Lapkas Leo - Koreksi i
-
Upload
coolboyzone -
Category
Documents
-
view
24 -
download
1
description
Transcript of Lapkas Leo - Koreksi i
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam
selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium.1,2,3,4
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium,
tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini
terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol.1,2,3
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium.
Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus
menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini
tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan
menjadi kista. 4,5
Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat
dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa
kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.
Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.1,3,4
Sebagian besar wanita tidak menyadari bila dirinya menderita kista.
Seandainya menimbulkan gejala maka keluhan yang paling sering dirasakan
adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah dan pinggul. Rasa nyeri ini timbul
akibat dari pecahnya dinding kista, pembesaran kista yang terlampau cepat
sehingga organ disekitarnya menjadi teregang, perdarahan yang terjadi di dalam
kista dan tangkai kista yang terpeluntir.1,3,4,5,6
2
Pemeriksaan USG masih menjadi pilihan utama untuk mendeteksi adanya
kista. Selain itu, MRI dan CT Scan bisa dipertimbangkan tetapi tidak sering
dilakukan karena pertimbangan biaya.1,3
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya
kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih
belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk
melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker
ovarium.1,3,7
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral
terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang
wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian
mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera melakukan
pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker ovarium.1,2,3
Umumnya kista ovarium pada wanita usia subur akan menghilang dengan
sendirinya dalam 1 sampai 3 bulan.1,2,3 Meskipun ada diantaranya yang pecah
namun tidak akan menimbulkan gejala yang berarti. Kista jenis ini termasuk jinak
dan tidak memerlukan penanganan medis. Kista biasanya ditemukan secara tidak
sengaja saat dokter melakukan pemeriksaan USG.
Pemeriksaan USG sangat berperan dalam menentukan langkah
penatalaksanaan kista ovarium. Dengan USG dapat dilihat besarnya kista, bentuk
kista, isi dari kista dan lain sebagainya.Jika memang kista ovarium tumbuh
membesar dan menimbulkan keluhan akibat dari peregangan organ sekitar kista
maka perlu dipertimbangkan untuk melakukan operasi pengangkatan kista. Jangan
lupa untuk segera membawa jaringan kista ke laboratorium patologi anatomi
untuk mengetahui kemungkinan kista tersebut berkembang menjadi kanker.
Meskipun demikian, pengawasan tetap harus dilakukan terhadap
perkembangan kista sampai dengan beberapa siklus menstruasi. Bila memang
ternyata tidak terlalu bermakna maka kista dapat diabaikan karena akan mengecil
sendiri.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. ET
Umur : 43 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Aertembaga, Bitung
Suku/ Bangsa : Indonesia
Agama : Kristen Protestan
TTL : Manado, 7 Juli 1948
Nama Suami : Tn. M.T/49 tahun
Pendidikan Suami : SMP
Pekerjaan Suami : Nelayan
Masuk RS : 5 September 2011
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri seluruh bagian perut
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri seluruh bagian perut dialami penderita sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit, nyeri terasa seperti diremas-remas, nyeri bersifat
hilang timbul, dapat timbul sepanjang hari. Awalnya penderita merasa
perut semakin membesar, kemudian disertai rasa nyeri seiring dengan
pembesaran pada daerah perut. Keluar darah dari jalan lahir (-).
BAB/BAK : tak
Riwayat Penyakit Keluarga
Hanya penderita yang mengalami gejala seperti ini dalam keluarga.
4
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (+), dialami penderita sejak 20 tahun yang lalu, sering
kontrol ke dokter, minum obat amlodipin. Riwayat penyakit paru, jantung,
ginjal, sakit gula disangkal penderita.
Riwayat Pribadi & Sosial
Riwayat merokok (-), riwayat minum alkohol (+), penderita berhenti
minum alkohol sejak 2 tahun yang lalu.
Anamnesis Ginekologi
Riwayat pernikahan
Pasien menikah 1 kali, usia pernikahan 18 tahun.
Riwayat kehamilan
1) Perempuan, spt lbk, PBL : 2700 gr, tahun 1980, hidup
2)
3)
4) Laki-laki, spt lbk, PBL : 3800 gr, tahun 1989, hidup
Riwayat Abortus
2 kali
Riwayat haid
Umur haid pertama 14 tahun, siklus teratur, lamanya 4 hari,
riwayat keputihan : (+), penderita pernah mengalami perdarahan
yang banyak saat haid 2 tahun yang lalu.
Riwayat pengobatan ginekologi
Disangkal
Riwayat penggunaan KB
Suntik & Spiral
5
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum
Status Praesens
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu Badan : 36,5 oC
TB/BB : 160 cm / 50 kg
Gizi : IMT : 19,53 (normal)
Kepala : Simetris
Mata : Konj. an -/-, Skl. ikt. -/-
Telinga : Sekret -/-
Hidung : Sekret -/-
Tenggorokan : T1/T1, Hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Dada : Simetris kiri & kanan
Jantung : SI-II Normal, bising (-)
Paru : Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,
mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20
cm
Perkusi : WD (-)
Auskultasi : BU (+) N
Alat Kelamin : Tak ada kelainan
Anggota Gerak : Edema (-), varises tidak ada
Refleks : Refleks fisiologis (+), refleks patologis (-)
6
Status Ginekologi
Inspeksi
Fluksus (-), fluor (-), vulva t.a.k.
Inspekulo
Fluksus (-), fluor (-), vagina t.a.k., portio licin, erosi (-)
Pemeriksaan Dalam
Portio licin, erosi (-), livide (-), OUE tertutup, Corpus Uteri dbn,
Cavum Douglasi tidak menonjol, AP bilateral : lemas, nyeri tekan
(-), massa (+)
Rectal Touche
Sfingter cekat, ampula kosong, darah (-)
Laboratorium
Hb : 12 gr/dl
Leukosit : 9600 /mm3
Trombosit : 404.000 /mm3
CT/BT : 7’30” / 2’
Ureum : 27 mg/dl
Creatinin : 1,3 mg/dl
Albumin : 4,1 g/dl
SGOT : 31 U/L
SGPT : 33 U/L
Na : 140 mEq/L
K : 4,8 mEq/L
Cl : 113 mEq/L
7
Diagnosa
P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium
Sikap
- Rencana Laparatomi VC
- Periksa lab lengkap, EKG, Foto Thorax, CT, BT
- IVP – BNO
- USG Konsulen
- Konsul Bedah Digestif
RESUME MASUK
P2A2, 48 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri seluruh bagian
perut yang dialami penderita sejak 2 minggu yang lalu, nyeri terasa seperti
diremas-remas, nyeri bersifat hilang timbul, dapat timbul sepanjang hari.
Awalnya penderita merasa perut semakin membesar, kemudian disertai
rasa nyeri seiring dengan pembesaran pada daerah perut. Keluar darah dari
jalan lahir (-), riwayat keputihan (+), BAB/BAK : tak.
Status Praesens
KU : Cukup
Kes : CM
T : 130/80 mmHg N : 80 x/m R : 20 x/m S : 36,5 oC
Status Ginekologi
Inspeksi
Fluksus (-), fluor (-), vulva t.a.k.
Inspekulo
Fluksus (-), fluor (-), vagina t.a.k., portio licin, erosi (-)
Pemeriksaan Dalam
Portio licin, erosi (-), livide (-), OUE tertutup, Corpus Uteri dbn, Cavum
Douglasi tidak menonjol, AP bilateral : lemas, nyeri tekan (-), massa (+)
Rectal Touche
Sfingter cekat, ampula kosong, darah (-)
8
Diagnosis Sementara
P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium
Sikap
Rencana Laparatomi VC
USG Konsulen
BNO IVP
MRS
Follow Up
26 - 31 Agustus 2011
S : nyeri perut
O : KU : cukup Kes : CM
T : 130/80 mmHg N : 84x/m R: 22x/m S : 36,5 oC
St. Abdominalis : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,
mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20 cm
A : P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium
P : - Rencana Laparatomi VC (06/09/2011)
- Rencana USG Konsulen
- Asam Mefenamat 3x500 mg
- Amlodipin 10 mg 1-0-0
1 September – 5 September 2011
S : keluhan (-)
O : KU : cukup Kes : CM
T : 140/90 mmHg N : 80x/m R : 20x/m S : 36,5 oC
St. Abdominalis : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,
mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20 cm
A : P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium
P : - Rencana Laparatomi VC (13/09/2011)
- Amlodipin 10 mg 1-0-0
9
Hasil USG : Tampak massa kistik multilokuler memenuhi seluruh kavum
abdomen, asites (-), kedua ginjal tampak normal, kesan : neoplasma kistik
multilokuler ovarii. Saran : operasi elektif secepatnya, jika ada tanda akut
abdomen lakukan laparatomi cito.
6 September – 10 September 2011
S : nyeri perut
O : KU : cukup Kes : CM
T : 140/80 mmHg N : 72x/m R: 24x/m S : 36,6 oC
St. Abdominalis : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,
mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20 cm
A : P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium multilokuler
P : - Rencana Laparatomi VC (13/09/2011)
- Asam Mefenamat 3x500 mg
- Amlodipin 10 mg 1-0-0
Jawaban konsul Bedah Digestif : setuju untuk pendampingan di meja
operasi, informed consent pada keluarga tentang kemungkinan
dilakukannya reseksi anastomosis / stroma, bila terjadi perlekatan hebat
dilakukan sterilisasi usus 3 hari sebelum operasi.
11 September – 12 September 2011
S : keluhan (-)
O : KU : cukup Kes : CM
T : 130/90 mmHg N : 92x/m R : 20x/m S : 36,5 oC
St. Abdominalis : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,
mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20 cm
A : P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium multilokuler
P : - Rencana Laparatomi VC (13/09/2011)
- Amlodipin 10 mg 1-0-0
- Sterilisasi Usus
10
13 September – 14 September 2011
S : keluhan (-)
O : KU : cukup Kes : CM
T : 140/80 mmHg N : 80x/m R : 20x/m S : 36,5 oC
St. Abdominalis : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,
mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20 cm
A : P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium multilokuler
P : - Rencana Laparatomi VC (15/9/2011)
- Rencana preop (14/9/2011)
- Diet bubur kecap
- Sterilisasi Usus
- Amlodipin 10mg 1-0-0
15 September 2011
S : keluhan (-)
O : KU : cukup, Kes : CM
T : 140/80 mmHg N : 84x/m R : 20x/m S : 36,5 oC
St. Abdominalis : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,
mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20 cm
A : P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium multilokuler
P : Laparatomi VC hari ini Batal o.k. petugas PA tidak ada di tempat
16 September – 18 September 2011
S : keluhan (-)
O : KU : cukup, Kes : CM
T : 130/80 mmHg N : 80x/m R : 22x/m S : 36,5 oC
St. Abdominalis : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,
mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20 cm
A : P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium multilokuler
P : - Rencana Laparatomi VC (19/9/2011)
- Diet bubur kecap
- Sterilisasi Usus
11
19 September 2011
S : keluhan (-)
O : KU : cukup, Kes : CM
T : 120/80 mmHg N : 84x/m R : 20x/m S : 36,5 oC
St. Abdominalis : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,
mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20 cm
A : P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium multilokuler
P : Laparatomi VC hari ini
Hasil pemeriksaan PA : sediaan menunjukkan dinding kista dibatasi oleh
sel-sel epitel kuboid, tampak stroma mengalami fibrosis dikelilingi oleh
sel radang dan makrofag yang mengandung pigmen hemosiderin,
kesimpulan : kistadenoma ovari serosum dengan perdarahan
Diagnosis post operasi : P2A2, 48 tahun post HTSOB a.i. kistadenoma
ovari serosum dengan perdarahan (kista coklat)
LAPORAN OPERASI
Penderita dibaringkan terlentang di atas meja operasi. Dalam keadaan GA
dilakukan tindakan antiseptik pada daerah abdomen dan sekitarnya, kemudian
ditutup dengan doek steril kecuali pada lapangan operasi. Dilakukan incisi pada
linea mediana inferior. Incisi diperdalam lapis demi lapis hingga fascia. Fascia
dijepit dengan 2 buah kocher, dipelebar ke bawah dan ke atas. Otot disisihkan ke
samping secara tumpul. Peritoneum dijepit dengan 2 buah pinset. Setelah yakin
tidak ada jaringan usus dibawahnya, peritoneum digunting kecil, diperlebar ke
bawah dan ke atas lalu dipasang hook abdomen untuk memperluas lapangan
pandang. Setelah peritoneum dibuka, tampak massa kistik ukuran 20x20 cm,
permukaan licin, tidak melekat dengan jaringan sekitar. Diputuskan untuk
mengeluarkan sebagian isi kista dengan trochard. Dilakukan jahitan tabacsac
12
pada dinding kista lalu dipasang trochard dan cairan kista dihisap ± 1800cc.
Eksplorasi lanjut tampak massa kistik berasal dari ovarium dekstra. Diputuskan
dilakukan SOD. Tuba kanan, mesalping, ligamentum ovarii proprium dan
ligamentum infundibulopelvicum kanan dijepit dengan 3 klem, digunting dan
dijahit double ligasi. Jaringan dikirim VC hasil : kistadenoma ovarii serosum
dengan perdarahan (kista coklat). Eksplorasi lanjut, tampak uterus bentuk dan
ukuran normal, tuba dan ovarium kiri baik. Diputuskan dilakukan HTSOS.
Ligamentum rotundum kiri dijepit 2 klem, digunting dan dijahit, demikian sisi
sebelahnya. Identifikasi plica vesica uterina, plica dijepit dengan pinset, digunting
dan diperlebar ke kanan dan ke kiri hingga pangkal ligamentum rotundum, lalu
disisihkan ke bawah. Vesica urinaria dilindungi dengan hook abdomen.
Ligamentum latum kiri ditembus secara tumpul untuk membuat jendela.
Ligamentum infundibulopelvicum kiri dijepit, digunting dan dijahit double ligasi.
Identifikasi arteri uterina kiri, dijepit, digunting dan dijahit double ligasi,
demikian sisi sebelahnya. Ligamentum kardinale dijepit, digunting dan dijahit,
demikian sisi sebelahnya. Ligamentum sakrouterina dijepit, digunting dan dijahit,
demikian sisi sebelahnya. Identifikasi puncak vagina, dijepit 2 klem bengkok,
digunting. Puncak vagina dijepit dengan klem kocher panjang, dimasukkan kasa
betadin, dijahit secara jelujur dengan dexon 1. Kontrol perdarahan (-). Dilakukan
retroperitonealisasi, kontrol perdarahan (-). Dinding abdomen dijahit lapis demi
lapis. Peritoneum dijahit jelujur dengan plain cat gut, otot dijahit simpul dengan
plain cat gut, fascia dijahit jelujur dengan dexon, lemak dijahit simpul dengan
plain cat gut, kulit dijahit subkutikuler dengan chromic cat gut, luka operasi
ditutup dengan kasa betadin. Kasa betadin dalam vagina dikeluarkan. Operasi
selesai.
Keadaan post operasi :
KU : Cukup Kes : CM
TD : 140 / 90 mmHg N : 92x/m R : 24x/m
Perdarahan : ± 300 cc
Diuresis : ± 400 cc
13
Follow Up Post Operasi
20 September 2011
S : nyeri luka operasi
O : KU : cukup Kes : CM
T : 130/80 mmHg N : 88x/m R : 22x/m S : 36,5 oC
BU (-), flatus (-)
Urine : 600cc/6 jam
A : P2A2 48 tahun post HTSOB Hari I a.i. kistadenoma ovarii serosum
P : - mobilisasi bertahap
- Ceftriaxone 3x1 gr (iv)
- Metronidazole 2x0,5 gr (drip)
- Vitamin C 1x1 (iv)
- Transamin 3x1 (iv)
21 September 2011
S : nyeri luka operasi
O : KU : cukup Kes : CM
T : 120/80 mmHg N : 84x/m R : 22x/m S : 36,5 oC
BU (+), flatus (+)
Urine : 700cc/6 jam
Luka operasi : terawat
A : P2A2 48 tahun post HTSOB Hari II a.i. kistadenoma ovarii serosum
P : - Cefixime 2x100mg
- Metronidazole 3x500mg
- Antasida syr. 3xC1
- Vitamin C 3x1
- SF 1x1
14
22 September 2011
S : keluhan (-)
O : KU : cukup Kes : CM
T : 140/80 mmHg N : 84x/m R : 22x/m S : 36,5 oC
Urine : 700cc/6 jam
Luka operasi : terawat
A : P2A2 48 tahun post HTSOB Hari III a.i. kistadenoma ovarii serosum
P : - Cefixime 2x100mg
- Antasida syr. 3xC1
- Vitamin C 3x1
- SF 1x1
15
BAB III
DISKUSI
Dalam diskusi pada kasus ini akan dibahas :
1) Diagnosis
2) Penanganan
3) Komplikasi
4) Prognosis
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada
penderita ini didiagnosis dengan P2A2 48 tahun dengan kista ovarii multilokuler.
Dari anamnesis didapatkan penderita datang ke rumah sakit dengan
keluhan utama berupa nyeri yang dirasakan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit yang semakin lama semakin terasa. Penderita juga mengakui perutnya terasa
membesar dan ada benjolan seiring dengan bertambahnya rasa nyeri tersebut.
Gejala klinis yang dapat ditemukan pada penderita dengan kista ovarium berupa
perut yang semakin membesar, nyeri pada daerah perut dan dapat disertai dengan
keluarnya darah dari jalan lahir.1,3,6,8 Pada penderita ditemukan adanya nyeri dan
pembesaran perut yang merupakan gejala klinis pada kista ovarium.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya massa kistik setinggi ½ pusat
hingga proccesus xyphoideus yang disertai dengan nyeri tekan. Pada pemeriksaan
ginekologis didapatkan fluksus (-), nyeri goyang (-) dan teraba massa kistik pada
perabaan adneksa parametrium sedangkan pada vulva, vagina, porsio, OUE,
korpus uteri dan kavum douglasi dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik
untuk kista ovarium didapatkan adanya massa kistik pada daerah abdomen yang
juga didapatkan pada kasus ini.1,2,5 Hasil USG pada penderita didapatkan kesan
kista ovarii multilokuler.
16
Penanganan
Dari laparatomi didapatkan massa kistik ukuran 20x20 cm berasal dari
ovarium kanan, permukaan licin, konsistensi kistik dan tidak ada perlengketan,
memenuhi kavum abdomen, adneksa kiri dalam batas normal. Jaringan yang
diambil dari massa yang dikeluarkan dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi
untuk dilakukan pemeriksaan Vries Coupe (potong beku). Pada pemeriksaan
potong beku didapatkan hasil kistadenoma ovarii serosum dengan perdarahan dan
tidak tampak adanya tanda keganasan.
Penanganan pada penderita ini dilakukan kistektomi ovarium dan
salphingo-ooforektomi bilateral yaitu pengangkatan kista dan pengangkatan
ovarium kiri dan kanan. Kistektomi dilakukan pada penderita ini karena ukuran
kista yang besar (20x20 cm) sehingga dicurigai dapat terjadi pembesaran dan kista
telah memenuhi kavum abdomen. Dilakukan salphingo-oforektomi dekstra karena
kista berasal dari ovarium kanan, mencegah terjadinya kekambuhan dan
perubahan lanjut ke arah keganasan, sedangkan salphingo-oforektomi sinistra
dilakukan untuk kepentingan sterilisasi dan mencegah timbulnya keganasan pada
ovarium kiri.8,9
Teknik potong beku (vries coupe) merupakan salah satu pemeriksaan
jaringan yang dilakukan saat operasi dan diperoleh saat itu juga.1,3,8 Hasil potong
beku didapatkan kesan kistadenoma ovarii serosum dengan perdarahan.
Perdarahan pada kista dapat mengakibatkan terjadinya nyeri, yang pada kasus ini
merupakan keluhan utama dari penderita.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita ini antara lain torsi, ruptur, supurasi
dan perubahan ke arah keganasan.3,5,10
17
Torsi
Merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, terutama pada kista
dengan ukuran sedang. Salah satu penyebab terpenting terjadinya torsi
adalah gerakan dari kista yang dipengaruhi oleh gerakan peristaltik usus.
Ruptur Kista
Dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma. Gejala yang timbul dapat
berupa nyeri dan muntah. Bila terjadi ruptur, batas-batas dari kista akan
sukar untuk ditentukan.
Supurasi Kista
Supurasi kista dapat terjadi setelah torsi atau dapat pula terjadi secara
hematogen atau limfogen. Kista yang sering mengalami supurasi adalah
kista dermoid.
Perubahan ke arah keganasan
Pada kista jenis serosum kemungkinan untuk terjadinya perubahan ke arah
keganasan yaitu 30-35 %.
Prognosis
Diagnosis pre operasi pada penderita ini adalah dubia ad malam, karena
dapat terjadi perdarahan yang tiba-tiba dan disertai dengan nyeri yang hebat pada
penderita sehingga dapat mengancam jiwa. Prognosis durante operasi adalah
dubia ad malam karena ukuran kista yang relatif besar 20x20 cm dan
kemungkinan terjadi perdarahan masih ada. Prognosis setelah dilakukan potong
beku adalah dubia karena walaupun kista ini tergolong tumor jinak, namun
keganasan pada kistadenoma ovarii serosum dapat ditemukan pada 30-35% kasus.
Prognosis post operasi pada penderita ini adalah dubia karena perawatan luka dan
perdarahan pada luka operasi masih perlu terus diperhatikan.
18
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Diagnosis pada penderita dengan kista ovarium dapat ditegakkan
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
2. Penanganan yang utama pada penderita dengan kista ovarium yaitu
dilakukan laparatomi Vries Coupe untuk mengetahui sumber kista
dan mengetahui adanya tanda-tanda keganasan.
3. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus kista ovarium yaitu torsi
kista, ruptur kista, supurasi kista dan perubahan ke arah keganasan.
Saran
1. Perlu dilakukan skrining awal wanita-wanita yang berisiko untuk
terjadinya kista ovarium agar dapat dilakukan penanganan yang
lebih awal sehingga komplikasi terjadinya keganasan dapat
dihindari.
2. Perlu dilakukan edukasi kepada wanita-wanita usia produktif agar
segera memeriksakan diri ke dokter spesialis bila memiliki faktor-
faktor risiko untuk terjadinya kista ovarium.