LAPORAN PRAKTIKUM IKTIOLOGI Fixxxx Urogenital Revisi 1 Kel.9
Lapkas Mata Anggie FIXXXX!!
-
Upload
anggie-faradilla -
Category
Documents
-
view
353 -
download
6
Transcript of Lapkas Mata Anggie FIXXXX!!
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. P
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 55 tahun
Alamat : Tangerang
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
II. ANAMNESA
Pasien datang ke Rumah Sakit Umum Tangerang pada tanggal 25 November 2009
Autoanamnesa
Keluhan Utama
Penglihatan kabur/tidak jelas baik mata kanan maupun kiri.
Keluhan Tambahan
Pasien mengeluh sangat silau saat terkena cahaya.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengaku bahwa penglihatan pada kedua matanya dirasakan semakin menurun
sejak empat tahun yang lalu. Ia merasa bahwa penglihatannya seperti berkabut, serta
terkadang merasa sangat silau saat melihat cahaya. Pasien juga tidak mampu untuk
berjalan sendiri, sehingga harus dituntun oleh orang lain. Tidak terdapat mata merah
pada kedua mata pasien, selain itu rasa sakit, gatal serta keluarnya sekret juga disangkal
oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
1 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi yang telah didiagnosa sejak tujuh tahun
yang lalu. Riwayat DM, atau penyakit sistemik lain, serta riwayat adanya trauma pada
mata atau kepala disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit/gejala-gejala yang sama
seperti yang diderita oleh pasien saat ini. Riwayat DM atau hipertensi pada keluarga
juga disangkal oleh pasien.
III. PEMERIKSAAN
Status Umum
- Tekanan darah : 140/90 mmHg
- Denyut nadi : 70/menit
- Respiratory Rate : 18/menit
- Kesadaran : CM
Status Oftalmologi
AVOD : 1/60
AVOS : 1/60
Kedudukan bola mata OD OS
Posisi ortoposisi Ortoposisi
Eksoftalmos tidak ada tidak ada
Enoftalmos tidak ada tidak ada
Tropia tidak ada tidak ada
Foria tidak ada tidak ada
2 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Pergerakan bola mata OD OS
Nasal + +
Temporal + +
Superior + +
Inferior + +
Nasal superior + +
Nasal inferior + +
Temporal superior + +
Temporal inferior + +
Palpebra superior OD OS
Bengkak Tidak ada Tidak ada
Merah/hematom Tidak ada Tidak ada
Benjolan/tumor Tidak ada Tidak ada
Khalasion Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Enteropion Tidak ada Tidak ada
Abses/fesikel Tidak ada Tidak ada
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Pseudoptosis Tidak ada Tidak ada
Blefarospasme Tidak ada Tidak ada
Lagoftalmos Tidak ada Tidak ada
Palpebra inferior OD OS
Bengkak Tidak ada Tidak ada
Merah/hematom Tidak ada Tidak ada
Benjolan/tumor Tidak ada Tidak ada
3 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Khalasion Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Enteropion Tidak ada Tidak ada
Abses/fesikel Tidak ada Tidak ada
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Pseudoptosis Tidak ada Tidak ada
Blefarospasme Tidak ada Tidak ada
Lagoftalmos Tidak ada Tidak ada
Area lakrimal+pungtum lakrimal OD OS
Bengkak Tidak ada Tidak ada
Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Fistula Tidak ada Tidak ada
Benjolan Tidak ada Tidak ada
Lakrimasi Tidak ada Tidak ada
Margo palpebra superior et silia OD OS
Bengkak Tidak ada Tidak ada
Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Madarosis Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Khalasion Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Margo palpebra inferior et silia OD OS
4 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Bengkak Tidak ada Tidak ada
Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Madarosis Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Khalasion Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Fisura palpebralis OD OS
Normal Normal Normal
Kecil/sempit - -
Besar/lebar - -
Blefarofimosis Tidak ada Tidak ada
Konjungtiva tarsalis superior OD OS
Kemosis Tidak ada Tidak ada
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Anemi Tidak ada Tidak ada
Folikel/cobble stone Tidak ada Tidak ada
Papil/giant papil Tidak ada Tidak ada
Membran/pseudomembran Tidak ada Tidak ada
Litiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Simblefaron Tidak ada Tidak ada
5 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Konjungtiva bulbi OD OS
Sekret Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada
Xerosis/bitot spot Tidak ada Tidak ada
Perdarahan subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada
Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Injeksi episkelra Tidak ada Tidak ada
Nodul Tidak ada Tidak ada
Flikten Tidak ada Tidak ada
Pterigium/pseudopterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Simblefaron Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Tumor/naevus Tidak ada Tidak ada
Kornea OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
Arkus senilis + +
Bentuk Cincin Cincin
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Tes sensibilitas + +
Sklera OD OS
Nodul Tidak ada Tidak ada
Warna Putih Putih
Stafiloma Tidak ada Tidak ada
Ruptur Tidak ada Tidak ada
6 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Tekanan intraokular OD OS
Palpasi N N
Tonometri 15,6 18,5
PEMERIKSAAN KAMAR GELAP
Kornea OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
Nebula Tidak ada Tidak ada
Makula Tidak ada Tidak ada
Leukoma Tidak ada Tidak ada
Stafiloma Tidak ada Tidak ada
Erosi/aberasi Tidak ada Tidak ada
Ruptur Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Pannus Tidak ada Tidak ada
Neovaskularisasi Tidak ada Tidak ada
Xerosis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Keratomalasia Tidak ada Tidak ada
Vesikel/bula Tidak ada Tidak ada
Keratik presipitat Tidak ada Tidak ada
Iris OD OS
Warna Coklat Coklat
Gambaran radier Baik Baik
Kejernihan Jernih Jernih
7 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Eksudat Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
Sinekia anterior Tidak ada Tidak ada
Sinekia posterior Tidak ada Tidak ada
Rubeosis iris Negative Negative
Iris tremulans Tidak ada Tidak ada
Iris bombe Tidak ada Tidak ada
Iridodialisis/iris robek Tidak ada Tidak ada
OD OS
COA Dangkal Dangkal
Pupil OD OS
Warna Putih Putih
Bentuk Bulat Bulat
Besar 2.5 mm 2.5 mm
Letak Sentral Sentral
Isokoria/anisokoria Isokor Isokor
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tidak langsung + +
Seklusio pupil Tidak ada Tidak ada
Oklusio pupil Tidak ada Tidak ada
Leukokoria + +
Lensa OD OS
Kejernihan Keruh sebagian Keruh sebagian
Iris shadow test Positive Positive
Letak lensa Sentral Sentral
Warna Putih Putih
8 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Badan kaca OD OS
Kejernihan Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Flare Tidak ada Tidak ada
Sel radang Tidak ada Tidak ada
Sel darah merah Tidak ada Tidak ada
Fibrosis Tidak ada Tidak ada
FUNDUSKOPI OD OS
Refleks fundus Menurun Menurun
Media Keruh Keruh
Bentuk papil Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Warna papil Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Batas papil Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Cup/disc ratio Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Arteri/vena ratio Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Makula lutea Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Refleks fovea Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Retina sentral Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Retina perifer Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Gambar kelainan Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
IV. RESUME
Anamnesa yang mendukung : umur pasien, mata kanan dan kiri pasien seperti
berkabut, penglihatan buram / tidak jelas, sering silau dan mengganggu kegiatan
sehari-hari, kedua mata tidak merah, tidak sakit, secret -, gatal -
Status Generalis : pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi, dan tidak terdapat
riwayat penyakit lainnya.
Status Oftalmologi :
9 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
ODS : - Visus 1/60
- COA dangkal
- Pada pupil terlihat leukokoria
- Lensa keruh sebagian, shadow test (+)
- Refleks fundus ↓
V. DIAGNOSIS
Katarak senil immature ODS
VI. ANJURAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan mata : USG mata, retinometri, keratometri, biometri (untuk
mengukur power lens nya).
Pemeriksaan Laboratorium : glukosa sewaktu, Hb, hitung jenis, leukosit,
trombosit, LED, bleeding time, clotting time, APTT.
VII. PENATALAKSANAAN
Konservatif :
Satu-satunya terapi pada katarak adalah pembedahan yaitu mengangkat lensa yang
keruh dan menggantinya dengan lensa intra okular. Metode operasi katarak yang bisa
digunakan yaitu dengan cara (ECCE, ICCE, Phacoemulsification) + IOL ODS.
Namun apabila operasi katarak, harus mengalami penundaan, sebaiknya perlu
dipertimbangkan pemberian obat untuk memperlambat proses penebalan katarak,
misalnya dengan memberikan Catarlent ED 3X1 hari 1-2 tetes ODS.
Medikamentosa :
Pasca operasi dapat diberikan pengobatan berupa :
Anti inflamasi (Tobradex® ED 6 x 1tetes) ODS
10 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Antibiotik (Augmentin® 2 x 1 tab)
Analgesik anti-inflamasi (Cataflam® 2 x 1 tab)
VIII. PROGNOSIS
Ad. Vitam : ad. bonam
Ad. Sanam : ad. bonam
Ad. Visam : ad. bonam
Ad. Cosmeticam : ad. bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
LENSA MATA
1. ANATOMI
Lensa membagi mata menjadi dua segmen yaitu bagian mata yang berada didepan
lensa disebut segmen anterior yang berisi humor aqueous yang diproduksi oleh badan
siliar. Lensa mata manusia berbentuk bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah
ataupun saraf, tidak berwarna dan transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9
mm. Terletak dibelakang iris lensa digantung oleh zonula (Zonula Zinnii) yang
11 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor
aquaeus dan disebelah posterior terdapat viterus. Permukaan posterior lebih cembung
daripada permukaan anterior.
Lensa diliputi oleh kapsula lentis yang bekerja sebagai membran semipermeabel,
yang melarutkan air dan elektrolit sebagai nutrisinya. Lensa terdiri dari kapsul,
korteks dan nukleus. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Komposisi dari
lensa adalah :
o Air (65%),
o Protein (35%),
o Sisanya (1%) : mineral dan glutation.
2. FISIOLOGI
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu yaitu :
Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi
untuk menjadi cembung.
12 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan lensa
berfungsi untuk memfokuskan cahaya di retina.
Supaya ini tercapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah, sesuai dengan
sinar yang datang sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa disebut
akomodasi. Hal ini dapat dicapai dengan mengubah lengkungnya lensa terutama
kurvatura anterior.
3. METABOLISME LENSA
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium).
Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior
lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar.
Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk
secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui
pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-
ATPase.
Metabolisme lensa melalui glikolIsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP
shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas
glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktase adalah enzim yang mengubah
glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol diubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol
dehidrogenase.
KATARAK
1. DEFINISI
Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa
di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi
keruh akibat hidrasi cairan lensa (penimbunan air diantara serabut-serabut lensa /
absorpsi intraseluler yang biasanya ditentukan oleh tekanan osmotic), denaturasi
13 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
protein lensa (perubahan kimiawi dari kandungan protein lensa, dimana protein yang
semula larut dalam air menjadi tidak larut dalam air) atau dapat juga akibat dari
kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak
menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang
keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada
retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokasi di lensa seperti korteks atau
nucleus.
2. ETIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan
bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, dan sekitar
55% orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak.
Namun demikian katarak juga dapat terjadi pada orang muda. Beberapa penyebab
katarak lainnya, yaitu:
a. kongenital
b. penyakit sistemik (misal DM, hipertensi, hipoparatiroidisme)
c. penyakit lokal pada mata (misal uveitis, glaukoma dll)
d. trauma
e. bahan toksik (kimia & fisik)
f. keracunan obat-obat tertentu (kortikosteroid, dll)
3. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya katarak karena :
14 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Perubahan komposisi protein
Secara normal, komposisi protein yang larut dalam air (soluble protein) pada
lensa mencapai 85%. Seiring dengan bertambahnya usia, terjadi peningkatan
kadar protein tidak larut atau insouble protein (dapat mencapai 35%) dan terjadi
pembesaran ukuran total lensa.
Perubahan kimiawi
Kadar Ca meningkat bila terjadi hidrasi lensa.
Penurunan kadar glutation
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari glisin, sistein dan asam
glutamate yang disintesa terutama dalam lensa. Glutation ini berfungsi menjaga
transparansi lensa dengan membuat protein golongan sulfidril tetap dalam keadaan
tereduksi. Pada katarak terjadi penurunan yang bermakna dari kadar glutation.
4. GEJALA KLINIS PADA KATARAK
Gejala subjektif pada gangguan katarak meliputi :
• Visus menurun perlahan tanpa mata merah atau nyeri
• Penglihatan seperti terdapat kabut yang menghalangi objek.
• Cenderung tidak tahan terhadap sinar atau cahaya (photophobia)
• Penglihatan terhadap warna memudar
• Benda yang dilihat dapat sedikit kekuning-kuningan
• Dengan dilatasi pupil ada perbaikan penglihatan
• Dengan kontriksi pupil mengurangi penglihatan
15 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Gejala objektif pada gangguan katarak meliputi:
Pupil berwarna putih/ leukokoria
Mata tenang, tidak ada injeksi
Kekeruhan lensa tergantung stadium
Shadow test
Reaksi pupil +
Refleks fundus menurun sampai tidak ada
Pada test bayangan (shadow test)
5. KLASIFIKASI
Berdasarkan etiologi, katarak dapat dibagi dalam:
Katarak primer
Katarak yang terjadi karena adanya proses degenerasi
Katarak sekunder
Menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik yang
terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular.
Epitel lensa subkapsul yang tersisa mungkin mencoba melakukan regenerasi
serat-serat lensa, sehingga memberikan gambaran “telur ikan” pada kapsul
16 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
posterior (manik-manik Elschnig). Lapisan epitel yang berproliferasi tersebut
mungkin menghasilkan banyak lapisan, sehingga menimbulkan kekeruhan. Sel-sel
ini mungkin juga mengalami diferensiasi miofibroblastik. Kontraksi serat-serat ini
menimbulkan banyak kerutan-kerutan kecil di kapsul posterior, yang
menimbulkan distorsi penglihatan. Semua ini menimbulkan penurunan ketajaman
penglihatan setelah ekstraksi katarak ekstrakapsular.
Katarak komplikata
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti
radang, dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaucoma,
tumor intraocular, iskemia ocular, nekrosis anterior segmen, buftalmos,akibat
suatu trauma dan pasca bedah mata.
Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik
endokrin(diabetes melitus, hipoparatiroid,galaktosemia,dan miotonia distrofi) dan
keracunan obat (penggunaan steroid jangka lama)
Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak
selamanya didaerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat difus,
pungtata, linear, rosete, reticulum dan biasanya terlihat vakuol.
Katarak traumatika
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa
atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah
masuknya benda asing, karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor
aqueus dan kadang-kadang korpus vitreum masuk dalam struktur lensa.
Pasien mengeluh penglihatan kabur secara mendadak. Mata jadi merah, lensa
opak, dan mungkin disertai terjadinya perdarahan intraokular. Apabila humor
aqueus atau korpus vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit
adalah infeksi, uveitis, ablasio retina dan glaukoma.
17 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Berdasarkan lokasi terjadinya, klasifikasi katarak terbagi dalam:
1.) Katarak Inti ( Nuclear ) : Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya
terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses
penuaan.
2.) Katarak Kortikal : Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai
dengan kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga
mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita DM.
3.) Katarak Subkapsular : Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa,
tepat pada lajur jalan sinar masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian
kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini.
Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
Katarak kongenital, yaitu katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun, dan
biasanya terdapat sejak lahir.
Katarak juvenil, yaitu katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah
40 tahun.
Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 40 - 50 tahun
Katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 50 tahun.2
KATARAK SENIL
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia di atas 50 tahun.
18 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Perubahan lensa pada usia lanjut
Kapsul
Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia,
bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur,dan terlihat bahan granular
Epitel – makin tipis
Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat ,
bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
Serat lensa :
Lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic
nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus (histidin,
triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa
nukleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal. Korteks
tidak berwarna karena:
Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda
Katarak senil secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu:
o Stadium insipien
Merupakan stadium yang paling dini, dimana seorang penderita belum
mengalami gangguan visus yang berarti. Pada stadium ini proses degenerasi
belum menyerap cairan mata kedalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata
19 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
depan dengan kedalaman yang normal, iris dalam posisi biasa disertai dengan
kekeruhan ringan pada lensa. Kekeruhan terutama terdapat pada daerah perifer
berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda (spokes of wheel), yang tampak bila
pupil dilebarkan.
o Stadium imatur
Pada stadium ini lensa yang degenerative mulai menyerap cairan mata
kedalam lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada stadium ini terjadi
pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumessen. Pada stadium
ini dapat terjadi miopisasi akibat lensa menjadi cembung, sehingga pasien
menyatakan tidak perlu kacamata sewaktu membaca dekat. Akibat lensa yang
bengkak, iris terdorong ke depan, bilik mata dangkal dan sudut bilik mata akan
sempit atau tertutup. Pada katarak imatur maka penglihatan mulai berangsur-
angsur menjadi berkurang, hal ini diakibatkan media penglihatan tertutup oleh
kekeruhan lensa yang menebal. Pada stadium ini dapat terjadi glaucoma
sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat
bayangan iris pada lensa.
o Stadium matur.
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila
20 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan
keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi
kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.
Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat
bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.
o Stadium hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut,
dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi
keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning
dan kering, Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul
lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan
zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai
dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak
dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong
susu disertai dengan nukieus yang terbenam di dalam korteks lensa karena
lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.3
Perbedaan stadium katarak senil
Insipien Immatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Besar lensa Normal >normal Normal < normal
Cairan lensa Normal Bertambah (air
masuk)
Normal Berkurang
(air+massa
lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
21 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudo+
Refleks fundus Positif ± Negatif Negatif
Visus 5/5-5/7,5 5/10-1/60 1/60 1/300-1/∞
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
glaukoma
6. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar celah
(slit lamp), Oftalmoskop direk dan indirek pada kedua mata, tonometer untuk
pemeriksaan tekanan intraokuler, pemeriksaan tajam penglihatan sebelum dilakukan
pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam
penglihatan. Selain daripada itu diperlukan juga pemeriksaan prabedah lainnya untuk
melihat adanya infeksi pada kelopak mata, atau konjungtiva, karena dapat
menyebabkan komplikasi yang berat berupa panoftalmitis pascabedah.
7. TERAPI KATARAK
Satu-satunya terapi pada katarak adalah tindakan pembedahan. Terapi bedah ini
dilakukan bila didapatkan indikasi pembedahan, yaitu :
1. Katarak matur, karena bila berlanjut menjadi katarak hipermatur dikhawatirkan
akan menimbulkan uveitis dan glaukoma.
2. Katarak hipermatur.
3. Katarak yang menimbulkan komplikasi, seperti katarak intumesen yang dapat
menimbulkan glaukoma.
4. Katarak yang telah mengganggu pekerjaan sehari-hari.
22 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Sebelum dilakukan operasi pasien harus dilakukan persiapan operasi sebagai
berikut :
1. Fungsi retina harus baik.
2. Tidak boleh ada infeksi pada mata atau jaringan sekitarnya.
3. Uji anel positif
4. Tidak boleh ada glaukoma.
5. Keadaan umum harus baik, tidak boleh ada hipertensi, diabetes mellitus yang
tidak terkontrol, batuk menahun, sakit jantung.
Dan adapun pemeriksaan-pemeriksaan yang perlu dilakukan sebelum dilakukan
tindakan pembedahan yaitu :
Pemeriksaan mata :
o Uji anel
o USG mata untuk mengukur panjang bola mata dan mengukur lensa
yang akan ditanam untuk mendapatkan kekuatan refraksi pasca bedah.
o Retinometri untuk mengetahui fungsi retina khususnya makula.
o Biometri untuk mengukur power lens yang akan di tanam.
o Keratometri untuk mengukur kelengkungan kornea
Pemeriksaan Laboratorium :
glukosa sewaktu, Hb, hitung jenis, leukosit, trombosit, LED, bleeding time,
clotting time, aptt.
Ada 3 macam tehnik pembedahan katarak yang kita kenal, yaitu :
Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Operasi katarak dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya. ICCE
cenderung dipilih pada katarak intumesen dan katarak hipermatur. Pada saat ini
pembedahan intra kapsuler sudah jarang dilakukan. Operasi ini dilakukan di tempat
23 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
dimana tidak dijumpai fasilitas operasi katarak yang lengkap seperti mikroskop
operasi.
Keuntungan dari operasi dengan metode ini adalah karena seluruh lensa
dikeluarkan dari mata sehingga tidak ada resiko katarak ikutan. Sedangkan
kerugiannya adalah penyembuhan luka yang lama karena irisan yang dilakukan,
prolaps badan kaca ke dalam bilik mata depan.
Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tehnik operasi katarak dengan membuang nukleus dan korteks lensa melalui
kapsula anterior. Pada operasi ECCE ini, kantong kapsul (capsular bag) ditinggal
sebagai tempat untuk menempatkan lensa tanam (IOL).
Langkah-langkah operasi ECCE ini yaitu :
Melakukan kapsulotomi anterior sirkuler
Mengangkat kapsul anterior katarak yang dieksisi
Nukleus katarak dikeluarkan
Pengangkatan bahan korteks yang tersisa dengan irigasi dan aspirasi
Implantasi IOL.
Keuntungannya yaitu luka yang lebih kecil pada endotel kornea karena irisan
kecil, dengan masih utuhnya kapsul posterior berarti badan kaca terlindung dan bisa
mengurangi insiden edema makula kistoid. Dan kerugian dengan cara ini adalah
adanya kemungkinan terjadinya katarak sekunder karena sisa-sisa badan lensa
mungkin masih tertinggal di dalam mata.
Phaecoemulsifikasi
Teknik operasi dengan phaecoemulsifikasi menggunakan suatu alat disebut “tip”
yang dikendalikan secara ultrasonik untuk memecah-mecah katarak yang lunak
menjadi bagian-bagian yang kecil dan diaspirasi.
24 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Keuntungan operasi tehnik ini yaitu luka akibat operasi lebih ringan karena hanya
diperlukan insisi yang kecil sehingga penyembuhan luka lebih cepat. Dan
kerugiannya adalah masih tertinggalnya sisa-sisa bahan lensa didalam mata sehingga
untuk menangani inti lensa yang keras diperlukan manipulasi dan waktu yang cukup
lama.
Lensa Intra Okuler
Setelah pembedahan katarak, maka biasanya dipasang lensa intra okuler. Ada yang
diletakkan di depan iris dan ada yang diletakkan di belakang iris. Pemasangan lensa intra
okuler merupakan solusi terbaik saat ini untuk memperbaiki penglihatan yang disebabkan
afakia akibat operasi katarak.
Perawatan pasca bedah
Pasca operasi diberikan pengobatan berupa anti inflamasi kortikosteroid, antibiotik
dan mata dibebat dengan eyepad + eyeshield selama 24 jam.
25 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Selama beberapa minggu penderita diobati dengan tetes mata steroid untuk meredam
peradangan dan tetes mata antibiotik untuk mencegah infeksi. Penderita dilarang
membungkuk atau melakukan olahraga yang berat untuk beberapa minggu setelah operasi.
8. KOMPLIKASI
Glaukoma komplikasi tersering
Uveitis
Katarak sekunder
9. DIAGNOSA BANDING
Glaukoma kronik
Kelainan refraksi
Retinopati
BAB III
PEMBAHASAN
Dari hasil anamnesa, didapatkan kedua mata tidak merah dengan penglihatan yang
menurun perlahan sejak 4 tahun yang lalu, oleh karena itu kasus ini termasuk dalam
kelompok mata tenang dengan visus turun perlahan. Dengan diagnosa banding yaitu
kelainan refraksi, katarak, glaukoma kronik, dan retinopati.
26 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
Pasien ini mengaku bahwa penglihatan seperti berkabut , dan terkadang sangat silau
saat melihat cahaya. Ia mengeluh bahwa penglihatannya semakin lama semakin buram,
sehingga tidak mampu untuk berjalan sendiri dan harus dituntun oleh orang lain. Hasil
pemeriksaan visus pada kedua mata pasien adalah 1/60. Hal ini menunjukkan bahwa
tajam penglihatan pasien sangat berkurang. Untuk mengetahui apakah berkurangnya
tajam penglihatan disebabkan oleh kelainan refraksi atau media, maka harus dilakukan
pemeriksaan pinhole. Pada pemeriksaan pinhole, tajam penglihatan pasien tidak
membaik, hal ini menandakan adanya letak kelainan pada media refrakta dan diagnosis
kelainan refraksi dapat disingkirkan.
Dari pemeriksaan pada kedua mata pasien ini ditemukan adanya kekeruhan pada
sebagian lensa, adanya bayangan iris pada lensa (shadow tes+), pada pemeriksaan dengan
menggunakan funduskopi didapatkan bahwa reflex fundus menurun diakibatkan karena
adanya kekeruhan lensa dan COA yang dangkal. Dari pemeriksaan tonometri juga
diketahui bahwa tekanan intraocular pasien masih dalam batas normal, oleh karena itu
diagnosis glaucoma kronik dapat disingkirkan. Untuk diagnosis retinopati diperlukan
pemeriksaan lebih lanjut oleh karena bagian posterior tidak dapat terlihat jelas karena
tertutup oleh lensa yang keruh. Namun dari tanda adanya kekeruhan pada lensa ini,
diagnosis retinopati juga dapat disingkirkan, dan diagnosis pasti lebih mengarah pada
katarak.
Pada pasien ini, katarak terjadi pada usia lanjut sehingga jenis katarak pada pasien ini
adalah katarak senil. Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Secara klinik katarak senilis dikenal dalam 4 stadium
yaitu insipien, imatur, matur, hipermatur. Namun diagnosis pasti lebih mengarah pada
katarak imatur oleh karena ciri-ciri yang ditemukan yaitu shadow tes (bayangan iris pada
lensa) +, COA dangkal, terdapat kekeruhan yang belum mengenai seluruh masa lensa.
Pengobatan pada pasien ini hanya dapat dilakukan dengan tindakan pembedahan yaitu
dapat berupa ICCE, ECCE atau phacoemulsifikasi. Prognosis pada pasien ini apabila
27 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
dilakukan tindakan pembedahan adalah baik, karena pasien masih dapat mengenali sinar
dari segala arah saat dilakukan tes proyeksi sinar dan pasien juga masih dapat mengenali
warna, dengan demikian retina masih dalam keadaan baik, sehingga memungkinkan
adanya perbaikan apabila dilakukan tindakan pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
28 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
1. Misbach J., 1999. Neuro-Oftalmologi Pemeriksaan Klinis dan Interpretasi. Jakarta :
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Bruce J, dkk. Oftalmologi. Ed 9. 2005. Erlangga. Jakarta.
3. Yanoff M. Ophthalmic Diagnosis and Treatment. Current Medicine. 1998.
4. Kanski J. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach. 6th Edition. Elsevier. 2006.
5. Ilyas Sidarta; Penuntun Ilmu Penyakit Mata; cetakan keempat; balai penerbit FKUI;
1996.
6. Newell Frank, et al; Opthalmology Principles And Concept Fifth Edition; Mosby
company London.
7. Daniel Vaughan. Taylor Asbury; Oftalmologi Umum; jilid 1; edisi kesebelas; Wijaya
Medika 1996.
8. Chong, Victor, Clinical Ocular Physiology, Butterworth-Heinemann, 1996, hal 41-47.
9. Ilmu Kesehatan Mata Masyarakat, hal 87-96.
10. Fajaru universe. Katarak. Diambil dari link :
http://kinton.multiply.com/reviews/item/5 pada tanggal 30 November 2009
29 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009
Laporan Kasus Cataract Immature
Anggi F Utoyo
17120050056
30 Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
FK Universitas Pelita Harapan – Siloam Hospital Lippo Village
Periode 9 November 2009 – 12 Desember 2009