LAPORAN

36
REFRESHING “BERAT BAYI LAHIR RENDAH” Disusun oleh : Sela Naimora 2010730097 Pembimbing : Dr. H. Heka Mayasari, Sp.A STASE ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

description

vdfscsxs

Transcript of LAPORAN

REFRESHING“BERAT BAYI LAHIR RENDAH”

Disusun oleh :

Sela Naimora 2010730097

Pembimbing :

Dr. H. Heka Mayasari, Sp.A

STASE ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan refreshing yang berjudul

“Berat Bayi Lahir Rendah“ yang merupakan salah satu penyakit tersering pada anak

dengan tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada dr. H, Heka Mayasari,

Sp.A,selaku pembimbing dibagian Ilmu Kesehatan RSUD Cianjur dan rekan-rekan

yang telah membantu penulis dalam pembuatan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan refreshing ini masih banyak

terdapat kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis

harapkan guna perbaikan dalam pembuatan laporan kasus selanjutnya.

Semoga refreshing ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi para

pembaca dan rekan-rekan sejawat.

Cianjur, September 2014

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bayi dengan badan lahir rendah akan meningkatkan angka kesakitan dan

angka kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan

komplikasi yang terjadi. Hal ini akan bertambah buruk jika berat badan tidak

bertambah untuk waktu yang lama.

Masalah yang mengancam pada BBLR dan BBLSR adalah resiko kehilangan

panas dan ir yang relative lebih besar karena permukaan tubuh reltif luas, jaringan

lemak subkutan lebih tipis, sehingga resiko kehilangan panas melalui kulit dan

kekurangan cadangan energi lebih besar. Daya tahan tubuh relative rendah karena

prematuritas dan malnutisinya, juga fungsi organ belum baik (terutama UK < 34

minggu), misalnya : system pernafasan, saluran cerna, hati , ginjal, metabolisme

dan system kekebalan. Bayi BBLSR mempunyai insiden perumahsakitan kembali

yang lebih tinggi selama tahun pertama kehidupan, jika dibanding dengan bayi

yang lebih besar, sebagai akibat dari hernia inguinalis, infeksi, pengobatan sisa

akibat prematuritas dan gangguan perawatan.

B. EPIDEMIOLOGI

Masalah kesehatan anak di tiap Negara berbeda, karena perbedaan

lingkungan yang mempengaruhinya. Namun secara garis besar masalah tersebut

dikelompokkan menjadi dua kategori. Masalah anak di Negara maju dan masalah

anak di Negara berkembang. Pola penyakit di Negara maju antara lain : keganasan,

kecelakaan, kelainan genetic dan gangguan psikologik. Sedangkan masalah anak di

Negara berkembang yang saat ini terjadi adalah penyakit infeksi, infeksi parasit

dan penyakit kurang gizi. Dimana pola penyakit di Negara berkembang juga

pernah dialami oleh kelompok Negara maju 50-100 tahun yang lalu. Indonesia

dikategorikan dalam Negara berkembang, apalagi dengan adannya krisis ekonomi

yang berdampak pada aspek kesehatan. Tingkat social ekonomi yang rendah sering

dihubungkan dengan kelahiran bayi berat lahir rendah. Jadi baik tidaknya keadaan

sosial ekonomi suatu tempat dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian

bayi (AKB). Di Indonesia pada tahun 1980 AKB mencapai 46,0 % sedangkan di

Singapura pada tahun yang sama AKB 13,5 %.

C. INSIDENSI

Frekuensi kejadian bayi lahir kurang dari masa gestasi 37 minggu (menurut

U.S. Collaborative Perinatal Study) adalah 7,1 % untuk kulit putih dan 17,9 %

untuk kulit berwarna. Kira-kira 1/3 – ½ bayi berat lahir rendah mempunyai masa

gestasi 37 minggu atau lebih. Kejadian bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

gram bervariasi antara 6 – 16 %.

Di bangsal Neonatus RSCM (1986) penyebab kematian neonatus adalah :

cacat bawaan, sindrom gawat nafas, infeksi, asfiksia, imaturitas (Markum, AH,

2002).

Tabel : Penyebab kematian Neonatus di Bangsal Neonatus RSCM Jakarta

Tahun 1986

Penyebab Kematian Neonatus ( %)

Cacat bawaan 33.8

Sindrom gawat nafas 20.1

Infeksi 19.4

Asfiksia 17.7

Imaturitas (tidak spesifik) 6.3

Penyebab lain 3.2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang

dalam 1 (satu) jam setelah lahir (3).

2.2 Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh

kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara

berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian

BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi

dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk

faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi

dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa

depan (1,2). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan

daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter

diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan

analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target

BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat

2010 yakni maksimal 7% (2,3).

2.3 Klasifikasi

Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah (1)

Bayi dengan berat lahir rendah sering diklasifikasikan berdasarkan :

1. Berat badan lahir

a. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), dengan berat lahir <1000

gram.

b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), dengan berat lahir 1001-1500

gram.

c. Bayi berat lahir rendah (BBLR), dengan berat badan 1501-2499 gram .

2. Usia kehamilan

a. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan belum

mencapai 38 minggu.

b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 38-42

minggu.

c. Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan lebih dari

42 minggu.

3. Usia kehamilan dan berat badan lahir

a. Masa kehamilan kurang dari 38 minggu dengan berat yang sesuai dengan

berat badan untuk usia kehamilan (sesuai untuk masa kehamilan=SMK),

dimana masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid

yang teratur.

b. Bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa

kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan=KMK)

Untuk mendapatkan keseragaman, maka pada kongres Ëuropean perinatal

Medicine” ke II di London (1970) telah diusulkan definisi sebagai berikut:

- Bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu

- Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai

dengan 42 minggu

- Bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan lebih dari 42 minggu.

Dari pengertian diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Prematuritas murni

Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan

berat badan pada masa gestasi tersebut, atau biasa disebut dengan neonatus

kurang bulan-sesuai dengan masa kehamilan (NKB-SMK)

2. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya pada masa

gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan

merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya ( KMK)

Prematuritas murni

Etiologi

Penyebab kelahiran bayi berat lahir rendah dan gangguan pertumbuhan

intrauterine dapat disebabkan oleh faktor ibu, janin, dan plasenta. (1)

a. Faktor Ibu:

Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi

Kelainan bentuk uterus (contoh: uterus bikornis, inkompeten serviks)

Tumor (contoh: mioma uteri, cystoma)

Ibu yang menderita penyakit, seperti tifus abdominalis, malaria (akut), TBC,

penyakit jantung, glomerulonefritis kronis (kronis)

Trauma pada masa kehamilan , fisik (jatuh/terbentur), psikologis (stress)

Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

b. Faktor Janin :

Kehamilan ganda

Hidramnion

Ketuban pecah dini

Cacat bawaan

Infeksi transplasenta (contoh: rubeolla, sifilis, toxoplasmosis)

Insufisiensi plasenta

Inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor rhessus, golongan darah ABO)

c. Faktor Plasenta :

Plasenta previa

Solusio plasenta

Plasentitis Villus (ec. Bakteri, virus, parasit)

Berat plasenta berkurang atau berongga

Tumor (contoh: chorioangima, mola hidatidosa)

Tanda dan Gejala Bayi Berat Lahir Rendah : (1)

Umur kehamilan kurang dari 38 minggu

Berat badan lahir kurang dari 2500 gram

Panjang badan lahir kurang dari 46 cm

Kuku panjangnya belum melewati ujung jari

Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas

Lingkar kepala lahir kurang dari 33 cm

Lingkar dada lahir kurang dari 30 cm

Rambut lanugo masih banyak

Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-

olah tidak teraba tulang rawan daun telinga

Tumit mengilap, telapak kaki halus

Alat kelamin pada bayi pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum

turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora

belum tertutup oleh labia mayora

Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah

Fungsi saraf yang belum matang, mengakibatkan reflek hisap, menelan dan batuk

masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah

Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan

lemak masih kurang

Verniks kaseosa sedikit atau tidak ada

Penilaian umur kehamilan sangat penting karena angka kematian dan kesakitan

menurun dengan meningkatnya umur kehamilan, selain itu terdapat hubungan antara

umur kehamilan dan tingkat maturitas fisiologis neonatus.

Menurut Dubowitz taksiran maturitas neonatus ditetapkan melalui penilaian 11

tanda fisik luar dan 10 tanda neurologik, sedangkan Ballard menilai maturitas

neonatus berdasarkan 7 tanda kematangan dan 6 tanda kematangan neuromuskular.

Stadium Bayi Berat Lahir Rendah dengan tanda “wasting”atau insufisiensi

plasenta (Clifford):

Stadium I

Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti

perkamen, tetapi belum terdapat noda mekonium.

Stadium II

Terdapat tanda stadium I, ditambah warna kehijauan pada kulit plasenta dan

umbilikus, hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion yang

kemudian akan mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai akibat

anoksia intrauteri.

Stadium III

Terdapat tanda stadium II ditambah dengan kulit, kuku dan tali pusat yang berwarna

kuning, ditemukan juga anoksia intrauterin yang lama.

2.4 Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang

lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,

kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya

BBLR (3).

(1) Faktor ibu

a. Penyakit

Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain

b. Komplikasi pada kehamilan.

Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-

eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.

c. Usia Ibu dan paritas

Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-

ibu dengan usia <20 dan > 35 tahun

d. Faktor kebiasaan ibu

Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu

alkohol dan ibu pengguna narkotika.

(2) Faktor Janin

Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.

(3) Faktor Lingkungan

Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi,

sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun (4,7).

2.5 Patofisiologi

Dari berbagai etiologi di atas, secara garis besar terjadinya BBLR adalah

sebagai berikut2 :

Plasenta

Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta dan

luas permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer

oksigan juga transfer oksifen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada

berbagai penyakit vaskular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta yang

terjadi sering berakibat gangguan pertumbuhan janin. Dua puluh lima

sampai tiga puluh persen kasus gangguan pertumbuhan janin dianggap

sebagai hasil penurunan aliran darah uteroplasenta pada kehamilan

dengan komplikasi penyakit vaskular ibu. Keadaan klinis yang meliputi

aliran darah plasenta yang buruk meliputi kehamilan ganda, penyalah-

gunaan obat, penyakit vaskular (hipertensi dalam kehamilan atau

kronik), penyakit ginjal, penyakit infeksi (TORCH), insersi plasenta

umbilikus yang abnormal, dan tumor vaskular.

Malnutrisi

Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan

janin, yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama

hamil. Ibu dengan berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang

berukuran lebih kecil daripada yang dilahirkan ibu dengan berat normal

atau berlebihan. Selama embriogenesis status nutrisi ibu memiliki efek

kecil terhadap pertumbuhan janin. Hal ini karena kebanyakan wanita

memiliki cukup simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh lambat.

Meskipun demikian, pada fase pertunbuhan trimester ketiga saat

hipertrofi seluler janin dimulai, kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi

persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu rendah. Data upaya menekan

kelahiran BBLR dengan pemberian tambahan makanan kepada populasi

berisiko tinggi (riwayat nutrisi buruk) menunjukkan bahwa kaloi

tambahan lebih berpengaruh terhadap peningkatan berat janin dibanding

pernmbahan protein.

Infeksi

Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin.

Wanita-wanita dengan status sosioekonomi rendah diketahui melahirkan

bayi dengan gangguan pertumbuhan maupun bayi kecil di samping

memiliki insidensi infeksi perinatal yang lebih tinggi. Bayi-bayi yang

menderita infeksi rubella kongenital dan sitomegalovirus (CMV)

umumnya terjadi gangguan pertumbuhan janin, tidak tergantung pada

umur kehamilan saat mereka dilahirkan.

Faktor genetik

Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan

kontribusi genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki

kecendrungan untuk berulang kali melahirkan bayi dengan berat lahir

rendah atau keil untuk masa kahamilan (tingkat pengulangan 25%-50%),

dan kebanyakan anita tersebut dilahirkan dalam keadaan yang sama.

Hubungan antara berat lahir ibu dan janin berlaku pada semua ras.

2.6 DiagnosisMenegakkan diagnosis BBLR adalah dengan 1 jam setelah lahir, dapat diketahui

dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.8

A. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan

mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya

BBLR (3):

1. Umur ibu

2. Riwayat hari pertama haid terakir

3. Riwayat persalinan sebelumnya

4. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

5. Kenaikan berat badan selama hamil

6. Aktivitas

7. Penyakit yang diderita selama hamil

8. Obat-obatan yang diminum selama hamil

B. Pemeriksaan Fisik.

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain3:

1. Berat badan > 2500 gram

2. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa

kehamilan).

C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain3:

1. Pemeriksaan Skor Ballard

2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan

Mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum

diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c,

kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur dalam tabung kemudian

dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan tabung tetap

berdiri.

Interpretasi hasil:

(+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya

surfaktan terdapat dalamparu dengan jumlah cukup.

(-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan

artinya paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan.

Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin. Jika hasil

menunjukkan ragu maka tes harus diulang.

3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa

kadar elektrolit dan analisa gas darah.

4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur

kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau

didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

5. USG kepala terutama bayi dengan umur kehamilan <35 minggu, dimulai

pada umur 3 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat.

D. Penatalaksanaan

Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 :

o Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

o Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur

3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)

Diatetik

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks

menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan

dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau

pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih

untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan

dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan

pilihan utama :

o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup

dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan

bayi menghisap paling kurang sehari sekali.

o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari

selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan

keadaan bayi adalah sebagai berikut :

a. Berat lahir 1750 – 2500 gram

Bayi Sehat

o Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih

mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering

(contoh; setiap 2 jam) bila perlu.

o Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas

menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras

dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

Bayi Sakit

o Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan

minum seperti pada bayi sehat.

o Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi

stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan

tanda-tanda siap untuk menyusu.

Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;

gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :

Berikan cairan IV dan ASI menurut umur

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila

bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak

lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu

apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan

untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram

Bayi Sehat

o Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak

dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi

ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.

Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi

dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari

namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)

o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

tambahan ASI setiap kali minum.

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.

Bayi Sakit

o Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

o Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah

cairan IV secara perlahan.

o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

tambahan ASI setiap kali minum.

o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi

bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/

sendok, coba untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram

Bayi Sehat

o Beri ASI peras melalui pipa lambung

o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

tambahan ASI setiap kali minum

o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.

Bayi Sakit

o Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

o Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah

cairan intravena secara perlahan.

o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

tambahan ASI setiap kali minum

o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.

d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)

o Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

o Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi

pemberian cairan intravena secara perlahan.

o Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

tambahan ASI setiap kali minum

o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.

Suportif

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):

o Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,

seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator

atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai

petunjuk.

o Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

o Ukur suhu tubuh dengan berkala

o Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :

o Jaga dan pantau patensi jalan nafas

o Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

o Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,

gangguan nafas, hiperbilirubinemia)

o Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

o Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu

berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

Pemantauan (Monitoring)

1). Pemantauan saat dirawat

a. Terapi

o Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

o Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b. Tumbuh kembang

o Pantau berat badan bayi secara periodik

o Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%

untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan

berat lahir <1500>

o Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat

lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :

- Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah

180 ml/kg/hari

- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi

agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari

- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah

pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari

- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap

minggu.

2). Pemantauan setelah pulang

Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan

mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang

sebagai berikut :

o Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.

o Hitung umur koreksi.

o Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.

o Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).

o Awasi adanya kelainan bawaan.

2.7 Konseling pada saat BBLR pulang

Lakukan konseling pada orang tua sebelum bayi pulang mengenai :

Pemberian ASI eksklusif

Menjaga bayi tetap hangat

Tanda bahaya untuk mencari pertolongan

Timbang BB, nilai minum dan kesehatan secara umum setiap minggu hingga BB

bayi mencapai 2,5 kg

2.8 Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara

lain (8):

 HipotermiaPerbedaan suhu di dalam kandungan dan lingkungan akan memberi

pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi, selain itu hipotermia dapat terjadi

karena kemampuan untuk untuk mempertahankan panas dan kesanggupan

menambah produksi panas sangat terbatas, karena pertumbuhan otot-otot yang

belum cukup matang, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem

saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding

dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas.

- Kaki teraba dingin

- Kemampuan menghisap lemah / tidak dapat menyusui

- Letargi dan menangis lemah

- Perubahan warna kulit dr pucat dan sianosis mnjdi kutis marmorata atau

pletora

- Takipnea dan takikardi

Manajemen proteksi thermal

1. Persiapkan ruang melahirkan yang hangat;

2. Lakukan pengeringan segera setelah bayi lahir;

3. Lakukan metode kontak kulit dengan kulit;

4. Lakukan pemberian ASI segera atau IMD;

5. Tidak segera memandikan/menimbang bayi;

6. Berilah pakaian dan selimut bayi yang adekuat;

7. Lakukan rawat gabung bersama ibu;

8. Transportasi hangat;

9. Resusitasi hangat.

 HipoglikemiaPenyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa

hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Kecepatan glukosa

yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya

hubungan plasenta dan janin yang menyebabkan terhentinya pemberian

glukosa.

Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama

72 jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40

mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi.

Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah 20 mg/dL.

Tanda klinis hipoglikemia :

Gemetar

Sianosis

Apatis

Kejang

Apnea Intermiten

Tangisan lemah atau melengking

Kelumpuhan atau letargi

Kesulitan minum

Terdapat gerakan putar mata

Keringat dingin

Hipotermia

Gagal jantung dan henti jantung

Hipoglikemia pada neonatus terjadi bila gula darah < 47 mg/dl, Pada hipoglikemia

berat didapatkan hasil gula darah < 25 mg/dl, dan hipoglikemia ringan/sedang jika

kadar gula darah >25 - <47 mg/dl.

Gangguan cairan dan elektrolit

 Hiperbilirubinemia

Pada neonatus,ikterus jika bilirubin total serum lbh atau sm dgn 5 gr/dl

Tatalaksana hiperbilirubin indirek :

o ASI &kontak kulit dgn kulit (teratur)

o Meningkatkan asupan dlm volume maupun kalorinya

o Hentikan obat yg mempengaruhi metabolisme bilirubin

o Mengoreksi hipoksia, infeksi, & asidosis

 Sindroma gawat nafas

Sampai saat ini penyakit membrane hyaline dianggap terjadi karena defisiensi

pembentukan surfaktan pada paru bayi yang belum matang. Surfaktan adalah zat

yang penting dalam pangembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang

terdiri dari protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah

lesitin dan mulai terbentuk pada kehamilan 22 – 24 minggu dan berjumlah lengkap

dan mulai berfungsi normal pada minggu ke-35 kehamilan.

Defisiensi Surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk

mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi

sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang

lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.

Pada aspirasi mekonium terjadi hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin

mengalami gasping dalam uterus, selain itu mekonium akan dilepaskan dan

bercampur dengan cairan amnion, cairan amnion yang mengandung mekonium

tersebut akan masuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan

menderita gangguan pernafasan karena melekatnya mekonium dalam saluran

pernafasan.

22

Tanda klinis sindrom gawat nafas :

Pernafasan cepat

Sianosis perioral

Merintih sewaktu ekspirasi

Retraksi substernal dan interkostal

 Paten duktus arteriosus

 Infeksi

 Perdarahan intrakranial

Pembuluh darah pada bayi prematur masih sangat rapuh dan mudah pecah,

sehingga perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, diseminated

intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal

epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan

terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan.

Tanda klinis perdarahan intrakranial :

Kegagalan umum untuk bergerak normal

Refleks moro menurun atau tidak ada

Letargi

Pucat dan sianosis

Apnea

Kegagalan menetek dengan baik

Muntah yang kuat

Tonus otot menurun

Tangisan bernada tinggi dan tajam

Kejang

Fontanela mayor

 Apnea of Prematurity

 Anemia

23

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir

rendah (BBLR) antara lain (3,8):

 Gangguan perkembangan

 Gangguan pertumbuhan

 Gangguan penglihatan (Retinopati)

 Gangguan pendengaran

 Penyakit paru kronis

 Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

 Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

2.9 Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang

penting. Hal-hal yang dapat dilakukan (3):

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun

kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,

terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,

dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu

2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,

tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar

mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik

3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat

(20-34 tahun)

4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan

pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses

terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil

3.0 Prognosis

Angka kematian pada BBLR berkisar antara 0,2%-1%.Pada kebanyakan kasus,

BBLR dengan cepat mengejar ketertinggalan pertumbuhannya dalam 3 bulan pertama,

dan mencapai kurva pertumbuhan normal pada usia 1 tahun

24

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KESIMPULAN

Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang

sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang

dari 2500 gram. BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan

timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan

(aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan

(lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan

sistem persyarafan (respon rangsangan lambat).Selain itu bayi berat lahir rendah dapat

mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang.

3.2. SARAN

Diharapkan setelah dirawat bayi dapat:

Berat badan naik mencapai normal, daya hisap kuat, tidak terjadi infeksi dan

hipotermi,maupun resiko infeksi.

Kepada bidan dan perawat diharapkan dapat meningkatkan proses keperawatan

pada BBLR dengan mempertahankan teknik aseptis dalam setiap melakukan tindakan.

Kepada mahasiwa diharapkan dapat menganalisis dan menegakkan diagnosa

kebidanan sesuai dengan prioritas masalah yang ada, menetapkan intervensi dan

mengevaluasi tindakanyang dilakukan pada BBLR.

25

DAFTAR PUSTAKA

1. United Nations Children’s Fund/World Health Organization. Low Birthweight. UNICEF,

New York, 2004. Avaliable from : http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm

2. Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah

(Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996. Avaliable

from :http://www.digilib.litbang.depkes.go.id.

3. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar

Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.

4. World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting

optimal fetal growth. Avaliable

from : http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html

5. Mutalazimah. Hunbungan Lingkar Lengan Atas dan Kadar Hb Ibu Hamil dengan Bayi

Berat Lahir Rendah di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Dalam : Jurnal Penelitian Sains

& Teknologi. Vol. 6. 2005; 114-126.

6. Suradi R. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi bayi. Avaliable

from :http://www.IDAI.or.id.

7. Sitohang NA. Asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah. Medan : Universitas

Sumatera Utara. 2004.

8. Subramanian KS. Low Birth Weight Infant. Avaliable

from : http://www.eMedicine.com. Last Update : September 25, 2006.

26