lapkas ket
description
Transcript of lapkas ket
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehamilan normal, blastokista berimplantasi pada bagian endometrial kavum uteri.
Fertilisasi terjadi pada bagian distal dari tuba Fallopii dan ovum secara subsekuen berpindah
melalui konstraksi tuba menuju kavum uteri. Perjalanan menuju kavum uteri biasanya
berlangsung selama 3-4 hari. Implantasi pada tempat lain disebut sebagai kehamilan
ektopik.1,2 Menurut American College of Obstetricians and Gynecologist (2008), 2 persen dari
kehamilan-kehamilan trimester pertama di Amerika Serikat merupakan kehamilan ektopik,
dan merupakan 6 persen dari kematian yang berhubungan dengan kehamilan.1,3
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah
dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan
ektopik berada di saluran telur.4
Di Indonesia kejadian sekitar 5-6 per 1000 kehamilan. Patofisiologi terjadinya
kehamilan ektopik tersering karena sel telur yang sudah dibuahi dalam perjalanannya menuju
endometrium tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri
dan akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim. Bila kemudian tempat nidasi tersebut tidak
dapat menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi rupture dan menjadi
kehamilan ektopik yang terganggu.4
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita antara
20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik terjadi pada
wanita dengan usia 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal di daerah
1
prevalensi gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi. Pemakaian antibiotik pada
penyakit radang panggul dapat meningkatkan kejadian kehamilan ektopik terganggu.5
Etiologi kehamilan ektopik sudah banyak disebutkan karena secara patofisiologi
mudah dimengerti sesuai dengan proses awal kehamilan sejak pembuahan sampai nidasi. Bila
nidasi terjadi di luar kavum uteri atau di luar endometrium, maka terjadilah kehamilan
ektopik. Dengan demikian, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam
nidasi embrio ke endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik ini. Faktor-faktor yang
disebutkan yaitu faktor tuba, faktor abnormalitas zigot, faktor ovarium, faktor hormonal,
faktor lainnya.4
Angka kejadian kehamilan ektopik dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Di
Amerika Serikat pada tahun 1983 angka kejadian ialah 1,4 untuk setiap kehamilan. Di
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta angka kejadian kehamilan ektopik pada tahun
1987 ialah 153 diantara 4.007 persalinan, atau 1 diantara 26 persalinan.6
Kehamilan ektopik terjadi pada tempat-tempat seperti pada tuba fallopi; ampula (80-
90%), isthmus (5-10%), fimbria (5%), cornu (1-2%), abdomen (1-2%), ovarium (1%), dan
cervix(1%).5 Penelitian dari Callen tahun 2000 serta Bouyer dan rekan-rekannya tahun 2003
didapatkan bahwa lokasi kehamilan ektopik di ampula (70%), isthmus (12%), fimbria (11%),
cornu/interstitial (2-3%), abdomen (1%), ovarium (3%), dan cervix(<1%).6
Kehamilan tuba tidak dapat mencapai usia kehamilan cukup bulan, biasanya berakhir
pada minggu ke 6-12, dan yang tersering pada minggu ke 6-8. Berakhirnya kehamilan tuba
ada 2 cara, yaitu abortus tuba dan ruptur tuba.
Abortus tuba terjadi oleh karena telur bertambah besar dan menembus endosalping
(selaput lendir tuba), masuk ke lumen tuba dan dikeluarkan ke arah infundibulum. Hal ini
terutama terjadi kalau telur berimplantasi di daerah ampulla tuba. Abortus tuba kira-kira 2
terjadi pada minggu ke 6-12. Perdarahan timbul karena abortus keluar dari ujung tuba dan
mengisi kavum Douglas sehingga terjadilah hematokel retrouterin. Ruptur tuba terjadi
apabila telur menembus lapisan otot tuba ke arah kavum peritoneum. Hal ini terutama terjadi
kalau implantasi telur pada istmus tuba. Ruptur pada istmus tuba terjadi sebelum minggu ke
12 karena struktur dindingnya yang tipis, sedangkan ruptur pada pars interstisialis terjadi
lambat biasanya sampai bulan ke 4 karena struktur lapisan ototnya yang lebih tebal.6
Gejala yang khas adalah adanya riwayat terlambat haid, rasa nyeri kiri atau kanan
pada perut bagian bawah yang menjalar ke bahu, amenore yang diikuti oleh perdarahan
pervaginam yang tidak banyak tetapi berlangsung cukup lama dan berwarna hitam.2,8 Pada
pemeriksaan fisik dan ginekologi didapatkan tanda abdomen tegang yang general atau lokal
terdapat pada 80% kasus KET, nyeri goyang servik terdapat pada 75% kasus, masa unilateral
pada adneksa dapat diraba pada 1/3 sampai 1/2 kasus KE. Kadang-kadang dapat ditemukan
massa pada kavum douglasi (hematocele), dan juga terdapat perubahan-perubahan pada
uterus seperti pada kehamilan normal dikarenakan adanya hormon kehamilan.7
Pada berbagai pengamatan dari sejumlah kehamilan ektopik yang pecah dilaporkan
semuanya menderita nyeri dalam perut, lebih kurang setengahnya merasa nyeri perut itu
meluas, sepertiganya merasa nyeri perut sebelah pihak, dan pada seperlimanya merasa nyeri
menjalar sampai ke bahu. Perdarahan melalui vagina terjadi pada 40-70% dan terlambat haid
sekitar 2 minggu pada 68%, dan sinkop pada 37% penderita. Terasa nyeri pada adneksa
hampir semua penderita dan teraba pembengkakan pada satu adneksa pada setengah jumlah
penderita. Pada 70% penderita rahim seperti tidak membesar, pada 26% rahim sebesar
kehamilan 6-8 minggu, dan pada 3% rahimnya sebesar kehamilan 9-12 minggu.1
Diagnosis kehamilan ektopik dapat ditegakkan berdasarkan temuan pada anamnesis
yaitu riwayat terlambat hait atau amenore, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau
3
tidak ada perdarahan pervaginam, ada nyeri perut kanan atau kiri bawah. Pemeriksaan fisik
keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk. Ada tanda akut abdomen.
Pemeriksaan penunjang diagnostik pemeriksaan urine HCG (+), kuldosintesis (ditemukan
adanya darah di kavum Douglas), USG. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan
laparotomi.8
Pasien yang terdiagnosis kehamilan ektopik terganggu harus segera dioperasi yaitu
dengan prosedur laparotomi untuk menyelamatkan penderita dari bahaya terjadinya gangguan
kehamilan tersebut.2 Laparotomi yaitu suatu insisi pada dinding abdomen yang bertujuan
untuk memperoleh diagnosis pasti dan untuk penanganan operatif selanjutnya.9
Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu turun sejalan
dengan ditegakkannya diagnosis dini. Ibu yang pernah mengalami kehamilan ektopik
terganggu, memiliki resiko 10% untuk terjadinya kehamilan ektopik terganggu berulang. 10
Komplikasi yang utama dari kehamilan ektopik adalah akibat yang ditimbulkan oleh
perdarahan yaitu anemia, syok, dan kematian. Perdarahan intraabdominal yang berlangsung
cepat dan dalam jumlah yang banyak bisa menyebabkan syok bahkan kematian dengan
segera. Perdarahan yang berlangsung perlahan dan berulang dapat menyebabkan anemia yang
cukup berat dan infeksi.10
4
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. Grace Mangelehe
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : D3
Status : Menikah
Umur : 31 tahun
Bangsa : Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Bitung
Suami : Tn. JS
Pekerjaan : Swasta
Tempat tanggal lahir : Sanger, 1-02-1982
MRS tgl/jam : 17-08-2014
5
ANAMNESIS
Anamnesis Utama
Keluhan utama: Nyeri ulu hati dialami penderita sejak 1 hari SMRS
Pasien dirujuk dari RSU Manembo-nembo Bitung dengan diagnosa G4P2A1 31 tahun
dengan suspek KET. Nyeri ulu hati dialami oleh penderita sejak 1 hari SMRS. Nyeri
perut bagian bawah ±6 hari SMRS. Nyeri perut dirasakan menjalar sampai ke punggung.
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat penyakit darah tinggi, jantung, paru, hati, ginjal dan kencing manis disangkal.
Riwayat pribadi dan sosial :
Riwayat merokok (-), minum alkohol (-)
Anamnesis Ginekologis
Riwayat perkawinan
Pasien menikah 1 kali (pada usia 23 tahun), dengan usia pernikahan 8 tahun
Riwayat kehamilan
Banyaknya kehamilan 4 kali.
1. Kejadian ke-1 tahun 2005, hamil aterm, lahir bayi laki-laki, spontan LBK, BBL
3900 gr.
2. Kejadian ke-2, tahun 2007, abortus, tidak dikuret
3. Kejadian ke-3, tahun 2008, hamil aterm, lahir bayi perempuan, spontan LBK, di
RS Bitung, BBL 3500 gr.
4. Kejadian ke-4, tahun 2014, ini (G4P2A1)
Riwayat KB
KB suntik
6
Riwayat haid
Menarche umur 14 tahun, siklus teratur, lamanya 5 hari, HPHT 30 Juni 2014.
Riwayat Penyakit, Operasi dan Pemeriksaan
o Keputihan (-)
o Penyakit kelamin (–)
o Abortus 1x
PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens
Keadaan umum : tampak sakit
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu badan : 36,50C
Mata : konjungtiva anemis -/-, pupil bulat isokor 3mm/3mm
Kepala : normocephali
Lidah : beslag (-), atrofi (-)
Gigi : caries (-)
Kerongkongan : faring hiperemis (-), Tonsil T1-T1
Leher : KGB tidak membesar
7
Dada : simetris normal
Jantung : suara jantung I-II normal, gallop (-), murmur (-), bising (-)
Paru-paru : suara pernapasan vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Perut : datar, tegang, massa (-), nyeri tekan (+)
Hati : SDE
Limpa : SDE
Kelamin : perempuan normal, oedem (-), infeksi (-)
Ekstremitas : edema (-)
Refleks : refleks fisiologis (+) normal
Status Lokalis Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : tegang, nyeri tekan (+)
Perkusi : WD (+)
Auskultasi : bising usus (+)
Status Ginekologi
Inspeksi : fluksus (-), flour (-), vulva t.a.k
Inspekulo : fluksus (+), vagina t.a.k, portio licin, erosi (-), livide (+), OUE tertutup
Periksa dalam : fluksus (+) v/v t.a.k, portio lunak, nyeri goyang (+), OUE tertutup
` Korpus uteri : membesar sesuai umur kehamilan 8-10 minggu
8
Cavum Douglassi : menonjol
A/P Bilateral : sde
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 17-8-2014
Leukosit : 13.800/mm3
Eritrosit : 1,71 x 106/mm3
Hemoglobin : 5,2 g/dL
Hematokrit : 15,3%
Trombosit : 95.000/mm3
Laboratorium 18 Agustus 2014
Leukosit : 12.100/mm3
Eritrosit : 2,12 x 106/mm3
Hemoglobin : 6,6 g/dL
Hematokrit : 18,7%
Trombosit : 92.000/mm3
USG:
9
VU tampak balon kateter, uterus tampak melayang, ukuran 5x5x4 cm, GS tidak Nampak.
Cairan bebas (+) adnexa dalam batas normal. Kesan: kehamilan ektopik.
RESUME MASUK
Pasien dirujuk dari RSU Manembo-nembo Bitung dengan Diagnosa G4P3A1 31 tahun
dengan susp. KET. Nyeri perut bagian bawah ± 6 hari SMRS. Nyeri perut dirasakan menjalar
sampai punggung.
Status praesens:
KU tampak sakit, kesadaran compos mentis
T: 110/70 mmHg, N: 80x/menit, R: 20x/menit, S: 36,50C
Status localis abdomen: Inspeksi : datar
Palpasi : tegang, nyeri tekan (+)
Perkusi : WD (+)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Status ginekologis: Inspeksi : fluksus (-), flour (-), vulva t.a.k
Inspekulo : fluksus (+), vagina t.a.k, portio licin,
erosi (-), livide (+), OUE tertutup
Periksa dalam : fluksus (+), v/v t.a.k,
Portio : lunak, nyeri goyang (+), OUE tertutup
10
` Korpus uteri : sde
Cavum Douglass: menonjol
A/P Bilateral: sde
DIAGNOSIS SEMENTARA
G4P2A1, 31 tahun dengan Kehamilan Ektopik
SIKAP
Laparotomi CITO
Konseling, informed consent
Sedia darah
Lab, USG
Obs. Vital sign
Lapor konsulen advis laparotomi
Operasi mulai: 08.25
Operasi selesai: 09.55
KU Pre Op: keadaan umum tampak sakit, kesadaran compos mentis
T: 110/70 mmHg, N: 80x/menit, R: 20x/menit, S: 36,50C
Jenis operasi: Salpingektomi dekstra + tubektomi sinistra
Diagnosa Pre Op: G4P2A1, 31 tahun, dengan Kehamilan Ektopik Terganggu
11
Diagnosa Post Op: P2A2 31 tahun Post Salpingektomi dekstra + Tubektomi sinistra a/i
rupture tuba pars ampularis dextra + anemia
KU Post Op: T: 140/90 mmHg, N: 112x/menit, R: 24x/menit, S: 36,50C
Sikap:
IVFD RL:D5% 2:2
Ceftriaxone inj 3x1 g
Metronidazole drips 2x500ml
Vit c 1x1 tab
Transamin 2x1 amp
Transfuse PRC hingga Hb ≥ 8 g/dL
Laporan operasi:
Pasien dibaringkan terlentang di atas meja operasi, dilakukan asepsis dan antiseptic pada
dinding abdomen dan sekitarnya dengan povidon iodine. Dipasang doek steril kecuali pada
lapangan operasi. Dalam keadaan general anestesi dilakukan insisi area mediana inferior,
diperdalam lapis demi lapis hingga fascia. Fascia dijepit dengan 2 kocher, diinsisi kecil
kemudian diperlebar ke atas dan ke bawah. Otot disisihkan secara tumpul ke lateral. Tampak
peritoneum kebiruan, peritoneum dijepit dengan 2 pinset, setelah yakin tidak ada jaringan
usus di bawahnya, peritoneum digunting kecil kemudian diperlebar secara tumpul ke kiri dan
kanan. Tampak darah dan bekuan darah, dihisap ± 1500 cc, kemudian dieksplorasi, tampak
rupture tuba pars ampullaris dekstra. Uterus sedikit membesar bentuk normal, ovarium kiri
dan kanan baik, tuba kiri baik diputuskan untuk dilakukan salpingektomi dextra. Tuba dan
12
ligamentum infundibulum pelvikum dextra dijepit dengan 2 klem, digunting dan dijahit.
Kontrol perdarahan. Kemudian jaringan dikirim ke PA. Eksplorasi lanjut janin tidak
ditemukan dan dilanjutkan dengan tubektomi sinistra. Cavum abdomen dibersihkan dari sisa
bekuan darah, selanjutnya abdomen ditutup lapis demi lapis, mulai peritoneum dijahit secara
jelujur dengan chromic catgut kemudian otot dijahit secara simpul dengan chromic catgut.
Fascia dijahit secara jelujur dengan surgicryl, fat dijahit secara simpul dengan chromic catgut,
kemudian kulit dijahit secara subkutikuler dengan chromic catgut. Luka operasi ditutup
dengan kasa steril. Operasi selesai.
FOLLOW UP
Tanggal 17-8-2014
S : Demam (+)
O : KU:Cukup, Kesadaran: compos mentis
T: 120/80 mmHg, N: 92 x/mnt, R: 24 x/mnt, SB: 38,2OC
Urin: 40 cc/jam
A : P2A2, 31 tahun, ruptur tuba pars ampularis dextra telah dilakukan salpingektomi
dextra + tubektomi sinistra + anemia
P : - lapor konsulen
- guyur RL 1000 ml
- Parasetamol 3x1
- Jika demam menghilang transfuse dilanjutkan
13
Laboratorium 6 jam post operasi
- Leukosit : 12.900mm3
- Eritrosit : 2,55 x 106/mm3
- Hb : 7,8 g/dl
- Hematokrit: 22,3 %
- Trombosit : 100 x 103/mm3
Tanggal 18-8-2014
S : Keluhan (-)
O : KU: Cukup, Kesadaran: compos mentis
T: 110/70 mmHg, N: 88 x/mnt, R: 24 x/mnt, Sb: 36,9 OC
A : P2A2 31 tahun ruptur tuba par ampularis dextra telah dilakukan salpingektomi
dextra + tubektomi sinistra + anemia
P : - Perbaiki KU
- Ceftriaxone 3x1 gr
- Metronidazole 2x500
- Vit C 1x1 tab
14
Tanggal 19-8-2014
S : Keluhan (-) nyeri luka operasi (-)
O : KU: Cukup, Kesadaran: compos mentis
T: 110/80 mmHg, N: 80 x/mnt, R: 20 x/mnt, Sb: 36,9 OC
A : P2A2 31 tahun ruptur tuba par ampularis dextra telah dilakukan salpingektomi
dextra + tubektomi sinistra + anemia
P : - IVFD D5 % : RL 2:2 30-40 gtt/m
- Ceftriaxone 3x1 gr
- Metronidazole 2x500
- Transfusi PRC 1 bag
Tanggal 20-8-2014
S : Keluhan (-)
O : KU: Cukup, Kesadaran: compos mentis
T: 120/80 mmHg, N: 80 x/mnt, R: 20 x/mnt, Sb: 36,9 OC
A : P2A2 31 tahun ruptur tuba par ampularis dextra telah dilakukan salpingektomi
dextra + ubektomi sinistra + anemia
P : - Ceftriaxone 3x1 gr
- Metronidazole 2x500
- Vit C 1x1 tab
15
Laboratorium 20-08-2014
- Leukosit : 14.100 mm3
- Eritrosit : 3,04 x 106/mm3
- Hb : 9 g/dl
- Hematokrit: 26,7 %
- Trombosit : 112 x 103/mm3
16
BAB III
DISKUSI
Hal-hal yang akan didiskusikan pada kasus ini terdiri dari:
1. Diagnosis
2. Penatalaksanaan
3. Prognosis
DIAGNOSIS
Kehamilan ektopik terganggu merupakan salah satu kegawat daruratan medis di bidang
obstetri dan ginekologi yang menjadi salah satu penyebab kematian maternal yang tergolong
ke dalam komplikasi obstetrik. Oleh sebab itu perlu dilakukan diangnosis dini yang tepat.
Diagnosis kehamilan ektopik pada jenis mendadak tidak banyak mengalami kesukaran, tetapi
pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali.4
Pada kasus Kehamilan ektopik terganggu, diagnosis dapat ditegakkan melalui
anamnesis yang tepat, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan ginekologi dan pemeriksaan
penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis. Pasien-pasien yang terdiagnosis
kehamilan ektopik terganggu, pada mereka ditemukan adanya 3 tanda yang khas (cardinal
sign), yaitu didapatkan adanya riwayat terlambat haid, keluhan nyeri pada perut bagian
bawah yang biasanya menjalar hingga ke bahu dan adanya perdarahan pervaginam yang
sedikit dan berlangsung kontinu. Namun untuk diagnosis pasti, ketiga hal di atas masih
memerlukan pemeriksaan penunjang lainnya dikarenakan banyak penyakit yang memiliki
keluhan yang serupa.17
1. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya ditemukan riwayat terlambat haid yang biasanya singkat
untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subjektif kehamilan muda. Nyeri
perut bagian bawah yang biasanya dirasakan hingga bahu merupakan gejala penting. Pada
pasien kehamilan ektopik terganggu rasa nyeri perut bagian bawah bertambah sering dan
keras. Perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah. Perdarahan dapat
berlangsung kontinu dan biasanya berwarna hitam.11,12 Pada kasus ini penderita datang dengan
keluhan utama nyeri perut bagian bawah. Nyeri perut bagian bawah dirasakan sejak 1 hari
SMRS. Perdarahan dari jalan lahir SMRS.
2. Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum penderita tergantung dari banyaknya darah yang keluar dari tuba.
Pasien biasanya datang dalam keadaan pucat (anemis). Tanda-tanda syok dapat ditemukan.
Pada inspeksi biasa terlihat perut tidak ada pembesaran ataupun terdapat sedikit pembesaran
yang tidak sesuai dengan usia kehamilan. Bila uterus dapat diraba maka akan teraba sedikit
membesar dan kadang-kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar
ditentukan. Walaupun janin tidak bertumbuh di endometrium kavum uteri, pembesaran yang
ditemukan pada uterus dipengaruhi oleh adanya hormon kehamilan. Pada palpasi ditemukan
adanya nyeri tekan abdomen dan perut menegang (defans muskular). Hal ini terjadi karena
adanya reaksi inflamasi yang menimbulkan perangsangan terhadap peritoneum. 5,11
Dalam kasus ini, pasien datang dengan keadaan tampak lemah, namun kesadaran
masih baik. Pada pemeriksaan tidak ditemukan konjungtiva anemis, tekanan darah pasien
sedikit turun, nadi dalam batas normal dan respirasi yang cepat, namun pasien belum jatuh ke
dalam keadaan syok. Pada pemeriksaan regio abdomen ditemukan adanya tanda akut
18
abdomen. Adanya tanda kehamilan terlihat pada hiperpigmentasi areola mamma dan hasil
pemeriksaan ginekologi adanya tanda chadwick.
3. Pemeriksaan ginekologi
Pada pemeriksaan ginekologi, pasien dengan kehamilan ektopik terganggu pada
perabaan kavum douglasi ditemukan adanya penojolan pada forniks posterior yang
menandakan adanya hematokel retrouterina bila terjadi perdarahan yang massif. Pada
pemeriksaan bimanual ditemukan tumor yang tidak begitu padat, nyeri tekan dan dengan
batas-batas yang tidak rata di samping uterus. Baik abortus tuba maupun ruptura tuba gerakan
pada serviks nyeri sekali (nyeri goyang portio).13
Pada kasus ini, ditemukan pula tanda yang menunjang diagnosa yakni nyeri goyang
pada portio, penonjolan cavum douglasi yang menandakan adanya hematokel retrouterina.
Sedangkan pada pemeriksaan adneksa parametrium bilateral sulit di evaluasi dikarenakan
nyeri yang dirasakan oleh penderita.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan haemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna membantu
menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda
perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis yang tidak mendadak biasanya ditemukan
anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan haemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.6
Perhitungan leukosit biasanya normal atau meningkat.
Semua pasien usia produktif yang datang dengan keluhan nyeri pada perut bagian
bawah atau perdarahan pervaginam, harus dilakukan tes kehamilan. Yang dimaksud dengan
tes kehamilan dalam hal ini ialah reaksi imunologik untuk mengetahui ada atau tidaknya
hormon human chorionic gonadotropin (HCG) dalam air kemih. Jaringan trofoblas kehamilan
19
ektopik menghasilkan kadar HCG dalam kadar yang lebih rendah daripada kehamilan
intrauterin normal, oleh sebab itu dibutuhkan tes yang mempunyai tingkat sensitifitas yang
lebih tinggi. Hasil positif pada tes kehamilan dapat membantu diagnosis khususnya terhadap
tumor-tumor adneksa. Namun bisa pula didapatkan hasil negatif palsu. Hal ini terjadi karena
pada waktu dilakukan tes kehamilan mudigah telah meninggal beberapa hari sebelumnya.1,14
Ultrasonografi
Pemeriksaan lain yang lebih aman dalam artian tidak invasif (tidak memasukkan alat ke
rongga perut) dibandingkan dengan laparaskopi yaitu dengan menggunakan ultrasonografi.
Diperoleh hasil kavum uteri kosong, menilai ketebalan endometrium, adanya maasa di kanan
atau kiri uterus dan apakah cavum douglasi berisi cairan. Kesalahan bisa terjadi jika dalam
kavum uterus ditemukan kantung gestasi palsu (pseudosac). Pada kehamilan ektopik
terganggu sering tidak ditemukan kantung gestasi ektopik. Gambaran yang tampak ialah
cairan bebas dalam rongga peritoneum terutama di kavum douglas. Dapat pula dijumpai
hematokel pelvik yang dalam gambar ultrasonografik akan tampak sebagai suatu masa
ekhogenik di adneksa yang dikelilingi daerah kistik (sonolusen) dengan batas tepi yang tidak
tegas.15,16
Hasil pemeriksaan ultrasonografi pada pasien yang menunjang ke arah diagnosis ialah
terlihat cavum uterus sedikit membersar dan didapatkan adanya cairan bebas pada kavum
douglas yang terlihat sebagai massa anekhoik.
Kuldosentesis
Kuldosentesis dilakukan dengan menusukkan jarum dengan lumen yang agak besar di kavum
douglasi secara transvaginal. Adanya darah berwarna hitam ketika kavum douglasi di pungsi
menunjukkan hasil kuldosentesis positif. Tindakan ini tidak perlu dikerjakan bila diagnosa
20
adanya perdarahan intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara lain, mengingat risiko
infeksi dapat terjadi pada pemeriksaan kuldosentesis.7
Pada pasien, pemeriksaan ini tidak dilakukan lagi dikarenakan hasil yang diharapkan
dari pemeriksaan ini untuk menunjang diagnosa telah diperoleh melalui pemeriksaan
ultrasonografi.
Laparoskopi
Selain itu dapat dilakukan laparoskopi. Dengan cara pemeriksaan ini dapat dilihat dengan
mata sendiri perubahan-perubahan pada tuba.
Pada pasien, pemeriksaan ini tidak dilakukan lagi, Dengan alasan pemeriksaan-
pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan, seperti pemeriksaan laboratorium, tes
kehamilan dan ultrasonografi sudah cukup untuk dapat mendiagnosis suatu kehamilan
ektopik yang terganggu. Selain itu juga, pemeriksaan laparoskopi pada kasus kehamilan
ektopik yang telah pecah, dapat menjadi sulit karena adanya darah dalam rongga pelvis
sehingga mempengaruhi dalam visualisasi alat-alat kandungan.
PENATALAKSANAAN
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat dilakukan dengan pembedahan ataupun tanpa
pembedahan. Untuk penanganan non operatif, dapat dilakukan kemoterapi untuk
menghindari tindakan pembedahan. Obat yang digunakan adalah injeksi methotrexate 1
mg/kg IV. Indikasi dilakukannya kemoterapi ini ialah: (1) kehamilan interstisial atau di pars
ampularis tuba yang belum pecah; (2) diameter kantong gestasi < 4 cm; (3) tidak didapatkan
perdarahan intraabdomen aktif; (4) tanda vital baik dan stabil.1
21
Mengingat besarnya risiko perdarahan bagi wanita dengan kehamilan ektopik lanjut
tindakan operasi perlu segera dilakukan. Pada umumnya adalah laparatomi. Sebelum
melakukan tindakan tersebut, beberapa hal perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu:
kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi
kehamilan ektopik, kondisi anatomik organ pelvis, kemampuan teknik bedah dokter operator
dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan
apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan
pembedahan konservatif (salpingostomi atau reanastomosis tuba). Salpingektomi dilakukan
dalam beberapa kondisi: (1) kondisi penderita buruk; (2) kondisi tuba buruk; (3) penderita
menyadari kondisi fertilitasnya; (4) penderita tidak ingin memiliki anak lagi.9
Pada kasus ini, penanganan utama yang dilakukan adalah mengatasi kegawatan
(emergency treatment), yakni dengan memberikan terapi cairan. Setelah diagnosis kehamilan
ektopik terganggu ditegakkan dilakukan surgical treatment yang dimaksudkan untuk menutup
perlukaan yang terjadi, yakni dengan melakukan laparotomi cito. Laparotomi cito dilakukan
dengan maksud agar dapat mencari dan menghentikan sumber perdarahan dengan segera,
agar dapat mencapai suatu keadaan homeostasis, dan juga agar penderita tidak jatuh ke dalam
komplikasi yang lebih lanjut.10
Jenis pembedahan yang dilakukan dalam kasus ini adalah salpingektomi sinistra, yaitu
pengangkatan tuba yang mengandung kehamilan. Cara ini dilakukan karena didapatkan
ruptur tuba pars ampularis sinistra dengan ukuran 2x1,5 cm dan tidak ditemukan janin. Selain
itu alasan lain dilakukannya tindakan ini karena mengingat kemungkinan berulangnya
kehamilan ektopik pada lokasi tuba tersebut. Selama melakukan pembedahan tidak
ditemukan adanya kesulitan yang berarti, hingga pembedahan terlaksana dengan baik. Setelah
melakukan pembedahan, penanganan selanjutnya adalah membantu proses penyembuhan
22
(supporative treatment). Tindakan untuk membantu proses penyembuhan yang utama adalah
mengatasi agar penderita tidak jatuh ke dalam anemia, pemberian antibiotika berspektrum
luas, dan pemberian roboransia. Pada penderita, medikamentosa yang diberikan adalah
ceftriaxone 1 gr 3x1 IV (skin test), Metronidazole 0,5gr 2x1 drip, Vit C 1x1 amp IV,
Kaltrofen 1x2 supp. Setelah perawatan hari ke 2, bising usus terdengar lebih jelas dan pasien
sudah diperbolehkan konsumsi peroral, maka diganti dengan terapi medikamentosa peroral,
yakni Cefadroxil 500mg 3x1caps, Metronidazole 500mg 3x1 tab, Vitamin C 50 mg 1x1 tab.
Selama perawatan pasca operasi, pada penderita tidak ditemukan hal-hal yang
menyulitkan, sehingga penderita diperbolehkan untuk pulang dengan anjuran kembali kontrol
pada poliklinik kebidanan dan kandungan.
PROGNOSIS
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dan
persediaan darah yang cukup. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi.
Prognosis kehamilan ektopik terganggu juga bergantung pada jumlah darah yang keluar dan
tindakan yang tepat. 60% pasien pasca kehamilan ektopik akan mengalami kehamilan
berikutnya dengan risiko berulangnya kejadian sebesar 10%. Dengan pertimbangan tersebut
maka pada pasien yang sudah mempunyai anak yang cukup, dilakukan salpingektomi.
Prognosis pada kasus ini dapat ditinjau dari segi ibu dan janin. Dari pihak ibu,
prognosis pada kasus ini sebelum dilakukan operasi adalah dubia ad malam. Sebelum
dilakukan operasi, pada pasien ini segera dilakukan tindakan resusitasi cairan untuk
mengatasi keadaan emergensi pasien sampai keadaan umum yang cukup baik untuk
selanjutnya dilakukan laparotomi. Prognosis selama operasi dubia ad bonam karena selama
operasi, tidak ditemukan penyulit-penyulit yang bermakna dan operasi berjalan dengan baik 23
dan tidak sempat tertunda lama. Prognosis post operasi juga dubia ad bonam hal ini dinilai
dari kondisi pasien post laparotomi tidak ditemukan keluhan yang bermakna ataupun terjadi
komplikasi post laparotomi. Prognosis pada janin yang dikandung baik dari pre operatif,
durante operatif dan post operatif yaitu dubia ad malam, hal dikarenakan tempat implantasi
janin di tuba pars ampullaris untuk bertumbuhnya janin sangat tidak menunjang sehingga
semakin besar janin maka terjadi pula ruptur pada tempat implantasi dan akhirnya kematian
janin.
24
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehamilan ektopik terganggu pada kasus ini mendapat penanganan yang dini dan
tepat, sehingga pasien tidak berada dalam kondisi yang terlampau buruk. Diagnosis
yang tepat pada kasus ini didapatkan dari ditemukannya trias KET saat anamnesis,
tanda akut abdomen dan adanya tanda kehamilan pada pemeriksaan fisik, hematokel
retrouterina kavum douglas pada pemeriksaan ginekologi, dan hasil tersebut
dikonfirmasi dengan test kehamilan dan USG. Diagnosis pasti KET didapatkan
setelah dilakukan laparotomi cito sehingga ditindak lanjuti dengan penaganan
salpingektomi pada tuba pars ampullaris dextra. Semua tindakan dan penanganan
yang dilakukan terhadap pasien sudah tepat dan secara tidak langsung menurunkan
angka kematian maternal oleh karena KET.
B. SARAN
Mengingat kehamilan ektopik dapat terjadi berulang, untuk itu disarankan kepada
penderita agar dapat menjaga pola hidup yang bersih dan sehat, dan menghindari
adanya hubungan multi partner pada suami dan istri dalam mencegah terjadinya
penyakit infeksi menular seksual. Juga kepada penderita supaya sedapat mungkin
memeriksakan diri secara teratur pada pusat-pusat pelayanan kesehatan terdekat saat
mengetahui dirinya hamil agar dapat mengenali faktor-faktor risiko yang dimiliki
terhadap suatu penyakit, khususnya dalam hal ini KET.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY, editors.
Williams Obstetrics. 23rd ed. USA: McGraw-Hill; 2010.
2. Padubidri V, Daftary S. Shaw's Textbook of Gynaecology. 15th ed.: Elsevier; 2010.
3. Reece EA, Hobbins JC, editors. Clinical Obstetrics The Fetus & Mother. 3rd ed.
Massachusetts: Blackwell Publishing Ltd.; 2007.
4. Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, editors. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. 4th ed. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
5. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Kehamilan Ektopik. Dalam: Obstetri Patologi. Bandung: Elstar Offset, 1984;21-35.
6. Wirakusumah FF. Kelainan tempat kehamilan. Dalam: Sulaiman S, et al. Obstetri
Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Ed 2. Jakarta: EGC, 2005;16-27.
7. Manuaba IBG. Ginekologi Umum. Dalam : Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC, 2001 : 594–7.
8. Saifiddin AB, Wiknjosastro H. Kehamilan Ektopik. Dalam: Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi I. Editor Affandi B, Waspodo B.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002; 15-20
9. Schwart SI, Shires TS. Kehamilan Ektopik. Dalam: Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu
Bedah. Edisi VI. Editor: Spencer FC. Jakarta: EGC. 2005; 501-9
10. Jones HW. Ectopic Pregnancy. In: Novak’s Text Book of Gynecology. 3rd Edition.
Balltimore: William and Wilkins. 1997; 883-05
11. Rachimhadhi T. Kehamilan Ektopik. Dalam: Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi
Kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2009;58-9,323-33
26
12. Prawirohardjo S, Winkjosastro H, Rachimhadhi T. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2009;25-63.
13. Achadiat CM. Kehamilan Ektopik. Bab 25. Dalam: Prosedur Tetap Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: EGC, 2004;100-4.
14. Wirakusumah FF. Kelainan tempat kehamilan. Dalam: Sulaiman S, et al. Obstetri
Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Ed 2. Jakarta: EGC, 2005;16-27.
15. Cook J, Sankaram B, Wasunna A. Pecahnya Kehamilan Ektopik. Dalam:
Penatalaksaan Bedah Obstetri, Ginekologi, Ortopedi dan Traumatologi di Rumah
Sakit. Ahli bahasa: Syamsir HM. Jakarta: EGC, 2003;51-3.
16. Widjanarko Bambang. Kehamilan Ektopik. [access on 2013 Juli 23]. Available From:
http://www.authorstream.com/Presentation/dodo.w-237245-kehamilan-ektopik-
entertainment-ppt-powerpoint.html
27