darah.

Page 5: laporan

Parasetamol tidak boleh digunakan melebihi 4g per hari untuk dewasa dan

2,6 per hari untuk anak-anak karena dapat menyebabkan overdosis. Overdosis

dapat terjadi pada pengguna akut atau berulang. Overdosis parasetamol akut dapat

terjadi jika seseorang mengkonsumsi parasetamol dalam dosis besar dalam waktu

8 jam atau kurang. Overdosis akut dapat menyebabkan kejadian toksik pada hati

(hepatotoksik) dan kerusakan sel ginjal. Sedangkan overdosis pada pengguna

berulang dapat menyebabkan anemia dan gangguan saluran penernaan.

Resiko kejadiaan hepatotoksi dapat meningkat apabila parasetamol

digunakan bersamaan dengan obat-obat lain, seperti: karbamazepin, fenitoin,

barbiturate, rifampisin, dan sulfinpirazon (Chairun, 2006). Gejala awal dari pasien

yang mengalami hepatotoksik adalah: mual, muntah, berkeringat, dan

ketidaknyamanan

Sulfaguanidin

Gambar 2: Struktur Sulfaguanidin (Lacy 2006)

Sulfaguanidin memiliki ciri-ciri, yaitu: bentuk bubuk putih, warnanya akan

makin tua jika terkena cahaya, hampir tidak berbau dan rasanya tawar,

sulfaguanidin akan larut sempurna jika 1 g sulfaguanidin dicampur dengan 5 ml

asam klorida P dan 5 ml air sehingga diperoleh larutan berwana kuning pucat.

Page 6: laporan

Sulfaguanidin merupakan antibakteri yang digunakan untuk mengatasi infeksi

pada saluran pencernaan (Schunack et al 1990). Sintesis sulfaguanidin diperoleh

dengan kondensasi p-aminobenzen sulfoniklorida dengan guanidine dan produk

yang terbentuk dihidrolisis dengan NaOH. Sulfaguanidin mengandung tidak

kurang dari 99% C7H10O2N4S yang dihitung terhadap zat yang telah

dikeringkan selama empat jam pada 110° (Farmakope Indonesia 1962).

Sulfaguanidin merupakan obat sulfonamide usus. Obat sulfonamide usus

diresorpsi oleh usus sebanyak 5-10% sehingga menghasilkan konsentrasi obat

yang tinggi di dalam usus besar. Persentase resorpsi dari sufaguanidin cukup baik

yaitu 50% sehingga obat ini dapat dijadikan pilihan menjadi obat anti bacterial

pada usus. Dosis penggunaan dari sulfaguanidin adalah dosis awal 1 g, kemudian

diikuti 0,5 g setiap 4 jam, sampai infeksi terkendali.

PAPAVERIN HCL

Gambar 3: Struktur Papaverin HCl (Lacy 2006)

Papaverin HCl merupakan obat antispasmodic. Papaverin HCl adalah

hidroklorida dari 6: 7: 3’: 4’- tetrametoksi-benzilisokinolina (Farmakope

Indonesia 1962). Sediaan ini akan larut sempurna jika 0,2 g papaverin HCl

dilarutkan di dalam 10 ml air yang baru dididihkan dan dan didinginkan yang

menghasilkan larutan yang tidak berwarna (Gennaro, A.R. 1990).

Papaverin HCl diserap dengan cepat pada saruan pencernaan, secara oral

faktor penyerapannya sebesar 54%, dan dimetabolisme di hati. Bahan obat

tersebut terdeposit pada lemak dan di hati, sisanya didistribusikan ke seluruh

tubuh, 90% berikatan dengan protein.

Papaverin HCl bekerja secara langsung untuk merelaksasikan tonus pada

otot polos, khususnya ketika terjadi kontraksi spasmodic yang disebabkan oleh

vasodilatasi pembuluh darah coroner, cerebral, pulmonum, dan arteri peripheral.

Contohnya merelaksasikan otot polos pada bronchus, saluran pencernaan, ureter,

dan sistem biliary.

Page 7: laporan

Sacharum Lactis

Sacharum lactis adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat.Nama resmi           :  LaktosaSinonim                 :  Laktosa, laktosumPemerian             :  Berupa serbuk atau massa hablur, keras, putih atau

putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis.Kelarutan              :  Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air

mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.

Hikroskopik          : Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau dan tidak terpengaruh dengan kelembapan suhu ruangan.

Kegunaan              : Sebagai bahan pengisi (Wientarsih 2015)

METODE

Alat dan BahanAlat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan halus dan

anak timbangan, pot plastik, mortar dan stamper, sudip, spatula stainless steel dan

tanduk, sendok tanduk, pipet, kapsul gelatin, dan etiket. Bahan-bahan yang

diperlukan adalah parasetamol, sulfaguanidin, papaverin HCl, dan sacharum

lactis.

MetodeSediaan obat yang akan dibuat, menggunakan obat keras yaitu papaverin

HCl. Oleh karena itu perlu dihitung dosis maksimum obat keras tersebut. Cara

perhitungannya adalah sebagai berikut:

Rumus: n x DM n + 12

DM sekali = 250 mgDM sehari = 1000 mg

sekali = 3 x 250 3 + 12 = 50 mg = 0.05mg sehari = 3 x 1000 3 + 12 = 200 mg = 0.2 mg

% sekali = 0.03 x 100% 0.05 = 60 %

Page 8: laporan

% sehari = 3 x 0.03 x 100% 0.2 = 45 %

Cara pembuatan sediaan obatnya adalah semua bahan ditimbang terlebih

dahulu dengan timbangan yang telah disiapkan dan dialasi kertas perkamen.

Parasetamol ditimbang sebanyak 2 g, sulfaguanidin 1 g, papaverin HCl 0.2 g,

Sacharum Lactis (SL) 1 g, SL dibagi 3 bagian menurut perkiraan mata. Masing-

masing bahan yang akan ditimbang dialasi dulu dengan kertas perkamen pada

anak timbangan dan digunakan sendok tanduk dalam pengambilan bahan tersebut.

Setelah semua bahan ditimbang, kemudian mortar kering dan bersih

disiapkan lalu sedikit SL digerus lalu Papaverin HCl dimasukkan dan digerus

kemudian SL ditambah 1/3 nya lalu digerus hingga homogen dan dipisahkan

sebagai campuran 1. Selanjutnya sulfaguanidin dimasukkan dan digerus lalu

ditambah 1/3 SL lalu digerus hingga homogen setelah itu dicampur dengan

campuran 1 dan digerus lagi hingga homogen dan dipisahkan sebagai campuran 2.

Setelah itu parasetamol digerus dan ditambah dengan sisa SL lalu digerus hingga

homogen kemudian ditambah dengan campuran 2 dan digerus hingga homogen.

Seluruh serbuk yang dihasilkan ditimbang dan dibagi menjadi 2 bagian

lalu masing-masing bagian dibagi lagi menjadi 5 bagian lalu setiap bagian

dimasukkan ke dalam kapsul gelatin sehingga diperoleh 10 kapsul. Semua kapsul

tersebut dimasukkan ke dalam pot plastik dan diberi etiket warna putih serta

dilabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Page 9: laporan

Gambar 4: Hasil pembuatan serbuk tak terbagi

Pembahasan

Praktikum kali ini yaitu pembuatan serbuk terbagi (pulveres) yang

dikemas di dalam kapsul. Serbuk terbagi merupakan serbuk yang dibagi dalam

bobot yang sama kemudian diletakkan dalam suatu media tertentu misalnya kertas

perkamen atau kapsul untuk sekali pemakaian. Serbuk merupakan campuran

bahan obat zat kimia yang dihaluskan serta dapat diberikan untuk penggunaan

interna dengan pemberian secara peroral atau untuk pemakaian eksterna sebagai

serbuk tabur dengan pemberian secara topical. Etiket yang digunakan pada

praktikum kali ini adalah berwarna putih, hal ini disebabkan karena sediaan ini

adalah sediaan yang digunakan untuk pengobatan dalam.

Bahan – bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah

parasetamol, sulfaguanidin, papaverin HCl, dan sacharum lactis. Elaeosh

menthapip tidak digunakan karena sediaan obat yang diletakkan di dalam kapsul

tidak akan menimbulkan bau. Seluruh bahan yang digunakan pada praktikum kali

ini berbentuk serbuk yang kemudian dihomogenkan dengan cara digerus

menggunakan mortar dan stamper. Pencampuran dimulai dengan memasukkan

sacharum lactis terlebih dahulu untuk menutupi pori-pori mortar. Bahan ini adalah

bahan tambahan dan berjumlah banyak sehingga dapat mengantisipasi

berkurangnya bahan aktif utama. Setelah kedua sediaan homogeny sisihkan di

Page 10: laporan

samping mortar. selanjutnya, Papaverin HCl sebagai obat keras dalam resep ini

dimasukkan ke dalam mortar, ditambah dengan 1/3 bagian dari sacharum lactis.

Papaverin berupa serbuk hablur berwarna putih dan tidak berbau. Bahan

ini memiliki manfaat sebagai anti spasmodik. Pada penyakit saluran pencernaan,

bahan ini penting karena bekerja merelaksasikan otot polos dan bekerja langsung

pada otot tersebut. Selain bekerja pada saluran cerna, papaverin juga diindikasikan

pada spasmus bronchus, saluran empedu, dan salurin urin serta uterus, juga

digunakan pada gangguan pasokan darah perifer dan angina pectoris walaupun

dalam hal ini banyak dipertentangkan khasiatnya (Mutschler 1991). Karena

merelaksasi otot polos, maka otot pembuluh darah pun ikut terpengaruh sehingga

efeknya sama seperti pada usus. Efek terutama tampak jelas pada kenaikan tonus.

Dalam aplikasinya, papaverin memiliki efek samping seperti gangguan

kardiovaskular (pada aplikasi dengan rute intravena), pusing, sakit kepala,

obstipasi, dan meningkatnya transpirasi (Mutschler 1991). Oleh karena itu, obat

ini juga mengandung parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik. Gangguan

pada saluran cerna sering menimbulkan rasa nyeri. Nyeri pada bagian visceral

terjadi karena adanya tegangan organ perut, kejang otot polos, aliran darah

kurang, dan penyakit yang disertai radang. Rasa nyeri tersebut dapat diatasi

dengan pemberian parasetamol. Gejala demam yang mungkin ditimbulkan oleh

gangguan pencernaan pun diatasi oleh parasetamol. Parasetamol atau

asetaminofen merupakan sediaan berupa serbuk hablur berwarna putih dan

tidak berbau.

Bahan lainnya yang terdapat dalam resep yaitu sulfaguanidin. Bahan ini

juga berupa serbuk hablur berwarna putih atau hampir putih dan tidak berbau atau

hampir tidak berbau. Penyakit saluran cerna kerap kali ditimbulkan oleh bakteri

sehingga bahan ini penting dimasukkan karena berfungsi sebagai antibakteri.

Keterangan pada resep yaitu m.f.pulv. da in caps No.X (misce fac pulveres

da in capsule numero decem) bermaksud bahwa sediaan serbuk dicampur dan

dibuat untuk dibagi sebanyak sepuluh takaran. Maka serbuk yang telah dicampur

dibagi ke dalam 10 kertas perkamen. Pembagian didasarkan pada perkiraan mata.

Setelah itu, sediaan obat pada kertas perkamen tersebut masukkan kedalam kapsul

dengan ditekan-tekan lobang dari body capsul ke sediaan sampai terisi penuh dan

Page 11: laporan

tidak ada sisa lagi sediaan di kertas perkamen kemudian tutup menggunakan caps

kapsul sampe tertutup rapat supaya tidak ada sediaan yang keluar dari kapsul.

kemudian kesepuluh kapsul tersebut dimasukkan ke dalam pot plastik. Bahan-

bahan aktif dalam obat sensitif terhadap cahaya sehingga penyimpanan harus

dalam wadah tertutup dan tidak tembus cahaya agar efek obat tidak berkurang.

Pot plastik yang telah berisi obat ditempel dengan etiket berwarna putih

karena obat ini merupakan obat dalam (diaplikasikan per oral dan masuk

dalamsaluran cerna). Pada resep tertulis s.t.d.d 1 caps. a.c (signa ter de die uno

capsule ante cibos) yang berarti obat tersebut diberikan sehari tiga kali sebanyak

satu capsul sebelum makan. Keterangan ini ditulis dalam etiket putih yang

ditempelkan pada pot plastik. Kemudian diberi label yang bertuliskan

‘Tidak boleh diulang tanpa resep dokter hewan’. Hal ini disampaikan karena

dalam obat mengandung obat keras, yaitu papaverin HCl, yang tidak boleh

didapatkan tanpa resep dokter.

Simpulan

dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan pulveres merupakan

sediaan yang dibagi dalam bobot yang sama kemudian diletakkan dalam suatu

media tertentu misalnya kertas perkamen atau kapsul untuk sekali pemakaian.

fungsi dari kapsul salah satunya adalah memudahkan untuk mengaplikasikan

kepada pasien yang tidak menyukai rasa pahit karena tertutupi oleh kapsul yang

tertutup rapat. Etiket sangat penting dicantumkan pada wadah setiap obat sebagai

tanda pengaplikasian obat.

DAFTAR PUSTAKA

Anief M. 2000. Ilmu Meracik Obat “Teori dan Praktik”. Yogyakarta (ID): Gajah

Mada University Press.

Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta (ID): UI-Press.

Chaerunnisa, Yohana A. 2009. Farmasetika Dasar. Bandung (ID): Widya

Padjajaran.

Chairun. 2006. Obat-Obat Penting untuk Pelayanan Kefarmasian, Obat-Obat

Analgetika. Yogyakarta (ID): UGM Pres

Page 12: laporan

Farmakope Indonesia. 1962. Farmakope Indonesia I. Jakarta (ID): Departemen

Kesehatan RI.

Gennaro AR. 1990. Remington: the science and practice of pharmacy. Ed. XX.

Pensylvania: Mack Publishing.

Kibbe AH. 2000. Handbook of pharmaceutical exipients. Ed. III. United States of

America: American Pharmaceutical Association and Pharmaceutical Press.

Herbert AL, Joseph LK. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi ke-3.

Jakarta (ID): UI-Press.

Lacy CF.2006. Drug Information Handbook, 14th Edition. Ohio: Lexi-Comp.

Mutschler E. 1991. Dinamika Obat. Bandung (ID): ITB Pres.

Schunack W, Klaus M, Manfred H. 1990. Senyawa Obat Buku Pelajaran Kimia

Farmasi Ed ke-2. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press

Wientarsih I, Prasetyo BF, Purwono RM, Sutardi LN. 2015. Penuntun Praktikum

Farmasi dan Ilmu Resep Program Pendidikan Dokter Hewan. Departemen

Klinik, Reproduksi dan Patologi (ID): IPB Pres.