Lapkas ULKUS KORNEA (Working)

13
PENDAHULUAN Kornea adalah selaput bening mata, tembus cahaya dan merupakan lapisan yang menutup bola mata bagian depan. Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Keadaan tersebut terjadi akibat erosi non penetrasi pada kornea dan terbatas pada lapisan terluar kornea yang merupakan area tembus cahaya pada bagian anterior bola mata. 2,3,4 Penyebab terjadinya ulkus kornea adalah infeksi HSV, luka abrasif, penggunaan lensa kontak, penggunaan kronik steroid topikal, infeksi virus varicella zoster, infeksi bakterial dan infeksi fungi. 3,4,5,6 Gejala yang ditimbulkan ulkus kornea berupa mata merah, nyeri disekitar mata, fotofobia, penurunan penglihatan, dan kadang kotor. Gejala yang menyertai adalah terdapat penipisan kornea, lipatan descement, dan reaksi jaringan uvea (hipopion, hifema, sinekia posterior), injeksi konjungtiva dan injeksi siliar. 1,2,6 Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. 9 Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya menuju retina. 1

description

working

Transcript of Lapkas ULKUS KORNEA (Working)

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Kornea adalah selaput bening mata, tembus cahaya dan merupakan lapisan yang menutup bola mata bagian depan. Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Keadaan tersebut terjadi akibat erosi non penetrasi pada kornea dan terbatas pada lapisan terluar kornea yang merupakan area tembus cahaya pada bagian anterior bola mata. 2,3,4 Penyebab terjadinya ulkus kornea adalah infeksi HSV, luka abrasif, penggunaan lensa kontak, penggunaan kronik steroid topikal, infeksi virus varicella zoster, infeksi bakterial dan infeksi fungi.3,4,5,6 Gejala yang ditimbulkan ulkus kornea berupa mata merah, nyeri disekitar mata, fotofobia, penurunan penglihatan, dan kadang kotor. Gejala yang menyertai adalah terdapat penipisan kornea, lipatan descement, dan reaksi jaringan uvea (hipopion, hifema, sinekia posterior), injeksi konjungtiva dan injeksi siliar.1,2,6 Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.9 Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgenses. Deturgenses, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea berakibat film air mata menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang menarik air dari stroma kornea superfisial untuk mempertahankan keadaan dehidrasi.9Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda asing, dan dengan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri, menurunkan kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi kornea.10

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.9

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 9Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan menghalangi pertumbuhan bakteri dengan antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. LAPORAN KASUS

Identitas

Seorang penderita laki-laki, umur 50 tahun, suku Minahasa, bangsa Indonesia, agama Kristen Protestan, bekerja sebagai petani, tinggal di Darunu, masuk RS. Prof. dr. R. D. Kandou Manado pada hari Selasa, 18 mei 2015 dengan keluhan utama mata kiri nyeri.Anamnesis

Mata kiri nyeri dialami penderita sejak 1 minggu yang lalu. Sebelumnya mata kiri penderita pernah tertusuk mayang kelapa ( 1 bulan yang lalu. Setelah tertusuk mayang kelapa, mata kiri penderita menjadi kabur, merah, dan terasa nyeri. Penderita pernah berobat di puskesmas tapi tidak ada perbaikan dan diberi obat tetes mata tetapi keluhan tidak berkurang.

Riwayat sakit gula dan darah tinggi disangkal oleh penderita. Riwayat alergi obat tidak ada. Penderita baru kali ini mendapat sakit seperti ini dan dalam keluarga hanya penderita yang sakit seperti ini.

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Kompos Mentis

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi

: 78 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu badan : 36,8oC

Kepala dan Leher : Tidak ada kelainan

Paru dan jantung : Dalam batas normal

Abdomen : Dalam batas normal Ekstremitas : Akral hangat

Status Psikiatrik

Penderita kooperatif. Sikap dan ekspresi penderita baik (wajar).

Status Neurologik

Motorik dan sensibilitas baik, refleks fisiologis (+), refleks patologis (-).

Pemeriksaan Khusus (Status Oftalmikus) Pemeriksaan subjektif, dengan optotipe Snellen didapatkan : Visus Okulus Dextra 6/6

Visus Okulus Sinistra 1/~ Segmen anterior OD : dalam batas normal Segmen anterior OS : Palpebra: edema (+), blefarospasme

Konjungtiva: hiperemis, kemosis (+), injeksi konjungtiva (+),

injeksi siliar (+) Kornea: ulkus sentral-parasentral stroma, ukuran

5x5mm, infiltrate (+) Iris

: sde Pupil

: sde Lensa

: sde COA

: hipopion 0,5 mm Pemeriksaan funduskopi OD : refleks fundus (+) uniform, retina, papil dan makula dalam batas normal Pemeriksaan funduskopi OS : refleks fundus (-), retina, papil, dan makula sukar dievaluasi.Resume

Seorang penderita laki-laki, berumur 50 tahun, suku Minahasa, bangsa Indonesia, agama Kristen Protestan, alamat Darunu, masuk RS. Prof. dr. R. D. Kandou Manado pada hari Selasa, 18 meii 2015 dengan keluhan utama mata kiri nyeri sejak ( 1 minggu yang lalu. Riwayat trauma (+) tertusuk mayang kelapa ( 1 bulan yang lalu. Kabur (+), nyeri (+), konjungtiva hiperemis (+), lakrimasi (+), darah (+).

Dari pemeriksaan oftalmikus oculus sinistra didapatkan visus 1/~, blefarospasme (+), kornea keruh, perdarahan subkonjungtiva (+), injeksi siliar (+), injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (+), injeksi konjungtiva (+). COA : hipopion (+). Tes fluorosens (+) ( ulkus non perforata. Funduskopi OS didapatkan refleks fundus (-), retina, makula, dan papil sukar dievaluasi.Diagnosis

Ulkus kornea impending perforasi e.c susp jamur osTerapi Ciprofloxacin 2x 500 mg

Becom c 1x1 Ketokonazol 1x 200 mg Natacen 5x1 gtt os Gatifloxacin ed 6x gtt 1 os Paracetamol 500 mg 3x1 k/p ( jika nyeri)Anjuran Pemeriksaan slit lamp biomicroscopy

Pemeriksaan KOH dan gram DISKUSIDiagnosis ulkus kornea impending perforasi o sec. suspek jamur pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmikus.

Dari anamnesis didapatkan adanya keluhan mata kiri nyeri sejak 1 minggu yang lalu. Sebelum penderita pernah tertusuk mayang kelapa pada mata kirinya. Penderita juga merasakan nyeri pada mata kirinya yang dirasakan semakin hebat sejak 1 minggu yang lalu.

Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa salah satu gejala yang ditimbulkan oleh ulkus kornea adalah gangguan visus atau penurunan tajam penglihatan. Penurunan tajam penglihatan ini diakibatkan oleh adanya infiltrat supuratif yang disertai dengan defek bergaung dan diskontinuitas jaringan yang terjadi dari epitel sampai stroma. Diagnosis ini diperkuat oleh anamnesis selanjutnya, dimana ternyata mata kiri penderita pernah mendapat trauma, yaitu tertusuk mayang kelapa. Kepustakaan menyebutkan bahwa salah satu faktor predisposisi terjadinya ulkus kornea adalah adanya riwayat trauma. Adanya trauma memudahkan invasi bakteri, jamur, atau organisme lain yang menyebabkan terjadi infeksi sehingga terbentuk ulkus kornea.

Pada pemeriksaan subjektif dengan Snellen card, didapatkan VOD 6/6 dan VOS 1/~. Hasil pemeriksaan ini menunjukkan bahwa penurunan tajam penglihatan yang dilami penderita sudah cukup berat. Hal ini disebabkan karena terhalangnya cahaya yang masuk ke mata akibat adanya kekeruhan pada kornea mata kiri penderita akibat adanya keratik presipitat.

Pada pemeriksaan objektif OS ditemukan kornea keruh, adanya ulkus non perforata, injeksi siliar dan injeksi konjungtiva. Pada COA terdapat hipopion, sedangkan retina, papil dan makula sukar dievaluasi.

Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa gejala-gejala yang ditimbulkan ulkus kornea dan uveitis adalah adanya kekeruhan pada kornea, injeksi siliar dan injeksi konjungtiva. Kekeruhan pada kornea ini menyebabkan segmen posterior mata menjadi sukar dievaluasi. Kepustakaan juga menyebutkan salah satu gejala objektif uveitis selain palpebra yang membengkak juga adalah adanya hifema atau hipopion.Penanganan pada pasien ini yaitu dengan pemberian gentamicin salep, natamisin ED, sulfas atropin, ciprofloxacin, dan vitamin C, sesuai kepustakaan yang menyatakan bahwa penanganan ulkus kornea diberikan obat-obat siklopegik, antibiotika dan steroid. Pemberian sulfas atropin selain membantu menurunkan tanda radang, juga mencegah terjadinya sinekia. Pemberian antibiotika bertujuan untuk menghalangi hidupnya bakteri sedangkan steroid diberikan untuk mengurangi reaksi radang. Namun pada pasien ini tidak diberikan steroid mengingat trauma disebabkan oleh bahan organik yang dapat memungkinkan tumbuhnya jamur, oleh karena itu dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan dengan larutan KOH selain pemeriksaan gram.Penderita harus dievaluasi secara berkala untuk melihat perkembangan proses penyembuhan ulkus kornea ini, juga untuk melihat ada tidaknya komplikasi yang timbul sehingga dapat dilakukan penanganan terhadap komplikasi yang timbul. Biasanya proses penyembuhan ulkus kornea membutuhkan waktu yang cukup lama, oleh karena itu perlu diperhatikan ketaatan penderita dalam penggunaan obat. Ketaatan penggunaan obat selain mempercepat penyembuhan juga dapat mencegah penyulit yang dapat terjadi seperti katarak, retinitis atau glaukoma sekunder.Untuk pemulihan tajam penglihatan yang terkena ulkus kornea prognosisnya buruk, karena berdasarkan kepustakaan ulkus yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan pada kornea, dalam hal ini sikatriks yang menggangu penglihatan. Untuk penanganan sikatriks ini perlu dilakukan pembedahan atau keratoplasti. Sedangkan prognosis uveitis ditentukan oleh adanya penyulit. Jika terjadi glaukoma sekunder, dapat terjadi penekanan pada N.II dan dapat mengakibatkan kebutaan.DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Tukak (ulkus) kornea, dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan kelima ; FKUI ; Jakarta ; 2001 ; 164-7.

2. Ilyas S, Uveitis, dalam Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3 ; Jakarta ; FKUI ; 2004 ; 172-74.

3. Cornea ulcers and infection, medline plus medical encyclopedia, available from : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001032.htm4. Cornea ulcers, available from :

http://www.eyeqcenter.com/index.cfm/conditions/cornealulcers.htm

5. Gribsy WS, Corneal ulceration and ulcerative keratitis, available from : http://www.emedicine.com/EMERG/topic 115.htm6. Corneal ulcer, available from :

http://www.merck.com/mrkshared/mmanual/section8/chapter96/96b.jsp7. Wijana N, Kornea, dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan kelima; Jakarta ; 1989 ; 87.

8. Robert H Janigian Jr, MD, Uveitis, Evaluation and Treatment, available from : http://www.emedicine.com/uveitis 20/117.htm9. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 2000

10. Anonimous. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com 2007.

18