laporan

34
BAB I STATUS PASIEN I. Identitas Pasien a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. B / Perempuan / 35 tahun b. Pekerjaan : Ibu rumah tangga c. Alamat : RT 06 Kel. Lebak Bandung II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan- keluarga a. Status Perkawinan : Sudah Menikah b. Jumlah anak/saudara : 2 orang c. Status ekonomi keluarga : Cukup d. Kondisi Rumah Pasien : Pasien tinggal dirumah kontrakan dengan ukuran 8 x 10 meter, bangunan permanen, dan beratap seng, berdinding . Memiliki 1 ruang tamu gabung ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur dan sekaligus kamar mandi. Sumber air berasal dari PDAM. Kamar mandi terdiri dari lantai keramik dan sekaligus terdapat wc jongkok. Ventilasi mulai dari ruang tamu, kamar, ruang keluarga, ruang makan dan dapur rumah cukup baik. Jarak antara rumah berdekatan. e. Kondisi Lingkungan Keluarga : 1

description

.

Transcript of laporan

Page 1: laporan

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. B / Perempuan / 35 tahun

b. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

c. Alamat : RT 06 Kel. Lebak Bandung

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga

a. Status Perkawinan : Sudah Menikah

b. Jumlah anak/saudara : 2 orang

c. Status ekonomi keluarga : Cukup

d. Kondisi Rumah Pasien :

Pasien tinggal dirumah kontrakan dengan ukuran 8 x 10 meter,

bangunan permanen, dan beratap seng, berdinding . Memiliki 1 ruang tamu

gabung ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur dan sekaligus kamar mandi.

Sumber air berasal dari PDAM. Kamar mandi terdiri dari lantai keramik dan

sekaligus terdapat wc jongkok. Ventilasi mulai dari ruang tamu, kamar, ruang

keluarga, ruang makan dan dapur rumah cukup baik. Jarak antara rumah

berdekatan.

e. Kondisi Lingkungan Keluarga:

Pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Keharmonisan

keluarga pasien baik, tidak ada masalah dalam hubungan satu sama lain.

III. Aspek Psikologis di Keluarga : baik

IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :

Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya (-)

Ada keluarga dengan keluhan yang sama (anak)

Riwayat penggunaan kacamata (-)

1

Page 2: laporan

Riwayat operasi mata (-)

Riwayat trauma mata: (-)

V. Keluhan Utama :

Mata sebelah kanan merah dan terasa mengganjal sejak 3 hari sebelum datang

berobat ke puskesmas

Keluhan Tambahan :

-

Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak + 3 hari sebelum datang ke Puskesmas, pasien mengeluh mata

sebelah kanan merah dan terasa mengganjal. Jika terkena debu mata tampak

semakin merah. Pasien mengatakan bahwa matanya terasa gatal, pandangan

tidak kabur, tidak silau melihat cahaya. Pasien mengaku sering menggosok-

gosok matanya dan sering keluar air mata tapi tidak banyak. Pasien juga

mengeluh saat bangun tidur terdapat kotoran mata yang cukup banyak yang

berwarna putih kekuningan kental. Sebelum berobat ke puskesmas, pasien

mengaku ada memberikan tetes mata biasa yang dibeli diapotik, tetapi

keluhan tidak berkurang sehingga pasien memutuskan untuk berobat ke

puskesmas.

VI. Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum

1. Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis (GCS 15)

2. Tanda vital

TD : 110/80

Nadi : 84 x/menit

Suhu : 36,8 °C

Pernafasan

- Frekuensi : 22 x/menit

2

Page 3: laporan

- Irama : reguler

- Tipe : abdominothorakal

3. Kulit

- Turgor : baik

- Lembab / kering : lembab

- Lapisan lemak : ada

4. Status gizi

BB : 48 kg

TB : 160 cm

Status Generalis

1. Kepala : Normocephale, rambut hitam.

Mata : Edema palpebra (-/-), ca (-/-), sklera ikterik (-/-). Pupil isokor.

Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)

Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)

Mulut : Mukosa lembab, bibir sianosis (-), Lidah kotor (-)

Tenggorokan: hiperemis (-)

2. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-). JVP (5-2)

3. Thoraks : Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)

Jantung :

Inspeksi : Ictus cordis tak tampak Auskultasi : Suara normal BJ I, II regular, bising (-) Palpasi : Nyeri tekan (-). ictus cordis tidak kuat angkat Perkusi : Batas-batas jantung :

- Atas : ICS II kiri- Kanan : linea sternalis kanan- Kiri : ICS VI 2 jari bergeser ke lateral dari

linea midclavicula kiri

3

Page 4: laporan

Pulmo :

Inspeksi : Bentuk dada simetris normal, pergerakan paru simetris ki/ka.

Palpasi : Pergerakan paru simetris, tidak ada gerakan yang tertinggal, vokal fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri Auskultasi : Suara dasar paru kanan kiri vesikular normal,

wheezing (-), ronki (-)4. Abdomen :

Inspeksi : datar, hernia umbilikalis (-), asites (-), strie (-), lesi (-) Auskultasi : bisung usus (+) normal Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba Perkusi : timpani

5. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

6. Anorektal : Tidak dilakukan pemeriksaan

7. Ekstremitas :

Superior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), kekuatan otot 5-5 Inferior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), Kekuatan otot 5-5

Status oftalmikus

4

Page 5: laporan

STATUS OPHTHALMOLOGIS

OD OS

Visus 6/6 6/6

Kedudukan bola mata Ortoforia

Pergerakan bola mata

Versi : baik

Duksi : baik

Versi : baik

Duksi : baik

PEMERIKSAAN EXTERNAL

Palpebra supp Masa (-), Edem (+),

hiperemis (+), nyeri tekan

(-)

Masa (-),Edem (-),

hiperemis (-), nyeri tekan

(-)

Palpebra inf Edem (-), hiperemis (-),

nyeri tekan (-)

Edem (-), hiperemis (-),

nyeri tekan (-)

Cilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)

Conj. Tars Supp Papil (-), folikel (-)

hiperemis (+)

Papil (-), folikel (-)

hiperemis (-)

5

Page 6: laporan

Conj. Tars Inf Papil (-), folikel (-)

hiperemis (+)

Papil (-), folikel (-)

hiperemis (-)

Conj. Bulbi Inj. Konjungtiva (+), Inj.

Silier (-), Sekret (+)

Inj. Konjungtiva (-), Inj.

Silier (-), Sekret (-)

Kornea Jernih, edem (-), ulkus (-)

desmetokel (-), infiltrat (-)

jernih, edem (-), ulkus (-)

desmetokel (-), infiltrat (-)

COA Fibrin (-), hipopion (-),

flare (-)

Fibrin (-), hipopion (-), flare

(-)

Iris Sinekia ant & post (-) Sinekia ant & post (-)

Pupil Isokor ,D = 3 mm

Reflek cahaya langsung (+)

Reflek cahaya tdk langsung

(+)

Isokor , D = 3 mm

Reflek cahaya langsung (+)

Reflek cahaya tdk langsung

(+)

Lensa Jernih Jernih

VII. Pemeriksaan Anjuran

Pemeriksaan tajam penglihatan

Pemeriksaan sediaan langsung dengan Pewarnaan Gram atau Giemsa untuk

mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas

VIII. Diagnosis :

Konjungtivitis akut ec. Bakteri OD

IX. Differential Diagnosis :

Konjungtivitis akut ec. Viral OD

Konjungtivitis akut ec Alergika OD

6

Page 7: laporan

X. Prognosa

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

XI. Manajemen

a. Promotif :

Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit Konjungtivitis Bakteri,

penyebab, cara penularan, pencegahan penularan dan pengobatannya.

b. Preventif :

Tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang

sehat

Setelah memegang mata yang sakit segera cuci tangan.

Menggunakan handuk dan sapu tangan baru yang terpisah untuk

membersihkan mata yang sakit.

c. Kuratif :

Non Farmakologi

Kompres bagian luar mata yang merah dengan air bersih hangat dua kali

sehari

Farmakologi

Salep mata : Gentamicin 0, 3 % 2 x 1/hari OD

CTM 4 mg 3x1 tablet/hari

d. Rehabilitatif

Menggunakan kacamata jika ingin pergi keluar rumah.

7

Page 8: laporan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI KONJUNGTIVA

8

Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Simpang Kawat

Dokter : dr. Anita Mubarokah

Agustus 2015

R/ Gentamicin.ungt. ophth 0,3 % No I ∫ 3 dd ungt. Ophth.OD R/ CTM tab 4 mg No X ∫ 3 dd tab I

Pro : Ny. BUmur : 35 tahun

Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Simpang Kawat

Dokter : dr. Anita Mubarokah

Agustus 2015

R/ Sulfacetamide 0,3 % eye dropp. fl No I ∫ 3 dd gtt I OD R/ Chlorampenicol.ungt.ophth 0,5% No I ∫ 3 dd ungt. Ophth.OD

Pro : Ny. BUmur : 35 tahun

Page 9: laporan

Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan

dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan

dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini

berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva

terdiri dari tiga bagian:

1. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra)

2. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata)

3. Forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior

palpebra dan bola mata)

Gambar 1. Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga

bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah

dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel

goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea

yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea.

2.2 DEFINISI

Konjungtivitis yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada

konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan

permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai

9

Page 10: laporan

dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya

menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri,

tapi ada juga yang memerlukan pengobatan.

2.3 ETIOLOGI

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :

1. Infeksi oleh virus atau bakteri.

2. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang

3. Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lain; sinar ultraviolet dari

las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju

4. Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa

menyebabkan konjungtivitis

Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-

tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:

1. Entropion atau ektropion

2. Kelainan saluran air mata

3. Kepekaan terhadap bahan kimia

4. Pemaparan oleh iritan

5. Infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia)

Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala

alergi lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk

bunga, hewan dan debu. Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan

menyebabkan timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun)

dan polutan udara (seperti asap dan cairan fumigasi).

2.4 KLASIFIKASI

Berdasarkan perjalanan penyakitnya, konjungtivitis dapat dibedakan menjadi

konjungtivitis akut dan kronik.

1. Konjungtivitis akut : biasanya dimulai pada satu mata yang menyebar ke 

10

Page 11: laporan

mata yang sebelahnya, terjadi kurang dari 4 minggu.

2. Konjungtivitis kronik : terjadi lebih dari 4 minggu.

Sedangkan berdasar penyebabnya, konjungtivitis dapat diklasifikasikan

menjadi:

1. Konjungtivitis alergi (keratokonjungtivits atopik, simple alergik

konjungtivitis, konjungtivitis seasonal, konjungtivitis vernal, giant

papillary conjungtivitis).

2. Konjungtivitis bakterial (hiperakut, akut, kronik).

3. Konjungtivitis virus (adenovirus, herpetik).

4. Konjungtivitis klamidia.

5. Bentuk konjungtivitis lain (Contact lens-related, mekanik, trauma, toksik,

neonatal, Parinaud’s okuloglandular syndrome, phlyctenular, sekunder)

A. KONJUNGTIVITIS ALERGI

1. Tanda dan gejala

Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian palpebra

eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla halus, namun

papilla raksasa tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis vernal, dan lebih

sering terdapat di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa pada

keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda kornea

yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit setelah eksaserbasi konjungtivitis

terjadi berulang kali. Timbul keratitis perifer superficial yang diikuti dengan

vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur dan bervaskularisasi,

dan ketajaman penglihatan.

Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien atau

keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak bayi. Parut

pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut

seringditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung

berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi.

11

Page 12: laporan

Seperti keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila

pasien telah berusia 50 tahun.

2. Laboratorium

Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang terlihat

sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal.

3. Terapi

Antihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10mg

empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai 200mg)

ternyata bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti

ketorolac dan iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini.Pada

kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada kasus lanjut dengan

komplikasi kornea berat, mungkin diperlukan transplantasi kornea untuk

mengembalikan ketajaman penglihatannya.

B. KONJUNGTIVITIS VIRUS

1. Demam Faringokonjungtival

a. Tanda dan gejala

Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3⁰-40⁰ C, sakit

tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler

seringsangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata merah

dan berair mata sering terjadi, dan kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel.

Yang khas adalah limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).

b. Laboratorium :

Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan

kadang – kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan

12

Page 13: laporan

ditetapkan oleh tes netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit, virus ini dapat

juga didiagnosis secara serologic dengan meningkatnya titer antibody penetral virus.

Diagnosis klinis adalah hal mudah dan jelas lebih praktis.

Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada

bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak daripada

orang dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor.

c. Terapi :

Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya

sekitar 10 hari.

2. Keratokonjungtivitis Epidemika

a. Tanda dan gejala

Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu

mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien merasa ada

infeksi dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh

fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Sensasi kornea normal.

Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan

hyperemia konjungtiva menandai fase akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva

sering muncul dalam 48 jam. Dapat membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti

parut datar atau pembentukan symblepharon.

Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel

terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan

namun menyembuh tanpa meninggalkan parut.

Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar mata.

Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus seperti

demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.

b. Laboratorium

Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan37

(subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi dalam biakan

13

Page 14: laporan

sel dan diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakkan

reaksi radang mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran, juga terdapat

banyak neutrophil.

c. Penyebaran

Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui

jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau pemakaian

larutan yang terkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika topical, mungkin

terkontaminasi saat ujung penetes obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva

atau silia. Virus itu dapat bertahan dalam larutan itu, yang menjadi sumber

penyebaran.

d. Pencegahan

Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai

penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose. Cuci

tangan secara teratur di antara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat-alat

yang menyentuh mata khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer

aplanasi harus dibersihkan dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan

air steril dan dikeringkan dengan hati-hati.

e. Terapi

Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan mengurangi

beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat memperpanjang

keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus diberikan jika

terjadi superinfeksi bacterial.

3. Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks

a. Tanda dan gejala

Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak kecil

yang merupakan keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah

unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea

tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus

atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitisnya

folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan tepian palpebra,

14

Page 15: laporan

disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler yang

terasa nyeri jika ditekan.

b. Laboratorium

Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika

konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika

pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari

tempatnekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika

dipakaifiksasi Bouin dan pulasan Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan

Giemsa. Ditemukannya sel–sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai nilai

diagnostic.

Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain

kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan.

c. Terapi

Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa,

umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local

maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus

kornea mungkin diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni

denganmengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan

menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 – 10

hari: trifluridinesetiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vidarabine lima kali sehari,

atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2 jam di

waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali

sehari selama10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7

hari.

Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah

pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari.

Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi

herpes simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang

singkatmenjadi infeksi yang sangat panjang dan berat.

15

Page 16: laporan

C. KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL

1. Definisi

Peradangan pada konjungtiva yang disebabkan oleh Streptokokus,

Corynebacterium diptherica, Pseudomonas, neisseria, dan hemophilus.

Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan

menahun.Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus,

Pneumococcus, dan Haemophilus.

Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan

mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai

2 minggu jika tidak diobati dengan memadai.

Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu

darisekian antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam

beberapahari. Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau

Neisseria meningitides dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati

secara dini.

2. Diagnosis

1) Hiperemi Konjungtiva

2) Edema kelopak dengan kornea yang jernih

3) Kemosis : pembengkakan konjungtiva

4) Mukopurulen atau Purulen

3. Pemeriksaan

1) Pemeriksaan tajam penglihatan

2) Pemeriksaan segmen anterior bola mata

16

Page 17: laporan

3) Sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan garam)

untuk mengindentifikasi bakteri, jamur dan sitologinya.

4) Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh

tangan.Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang

dapat menyebarkan kuman seperti seprei, kain, dll.

4. Pemeriksaan Laboratorium

Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organism dapat diketahui dengan

pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan

Gram atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil

polimorfonuklear.

Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan disarankan

untuk semua kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen, bermembran atau

berpseudomembran. Studi sensitivitas antibiotika juga baik, namun sebaiknya harus

dimulai terapi antibiotika empiric. Bila hasil sensitifitas antibiotika telah ada, tetapi

antibiotika spesifik dapat diteruskan.

5. Terapi

Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam pertama obat

diteteskan tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari selama 1

minggu. Pada malam harinya diberikan salep mata untuk mencegah belekan di pagi

hari dan mempercepat penyembuhan.

Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen

mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai dengan

terapi topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih

antibiotika yang cocok untuk mengobati infeksi N gonorrhoe, dan N meningitides.

Terapi topical dan sistemik harus segera dilaksanakan setelah materi untuk

pemeriksaan laboratorium telah diperoleh. Pada konjungtivitis purulen dan

mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus dibilas dengan larutan garam agar dapat

menghilangkan secret konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien

dan keluarga diminta memperhatikan secara khusus hygiene perorangan.

17

Page 18: laporan

6. Perjalanan dan Prognosis

Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi

dapatberlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali

konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan

memasuki tahap mnehun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati

dapatberakibat perforasi kornea dan endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat

menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darah dan meninges, hasil

akhir konjungtivitis meningokokus adalah septicemia dan meningitis.

Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan

menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.

7. Pencegahan

1) Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah

membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci

tangannya bersih-bersih.

2) Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah

menangani mata yang sakit.

3) Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan

penghuni rumah lainnya.

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis konjungtivitis biasanya bervariasi bergantung pada

penyebabnya, dapat berupa :

Hiperemis konjungtiva bulbi (Injeksi konjungtiva). Kemerahan paling nyata

didaerah forniks dan berkurang ke arah limbus, disebabkan dilatasi arteri

konjungtiva posterior akibat adanya peradangan. Warna merah terang

mengesankan konjungtivitis bakterial, dan warna keputihan mirip susu

mengesankan konjungtivitis alergi.

Mata berair (Epiphora). Sekresi air mata diakibatkan oleh adanya sensasi

benda asing atau karena gatal.

Eksudasi (Sekret), terutama pada pagi hari. Pada konjungtivitis sekret dapat

18

Page 19: laporan

bersifat:

- Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut

- Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi

- Purulent / Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri

Pseudoptosis, yaitu turunnya palpebra superior akibat kelopak mata bengkak.

Terdapat pada konjungtivitis berat seperti trachoma dan keratokonjungtivitis

epidemik.

Manifestasi lainnya adalah hipertrofi papila, kemosis konjungtiva, folikel (khas

terdapat pada konjungtivitis virus), pseudomembran dan membran, flikten, dan

limfadenopati preaurikuler.

2.6 TERAPI

Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus menghindari

kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Intruksi pada pasien dapat berupa

tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat,

mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan

kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang

sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna

mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien.

Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab, antara lain sebagai

berikut:

1. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide

(sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %;

chlorampenicol 0,5 %)

2. Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis

karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah

terjadinya infeksi sekunder

3. Konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine

0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone

0,1 %)

19

Page 20: laporan

4. Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea,

diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID

PO, bersama dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti

bacitracin atau erythromycin sebelum tidur.

2.7 KOMPLIKASI

Komplikasi yang terjadi apabila tidak ditangani dengan baik berupa terjadinya

keratitis, ulkus, dan bisa perforasi sehingga menyebabkan uveitis anterior, glaukoma,

dan endoftalmitis.

2.8 PROGNOSIS

Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila

penyakit radang mata tidak segera ditangani / diobati bisa menyebabkan kerusakan

pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti glaukoma, katarak

maupun ablasi retina

BAB III

ANALISIS KASUS

20

Page 21: laporan

ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK

a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :

Pasien dari anamnesis didapatkan keluhan utama mata kanan terlihat merah dan

terasa mengganjal sejak 3 hari sebelum datang ke Puskesmas. Jika terkena debu mata

tampak semakin merah. Pasien mengatakan bahwa matanya terasa gatal, pandangan

tidak kabur, tidak silau melihat cahaya. Pasien mengaku sering menggosok-gosok

matanya dan sering keluar air mata tapi tidak banyak. Pasien juga mengeluh saat

bangun tidur terdapat kotoran mata yang cukup banyak yang berwarna putih

kekuningan kental. Sebelum berobat ke puskesmas, pasien mengaku ada memberikan

tetes mata biasa yang dibeli di apotik, tetapi keluhan tidak berkurang sehingga pasien

memutuskan untuk berobat ke puskesmas. Mata sebelah kiri os tidak ada keluhan.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, akhirnya didapatkan diagnosa penyakit yang

diderita pasien yaitu Konjungtivitis Akut ec. Bakterial OD.

Dari kondisi rumah, Kondisi rumah secara keseluruhan tampak bersih. Jadi disini

tidak ada keadaan kondisi rumah yang menyebabkan pasien menderita penyakit

ini.

b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga

Secara psikologis pasien tidak punya masalah dalam keluarga.

Didalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis dikeluarga tidak ada

hubungannya dengan penyakit pasien, karena didalam keluarga pasien

berhubungan baik.

c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis

Kausal penyebab dari masalah timbulnya suatu penyakit ini pada pasien yaitu

adanya infeksi bakteri.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit :

21

Page 22: laporan

Adapun faktor resiko atau etiologi pada pasien ini bisa disebabkan oleh adanya

infeksi bakteri, reaksi iritasi oleh debu dan polusi udara lainnya sinar

e. Analisis untuk menghindari faktor memperberat dan penularan penyakit :

Jika bepergian keluar rumah sebaiknya menggunakan kacamata

Menggunakan handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk

membersihkan mata yang sakit

Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni

rumah lainnya.

Sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus

mencuci tangannya bersih-bersih

Hindari menggosok-gosok kelopak mata dan daerah disekitar mata yang

sakit jika terasa gatal

Hindari menyentuh mata yang sehat selama masa pengobatan

RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA PASIEN

DAN KEPADA KELUARGA

Menjelaskan kepada orang tua mengenai penyakit konjungtivitis, faktor resiko,

penularan, pencegahan dan penatalaksanaanya.

RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA

KELUARGA

Menjelaskan kepada orang tua bahwa penyakit konjungtivitis bakteri merupakan

suatu peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna

putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata yang disebakan oleh

infeksi bakteri. Penyakit ini dapat menular. Penularan konjungtivitis ini terjadi lewat

kontak langsung atau menggunakan barang penderita konjungtivitis. Misalnya

penderita yang memiliki mata merah telah mengusap mata dan menggunakan kran.

Kemudian, orang lain membuka kran tersebut lalu mengucek atau membasuh mata.

Dengan cara tersebut bakteri tertular dari seseorang ke orang lain, atau melalui alat-

alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk dan lain-lain.

22

Page 23: laporan

ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG DAPAT

MEMBERI SEMANGAT/MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN PADA PASIEN

Gunakan obat tetes mata secara rutin 3x1 tetes perhari selama 5 hari.

Menjelaskan bahwa umumnya konjungtivitis dapat sembuh tanpa pengobatan

dalam waktu 10-14 hari, dan dengan pengobatan sembuh dalam waktu 1-3

hari.

Jika ingin cepat sembuh atau keluhan penyakit ini berkurang, sebaiknya

menjalani pengobatan yang diberikan secara rutin.

Memang ada beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi

ada juga yang memerlukan pengobatan. Jika konjungtivitis yang memerlukan

pengobatan tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada

mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti glaukoma, katarak

maupun ablasi retina.

Jika keluhan tidak berkurang setelah pengobatan selesai segera bawa pasien

ke Puskesmas atau Rumah Sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

23

Page 24: laporan

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Opthalmology. 2006. External Disease and Cornea. Section11. San Fransisco: MD Association.

2. Ilyas, DSM, Sidarta, 2003. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia. Jakarta.

3. James, Brus, dkk. 2005. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta: Erlangga.

4. PERDAMI. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum Dan Mahasiswa Kedokteran.Jakarta.

5. Vaughan, Daniel G. dkk. 2000. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika.

6. Wijaya N. 1983. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI

24