Lap.kunyit Putih

download Lap.kunyit Putih

of 22

Transcript of Lap.kunyit Putih

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Pada kurang lebih 2500 tahun SM, penggunaan tanaman obat sudah dilakukan orang. Hal ini dapat diketahui dari catatan lempeng tanah liat yang tersimpan di perpustakaan Ashurbanipal di Assiria yang memuat simplisia antara lain : kulit delima, opium adas manis, madu ragi, minyak jarak. Juga orang orang Yunani kuno misal : Hippocrates (1466 tahun SM) seorang tabib telah mengenal konium, kayu manis, gom arab dan banyak simplisia lain. Pada tahun 1737 Linnaeus seorang ahli botani Swedia, menulis buku Genera Plantarum yang kemudian merupakan buku pedoman utama dari sistematik botani, sedangkan farmakognosi modern mulai dirintis oleh Martius, seorang apoteker jerman dalam bukunya Grundriss der Pharmakognosie des flanzonreiches telah menggelorakan simplisia menurut segi morfologi, cara-cara untuk mengetahui kemurnian simplisia. Farmakognosi mulai berkembang pesat setelah pertengahan abad ke 19 dan masih terbatas sampai pada uraian makro dan mikroskopis. Dan dewasa ini perkembangannya sudah sampai ke usaha-usaha isolasi, identifikasi dan juga tehnik-tehnik kromatografi untuk tujuan analisa kwalitatif dan kwantitatif di bidang farmakognosi.

I.2. Maksud Praktikum Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara pemisahan dalam senyawa-senyawa Kunyit putih ( curcuma zedoaria) I.3. Tujuan Praktikum Untuk mengetahui adanya zat aktif dari Kunyit putih ( curcuma zedoaria yang telah diekstraksi dengan metode perkolasi. I.4. Prinsip Praktikum Serbuk simplisia ditempatkan pada suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. I.5. Manfaat Praktikum Sebagai media pembelajaran dan bahan referensi untuk praktikum selanjutnya Sebagai tambahan pengetahuan bagi masyarakat mengenai khasiat Kunyit Putih ( curcuma zedoaria) .

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Umum Tanaman II.1.1 Klasifikasi Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas: Commelinidae Ordo: Zingiberales Famili: Zingiberaceae (suku jahe-jahean) Genus: Curcuma Spesies: Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe II.1.2. Morfologi tanaman Tumbuhan ini berupa terna tahunan, tinggi mencapai 2 m, tumbuh tidak berkelompok. Daun berbentuk lanset memanjang berwarna merah lembayung di sepanjang tulang tengahnya. Bunga keluar dari rimpang samping, menjulang ke atas membentuk bongkol bunga yang besar. Mahkota bunga berwarna putih, dengan tepi bergaris merah tipis atau kuning. Rimpang berwarna putih atau kuning muda, rasa sangat pahit .

II.1.3. Kandungan Kimia Rimpang mengandung zat warna kuning kurkumin

(diarilheptanoid). Komponen minyak atsiri dari rimpangnya terdiri dari turunan Guaian (kurkumol, kurkumenol, Isokurkumenol, Prokurkumenol, Kurkurnadiol), turunan Germakran (Kurdion, Dehidrokurdion);

seskuiterpena furanoid dengan kerangka eudesman (Kurkolon). Kerangka Germakran (Furanodienon, Isofuranodienon, Zederon, Furanodien,

Furanogermenon); kerangka Eleman (Kurserenon identik dengan edoaron, Epikurserenon, Isofurano germakren); Asam-4-metoksi sinamat (bersifat fungistatik). Dari hasil penelitian lain ditemukan kurkumanolid A, kurleumanolid B, dan kurkumenon.

II.1.4. Khasiat

Khasiatnya bermacam-macam, namun biasanya terkait dengan pencernaan.Lebih lengkap, rimpangnya dipakai sebagai obat kudis, radang kulit, pencuci darah, perut kembung, dan gangguan lain pada saluran pencernaan serta sebagai obat pembersih dan penguat (tonik) sesudah nifas. Penelitian menunjukkan bahwa temu putih juga memiliki aktivitas antitumor, hepatoprotektif, anti-peradangan, dan analgesik.

II.1.5. Bagian yang digunakan Rimpang yang telah diiris halus,lalu dikeringkan kemudian ditumbuh jadi serbuk. II.2. Uraian Ekstraksi

Perkolasi

adalah

cara

penyarian

yang

dilakukan

dengan

mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsipnya adalah : serbuk simplisia ditempatkan dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat-zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadaan jenuh. Gerakan kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan diatasnya dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan kebawah. Ada beberapa bentuk perkolator, yaitu : a. Perkolator bentuk tabung b. Perkolator bentuk paruh c. Perkolator bentuk corong Pemilihan bentuk perkolator bergantung pada jenis simplisia yang akan disari, misalnya serbuk kina yang mengandung sejumlah berat zat aktif yang larut dan tidak pekat, tidak baik bila diperkolasi dengan perkolator sempit sebab perkolat akan menjadi pekat dan berhenti mengalir. Pada pembuatan ekstrak cair jumlah cairan penyari yang memepercepat proses perkolasi bahan yang akan disari dimasukkan kedalam perkolator tidak lebih dari 2/3 berat perkolator.

II.3. Uraian Penguapan Penguapan ekstrak dimaksud untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak yang lebih pekat. Menurut Farmakope Indonesia edisi III dikenal 3 macam ekstrak, yaitu : 1. Ekstrak cair Yang diperoleh dari hasil penyarian bahan alam masih mengandung penyari. 2 Ekstrak kental Yang telah mengalami proses penguapan, dan tidak mengandung cairan penyari lagi tetapi konsistensinya tetap cair pada suhu kamar 3 Ekstrak kering Yang telah mengalami proses pengiapan, tidak mengandung cairan penyari lagi dan konsistensinya kering Adapun tujuan penguapan adalah menghilangkan cairan penyari yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya diperoleh dua lapisan. Metode yang dipilih untuk menguapkan cairan penyari tergantung pada volume ekstrak, kemudahan pelarut untuk menguap, termostabilitas senyawa yang terekstraksi dan kecepatan penguapan yang dibutuhkan. Sebelum melakukan penguapan, wadah penguapan akhir yang kosong harus ditimbang tanpa perlu memindahkan ekstrak ke wadah lain. Ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu penguapan sederhana menggunakan pemanasan, penguapan pada tekanan yang diturunkan, penguapan dengan aliran gas, baku kering, vakum desikator dan oven.

Penguapan pada tekanan yang diturunkan menggunakan rotary evaporator, penurunan tekanan dihasilkan oleh pompa vakum. Penguapan terjadi kerena pemanasan yang dipercepat oleh putaran labu alas bulat, dan cairan penyari yang dapat menguap 5 - 10C dibawah titik didih pelarutnya karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap cairan penyari akan menguap naik ke kondensor dan dikondensasi menjadi molekul-molekul cair pelarut murni yang ditampung pada labu alas bulat penampung. Sampel atau ekstrak cair yang akan diuapkan tersebut dimasukkan kedalam labu alas bulat dengan volume 2/3 bagian volume labu alas bulat yang digunakan, kemudian waterbath dipanaskan sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan dengan cara menekan tombol on off waterbath. Dan setelah suhu tersebut tercapai kemudian labu dipasang dengan kuat pada ujung rotor yang menghubungkan kondensor. Aliran air pendingin dan pompa vakum dijalankan, kemudian tombol rotor diputar dengan kecepatanan tertentu (5-8 putaran), ekstrak dapat ditambahkan melalui selang pemasuk dengan terlebih dahulu memutar tombol rotor ke arah nol dengan sendirinya ekstrak akan terhisap masuk kedalam labu. Setelah itu diteruskan dengan memutar kembali rotor dengan kecepatan seperti semula. Proses penguapan ini dilakukan hingga diperoleh ekstrak kental atau ekstrak kering yang ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung udara yang pecah-pecah pada permukaan ekstrak di dalam labu alas bulat.

Setelah proses penguapan tercapai maka alat rotavapor dihentikan dengan cara terlebih dahulu dilakukan tombol roor diputar kearah nol dan pengatur suhu waterbath dinolkan. II.4 Uraian Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi adalah Teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Kromatografi lapis tipis adalah kromatografi cairan-cairan dimana sebagai fase diam adalah lapisan tipis air yang diserap dari lembab udara oleh lempeng gelas atau aluminium yang dilapisi dengan lapisan tipis aluminika, silica gel atau bahan serbuk lainnya. Kecepatan KLT yang lebih besar disebabkan oleh sifat penyerap yang lebih padat bila disaputkan pada pelat. Deteksi senyawa pada pelat KLT biasanya dilakukan dengan penyemprotan dan karena permukaan pelat yang lebih sempit (20 X 20 cm), maka penyemprotannya merupakan prosedur nisbi sederhana. Prinsip KLT adalah pemisahan secara fisikokimia. Lapisan yang memisahkan yang terdiri dari bahan yang berbutir-butir (fase diam), ditempatkan dalam penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang

cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan yang ditotolkan berupa bercak atau pita (awal). Setelah plat atau lapisan ditaruh didalam bejana yang ditutup rapat berisi fase gerak, pemisahan terjadi selama

pengembangan. Senyawa berwarna terdeteksi. Penyerap umum yang digunakan adalah silica gel, aluminium oksida, kieselguhr, selulola dan turunannya, poliamida, dan lain-lain. Silica gel adalah penyerap yang banyak digunakan karena mempunyai pemisahan yang baik. Zat penyerap dilapiskan secara merata pada penyangga dengan ketebalan lapisan antara 0,1-0,3 mm. Pemisahan suatu senyawa yang dipisahkan dengan kromatografi lapis tipis tergantung pada jenis pelarut, zat penyerap, dan sifat daya serap masing-masing komponen. Komponen yang terlarut akan terbawa fase diam (penyerap) dengan kecepapatan bergeraknya komponen terlarut dalam fase gerak.

BAB III METODE KERJA

III.1

Alat dan Bahan

III.1.1 Alat yang digunakan 1. Aluminium foil 2. Beker gelas 3. Botol syrup 4. Botol vial 5. Silica gel 6. Corong gelas 7. Corong pisah 8. Gelas kimia 100 ml, 50 ml 9. Gunting 10. Kaki tiga 11. Rotavapor 12. Lampu UV 13. Perkolator 14. Statif dan klem 15. Timbangan 16. Waterbath 17. Chamber dan penutup 18. Lempeng KLT

19. Kertas saring 20. Lumpang III.1.2 Bahan yang digunakan 1. Methanol 2. Aquadest 3. Eter 4. N-Butanol 5. Benzen 6. Etil asetat 7. Heksan 8. Chloroform 9. Rimpang kunyit putih ( curcuma zedoaria) 10. H2SO4 10 %

III.2. Prosedur Kerja III.2.1. Ekstraksi dengan pelarut methanol 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Simplisia yang telah diiris-iris dikeringkan lebih dahuliu.kemudian di tumbuk menjadi serbuk. 3. Ditimbang simplisia, dimasukkan kedalam percolator dan dipasang kertas saring pada bagian atas simplisia. 4. Ditambahkan methanol kemudian ditutup dengan aluminium foil 5. Didiamkan selama 24 jam 6. Ditampung kedalam wadah/botol 7. Untuk menyempurnakan proses ekstraksi ditambahkan lagi methanol Dan ekstraknya ditampung lagi kedalam botol. 9. Ekstrak yang diperoleh dimasukkan kedalam beker yang telah ditimbang dan diuapkan diatas waterbath hingga terbentuk ekstrak yang telah menguap cairan penyarinya (ekstrak kering) III.2.2. Ekstraksi dengan pelarut eter 1. Ekstrak kering yang diperoleh dilarutkan dengan 10 ml air, diaduk sampai homogen kemudian dimasukkan kedalam corong pisah 2. Ditambahkan perlahan-lahan eter kedalam corong pisah. 3 . Dikocok corong pisah yang berisi campuran ekstrak methanol dan eter, lalu didiamkan hingga terjadi pemisahan air dan ekstrak eter. 4. Ekstrak eter ditampung dalam vial.

III.2.3 Ekstraksi dengan pelarut n-Butanol 1. Lapisan air pada corong pisah dicampurkan dengan n-Butanol jenuh air. 2. Corong pisah dikocok, kemudian didiamkan hingga terjadi pemisahan air dan ekstrak N-Butanol 3. Ekstrak N-Butanol ditampung dalam vial. III.2.4 Identifikasi senyawa dengan KLT 1. Dimasukkan kombinasi eluen kedalam chamber 2. Dijenuhkan eluen yang ada dalam chamber dengan menggunakan kertas saring. 3. Ditotolkan sampel pada silica gel yang telah ditandai batas atas dan batas bawah. 4. Dimasukkan silica gel kedalam chamber yang telah berisi eluen, kemudian ditutup dengan kaca penutup. 5. Apabila eluen telah mencapai batas atas silica gel, maka segera keluarkan silica gel dari chamber, kemudian diangin-anginkan. 6. Dilihat noda yang muncul pada silica gel dengan menggunakan lampu UV. 7. Untuk lebih memperjelas noda, maka semprotkan dengan H2SO4 10 % kemudian dikeringkan. 8. Setelah itu, silica gel dipanaskan dan ditandai noda-noda yang muncul.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Pengamatan Berat Sampel Basah

Berat Sampel Kering

Jumlah Cairan Penyari

Berat Ekstrak Kering

-

134 gram

2,5 liter

5,5 gram

a) Hasil KLT Nama Ekstrak Eluen UV Ekstrak metanolKunyit putih ( Curcuma zedoaria).

Jumlah Noda H2SO4 10%

Benzen EtOAC 8 : 2

-

4

Ekstrak metanolKunyit putih ( Curcuma zedoaria).

CHCl3-MeOHH2O 16 : 6 : 1

-

7

Ekstrak eterKunyit putih ( Curcuma zedoaria).

Benzen EtOAC 8 : 2

-

10

Ekstrak N-butanolKunyit putih ( Curcuma zedoaria).

CHCl3-MeOHH2O 16 : 6 : 1

-

3

IV.2 Pembahasan Penelitian ini menggunakan Kunyit Putih yang dibersihkan dengan menggunakan air untuk menghilangkan kotoran uang melekat pada sampel kemudian diiris halus dan ditimbang berat bersihnya. Setelah disortasi basah, kemudian dilanjutkan dengan sortasi kering dimana rimpang dikeringkan pada suhu terawasi untuk mencegah kerusakan zat aktif. Simplisia yang telah kering ditimbang lalu ditumbuk halus

kemudian diperkolasi dalam percolator yang terbuat dari botol yang ujungnya dilubangi dan dihubungkan dengan set infuse yang terlebih dahulu dilembabkan dengan cairan penyari methanol sebanyak 2x dari jumlah simplisia yang digunakan. Pembuatan simplisia menjadi serbuk dengan derajat halus tertentu sangat membantu dalam proses ekstraksi dimana cairan penyari akaan lebih mudah menembus dinding sel dan melarutkan zat aktif dalam tanaman dibandingkan jika sel tetap utuh sehingga proses ekstraksi efektif dan efisien. Pemilihan metode dalam proses ekstraksi ini didasarkan pada tekstur simplisia. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi ini adalah methanil karena pelarut ini merupakan pelarut yang umumnya dipakai dan disamping itu harganya murah dan mudah diuapkan. Ekstrak methanol yang diperoleh adalah ekstrak cair-cair. Ekstrak cair-cair ini menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling bercampur yaitu pelarut yang bersifat polar dan non polar.

Pada metode ini pelarut yang digunakan adalah eter dan n-butanol jenuh air. Sampel yang digunakan adalah ekstrak methanol yang sebelumnya telah disuspensikan dengan 5 ml aquadest. Setelah itu dimasukkan dalam corong pisah dan ditambahkan 20 ml pelarut eter. Lapisan eter berada pada bagian atas, sedangkan lapisan airnya pada bagian bawah. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 3x 20 ml eter. Lapisan air ekstraksi pertama dilanjutkan kembali untuk corong pisah dengan menggunakan pelarut n-Butanol jenuh air sebanyak 3x 20 ml. Ekstrak eter dan ekstrak n-Butanol yang diperoleh ditampung kedalam vial lalu dikumpulkan. Selanjutnya dilakukan identifikasi komponen senyawa-senyawa kimia dengan metode KLT dengan menggunakan eluen polar dan non polar. KLT menggunakan fase gerak berupa lempeng sintetik yang mengandung lapisan silica yang sangat tipis. Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng kemudian dielusi menggunakan eluen polar dan non polar pada wadah yang disebut chamber. Jika proses pemisahan tidak bagus atau didapatkan noda-noda yang berada pada bagian bawah lempeng atau nilai Rf yang terlalu rendah maka perbandingan eluen dapat diubah dengan cara menaikkan kepolaran eluen. Pemisahan yang diperoleh dapat dilihat dalam bentuk noda-noda dengan warna dan jarak yang berbeda-beda. Penampak noda yang digunakan antara lain dengan sinar UV dan penyemprot H2SO4 10 %.

BAB V PENUTUP

V.1 Kesimpulan Dari hasil percobaan yang dilakukan pada Kunyit Putih ( curcuma zedoaria) secara perkolasi, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pada pelarut polar (Chloroform : Metanol : Air ) diperoleh nilai Rf masingmasing: i) Untuk ekstrak methanol :0,9 : 0,76 :0,26 : 0,18 : 0,14 :0,1 : 0,06 ii) Untuk ekstrak N-buthanol : 0,8 : 0,86 : 0,96 . 2.Pada pelarut Non polar ( Benzen : Etil asetat ) diperoleh nilai Rf masingmasing : i) Untuk ekstrak methanol : 0,1 : 0,2 : 0,34 : 0,9 ii) Untuk ekstrak eter : 0,3 : 0,36 : 0,4 : 0,46 : 0,54 : 0,6 : 0,74 :0,8 : 0,86 : 0,9 V.2 Saran 1. Hendaknya dilakukan pengenalan simplisia sebelum diekstraksi. 2. Pembimbing diharapkan mendampingi praktikan agar tidak terjadi kesalahan prosedur kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM,(1998),Sediaan Galenik,Departemen Kesehatan,Jakarta. Dirjen POM,(1979),Materia Medika Indonesia,edisi I,Depkes RI,Jakarta Gritter, R., et al (1991),Pengantar Kromatografi,edisi II,ITB,Bandung Tim Farmakognosi.,(2010),Penuntun Praktikum Farmakognosi, Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan Farmasi,Makassar. Stahl Egon,(1998),Teknik Press,Bandung Sudjadi,(1988),Metode Pemisahan,Falkultas Farmasi UGM, Yogyakarta Sastrohamidjojo,H.,(1985),Kromatografi,Liberty,Yogyakarta Tjitrosoepomo G.,(1994),Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan,Gadjah Mada University Press,Yogyakarta Dasar Kromatografi Lapis Tipis,ITB

LAMPIRAN

TABEL DAFTAR NILAI Rf

Eluen Polar : CHCl3 : MeOH- Air (16: 6: 1)No. Nama Ekstrak No.Noda 1 2 1.Ekstrak Methanol Kunyit putih ( Curcuma zedoaria).

No.Rf

3 4 5 6 71 2 3

0,9 0,76 0,26 0,18 0,14 0,1 0,06 0,96 0,86 0,8

Warna Noda UV H2SO4 10% Kuning

Coklat Hijau kng Hijau kng Hijau kng Hijau kng Hijau kng-

Ekstrak N-buthanol 2.Kunyit putih ( Curcuma zedoaria).

Hijau Hijau Hijau kng

Eluen non Polar : Benzen: Etil asetat (8:2 )No. 1. Nama Ekstrak Ekstrak MethanolKunyit putih ( Curcuma zedoaria).

No.Noda 1 2 3 4 1 2

No.Rf

0,9 0,34 0,2 0,1 0,9 0,86 0,8 0,74 0,6 0,54 0,46 0,4 0,34 0,28

Warna Noda UV H2SO4 10% Hijau

Hijau kng Kuning Orange-

Ekstrak Eter Kunyit 2.putih ( Curcuma zedoaria).

3 4 5 6 7 8 9 10

Coklat Hijau Hijau Hijau tua Orange Orange Hijau Hijau Hijau Hijau

GAMBAR

Kunyit Putih ( curcuma zedoaria)

LAPORAN PRAKTEK FARMAKOGNOSI POLTEKKES MAKASSAR KEMENKES RI JURUSAN FARMASI

Perkolasi Kunyit Putih( curcuma zedoaria)

KELOMPOK I

Dian indriasari Alun hidayat Novelly G Rosmawati Risnawati Al qausar Asnita P.S. Asriani

Ayu Fatmasari Sukmawati NurNasrathulhaerah Wiwi Ety Nursulasi Ernawati S.

Hasriani Hesti Baka Surianti Indah Fajarwati Jumriana Sitti asmarawa Widhatul Ummah Natalia W.

Fadilah Asri Firman Nurdin

PROGSUS 2010 KELAS B