LAPORAN 2 PEMERIKSAAN GLUKOSA & PROTEIN PADA URINE.doc

19
PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN NAMA : ERICA PUSPA NINGRUM NIM : J1C111208 KELOMPOK : II (DUA) ASISTEN : TAUFIK NOOR KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

description

fisiologi hewan

Transcript of LAPORAN 2 PEMERIKSAAN GLUKOSA & PROTEIN PADA URINE.doc

Page 1: LAPORAN 2 PEMERIKSAAN GLUKOSA & PROTEIN PADA URINE.doc

PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

NAMA : ERICA PUSPA NINGRUM

NIM : J1C111208

KELOMPOK : II (DUA)

ASISTEN : TAUFIK NOOR

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI BIOLOGI

BANJARBARU

2013

Page 2: LAPORAN 2 PEMERIKSAAN GLUKOSA & PROTEIN PADA URINE.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Glukosa merupakan gula monosakarida adalah salah satu karbohidrat

terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewa dan tumbuhan.

Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi.

Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat dimana-mana dalam biologi.

Kita dapat menduga alasan mengapa glukosa, dan bukan monosakarida lain

seperti fruktosa, begitu banyak digunakan. Rendahnya glikosilasi ini dikarenakan

glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang relatif. Meski

begitu komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan

saraf periferal, kemungkinan disebabkan oleh glikosilasi protein (Ayu,2012).

Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro

dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai

gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan

Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan

Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negatif karena tidak mempunyai gugusan aktif

(Ayu,2012).

Reaksi benedict sensitif karena larutan sakar dalam jumlah sedikit

menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan

perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. 

Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar

glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna

yang berlainan (Ayu,2012).

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum kali ini adalah menjelaskan fungsi ginjal melalui

pemeriksaan warna urine, pemeriksaan kejernihan urine, dan pemeriksaan pH

urine.

Page 3: LAPORAN 2 PEMERIKSAAN GLUKOSA & PROTEIN PADA URINE.doc

BAB II

PENDAHULUAN

Sistem eksresi merupakan hal yang pokok dalam homeostatis karena sistem

tersebut membuang limbah metabolisme dan merespons terhadap tingkat

keseimbangan cairan tubuh dengan cara mengeksresikan ion-ion tertentu sesuai

kebutuhan dan mengeluarkan sebagian dari sisa metabolisme yang tidak terpakai

lagi oleh tubuh dalam bentuk yang bermacam-macam, baik itu berupa lewat urine

yang di didalamnya terkandung berbagai macam kandungan mineral, glukosa, dan

zat lain yang tidak diperlukan tubuh. selain urine juga bisa melalui keringat

(Campbell, 2004).

Pembentukan urine dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam tubuh

maupun lingkungan, misalnya minum cairan hipotonik dalam jumlah besar,

tingkat stress, ketakutan, dan lain-lain. Faktor dari luar tubuh berupa pengaruh

suhu lingkungan, topografi, tempat tinggal seseorang. Sekresi dan ekskresi

memiliki nilai yang sangat penting dalam proses metabolisme dan kehidupan

hewan dan manusia. Tanpa kedua sistem ini pastilah mahluk hidup tidak akan

dapat bertahan hidup dan kesintasannya tidak akan terjaga (Yuwono, 2001).

Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks yang berisi nefron (terdiri

dari glomerulus dan kapsul bowman), bagian dalam lagi disebut medulla yang

berisi tubulus ginjal. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medula

ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan

saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang

disebut kapsula (Wulangi, 1993).

Proses-proses di dalam Ginjal

Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses filtrasi, reabsorbsi, dan

augmentasi.

1. Penyaringan (Filtrasi)

Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada

glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga

mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses

Page 4: LAPORAN 2 PEMERIKSAAN GLUKOSA & PROTEIN PADA URINE.doc

penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada

glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali

sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil

terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida,

bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari

endapan (Supeni, 1995).

2. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)

Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu,

99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus

proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus

distal.

Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino

dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat

dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter

air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi

beberapa kali.

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin seku Zder

yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-

zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-

zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03`,

dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder (Supeni, 1995).

3. Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai

terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter

adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen

empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin (Supeni, 1995).

Faal ginjal dapat terganggu oleh berbagai penyakit / keadaan patologik

baik yang mengenai ginjal maupun yang primernya bukan pada ginjal. Gangguan

tersebut juga dapat berupa terganggunya faal tertentu ginjal atau beberapa faal

ginjal sekaligus. Walaupun terganggunya faal ginjal pada tingkat yang lanjut

mudah diketahui secara klinik tetapi pemeriksaan biokimia masih diperlukan

untuk memastikan, baik untuk diagnosa maupun untuk menentukan cara

Page 5: LAPORAN 2 PEMERIKSAAN GLUKOSA & PROTEIN PADA URINE.doc

pengobatannya serta prognosanya. Gangguan yang ringan hanya dapat diketahui

dengan pemeriksaan biokimiawi. Pemeriksaan biokimiawi untuk faal ginjal juga

mempunyai beberapa keterbatasan misalnya memerlukan banyak waktu,

memberatkan / membeban penderita. Kemajuan cara-cara diagnostik lain seperti

pielografi intravena dan renografi radioisotop telah mengurangi peranan beberapa

emeriksaan biokimiawi. Pemeriksaan lain seperti mikrobiologik, mikroskopi

(visual sampai elektron), imuno dan histokimiawi terhadap jaringan biopsi ginjal

juga panting untuk mengetahui secara tepat aspek proses patologik yang

menyebabkan terganggunya faal ginjal. Faal ginjal dapat dibedakan menjadi faal

ekskresi, faal regu-lasi, faal endokrin dan aspek metabolik (Jungueira L. C. et

al. ,1998).

Page 6: LAPORAN 2 PEMERIKSAAN GLUKOSA & PROTEIN PADA URINE.doc

BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan pada Jumat, 22 Maret 2013 bertempat di

Laboratorium Fisiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Lambung Mangkurat.

2.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah tabung reaksi, lampu spritus, rak

tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, reagen robert, larutan fehling A, dan larutan

fehling B.

2.3 Metode Praktikum

2.2.1 Pemeriksaan Protein dengan Uji Robert

1. Dimasukkan 2 ml larutan reagen Robert melalui dinding tabung reaksi

dengan pipet.

2. Urine dimasukkan dan diamati ada tidaknya cincin putih yang ada di

dalam larutan dengan cara menggoyangkan tabung reaksi.

2.2.2 Pemeriksaan Glukosa dalam Urine

1. Reagen fehling A dan B dicampur masing masing 2,5 ml kemudian

dituangkan kedalam tabung reaksi.

2. Pada tabung reaksi yang berisi reagen kemudian dicampurkan dengan

urine sebanyak 2,5 ml kemudian dibagi kedalam dua tabung reaksi dengan

volume yang sama.

3. Tabung reaksi yang sudah tersedia tadi kemudian dipanaskan diatas

hotplate hingga mendidih.

Page 7: LAPORAN 2 PEMERIKSAAN GLUKOSA & PROTEIN PADA URINE.doc

4. Apabila sudah mendidih kemudian diamati adanya endapan berwarna

kuning kemerahan atau tidak. Hal yang sama dilakukan pada larutan tanpa

reagen.

Page 8: LAPORAN 2 PEMERIKSAAN GLUKOSA & PROTEIN PADA URINE.doc

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktikum kali ini dapat disarikan dalam tabel sebagai

berikut.

No Perlakuan Keterangan

1. Pemeriksaan Protein dengan Uji

Robert

-2 ml reagen Robert dimasukkan

dalam tabung reaksi

- Urine dimasukkan ke dalam

tabung reaksi yang berisi reagen

- Tabung reaksi yang sudah berisi

reagen dan urine diamati dengan

keberadaan ada tidaknya cincin pada

larutan tersebut.

Page 9: LAPORAN 2 PEMERIKSAAN GLUKOSA & PROTEIN PADA URINE.doc

2. Pemeriksaan Glukosa dalam

Urine

- Reagen Fehling A dan B

dicampurkan masing masing 2,5 ml.

- Urine dilarutkan dalam tabung

reaksi yang sudah berisi reagen.

Kemudian dibagi menjadi dua

bagian sama banyak.

- Satu tabung reaksi di masukkan

dalam hotplate sampai mendidih.

- Apabila urine yang sudah

dipanaskan mengandung glukosa

maka hasilnya akan ada endapan

berwarna kuning kemerahan.

Page 10: LAPORAN 2 PEMERIKSAAN GLUKOSA & PROTEIN PADA URINE.doc

No Kode Adanya Protein

Urine (+/-)

Adanya Glukosa

Urine (+/-)

Keterangan

1 A - + Oranye, 2%

2 B - + Oranye, 2%

3 C - + Oranye, 2%

4 D - + Oranye, 2%

3.2 Pembahasan

Sistem eksresi merupakan hal yang pokok dalam fungsi homeostatis karena

sistem tersebut membuang limbah metabolisme dan merespons terhadap tingkat

keseimbangan cairan tubuh dengan cara mengeksresikan ion-ion tertentu sesuai

kebutuhan dan mengeluarkan sebagian dari sisa metabolisme yang tidak terpakai

lagi oleh tubuh dalam bentuk yang bermacam-macam, baik itu berupa lewat urine

yang di didalamnya terkandung berbagai macam kandungan mineral, glukosa, dan

zat lain yang tidak diperlukan tubuh. selain urine juga bisa melalui keringat.

Praktikum kali ini adalah mengetahui dan mempelajari fungsi ginjal dalam

memproduksi urine dalam pemeriksaan kadar protein dan glukosa yang ada pada

urine. Pada hasil percobaan ini terdapat sampel A, B, C dan D yang setelah diuji

pada pemeriksaan protein pada sampel tersebut semuanya menyatakan negatif

karena tidak adanya cincin yang terbentuk setelah proses pencampuran reagen

Keterangan Warna Endapan Mengandung Glukosa :

Hijau : 1%

Merah : 1,5 %

Oranye : 2 %

Kuning : 5 %

Page 11: LAPORAN 2 PEMERIKSAAN GLUKOSA & PROTEIN PADA URINE.doc

Robert dengan sampel urine yang diuji. Pada dasarnya urine yang normal tidak

ditemukan protein yang ada didalam urine nya, jika ditemukan maka bisa terjadi

kelainan atau gangguan fisiologi yang terjadi pada ginjal atau hal yang lain yang

menyangkut fungsi ginjal.

Pada proses pemeriksaan glukosa dalam urine terdapat hasil yang positif

dengan adanya endapan yang terbentuk yang menjadi indikatornya, suatu sampel

dinyatakan positif apabila endapan terbentuk melebihi 1,5 % dengan demikian

semua sampel berturut turut A, B, C dan D ternyata terdapat endapan yang

berwarna oranye dan menunjukkan kadar endapan glukosa senilai 2 %. Hal ini

terjadi dikarenakan pada saat pengambilan sampel tidak dilakukan proses puasa

yang dilakukan minimal 3-5 jam sebelum proses pengambilan sampel. Hal ini

mengakibatkan glukosa darah masih terbawa ke urine karena aktifitas fisiologis

yang ada pada tubuh manusia akan terus disekresikan oleh ginjal terhitung 3 jam

terakhir sebelum memproduksi sekret (urine).

Pada semua proses pemeriksaan sampel protein dan glukosa pada urine

digunakan beberapa reagen, yang berfungsi sebagai indikator dalam mengetahui

adanya suatu glukosa dan protein seperti yang terjadi pada reagen Robert dan

Fehling A dan B. Larutan fehling mereduksi glukosa terhadap kuprioksida

(CuSO4) sehingga terbentuk endapan berwarna merah bata (merah kekuningan).

Untuk mendapatkan hasil yang baik sebelum digunakan sebaiknya urine dan

reagen disaring terlebih dahulu seperti yang dilakukan pada prosedur.

Page 12: LAPORAN 2 PEMERIKSAAN GLUKOSA & PROTEIN PADA URINE.doc

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Ginjal merupakan organ yang memproduksi urine dan mengelurakan asam

urat yang terkandung didalamnya namun juga ada beberapa unsur yang tersisa

sehingga perlu adanya pemeriksaan urine.

2. Ginjal berperan mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan

mengeluarkan air jika berlebihan serta mempertahankan keseimbangan asam

dan basa.

3. Hasil pemeriksaan protein tidak ditemukan adanya endapan yang merupakan

indikator ada tidaknya protein pada sampel A, B, C dan D.

4. Hasil pemeriksaan glukosa pada sampel A, B, C dan D terdapat hasil yang

postif karena mengandung endapan senilai 2% dan berwarna oranye hal ini

terjadi karena tidak adanya puasa sebelum proses pengambilan sampel urine.

4.2 Saran

Saran pada praktikum kali ini adalah hendaknya semua praktikan dan

asisten dapat bekerja sama dengan lebih baik lagi mengingat percobaan ini baru

pertama kali dilakukan.

Page 13: LAPORAN 2 PEMERIKSAAN GLUKOSA & PROTEIN PADA URINE.doc

DAFTAR PUSTAKA

Ayu,Munawir. Makalah Uji Glukosa.

http://ayyunaw.blogspot.com/2012/05/makalah-uji-glukosa.html

Diakses pada 30 Maret 2013

Campbell, N.A, Jane B.C, dan Lawrence G.M. 2004. Biologi. Jilid III 2nd edition. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Jungueira L. C. et al. 1998. Histologi Dasar. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Supeni, T. 1995. Biologi. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Wulangi, K. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Yuwono, Edy. 2001. Fisiologi Hewan I. Depertemen Pendidikan Nasional, Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Biologi. Purwokerto.