laporan

6
LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA BLOK TRAUMA DAN EMERGENCY Nama : Kania Agustina Santoso No Mahasiswa : 20110310094 Rumah Sakit : RSUD Muntilan Tanggal Stase Komuda : 23 Mei 2015 1. Pengalaman Seorang laki-laki usia 24 tahun dating ke IGD mengeluh sakit di bagian punggung dan nyeri pada bahu kiri setelah mengalami kecelakaan lalu lintas motor dengan motor. Pasien adalah rujukan dari puskesmas dan datang dibawa dengan ambulans. Pada saat kejadian pasien sadar namun sulit untuk mengingat kejadian yang terjadi padanya. Saat kecelakaan pasien mengenakan helm. Hasil pemeriksaan fisik pasien composmentis, tampak sakit sedang, GCS 15, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 86x/menit, RR 20x/menit, suhu 36 o C. Terdapat vulnus ekskoriasi pada bagian wajah sebelah kiri. Didapatkan pula nyeri tekan pada bagian punggung bagian bawah. Pasien mendapatkan terapi berupa O 2 3lt/menit, infus RL, injeksi Cefotaxim 1A, injeksi Ketorolac 30mg, injeksi Ranitidin 1A dan medikasi. Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, psien didiagnosis Cedera Kepala Ringan. 2. Masalah yang Dikaji Apakah fungsi dari pemberian terapi berupa cefotaxim, ketorolac dan ranitidine kepada pasien? Bagaimana penjelasan farmakodinamik dan farmakokinetik ? 3. Analisis Kritis Cefotaxime

description

laporan

Transcript of laporan

LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDABLOK TRAUMA DAN EMERGENCY

Nama: Kania Agustina SantosoNo Mahasiswa: 20110310094Rumah Sakit: RSUD Muntilan Tanggal Stase Komuda : 23 Mei 20151. PengalamanSeorang laki-laki usia 24 tahun dating ke IGD mengeluh sakit di bagian punggung dan nyeri pada bahu kiri setelah mengalami kecelakaan lalu lintas motor dengan motor. Pasien adalah rujukan dari puskesmas dan datang dibawa dengan ambulans. Pada saat kejadian pasien sadar namun sulit untuk mengingat kejadian yang terjadi padanya. Saat kecelakaan pasien mengenakan helm.Hasil pemeriksaan fisik pasien composmentis, tampak sakit sedang, GCS 15, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 86x/menit, RR 20x/menit, suhu 36o C. Terdapat vulnus ekskoriasi pada bagian wajah sebelah kiri. Didapatkan pula nyeri tekan pada bagian punggung bagian bawah.Pasien mendapatkan terapi berupa O2 3lt/menit, infus RL, injeksi Cefotaxim 1A, injeksi Ketorolac 30mg, injeksi Ranitidin 1A dan medikasi.Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, psien didiagnosis Cedera Kepala Ringan. 2. Masalah yang DikajiApakah fungsi dari pemberian terapi berupa cefotaxim, ketorolac dan ranitidine kepada pasien? Bagaimana penjelasan farmakodinamik dan farmakokinetik ?

3. Analisis Kritis CefotaximeA. FarmakodinamikCefotaxime adalah antibiotik sefalosporin generasi ketiga yang memiliki aktivitas anti bakteri dengan cara menghambat sisntesis dinding sel. In vitro cefotaxime memiliki aktivitas luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Cefotaxime memiliki stabilitas yang sangat tinggi terhadap -laktamase, baik penisilinase dan sefalosporinase yang dihasilkan bakteri gram-positif dan gram-negatif. Selain itu Cefataxime merupakan penghambat poten terhadap bakteri gram negatif tertentu yang menghasilkan -laktamase.B. Farmakokinetik1. Absorpsi: Cefotaxime diberikan secara injeksi sebagai garam natrium. Diabsorpsi dengan cepat setelah injeksi intra muskular dengan rata-rata konsentrasi puncak plasma sekitar 12 dan 20 ug/ml yang dilaporkan berturut-urut setelah 40 menit pemberian Cefotaxime 0,5 dan 1 g. pada injeksi intravena Cefotaxime 0,5:1 atau 2 g rata-rata konsentrasi puncak plasma berturut-urut 38:102 dan 215 ug/ml dicapai dalam konsentrasi bervariasi antara 1 sampai 3 ug/ml setelah 4 jam. Waktu paruh plasma Cefotaxime sekitar 1 jam dan untuk metabolit aktif desocetylcepotaxime sekitar 1,5 jam. Waktu paruh meningkat pada neonatus dan penderita dengan gangguan ginjal berat, terutama untuk bentuk metabolit, dalam hal ini pengurangan dosis sangat diperlukan. Sekitar 40% Cefotaxime dalam sirkulasi dilaporkan berikatan dengan protein plasma.2. Distribusi: Cefotaxime dan desacetylcefotoxime secara luas didistribusikan dalam jaringan dan cairan tubuh; konsentrasi terapi dapat ditemui dalam LCS terutama bila meninges dalam keadaan meradang. Cefotaxime melewati plasenta dan dalam konsentrasi rendah dapat ditemukan pada air susu ibu. Konsentrasi Cefotaxime dan desacetylcefotaxime relatif tinngi pada empedu dan 20% dari dosis yang diberikan ditemukan dalam feses.3. Metabolisme: Cefotaxime sebagian masuk dalam metabolisme hati menjadi desacetylcefotaxime dan metabolit inaktif.4. Ekskresi: Eliminasi Cefotaxime terutama melalui ginjal dan sekitar 40 sampai 60% dari dosis ditemukan tidak berubah di urin dalam jangka waktu 24 jam; dan sisanya sebanyak 20% diekskresikan sebagai metabolit desacetyl. Probenesid akan berkompetensi dengan Cefotaxime dalam halsekresi melalui tubulus ginjal yang akan mengakibatkan konsentrasi plasma efotaxime dan metabolit desacetyl menjadi lebih tinggi dan lebih lama. Cefotaxime dan metabolitnya dapat dihilangkan dengan hemodialis.

C. Dosis1. Dewasa: Pemberian secara IV atau IM. Dosis maksimum sehari tidak lebih dari 12 g. besarnya dosis dan cara pemberian sesuai dengan organisme penyebab, berat ringannya infeksi dan kondisi pasien (lihat tabel) untuk semua pedoman dosis.2. Profilaksi perroperatif: 1 g IV atau IM, 30-90 menit sebelum operasi3. Operasi caesar: pemberian pertama 1 g IV segera setelah tali pusar diklem. Pemberian kedua dan ketiga 1 g IV atau IM interval 6-12 jam setelah dosis pertama di berikan4. Anak-anak: Tidak perlu dibedakan antara bagi premature dan cukup bulan. Dosis yang dianjurkan sesuai dengan pedoman berikut: Untuk anak-anak > 50 kg, gunakan dosis dewasa. Tidak lebih dari dosis dewasa yang dianjurkan. Gunakan dosis yang lebih tinggi untuk infeksi yang lebih berat/serius seperti meningitis.5. Gangguan fungsi ginjal: penentuan dosis berdasarkan derajat gangguan fungsi ginjal, berat ringannya penyakit dan kerentanan organisme penyebab. Pada pasien-pasien dengan batas klirens kreatinin < 20 ml/menit/1,73 m2, kurangi dosis sampai 50%

KetorolakMerupakan analgesik poten dengan efek anti inflamasi sedang. Absorpsi oral dan IM berlangsung cepat yaitu 30-50 menit. Efektivitas ini sebanding dengan morfin/meperidin dosis umum dengan masa kerja yang lebih panjang namun efek sampingnya lebih ringan. Ketorolac sangat efektif dalam menghambat COX-1 maka obat ini hanya dianjurkan untuk dipakai tidak lebih dari 5 hari karena memiliki kemungkinan tukak lambung dan iritasi lambung yang tinggi.Dosis IM 30-60 mg, IV 15-30 mg dan oral 5-30 mg. Efek samping yang mungkin terjadi antara lain nyeri di tempat suntikan, gangguan saluran cerna, kantuk, pusing dan sakit kepala.

RanitidinMerupakan antagonis reseptor H2 bekerja menghambat sekresi asam lambung. Indikasinya adalah untuk mengatasi gejala akut tukak duodenum dan mempercepat penyembuhannya, dosis lebih kecil diberikan untuk membantu mencegah kekambuhannya. Biasanya diberikan 1 kali sehari pada malam hari karena lebih efektif. Selain itu antagonis H2 juga dapat diberikan kepada pasien GERD.Efek samping dari ranitidine relatif rendah dan ada beberapa efek samping tersebut adalah nyeri kepala, pusing, malaise, myalgia, mual, diare, konstipasi, ruam kulit, pruritis, kehilangan libido dan impoten.

4. DokumentasiIdentitas PasienNama : Tn. WUmur : 24 tahunAgama : IslamStatus : Belum menikah Alamat : Ngluwar, Magelang Pekerja : SwastaPendidikan : SMA Vital Sign : - TD : 140/80 mmHg Suhu : 36o C Respirasi: 20x / menit Denyut nadi: 86x / menit Pemeriksaan fisik : - KU tampak sedang, composmentis GCS 15 Vulnus ekskoriasi pada wajah sebelah kiri Terdapat nyeri tekan pada punggung bagian tengahDiagnosis: Cedera Kepala Ringan

5. Referensi Gunawan, Gan Sulistia. 2009. FARMAKOLOGI DAN TERAPI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Jakarta. Sumantri, Bambang. 2012. Medical World: Cefotaxime.

Yogyakarta, 6 Juni 2015 Dosen Pembimbing

dr. Mahendra Priya Adhi