Lapkas Leo - Koreksi i

26
1 BAB I PENDAHULUAN Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium. 1,2,3,4 Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. 1,2,3 Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista. 4,5 Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh

description

lapkas leo

Transcript of Lapkas Leo - Koreksi i

Page 1: Lapkas Leo - Koreksi i

1

BAB I

PENDAHULUAN

Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada

indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam

selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium.1,2,3,4

Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang

nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium,

tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini

terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol.1,2,3

Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium.

Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus

menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini

tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan

menjadi kista. 4,5

Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat

dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa

kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.

Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.1,3,4

Sebagian besar wanita tidak menyadari bila dirinya menderita kista.

Seandainya menimbulkan gejala maka keluhan yang paling sering dirasakan

adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah dan pinggul. Rasa nyeri ini timbul

akibat dari pecahnya dinding kista, pembesaran kista yang terlampau cepat

sehingga organ disekitarnya menjadi teregang, perdarahan yang terjadi di dalam

kista dan tangkai kista yang terpeluntir.1,3,4,5,6

Page 2: Lapkas Leo - Koreksi i

2

Pemeriksaan USG masih menjadi pilihan utama untuk mendeteksi adanya

kista. Selain itu, MRI dan CT Scan bisa dipertimbangkan tetapi tidak sering

dilakukan karena pertimbangan biaya.1,3

Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya

kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih

belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk

melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker

ovarium.1,3,7

Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral

terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang

wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian

mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera melakukan

pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker ovarium.1,2,3

Umumnya kista ovarium pada wanita usia subur akan menghilang dengan

sendirinya dalam 1 sampai 3 bulan.1,2,3 Meskipun ada diantaranya yang pecah

namun tidak akan menimbulkan gejala yang berarti. Kista jenis ini termasuk jinak

dan tidak memerlukan penanganan medis. Kista biasanya ditemukan secara tidak

sengaja saat dokter melakukan pemeriksaan USG.

Pemeriksaan USG sangat berperan dalam menentukan langkah

penatalaksanaan kista ovarium. Dengan USG dapat dilihat besarnya kista, bentuk

kista, isi dari kista dan lain sebagainya.Jika memang kista ovarium tumbuh

membesar dan menimbulkan keluhan akibat dari peregangan organ sekitar kista

maka perlu dipertimbangkan untuk melakukan operasi pengangkatan kista. Jangan

lupa untuk segera membawa jaringan kista ke laboratorium patologi anatomi

untuk mengetahui kemungkinan kista tersebut berkembang menjadi kanker.

Meskipun demikian, pengawasan tetap harus dilakukan terhadap

perkembangan kista sampai dengan beberapa siklus menstruasi. Bila memang

ternyata tidak terlalu bermakna maka kista dapat diabaikan karena akan mengecil

sendiri.

Page 3: Lapkas Leo - Koreksi i

3

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Ny. ET

Umur : 43 tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Aertembaga, Bitung

Suku/ Bangsa : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

TTL : Manado, 7 Juli 1948

Nama Suami : Tn. M.T/49 tahun

Pendidikan Suami : SMP

Pekerjaan Suami : Nelayan

Masuk RS : 5 September 2011

ANAMNESIS

Keluhan Utama

Nyeri seluruh bagian perut

Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri seluruh bagian perut dialami penderita sejak 2 minggu sebelum

masuk rumah sakit, nyeri terasa seperti diremas-remas, nyeri bersifat

hilang timbul, dapat timbul sepanjang hari. Awalnya penderita merasa

perut semakin membesar, kemudian disertai rasa nyeri seiring dengan

pembesaran pada daerah perut. Keluar darah dari jalan lahir (-).

BAB/BAK : tak

Riwayat Penyakit Keluarga

Hanya penderita yang mengalami gejala seperti ini dalam keluarga.

Page 4: Lapkas Leo - Koreksi i

4

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi (+), dialami penderita sejak 20 tahun yang lalu, sering

kontrol ke dokter, minum obat amlodipin. Riwayat penyakit paru, jantung,

ginjal, sakit gula disangkal penderita.

Riwayat Pribadi & Sosial

Riwayat merokok (-), riwayat minum alkohol (+), penderita berhenti

minum alkohol sejak 2 tahun yang lalu.

Anamnesis Ginekologi

Riwayat pernikahan

Pasien menikah 1 kali, usia pernikahan 18 tahun.

Riwayat kehamilan

1) Perempuan, spt lbk, PBL : 2700 gr, tahun 1980, hidup

2)

3)

4) Laki-laki, spt lbk, PBL : 3800 gr, tahun 1989, hidup

Riwayat Abortus

2 kali

Riwayat haid

Umur haid pertama 14 tahun, siklus teratur, lamanya 4 hari,

riwayat keputihan : (+), penderita pernah mengalami perdarahan

yang banyak saat haid 2 tahun yang lalu.

Riwayat pengobatan ginekologi

Disangkal

Riwayat penggunaan KB

Suntik & Spiral

Page 5: Lapkas Leo - Koreksi i

5

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik Umum

Status Praesens

Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu Badan : 36,5 oC

TB/BB : 160 cm / 50 kg

Gizi : IMT : 19,53 (normal)

Kepala : Simetris

Mata : Konj. an -/-, Skl. ikt. -/-

Telinga : Sekret -/-

Hidung : Sekret -/-

Tenggorokan : T1/T1, Hiperemis (-)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Dada : Simetris kiri & kanan

Jantung : SI-II Normal, bising (-)

Paru : Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : Cembung

Palpasi : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,

mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20

cm

Perkusi : WD (-)

Auskultasi : BU (+) N

Alat Kelamin : Tak ada kelainan

Anggota Gerak : Edema (-), varises tidak ada

Refleks : Refleks fisiologis (+), refleks patologis (-)

Page 6: Lapkas Leo - Koreksi i

6

Status Ginekologi

Inspeksi

Fluksus (-), fluor (-), vulva t.a.k.

Inspekulo

Fluksus (-), fluor (-), vagina t.a.k., portio licin, erosi (-)

Pemeriksaan Dalam

Portio licin, erosi (-), livide (-), OUE tertutup, Corpus Uteri dbn,

Cavum Douglasi tidak menonjol, AP bilateral : lemas, nyeri tekan

(-), massa (+)

Rectal Touche

Sfingter cekat, ampula kosong, darah (-)

Laboratorium

Hb : 12 gr/dl

Leukosit : 9600 /mm3

Trombosit : 404.000 /mm3

CT/BT : 7’30” / 2’

Ureum : 27 mg/dl

Creatinin : 1,3 mg/dl

Albumin : 4,1 g/dl

SGOT : 31 U/L

SGPT : 33 U/L

Na : 140 mEq/L

K : 4,8 mEq/L

Cl : 113 mEq/L

Page 7: Lapkas Leo - Koreksi i

7

Diagnosa

P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium

Sikap

- Rencana Laparatomi VC

- Periksa lab lengkap, EKG, Foto Thorax, CT, BT

- IVP – BNO

- USG Konsulen

- Konsul Bedah Digestif

RESUME MASUK

P2A2, 48 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri seluruh bagian

perut yang dialami penderita sejak 2 minggu yang lalu, nyeri terasa seperti

diremas-remas, nyeri bersifat hilang timbul, dapat timbul sepanjang hari.

Awalnya penderita merasa perut semakin membesar, kemudian disertai

rasa nyeri seiring dengan pembesaran pada daerah perut. Keluar darah dari

jalan lahir (-), riwayat keputihan (+), BAB/BAK : tak.

Status Praesens

KU : Cukup

Kes : CM

T : 130/80 mmHg N : 80 x/m R : 20 x/m S : 36,5 oC

Status Ginekologi

Inspeksi

Fluksus (-), fluor (-), vulva t.a.k.

Inspekulo

Fluksus (-), fluor (-), vagina t.a.k., portio licin, erosi (-)

Pemeriksaan Dalam

Portio licin, erosi (-), livide (-), OUE tertutup, Corpus Uteri dbn, Cavum

Douglasi tidak menonjol, AP bilateral : lemas, nyeri tekan (-), massa (+)

Rectal Touche

Sfingter cekat, ampula kosong, darah (-)

Page 8: Lapkas Leo - Koreksi i

8

Diagnosis Sementara

P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium

Sikap

Rencana Laparatomi VC

USG Konsulen

BNO IVP

MRS

Follow Up

26 - 31 Agustus 2011

S : nyeri perut

O : KU : cukup Kes : CM

T : 130/80 mmHg N : 84x/m R: 22x/m S : 36,5 oC

St. Abdominalis : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,

mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20 cm

A : P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium

P : - Rencana Laparatomi VC (06/09/2011)

- Rencana USG Konsulen

- Asam Mefenamat 3x500 mg

- Amlodipin 10 mg 1-0-0

1 September – 5 September 2011

S : keluhan (-)

O : KU : cukup Kes : CM

T : 140/90 mmHg N : 80x/m R : 20x/m S : 36,5 oC

St. Abdominalis : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,

mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20 cm

A : P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium

P : - Rencana Laparatomi VC (13/09/2011)

- Amlodipin 10 mg 1-0-0

Page 9: Lapkas Leo - Koreksi i

9

Hasil USG : Tampak massa kistik multilokuler memenuhi seluruh kavum

abdomen, asites (-), kedua ginjal tampak normal, kesan : neoplasma kistik

multilokuler ovarii. Saran : operasi elektif secepatnya, jika ada tanda akut

abdomen lakukan laparatomi cito.

6 September – 10 September 2011

S : nyeri perut

O : KU : cukup Kes : CM

T : 140/80 mmHg N : 72x/m R: 24x/m S : 36,6 oC

St. Abdominalis : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,

mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20 cm

A : P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium multilokuler

P : - Rencana Laparatomi VC (13/09/2011)

- Asam Mefenamat 3x500 mg

- Amlodipin 10 mg 1-0-0

Jawaban konsul Bedah Digestif : setuju untuk pendampingan di meja

operasi, informed consent pada keluarga tentang kemungkinan

dilakukannya reseksi anastomosis / stroma, bila terjadi perlekatan hebat

dilakukan sterilisasi usus 3 hari sebelum operasi.

11 September – 12 September 2011

S : keluhan (-)

O : KU : cukup Kes : CM

T : 130/90 mmHg N : 92x/m R : 20x/m S : 36,5 oC

St. Abdominalis : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,

mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20 cm

A : P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium multilokuler

P : - Rencana Laparatomi VC (13/09/2011)

- Amlodipin 10 mg 1-0-0

- Sterilisasi Usus

Page 10: Lapkas Leo - Koreksi i

10

13 September – 14 September 2011

S : keluhan (-)

O : KU : cukup Kes : CM

T : 140/80 mmHg N : 80x/m R : 20x/m S : 36,5 oC

St. Abdominalis : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,

mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20 cm

A : P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium multilokuler

P : - Rencana Laparatomi VC (15/9/2011)

- Rencana preop (14/9/2011)

- Diet bubur kecap

- Sterilisasi Usus

- Amlodipin 10mg 1-0-0

15 September 2011

S : keluhan (-)

O : KU : cukup, Kes : CM

T : 140/80 mmHg N : 84x/m R : 20x/m S : 36,5 oC

St. Abdominalis : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,

mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20 cm

A : P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium multilokuler

P : Laparatomi VC hari ini Batal o.k. petugas PA tidak ada di tempat

16 September – 18 September 2011

S : keluhan (-)

O : KU : cukup, Kes : CM

T : 130/80 mmHg N : 80x/m R : 22x/m S : 36,5 oC

St. Abdominalis : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,

mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20 cm

A : P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium multilokuler

P : - Rencana Laparatomi VC (19/9/2011)

- Diet bubur kecap

- Sterilisasi Usus

Page 11: Lapkas Leo - Koreksi i

11

19 September 2011

S : keluhan (-)

O : KU : cukup, Kes : CM

T : 120/80 mmHg N : 84x/m R : 20x/m S : 36,5 oC

St. Abdominalis : Teraba massa antara pusat & proc. Xyphoideus,

mobil, tepi licin, konsistensi keras ukuran 20 x 20 cm

A : P2A2, 48 tahun dengan kista ovarium multilokuler

P : Laparatomi VC hari ini

Hasil pemeriksaan PA : sediaan menunjukkan dinding kista dibatasi oleh

sel-sel epitel kuboid, tampak stroma mengalami fibrosis dikelilingi oleh

sel radang dan makrofag yang mengandung pigmen hemosiderin,

kesimpulan : kistadenoma ovari serosum dengan perdarahan

Diagnosis post operasi : P2A2, 48 tahun post HTSOB a.i. kistadenoma

ovari serosum dengan perdarahan (kista coklat)

LAPORAN OPERASI

Penderita dibaringkan terlentang di atas meja operasi. Dalam keadaan GA

dilakukan tindakan antiseptik pada daerah abdomen dan sekitarnya, kemudian

ditutup dengan doek steril kecuali pada lapangan operasi. Dilakukan incisi pada

linea mediana inferior. Incisi diperdalam lapis demi lapis hingga fascia. Fascia

dijepit dengan 2 buah kocher, dipelebar ke bawah dan ke atas. Otot disisihkan ke

samping secara tumpul. Peritoneum dijepit dengan 2 buah pinset. Setelah yakin

tidak ada jaringan usus dibawahnya, peritoneum digunting kecil, diperlebar ke

bawah dan ke atas lalu dipasang hook abdomen untuk memperluas lapangan

pandang. Setelah peritoneum dibuka, tampak massa kistik ukuran 20x20 cm,

permukaan licin, tidak melekat dengan jaringan sekitar. Diputuskan untuk

mengeluarkan sebagian isi kista dengan trochard. Dilakukan jahitan tabacsac

Page 12: Lapkas Leo - Koreksi i

12

pada dinding kista lalu dipasang trochard dan cairan kista dihisap ± 1800cc.

Eksplorasi lanjut tampak massa kistik berasal dari ovarium dekstra. Diputuskan

dilakukan SOD. Tuba kanan, mesalping, ligamentum ovarii proprium dan

ligamentum infundibulopelvicum kanan dijepit dengan 3 klem, digunting dan

dijahit double ligasi. Jaringan dikirim VC hasil : kistadenoma ovarii serosum

dengan perdarahan (kista coklat). Eksplorasi lanjut, tampak uterus bentuk dan

ukuran normal, tuba dan ovarium kiri baik. Diputuskan dilakukan HTSOS.

Ligamentum rotundum kiri dijepit 2 klem, digunting dan dijahit, demikian sisi

sebelahnya. Identifikasi plica vesica uterina, plica dijepit dengan pinset, digunting

dan diperlebar ke kanan dan ke kiri hingga pangkal ligamentum rotundum, lalu

disisihkan ke bawah. Vesica urinaria dilindungi dengan hook abdomen.

Ligamentum latum kiri ditembus secara tumpul untuk membuat jendela.

Ligamentum infundibulopelvicum kiri dijepit, digunting dan dijahit double ligasi.

Identifikasi arteri uterina kiri, dijepit, digunting dan dijahit double ligasi,

demikian sisi sebelahnya. Ligamentum kardinale dijepit, digunting dan dijahit,

demikian sisi sebelahnya. Ligamentum sakrouterina dijepit, digunting dan dijahit,

demikian sisi sebelahnya. Identifikasi puncak vagina, dijepit 2 klem bengkok,

digunting. Puncak vagina dijepit dengan klem kocher panjang, dimasukkan kasa

betadin, dijahit secara jelujur dengan dexon 1. Kontrol perdarahan (-). Dilakukan

retroperitonealisasi, kontrol perdarahan (-). Dinding abdomen dijahit lapis demi

lapis. Peritoneum dijahit jelujur dengan plain cat gut, otot dijahit simpul dengan

plain cat gut, fascia dijahit jelujur dengan dexon, lemak dijahit simpul dengan

plain cat gut, kulit dijahit subkutikuler dengan chromic cat gut, luka operasi

ditutup dengan kasa betadin. Kasa betadin dalam vagina dikeluarkan. Operasi

selesai.

Keadaan post operasi :

KU : Cukup Kes : CM

TD : 140 / 90 mmHg N : 92x/m R : 24x/m

Perdarahan : ± 300 cc

Diuresis : ± 400 cc

Page 13: Lapkas Leo - Koreksi i

13

Follow Up Post Operasi

20 September 2011

S : nyeri luka operasi

O : KU : cukup Kes : CM

T : 130/80 mmHg N : 88x/m R : 22x/m S : 36,5 oC

BU (-), flatus (-)

Urine : 600cc/6 jam

A : P2A2 48 tahun post HTSOB Hari I a.i. kistadenoma ovarii serosum

P : - mobilisasi bertahap

- Ceftriaxone 3x1 gr (iv)

- Metronidazole 2x0,5 gr (drip)

- Vitamin C 1x1 (iv)

- Transamin 3x1 (iv)

21 September 2011

S : nyeri luka operasi

O : KU : cukup Kes : CM

T : 120/80 mmHg N : 84x/m R : 22x/m S : 36,5 oC

BU (+), flatus (+)

Urine : 700cc/6 jam

Luka operasi : terawat

A : P2A2 48 tahun post HTSOB Hari II a.i. kistadenoma ovarii serosum

P : - Cefixime 2x100mg

- Metronidazole 3x500mg

- Antasida syr. 3xC1

- Vitamin C 3x1

- SF 1x1

Page 14: Lapkas Leo - Koreksi i

14

22 September 2011

S : keluhan (-)

O : KU : cukup Kes : CM

T : 140/80 mmHg N : 84x/m R : 22x/m S : 36,5 oC

Urine : 700cc/6 jam

Luka operasi : terawat

A : P2A2 48 tahun post HTSOB Hari III a.i. kistadenoma ovarii serosum

P : - Cefixime 2x100mg

- Antasida syr. 3xC1

- Vitamin C 3x1

- SF 1x1

Page 15: Lapkas Leo - Koreksi i

15

BAB III

DISKUSI

Dalam diskusi pada kasus ini akan dibahas :

1) Diagnosis

2) Penanganan

3) Komplikasi

4) Prognosis

Diagnosis

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada

penderita ini didiagnosis dengan P2A2 48 tahun dengan kista ovarii multilokuler.

Dari anamnesis didapatkan penderita datang ke rumah sakit dengan

keluhan utama berupa nyeri yang dirasakan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah

sakit yang semakin lama semakin terasa. Penderita juga mengakui perutnya terasa

membesar dan ada benjolan seiring dengan bertambahnya rasa nyeri tersebut.

Gejala klinis yang dapat ditemukan pada penderita dengan kista ovarium berupa

perut yang semakin membesar, nyeri pada daerah perut dan dapat disertai dengan

keluarnya darah dari jalan lahir.1,3,6,8 Pada penderita ditemukan adanya nyeri dan

pembesaran perut yang merupakan gejala klinis pada kista ovarium.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya massa kistik setinggi ½ pusat

hingga proccesus xyphoideus yang disertai dengan nyeri tekan. Pada pemeriksaan

ginekologis didapatkan fluksus (-), nyeri goyang (-) dan teraba massa kistik pada

perabaan adneksa parametrium sedangkan pada vulva, vagina, porsio, OUE,

korpus uteri dan kavum douglasi dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik

untuk kista ovarium didapatkan adanya massa kistik pada daerah abdomen yang

juga didapatkan pada kasus ini.1,2,5 Hasil USG pada penderita didapatkan kesan

kista ovarii multilokuler.

Page 16: Lapkas Leo - Koreksi i

16

Penanganan

Dari laparatomi didapatkan massa kistik ukuran 20x20 cm berasal dari

ovarium kanan, permukaan licin, konsistensi kistik dan tidak ada perlengketan,

memenuhi kavum abdomen, adneksa kiri dalam batas normal. Jaringan yang

diambil dari massa yang dikeluarkan dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi

untuk dilakukan pemeriksaan Vries Coupe (potong beku). Pada pemeriksaan

potong beku didapatkan hasil kistadenoma ovarii serosum dengan perdarahan dan

tidak tampak adanya tanda keganasan.

Penanganan pada penderita ini dilakukan kistektomi ovarium dan

salphingo-ooforektomi bilateral yaitu pengangkatan kista dan pengangkatan

ovarium kiri dan kanan. Kistektomi dilakukan pada penderita ini karena ukuran

kista yang besar (20x20 cm) sehingga dicurigai dapat terjadi pembesaran dan kista

telah memenuhi kavum abdomen. Dilakukan salphingo-oforektomi dekstra karena

kista berasal dari ovarium kanan, mencegah terjadinya kekambuhan dan

perubahan lanjut ke arah keganasan, sedangkan salphingo-oforektomi sinistra

dilakukan untuk kepentingan sterilisasi dan mencegah timbulnya keganasan pada

ovarium kiri.8,9

Teknik potong beku (vries coupe) merupakan salah satu pemeriksaan

jaringan yang dilakukan saat operasi dan diperoleh saat itu juga.1,3,8 Hasil potong

beku didapatkan kesan kistadenoma ovarii serosum dengan perdarahan.

Perdarahan pada kista dapat mengakibatkan terjadinya nyeri, yang pada kasus ini

merupakan keluhan utama dari penderita.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita ini antara lain torsi, ruptur, supurasi

dan perubahan ke arah keganasan.3,5,10

Page 17: Lapkas Leo - Koreksi i

17

Torsi

Merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, terutama pada kista

dengan ukuran sedang. Salah satu penyebab terpenting terjadinya torsi

adalah gerakan dari kista yang dipengaruhi oleh gerakan peristaltik usus.

Ruptur Kista

Dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma. Gejala yang timbul dapat

berupa nyeri dan muntah. Bila terjadi ruptur, batas-batas dari kista akan

sukar untuk ditentukan.

Supurasi Kista

Supurasi kista dapat terjadi setelah torsi atau dapat pula terjadi secara

hematogen atau limfogen. Kista yang sering mengalami supurasi adalah

kista dermoid.

Perubahan ke arah keganasan

Pada kista jenis serosum kemungkinan untuk terjadinya perubahan ke arah

keganasan yaitu 30-35 %.

Prognosis

Diagnosis pre operasi pada penderita ini adalah dubia ad malam, karena

dapat terjadi perdarahan yang tiba-tiba dan disertai dengan nyeri yang hebat pada

penderita sehingga dapat mengancam jiwa. Prognosis durante operasi adalah

dubia ad malam karena ukuran kista yang relatif besar 20x20 cm dan

kemungkinan terjadi perdarahan masih ada. Prognosis setelah dilakukan potong

beku adalah dubia karena walaupun kista ini tergolong tumor jinak, namun

keganasan pada kistadenoma ovarii serosum dapat ditemukan pada 30-35% kasus.

Prognosis post operasi pada penderita ini adalah dubia karena perawatan luka dan

perdarahan pada luka operasi masih perlu terus diperhatikan.

Page 18: Lapkas Leo - Koreksi i

18

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

1. Diagnosis pada penderita dengan kista ovarium dapat ditegakkan

melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

2. Penanganan yang utama pada penderita dengan kista ovarium yaitu

dilakukan laparatomi Vries Coupe untuk mengetahui sumber kista

dan mengetahui adanya tanda-tanda keganasan.

3. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus kista ovarium yaitu torsi

kista, ruptur kista, supurasi kista dan perubahan ke arah keganasan.

Saran

1. Perlu dilakukan skrining awal wanita-wanita yang berisiko untuk

terjadinya kista ovarium agar dapat dilakukan penanganan yang

lebih awal sehingga komplikasi terjadinya keganasan dapat

dihindari.

2. Perlu dilakukan edukasi kepada wanita-wanita usia produktif agar

segera memeriksakan diri ke dokter spesialis bila memiliki faktor-

faktor risiko untuk terjadinya kista ovarium.