laporan

27
BAB I STATUS PASIEN I. Identitas Pasien Nama/Jenis Kelamin/Umur : An. R / Perempuan / 6 tahun Pekerjaan :- Alamat :Rt 19 Kel.Payo Lebar Kec. Jelutung II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan- keluarga a. Status Perkawinan : - b. Jumlah anak/saudara : - c. Status ekonomi : cukup d. Kondisi Rumah Rumah dengan kawasan padat penduduk.tinggal dirumah semi permanen, dengan ukuran 7 x 8 meter mempunyai 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur dan 1 kamar mandi yang bergabung dengan rumah, dengan sumber air bersih dan minum berasal dari PDAM, ventilasi dan pencahayaan memadai, BAB di jamban leher angsa yang letaknya di dalam kamar mandi, penataan rumah kurang rapi. Sampah rumah tangga dibuang di belakang rumah dan kadang berserakan di halaman rumah. jarak antar rumah tidak berdekatan. 1

description

.

Transcript of laporan

Page 1: laporan

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

Nama/Jenis Kelamin/Umur : An. R / Perempuan / 6 tahun

Pekerjaan : -

Alamat : Rt 19 Kel.Payo Lebar Kec. Jelutung

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga

a. Status Perkawinan : -

b. Jumlah anak/saudara : -

c. Status ekonomi : cukup

d. Kondisi Rumah

Rumah dengan kawasan padat penduduk.tinggal dirumah semi

permanen, dengan ukuran 7 x 8 meter mempunyai 2 kamar tidur, 1 ruang

tamu, 1 dapur dan 1 kamar mandi yang bergabung dengan rumah, dengan

sumber air bersih dan minum berasal dari PDAM, ventilasi dan

pencahayaan memadai, BAB di jamban leher angsa yang letaknya di

dalam kamar mandi, penataan rumah kurang rapi. Sampah rumah tangga

dibuang di belakang rumah dan kadang berserakan di halaman rumah.

jarak antar rumah tidak berdekatan.

e. Kondisi Lingkungan Keluarga : Pasien tinggal bersama ibu, ayah dan

bersama kakaknya dan adik. ayah dan ibu sangat menyayangi pasien,

begitu juga kakak dan adik pasien sayang dan perhatian terhadap pasien.

1

Page 2: laporan

III. Aspek Psikologis di Keluarga : Baik

IV. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga

- Riwayat Asma disangkal

- Riwayat TB disangkal

- Riwayat Alergi disangkal

- Riwayat Kejang disangkal

V. Keluhan Utama : Batuk sejak ± 4 hari yang lalu

VI. Keluhan Tambahan : Demam, pilek sejak ± 4 hari yang lalu

VII. Riwayat Perjalanan Penyakit :

Pasien dibawa orang tuanya ke Puskesmas Simpang Kawat dengan keluhan

batuk sejak 4 hari yang lalu, batuk berdahak, dahak warna putih ± 1/2 sendok teh

setiap batuk, darah (-), pilek (+) dimana keluhan ini dirasakan bersamaan. Pilek

dirasakan sepanjang hari dan tidak tidak dipengaruhi cuaca. Ibu pasien juga

mengeluhkan adanya demam, demam tidak terlalu tinggi, menggigil tidak ada,

berkeringat pada malam hari tidak ada, dan demam tidak disertai kejang, mimisan

(-), gusi berdarah (-), bintik-bintik merah seperti digigit nyamuk ditangan dan

dikaki (-). sesak (-), biru disekitar mulut disangkal, pasien mengeluhkan sakit saat

menelan. Anak masih mau makan dan minum, dan masih bisa bermain seperti

biasanya. BAB dan BAK biasa. Ibu hanya memberikan obat penurun panas pada

anak. Riwayat penurunan berat badan disangkal, riwayat kontak dengan orang

dengan batuk lama disangkal.

VIII. Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum

1. Keadaan umum : Tampak sakit ringan

2. Kesadaran : compos mentis

3. Suhu : 37, 8°C

4. Nadi : 98 x/menit

5. Pernafasan : 24 x/menit

6. Berat Badan : 23 kg

7. Tinggi Badan : 98 cm

2

Page 3: laporan

Pemeriksaan Organ

1. Kepala Bentuk : normocephal

Simetri : simetris

2. Mata Conjungtiva : anemis (-)

Sklera : ikterik (-)

3. Hidung :konka mediana hiperemis (+/+), sekret (+/+)

4. Telinga :Tak ada kelainan

5. Mulut Bibir : lembab

Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)

Lidah : putih kotor, ulkus (-)

Tonsil : T1/T1

Mukosa faring : hiperemis (+)

6. Leher KGB : Tak ada pembengkakan

7. Thorax Bentuk : simetris

Pergerakan dinding dada : tidak ada yang

tertinggal

Pulmo

Pemeriksaan Kanan Kiri

Inspeksi Statis & dinamis:

simetris

Statis &dinamis :

simetris

Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal

Perkusi Sonor Sonor

Auskultasi Vesikuler, Wheezing

(-), rhonki (-)

Vesikuler, Wheezing

(-), rhonki (-)

Jantung

Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula

kiri

Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula

kiri

Perkusi Batas-batas jantung :

3

Page 4: laporan

Atas : ICS II kiri

Kanan : linea sternalis kanan

Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri

Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

4

Page 5: laporan

Abdomen

Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)

Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (+), defans

musculer (-), , hepatomegali (-), splenomegali

(-), nyeri ketok costovertebra (-/-)

Perkusi Timpani

Auskultasi Bising usus (+) normal

Ekstremitas Atas

Edema (-), akral hangat

Ekstremitas bawah

Edema (-), akral hangat

IX. Diagnosis

ISPA ( Batuk Bukan Pneumonia)

X. Diagnosa Banding

- Batuk Bukan Pneumonia

- Faringitis Akut

- Pneumonia

XI. Manajemen

a. Preventif :

Menjaga keadaan gizi agar tetap baik

Imunisasi

Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

Mencegah kontak dengan penderita ISPA

b. Promotif :

Menjelaskan kepada orang tua tentang penyakit anaknya

5

Page 6: laporan

c. Kuratif :

Non Farmakologi

Istirahat

Minum air putih yang banyak

Minum obat secara teratur

Farmakologi

Paracetamol tablet 500 mg

CTM tablet 2 mg

Gliseril Guaiakolat 100 mg

d. Rehabilitatif

Meningkatkan daya tahan tubuh

Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Mengatur pola makan yang bergizi

6

Page 7: laporan

Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Simpang Kawat

dr. Anita Mubarokah

Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Simpang Kawat

dr. Anita Mubarokah

Agustus 2015

R/Paracetamol tab 500 mg No V

S3 dd tab ½

R/ CTM tab 4 mg NO V

S3 dd tab ½

R/ GG tab 100 mg No V

S3 dd tab 1

Pro : An.R / 6 tahun

Alamat : Rt 19 Kel.Payo Lebar Kec. Jelutung

Agustus 2015

R/ Paracetamol tab 500 mg No V

S 3 dd tab ½

R/ Cetrizine tab 10 No V

S1 dd tab ½

R/ Ambroxol 30 mg tab No V

S3 dd tab ½

Pro : An. R / 6 tahun

Alamat : Rt 19 Kel.Payo Lebar Kec. Jelutung

7

Page 8: laporan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi ISPA

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang

benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA

meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang

dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai

gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga

tengah dan selaput paru.

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan

seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun

demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan

antibiotik dapat mengakibat kematian.

Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA

dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia

dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak

berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan

napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari

sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak

dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang

ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin,

semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan

yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran

pernapasannya.

Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan

bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar

pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang

disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada

bulan-bulan musim dingin.

8

Page 9: laporan

Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak

kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan

lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena

meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar

karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau

berlebihannya pemakaian antibiotik.

2.2.Tanda-tanda bahaya

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan

keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit

mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh

dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam

kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit,

meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang

ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan

tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan

tanda-tanda laboratoris.

Tanda-tanda klinis

• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),

retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah

atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

• Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardi, hypertensi, hypotensi

dan cardiac arrest.

• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,

bingung, papil bendung, kejang dan coma.

• Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris

• hypoxemia,

• hypercapnia dan

acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

9

Page 10: laporan

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun

adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk,

sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah:

kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari

setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor,

Wheezing, demam dan dingin.

2.3. PENEGAKAN DIAGNOSA

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar

pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan

antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat

batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula

petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan

penunjang yang penting bagi pederita ISPA. Penatalaksanaan ISPA meliputi

langkah atau tindakan sebagai berikut :

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan

mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan

anak.

Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis

akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap

dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka

baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk

melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak

harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit

pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi.

2.4. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai

berikut:

Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding

dada kedalam (chest indrawing).

Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

10

Page 11: laporan

Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai

demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.

Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.

Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk

golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat

dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk

golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda

tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu:

Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada

bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa

anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12

bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40

kali per menit atau lebih.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding

dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

2.5. Penatalaksanaan

Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,

oksigen dan sebagainya.

Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita

tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian

kontrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik

pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan

di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat

11

Page 12: laporan

batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti

kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat

penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila

pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)

disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai

radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik

(penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan

tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan

selanjutnya

Perawatan dirumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya

yang menderita ISPA.

Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan

memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan

dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap

6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai

dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan

kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak

perlu air es).

Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional

yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½

sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-

ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.

Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih

banyak dari biasanya.Ini akan membantu mengencerkan dahak,

kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

12

Page 13: laporan

Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal

dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan

hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan

menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan

tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak

berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk

maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.

Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas

usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar

selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan

antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali

kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

Pencegahan dan Pemberantasan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

• Immunisasi.

• Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Pemberantasan yang dilakukan adalah :

• Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.

• Pengelolaan kasus yang disempurnakan.

• Immunisasi

13

Page 14: laporan

BAB III

ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik,

keadaan rumah dan lingkungan sekitar

Pada anamnesa, os mengeluh batuk sejak 4 hari yang lalu, batuk berdahak,

dahak warna putih ± ½ sendok teh setiap batuk, darah (-), pilek (+) dirasakan

sepanjang hari dan tidak tidak dipengaruhi cuaca, demam, demam tidak terlalu

tinggi, menggigil tidak ada, berkeringat pada malam hari tidak ada. Riwayat

penurunan berat badan disangkal, riwayat kontak dengan orang dengan batuk

lama disangkal. Sehingga kemungkinan diagnosa TB dapat disingkirkan. Karena

pada anak-anak rentan terjadi TB.

Pasien Demam sejak 4 hari yang lalu, demam tidak telalu tinggi, dan

demam tidak disertai kejang, mimisan (-), gusi berdarah (-), bintik-bintik merah

seperti digigit nyamuk ditangan dan dikaki (-), sehingga kemungkinan diagnose

kearah malaria ataupun demam berdarah dapat disingkirkan.

Sesak (-), biru disekitar mulut disangkal, pasien mengeluhkan sakit saat

menelan namun pasien masih mau makan dan minum dan masih bisa bermain

seperti biasa. Pada pemeriksaan fisik tidak adanya retraksi dinding dada bagian

bawah dan tidak ada napas cepat serta tidak adanya ronkhi dan wheezing pada

auskultasi kedua paru.

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, pasien ini hanya berupa

batuk dan pilek biasa. Pasien ini digolongkan ke dalam golongan penyekit ISPA.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding

dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas

Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2-

12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun

adalah 40 kali per menit atau lebih.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding

dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

Berdasarkan klasifikasi penyakit ISPA diatas maka yang sesuai dengan

anamnesa dan pemeriksaan fisik Pasien hanya berupa batuk pilek biasa disertai

14

Page 15: laporan

demam dan tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada

nafas cepat. Pada penyakit bukan pneumonia dapat berupa Rinofaringitis,

faringitis dan tonsillitis.

Pasien ini diberikan terapi sediaan Tablet sesuai dengan berat badan anak

diantaranya adalah :

1. Parasetamol 500 mg

2. CTM 2 mg

3. Gliseril Guaiakolat 100 mg

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan

keluarga

Pasien anak kedua dari 3 orang bersaudara dengan seorang ayah yang

bekerja swasta dan ibu sebagai IRT. Dalam keluarga tidak ada yang

menderia ISPA pada saat itu. Tidak terdapat hubungan diagnosis dengan

keadaan keluarga dan hubungan keluarga

c. Rencana Promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien

dan kepada keluarga:

Menjaga kebersihan diri, rumah dan lingkungan rumah untuk

mewujudkan hidup yang sehat dan bersih.

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang faktor-faktor yang

dapat menyebabkan terjadinya ISPA pada anak

Menjelaskan kepada ibu pasien bagaimana cara mencegah dan

memberantas terjadinya ISPA pada anak:

Pencegahan dapat dilakukan dengan : Menjaga keadaan gizi agar tetap

baik, imunisasi, menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan, mencegah

anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Pemberantasan yang dilakukan adalah : penyuluhan kesehatan yang

terutama di tujukan pada para ibu, pengelolaan kasus yang disempurnakan,

imunisasi.

Menjelaskan kepada ibu pasien tindakan apa saja yang dapat diberikan jika

sebelum diberikan pengobatan, seperti:

15

Page 16: laporan

Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan

memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan

dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6

jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan

dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,

dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional

yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½

sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang

yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI

pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih

banyak dari biasanya.Ini akan membantu mengencerkan dahak,

kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan

rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung

yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari

komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang

sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama

perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk

membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang

mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang

diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk

16

Page 17: laporan

penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak

dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

d. Rencana Edukasi penyakit kepada pasien dan kepada keluarga:

1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa penyakit ini

merupakan penyakit yang dapat berulang kembali dan dapat dicegah

kekambuhannya dengan menjaga daya tahan tubuh.

2. Menjelaskan kepada pasien bagaimana cara konsumsi obat,

menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit tersebut

sehingga apabila tidak ada perbaikan atau keluhan yang memburuk

pasien diminta kembali kontrol ke puskesmas ataupun sarana kesehatan

lainnya untuk dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut.

17

Page 18: laporan

DAFTAR PUSTAKA

1. Pudjiadi H. Antonius, dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak

Indonesia. Jilid 1. Jakarta :Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Hal.250-5

2. WastoroDadiyantoDwi, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.

Semarang :BadanPenerbitUndip. 2011. Hal. 172-7

3. Charles G.Prober. Pneumonia dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta :

EGC. Hal. 883-9

4. Lizza Idzni. Infeksi Saluran Napas Akut. Diunduh dari: Scrib Didownload

tanggal 19 Desember 2013

18

Page 19: laporan

LAMPIRAN

19