Lapkas Rehab

33
BAB I PENDAHULUAN Stroke menurut World Health Organization ( WHO) didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. 1 Menurut laporan WHO di dunia , stroke merupakan pembunuh nomor 3 setelah penyakit jantung dan kanker. Kasus stroke di Indonesia, menurut data yang dirilis Yayasan Stroke Indonesia menunjukkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun. Setelah tahun 2000 kasus stroke ternyata terus melonjak. Stroke menyerang 35,8 % penderita usia lanjut dan 12,9 % pada usia yang lebih muda. Jumlah total penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 2,5% atau 250.000 orang meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan maupun berat. 2 Risiko terjadinya stroke meningkat seiring dengan usia dan lebih tinggi pada pria dibandingkan dengan wanita pada usia berapapun. Faktor risiko mayor meliputi hipertensi arterial, penyakit diabetes

description

Laporan kasus rehabilitasi medik tahun 2014

Transcript of Lapkas Rehab

Rehabilitasi Medik pada Pasien Hemiparesis Dextra + Paresis N.VII dan XII dextra + Disartria e.c Stroke Hemoragik

BAB I PENDAHULUAN Stroke menurut World Health Organization ( WHO) didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.1

Menurut laporan WHO di dunia , stroke merupakan pembunuh nomor 3 setelah penyakit jantung dan kanker. Kasus stroke di Indonesia, menurut data yang dirilis Yayasan Stroke Indonesia menunjukkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun. Setelah tahun 2000 kasus stroke ternyata terus melonjak. Stroke menyerang 35,8 % penderita usia lanjut dan 12,9 % pada usia yang lebih muda. Jumlah total penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 2,5% atau 250.000 orang meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan maupun berat.2

Risiko terjadinya stroke meningkat seiring dengan usia dan lebih tinggi pada pria dibandingkan dengan wanita pada usia berapapun. Faktor risiko mayor meliputi hipertensi arterial, penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, perilaku merokok, hiperlipoproteinemia, peningkatan fibrinogen plasma, dan obesitas. Hal lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke adalah penyalahgunaan obat, pola hidup yang tidak baik dan status sosial dan ekonomi yang rendah.3

Manifestasi stroke dapat bervariasi pada masing-masing orang, tergantung daerah mana yang terganggu. Jika terjadi pada otak bagian depan, maka dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan berpikir, kebijakan, penalaran dan bahasa. Jika terjadi pada area temporal, dapat menyebabkan manifestasi gangguan sensorik dan gerak. Gangguan pada otak bagian tengah dapat menyebabkan mempengaruhi kemampuan penglihatan dan pendengaran sedangkan jika terkena pada bagian otak kecil menyebabkan gangguan keseimbangan.4Menurut WHO, Rehabilitasi Medik adalah ilmu pengetahan kedokteran yang mempelajari masalah atau semua tindakan yang ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan dampak keadaan sakit/nyeri/cacat dan atau halangan serta meningkatkan kemampuan pasien mencapai interaksi sosial. Tujuan Rehabilitasi Medik yaitu mengurangi atau menghilangkan keadaan sakit/nyeri/cacat semaksimal mungkin dan melatih pasien dengan gejala-gejala yang ada maupun yang tersisa agar dapat pulih atau mendekati seperti keadaan semula, sehingga pasien tersebut dapat bekerja kembali sesuai dengan kemampuan yang ada. Rehabilitasi Medik harus dan selalu bekerja dalam 1 tim, di antaranya: dokter rehabilitasi medik, fisioterapi, terapis okupasi, terapis wicara, ortotis prostetis, psikolog dan pekerja sosial medik.5Adanya permasalahan akibat gangguan motorik dan sensorik setelah penderita stroke melewati masa kritis menyebabkan diperlukannya rehabilitasi medik agar penderita dapat meningkatkan kemampuan fungsional yang dimilikinya semaksimal mungkin. Secara garis besar tahapan Rehabilitasi Stroke adalah: Bedside Exercise, Sitting Exercise, Standing Exercise dan Ambulation Exercise. Apabila penderita sudah mampu duduk lama, maka latihan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dapat dimulai, biasanya diberikan oleh terapis okupasi. Terdapat 2 pola besar dalam rehabilitasi stroke, yaitu: 6 Pola tradisional, pola rehabilitasi kompensasi atau pola pendekatan unilateral. Pola ini, sisi yang sehat dilatih untuk kompensasi sisi yang sakit. Pola pendekatan neurodevelopmental atau pola pendekatan bilateral, di mana segala upaya ditujukan untuk melatih kembali sisi yang sakit. Pola ini telah menggeser pola tradisional di dalam program stroke modern.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISIMenurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.7

Stroke hemoragik atau stroke perdarahan adalah perdarahan yang tidak terkontrol di otak. Perdarahan tersebut dapat menggenangi dan membunuh sel-sel otak, sekitar 20% stroke adalah stroke hemoragik. Stroke hemoragik dapat dibagi menjadi 2 subtipe, yaitu perdarahan Intraserebral (PIS) yaitu terjadi perdarahan langsung ke jaringan otak atau disebut juga sebagai perdarahan parenkim otak, dan Perdarahan Subarakhnoid (PSA) yang terjadi di ruang subarachnoid (antara arachnoid dan piameter). Dua subtipe stroke perdarahan ini mempunyai perbedaan etiologi, gambaran klinis, prognosis dan strategi penanganan.8B. EPIDEMIOLOGI

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga dan penyebab utama kecacatan. Insiden kejadian stroke di Amerika Serikat yaitu 500.000 pertahunnya, di mana 10-14% merupakan stroke hemoragik khususnya perdarahan intraserebral. Mortalitas dan morbiditas pada stroke hemoragik lebih berat daripada stroke iskemik. Dilaporkan hanya sekitar 20% saja pasien yang mendapatkan kembali kemandirian fungsionalnya. Selain itu, ada sekitar 40-80% yang akhirnya meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50% meninggal pada 48 jam pertama. Penelitian menunjukkan dari 251 penderita stroke, ada 47% wanita dan 54% laki-laki dengan rerata umur 69 tahun ( 78% berumur lebih dari 60 tahun). Pasien dengan umur lebih dari 75 tahun dan berjenis kelamin laki-laki menunjukkan outcome yang lebih buruk.C. ETIOLOGI Penyebab stroke hemoragik yaitu:10 Perdarahan intraserebral primer (hipertensif)

Ruptur kantung aneurisma

Ruptur malformasi arteri dan vena

Trauma (termasuk apopleksi tertunda pasca trauma)

Kelainan perdarahan seperti leukemia, anemia aplastik, ITP, gangguan fungsi hati, komplikasi obat trombolitik atau anti koagulan, hipofibrinogenemia, dan hemofilia.

Perdarahan primer atau sekunder dari tumor otak

Septik embolisme, myotik aneurisma

Penyakit inflamasi pada arteri dan vena Amiloidosis arteri

Obat vasopressor, kokakin, herpes simpleks ensefalitis, diseksi arteri vertebra dan acute necrotizing haemorrhagic enchephalitis. D. FAKTOR RISIKO Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:11 1. Usia2. Jenis kelamin 3. Berat badan lahir rendah4. Ras5. Faktor genetik Faktor risiko yang dapat diubah dan terdokumentasi dengan baik:11

1. Transient Ischemic Attack (TIA)

2. Atrial fibrilasi

3. Patent foramen ovale 4. Stenosis arteri karotis asimptomatik

5. Sickle cell disease

6. Dislipidemia

7. Obesitas dan distribusi lemak tubuh

8. Merokok

Faktor risiko yang dapat diubah dan kurang terdokumentasi:11

1. Migren 2. Konsumsi alkohol

3. Penyalahgunaan obat-obatan

4. Obstructive Sleep Apnea ( OSA)

5. Hyperhomocysteinemia 6. Inflamasi dan infeksi

7. Polutan udara

8. Peningkatan lipoprotein

E. GEJALA KLINISGejala klinis stroke ada berbagai macam diantaranya adalah ditemukan perdarahan intraserebral (ICH) yang dapat dibedakan secara klinis dari stroke iskemik, hipertensi biasanya ditemukan, tingkat kesadaran yang berubah atau koma lebih umum pada stroke hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik. Seringkali, hal ini disebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Meningismus dapat terjadi akibat adanya darah dalam ventrikel.9 Defisit neurologis fokal dapat terjadi tergantung pada area otak yang terlibat. Jika belanan dominan (biasanya kiri) terlibat, suatu sindrom yang terdiri dari hemiparesis kanan, kerugian hemisensori kanan, bidang visual kanan terpotong dan afasia mungkin terjadi. Jika belahan non dominant (biasanya kanan) terlibat, sebuah sindrom hemiparesis kiri, preferensi tatapan ke kanan dan memotong bidang visual kiri. Sindrom belahan non dominant juga dapat mengakibatkan pengabaian dan kekurangan perhatian pada sisi kiri.9 Jika cerebellum yang terlibat, pasien berisiko tinggi untuk mengalami herniasi dan kompresi batang otak. Herniasi bisa menyebabkan penurunan cepat dalam tingkat kesadaran, apnea, dan kematian. Tanda-tanda lain dari keterlibatan cerebellar atau batang otak antara lain: ekstremitas ataksia, vertigo atau tinnitus, mual dan muntah, hemiparesis atau quadriparesis, hemisensori atau kehilangan sensori dari semua empat anggota, gerakan mata yang mengakibatkan kelainan diplopia atau nistagmus, kelemahan orofaringeal atau disfagia, wajah ipsilateral dan kontralateral tubuh. 9

1. Perdarahan Intraserebral

Sebuah perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Di sekitar setengah dari jumlah penderita, serangan dimulai dengan sakit kepala parah, sering selama aktivitas. Namun pada orang tua, sakit kepala mungkin ringan atau tidak ada. Gejala disfungsi otak menggambarkan perkembangan yang terus memburuk sebagai perdarahan. Beberapa gejala, seperti kelemahan, kelumpuhan, hilangnya sensasi dan mati rasa, sering hanya mempengaruhi satu sisi tubuh. Orang mungkin tidak dapat berbicara atau menjadi bingung. Mata dapat menunjukkan arah yang berbedah atau menjadi lumpuh. Mual, muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang umum dan dapat terjadi dalam beberapa detik atau menit.92. Perdarahan Subarakhnoid

Sebelum robek, aneurisma yang biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali menekan pada saraf atau kebocoran sejumlah kecil darah, biasanya sebelum pecah besar (yang menyebabkan sakit kepala), menghasilkan tanda-tanda peringatan seperti berikut: 9

Nyeri kepala hebat Nyeri pada mata atau daerah fasial Penglihatan ganda Kehilangan penglihatan tepi

Aneurisma yang pecah biasanya menyebabkan sakit kepala, tiba-tiba parah dan mencapai puncak dalam beberapa detik. Hal ini sering diikuti dengan kehilangan kesadaran singkat. Hampir setengah dari orang yang terkena meninggal sebelum mencapai rumah sakit. Beberapa orang tetap berada dalam koma atau tidak sadar dan sebagian lainnya bangun, merasa bingung, dan mengantuk. Dalam beberapa jam atau bahkan menit, penderita mungkin menjadi tidak responsif dan sulit untuk dibangunkan.9

Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak mengiritasi lapisan jaringan yang menutupi otak (meningen), menyebabkan leher kaku serta sakit kepala, sering muntah, pusing, dan nyeri pinggang. Sekitar 25% dari orang yang mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan kerusakan pada bagian tertentu dari otak, seperti berikut:

- Kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh (paling umum)

- Kehilangan sensasi pada satu sisi tubuh

- Kesulitan memahami dan menggunakan bahasa

Gangguan berat dapat berkembang dan menjadi permanen dalam beberapa menit atau jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama. Sebuah perdarahan subarakhnoid dapat menyebabkan beberapa masalah serius.9 F. DIAGNOSISDiagnosis stroke dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis yaitu riwayat dan keluhan utama pasien. Beberapa gejala/tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain: hemiparesis, gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopsia aau buta mendadak, diplopia. Vertigo, afasia, disfagia, disartria, ataksia, kejang atau penurunan kesadaran yang keseluruhannya terjadi secara mendadak.12

Pada pemeriksaan fisik/neurologis penting mengetahui keadaan kardiovaskuler, tanda vital, perkembangan kesadaran sejak kejadian dan kelainan neurologis yang terjadi. Adapun pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendukung diagnosis stroke dan menyingkirkan diagnosis bandingnya. Laboratorium yang dapat dilakukan pada penderita stroke di antaranya hitung darah lengkap, profil pembekuan darah, kadar elektrolit, dan kadar serum glukosa.9 Pemeriksaan pencitraan juga diperlukan dalam diagnosis. CT scan tanpa kontras dapat digunakan untuk membedakan stroke hemoragik dan stroke iskemik. CT scan non kontras dapat mengidentifikasi secara virtual hematoma yang berdiameter lebih dari 1cm. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah EKG untuk memonitor aktivitas jantung, disritmia jantung dan iskemia jantung. 9Stroke dapat didiagnosa banding dengan penyakit-penyakit lain seperti: ensefalitis, meningitis, migrain, neoplasma otak, hipernatremia, stroke iskemik, hematoma subdural, kedaruratan hipertensi, hipoglikemia.9G. REHABILITASI MEDIKTujuan rehabilitasi medik adalah tercapainya sasaran fungsional yang realistik dan untuk menyusun suatu program rehabilitasi yang sesuai dengan sasaran tersebut. Menurut definisi WHO, jelaslah bahwa yang ditanggulangi rehabilitasi medik adalah problem fisik dan psikis. Untuk mengatasi problem fisik yang berperan adalah program fisioterapi dan terapi okupasi. Keduanya sebetulnya mempunyai kesamaan dalam sasaran, dengan sedikit perbedaan bahwa terapi okupasi bahwa terapi okupasi juga melatih aktivitas kehidupan sehari-hari dan melakukan prevokasional untuk mengarahkan pasien pada latihan kerja bila terpaksa alih pekerjaan. 13H. PROBLEM REHABILITASI MEDIK

Masalah masalah dalam Rehabilitasi Medik adalah sebagai berikut: 13Problem Rehabilitasi

Kesukaran/tidak dapat ambulasi Kesukaran/tidak dapat berkomunikasi Kesukaran/tidak dapat merawat diri sendiri Kesukaran/tidak dapat melakukan gerak

Problem Psikis

Rasa malu

Rasa rendah diri Tidak dapat menerima kenyataan Tidak mau menyesuaikan diri dengan kecacatannya Beberapa mengalami penurunan intelegensia

I. PENANGANAN REHABILITASI MEDIK

Menurut definisi WHO, jelaslah bahwa yang ditanggulangi rehabilitasi medik ialah problem Fisik dan Psikis. Untuk mengatasi problem fisik, yang berperan utama ialah Fisioterapi dan Terapi Okupasi. Keduanya sebetulnya memiliki kesamaan dalam sasaran dan sedikit perbedaan, bahwa Terap Okupasi juga melatih aktivitas kehidupan sehari hari dan melakukan prevocational untuk mengarahkan pasien pada latihan kerja bila terpaksa alih pekerjaan. Sasaran umum kedua terapis adalah : melatih otot, mengurangi kekakuan sendi, memperbaiki koordinasi dengan tujuan agar pasien dapat melakukan aktivitasnya kembali, baik untuk ambulasi, merawat diri sendiri maupun bekerja.14Secara garis besar tahapan Rehabilitasi Stroke Program adalah : Bedside Exercise, Sitting Exercise, Standing Exercise dan Ambulation Exercise. Apabila penderita sudah mampu duduk lama, maka latihan AKS dapat dimulai, biasanya diberikan oleh terapis Okupasi. 14Terdapat 2 pola besar dalam rehabilitasi stroke, yaitu :

Pola traditional, pola rehabilitasi kompensasi atau pola pendekatan unilateral. Pola ini, sisi yang sehat dilatih untuk kompensasi sisi yang sakit.

Pola pendekatan neurodevelopmental atau pola pendekatan bilateral, dimana segala upaya ditujukan untuk melatih kembali sisi yang sakit. Pola ini telah menggeser pola tradisional di dalam program rehabilitasi stroke modern.

J. PROGNOSIS

Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis: 141. Saat mulainya rehabilitasi medik, program dimulai kurang dari 24 jam maka pengembalian fungsi lebih cepat. Bila dimulai kurang dari 14 jam maka kemampuan memelihara diri akan kembali lebih dahulu.

2. Saat dimulainya pemulihan klinis, prognosis akan lebih buruk bila ditemukan adanya: 1-4 minggu gerak aktif masih nol (negatif); 4-6 minggu fungsi tangan belum kembali dan adanya hipotonia dan arefleksia yang menetap. BAB III

LAPORAN KASUS Identitas penderitaNama : Ny. NPJenis kelamin : PerempuanUmur : 51 tahunAlamat: Kamangta Jaga III/Kec. Tombulu Agama: Kristern Protestan Pendidikan : Tamat SMPPekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)Tanggal pemeriksaan : 30 Desember 2013AnamnesisKeluhan utama : kelemahan anggota gerak kiriRiwayat penyakit sekarang :

Kelemahan anggota gerak kiri dialami penderita secara tiba-tiba sejak 1 minggu lalu, terjadi pada saat penderita sedang memasak. Pada siang hari, tiba-tiba penderita merasa sakit kepala hebat, diikuti dengan kelemahan pada lengan dan tungkai kiri, serta mulut mencong dan bicara pelo. Penderita juga mengeluh mual tapi tidak sampai muntah. Gangguan menelan (-), riwayat penurunan kesadaran (-), riwayat trauma (-), panas (-). Pendertia dan keluarfa merasa cemas dengan sakitnya. BAB/BAK: biasa.

Riwayat penyakit dahulu: Hipertensi kurang lebih 5 tahun tidak terkontrol Diabetes Mellitus (-) Penyakit Ginjal (-) Kolestrol (+), jantung (+),asam urat (+) ( disangkal namun baru diketahui saat MRS.Riwayat penyakit keluarga: Pada keluarga pasien tidak ada riwayat penyakit stroke. Riwayat kebiasaan: right handed, merokok (-), minum alkohol (-), suka makan makanan berlemak (+). Riwayat sosial ekonomi : Penderita adalah ibu rumah tangga, tinggal di rumah permanen satu lantai bersama suami dan dua anak perempuan. Pekerjaan suami adalah wiraswasta dengan pendapatan yang tidak tetap. Di rumah penderita menggunakan wc jongkok. Biaya pengobatan rumah sakit menggunakan program jamkesmas. Pemeriksaan fisikStatus generalis

Keadaan Umum: Cukup

Kesadaran

: Compos Mentis, GCS : E4M6V5 = 15Berat Badan

: 72Kg

Tinggi Badan

: 159cm

IMT

: 28,48Kg/cm2Tanda Vital

:

Tekanan darah: 170/90mmHg

Nadi

: 78x/menit

Respirasi

: 20x/menit

Suhu Badan

: 36,4C

Kepala

: normosefali,simetris

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)

Pupil bulat; isokor 3mm/3mm

Refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+) Hidung : Sekret(-)

Telinga : Sekret (-)

Mulut : Karies (-), lidah beslag (-), tonsil hiperemis (-), asimetri(+)

Leher: kaku kuduk (-)

Trakea letak di tengah, pembesaran KGB (-)

Thoraks : simetris kiri/kanan; retraksi (-)

Jantung : S1-S2 normal, bising (-) Paru : Suara pernapasan vesikuler, rhonki (-/-),wheezing (-/-)

Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar & lien

tak teraba

Ekstremitas : akral hangat, udema (-/-)

STATUS NEUROLOGISKesadaran : GCS E4M6V5 TRM

: Kaku Kuduk (-), Kernig Sign (-/-), Lasegue (-/-)

Brudzinsky I (-/-)Pemeriksaan Nervus Kranialis N.I (Olfactorius): Tidak dilakukan pemeriksaan N.II (Opticus) : Visus

: Baik

Lapang pandang: Baik

Buta warna: (-)

Funduskopi : (-)

N. III, IV, VI :

Sikap mata :

Ptosis

: tidak ada

Strabismus: tidak adaEksoftalmus : tidak ada Endoftalmus : tidak adaDeviasi konjugae: tidak ada Gerak bola mata Lateral kanan : baik Lateral kiri : baik Atas

: baik Bawah

: baikBerputar

: baikPupil : Bulat, isokor, diameter 3mm/3mm, tepi rata

Refleks cahaya langsung (+/+) , refleks cahaya

tidak langsung (+/+), refleks akomodasi baik

N.V (Trigeminus) : Motorik

membuka mulut: baik gerakan rahang: baik menggigit : baik Sensibilitasrasa nyeri : normoalgesia rasa raba: normoestesi rasa suhu : tidak dilakukan

N.VII (Fascialis): kanan

kiriSikap wajah: simetris asimetris

Angkat alis: baik

baik

Kerut dahi: baik

baik

Lagoftalmos: tidak ada tidak ada

Menyeringai: baik

lipat nasolabial datarN.VIII (akustikus)Vestibularis

Nistagmus: (-)Romberg

: Tidak dilakukan

Tandem gait: Tidak dilakukan

Kokhlearis

Gesekan jari : (+/+)

Mendengar: (+/+)

suara bisik : (+/+)N.IX ( Glossopharygeus) dan N.X (vagus)

Disfagia

: (-)

Disfoni

: (-)Disartria

: (+)Arcus faring : simetris

Posisi uvula : ditengah N.XI ( Acesorius)Menoleh ke kanan, kiri, bawah : baik

Angkat bahu

: baik

N.XII ( Hypoglosus) :Lidah

Tremor : (-)

Atrofi : (-)

Ujung lidah waktu dijulurkan : deviasi ke kiriStatus motorik dan sensorikPemeriksaanEkstremitas superiorEkstremitas inferior

DekstraSinistraDekstraSinistra

Gerakan++++

Kekuatan otot5/5/5/54/4/4/45/5/5/54/4/4/4

Tonus otot+Normal+Normal+Normal+Normal

Refleks fisiologis ++++++

Refleks patologis ----

Sensibilitas

ProtopatikNormalNormalNormalNormal

ProprioseptifNormalNormalNormalNormal

Index BarthelAktifitasTingkat kemandirianN=Nilai

A

BladderKotinensia, tanpa memakai alat bantu1010

Kadang-kadang ngompol5

Inkontinensia urin0

B

BowelKontinensia, memasan enema, suppositoria tanpa dibantu1010

Dibantu5

Inkontinensa alvi0

C

ToiletTanpa dibantu (buka/pakai baju, bersihkan dubur tanpa mencemari baju) boleh berpegang pada bar dinding benda, memaai bad pen, dapat meletakkan di kursi dan membersihkan diri, dibant hanya salah satu kegiatan diatas105

Dibantu5

D

Kebersihan diriTanpa dibantu cuci muka, menyisir, hias, gosok gigi termasuk persiapan alat-alat tersebut55

Dibantu0

E

BerpakaianTanpa dibantu buka/pakai baju, resleting, ikat tali sepatu, termasuk pakaian khusus, boleh pakaian yang disesuaikan keadaan mis: kancing depan. dibantu sebagai sebagian minimal, setengah tidak membantu100

dibantu5

F

MakanTanpa dibantu memakai pakian normal lengkap105

Memakai alat-alat makan. dibantu sebagian hasil memotong, memoles mentega5

Dibantu0

G

Transfer/

berpindahDari kursi roda ke tempat duduk / sebaliknya terauk duduk dan berbaring tana dibantu1510

Bantuan minor secara fisik atau verbal pada langkah - langkah diatas10

Bantuan mayor secara fisik (1/2 org terlatih), tetapi dapat duduk/ dengan tanpa dibantu5

Tidak dapat duduk berpindah (sitting balace)0

H

MobilisasiBerjalan 16 m (50 yard), boleh dengan alat bantu kecuali rolling walker. mengayuh kursi roda 16 m, berkeliling, berjalan tanpa dibantu1510

Menguasai alat bantunya, berjalan dengan bantuan minor fisik / verbal. memakai kuri roda dengan dibantu10

Imobile5

I

Naik turun tanggaTanpa dibantu105

Dibantu secara fisik / verbal5

Dibantu0

J

mandiTanpa dibantu berendam50

dibantu0

Total10060

Pemeriksaan penunjangPemeriksaan Laboratorium:PARAMETERHASILSATUANNILAI RUJUKAN

Hb 14,4g/dl12,0 - 17,0

Leukosit8900/mm33.500 - 10.000

Trombosit 353/mm3150.000 - 390.000

Hematokrit42%35,0 - 50,0

Ureum 25mg%20 40

Kreatinin 0,8mg%0,6 - 1,1

GDP94mg%70 - 125

Cholesterol total215mg/dl160 - 200

HDL: 44 mg/dl 70mg/dl0 - 40

LDL: 185 mg/dl126mg/dl0 - 150

Trigliserida: 110 mg/dl95mg/dl30 - 190

Pemeriksaan EKG: Sinus Takikardi dengan occoriol VER (1x) LVPemeriksaan Roentgen Thoraks PA:

Brain CT Scan Non Kontras

Resume Perempuan, 51 tahun dirujuk ke Instalasi Rehab Medik dengan kelemahan anggota gerak kiri sejak 1 minggu yang lalu, saat penderita sedang beraktivitas pada siang hari, tiba-tiba penderita merasa nyeri kepala hebat, diikuti dengan kelemahan anggota gerak kiri, mulut mencong dan bicara pelo. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/90mmHg, lain-lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan nervus kranialis, kesan paresis N.VII sentral sinistra dan paresis nervus XII sentral sinistra. Pada pemeriksaan status motorik didapatkan penurunan gerakan pada anggota gerak kiri dengan kekuatan otot 4/4/4/4 pada ekstremitas superior dan inferior sinistra. DiagnosisDiagnosis klinis : hemiparesis sinistra + paresis N.VII sentral sinistra + disartria Diagnosis Topis : Subkortikal

Diagnosis etiologi : stroke hemoragikDiagnosis Fungsional : - Impairment: hemiparesis sinistra + paresis N.VII sentral (s)

- Disabilitas: gangguan ambulasi dan gangguan AKS

- Handicap: penderita tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan

sekitarnya

Penatalaksanaan1. Medikamentosa

Terapi dari bagian Neurologi

Bed rest

IVFD NaCl 0.9% 500cc/12 jam

Asam traneksamat 3x1 iv Ranitidin 2x1amp iv

Paracetamol 500mg 4x1 tab

KSR 2x1

Amlodipin 10mg tab (MABP>130) atau TDS>180

2. Non medikamentosa

Rehabilitasi Medik:

Problem rehabilitasi

1. Kelemahan anggota gerak kiri KO=ES: 4/4/4/4 ; EI: 4/4/4/4

2. Mulut mencong

3. Bicara pelo

4. Hipertensi

5. Gangguan jantung

6. Hiperkolestrolemia

7. Gangguan ambulasi

8. Gangguan AKS

9. Penderita dan keluarga merasa cemas dengan sakitnya

Goal of Treatment ( Penderita dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri

Program rehabilitasi medik1. Fisioterapievaluasi :- kelemahan anggota gerak kiri (KO = ES : 4/4/4/4; EI : 4/4/4/4)- gangguan ambulasi di sebelah kiri Program : - breathing exercise (aktif) Proper bed positioning; alih baring tiap 2 jam Infrared region ekstremitas superior & inferior di Instalasi Rehab Medik Latihan peningkatan LGS pasif untuk ekstremitas superior sinistra dan ekstremitas inferior dextra2. Terapi okupasievaluasi : Kelemahan anggota gerak kiri dan kekuatan otot (KO=ES: 4/4/4/4; EI: 4/4/4/4) Gangguan ambulasi Gangguan AKSProgram : Latihan peningkatan AKS dengan keterampilan (jika tekanan darah stabil) 3. Ortotik prostetikEvaluasi: kelemahan anggota gerak kiri (KO = ES : 4/4/4/4 EI : 4/4/4/4)Program: Rencana penggunaan tripod4. Terapi bicaraEvaluasi : Kontak, pengertian dan pengertian baik Mulut mencong Bicara pelo (+)Program : fungsi & artikulasi 5. PsikologiEvaluasi : Kontak, pengertian dan komunikasi baik. Penderita dan keluarga merasa cemas dengan sakitnya Program :

Memberikan dukungan mental pada penderita dan keluarga agar penderita tidak cemas dengan saktinya

Memberi dukungan agar penderita rajin menjalani terapi Sosial medikevaluasi : Kontak, pengertian dan komunikasi baik. Biaya perawatan : jamkesmas Rumah tinggal permanen, WC jongkok Program : Memberikan edukasi dan bimbingan kepada penderita untuk berobat dan berlatih secara teratur Mengadakan edukasi dan evaluasi terhadap lingkungan rumah. WC jongkok sebaiknya diganti dengan WC duduk, atau dimodifikasi 10. PrognosisDubia ad bonam4

5

3

5

3

2

1

3

1

1

1

Tamat SMP

51

30 Desember 2013

Ny.NP

29

21