laporan
-
Upload
steven-short -
Category
Documents
-
view
40 -
download
0
description
Transcript of laporan
SKENARIO
Dengan ditemani polisi, Bujang 25 tahun datang ke RSUD dengan keluhan luka dan memar di kepala sebelah kanan.1 jam sebelum masuk RS kepala penderita dipukul oleh temannya dengan menggunakan dayung kayu dari arah samping dan depan. Penderita pingsan kurang lebih 5 menit kemudian sadar kembali. Dan melaporkan kejadian ini ke kantor polisi terdekat.Pada saat tiba di RSUD, penderita mengeluh nyeri kepala hebat disertai muntah.Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan :RR: 28x/menit, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi: 50x/menit, GCS: E4 M6 V5 pupil isokor, reflex cahaya: pupil kanan reaktif, pupil kiri reaktif.Regio temporal dextra: tampak Regio temporal dextra: tamapak luka dextra ukuran 6x1 cm tepi tidak rata, sudut tumpul, dengan dasar fraktur tulang. Regio nasal : tampak darah segar mengalir dari kedua lobang hidung.
Tak lama setelah selesai dilakukan pemeriksaan, tiba-tiba pasien tidak sadarkan diri.Dari hasil pemeriksaan pada saat terjadi penurunan kesadaran didapatkan :Pasien ngorok, RR 24x/menit, Nadi 50x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, GCS: E2 M5 V3, pupil anisokor dextra, reflex cahaya pupil kanan negative, reflek cahaya pupil kiri reaktif/normal.
Pada saat itu anda merupakan dokter jaga UGD di RSUD tersebut dibantu oleh 3 orang perawat.
A. KLARIFIKASI ISTILAH1. Luka : Suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit atau
rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda
tajam atau tumpul, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau
gigitan hewan2. Memar : Kerusakan pada kapiler darah yang menyebabkan
darah merembes pada jaringan sekitarnya
3. Pingsan : Kehilangan kesadaran sementara waktu4. Muntah : Pengeluaran isi lambung melalui mulut5. Pupil isokor : Diameter pupil antara kedua mata
1
6. Fraktur tulang : Patah atau terputusnya kontuinitas tukang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya7. Pupil anisokor : Ketidaksamaan diameter pupil kedua mata8. Ngorok : Suara bising yang disebabkan oleh aliran udara
melalui sumbatan parsial saluran nafas pada bagian belakang hidung dan mulut akibat jatuhnya lidah ke bagian posterior
B. IDENTIFIKASI MASALAH1. Bujang 25 tahun dating dengan keluhan luka dan memar di kepala
sebelah kanan disertai nyeri kepala hebat dan muntah2. Dia pingsan kurang lebih 5 menit setelah di pukul oleh temannya
dengan menggunakan dayung kayu dari arah samping dan depan kemudian sadar kembali dan melaporkan kejadian ke kantor polisi terdekat
3. Pemeriksaan Fisik awal :- RR 28x/menit- Tekanan darah 130/90 mmHg- Nadi 50x/menit- GCS: E4 M6 V5- Regio temporal dextra: tamapak luka dextra ukuran 6x1 cm tepi
tidak rata, sudut tumpul, dengan dasar fraktur tulang- Regio nasal : tampak darah segar mengalir dari kedua lobang
hidung4. Setelah pemeriksaan fisik awal selesai dilakukan, tiba-tiba pasien
tidak sadarkan diri5. Pemeriksaan fisik setelah pasien tidak sadarkan diri :
- Pasien ngorok- RR 24x/menit- Nadi 50x/menit- Tekanan darah 140/90 mmHg- GCS : E2 M5 V3- Pupil anisokor dekstra- Reflex cahaya pupil kanan negative dan pupil kiri reaktif (normal)
C. ANALISIS MASALAH1. Bagaimana anatomi kepala?
2
2. Apa saja jenis-jenis trauma kapitis? Cedera kulit kepala
Cedera pada bagian ini banyak mengandung pembuluh darah, kulit kepala berdarah bila cedera dalam. Luka kulit kepala maupun tempat masuknya infeksi intrakranial. Trauma dapat menyebabkan abrasi, kontusio, laserasi atau avulsi.
Fraktur tengkorakFraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang tengkorak di sebabkan oleh trauma. Adanya fraktur tengkorak biasanya dapat menimbulkan dampak tekanan yang kuat. Fraktur tengkorak diklasifikasikan terbuka dan tertutup. Bila fraktur terbuka maka dura rusak dan fraktur tertutup keadaan dura tidak rusak.
Cedera otak.Cedera otak serius dapat tejadi dengan atau tanpa fraktur tengkorak, setelah pukulan atau cedera pada kepala yang menimbulkan kontusio, laserasi dan hemoragi otak. Kerusakan tidak dapat pulih dan sel-sel mati dapat diakibatkan karena darah yang mengalir berhenti hanya beberapa menit saja dan kerusakan neuron tidak dapat mengalami regenerasi.
KomosioKomosio umumnya meliputi sebuah periode tidak sadarkan diri dalam waktu yang berakhir selama beberapa detik sampai beberapa menit. Komosio dipertimbangkan sebagai cedera kepala minor dan dianggap tanpa sekuele yang berarti. Pada pasien dengan komosio sering ada gangguan dan kadang efek residu dengan mencakup kurang perhatian, kesulitan memori dan gangguan dalam kebiasaan kerja.
KontusioKontusio serebral merupakan cidera kepala berat, dimana otak mengalami memar, dengan kemungkinan adanya daerah haemoragi. Pasien tidak sadarkan dari, pasien terbaring dan kehilangan gerakkan, denyut nadi lemah, pernafsan dangkal, kulit dingin dan pucat, sering defekasi dan berkemih tanpa di sadari.
Haemoragi intracranialHematoma (pengumpulan darah) yang terjadi di dalam kubah kranial adalah akibat paling serius dari cedera kepala, efek utama adalah seringkali lambat sampai hematoma tersebut cukup besar untuk menyebabkan distorsi dan herniasi otak serta peningkatan tik.
Hematoma epidural (hematoma ekstradural atau haemoragi). Setelah cedera kepala, darah berkumpul di dalam ruang epidural (ekstradural) diantara tengkorak dan dura. Keadaan ini karena fraktur tulang tengkorak yang menyebabkan arteri meningeal tengah putus /rusak (laserasi), dimana arteri ini berada di dura dan tengkorak daerah inferior menuju bagian tipis tulang temporal; haemoragi karena arteri ini menyebabkan penekanan pada otak.
Hematoma sub dural
3
Hematoma sub dural adalah pengumpulan darah diantara dura dan dasar, suatu ruang yang pada keadaan normal diisi oleh cairan. Hematoma sub dural dapat terjadi akut, sub akut atau kronik. Tergantung ukuran pembuluh darah yang terkena dan jumlah perdarahan yang ada. Hematoma sub dural akut d hubungkan dengan cedera kepala mayor yang meliputi kontusio dan laserasi. Sedangkan hematoma sub dural sub akut adalah sekuele kontusio sedikit berat dan di curigai pada pasien gangguan gagal meningkatkan kesadaran setelah trauma kepala. Dan hematoma sub dural kronik dapat terjadi karena cedera kepala minor dan terjadi paling sering pada lansia.
Haemoragi intraserebral dan hematomaHemoragi intraserebral adalah perdaraan ke dalam substansi otak. Haemoragi ini biasanya terjadi pada cedera kepala dimana tekanan mendesak ke kepala sampai daerah kecil (cedera peluru atau luka tembak; cedera kumpil)
3. Apa dampak yang dapat ditimbulkan dari trauma kepala? Cedera pada kepala dapat melibatkan seluruh struktur lapisan, mulai dari
lapisan kulit kepala atau tingkat yang paling ringan, tulang tengkorak , durameter, vaskuler otak, sampai jaringan otak sendiri. Baik berupa luka tertutup, maupun trauma tembus. Dengan pemahaman landasan biomekanisme-patofisiologi terperinci dari masing – masing proses di atas, yang dihadapkan dengan prosedur penanganan cepat dan akurat, diharapkan dapat menekan morbilitas dan mortalitasnya.
Jenis beban mekanik yang menimpa kepala sangat bervariasi dan rumit. Pada garis besarnya dikelompokkan atas dua tipe yaitu beban statik dan beban dinamik. Beban statik timbul perlahan – lahan yang dalam hal ini tenaga tekanan diterapkan pada kepala secara bertahap, hal ini bisa terjadi bila kepala mengalami gencetan atau efek tekanan yang lambat dan berlangsung dalam periode waktu yang lebih dari 200 mili detik. Dapat mengakibatkan terjadinya keretakan tulang, fraktur multiple, atau kominutiva tengkorak atau dasar tulang tengkorak.Biasanya koma atau defisit neurologik yang khas belum muncul, kecuali bila deformasi tengkorak hebat sekali sehingga menimbulkan kompresi dan distorsi jaringan otak, serta selanjutnya mengalami kerusakan yang fatal.
4. Bagaimana patofisiologi luka dan memar pada kasus ini? Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan yaitu:
1. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak
2. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam
3. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang lain dibentur oleh benda yang bergerak (kepala tergencet).
4
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa contre coup dan coup. Cedera kepala pada coup disebabkan hantaman pada otak bagian dalam pada sisi yang terkena Contre coup terjadi pada sisi yang berlawanan dengan daerah benturan.
Mekanisme ruda paksa yang lebih umum adalah akibat beban dinamik, dimana peristiwa ini berlangsung dalam waktu yang lebih singkat ( kurang dari 200 mili detik). Beban ini dibagi menjadi beban guncangan dan beban benturan. Komplikasi kejadian ini dapat berupa hematom intrakranial, yang dapat menjadikan penderita cedera kepala derajat ringan dalam waktu yang singkat masuk dalam suatu keadan yang gawat dan mengancam jiwanya.
Memar pada kasus ini akibat merembes nya darah pada jaringan sekitarnya akibat trauma tumpul yang di alami oleh pasien ini.
5. Bagaimana etiopatofisiologi pingsan kemudian sadar kembali pada kasus ini?Keadaan ini disebut : Lucid interval (mula-mula tidak sadar lalu sadar dan kemudian tidak
sadar.
Pasien mengalami kecelakaan tanpa helm trauma tumpul langsung ke kepala fraktur
tulang tengkorak temporal atau temporoparietal (luka pada pelipis kanan yang tidak rata
dengan dasar tulang kranium) merusak pembuluh darah disekitar tulang kranium
gangguan perfusi oksigen ke jaringan-jaringan diotak pasien tidak sadar sesaat setelah
kejadian.
Fraktur tulang tengkorak temporal atau temporoparietal (luka pada pelipis kanan yang tidak
rata dengan dasar tulang kranium) merobek arteri meningea media akumulasi darah
diruangan antara durameter dengan permukaan dalam dari kranium hematom epidural
kompensasi berupa bergesernya CSF dan darah vena keluar dari ruang intrakranial dengan
volume yang sama sehingga TIK akan tetap normal pasien kembali sadar.
Namun jika massa berupa hematom semakin membesar menimbulkan desakan durameter
yang akan menjauhkan duramater dari tulang tengkorak Perluasan hematom ini akan
menekan lobus temporal ke dalam dan kebawah Tekanan ini menyebabkan isi otak
mengalami herniasi mengakibatkan penekanan saraf yang ada dibawahnya seperti
penekanan pada medulla oblongata hilangnya kesadaran.
6. Bagaimana patofisiologi nyeri kepala hebat dan muntah pada kasus ini?
Nyeri Kepala Hebat
5
Adanya perdarahan epi-sub dural akan menyebabkan peregangan selaput meningen serta
peningkatan TIK sehingga dapat terjadi nyeri kepala yang hebat pada kasus ini.
Muntah
Gangguan pada sistem vestibular.
Penekanan pada pusat muntah di medulla oblongata.
Iritatif substansial inflamasi otak
7. Apa interpretasi pemeriksaan fisik awal?- RR 28x/menit
Kompensasi tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2 tubuh, terutama otak. (otak membutuhkan 20% konsumsi O2 tubuh)
- Tekanan darah 130/90 mmHg
Terjadi kenaikan tekanan darah.
Peningkatan tekanan intracranial menyebabkan tubuh berkompensasi dengan
meningkatkan tekanan sistol untuk mencukupi kebutuhan nutrisi otak.
- Nadi 50x/menit Cedera kepala berat merobek, meremukkan atau
menghancurkan saraf, pembuluh darah dan jaringan di dalam atau di sekeliling otak terjadi kerusakan pada jalur saraf, perdarahan atau pembengkakan hebat disertai ↑TIK tekanan cenderung mendorong otak ke bawah otak sebelah atas bisa terdorong ke dalam lubang yang menghubungkan otak dengan batang otak (herniasi) otak kecil dan batang otak terdorong melalui lubang di dasar tengkorak ( foramen magnum) ke dalam medula spinalis ↓denyut jantung dan pernafasan
- GCS: E4 M6 V5 Skor GCS 15 : Normal
- Regio temporal dextra: tamapak luka dextra ukuran 6x1 cm tepi tidak rata, sudut tumpul, dengan dasar fraktur tulang
Menandakan suatu trauma tumpul pada kepala, kemungkinan mengenai area
temporalis bisa jg trauma robekan pada frontotemporal
- Regio nasal : tampak darah segar mengalir dari kedua lobang hidung
Terjadi trauma pada hidung yang mengakibatkan robeknya Pembuluh darah
epistaksis
6
8. Mengapa pasien tiba-tiba tidak sadarkan diri setelah pemeriksaan fisik awal selesai?
9. Apa interpretasi pemeriksaan fisik setelah pasien tidak sadarkan diri?- Pasien ngorok
Lidah jatuh ke belakang pada saat kondisi pasien tidak sadar, sehingga menutupi jalan nafas dan timbul suara bising (ngorok)
- RR 24x/menit Kompensasi tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2 tubuh, terutama otak. (otak
membutuhkan 20% konsumsi O2 tubuh)
- Nadi 50x/menit Cedera kepala berat merobek, meremukkan atau
menghancurkan saraf, pembuluh darah dan jaringan di dalam atau di sekeliling otak terjadi kerusakan pada jalur saraf, perdarahan atau pembengkakan hebat disertai ↑TIK tekanan cenderung mendorong otak ke bawah otak sebelah atas bisa terdorong ke dalam lubang yang menghubungkan otak dengan batang otak (herniasi) otak kecil dan batang otak terdorong melalui lubang di dasar tengkorak ( foramen magnum) ke dalam medula spinalis ↓denyut jantung dan pernafasan
- Tekanan darah 140/90 mmHg Peningkatan tekanan intracranial menyebabkan tubuh berkompensasi dengan
meningkatkan tekanan sistol untuk mencukupi kebutuhan nutrisi otak.
- GCS : E2 M5 V3 E 2 : Rangsangan NyeriM 5 : Menghindari terhadap nyeriV 3 : Kata-kata ngawur
Skor GCS 10 : Interpretasi cedera otak sedang Hal ini terjadi karena hematoma yang semakin membesar dan menekan
arteri di otak sehingga terjadi penurunan pasokan oksigen dan terjadi
penurunan kesadaran
Cedera Kepala Sedang (CKS):
Skor GCS 9-12
Ada pingsan lebih dari 10 menit
Ada sakit kepala, muntah, kejang dan amnesia retrogad
- Pupil anisokor dekstra dan Reflex cahaya pupil kanan (-) dan pupil kiri reaktif
7
TIK ↑ signifikan Otak dpt mengalami herniasiTranstentorial herniation
terjadi manakala aspek medial lobus temporalis (uncus) berpindah melewati
celah kosong tentorium Perpindahan ini menyebabkan penekanan pd n.
occulomotorius mengganggu input parasimpatis ke pupil mata dilatasi
pupil pada sisi ipsilateral.
10. Apa penatalaksanaan awal yang dilakukan untuk pasien ini?
AIR WAY (Menjaga kelancaran jalan nafas)
o Tanda obyektif dapat diketahui dengan tiga pengamatan look, listen and feel.
Look berarti melihat adanya gerakan pengembangan dada dan listen adalah
mendengarkan suara pernafasan. Seringkali suara mengorok dan bunyi gurgling
(bunyi cairan) menandakan adanya hambatan jalan nafas. Sedangkan feel adalah
merasakan adanya hembusan udara saat klien melakukan ekspirasi yang bisa kita
rasakan pasa pipi maupun punggung tangan penolong. Jikas ketiga tanda ini
dapat kita temukan artinya pernafasan klien masih ada.
o Untuk memperlancar jalan nafas, lakukan upaya dengan dua metode yaitu Haed
till dan Chin lift, yaitu tindakan mendorong kepala agak kebelakang dan
menganggakt dagu ke atas. Dengfan manuver ini maka jalan nafas akan terbuka
sehingga aliran udara bisa lancar sampai di paru. Bila korban dicurigai adanya
trauma cervical yang biasanya ditandai dari adanya jejas pada dada, leher, dan
muka/wajah, maka dua manuver tadi harus dihindari agar tidak menambah
cedera leher yang terjadi tetapi lakukan Jaw Thrust Manoever
BREATHING (Menjaga/membantu bernafas)
o Perubahan pernafasan dapat kita lihat dari pengamatan frekwensi pernafasan
normalnya pada orang dewasa frekwensi pernafasan per menit adalah 12 – 20
kali permenit sedangkan anak 15 – 30 kali per menit. Sehingga pada orang
dewasa dikatakan abnormal bila pernafasan lebih dari 30 atau kurang dari 10
setiap menit. Pada pasien yang didapati mengalami henti nafas, maka tindakan
yang dilakukan adalah melakukan pernafasan buatan. Tindakan ini dapat
dilakukan melalui mouth to mouth. Tindakan pemberian fasas buatan secara
langsung dari mulut ke mulut sudah tidak dianjurkan karena beresio terjadinya
infeksi atau penularan penyakit, karena itu penolong harus menggunakan barrier
device (alat poerantara).
8
CIRCULATIONS (Memertahankan sirkuilasi dan kontrol perdarahan).
o Tanda-tanda adanya kehilangan cairan (darah) dapat di ketahui dari pemeriksaan
sederhana seperti nadi, tekanan darah dan respirasi. Pada perdarahan ringan
kurang dari 750 ml biasanya ditemukan tekanan darah masih normal dan nadi
lebih dari 100 kali per menit dan pernafasan meningkat 20 – 30 kali per menit.
Pada perdarahan sedang dan berat Tekanan darah akan menurun disertai
peningkatan nadi dan respirasi lebih dari perdarahan ringan.
o Perdarahan dapat dikontrol dengan melakukan bebat tekan pada daerah luka.
Dengan bebet tekan ini diharapkan pembuluh darah yang rusak akan dapat di
tutup sehingga perdarahan akan dapat di kurangi. Penggunanna teknik ikatan
(torniquet) tidak dianjurkan karena tindakan ini beresiko mengakibatkan
terhentinya vaskularisasi ke ujung ekstremitas yang dapat mengakibatkan
kematian jaringan.
11. Apa pemeriksaan penunjang yang di butuhkan? CT Scan
Tanpa/dengan kontras mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran
ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
Gambaran CT Scan pada epidural hematoma : gambaran hiperdans homogen
bebentuk bikonveks ( seperti lensa cembung ) diantara tabula interna & durameter.
CT scan awal dilakukan untuk menilai :
Fraktur cranium
Contusio cerebri
Perdarahan intracranial
Fraktur basis cranii (dengan teknik Bone Window)
CT ulang dilakukan bila terjadi perubahan status klinis pasien dan secara rutin 12
– 24 jam stl trauma bila dijumpai contusio atau hematoma pada CT scan awal
X-Ray
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan /
edema), fragmen tulang.
Angiografi serebral
9
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema,
perdarahan, trauma.
Analisa Gas Darah
Medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan
intrakranial.
- Menilai kadar PCO2 dan PO2 yang penting dlm patofisiologi perdarahan otak
- PCO2 yang tinggi menyebabkan vasodilatasi vaskular otak yang memperparah
perdarahan.
Elektrolit
Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan
intrakranial.
Rinoskopi atau nasoendoskopi bila tersedia
Pemeriksaan trauma hidung dan sumber perdarahan
Ophthalmoscopy
Menilai adanya perdarahan intraocular, edema, foreign body, retinal detachment, edema
papil nervus II atau tidak.
12. Apa working diagnosis dan bagaimana cara mendiagnosisnya? Cedera kepala sedang yang disertai lucid interval, tanda-tanda
herniasi dan epistaksis. Diagnosis di dapatkan dari temuan klinis berupa penurunan
kesadaran, salah satu atau kedua pupil membesar/mengecil dan tidak berespon terhadap cahaya. Muntah disebabakan oleh kompresi pusat muntah di medulla oblongata, pernafasan meningkat, bradikardi, nyeri kepala hebat, dan peningkatan tekanan darah. CT scan dan MRI bergunna untuk evaluasi atau pemeriksaan penunjang
13. Bagaimana patofisiologi dan patogenesis kasus ini?
10
14. Bagaimana penatalaksanaan lanjutannya?
1. Survei primer
a. ABCDE *
b. Imobilisasi dan stabilisasi servikal
c. Melakukan pemeriksaan neurologis singkat
- Respon pupil
- Menentukan nilai GCS
- Menilai apakah ada lateralisasi
2. Survey sekunder dan penatalaksanaan
a. Inspeksi keseluruhan kepala, termasuk wajah
- Laserasi
- Adanya LCS dari lubang hidung dan telinga
b. Palpasi keseluruhan kepala, termasuk wajah
- Fraktur
- Laserasi dengan fraktur di bawahnya
11
Trauma tumpul kepala bag temporal Pecahnya a.meningeal
mediaPerdarahan diantara durameter & tulang tengkorak
Perdarahan berlanjut→ hematom membesar di temporal
Herniasi di bawah pinggiran tentorium
Menekan sirkulasi arteria
Dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata
Hipoksia → gelisah→hilang kesadaran
Cedera primer ringan (kerusakan parenkim minimal
Peningkatan TIK
formatio retikularis di medulla oblongata
nuclei saraf cranial ketiga (okulomotorius).
Menekan lintasan kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah ini
kelemahan respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan tanda babinski positif
Fraktur os.cranii parietotemporal
Tekanan tiba2 diformasio retikularis
Pingsan saat kejadian
↑ reasorbsi CSF,↑ venous return↓ TIK
(kompensasi)sadar kembali
Regangan meningens→ nyeri kepala hebat
↓ Aliran darah → hipoksia↑
tek.pusat muntah→muntah-muntah
Stimulasi vasomotor→ peningkatan TDStimulasi pusat inhibisi di jantung→ Bradikardi
Gangguan perfusi→hipoksia
dekompensasi→ TIK tetap ↑
Perfusi membaik
c. Inspeksi semua laserasi kulit kepala
- Jaringan otak
- Fraktur depresi tulang tengkorak
- Debris
- Kebocoran LCS
d. Menentukan nilai GCS dan respon pupil
- Respon buka mata
- Respon motorik terbaik anggota gerak
- Respon verbal
- Respon pupil
e. Pemeriksaan vertebra servikal
- Palpasi untuk mencari adanya rasa nyeri dan pakaikan kolar servikal semirigid
bila perlu
- Pemeriksaan foto rontgen vertebra servikalis proyeksi cross-table lateral bila
perlu.
f. Penilaian beratnya cedera
g. Pemeriksaan ulang secara kontinyu-observasi tanda-tanda perburukan
- Frekuensi
- Parameter yang dinilai
- Pemeriksaan ulang ABCDE
3. Evaluasi CT scan
Pemeriksaan CT scan lanjutan dalam 12-24 jam direkomendasikan bila hasil pemeriksaan
CT scan awal ditemukan keabnormalan atau status neurologis penderita menurun.
* Initial Treatment
• Pemeriksaan Airway dan Breathing
• Immobilisasi cervical (degan neck collar)
• Pemberian O2 secukupnya
- PCO2 dipertahankan 35 mmHg
• Circulation dengan :
- Pemberian cairan IV (RL) secukupnya
- Hentikan perdarahan dari hidung, kepala, dll jika mungkin
• Monitoring
12
Bila ABC telah stabil, lakukan
• Pemeriksaan neurologis :
- Refleks pupil
- Refleks motorik
• Pengambilan sampel darah, untuk :
- Cross match gol. Darah
- Pemeriksaan ABG
• Pemeriksaan CT scan
• Penurunan TIK (Manitol & furosemid)
- Manitol dosis 1 g/kgBB diberikan scr bolus IV
- Furosemid dosis 0,3-0,5 mg/kgBB IV
• Secondary survey (head to toe)
• Observasi & reevaluasi
• Rujuk ke ahli bedah saraf sesegera mungkin
Penatalaksanaan T ambahan
1. Epistaksis
• Sebelum melakukan penatalaksaan harus dilakukan pembersihan darah hidung dengan
pompa suction untuk kemudian menentukan sumber perdarahannya dengan rinoskopi
• Jika perdarahan anterior
Jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan jelas, dilakukan tampon sementara
kapas adrenalin 1/10.000 + lidokain/pantokain 2% atau dengan elektrokauter.
Pemasangan tampon hidung harus mendapat supervisi dari ahli THT dengan
pertimbangan adanya trauma dan deformitas hidung
• Jika perdarahan posterior, akibat fraktur basis cranii,
Observasi dan transfusi darah bila perlu (tatalaksana fractur basis cranii dilakukan oleh
dokter spesialis bedah saraf )
15. Bagaimana prognosis pasien ini? Dubia at bonam
13
16. Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien ini?
Cedera kepala :
- Herniasi otak lanjutan
- Penekanan pusat vegetatif
- Edema cerebri
- Deficit neurologis
- Koma
- Kematian
Fraktur antebrachii :
- ↓ kemampuan utk pronasi dan supinasi
- Kerusakan nervus radialis
- Pseudoartrosis
- Compartment syndrome (bengkak, sangat nyeri pd pergelangan tangan, nadi tdk dpt
diraba)
Luka kepala :
- Infeksi
- Perdarahan
Farktur hidung-Epistaksis :
- Syok dan anemia
- Tekanan darah yang turun mendadak dapat menimbulkan iskemia otak, insufisiensi
koroner dan infark miokard dan akhirnya kematian.
- Aspirasi
17. Apa Kompetensi Dokter Umum? 3B
D. HIPOTESISBujang 25 tahun menderita cedera kepala sedang yang disertai lucid interval dan tanda-tanda herniasi serta epistaksis anterior disebabkan trauma tumpul pada kepala.
E. SINTESIS
14
Anatomi Kulit Kepala
o Terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP (Skin,Cconnective
tissue, Aponeuresis. Loose areolar tissue, Perikranium)
o Memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi
perdarahan akan menyebabkan banyak kehilangan darah
Tulang Tengkorak
o Tersdiri dari dari kubah (kalvaria) dan basis cranii
o Calvaria (os frontalis, parietalis, occipitalis, dan temporalis)
o Kalvaria khususnya di regio temporal adalah tipis, namun
dilapisi oleh otot temporalis
o Basis cranii (os petrosus, ethmoidalis, sphenoidalis,
mastoideus, dan atap orbita)
o Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai
bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan
deselerasi.
o Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa:
Anterior : lobus frontalis
Media : lobus temporalis
Posterior: ruang bagian bawah batang otak dan
serebelum
Meningen
o 3 lapisan: duramater, arakhnoid, dan piamater
o Duramater selaput yang keras, terdiri dari jaringan ikat
fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari
kranium
o Ruang subdura ruang potensial yang terletak di antara
duramater dan arakhnoid, di mana sering dijumpai
perdarahan subdural
15
o Ruang epidural terletak antara duramater dan permukaan
dalam dari kranium. Terdapat arteri-arteri meningea yang
dapat menyebabkan perdarahan epidural. Biasanya karena
mengalami cedera pada fosa temporalis (media)
o Arakhnoid lapisan tipis dan tembus pandang
o Piamater melekat erat dengan korteks serebri
Otak
o Otak → 100 milyar neuron & 1 trilyun neuroglia.
o Berat ± 1400 gram atau 2% BB manusia, dikelilingi LCS →
mengisi ruang Subaraknoid.
o Komponen otak : cerebrum, cerebellum dan batang otak.
o Pasokan darah otak dari : a. Carotis interna dan a. Vertebralis
Cairan Serebrospinalis
o Dihasilkan oleh pleksus khoroideus dan direabsorbsi ke dalam
sirkulasi vena melalui granulasio arakhnoid yang terdapat
pada sinus sagitalis superior.
o Adanya darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio
arakhnoid sehingga menganggu penyerapan CSS dan
menyebabkan kenaikan tekanan intrakranial
Tentorium
o Membagi rongga tengkorak menjadi ruang supratentorial
(terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan
ruang infratentorial (berisi fosa kranii posterior)
o Nervus okulomotorius (N. III) berjalan di sepanjang tepi
tentorium. Serabut-serabut parasimpatik yang berfungsi
melakukan konstriksi pupil mata berjalan pada sepanjang
permukaan N.III. Paralisis serabut-serabut ini yang disebabkan
oleh penekanan N.III akan mengakibatkan dilatasi pupil oleh
karena tidak adanya hambatan aktivitas serabut simpatik
FISIOLOGI
16
Tekanan Intrakranial (TIK)
o TIK normal pada keadaan istirahat sebesar 10 mmHg
o Berbagai proses patologis yang mengenai otak dapat
menyebabkan kenaikan TIK
o Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak dan
menyebabkan atau memperberat iskemia
Doktrin Monro-Kellie
o Merupakan konsep dinamika TIK
o Volume TIK harus selalu konstan. Hal ini karena rongga
kranium pada dasarnya merupakan rongga yang rigid, tidak
mungkin mekar.
o Segera setelah trauma, massa seperti gumpalan darah dapat
terus bertambah sementara TIK masih dalam batas normal
saat pengaliran CSS dan darah intravaskular mencapai titik
dekompensasi, TIK secara cepat akan meningkat
Aliran Darah ke Otak (ADO)
o Normal pada orang dewasa antara 50-55 ml/100gr jaringan
otak per menit
o Cedera otak berat sampai koma dapat menurunkan 50%
dalam 6-12 jam pertama sejak trauma
o ADO biasanya akan meningkat dalam 2-3 hari berikutnya,
tetapi pada penderita yang koma tetap di bawah normal
sampai beberapa hari atau minggu setelah trauma
o Terdapat bukti bahwa ADO yang rendah tidak dapat
mencukupi kebutuhan metabolisme otak segera setelah
trauma, sehingga akan mengakibatkan iskemi otak fokal
ataupun menyeluruh.
HIDUNG
17
A. Hidung Luar.
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke
bawah :
1. Pangkal hidung ( bridge )
2. Dorsum nasi
3. Puncak hidung ( apeks )
4. Ala nasi
5. Kolumela
6. Lubang hidung ( nares anterior )
Hidung luar dibentuk oleh tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot yang berfungsi untuk melebarkan
atau menyempitkan lubang hidung.Kerangka tulang terdiri dari :
1. Sepasang os nasalis ( tulang hidung )
2. Prosesus frontalis os maksila
3. Prosesus nasalis os frontalis
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang
rawanyang terletak dibagian bawah hidung, yaitu :
1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior
2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior ( kartilago alar mayor )
3. Beberapa pasang kartilago alar minor
18
4. Tepi anterior kartilago septum nasi
Otot-otot nasi terdiri dari dua kelompok yaitu
1. Kelompok dilator :
- m. dilator nares ( anterior dan posterior )
- m. proserus
- kaput angulare m. kuadratus labii superior
2. Kelompok konstriktor :
- m. nasalis
- m. depresor septi
B. Hidung dalam
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya. Kavum
nasi bagian anterior disebut nares anterior dan bagian posterior
disebut nares posterior ( koana ) yang menghubungkan kavum nasi
dengan nasofaring
a. Vestibulum
Terletak tepat dibelakang nares anterior, dilapisi oleh kulit yang
mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang
yang disebut vibrisae
b. Septum nasi
19
Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan.Bagian tulang terdiri
dari :
- lamina perpendikularis os etmoid
- vomer
- krista nasalis os maksila
- krista nasalis os palatina
Bagian tulang rawan terdiri dari :
- kartilago septum ( lamina kuadrangularis )
- kolumela
c. Kavum nasi
Dasar hidung
Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus
horisontal os palatum.
Atap hidung
Terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal, prosesus
frontalis os maksila, korpus os etmoid dan korpus os sfenoid. Sebagian
besar ataphidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui filamen-
filamen n. olfaktorius yang berasal dari permukaan bawah bulbus
olfaktorius berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan
permukaan kranial konka superior. 8,9
20
Dinding lateral
Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os
maksila, os lakrimalis, konka superior, konka media, konka inferior,
lamina perpendikularis os palatum dan lamina pterigoideus medial
Konka
Pada dinding lateral hidung terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan
letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil
ialah konka media dan konka superior, sedangkan yang terkecil
disebut konka suprema. Konka suprema ini biasanya rudimenter.
Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os
maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan
suprema merupakan bagian dari labirin etmoid.
Meatus nasi
Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga
sempit yang disebut meatus. Meatus inferior terletak diantara konka
inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada
meatus inferior terdapat muara duktus nasolakrimalis. Meatus media
terletak diantara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Disini
terdapat muara sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior.
Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior
dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus
sphenoid
Trauma Kapitisa. Definisi
Trauma kapitis adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala dan mengakibatkan gangguan fungsi neurologis.
21
b. PatofisiologiBerat ringannya daerah otak yang mengalami cedera akibat trauma kapitis bergantung pada :1. Besar dan kekuatan benturan2. Arah dan tempat benturan3. Sifat dan keadaan kepala sewaktu menerima benturanSehubungan dengan pelbagai aspek benturan tersebut maka dapat mengakibatkan lesi otak berupa :• Lesi bentur (Coup)• Lesi antara (akibat pergeseran tulang, dasar tengkorak yang menonjol/falx dengan otak, peregangan dan robeknya pembuluh darah dan lain-lain = lesi media)• Lesi kontra (counter coup)
Lesi benturan otak menimbulkan beberapa kejadian berupa :1. Gangguan neurotransmitter sehingga terjadi blok depolarisasi pada sistem ARAS (Ascending Reticular Activating System yang bermula dari brain stem)2. Retensi cairan dan elektrolit pada hari pertama kejadian3. Peninggian tekanan intra kranial ( + edema serebri)4. Perdarahan petechiae parenchym ataupun perdarahan besar5. Kerusakan otak primer berupa cedera pada akson yang bisa merupakan peregangan ataupun sampai robeknya akson di substansia alba yang bisa meluas secara difus ke hemisfer sampai ke batang otak6. Kerusakan otak sekunder akibat proses desak ruang yang meninggi dan komplikasi sistemik hipotensi, hipoksemia dan asidosis.
Akibat adanya cedera otak maka pembuluh darah otak akan melepaskan serotonin bebas yang berperan akan melonggarkan hubungan antara endotel dinding pembuluh darah sehingga lebih perniabel, maka Blood Brain Barrier pun akan terganggu, dan terjadilah oedema otak regional atau diffus (vasogenik oedem serebri)Oedema serebri lokal akan terbentuk 30 menit sesudah mendapat trauma dan kemudian oedema akan menyebar membesar. Oedema otak lebih banyak melibatkan sel-sel glia, terutama pada sel astrosit (intraseluler) dan ekstraseluler di substansia alba. Dan ternyata oedema serebri itu meluas berturut-turut akan mengakibatkan tekanan intra kranial meninggi, kemudian terjadi kompresi dan hypoxic iskhemik hemisfer dan batang otak dan akibat selanjutnya bisa menimbulkan herniasi transtetorial ataupun serebellar yang berakibat fatal.
Sistem peredaran darah otak mempunyai sistem autoregulasi untuk mempertahankan Cerebral Blood Flow (CBF) yang optimal sehingga Tekanan Perfusi Otak (TPO) juga adekuat (TPO minimal adalah sekitar 40-50 mmHg untuk mensuplai seluruh daerah otak). Jika Tekanan Intra Kranial (TIK) meninggi maka menekan kapiler serebral sehingga terjadi serebral hipoksia diffus mengakibatkan kesadaran akan menurun.Peninggian TIK mengakibatkan CBF dan TPO menurun, maka akan terjadi kompensasi (Cushing respons), penekanan pada daerah medulla oblongata, hipoksia
22
pusat vasomotor, sehingga mengakibatkan kompensasi vasokonstriksi perifer (peninggian tekanan darah sistemik) bradikardi,, pernafasan yang melambat dan muntah-muntah.
c. Klasifikasi trauma kapitis secara umum
1)Simple Head Injury
Ada riwayat trauma kapitis
Tidak pingsan
Gejala sakit kepala dan pusing
Umumnya tidak memerlukan perawatan khusus, cukup
diberi obat simptomatik dan cukup istirahat.
2)Commotio Cerebri
Commotio cerebri (gegar otak) adalah keadaan pingsan
yang berlangsung tidak lebih dari 10 menit akibat trauma
kepala, yang tidak disertai kerusakan jaringan otak.
Pasien mungkin mengeluh nyeri kepala, vertigo,
mungkin muntah dan tampak pucat.
Vertigo dan muntah mungkin disebabkan gegar pada
labirin atau terangsangnya pusat-pusat dalam batang
otak.
Pada commotio cerebri mungkin pula terdapat
amnesia retrograde, yaitu hilangnya ingatan sepanjang
masa yang terbatas sebelum terjadinya kecelakaan.
Terapi simptomatis, perawatan selama 3-5 hari untuk
observasi kemungkinan terjadinya komplikasi dan
mobilisasi bertahap.
3)Contusio Cerebri
Pada contusio cerebri (memar otak) terjadi perdarahan-
perdarahan di dalam jaringan otak tanpa adanya robekan
23
jaringan yang kasat mata, meskipun neuron-neuron
mengalami kerusakan atau terputus.
Timbulnya lesi contusio di daerah “coup”, “contrecoup”,
dan “intermediate” menimbulkan gejala deficit neurologik
yang bisa berupa refleks babinsky yang positif dan
kelumpuhan UMN.
Tekanan darah menjadi rendah dan nadi menjadi lambat,
atau menjadi cepat dan lemah.
Juga karena pusat vegetatif terlibat, maka rasa mual,
muntah dan gangguan pernafasan bisa timbul.
Terapi dengan antiserebral edem, simptomatik, neurotropik
dan perawatan 7-10 hari.
4)Laceratio Cerebri
Dikatakan laceratio cerebri jika kerusakan tersebut disertai
dengan robekan piamater. Laceratio biasanya berkaitan
dengan adanya perdarahan subaraknoid traumatika,
subdural akut, dan intercerebral. Laceratio dapat
dibedakan atas laceratio langsung dan tidak langsung.
Laceratio langsung disebabkan oleh luka tembus kepala
yang disebabkan oleh benda asing atau penetrasi fragmen
fraktur terutama pada fraktur depressed terbuka.
Sedangkan laceratio tidak langsung disebabkan oleh
deformitas jaringan yang hebat akibat kekuatan mekanis.
5)Fracture Basis Cranii
Fractur basis cranii bisa mengenai fossa anterior, fossa
media, dan fossa posterior. Gejala yang timbul tergantung
pada letak atau fossa mana yang terkena.
24
Fraktur pada fossa anterior menimbulkan gejala:
Hematom kacamata tanpa disertai subkonjungtival
bleeding
Epistaksis
Rhinorrhoe
Fraktur pada fossa media menimbulkan gejala:
Hematom retroaurikuler, ottorhoe
Perdarahan dari telinga
Pemberian antibiotik dosis tinggi untuk mencegah
infeksi. Tindakan operatif bila adanya liquorrhoe yang
berlangsung lebih dari 6 hari.
6)Hematom Epidural
Letak : antara tulang tengkorak dan duramater
Etiologi : pecahnya a. Meningea media atau cabang-
cabangnya
Gejala : setelah terjadi kecelakaan, penderita pingsan
atau hanya nyeri kepala sebentar kemudian membaik
dengan sendirinya tetapi beberapa jam kemudian
timbul gejala-gejala yang memperberat progresif
seperti nyeri kepala, pusing, kesadaran menurun, nadi
melambat, tekanan darah meninggi, pupil pada sisi
perdarahan mula-mula sempit, lalu menjadi lebar, dan
akhirnya tidak bereaksi terhadap refleks cahaya. Ini
adalah tanda-tanda bahwa sudah terjadi herniasi
tentorial.
Akut (minimal 24jam sampai dengan 3x24 jam)
Pada pemeriksaan kepala mungkin pada salah satu sisi
kepala didapati hematoma subkutan
25
Pemeriksaan neurologis menunjukkan pada sisi
hematom pupil melebar. Pada sisi kontralateral dari
hematom, dapat dijumpai tanda-tanda kerusakan
traktus piramidalis, misalnya : hemiparesis, refleks
tendon meninggi, dan refleks patologik positif.
Penatalaksanaannya yaitu tindakan evakuasi darah
(dekompresi) dan pengikatan pembuluh darah.
7)Hematom subdural
Letak : di bawah duramater
Etiologi : pecahnya bridging vein, gabungan robekan
bridging veins dan laserasi piamater serta arachnoid
dari kortex cerebri
Gejala subakut : mirip epidural hematom, timbul dalam
3 hari pertama
Kronis : 3 minggu atau berbulan-bulan setelah trauma
Operasi sebaiknya segera dilakukan untuk mengurangi
tekanan dalam otak (dekompresi) dengan melakukan
evakuasi hematom. Penanganan subdural hematom
akut terdiri dari trepanasi-dekompresi.
Epidural Hematoma. Definisi
Hematom epidural merupakan pengumpulan darah diantara tengkorak dengan duramater ( dikenal dengan istilah hematom ekstradural ). Hematom jenis ini biasanya berasal dari perdarahan arteriel akibat adanya fraktur linier yang menimbulkan laserasi langsung atau robekan arteri-arteri meningens ( a. Meningea media ). Fraktur tengkorak yang menyertai dijumpai pada 8% - 95% kasus, sedangkan sisanya (9%) disebabkan oleh regangan dan robekan arteri tanpa ada fraktur (terutama pada kasus anak-anak dimana deformitas yang terjadi hanya sementara). Hematom epidural yang berasal dari perdarahan vena lebih jarang terjadi.
b. EtiologiKausa yang menyebabkan terjadinya hematom epidural meliputi :
26
1. Trauma kepala 2. Sobekan a/v meningea mediana 3. Ruptur sinus sagitalis / sinus tranversum 4. Ruptur v diplorica
Hematom jenis ini biasanya berasal dari perdarahan arterial akibat adanya fraktur linier yang menimbulkan laserasi langsung atau robekan arteri meningea mediana.Fraktur tengkorak yang menyertainya dijumpai 85-95 % kasus, sedang sisanya ( 9 % ) disebabkan oleh regangan dan robekan arteri tanpa ada fraktur terutama pada kasus anak-anak dimana deformitas yang terjadi hanya sementara.
Hematom jenis ini yang berasal dari perdarahan vena lebih jarang terjadi, umumnya disebabkan oleh laserasi sinus duramatris oleh fraktur oksipital, parietal atau tulang sphenoid.
c. KlasifikasiBerdasarkan kronologisnya hematom epidural diklasifikasikan menjadi :
1. Akut : ditentukan diagnosisnya waktu 24 jam pertama setelah trauma2. Subakut : ditentukan diagnosisnya antara 24 jam – 7 hari3. Kronis : ditentukan diagnosisnya hari ke 7
d. PatofisiologiHematom epidural terjadi karena cedera kepala benda tumpul dan dalam waktu yang lambat, seperti jatuh atau tertimpa sesuatu, dan ini hampir selalu berhubungan dengan fraktur cranial linier. Pada kebanyakan pasien, perdarahan terjadi pada arteri meningeal tengah, vena atau keduanya. Pembuluh darah meningeal tengah cedera ketikaterjadi garis fraktur melewati lekukan minengeal pada squama temporal.
Visum et Repertum
Visum et repertum adalah istilah yang dikenal dalam Ilmu Kedokteran Forensik, biasanya
dikenal dengan nama “Visum”. Visum berasal dari bahasa Latin, bentuk tunggalnya
adalah “visa”. Dipandang dari arti etimologi atau tata bahasa, kata “visum” atau “visa”
berarti tanda melihat atau melihat yang artinya penandatanganan dari barang bukti
tentang segala sesuatu hal yang ditemukan, disetujui, dan disahkan, sedangkan
“Repertum” berarti melapor yang artinya apa yang telah didapat dari pemeriksaan dokter
terhadap korban. Secara etimologi visum et repertum adalah apa yang dilihat dan
diketemukan.
27
Visum et repertum berkaitan erat dengan Ilmu Kedokteran Forensik. Mengenai disiplin
ilmu ini, dimana sebelumnya dikenal dengan Ilmu Kedokteran Kehakiman, R. Atang
Ranoemihardja menjelaskan bahwa Ilmu Kedokteran Kehakiman atau Ilmu Kedokteran
Forensik adalah ilmu yang menggunakan pengetahuan Ilmu Kedokteran untuk membantu
peradilan baik dalam perkara pidana maupun dalam perkara lain (perdata).
Tugas dari Ilmu Kedokteran Kehakiman adalah membantu aparat hukum (baik
kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman) dalam mengungkapkan suatu perkara yang
berkaitan dengan pengrusakan tubuh, kesehatan dan nyawa seseorang. Dengan bantuan
Ilmu Kedokteran Kehakiman tersebut, diharapkan keputusan yang hendak diambil oleh
badan peradilan menjadi obyektif berdasarkan apa yang sesungguhnya terjadi.
Bentuk bantuan ahli kedokteran kehakiman dapat diberikan pada saat terjadi tindak
pidana (di tempat kejadian perkara, pemeriksaan korban yang luka atau meninggal) dan
pemeriksaan barang bukti, dimana hal ini akan diterangkan dan diberikan hasilnya secara
tertulis dalam bentuk surat yang dikenal dengan istilah visum et repertum.
Berdasarkan ketentuan hukum acara pidana Indonesia, khususnya KUHAP tidak
diberikan pengaturan secara eksplisit mengenai pengertian visum et repertum. Satu-
satunya ketentuan perundangan yang memberikan pengertian mengenai visum et
repertum yaitu Staatsblad Tahun 1937 Nomor 350.
Disebutkan dalam ketentuan Staatsblad tersebut bahwa : “Visum et Repertum adalah
laporan tertulis untuk kepentingan peradilan (pro yustisia) atas permintaan yang
berwenang, yang dibuat oleh dokter, terhadap segala sesuatu yang dilihat dan ditemukan
pada pemeriksaan barang bukti, berdasarkan sumpah pada waktu menerima jabatan, serta
berdasarkan pengetahuannya yang sebaik-baiknya.
Sebagai suatu hasil pemeriksaan dokter terhadap barang bukti yang diperuntukkan untuk
kepentingan peradilan, visum et repertum digolongkan menurut obyek yang diperiksa
sebagai berikut :
1. Visum et repertum untuk orang hidup.
Jenis ini dibedakan lagi dalam :
a. Visum et repertum biasa. Visum et repertum ini diberikan kepada pihak peminta
(penyidik) untuk korban yang tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.
b. Visum et repertum sementara. Visum et repertum sementara diberikan apabila korban
28
memerlukan perawatan lebih lanjut karena belum dapat membuat diagnosis dan derajat
lukanya. Apabila sembuh dibuatkan visum et repertum lanjutan.
c. Visum et repertum lanjutan .
Dalam hal ini korban tidak memerlukan perawatan lebih lanjut karena sudah sembuh,
pindah dirawat dokter lain, atau meninggal dunia.
2. Visum et repertum untuk orang mati (jenazah).
Pada pembuatan visum et repertum ini, dalam hal korban mati maka penyidik
mengajukan permintaan tertulis kepada pihak Kedokteran Forensik untuk dilakukan
bedah mayat (outopsi).
2. Visum et repertum Tempat Kejadian Perkara (TKP). Visum ini dibuat setelah dokter
selesai melaksanakan pemeriksaan di TKP.
3. Visum et repertum penggalian jenazah. Visum ini dibuat setelah dokter selesai
melaksanakan penggalian jenazah.
4. Visum et repertum psikiatri yaitu visum pada terdakwa yang pada saat pemeriksaan di
sidang pengadilan menunjukkan gejala-gejala penyakit jiwa.
5. Visum et repertum barang bukti, misalnya visum terhadap barang bukti yang
ditemukan yang ada hubungannya dengan tindak pidana, contohnya darah, bercak mani,
selongsong peluru, pisau.
Dalam penulisan skripsi ini, visum et repertum yang dimaksud adalah visum et repertum
untuk orang hidup, khususnya yang dibuat oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan
terhadap korban tindak pidana perkosaan.
2. Bentuk Umum Visum et Repertum
Agar didapat keseragaman mengenai bentuk pokok visum et repertum, maka ditetapkan
ketentuan mengenai susunan visum et repertum sebagai berikut :
1. Pada sudut kiri atas dituliskan “PRO YUSTISIA”, artinya bahwa isi visum et repertum
hanya untuk kepentingan peradilan.
2. Di tengah atas dituliskan Jenis visum et repertum serta nomor visum et repertum
tersebut.
3. Bagian Pendahuluan, merupakan pendahuluan yang berisikan :
a. Identitas Peminta visum et repertum.
b. Identitas Surat Permintaan Visum et Repertum.
29
c. Saat penerimaan Surat Permintaan Visum et Repertum.
d. Identitas Dokter pembuat visum et repertum.
e. Identitas korban/barang bukti yang dimintakan visum et repertum.
f. Keterangan kejadian sebagaimana tercantum di dalam Surat Permintaan Visum et
Repertum.
4. Bagian Pemberitaan, merupakan hasil pemeriksaan dokter terhadap apa yang dilihat
dan ditemukan pada barang bukti.
5. Bagian Kesimpulan, merupakan kesimpulan dokter atas analisa yang dilakukan
terhadap hasil pemeriksaan barang bukti.
6. Bagian Penutup, merupakan pernyataan dari dokter bahwa visum et repertum ini dibuat
atas dasar sumpah dan janji pada waktu menerima jabatan.
7. Di sebelah kanan bawah diberikan Nama dan Tanda Tangan serta Cap dinas dokter
pemeriksa.
Dari bagian visum et repertum sebagaimana tersebut diatas, keterangan yang merupakan
pengganti barang bukti yaitu pada Bagian Pemberitaan. Sedangkan pada Bagian
Kesimpulan dapat dikatakan merupakan pendapat subyektif dari dokter pemeriksa.
3. Visum et Repertum Sebagai Alat Bukti
Dalam KUHAP tidak terdapat satu pasalpun yang secara eksplisit memuat perkataan
visum et repertum. Hanya didalam Staatsblad Tahun 1937 Nomor 350 pada Pasal 1
dinyatakan bahwa visum et repertum adalah suatu keterangan tertulis yang dibuat oleh
dokter atas sumpah atau janji tentang apa yang dilihat pada benda yang diperiksanya
yang mempunyai daya bukti dalam perkara-perkara pidana.
KUHAP tidak pula menjelaskan secara langsung mengenai kedudukan visum et repertum
sebagai alat bukti. Perihal apa yang dimaksud dengan alat bukti yang sah, disebutkan
dalam Pasal 184 ayat (1) :
Alat bukti yang sah ialah :
a. keterangan saksi ;
b. keterangan ahli ;
c. surat ;
30
d. petunjuk ;
e. keterangan terdakwa.
Apabila ditinjau dari ketentuan Staatsblad Tahun 1937 Nomor 350 yang merupakan satu-
satunya ketentuan yang memberikan definisi visum et repertum, maka sebagai alat bukti
visum et repertum termasuk alat bukti surat karena keterangan yang dibuat oleh dokter
dituangkan dalam bentuk tertulis.50) Menurut Waluyadi, Visum et repertum merupakan
keterangan tertulis dalam bentuk surat yang dibuat atas sumpah jabatan yaitu jabatan
sebagai seorang dokter, sehingga surat tersebut mempunyai keontentikan sebagai alat
bukti.
Di samping ketentuan Staatsblad Tahun 1937 Nomor 350 yang menjadi dasar hukum
kedudukan visum et repertum, ketentuan lainnya yang juga memberi kedudukan visum et
repertum sebagai alat bukti surat yaitu Pasal 184 ayat (1) butir c KUHAP mengenai alat
bukti surat serta Pasal 187 butir c yang menyatakan bahwa : “Surat sebagaimana tersebut
pada Pasal 184 ayat (1) butir c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan
sumpah, adalah : c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari
padanya.”
Dengan demikian berdasarkan pengertian yuridis dari visum et repertum yang diberikan
oleh Staatsblad Tahun 1937 Nomor 350 maka kedua pasal KUHAP tersebut telah
memberi kedudukan visum et repertum sebagai suatu alat bukti surat dalam pemeriksaan
perkara pidana.
31
DAFTAR PUSTAKA
A. Price, Sylvia ,M. Wilson, Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. ed : Hartanto, Huriawati, dkk. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. ed : Hartanto, Huriawati,
dkk. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Meredith, J.Wayne. 2004. Advanced Trauma Life Support For Doctors. Chicago :
American College of Surgeons Committee on Trauma
Purwadianto, Agus. 2000. Kedaruratan Medik. Jakarta Barat : BINARUPA AKSARA
Guyton dan Hall. 2004. Fisiologi. Jakarta : EGC
32